Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

5

TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuain Lahan untuk Tanaman Jeruk
Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi sumber daya
lahan untuk berbagai penggunaan. Proses klasifikasi lahan pada dasarnya dapat
dilakukan dengan dua pendekatan atau metode, yaitu metode faktor pembatas dan
metode parametrik. Pada metode faktor pembatas, setiap sifat-sifat lahan atau
kualitas lahan disusun berurutan mulai dari yang terbaik hingga yang terburuk
atau yang terbesar penghambatnya. Sedangkan kesesuaian lahan adalah
kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh lahan untuk
irigasi, tambak, pertanian tanaman tahunan atau pertanian tanaman semusim.
Lebih spesifik lagi kesesuaian lahan tersebut ditinjau dari sifat fisik
lingkungannya, yang terdiri dari iklim, tanah, topografi, hidrologi adan drainase
yang sesuai untuk usaha tani atau komoditis tertentu yang produktif
(Rayes, 2006).
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang diukur atau diestimasi,
misalnya temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara,
drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan
gambut, kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas,
alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahan erosi, genangan, batuan di

permukaan dan singkapan batuan. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan
dari kegiatan survei pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci
dan diuraikan mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya sehingga dapat
diketahui bagaimana kualitas lahan tersebut baik berperan positif maupun negatif
(Ishak, 2008).

6

Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh
masing-masing komoditas mempunyai batasan kisaran minimum, optimum, dan
maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuain lahan, yang dikaitkan dengan
kualitas dan karakteristik lahan khusus untuk retensi hara seperti terlihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 1. Kualitas dan Karakteristik Lahan yang digunakan sebagai Parameter dan
Evaluasi Lahan
Simbol
Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
nr
Retensi hara

KTK Liat (cmol(+)kg)
Kejenuhan Basa (%)
pH H2O
C-Organik
Sumber : (Djaenudin dkk., 2000)
Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh
masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan
maksimum untuk masing-masing karakteristik lahan. Kualitas lahan yang
optimum bagi kebutuhan tanaman dan penggunaan lahan merupakan kelas
kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan kualitas lahan yang dibawah
optimum merupakan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2)
atau sesuai marginal (S3). Diluar batasan tersebut merupakan lahan-lahan yang
secara fisik tergolong tidak sesuai (N). Kesesuaian lahan terdiri dari kesesuaian
lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan sekarang tanpa masukan
perbaikan dan kesesuaian potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada
kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti penambahan pupuk,
pengairan atau terasering tergantung faktor pembatasnya, seperti terlihat pada
tabel berikut.

7


Tabel 2. Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jeruk (Citrus sp.)
Persyaratan Penggunaan
/ Karakteristik lahan

Temperatur (tc)
Temp. rata-rata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)

S1

S2

Kelas Kesesuaian Lahan
S3

19-33

33-36

16-19

36-39
13-16

>39
6

Lamanya masa kering
(bln)
Kelembaban (%)

2,5-4

1000-1200
3000-3500
4-5

50-90


90

-

-

Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase

baik,sedang

agak
terhambat

terhambat,
agak cepat

sgt terhambat,
cepat


agak kasar,
sedang, agak
halus, halus
100

-

sangat halus

kasar

15-35
75-100

35-55
50-75

>55
0,8


≤16
125

100-125

60-100

F0

Penyiapan lahan (lp)
Batuan dipermukaan (%)
Singkapan batuan (%)

25

Media perakaran (rc)
Tekstur

Bahan kasar (%)

Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK (me/100g)
Kejenuhan basa (%)
pH H2O
C-organik (%)

Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)

(Djaenudin dkk, 2011).

1200-3000

N

>16
≥20
5,5-7,6


5-15
5-15

8

Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk
Tanah
Tanaman jeruk manis dapat tumbuh subur pada kondisi tanah ringan sampai
sedang disertai aerasi baik, gembur, solum cukup dalam, air dapat merembes
dengan lancar dan cukup bahan organik. Struktur fisik tanah sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman jeruk, yaitu tanah yang harus mengikat dan merembeskan
air dan tidak sampai menggenang. Akar tanaman ini membutuhkan banyak
oksigen sehingga aerasi tanah harus baik dalam menunjang pertumbuhan dan
produksinya. Bahan organik yang cukup sampai lapisan agak dalam yaitu lebih 50
cm sehingga menghasilkan pertumbuhan cepat dan produktivitasnya tinggi (Barus
dan Syukri, 2008).
Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi
liat 7- 27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. Derajat
keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5– 6,5

dengan pH optimum 6. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200
cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim
hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan
sekitar 300 (http://www.ristek.go.id).
Tanah yang cocok untuk menanam jeruk adalah tanah lempung berpasir, yaitu
tanah yang tidak terlalu lengket seperti tanah lempung dan tidak terlalu remah
seperti tanah pasir. Tanah juga harus mengandung banyak humus. Jenis tanah
Andisol dan Latosol merupakan alternatif yang cocok untuk budidaya jeruk.

9

Tanah juga harus memiliki drainase yang baik. Air harus bisa meresap sempurna
atau menggenang serta air tanah terlalu dangkal. Kedalaman air tanah minimal
antara 150-200 cm di bawah permukaan tanah (Haryadi, 2013).
Secara umum tingkat pengelolaan kebun jeruk di daerah sentral produksi
oleh petani sangat bervariasi, belum optimal dan belum sepenuhnya menerapkan
inovasi teknologi anjuran sehingga produktivitasnya tidak terlalu rendah, namun
mutu buah yang dihasilkan tidak memuaskan. Periode panen buah jeruk di
Indonesia dimulai bulan Februari hingga September dengan puncaknya terjadi

pada bulan Mei-Juli.
Pemupukan Pertumbuhan tanaman menghendaki macam dan jumlah
pupuk yang berbeda sehingga itu harus didasarkan pada unsur apa yang
dibutuhkan, berapa jumlahnya kapan dan bagaimana cara pemberiannya Unsur
makro yang mutlak di butuhkan dalam jumlah banyak adalah makro primer : N, P,
K dan unsur makro sekunder : Ca, Mg dan belerang (S). Unsur mikro dibutuhkan
dalam jumlah sangat sedikit tetapi bila kekurangan akan mempengaruhi produksi
dan kelangsungan hidup tanaman , antara lain : B, Fe, Zn, Mn dan tembaga (Cu).
Nitrogen berupa urea dibutuhkan dalam fase menjelang pertunasan sebelum
pembungaan, fosfor berupa SP-36 dibutuhkan menjelang pembungaan dan
pemasakan buah serta kalium berupa KCl dibutuhkan setelah fase pertunasan
menjelang pembungaan Takaran pupuk pada tanaman dewasa dapat ditentukan
berdasarkan produksi buah. Dari hasil perhitungan data penelitian, rata-rata
jumlah unsur makro utama yang hilang karena pencucian tanah, terikut buah yang
dipanen, untuk pertumbuhan dan lain-lain diperhitungkan ± setara dengan 3 % (N
: P2O5 : K2O = 2 : 1 : 2) (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2011).

10

Iklim
Dapat ditanam di daerah antara 400 LU- 400 LS. Banyak terdapat pada
daerah 20-400 LU dan 20-400 LS. Di daerah tropis, dapat ditanam di dataran
rendah sampai ketinggian 650 m dpl. x Di daerah katulistiwa dapat di tanam
sampai ketinggian 2000 m dpl. Temperatur optimal 25-300C. Sinar matahari
sangat diperlukan untuk pertumbuhan jeruk oleh karena itu jeruk manis yang
ditanam di tempat terlindung pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang
penyakit (Purnomosidhi dkk., 2007).
Ketinggian Tempat Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi
dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies: Jenis Keprok Madura,
Keprok Tejakula: 1–900 m dpl. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200
m dpl. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300–800 m dpl. Jenis Siem:
1–700 m dpl. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1–700 m dpl. Jenis
Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. Jenis Purut: 1–400 m dpl
(http://www.ristek.go.id).
Tanaman jeruk dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi pada suhu
antara 20-300C. Jeruk keprok baik ditanam diketinggian 100-1.300 m dpl, jeruk
manis antara 700-1.300 m dpl dengan iklim relatif kering dan berada di tempat
terbuka, jeruk besar antara 70-600 m dpl, dan jeruk nipis antara 200-600 m dpl.
Namun, pada jeruk manis dapat ditanam di dataran rendah. Pupuk buatan berupa
campuran urea, TSP atau SP-36 dan KCl diberikan secara teratur tiga bulan sekali.
Setelah tanaman berbuah, pemupukan hanya dilakukan dua kali setahun, yaitu
sebelum berbunga dan setelah berbuah panen. Tiga bulan setelah tanaman mulai
dipupuk dengan campuran 25-500 urea, 25-200g TSP

(267g SP-36), dan

11

10-400g KCl per tanaman per tahun yang jumlahnya meningkat tergantung umur
tanaman (Sunarjono, 2004).
Secara keseluruhan faktor penentu lokasi penanaman tanaman jeruk dirangkum
seperti pada Tabel 3. Berikut :
Tabel 3. Beberapa Faktor Penentuan Lokasi untuk Perkebunan Jeruk
No

Faktor Kondisi
Tumbuh
Karakteristik tanah

Ketinggian dari
permukaan laut
Bibit jeruk
Iklim dan curah hujan

Persyaratan
Tanah jenis latosol dan andosol, tidak boleh
tergenang air, pH tanah 5-7,5 dengan pH
optimum adalah 6, dapat tumbuh baik pada
daerah yang mempunyai kemiringan sampai
80%
Dapat tumbuh pada daerah dataran tinggi, tetapi
banyak varietas jeruk yang tumbuh baik pada
ketinggian 800-1.500 dpl
Tersedia bibit jeruk untuk dataran rendah dan
dataran tinggi
Daerah tropis dan subtropis (850 LU – 850 LS),
dengan suhu 25-800C, curah hujan berkisar
antara 1.250-1.900 mm per tahun, kelembaban
udara 70-80% dan penyinaran matahari 50-60%
(tidak menyukai tempat terlindung), air tanah
terdapat pada kedalaman 0,5 m pada saat musim
penghujan dan 1,5 m pada saat musim kemarau.
Memerlukan 5-9 bulan basah (musim hujan),
suplai air yang cukup diperlukan pada bulan JuliAgustus.

Sumber : Sunarjono, 2004
Jenis-jenis Bahan Amandemen untuk Pertanian
Kerjasama antara bahan pupuk dalam arti khusus dan amandemen berguna
meningkatkan atau memperbaiki keterserapan hara pupuk melalui peranan bahan
amandemen dalam menempankan (mengefektifkan) interaksi antara tanah dan
pupuk, dan atau memperbaiki keadaan lingkungan perakaran yang pada gilirannya
memempankan keragaman (performance) akar tanaman dapat menyerap hara
pupuk. Keterserapan hara pupuk dapat ditentukan secara nyata pula oleh sifat

12

bahan pupuk sendiri. Bahan amandemen sendiri berkemampuan memperbaiki
keterserapan hara asal tanah, sehingga tanpa disertai pemupukan yang menambah
hara, kesuburan tanah sudah dapat ditingkatkan. Dalam hal ini bahan amandemen
mendorong pelepasan ion hara daro ikatan mineral atau organik yang kompleks
menggiatkan proses hidrolisis lewat optimisasi penambatan lengas tanah (soil
moisture retention), atau melancarkan proses pertukaran ion. Pemupukan dengan
pupuk hijau atau kandang sering lebih mempan, karena bahan pupuk ini berfungsi
rangkap, yaitu menambahkan hara dan sekaligus mengamandemenkan tanah
(Notohadiprawiro dkk., 2006).
Alternatif bahan pupuk yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk
buatan adalah pupuk organik dan bahan amelioran. Salah satu bahan amelioran
yaitu abu tandan kelapa sawit hasil limbah industri pertanian. Berdasarkan hasil
penelitian Mahbub dkk., (2005) pemberian Kalium (K) baik dari KCl dan Abu
tidak berpengaruh nyata terhadap Kejenuhan K tanah. Penggunaan abu tandan
meningkatkan lebih tinggi serapan K maksimum tanaman dibandingkan pupuk
KCl yaitu abu (19,86 g K/pot) dan KCl (17,30 g K/pot). Serapan K maksimum
tanaman untuk abu sudah terjadi pada kejenuhan K tanah 30,5%, sedang untuk
pupuk KCl baru terjadi pada kejenuhan K tanah sebesar 36,5%. Penggunaan abu
juga berpengaruh meningkatkan meningkatkan tinggi tanaman jagung.
Berdasarkan penelitian Yuwono dkk., (2010) menyatakan bahwa nilai
kejenuhan basa termasuk sangat rendah sampai rendah pada tanah andisol karena
kompleks jerapan lebih banyak ditempati oleh proton (H+). Nilai KPK meningkat
sejalan dengan meningkatnya kandungan bahan organik tanah. Hal ini disebabkan
sumbangan gugus fungsi yang dihasilkan pada proses mineralisasi bahan organik

13

tersebut dalam tanah. Dengan kegiatan pemberian pupuk organik secara teratur
dan terus menerus maka akan terjadi proses peningkatan kesuburan tanah di lahan
kentang. Bahan organik secara langsung menyediakan hara makro dan mikro,
tetapi selama perombakan akan dihasilkan pula asam-asam organik maupun asam
humat-fulvat yang membentuk khelasi dengan Fe, Mn, Zu dan Cu, seperti terdapat
pada tabel berikut:
Tabel 4. Kadar Hara Beberapa Bahan Dasar Pupuk Organik Sebelum
Dikomposkan
Kadar hara (g 100 g-1)
Jenis bahan asal

Bahan segar
Kotoran sapi
Kotoran kambing
Kotoran ayam

C
%
63,44
46,51
42,18

Kompos
Sapi
Kambing
Ayam

N
%
1,53
1,41
1,50

C/N
41,46
32,98
28,12

%
2,34
1,85
1,70

16,8
11,3
10,8

P
ppm
0,67
0,54
1,97

K
cmol/kg
0,70
0,75
0,68

ppm

Cmol/k
g
0,69
2,49
1,45

1,08
1,14
2,12

Sumber : Tim Balittanah
Tabel 5. Kandungan Unsur Hara di dalam 1 ton Pupuk Kandang
Kandungan
Pupuk kandang
N
Sapi
Kambing
Domba
Babi
Ayam

5
8
10
9
15

P
K
Kg / ton pupuk kandang
2
5
7
15
7
15
3
6
5
6

Ca
3
8
17
12
23

Sumber: Agus dan Rujlter, 2004
Pupuk kandang sapi
Secara kimia memberikan keuntungan menambah unsur hara terutama
NPK dan meningkatkan KPK serta secara biologi dapat meningkatkan aktivitas

14

mikroorganisme tanah (Allison, 1973). Salah satu jenis pupuk organik yang sering
digunakan sebagai penambah bahan organik tanah adalah pupuk kandang. Pupuk
kandang sapi merupakan sumber bahan organik yang mudah diperoleh
dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Dosis pupuk kandang pengaruhnya
terhadap nitrogen total tanah, tapi semakin tinggi dosis pupuk kandang makin
tinggi juga kadar nitrogen total tanah. Hal ini karena pupuk kandang mengandung
unsur nitrogen sehingga dengan meningkatnya dosis pupuk maka akan
meningkatkan nitrogen total tanah (Jamilah, 2003).
Kelebihan pupuk kandang sebagai berikut (a) Aman digunakan dalam
jumlah besar, bahkan sumber utama hara dalam pertanian organic, (b) Membantu
menetralkan pH tanah, (c) Membantu menetralkan racun akibat logam berat dalam
tanah, (d) Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, (e) Mempertinggi
porositas tanah dan secara langsung meningkatkan ketersediaan air tanah,
(f) Membantu penyerapan hara dari pupuk kimia yang ditambahkan, serta
(g) Membantu mempertahankan suhu tanah sehingga fluktuasinya tidak tinggi
(Utami, 2011).
Pupuk kandang sapi mempunyai serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini
terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi > 40.
Tingginya kadar C dalam pupuk kandang kotoran sapi menghambat penggunaan
langsung dalam lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan utama.
Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan
N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman
utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk kandang
kotoran sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi pupuk kompos kotoran

15

sapi dengan rasio C/N dibawah 20. Selain masalah rasio C/N, pemanfaatan pupuk
kandang kotoran sapi secara langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi.
Petani umumnya menyebutnya sebagai pupuk dingin (Fitriani, 2012).
Pupuk kandang ayam
Pupuk Kandang Ayam umumnya dipergunakan oleh petani sayuran
dengan cara mengadakan dari luar wilayah tersebut, misalnya petani kentang di
Dieng mendatangkan pukan ayam yang disebut dengan chiken manure (CM) atau
kristal dari Malang, Jawa Timur. Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar
hara P yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya. Kadar hara ini sangat
dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu dalam kotoran ayam
tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang
yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pukan terhadap sayuran.
Beberapa hasil penelitian aplikasi pukan ayam selalu memberikan respon tanaman
yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pukan ayam relatif lebih
cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan
dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Widowati dkk., 2005).
Pemanfaatan pukan ayam ini bagi pertanian organik menemui kendala karena
pukan

ayam

mengandung beberapa

hormon

yang

dapat

mempercepat

pertumbuhan ayam.
Pemberian pupuk kandang ayam dapat mengurangi pengunaan NPK.
Kemampuan pupuk kandang dalam

membantu meningkatkan berat tanaman

disebabkan pupuk kandang sangat berperan di dalam proses pertumbuhan
tanaman khususnya menjaga fungsi tanah, memberikan nutrisi bagi tanaman yang
cukup, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan proses tukar kation selain

16

menambah unsur hara makro di dalam tanah (Haq, 2009). Hasil penelitian
Yusrianti (2012) menyataan pupuk kandang ayam mempengaruhi pertumbuhan
khususnya pertambahan tinggi pada tanaman. Laju pertumbuhan tinggi tanaman
pada fase vegetatif sangat dipengaruhi oleh jumlah unsur hara yang terakumulasi
di dalam jaringan sel tanaman sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses
fisiologisnya. Jumlah akumulasi unsur hara rendah dalam sel tanaman dipengaruhi
pleh faktor lingkungan seperti cahaya, ketersediaan air dalam tanah dan
pemupukan.
Sutedjo (2002) dalam Yusrianti (2012) menyatakan kandungan unsur hara pada
pupuk kandang ayam meliputi N 5 %, P2O5 3 %, K2O 0,1 %, CaO 4 %, Mg 1
% dan SO3 2 %. Pupuk kandang ayam merupakan pupuk organik yang dapat
meningkatkan jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah, akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi pada tanaman. Pupuk kandang ayam selain
mengandung unsur hara yang lengkap juga mempunyai kelebihan diantaranya,
dapat menambah kadar humus tanah, memperbaiki drainase dan aerase serta
mengaktifkan jasad renik sehingga menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Abu cangkang kelapa sawit
Salah satu limbah padat industri kelapa sawit adalah Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS). Selain TKKS limbah padat lainnya adalah cangkang
kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit selama ini banyak menghasilkan cangkang
kelapa sawit yang terbuang, padahal jumlah limbah ini setiap hari teramat banyak.
Ciri khas limbah padat terdapat pada komposisinya (Elykurniati, 2011).

17

Limbah yang berlimpah ini umumnya digunakan untuk makanan ternak, bahan
bakar, dan sebagian kecil dikomposkan untuk pupuk organik dan sumber energi.
Energi didapatkan melalui proses pembakaran akan menghasilkan residu
pembakaran berupa abu. Disamping berpotensi sebagai sumber hara tanaman, abu
juga berpotensi sebagai bahan amandemen karena kandungan kalsium yang
tinggi. Berdasarkan pernelitian Ekawati dan Purwanto (2012) kandungan hara abu
serat dan cangkang kelapa sawit terdiri dari 16,6 – 24,9% K dan 7,1% Ca.
Cangkang kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan dari pemrosesan
kernel inti sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa, mempunyai kalor 3500
kkal/kg-4100 kkal/kg (Sunarwan dan Juhana, 2013). Setiap 100 ton tandan buah
segar yang diproses akan menghasilkan lebih kurang 20 ton cangkang, dan 7 ton
serat. Cangkang selanjutnya digunakan lagi sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan uap pada penggilingan minyak sawit. Pembakaran dalam ketel uap
dengan menggunakan cangkang kelapa sawit ini akan menghasilkan 5% (1 ton)
abu cangkang sawit (oil palm ashes) dengan ukuran butiran yang sangat halus.
Abu hasil pembakaran ini biasanya dibuangmdekat pabrik sebagai limbah padat
yang tidak bermanfaat, bahkan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan dan kesehatan

(Fauziah dan Henri, 2013).

Abu serbuk kayu
Serbuk gergaji kayu sebenarnya memiliki sifat yang sama dengan kayu,
hanya saja wujudnya yang berbeda. Kayu adalah sesuatu bahan yang diperoleh
dari hasil pemotongan pohon – pohon di hutan, yang merupakan bagian dari
pohon tersebut dan dilakukan pemungutan, setelah diperhitungkan bagian –

18

bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan
penggunaan (Billah, 2009).
Serbuk gergaji merupakan salah satu jenis limbah industri pengolahan kayu
gergajian. Alternatif pemanfaatan dapat dijadikan kompos untuk pupuk tanaman.
Pembuatan kompos serbuk gergaji kayu tusam (Pinus merkusii) dan serbuk
gergaji kayu karet (Hevea braziliensis) dengan menggunakan activator EM4 dan
pupuk kandang menghasilkan kompos dengan nisbah C/N 19,94 dan rendemen 85
% dalam waktu 4 bulan (Devisi Penulisan dan Multimedia, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Bintang dan Lahuddin (2007) menyatakan
bahwa hasil analisis terhadap abu gergaji adalah sebagai berikut : N-total 0,22%,
P2O5 0,96%, K2O 4,78% dan pH H2O 11,60. Demikian juga dengan hasil analisis
nilai K-tukar tanah menunjukkan bahwa perlakuan abu serbuk gergaji
berpengaruh nyata baik setelah inkubasi maupun setelah panen.

Dokumen yang terkait

Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

11 180 194

Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk (Studi Etnografi Petani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

3 59 152

Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

0 24 81

Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

0 0 14

Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

0 0 2

Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

0 0 4

Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

0 0 4

Pemberian Bahan Amandemen untuk Perbaikan Retensi Hara Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Desa Talimbaru Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo

0 0 15

Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk (Studi Etnografi Petani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

0 1 26

TANAMAN JERUK (StudiEtnografiPetani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo) SKRIPSI

1 1 16