Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk (Studi Etnografi Petani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

(1)

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT

TANAMAN JERUK

(StudiEtnografiPetani Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

DiajukanGunaMelengkapi Salah

SatuSyaratUjianSarjanaSosialdalambidangAntropologi

Oleh :

RIKO TANPATI PERANGIN-ANGIN 080905007

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JERUK

DI DESA SUKANALU, KECAMATAN BARUS JAHE, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 12 Desember 2012 Penulis

NIM: 080905007


(3)

ABSTRAK

Riko Tanpati Perangin-angin 2012, judul: Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Skripsiini terdiri dari 5 bab, 115 halaman, 6 tabel, 16 gambar, 14 daftar pustaka ditambah sumber lain dan 4 lampiran.

Penelitian ini mengkaji pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Fokus penelitian ini membahas tentang konsephama dan penyakit serta jenis hama danpenyakit tanaman jeruk, cara petani membedakan jeruk sakit dan sehat, sumber pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk serta bagaimana cara petani menghadapi hama dan penyakit yangmenyerang tanaman jeruk milik petani.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat mendeskripsikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, tulisan ini menggunakan aliran antropologi kognitif yang digunakan oleh Spradley bahwa kebudayaan dianggap sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan dipergunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya dan sekaligus untuk menyusun strategi prilaku dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk, dengan cara menggunakan metode ‘folk taxonomy’ untuk menjelaskan apa yang ada dipikiran petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk.

Petani Desa Sukanalu memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang hama dan penyakit tanaman jeruk. Mereka mengklasifikasikan hama dan penyakit tanaman jeruk berdasarkan kemunculan hama, ukuran tubuh hama, bagian jeruk yang diserang hama, musim, keparahan serangan dan kesulitan memberantas hama. Pengklasifikasian tersebut didasari oleh tingkat pengetahuan yang mereka miliki. Sumber pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk diperoleh dari sesama petani, kerabat, kios pupuk, media massa dan elektronik serta pengalaman. Beberapa petani memodifikasi berbagai sumber pengetahuan tersebut, tetapi beberapa petani lainnya hanya belajar dari pengalaman yang diperoleh selama bertani. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani bersifat dinamis karena petani selalu merekonstruksi kembali setiap pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan petani juga mempengaruhi pengertian petani itu sendiri tentang jeruk sakit dan sehat. Petani Desa Sukanalu umumnya mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan pupuk dan pestisida. Penggunaan pupuk dan pestisida yang dilakukan petani umumnya tidak mengikuti aturan pemakaian, tetapi disesuaikan dengan kondisi jeruk serta hama dan penyakit yang menyerang.


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun judul skripsi ini adalah : Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua tercinta, Ayahanda Adil Perangin-angin dan Ibunda Rasta br Tarigan yang selalu mengasihi dan memberi semangat dan dana selama saya melakukan perkuliahan, juga kepada kakak tercinta Antari br Perangin-angin dan abang saya yang penulis banggakan Prasasti Perangin-angin yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih buat doa-doa dan semangat dari keluargaku selama ini. Skripsi ini kupersembahkan untuk kalian.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua Departemen Antopologi FISIP USU, Drs. Agustrisno, M.SP sebagai Sekretaris Departemen Antopologi FISIP USU, Dra. Sri Alem Br Sembiring, M. Si sebagaidosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama mengerjakan skripsi ini.Banyak sekali masukan yang telah Ibu Alem


(5)

berikan untuk kelangsungan penulisan skripsi ini dan tetap sabar membimbing saya walaupun saya sering kurang memahami maksud dan tujuan Ibu untuk saya dan untuk kebaikan penulisan skripsi ini semoga Tuhan tetap memberkati Ibu beserta Keluarga.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada Dra. Mariana makmur. M.Si sebagai dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah membimbing selama ini di dalam proses akademik yang penulis ikuti. Terimakasih juga kepada seluruh dosen-dosen Program Studi Antropologi yang telah mendidik danmengajar penulis dalam perkuliahan selama ini. Terima kasih juga kepada Kak Nur sebagai Staf Departemen Antropologi yang senantiasa sabar melayani kebutuhan surat menyurat untuk kelangsungan prosedur perkuliahan semoga Ibu dan keluarga diberi kesehatan untuk tetap bisa memberikan yang terbaik untuk Program Studi Antropologi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman (impal-impalku)

yang telah banyak memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini: Junius, Batara, Nelson, Kalpin,Aldo,Berkat, Lias, Donal, Hanik, Ana, Deni, Iskandar, Taufik,Fajri,putri, dan teman stambuk 2008 lainya.Saya sangat bangga bisa berteman dengan kerabat-kerabat 2008 semua. Saya tidak akan pernah melupakan pengalaman yang pernah kita lalui bersama, semoga persahabatan ini dapat abadi sampai selamanya. Dan juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih terhadap Kak Maria yang pernah membina saya dalam Kelompok Kecil KMK


(6)

FISIPUSU.Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari kakak, terimakasih banyak penulis ucapkan.

Terima kasih khusus saya ucapkan kepada Esi Priska Tarigan yang selama ini telah banyak memberikan semangat,kasih sayang, perhatian, bantuan dan doa-doa di dalam perkulihan dan di dalam penulisan skripsi ini.Perjuangan selama tiga tahun untuk tetap bersamasemoga Tuhan memberkati dan memberikan jalan terbaik bagi kita.

Terima kasih juga kepada seluruh informan di Desa Sukanalu yang telah memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini. Seperti bulang Bapak Martin yang telah mau membagi pengalamanya mengenai pertanian jeruk dan Abang Reja Sitepu yang selalu semangat menceritakan pengalamannya selama bertani jeruk serta banyak cerita dan dukungan yang diberikan oleh informan-informan yang saya banggakan. Tidak lupa, kedai kopi “munthe” yang biasanya tempat saya berbincang dengan para petani jeruk, saya ucapkan banyak terimakasih banyak masukan yang saya dapat ketika saya duduk di kedai kopi tersebut dan penulisan skripsi ini juga dapat berjalan dengan baik dikarenakan pembicaraan yang terjadi di kedai kopi “munthe”.

Saya juga mengucapkan trimakasih terhadap Kepala Desa Sukanalu yang telah mengijinkan saya melakukan penelitian di desa tersebut dan banyak masukan dan dukungan dari bapak kepala desa terhadap penulis kata-kata yang membuat penulis menjadi semangat dalam melakukan penulisan. Perkataan bapak terus memberi semangat bagi saya, ketika berkata ‘jangan tidak bisa mencoba sesuatu


(7)

karena sekolah belum siap, jadi sebisa mungkin secepatnya selesaikan persekolahan sepaya peluang yang ada dapat dipergunakan dengan baik’.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua orang yang telah banyak membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan yang memberkati kalian semua. Penulis telah banyak belajar mengenai arti kehidupan dari orang-orang yang telah banyak membantu penulis selama ini, banyak cerita yang membukakan pikiran penulis untuk menjadi manusia yang lebih baik ini semua dapat penulis dapat karena melakukan penulisan sekripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pembangunan disiplin ilmu, khususnya di Antropologi FISIP USU.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Riko Tanpati Perangin angin, lahir pada tanggal 2 September 1988 di Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Beragama Kristen Protestan, Anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Adil Perangin angin dan Ibunda Rasta br Tarigan.

Riwayat Pendidikan formal penulis: SD Negeri Impres Sukanalu (1995-2001), SMP Negeri 3 Barus Jahe (2001-2004). SMA Negeri 1 Tigapanah (2004-2007), Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (2008-2012).

Riwayat Organisasi: Ketua Inisiasi Antropologi FISIP USU tahun 2010, Anggota Dewan Kerabat (2008-2010). Ketua “Persadan muda mudi sukanalu medan sekitar”, selama dua periode, tahun 2009-2011. Anggota IMKA “eguanita” FISIP USU.

Kegiatan Seminar: Panitia Seminar Internasional” Wacana Hubungan Etnik Budaya Dan Integrasi Antara Malaysia Dan Indonesia” Mei 2010. Panitia Seminar


(9)

Nasionalisme Orang Karo, Mei 2009. Peserta seminar dalam rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi Budaya lokal loleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan.


(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “ Pengetahuan Petani Tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk” di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo.”

Ketertarikan untuk menulis tentang pengetahuan petani tentang hama dan penyakit dikarenakan Hama dan penyakit merupakan masalah yang sangat serius yang dihadapi petani jeruk akhir-akhir ini. Oleh karena itu, tulisan ini berfokus pada pengetahuan petani mengenai hama dan penyakit tanaman jeruk. Pengetahuan petani tentang hama dan penyakit ini sangat besar artinya karena atas pengetahuan yang mereka miliki maka petani dapat bertindak untuk melakukan cara-cara pengendalian.

Hal tersebut sangat penting karena hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang cukup menonjol yang dihadapi petani sejak awal membudidayakan jeruk dan sampai dengan sekarang. Hama yang biasanya menyerang tanaman jeruk adalah hama perusak buah, daun dan batang, namun hama yang paling ditakuti adalah hama perusak buah yaitu salah satu jenis hamanya adalah lalat buah. Selain itu, penyakit yang sering mengganggu tanamanjeruk yaitu : Batang imenen yang biasanya mengakibatkan kematian akan tetapi seranganya tidak banyak dan tidak mengkhawatirkan bagi petani.

Banyak cara yang dilakukan oleh petani untuk mengatasi masalah hama dan penyakit sekalipun cara yang mereka lakukan belum tentu memberikan hasil yang


(11)

maksimal. Cara-cara yang dilakukan oleh petani biasanya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Petani Desa Sukanalu memiliki pengetahuan tersendiri tentang hama dan penyakit tanaman jeruk. Mereka juga memiliki cara tersendiri dalam mengendalikan hama dan penyakit. Pengendalian tersebut berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber dan pengalaman petaniselama bertani.

Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan, apabila ada kesalahan dalam penulisan ini, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan,08 Desember 2012 Hormat saya

NIM: 080905007


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 11.1 .Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 9

1.3. Rumusan Masalah ... 17

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 17

1.5. Metode Penelitian ... 18

BAB II GAMBARAN UMUM DESA ... 27

2.1Lokasi Desa dan Akses Jalan Menuju Desa Sukanalu ... 27

2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu ... 27

2.1.2 Akses Jalan Menuju Desa Sukanalu ... 27

2.2Sejarah Desa Sukanalu ... 31

2.3 Sistem Pemerintahan Desa ... 33

2.4 Pemilikan Tanah ... 35

2.5 Keadaan Penduduk ... 36

2.6 Topografi Desa ... 40

2.7 Tata Ruang Desa dan Pemukiman ... 42

2.8Sampah, Drainase dan Sanitasi ... 44

2.9 Sarana dan Prasarana Desa ... 45

2.10 Tata Ruang Pertanian ... 48

2.11Kelembagaan Desa Sukanalu ... 51

2.11.1 Identifikasi Lembaga Formal dan Non Formal Desa Sukanalu ... 51

2.11.2. Pesta Tahunan (Kerja Tahun) ... 52


(13)

BAB IIIPENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN

PENYAKITTANAMAN JERUK ... 54

3.1. Konsep Petani Tentang Hama ... 55

3.1.1 Sumber Hama ... 60

3.1.2 Gejala Jeruk Terserang Hama ... 63

3.1.3 Klasifikasi Hama ... 65

3.1.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Waktu Kemunculan Hama ... 65

3.1.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Tubuh ... 68

3.1.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Bagian Jeruk yang di Serang Hama ... 71

3.1.3.4 Klasifikasi Berdasarkan Musim ... 73

3.1.3.5 Klasifikasi Berdasarkan Keparahan Serangan ... 75

3.1.4.6 Klasifikasi Berdasarkan Kesulitan Memberantas ... 77

3.2. Konsep Petani Tentang Penyakit ... 80

3.2.1 Sebab-sebab dan Gejala Jeruk Sakit ... 83

3.2.2 Klasifikasi Penyakit ... 84

3.2.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Bagian Jeruk ... 85

3.2.2.2 Pinakit Bulung ... 85

3.2.2.3. Pinakit Batang ... 86

3.2.2.4 Penyakit Akar ... 87

3.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Musim ... 88

3.2.4 Klasifikasi Berdasarkan Bagian Jeruk dan Keparahan Serangan ... 89

3.2.5 Kelasifikasi Berdasarkan Kesulitan Membrantas ... 90

BAB I VSUMBER-SUMBER PENGETAHUAN PETANI TENTANG HAMA DAN PENYAKIT SERTA PENGENDALIANNYA ... 92

4.1. Sumber-sumber Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit ... 92

4.1.1 Sumber Pengetahuan dari Kerabat ... 93

4.1.2 Sumber Pengetahuan dari Sesama Petani ... 96

4.1.3 Sumber Pengetahuan dari PPL ... 101

4.1.4 Sumber Pengetahuan dari Kios Pupuk ... 103

4.1.5 Sumber Pengetahuan dari Pengalaman Petani Jeruk ... 106

4.1.6 Sumber Pengetahuan dari Media Massa dan Elektronik ... 110

4.2 Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit ... 112

4.2.1 Strategi melalui tahap pengolahan ladang Pemilihan Bibit dan Jarak Tanam ... 112

4.2.2 Setrategi Perwatan Jeruk untuk Membasi Hama dan Penyakit ... 114

4.2.2.1 Nguting dan Kelambu ... 114

4.2.2.2 Pengasapan ... 115

4.2.2.3 Pemasangan Perangkap Lalat Buah ... 117

4.2.2.4Strategi Pengendalian Hama DanPenyakit Melalui Pestisida dan Pupuk ... 119


(14)

4.3 Cit cit: Lalat buah yang menakutkan ... 123

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 129

5.1 Kesimpulan ... 129

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

LAMPIRAN ... 138 1. Identitas Informan

2. Peta Desa Sukanalu

3. Surat Selesai Penelitian dari Kepala Desa Sukanalu 4. Foto Lapangan


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukanalu ... 39

Tabel 2.2. Penyebaran Luas Wilayah Desa Sukanalu ... 44

Tabel.2.3Sarana dan Perasarana Desa Sukanalu ... 48

Table 2.4 Lembaga formal dan non formal yang ada di Desa Sukanalu ... 51

Table 2.5 Sumber Daya Alam yang dihasilkan dari Desa Sukanalu ... 53


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1Foto/Gambaran awal memasuki Desa Sukanalu ... 29

Gambar 2.2Lau Biang Sukanalu, dan susana pertama jika melalui jalan alternatif ... 31

Gambar2.3 Kesaian rumah mecu ... 43

Gambar 2.4Kesain rumah ukir ... 43

Gambar2.5 Kesain rumah gugung... 43

Gambar3.1 Dampak serangan hama ... 64

Gambar3.2 Dampak serangan hama ... 64

Gambar 3.3Lalat buah jantan ... 68

Gambar 3.4Lalat buah betina ... 68

Gambar 3.5Foto kayat kayat ... 70

Gambar 3.6 Serangan hama terhdap daun jeruk ... 72

Gambar 3.7Perangkap lele lele ... 78

Gambar 3.8Jeruk Sehat ... 82

Gambar 3.9Jeruk Sakit ... 82

Gambar 4.1Jarak jeruk yang ideal menurut petani Desa Sukanalu. (5x6 M. 6 M ke sisi kiri dan kana dan 5 M kesisi depan dan belakang.) ... 114


(17)

ABSTRAK

Riko Tanpati Perangin-angin 2012, judul: Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Skripsiini terdiri dari 5 bab, 115 halaman, 6 tabel, 16 gambar, 14 daftar pustaka ditambah sumber lain dan 4 lampiran.

Penelitian ini mengkaji pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo. Fokus penelitian ini membahas tentang konsephama dan penyakit serta jenis hama danpenyakit tanaman jeruk, cara petani membedakan jeruk sakit dan sehat, sumber pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk serta bagaimana cara petani menghadapi hama dan penyakit yangmenyerang tanaman jeruk milik petani.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat mendeskripsikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, tulisan ini menggunakan aliran antropologi kognitif yang digunakan oleh Spradley bahwa kebudayaan dianggap sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan dipergunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya dan sekaligus untuk menyusun strategi prilaku dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk, dengan cara menggunakan metode ‘folk taxonomy’ untuk menjelaskan apa yang ada dipikiran petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk.

Petani Desa Sukanalu memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang hama dan penyakit tanaman jeruk. Mereka mengklasifikasikan hama dan penyakit tanaman jeruk berdasarkan kemunculan hama, ukuran tubuh hama, bagian jeruk yang diserang hama, musim, keparahan serangan dan kesulitan memberantas hama. Pengklasifikasian tersebut didasari oleh tingkat pengetahuan yang mereka miliki. Sumber pengetahuan petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk diperoleh dari sesama petani, kerabat, kios pupuk, media massa dan elektronik serta pengalaman. Beberapa petani memodifikasi berbagai sumber pengetahuan tersebut, tetapi beberapa petani lainnya hanya belajar dari pengalaman yang diperoleh selama bertani. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani bersifat dinamis karena petani selalu merekonstruksi kembali setiap pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan petani juga mempengaruhi pengertian petani itu sendiri tentang jeruk sakit dan sehat. Petani Desa Sukanalu umumnya mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan pupuk dan pestisida. Penggunaan pupuk dan pestisida yang dilakukan petani umumnya tidak mengikuti aturan pemakaian, tetapi disesuaikan dengan kondisi jeruk serta hama dan penyakit yang menyerang.


(18)

B A B I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji tentang pengetahuan petani jeruk mengenai hama dan penyakit tanaman jeruk yang ada di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Desa Sukanalu adalah salah satu desa penghasil jeruk dan Kecamatan Barus Jahe merupakan kecamatan terbesar penghasil jeruk di Kabupaten Karo1. Jenis jeruk yang dibudidayakan di Desa Sukanalu beragam, yaitu jenis jeruk wahsington (Citrus maxima), jeruk gunting (Citrus deliciosa), jeruk bunga (Citrus lemon), jeruk kuku harimau2, jeruk purut (Citrus hystrix), jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan jeruk siam madu (Citrus sinensis)3

Jenis jeruk siam madu menjadi primadona, karena permintaan pasar yang besar dan dipasarkan hingga ke luar negeri seperti Singapura dan Malaysia

.

4

1

Data Kabupaten Karo,”karokab”http://www.karokab.go.id/i/(akses 11 Februari 2011)

2

Salah satu jenis jeruk yang dibudidayakan di Desa Sukanalu, namun nama secara ilmiah tidak ada, sehingga nama jeruk yang dilampirkan sesuai dengan nama jeruk yang ada di Desa Sukanalu (nama lokal).

3

Adinata, “Nama Latin Tanaman Hortikultura”

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090828065324AAJVRBb(akses 16 april 2011)

4

“Hasil jeruk yang di espor)

http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_hortikultura/jeruk/jeruk-bagian-b.pdf(akses 16 April 2011)


(19)

itu, jenis jeruk siam madu juga memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya yang dibudidayakan di Desa Sukanalu5

Saat ini, jeruk siam madu menjadi tanaman yang dominan di Sukanalu. Selain dikarenakan jeruk siam madu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, jeruk ini juga cocok dengan kondisi iklim – topografi, ketinggian, dan cuaca. Sehingga hampir 70% lahan pertanian dipergunakan untuk membudidayakan tanaman jeruk siam madu (Ingan Sitepu, wawancara, April 2012)

.

Jeruk siam madu mulai dibudidayakan di Desa Sukanalu pada tahun 1980an (Kepala Desa sukanalu, wawancara, 11 april 2012). Jeruk siam madu ini dibudidayakan di Desa Sukanalu diawali dari melihat keberhasilan desa lain (seperti Desa Ajijahe, Ajijulu dan Seberaya) yang terlebih dahulu menanam jeruk siam madu dan berhasil membudidayakannya. Sehingga masyarakat desa yang telah berhasil membudidayakan jeruk berbagi pengalaman mengenai keberhasilannya dalam menanam jeruk dengan kerabatnya yang ada di Desa Sukanalu. Melalui pertemuan di pesta adat dan kerja tahun berbagai pengalaman itu pada umumnya berlangsung. Sehingga masyarakat Sukanalu mulai membudidayakan jeruk siam madu di ladang pertaniannya sampai dengan sekarang.

6

Sejak petani Sukanalu membudidayakan jeruk, banyak masalah yang dihadapi petani. Mulai dari masalah langkanya pupuk, biaya perawatan jeruk yang tinggi, beredarnya pupuk palsu, harga jeruk yang tidak stabil dan mencapai puncaknya pada

.

5

Harga jeruk siam madu pada tahun 2011 di Sukanalu mencapai 7000/kg, sedangkan jeruk lain seperti jeruk wahsington, jeruk bunga, jeruk nipis hanya 4000/kg.

6


(20)

tahun 2011 adalah serangan hama dan penyakit jeruk yang begitu mengganas. Sebelumnya pada tahun 2002 misalnya, penyakit yang ditakuti oleh petani jeruk Sukanalu adalah penyakit buah gopong. Penyakit ini mengakibatkan buah jeruk menjadi seperti buah jeruk purut (menggrutu), sehingga tidak menarik dan tidak laku di pasaran. Sekarang ini, serangan penyakit buah gopong dapat diatasi oleh petani jeruk Desa Sukanalu dengan berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan pertaniannya.

Saat ini, hama lalat buah menjadi masalah yang paling ditakuti oleh petani Desa Sukanalu. Hama lalat buah mengakibatkan buah jeruk berjatuhan pada saat buah mulai menguning. Hama lalat buah mulai mengganas sejak tahun 2011 di Desa Sukanalu. Berdasarkan informasi yang didapat ketika observasi pendahuluan, petani menjelaskan bahwa 9 dari 10 petani jeruk Desa Sukanalu mengalami gagal panen akibat serangan hama lalat buah. Hama lalat buah tidak lagi dapat dikontrol dengan pestisida yang selama ini dianggap “ampuh” oleh petani untuk membasmi hama lalat buah, bahkan lalat buah sekarang ini seperti kebal (resisten) terhadap segala macam bentuk pestisida yang dipakai petani jeruk.

Sekitar tahun 1980 - 2006 serangan hama lalat buah ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena hama lalat buah hanya menyerang pada saat buah jeruk sedikit (tidak musim). Musim jeruk biasanya berlangsung pada bulan Juni sampai Juli dan Desember sampai Januari7

7

Jeruk musim dua kali dalam satu tahun di Desa Sukanalu.

, di bulan bulan ini biasanya jeruk di Desa Sukanalu tidak diserang oleh hama lalat buah. Pola musim jeruk tersebut dapat berubah akibat


(21)

penundaan penjualan jeruk dan perubahan iklim, sehingga musim jeruk akan berganti ke bulan lain.

Akan tetapi, sekitar tahun 2006 sampai sekarang, serangan hama lalat buah terus meningkat dan sangat meresahkan para petani. Karena serangan lalat buah menurunkan hasil panen petani jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, hingga 60 persen (KOMPAS.com, akses 15 Juni 2011).

Petani mendesak agar pemerintah membantu mereka mengatasi serangan hama lalat buah. Serengan hama lalat buah semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir. Lalat menyuntik telurnya ke dalam buah jeruk, sehingga jeruk membusuk dan menjadi tempat perkembangbiakan lalat buah."Bisa dibilang, 70 persen jeruk saya gagal panen karena serangan lalat buah," kata Usaha Barus (55), petani jeruk di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Rabu (7/12/2011)8

Petani di Desa Sukanalu menjelaskan kepada penulis dengan perbandingan bahwa hanya 10 dari 1000 buah jeruk yang diserang oleh lalat buah (atau sekitar 10/1000*100=1%) (pada tahun 1980-2006) kondisi ini tidak mengkhawatirkan bagi petani jeruk Desa Sukanalu. Keadaan berbeda sejak 2011, karena hampir semua buah jeruk luluh lantah ke tanah akibat serangan hama lalat buah. Petani jeruk di Sukanalu menjelaskan bahwa, hama yang menyerang jeruk di Sukanalu sifatnya berpindah-pindah. Pada awalnya Desa Sukanalu belum diserang hama dengan tingkat keganasan seperti sekarang ini. Desa yang lebih dulu diserang adalah desa yang berbatasan dengan Desa Sukanalu yakni Desa Seberaya, Ajijahe, Ajijulu, dan Sukajulu. Pada

.

8

Boyrans Gintings,”Serangan Hama Lalat Buah ; Ribuan Ton Jeruk asal Tanah Karo Gagal Panen” http://regional.kompas.com/read/2011/12/07/18272599/Lalat.Buah.Turunkan.Hasil.Panen.Jeruk (akses15 Juni 2011)


(22)

akhirnya, Desa Sukanalu juga terkontaminasi serangan hama lalat buah sehingga mengakibatkan petani jeruk yang ada di Sukanalu gagal panen.

Hal ini juga senada dengan ungkapan Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara di dalam (Analisa 2012), M Roemdi, bahwa puluhan hektar kebun jeruk di Kabupaten Karo, Sumatera Utara terserang hama dan penyakit sehingga menurunkan jumlah produksi buah jeruk ujar Roemdi:

Ada dua jenis hama dan penyakit yang cukup mengganggu yaitu dua jenis hama yang menyerang kebun jeruk di Tanah Karo itu adalah hama lalat buah yang menyerang sekitar 60 hektar (ha) dari 100 (ha) lahan jeruk, (atau sekitar 60% lahan jeruk yang diserang), hama penggerek buah yang menyerang sekitar 7 (ha) dari 100 (ha), (sekitar 7% lahan jeruk yang diserang), termasuk Kecamatan Merek, dan penyakit embun tepung yang mengenai 2 ha dari 100 ha (2% lahan jeruk yang diserang) yang menyerang kebun jeruk masyarakat9

Tidak hanya tingkat provinsi yang khawatir akan serangan hama ini, tingkat kementerian pertanian juga khawatir akan serangan hama ini yang tercermin dari tanggapan yang diberikan di media massa lokal (Analisa, 2012) menjelaskan bahwa serangan hama kali ini tidak hanya menjadi masalah petani saja, pemerintah juga peduli akan keadaan ini. Dampak serangan hama lalat buah yang menyerang perkebunan jeruk di Kabupaten Karo tidak hanya merusak citra kualitas produksi jeruk itu sendiri, tapi juga mengganggu proses ekspor ke pasar luar negeri. Menteri

.

9

“Serangan Hama Lalat Buah di Karo Jadi Perhatian Menteri Pertanian” Analisa” Sumut - Rabu, 18 Jan 2012 01:10 WIB halaman 5.


(23)

Pertanian juga menaruh perhatian yang cukup besar terhadap persoalan hama lalat buah agar sesegera mungkin diselesaikan. Eksistensi jeruk Tanah Karo bukan hanya kepentingan bagi masyarakat Tanah Karo dan Sumatera Utara saja, tapi juga merupakan kebutuhan skala nasional. Jika jeruk Kabupaten Karo terserang lalat buah, bukan petani jeruk saja yang rugi atau kecewa, tapi pihak kementerian juga ‘panas dingin’.

Tidak hanya hama lalat buah, berbagai jenis penyakit jeruk juga menyerang tanaman jeruk petani Sukanalu, namun sampai saat ini belum terlalu mengkhawatirkan, karena penyakit yang menyerang jeruk Desa Sukanalu hanya menyerang dengan jumlah sedikit. Salah satu jenis penyakit yang menyerang adalah

batang imenen yang berbentuk serangan terhadap batang jeruk dan membuat batang jeruk bernanah sehingga jeruk akan mati. Serangan ini hanya sedikit 1% (Joni sitepu, wawancara, 11 April 2012). Bagaimana sebenarnya konsep pengenalan petani akan hama dan penyakit dan bagaimana petani membedakannya?

Menyikapi serangan hama dan penyakit jeruk tersebut, petani di Desa Sukanalu tidak hanya berdiam diri. Studi pendahuluan menunjukkan beberapa hal sudah dilakukan petani untuk mengendalikan hama dan penyakit jeruk, antara lain intensitas penyemprotan pestisida ditingkatkan, penggunaan perangkap lalat buah secara massal dan meningkatkan penggunaan dosis pestisida. Selain ke tiga tindakan tersebut, banyak hal-hal yang telah dilakukan oleh petani untuk membasmi hama dan penyakit, bagaimana sebenarnya petani dapat menyimpulkan setiap tindakan serta dari mana petani mengetahui cara-cara tersebut?


(24)

Petani di Desa Sukanalu menjelaskan bahwa berbagai upaya penanggulangan ada yang berhasil dan ada yang gagal. Tetap ini menjadi bahan pembelajaran bagi petani jeruk yang ada di Desa Sukanalu, sehingga tetap berkreasi karena tidak pernah puas akan hasil yang di dapat karena hama dan penyakit tetap ada, sehingga setiap petani selalu mengembangkan pengetahuannya untuk mendapatkan hasil produksi jeruk yang memuaskan. Untuk mencapai hal tersebut, banyak percobaan-percobaan dilakukan oleh petani. Percobaan-percobaan yang dilakukan tersebut akan menjadi sebuah pembelajaran yang diperoleh petani dalam membudidayakan tanaman jeruk sehingga menjadi sebuah pengetahuan bagi petani.

Warren berpendapat bahwa petani memiliki pengetahuan sendiri (seperti dikutip Sembiring 2002:2). Warren juga menjelaskan, pengetahuan lokal itudigunakan oleh masyarakat setempat untuk mencari nafkah di lingkungan tertentu. Konsep ini mencakup pengetahuan teknis lokal, pengetahuan lingkungan tradisional, pengetahuan pedesaan, dan pengetahuan petani lokal. Secara umum, pengetahuan tersebut berkembang di lingkungan setempat, sehingga secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Hal ini juga bersifat kreatif dan eksperimental, terus-menerus menggabungkan pengaruh dari luar dan inovasi dalam memenuhi kondisi baru (Sembiring 2002:2).

Sembiring (2002:1)10

10

Srialem Sembiring,”Dalam tulisan pengetahuan dan setrategi petani hortikultura:kompetisinya dalam peningkatan pendapatan petani dan setabilitas ekosistem ladang” (tesis, medan, 2002:i)

juga menjelaskan bahwa pengetahuan lokal itu merupakan bahasan aktual yang menekankan pada kompleksitas pada pengetahuan


(25)

lokal sebagai sebuah proses. Sembiring melanjutkan bahwa studi seperti ini berhubungan dengan pengetahuan petani yang diletakan dalam lingkup sistem sosial budaya dengan sistem ekologi dan dalam satu konteks yang memandang bahwa pengetahuan petani itu berkembang sehingga pengetahuan lokal itu tidak bisa dipandang rendah.

Dari apa yang dijelaskan Sembiring (2002:1-5) bahwa petani kaya akan pengetahuan yang diperoleh dari petani pendahulu dan pengalaman, serta uji coba yang sering dilakukan oleh petani. Namun hal ini tidak dimanfatkan oleh pemerintah. Ini juga sesuai dengan pernyataan Hobart (seperti dikutip Sembiring 2002:2)11 yang mengemukakan bahwa sering kali pengetahuan yang dimiliki oleh petani dengan mencoba dan mengetahui pengendalian hama diabaikan oleh pihak terkait (pemerintah). Hobart menjelaskan bahwa dalam penerapan pengetahuan ilmiah oleh para ahli ataupun pembuat kebijakan yang ditujukan kepada petani sering kali terjadi diabaikannya pengetahuan lokal dan kemampuan potensi mereka (petani) untuk berkembang. Winaro dan Choesin (seperti dikutip Sembiring 2002:2) menegaskan “tidak dapat disangkal bahwa berbagai proyek pembangunan masih dirancang secara ‘top down’ tanpa melibatkan partisipasi penduduk setempat, proyek-proyek pembangunan sering melibatkan asumsi bahwa pengetahuan ilmiah yang lebih superior atau lebih ‘benar’ dari pada pengetahuan lokal12

11

Hobart,The Growth of Anorance:(London: London Raulede,1993) Hal 1-30

12

Winaro dan Choesin,“Pengetahuan Lokal dan Pembangunan”. Jurnal Antropologi Indonesia, no 55Th xii, 1998. halaman 2.


(26)

Peneliti berasumsi bahwa petani jeruk Desa Sukanalu juga memiliki cara tersendiri untuk mengelola tanaman jeruk mereka, mulai dari pemilihan bibit yang baik, mengolah tanah, mengendalikan hama dan cara merawat jeruk hal ini terlihat dari tindakan yang dilakukan oleh petani dalam membasi hama dan penyakit. Salah satu penelitian khusus tentang hama dan penyakit adalah penelitian yang dilakukan oleh Winarto tentang petani padi. Winarto mengatakan bahwa petani memiliki konsep dan pengetahuan sendiri tentang padi yang sehat dan padi yang sakit, dan juga tentang hama dan penyakit serta penanggulangannya, Winarto juga menegaskan bahwa pengetahuan itu terus berkembang dan akan menuju pada peningkatan produksi (Winarto 1998: 53-58).

Demikian juga halnya petani jeruk di Desa Sukanalu, tentu memiliki pengetahuan tersendiri tentang hama dan penyakit jeruk. Hal inilah yang ingin dikaji dalam penelitian ini, bahwa bagaimana sebenarnya pengetahuan petani dalam pengendalian hama, penyakit tanaman jeruk dan apa saja variasi pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan oleh petani jeruk di Desa Sukanalu.

1.2. Tinjauan Pustaka

Pertanian merupakan ujung tombak perekonomian Indonesia, karena Indonesia merupakan negara agraris. Konsep petani itu sendiri sangat beragam, menurut Scott petani itu tergantung bagaimana masyarakat desa mengelola lahan pertaniannya. Petani tidak mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya merujuk kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja. Artinya, petani adalah orang yang bercocok tanam di lahan pertanian. Dengan demikian, orang yang


(27)

tinggal di desa belum tentu seorang petani (Scott, 1994:32-34). Menurut Witrianto (2011:1-2), petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya.

Witrianto (2011:1-2) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani. Secara umum, petani bertempat tinggal di pedesaan dan sebagian besar diantaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah yang padat penduduk di Asia Tenggara hidup di bawah garis kemiskinan13

Marzali (1998:85-98) juga memiliki konsep sendiri tentang apa itu petani. Petani menurut Marzali adalah petani yang identik dengan kehidupan pedesaan. Marzali membedakannya menjadi peladang atau pekebunan, peisan (dari bahasa Inggris peasant), dan petani pengusaha atau farmer. Sebagian besar petani yang ada di Indonesia merupakan peasant atau petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan pertanian yang mereka miliki. Setelah Marzali membaca beberapa pendapat ahli tentang petani, sehingga Marzali membagi pendapat ahli tersebut dalam tiga konsep mengenai peasant sekurang-kurangnya mengacu pada tiga pengertian yang berbeda. Konsep pertama yang menyatakan bahwa istilah peasant ditujukan kepada semua penduduk pedesaan secara umum, tidak peduli apapun pekerjaan mereka

.

14

13

Witrianto,”Apa dan Siapa Petani” (

. Konsep kedua yang menyatakan bahwa peasant tidak mencakup seluruh pedesaan,

file:///E:/Witrianto,%20S.S.,%20M.Hum.,%20M.Si.%20%C2%BB%20Apa%20dan%20Siapa%20Pet ani.htm) (akses 5 Januari 2012)

14

Marzali 1997 mengacu pada pandangan Gillian Hart (1986), Robert Hefner (1990), dan Paul Alexander dkk (1991).


(28)

tetapi hanya terbatas kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja15. Konsep ketiga atau terakhir yang menyatakan bahwa peasant ditujukan untuk menunjukkan golongan yang lebih terbatas lagi yaitu hanya kepada petani yang memiliki lahan pertanian, yang menggarap sendiri lahan tersebut untuk mendapatkan hasil yang digunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya, bukan untuk dijual atau yang di Indonesia biasa disebut sebagai petani pemilik penggarap16. (Marzali, 1998)17

Sedangkan konsep mengenai farmer atau petani pengusaha adalah petani kaya yang memiliki tanah luas dan memiliki banyak buruh atau tenaga kerja yang bekerja untuk mendapatkan upah darinya. Hasil lahan pertaniannya terutama adalah untuk dijual. Pengolahan lahan sudah menggunakan peralatan teknologi modern, seperti mesin bajak, traktor, rice milling, sprayer, dan lain-lain (Marzali, 1998:85-98). Melihat perbedaan pandangan mengenai petani di atas, sulit kiranya menetapkan petani jeruk Sukanalu berada di posisi pandangan ahli tertentu. Karena petani yang dimaksutkan dalam tulisan ini adalah orang-orang yang bercocok tanam (mengolah lahan pertanian) baik itu lahan pertanian milik sendiri dan lahan pertanian yang . Marzali menempatkan posisi masyarakat peasant dalam proses evolusi masyarakat manusia sebagai masyarakat antara. Yaitu berada pada posisi antara masyarakat primitif dan masyarakat modern yang sama-sama menetap di pedesaan. Hasil panen petani peasan tidak dijual, hanya untuk dimakan dan keperluan adat.

15

Marzali 1997 mengacu pada pandangan James C. Scott (1976) dan Wan Hashim (1984).

16

Marzali 1997 mengacu pada pandangan Eric Wolf yang kemudian diikuti oleh Frank Ellis (1988).

17

Amri Marzali, “Konsep Peisan dan Kajian Masyarakat Pedesaan di Indonesia, Antropologi Indonesia no 45Th XXI.1998.halaman 8.


(29)

disewa. Hasil dari bercocok tanam bisanya dijual dan hasil penjualan dipakai untuk kebutuhan hidup. Teknologi yang dipakai beragam, penulis menyimpulkan kedalam kata-kata semi-modern karena petani jeruk Desa Sukanalu juga menggunakan traktor (alat modern)dan juga alat-alat tradisonal lain seperti cangkul, rauka dan lain-lain. Sehingga sulit untuk menerapkan pengertian petani menurut ahli tertentu terhadap petani jeruk yang ada di Desa Sukanalu.

Dalam kehidupan petani hama dan penyakit adalah masalah yang tidak pernah lepas dari kehidupan petani. Petani jeruk Sukanalu telah mengenal hama dan penyakit sejak membudidayakan jeruk (1980), sehingga hama dan penyakit pada tanaman jeruk bukanlah masalah baru bagi petani jeruk Sukanalu. Namun pada tingkat keganasan serangan hama dan penyakit yang membuat petani terus bersikap dan melakukan percobaan demi percobaan di lahan pertanian untuk mengoptimalkan hasil panen jeruk mereka.

Jika dilihat dari sudut pandang ilmu pertanian, hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Hama menyuntikan sesuatu ke dalam buah jeruk sehingga mengakibatkan jeruk busuk. Sedangkan penyakit adalah sesuatu yang merusak yang datangnya dari dalam atau tidak bekerjanya organisme secara baik sehingga menimbulkan sebuah gejala yang disebut penyakit18

18

Membedakan penyakit dan hama perlu kejelian, hama biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang, umumnya dari golongan hewan seperti (tikus, burung, ulat, serangga dan sebagainya). Hama juga cenderung hanya menyerang bagian tertentu hingga jarang mengakibatkan kematian, biasanya hanya mengurangi hasil produksi dan secara fisik hama lebih gampang diatasi karena terlihat oleh mata.


(30)

Apa yang dilakukan petani dengan pengetahuan penduduk setempat dan melakukan berbagai percobaan untuk membasmi hama dan penyakit di dalam kegiatan pertaniannya bisa di sebut dengan pengetahuan lokal. Senada dengan Winarto (1999:69-70) bahwa petani sebenarnya memiliki pengetahuan lokal yang sangat kaya. Pengetahuan petani tersebut melibatkan pengetahuan ekologi yang cukup beragam. Winarto memberi contoh satu jenis pengetahuan lokal pada petani padi. Bahwa padi yang dipilih petani yang memiliki karakteristik genetika tertentu yang perlu dikenali oleh petani, apakah itu menyangkut prilaku air, pupuk, pengolahan tanah, pengendalian hama dan penyakit, umur padi, kemajuan produksi, kualitas gabah, serta cita rasa dari jenis padi yang ditanam. Ini semua merupakan hal-hal yang sangat penting bagi petani dalam proses belajar mereka. Winarto mengatakan bahwa petani selalu melakukan pengamatan atas apa yang terjadi dengan tanaman mereka (Winarto 1999:69-70). Apa yang dikemukakan winarto tersebut menunjukan bahwa adanya pengamatan terus menerus yang dilakukan petani untuk mengamati apa yang terjadi dengan tanaman mereka. Winarto dalam hal ini senada dengan pandangan Keller.

Keller (seperti dikuti Winarto 1998 : 54-60) menjelaskan bahwa pengetahuan selalu mengalami penyempurnaan, pengayaan ataupun perbaikan melalui pengalaman

Sedangkan penyakit adalah sesuatu gangguan yang terjadi pada tanaman sehingga menyebabkan kematian pada tanaman. Penyakit tidak hanya mengurangi produksi melainkan mengakibatkan kematian secara perlahan, ciri-ciri penyakit itu sendiri sukar dilihat dengan mata telanjang, bisanya yang menyerang seperti (virus, bakteri, jamur dan lain-lain). Cara kerjanya lambat sehingga mengakibatkan kematian dalam jangka waktu yang relatif lama (http://ghaibnet.blogspot.com/2009/11/perbedaan-hama-dan-penyakit.html).(akses 2010).


(31)

para pelakunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan tertentu. Berbicara tentang petani berarti juga berbicara tentang teknik dan hasil pertanian serta faktor-faktor pendukung lainnya, misalnya faktor alam, manusia, maupun sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang alam atau lingkungan tersebut. Scott juga menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh petani melalui pengalaman dan yang diperoleh dari nenek moyang mereka akan dipergunakan untuk menghadapi dunia sekeliling mereka. Dalam penelitiannya tentang padi, Scott memandang bahwa “banyaknya padi yang dihasilkan suatu keluarga untuk sebagian tergantung kepada nasib, akan tetapi tradisi setempat yang mengenal soal jenis bibit, cara menanam dan penetapan waktu telah digariskan berdasarkan pengalaman selama berabad, dengan tujuan menghasilkan panen yang lebih mantap dan dapat diandalkan menurut keadaan” (Scott 1985:53).

Sehingga peneliti tertarik mencermati bagaimana pengetahuan petani mengenai hama dan penyakit, dan dari mana pengetahuan itu diperoleh dan mengapa pengetahuan itu digunakan dalam kehidupan pertanian mereka, serta bagaimana cara petani membasmi hama dan penyakit dengan pengetahuan yang dimiliki oleh petani jeruk yang ada di Sukanalu.

Pengetahuan petani jeruk Sukanalu untuk mengatasi hama dan penyakit tersebut berlangsung seiring dengan pengamatan dan pengalaman yang selalu mengalami perubahan. Pengetahuan itu berada pada pikiran (mind) petani itu sendiri. Untuk melihat mind petani tentang hama dan penyakit dapat digunakan pendekatan antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai sebuah sistem


(32)

pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan dipergunakan untuk menginterpretasikan dunia sekelilingnya dan sekaligus untuk menyusun strategi prilaku dalam menghadapi dunia sekelilingnya (Spradley:1997:11). Borofsky (1994:343) juga berpandangan bahwa individu individu itu selalu berinteraksi dengan berbagi pemahaman dan pengalaman dari waktu ke waktu. Dari interaksi yang mereka lakukan akan menghasilkan sebuah pandangan baru dan tindakan baru dari hasil interaksi yang dilakukan oleh individu (petani) tersebut.

Melihat pandangan (Spradley (1997:11) dan Borofsky (1994:343) peneliti menjadi tertarik untuk melihat bagaimana dan dari mana sebenarnya pengetahuan petani Desa Sukanalu tersebut mengenai hama dan penyakit, dan bagaimana konsep petani untuk membedakan hama dan penyakit dan bagaimana cara petani menerapkan pengetahuan atau mengorganisasikan pengetahuan itu di dalam pikiran petani sehingga menjadi sebuah keputusan untuk membasmi hama dan penyakit pada petani khususnya Desa Sukanalu. Sesuai dengan pandangan Spradley juga bahwa mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material seperti benda-benda, kejadian, perilaku dan emosi. Karena itu, objek kajiannya bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomenal material tersebut diorganisasikan dalam pikiran (mind) manusia (Spradley : 1997).

Choesin (2002:1-10) memberikan sebuah model pengetahuan yang disebut dengan connectionism19

19

Chosin menjelaskan bahwa cara atau sekema untuk melihat pengetahuan, dengan mempergunakan metaphor sebuah jaringan syaraf untuk unsur-unsur kognitif yang ada dalam benah individu, dan perlu


(33)

bahwa informasi diperoleh secara paralel, sehingga dapat dilihat bagaimana individu belajar, membuat skema-skema untuk memahami situasi dan mengatasi masalah. Pembentukan skema adalah hasil intraksi individu dengan unsur-unsur di sekitarnya, dan unsur-unsur di sekitarnya dapat berasal dari masyarakat sendiri, baik dari luar maupun percampuran antara keduanya20

1.3. Rumusan Masalah

.

Tulisan Endraswara (1996:134-142) tentang metodologi penelitian kebudayaan juga menjelaskan bahwa model teori etnosains mengkaji tentang pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas budaya. Endraswara berpandangan bahwa budaya diangkat berdasarkan pendapat pemilik budaya, disini pendapat tentang budaya tersebut akan dikelasifikasikan (di kategorisasi) dan menganalisis ada tiga cara yaitu : pertama, peneliti memperhatikan istilah-istilah khsus dari informan. Istilah tersebut harus tertampung dalam klasipikasi. Kedua, peneliti berusaha mendeskripsikan atau melukiskan aturan-aturan budaya yang digunakan oleh informan. Aturan aturan tersebut akan diklasifikasikan, sehingga tampak jelas penggunaannya dalam intraksi budaya. Ketiga, peneliti berusaha menemukan tema-tema budaya dari kelasifikasi istilah dan aturan tadi (Endraswara 1996:134-142). Model ini akan dipakan peneliti untuk melihat kebudayaan petani jeruk Sukanalu dalam membasi hama dan penyakit jeruk.

diingat bahwa yang dibicarakan di sini adalah sebuah model tentang pengetahuan dan bukan sebuah uraian mengenai cara kerja otak (dalam Choesin 2002:3).

20

Sebuah gejala yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan adanya sebuah aturan, karena unsur setiap gejala bisa ditemukan sejumlah aturan yang tidak terhingga banyaknya yang dianggap mendasari sebuah pandangan tentang pengetahuan atau pengambilan keputusan dalam pikiran atau mind manusia.


(34)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi pokok pemasalahan penelitian ini adalah: bagaimana pengetahuan petani jeruk di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo mengenai hama dan penyakit pada tanaman jeruk.

Masalah tersebut akan dirincikan dalam betuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep petani tentang hama dan penyakit tanaman jeruk?

2. Apa saja jenis jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk, serta jenis hama dan penyakit apa yang paling ditakuti oleh petani jeruk?

3. Bagaimana cara petani membedakan jeruk sakit dan sehat?

4. Darimana saja sumber pengetahuan petani akan hama dan penyakit tanaman jeruk?

5. Bagaimana cara petani menghadapi hama dan penyakit tanaman jeruk mereka?

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan petani di Desa Sukanalu tentang hama dan penyakit tanaman jeruk. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah tulisan etnografi yang baik. Dengan melihat cara-cara yang dilakukan petani terhadap pengendalian hama dan penyakit tanaman jeruk. Hasil penelitian ini juga diharapkan mempunyai manfaat, baik secara praktis maupun secara akademis. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi masukan bagi masyarakat lokal terutama petani jeruk agar lebih menghargai pengetahuan lokal yang mereka miliki, dengan terus belajar dari pengalaman, diharapkan juga hasil


(35)

penelitian ini dapat membantu petani untuk membasmi hama dan penyakit. Secara akademis, bermanfaat untuk menambah wawasan dan kepustakaan di bidang Antropologi dan penelitian ini akan dilakukan di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo.

1.5. Metode Penelitian Proses Penentuan Topik

Judul yang ingin saya ajukan pertama kali kepada jurusan yakni mengenai peran wanita karo dalam rumah tangga. Namun setelah berdiskusi dengan bapak Fikarwin sebagai Ketua Jurusan Antropologi, sehingga saya akhirnya beralih pembahasan mengenai pertanian. Saya setuju dengan masukan itu, karena intres

(minat) saya akan pertanian juga cukup mendalam. Apalagi saya juga pernah bercita-cita kelak dapat hidup sebagai seorang petani yang sukses. Sehingga ditemukanlah judul mengenai, ‘Pengetahuan petani Desa Sukanalu tentang hama dan penyakit tanaman jeruk’.

Topik pertanian biasanya dibimbing oleh ibu Sri Alem, karena itulah ibu Sri Alem menjadi dosen pembimbing saya. Setelah itu saya memberikan undangan tanda kesediaan terhadap ibu Sri Alem dan beliau pun bersedia untuk membimbing saya di dalam penulisan skripsi ini. Setelah mendapat persetujuan, saya pun langsung melakukan observasi ke Desa Sukanalu, yang menjadi tempat penelitian, yang juga sekaligus merupakan desa kelahiran dan tumbuh besar di desa ini.

Karena itulah saya ingin sekali melihat bagaimana sebenarnya pengetahuan petani Desa Sukanalu mengenai hama dan penyakit jeruk yang dilatarbelakangi oleh


(36)

serangan hama lalat buah yang sangat luar biasa ganasnya. Karena itulah, saya semakin bersemangat untuk melihat pengetahuan petani Desa Sukanalu khususnya mengenai hama dan penyakit jeruk.

Kegiatan Lapangan dan Pengembangan Report

Dalam pengerjaan penelitian ini, pendekatan terhadap petani jeruk Desa Sukanalu bagi saya yang telah lama tinggal di desa ini tidak terlalu sulit. Selama melakukan penulisan/penelitian skrisi ini, saya telah melakukan hubungan yang baik dengan para informan, apa lagi saya sebagai ketua muda mudi Desa Sukanalu untuk daerah Kota Medan. Sehingga saya telah sering berhubungan atau bersentuhan dengan masyarakat Desa Sukanalu dengan berbagi kegiatan atau program yang kami kerjakan untuk kemajuan Desa Sukanalu.

Disamping itu, ayah saya juga sebagi penatua gereja dan kepala sekolah di SD Negeri I Desa Sukanalu, sehingga memudahkan saya untuk melakukan penelitian ini, karena keluarga kami telah memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat Desa Sukanalu.

Akan tetapi, permasalahan timbul ketika saya melakukan wawancara karena terkadang petani merasa saya tahu tentang seluk beluk pertanian jeruk. Apalagi mereka tahu, ayah saya juga memiliki ladang jeruk. Namun setelah menjelaskan maksud dan tuajuan penelitian yang saya lakukan, bahwa masing-masing petani memiliki pengetahuan masing-masing sehingga pengetahuan-pengetahuan itulah yang mau saya tulis dan teliti namun bukan memberikan solusi. Tujuan saya adalah dengan melihat gambaran mengenai pengetahuan petani Desa Sukanalu, supaya


(37)

dengan itu kita dapat mengetahui akar permasalahan dan dengan bersama-sama mencari jalan keluar.

Dalam melakukan penelitian, saya sering ikut nongkorg di kedai kopi, karena disinilah masyarakat desa berkumpul setiap harinya. Pada dasarnya, kedai kopi tidak hanya sekedar tempat minum kopi atau teh, akan tetapi tempat bercerita tentang semua aspek kehidupan yang dijalani biak permasalahan politik, keluarga, ekonomi, dan pertanian tergantung siapa teman berbicara . Dengan mendengarkan pembicaraan sesama petani mengenai segala hal, termasuk di dalamnya mengenai hama dan penyakit jeruk.

Karena masalah hama lalat buah yang sangat ganas sekarang ini, tentu saja pembicaraan tentang hama sangat sering dibicarakan di kedai kopi. Disinilah saya mendengarkan pembicaraan petani tanpa bertanya dan melihat apa yang dibicarakan. Dari pembicaraan tersebutlah penulis dapat melihat pembicaraan petani sehari-hari tanpa adanya tekanan/pengaruh (alami).

Dari pembicaraan tersebutlah, penulis menganalisis tentang hal yang sedang saya teliti. Metode seperti ini tentu lebih baik, untuk mendapatkan pembicaraan yang sangat lepas (apa adanya). Para petani tidak sadar bahwa saya telah mencatat apa yang mereka bicarakan mengenai jeruknya khusunya tentang hama dan penyakit jeruk. Saya sangat terkejut melihat curahan hati para petani bahwa serangan hama lalat buah yang amat ganas itu memberikan dampak yang begitu besar terhadap berbagai aspek kehidupan petani jeruk Desa Sukanalu.


(38)

Selain itu, saya juga bertanya kepada orang tua saya prihal kepada siapa saya harus menjumpai yang dapat merefresentasikan pengetahuan petani tentang jeruk. Saya bertanya kepada beliau tentang siapa petani pertama yang membudidayakan jeruk? Untuk pertanyaan ini, orang tua saya tidak tahu begitu jelas, akan tetapi petani yang telah lama menanam jeruk diberitahu kepada saya yakni Bapak Martin Sitepu. Saya pun menemui bapak Martin Sitepu. Pertemuan itu tepatnya di kedai kopi karena warung kedai kopi tempat saya nongkrong juga tempat bapak Martin Sitepu biasanya minum kopi. Secara kekerabatan adat (tutur), kebetulan saya memanggil bulang terhadap bapak Martin Sitepu ini. Perlu diketahui, panggilan bulang adalah pangilan untuk kakek.

Pembicaraan saya dengan bulang Martin Sitepu, sangat nyambung, karena dia juga sangat antusias menceritakan pengalamannya selama bertani. Menurut penuturan Bulang ini, dia adalah orang kedua menanam jeruk di Desa Sukanalu setelah M.Milala (alm). Sangat banyak cerita yang saya dapatkan dari Bulang ini, karena dia orangnya juga suka bercerita. Bahkan tidak hanya tentang tanaman jeruk, bulang Martin bercerita tentang kesuksesan anak-anaknya yang juga sukses di dalam pendidikan dan usaha.

Saya juga mewawancarai anak dari bapak M. Milala (alm) yaitu bapak Seh Milala. Bapak Seh Milala juga adalah sekaligus penjual pupuk dan pestisida di Desa Sukanalu. Saya memanggil bapak Seh Milala dengan panggilan Mama. Kebetualan,

Mama ini juga adalah penatua di dalam gereja sama dengan ayah saya, sehingga memudahkan bagi saya untuk melakukan pembicaraan. Kami banyak berbicara


(39)

tentang hama dan penyakit tanaman jeruk dan bapak Seh Milala juga menuturkan bahwa hama ini telah menyerang tidak hanya Desa Sukanalu akan tetapi seluruh pertani jeruk di Tanah Karo. Beliau juga menuturkan, bahwa penanggulangan yang benar-benar ampuh belum dapat ditemukan, hanya sampai pada tahap pencegahan, ujarnya.

Beruntung bagi saya, karena dapat berbicara dengan berbahasa karo dengan baik. Sehingga logat dan eskpresi dapat jelas saya lihat, bahkan bohong tidaknya mengenai apa yang diberitahukan setidaknya dapat saya analisis. Akan tetapi pada umumnya semua petani antusias untuk membicarakan masalah ini.

Sekali pada sore hari saya berbicara mengenai hama dan penyakit di kedai kopi dengan bapak Reja Sitepu. Ketika asik berbicara mengenai hal itu, petani lain datang dan ternyata mereka juga akhirnya ikut membicarakan topik yang tadinya kami bicarakan. Sehingga terjadi diskusi yang sangat berhubungan dengan penelitian saya ini. Akhirnya saya mendapat bahan dari beberapa petani. Karena pemahaman mereka akan penanggulangan hama berbeda satu dengan yang lain. Pembicaran itu sangat saya sukai dan yang sangat saya butuhkan untuk melengkapi penelitian ini, khususnya selama 5 bulan ini pembicaran seperti itu saya lakukan. Sehingga kebenaran dan kedalaman data dapat dihasilkan di dalam penelitian ini.

Selama ini, saya juga sering membantu orang tua dalam merawat jeruk kami, baik dalam memopa, pemupukan, dan perawatan lainnya. Ini juga menjadi bahan masukan bagi saya di dalam penelitian ini.


(40)

Tidak hanya itu, selama melakukan penelitian ini, saya juga sering mendatangi ladang jeruk masyarakat lain untuk melihat apa yang dilakukan terhadap pertanian jeruk mereka dan juga sekaligus bertanya mengenai pengetahunnya tentang hama dan penyakit jeruk. Mereka juga antusias menjelaskan setiap hal yang saya tanyakan.

Akan tetapi yang saya takutkan sekarang adalah tingginya harapan/ekspektasi dari masyarakat akan hasil dari peneltian. Karena mereka berharap ada solusi yang dihasilkan. Disinilah, saya terus menerus menjelaskan maksud penelitian ini, bahwa bukan untuk mengatasi permasalahan namun menemukan pemahaman petani.

Sehingga dalam pengumpulan data penulis tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan data. Apa lagi pembicaraan tetntang hama lalat buah sangat gencar dibicarakan sehingga memudahkan penulis memulai pembicaraan dan informan juga antusis menceritakan apa yang mereka ketahui.

Bapak Martin Sitepu, merupakan salah satu informan kunci saya. Namun saya melihat penelitian ini berhubungan erat dengan infroman lain, karena saya melihat variasi pengetahuan-pengetahuan petani itu penting. Sebagaimana saya telah katakan, masing-masing petani memiliki trik dan pemahaman tersendiri di dalam menghadapi hama jeruk. Terkadang petani lain yang tidak sempat saya wawancari satu persatu bertanya kepada saya, kami ndigan sukunindu? maka kalak ena saja. ( Kami kapan ditanya? Kok orang itu saja yang ditanya?). Sambil tertawa saya menjawab, iya Pak sebentar saya tanya juga tentang pertanian jeruk Bapak. Tapi apa yang bapak tahu, bukan tentang apa yang saya tahu, karena mereka menilai saya tahu akan pertanian


(41)

jeruk karena mahasiswa itu pandangan dari orang Desa Sukanalu memiliki pengetahuan yang luas. Hal ini mendorong saya untuk memberikan kontribusi terhadap desa ini dengan membukukan pengetahuan-pengetahuan yang petani miliki dan semoga nantinya dapat berguna untuk data pengembangan pertanian jeruk di Tanah Karo, khususnya Desa Sukanalu.

Penulisan (mengklasifikasikan data ke dalam tulisan)

Dalam pengumpulan data saya tidak terlalu sulit, akan tetapi dalam menuangkan data tersebut ke dalam tulisan menjadi masalah yang sangat berat bagi saya. Terlihat beberapa kali saya harus mengulang tulisan yang telah saya tulis karena setelah berdiskusi dengan Ibu Alem bahwa ternyata tulisan saya buat kurang tepat. Sehingga saya harus terlebih dahulu menyusun format dari tulisan yang ingin saya tulis supaya data yang saya peroleh dapat diklasifikasikan dengan baik. Saya harus memperbaiki tulisan saya yang kurang tepat tersebut berkali-kali, namun ini tidak menurunkan semangat saya dalam penulisan skripsi ini.

Sekitar 2 bulan saya jarang melakukan konsultasi skripsi ini karena mulai jenuh, akan tetapi beruntung bagi saya mendapat semangat kembali ketika menghadiri wisuda kawan setambuk saya, saya melihat kegembiraan yang begitu dalam dan kegembiraan orang tua yang mengantarkan anaknya menjadi sarjana, ini menjadi motivasi saya kembali untuk tetap semangat mengerjakan skripsi ini.

Berkali-kali saya harus pulang kampung untuk mengumpulkan data akan tetapi saya tidak merasa dibebani untuk berkali-kali bolak balik mengambil data,


(42)

karena saya bisa sekaligus berjumpa dengan ke dua orang tua saya, sekalian pulang kampung.

Banyak diskusi yang saya lakukan untuk penulisan skripsi ini, untuk melihat kekurangan skripsi saya. Biasanya saya berdiskusi dengan Batar’08, abang saya, dan teman-teman lainnya. Khususnya dengan sesama teman yang sedang mengerjakan skripsi, supaya memiliki pikiran baru untuk penulisan skripsi dan mengingatkan bahan bahan apa yang harus dimasukkan ke dalam tulisan ini.

Saya mendapat tekanan yang sangat besar dari orang tua saya, karena satu setambuk saya sesama mahasiswa asal Desa Sukanalu telah selesai di dalam perkulihanya. Sehingga orang tua saya merasa terlalau lama dalam penyelesaian setudi ini, akan tetapi ini tidak menjadi masalah yang membuat saya patah semangat. Saya pun tetap berjuang untuk cepat menyelesaikan skripsi ini. Sehingga dengan menunggu waktu satu tahun saya dapat merampungkan skripsi saya dengan baik. Semoga nilai skripsi ini juga baik nantinya dan dapat berguna bagi studi antropologi khususnya dalam studi antropologi pertanian.


(43)

(44)

BAB II

GAMBARAN UMUM DESA

2.1. Lokasi Desa dan Akses Jalan Menuju Desa Sukanalu 2.1.1. Lokasi Desa Sukanalu

Desa Sukanalu berada di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Luas daerah Desa Sukanalu sekitar 15,22 Km2 atau 11,89 % dari totol luas keseluruhan Kecamatan Barus Jahe yang terdiri dari 19 Desa. Desa Sukanalu merupakan desa yang paling luas di Kecamatan Barus Jahe dan merupakan peringkat ke 4 desa terluas di Kabupaten Karo21

Sarana angkutan umum dari Kota Medan menuju Desa Sukanalu dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum seperti bus Antar Kota Dalam

.

Jarak desa dengan kota kecamatan berjarak 6 Km, sedangkan jarak desa dengan ibukota Kabupaten berjarak sekitar 12 Km dan jarak Desa dengan ibukota provinsi berjarak sekitar 75 Km. Batas wilayah Desa Sukanalu yaitu pada sisi Utara berbatasan dengan Desa Sukajulu dan Desa Kubu Colia. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bulan Jahe dan Sinaman. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Seberaya dan Kecamatan Tiga Panah. Dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bulanjahe dan Bulan Julu.

2.1.2. Akses Jalan Menuju Desa Sukanalu

21

Desa Terluas dan terbanyak penduduknya di Kabupaten Karo 1. Desa Juhar 2. Desa Batukarang 3. Desa Suka dan 4. Desa Sukanalu .


(45)

Provinsi (AKDP) Po. Borneo, Cv. Murni Express, Po. Sumatera Transport, Po. Aronta dan Cv. Sinabung Jaya. Umumnya bus AKDP ini menggunkan bus berkapasitas 30 orang. Rute perjalanan bus AKDP dimulai dari Terminal Pinang Baris Kota Medan dan dapat juga melalui pool bus masing-masing di Simpang Kuala yang menuju Kota Kabanjahe. Rute perjalanan ini melewati: Pancur Batu, Sibolangit, Bandar Baru, Ndolu, Tahura, Peceren, Berastagi dan Kabanjahe tepatnya Terminal Tigabaru Kabanjahe. Waktu tempuh perjalanan Medan-Kabanjahe mencapai 2-3 jam perjalanan22

Kondisi jalan Medan-Kabanjahe tergolong cukup baik. Karena mengingat jalan ini juga menuju daerah objek wisata Berastagi dan Resort Taman Simalem Aekpopo. Namun yang perlu diwaspadai adalah sering terjadi longsor karena curah hujan dan keadaan topografi jalan yang berbukit. Begitu juga topografi jalan Medan-Kabanjahe memiliki tanjakan dan tikungan yang tajam. Bahkan tidak jarang juga terjadi kabut, sehingga jarak pandang hanya 10 M. Namun meskipun demikian, sepanjang perjalanan kita dapat menikmati pemandangan pegunungan yang indah. Sepanjang perjalanan kita juga dapat menikmati aneka wisata kuliner dan hasil buah-buahan berupa, durian, manggis, jambu, pepaya, dll

.

23

Setibanya di Kota Kabanjahe, untuk menuju Desa Sukanalu kita harus melanjutkan perjalanan dari Terminal Bawah Tiga Baru Kabanjahe dengan

.

22

Jika keadaan jalan tidak macet. Dan rata rata kecepatan 60 Km/jam.

23

Di Desa Pancur Batu dan Desa Sembahe kita bisa menikmati buah buahan yang segar yang dijual di tepi jalan menuju kabanjahe. Di Desa Ndolu kita juga bisa menikmati pemandangan indah dan jagung bakar. Di Tahura kita bisa melihat monyet yang menikmati jagung bakar serta udara yang sangat sejuk.


(46)

menggunakan minibus angkutan pedesaan Cv. Gaya Baru atau Cv. Sinar Tani. Untuk sampai di Desa Sukanalu perjalanan akan menempuh jarak 12 Km dan lama perjalanan sekitar waktu 15-30 menit perjalanan. Setiap harinya ada sekitar 30 angkutan pulang-pergi Kabanjahe – Sukanalu dan beroprasi mulai dari jam 06.00 wib s/d 20.00 wib.

Desa yang dilewati untuk menuju Desa Sukanalu yakni Desa Bunuraya Baru dan Desa Tigapanah. Persisnya di Pasar Tigapanah jalan Pematang Siantar – Kabanjahe kita akan belok kiri. Di pasar ini umumnya angkutan akan berhenti sejenak untuk menunggu penumpang dari Pasar Tigapanah. Begitu melewati Desa Tigapanah, kita akan memasuki perbatasan antara Desa Sukanalu dan Desa Tigapanah. Di sini mulai terlihat perladangan warga yang umumnya merupakan perladangan jeruk. Satu perladangan dengan perladangan lain dibatasi dengan pagar kawat serta pagar dari pohon kembang sepatu. Umumnya setiap ladang memiliki pagar yang cukup rapi dan tinggi untuk menghindari pencurian.

Gambar 2.1: Foto/ gambaran awal memasuki Desa Sukanalu. Sumber: Foto lapangan.


(47)

Begitu tiba di Desa Sukanalu, kita dapat langsung melihat Desa secara keseluruhan. Karena jalannya datang dari perbukitan menuju ke dataran.

Bentuk Desa berbentuk lingkaran dan terpusat. Desa tertata dengan rapi, karena menurut cerita tetua Desa, setelah pembakaran rumah adat pada masa perjuangan kemerdekaan, kepala Desa membuat regulasi secara ketat setiap penduduk yang hendak membangun rumah. Jadi meskipun ini Desa, dari awal tata Desanya sudah cukup baik.

Kondisi jalan menuju Desa Sukanalu tergolong sangat baik. Badan jalan kabupaten ini sudah dilapisi aspal beton dengan lebar jalan 5 meter. Karena jalan ini merupakan jalan alternatif Aceh/Dairi menuju ke Kota Medan. Karena itulah, menuju Desa Sukanalu dari Kota Medan kita juga dapat melalui jalan alternatif yakni masuk kanan dari Taman Hutan Raya (Tahura) Desa Tongkeh. Jalur ini biasanya dilalui oleh angkutan yang menuju Kota Sidikalang dan Aceh.

Rute alternatif ini, umumnya dilewati dengan menggunakan kendaraan pribadi. Meskipun demikian bisa juga menggunakan AKDP minibus yang menuju Sidikalang, Sumbul, Tongging dan Pematang Siantar. Namun alangkah baiknya sebelum kita menggunakan minibus ini kita bertanya terlebih dahulu rute perjalanan yang dilewati, karena bisa saja minibusnya via Kabanjahe. Minibus yang biasa lewat adalah Po. Bintang Tani (BTN), Po. Samosir Pribumi (Sampri), Po. Dairi Transport (Datra) atau Cv. Himpak. Rute ini akan melewati jalan, Medan-Tahura- Desa Tanjung Barus, Desa Simpang Juma Padang, Desa Tigajumpa dan Desa Sukajulu.


(48)

Sepanjang Tahura-Sukanalu, kita juga akan melihat perladangan jeruk penduduk yang sangat luas.

Gambar 2.2: Lau Biang Sukanalu, dan susana pertama Jika melalui jalan alternatif.

Sumber: Foto lapangan

Begitu tiba di Desa Sukanalu kita akan melewati persawahan penduduk Desa Sukanalu terlebih dahulu. Di daerah persawaahan ini, kita juga akan melewati sebuah sungai Lau Biang. Dari sungai inilah, dulunya penduduk Desa memenuhi kebutuhan air setiap hari – mandi, mencuci, dsb, disebut tapin – sebelum Perusahan Dagang Air Minum Daerah (PDAMD) Kecamatan Barujahe mengalirkan saluran air bersih untuk warga Desa Sukanalu. Daerah persawahan ini disebut gertak. Jarak dari gertak

dengan desa hanya sekitar 300 M.

2.2. Sejarah Desa Sukanalu

Tidak ada catatan sejarah berkenaan kapan Desa Sukanalu berdiri. Desa Sukanalu didirikan pertama kali oleh Marga Sitepu Rumah Julun sebagai simatek


(49)

kuta24. Seperti Desa Tanah Karo lainnya, Desa Sukanalu juga dihuni oleh sangkep nggeluh25

Berikut ini adalah keturunan klan-klan

Marga Sitepu dengan senina. Lalu, sangkep nggeluh lain yang terdiri dari

anak beru yaitu Marga Tarigan Tambak. Pada awalnya, Desa ini dihuni beberapa keluarga dari Marga Sitepu Rumah Julun namun dalam perkembangannya desa ini dihuni oleh keturunan Marga Sitepu dan kelompok marga lainnya yang merantau ke desa ini.

26

- Kesain Rumah Julun yang merupakan pendiri Desa Sukanalu miliki anak marga atau disebut dengan ripei antara lain:

Marga Sitepu yang disebut dengan

ripei:

Sitepu Rumah Mbelin, Sitepu Rumah Dudu, Sitepu Rumah Ganjang, Sitepu Rumah Pulungen, Sitepu Rumah Teras, Sitepu Rumah Galuh dan Sitepu Rumah Anjung.

- Kesain Rumah Ukir juga memiliki ripei. Disebut rumah ukir karena kesain ini memiliki rumah ada yang memiliki ukiran, sehingga disebut kesain rumah ukir dan ripei rumah ukir antara lain:

Sitepu Rumah Ukir, Sitepu Rumah Berneh, Sitepu Rumah Gendek, Sitepu Rumah Deher Lesung, Sitepu Rumah Sangka Manuk, Sitepu Rumah Sibelang Ayo, Sitepu Rumah Suki.

24

Simatek kuta adalah pendiri desa(orang pertama yang membangun/tinggal di desa itu).

25

Sakep ngeluh adalah saudara baik dari hubungan darah dan perkawinan, anak beru kalimbubu, senina dan teman meriah merupakan sangkep geluh di dalam adat karo.

26


(50)

- Kesain Rumah Mecu juga memiliki repei yang antara lain:

Sitepu Rumah Mecu, Sitepu Rumah Mbaru dan Sitepu Rumah Gajah27

Selain dari Marga Sitepu dengan sangkep geluhnya yang datang ke Desa Sukanalu terdapat juga marga lain yang datang merantau ke sukanalu yang bukan merupakan ripei dari marga Sitepu antara lain seperti marga Barus, Tarigan, Perangin-angin dan Sembiring namun marga ini akan dijadikan sangkep geluh sesuai dengan tutur

.

28

Sebelum kedatangan penjajahan Belanda ke Tanah Karo, wilayah ini merupakan wilayah kerajaan yang dipimpin oleh klan Marga Sitepu. Sejak kedatangan Belanda, maka pada tahun 1906 Desa Sukanalu Menjadi wilayah Raja Urung Si Enem Kuta (raja yang membawahi enam desa) yang dipimpin oleh Marga Sitepu. Desa yang dipimpin oleh Raja Urung Sukanalu pada masa penjajahan Belanda adalah Desa Sinaman, Bulan Jahe, Semangat, Rumamis, Suka Julu dan Sukanalu sendiri. Pada saat pemerintahan Belanda berkuasa, desa ini dipimpin oleh dua orang pimpinan desa yaitu pengulu dan raja urung. Raja urung bertugas mengurusi hubungan ke enam desa tersebut dengan pihak Belanda. Sedangkan

.

2.3. Sistem Pemerintahan Desa

27

Kesain adalah lingkungan tempat tinggal atau daerah yang dihuni oleh orang tertentu. Kesain terdiri dari tiga di Desa Sukanalu: kesain rumah julun, rumah ukir, dan rumah mecu.

28

Tutur adalah silsilah persaudaraan orang karo,sehingga mengetahui posisi atau sebagai apa marga satu dengan yang lain diatur oleh tutur.


(51)

pengulu mengurusi urusan di Desa Sukanalu seperti urusan tanah, perselisihan antar warga dan urusan adat lainnya.

Setelah Indonesia menjadi Negara Republik yang merdeka, maka secara administratif Desa Sukanalu bukan lagi menganut sistem raja urung. Desa Sukanalu pada akhirnya menjadi sebuah desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa atau dalam sebutan lokalnya adalah pengulu yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo. Saat ini pemerintahan dengan sistem Raja Urung tidak dipakai lagi oleh masyarakat tanah karo.

Untuk menjadi Kepala Desa memiliki perjuangan yang besar, dimana setiap calon kepala desa harus mendapatkan simpati darai masyarakat, dari tingkah laku dan sumbangsihnya terhadap Desa Sukanalu. Pada umumnya marga kepala desa di sukanalu adalah marga Sitepu, namun di masyrakat desa sistem demokrasi mulai berkembang sehingga setiap marga memiliki peluang yang sama untuk menduduki kursi sebagai kepala desa. Adapun nama-nama yang pernah menjabat kepala desa di Desa Sukanalu adalah:

1. Sebelum merdeka sampai dengan tahun 1968 dijabat oleh Bapak Rup-Rup Sitepu

2. Tahun 1968-1983 dijabat oleh Bapak Pangkat Sitepu (selama 15 tahun, tiga periode)

3. Tahun 1983-1988 dijabat oleh Bapak Merhat Tarigan selama satu periode 4. Tahun 1988-1993 dijabat oleh Bapak Raman Sitepu yang telah menjabat


(52)

5. Tahun 1993-1998 dijabat oleh Bapak Mangsi Sembiring yang menjabat selama satu periode

6. Tahun 1998-2003 dijabat oleh Bapak Thomas Kancan Sitepu selama satu periode.

7. Tahun 2003 sampai sekarang dijabat oleh Bapak Inganta Sitepu.

Adapun susunan pemerintahan Desa Sukanalu pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Kepala Desa : Inganta Sitepu

Sekretaris Desa : Albred S. Tarigan Kepala urusan pemerintahan : -

Kepala urusan Pembangunan : Sada Arih Sitepu Kepala urusan umum : Krista Ginting

Kepala urusan keuangan : Rasminta Br. Sembiring

2.4. Pemilikan Tanah

Sistem pemilikan lahan pada masyarakat adalah berdasarkan adat yaitu sistem pewarisan kepada anak laki-laki. Pada awalnya pengaturan kepemilikan lahan pertanian diatur oleh pengulu. Sistem kepemilikan lahan ini berdasarkan keturunan Marga Sitepu sebagai pemilik tanah. Kepemilikan lahan bagi klan marga lain merupakan pemberian dari klan Marga Sitepu yang dapat diwariskan turun-temurun kepada keturunan penerima tanah. Selain itu terdapat juga tanah adat bersama yang dinamakan kerangen kuta (hutan desa). Sistem ini berakhir setelah berakhirnya masa kerajaan dan masuknya ke Negara Republik Indonesia yang Merdeka. Sistem


(53)

kepemilikan tanah menjadi hak milik perorangan dan dapat diperjualbelikan tanpa ada urusan yang berhubungan dengan marga pemilik tanah.

Pada perkembangannya, Desa Sukanalu tidak hanya dihuni oleh Suku Karo saja. Pekerjaan penduduk yang mayoritas adalah petani membutuhkan tenaga kerja dilahan pertanian mereka. Suku Batak Toba mapun Batak Simalungun, Suku Nias, dan Suku Jawa sebagai suku perantau juga terdapat di desa ini. Awalnya mereka adalah para pekerja dilahan pertanian warga kemudian menetap sebagai penduduk di desa ini. Selain itu kedatangan suku-suku lainnya juga disebabkan oleh faktor perkawinan eksogami.

2.5. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo pada Desember 2008 adalah 3547 jiwa. Terdiri dari laki-laki berjumlah 1598 orang dan perempuan berjumlah 1949 orang. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 1055 KK. Seluruh penduduk di desa ini adalah warga Negara Indonesia atau penduduk pribumi. Kepadatan penduduk Desa Sukanalu tahun 2011 sekitar 236,467/ km. Secara terperinci dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Penduduk Desa Sukanalu sebagian besar menganut agama Kristen Protestan 62 % (GBKP 35% GPDI 20%, GKII 10%, GSJA 7%); Katolik 25% dan beragama Islam 3%. Mayoritas penduduk desa adalah Suku Karo 2.929 jiwa, Jawa 426 jiwa, Batak Toba 124 jiwa, Nias 68 orang. Modus kelompok pendatang ke Desa Sukanalu bermacam-macam. Sebagian karena menikah dengan warga Desa, sedangkan yang lainya datang sebagai pekerja atau disebut aron.


(54)

Pendatang dijadikan warga desa jika menetap selama 3 tahun berturut turut dan meminta ijin pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Setelah memiliki KTP, pada umumnya pendatang membuat keluarga (ayah angkat) yang biasanya berdasarkan kesamaan marga atau diberikan marga oleh salah satu klan marga yang ada di desa ini. Setelah sah menjadi keluarga angkat, pendatang ini akan terlibat dalam acara acara adat dan acara keluarga dari ayah angkatnya tersebut. Hal ini lazim terjadi untuk menjalin hubungan baik antara warga setempat dan pendatang.

Pendatang ini biasanya bekerja di ladang jeruk dan tinggal di ladang pemilik lahan di mana dia bekerja. Biasanya, selain merawat jeruk dia diberi lahan untuk dikelola supaya bisa menambah gaji bulanan dari pemilik jeruk. Umumnya para pendatang mau bekerja keras dan mau menabung uang, maka sebagian besar mereka hidup sejahtera di Desa Sukanalu. Karena desa ini tergolong kekurangan tenaga kerja. Sehingga jika tidak ada pekerjaan di ladang yang mengajinya per bulan, maka si pekerja juga bisa bekerja di ladang orang lain dan gaji yang diperoleh menjadi tambahan gaji bulanan itu.

Pada umumnya pendatang yang datang ke Desa Sukanalu akan tinggal menetap, karena lapangan kerja yang luas. Bahkan mereka umumnya membawa serta saudara dari tempat asal untuk sama-sama bekerja di Desa Sukanalu. Model seperti ini umumnya merupakan pendatang yang datang dari Suku Jawa. Sedangkan untuk Batak Toba umumnya, datang karena perkawinan campur (menikah dengan orang Desa Sukanalu) bukan untuk menjadi pekerja.


(55)

Pendidikan di Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo tergolong baik dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang telah memenuhi wajib belajar sembilan tahun. Dari total penduduk di desa ini, jumlah penduduk yang berpendidikan berjumlah 2.282 orang dan sebanyak 1.777 orang telah menamatkan pendidikan wajib belajar sembilan tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan terakhir SD/sederajat sebanyak 909 orang. Jumlah penduduk yang mendapatkan pendidikan terakhir SMP/sederajat sebanyak 868 orang. Jumlah penduduk yang memiliki pendidikan SMA/sederajat sebanyak 410 orang. Sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan diploma sebanyak 65 orang dan tamat pendidikan strata satu/sederajat sebanyak 30 orang. Secara lebih terperinci dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Mata pencaharian utama Desa Sukanalu adalah menjadi petani. Di mana 1.299 jiwa warga Desa merupakan petani. Sisanya bekerja sebagai buruh tani 610 jiwa, PNS 52 jiwa, TNI/POLRI 1 jiwa, wiraswasta 23 jiwa dan pensiunan 48 jiwa. Meskipun mata pencaharian pokok seseorang bukan petani, namun mereka pada umumnya memiliki lahan pertanian yang di kerjakan sepulang dari bekerja misalnya PNS. Jadi meski pun mereka memiliki pekerjaan pokok PNS mereka juga di sebut petani.

Sebagai mata pencaharian tambahan warga Desa Sukanalu biasanya memelihara hewan ternak seperti babi, lembu, kambing, bebek, ayam dan ikan emas. Hasil dari hewan peliharaan ini biasanya hanya untuk kebutuhan tambahan dan


(56)

kebutuhan protein keluarga. Meskipun demikian, ada juga untuk kebutuhan dikonsumsi pada saat pesta dan dijual ke pasar.

Sebagian kecil, ada juga warga desa yang berwiraswasta dalam bidang perdagangan hasil bumi, baik untuk tingkat lokal maupun nasional. Ditingkat lokal perdagangan dilakukan di Desa Sukanalu dan Kota Kecamatan seperti Tigapanah, Pasar Tigasinga Kabanjahe dan Kota Berastagi. Kelompok pedagang ini biasanya berasal dari kalangan perempuan yang sering disebut dengan bahasa lokal adalah

peregerege/perpajak pagi.

Di tingkat provinsi, perdagangan dilakukan untuk kota besar seperti Medan, Pakan Baru, Rantauparapat, Jambi, Kandis dan lain sebagainya. Untuk perdagangan antar pulau atau nasional biasanya untuk daerah tujuan seperti Jakarta, Bandung, dan dan Kota Solo. Untuk tingkat provinsi dan nasional, biasanya komoditas barang yang dijual adalah jeruk.

Tabel 2.1 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukanalu

No Subsektor Jumlah

1 Petani 1.299 jiwa

2 Buruh tani 610 jiwa

3 PNS 52 jiwa

4 TNI/POLRI 1 jiwa

5 Pegawai swasta 22 jiwa

6 Pensiunan 48 jiwa

Jumlah 2.032 jiwa

Sumber : Monografi Desa Sukanalu 2008

2.6. Topografi Desa

Tanah yang berada di Desa Sukanalu memiliki tekstur yang subur. Jenis tanah yang ada di Desa Sukanalu pada umumnya sama dengan jenis tanah yang ada di


(57)

Tanah Karo pada umumnya, yaitu gembur dan berwarna hitam. Jenis tanah ini sangat cocok dijadikan untuk lahan pertanian dan memang Kabupaten Tanah Karo sangat dikenal sebagai daerah yang sangat subur.

Tanaman yang cocok ditanam di dalam jenis tanah seperti ini adalah sayur sayuran, tomat, cabe, jeruk, kacang kacangan dan lain sebagainya. Namun tidak semua tempat memiliki tanah yang subur di Desa Sukanalu pada umumnya daerah yang dekat dengan aliran sungai kurang subur karena berwarna coklat dan berpasir. Dengan bantuan pupuk yang lebih, biasanya lahan yang seperti itu juga tetap dipakai oleh masyarakat setempat karena lahan yang sedikit dibandingkan dengan banyaknya penduduk.

Kondisi topografi tanah di pemukiman Desa Sukanalu pada umumnya rata, namun ada sedikit ketinggian yang juga ditempati yang disebut kesain (lingkungan) rumah gugung. Susunan rumah di Desa Sukanalu sangat bagus karena konsep petudal

dapur sangat dipatuhi di Desa Sukanalu ini sehingga setiap rumah saling berhadap-hadapan dan memiliki gang yang pada umumnya dapat dilalui mobil sehingga susunan rumah terlihat rapi. Ini dapat dilakukan karena topografi desa pada umumnya rata. Hal ini juga diperkuat dengan keputusan yang tegas oleh kepala desa harus mematuhi konsep petudal dapur (maksutnya petudal dapur adalah dapur rumah saling bertemu atau depan dengan depan). Dan jalan menuju perladangan warga pada umunya telah dipasang batu sehingga akses jalan menuju lahan pertanian dapat dilalui mini bus maupun truk.


(58)

Suhu udara Desa Sukanalu hampir sama dengan suhu pada umumnya yang ada di Tanah Karo yakni berada pada suhu (180C sampai dengan 240C dengan kelembapan udara (85.68%), tersebar antara (83.7%) sampai dengan (89,6%). Wilayah Desa Sukanalu berada di ketinggian 1.200 di atas permukaan laut. Desa Sukanalu memiliki dua musim sama dengan di Kabupaten Karo pada umumnya, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Menurut masyarakat desa musim penghujan dapat dibagi dua yakni musim penghujan pertama dan musim penghujan kedua ini dapat dibagi berdasarkan ketinggian curah hujan. Di musim penghujan pertama biasanya curah hujan tidak terlalu tinggi, musim hujan pertama ini biasanya terjadi di bulan Januari sampai Agustus. Sedangkan musim hujan sebenarnya berada di bulan September sampai Desember. Yang disebut musim penghujan kedua adalah dari penuturan warga bahwa musim penghujan sekarang ini tidak bisa lagi diprediksi karena perubahan iklim atau cuaca. Karena sekarang ini bulan Desember juga tidak hujan sehingga tidak dapat diprediksi kapan musim kemarau dan penghujan.

Peralihan musim dari musim kemarau ke musim penghujan biasanya masyarakat Desa takut terjadi udan baho. Udan baho adalah hujan yang disertai ES sebesar anggur, sehingga mengakibatkan tanaman petani gagal panen, karena setiap tanaman yang terkena hujan ES akan busuk sehingga tidak bisa dijual lagi. Baho

merupakan hal yang paling ditakuti petani karena tidak dapat diatasi dengan kemampuan manusia. Karena baho merupakan kejadian alam, namun berdasarkan tradisi, masyarakat Desa Sukanalu menebarkan garam pada saat terjadi hujan ES supaya hujan ES yang turun berkurang. Pengetahuan petani untuk mengurangi


(1)

Jika pada fase tertentu butuh obat yang lebih keras dan jika fase tertentu cukup dengan obat yang tidak keras. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan hama yang menyerang tanaman jeruk semakin resisten (kebal) terhadap pestisida. Pengendalian hama tidak hanya dengan cara penggunaan pestisida akan tetapi dengan pemasangan lela lela, pengasapan, pemilihan bibit yang baik. Semua bentuk pengendalian ini tidak dipakai petani, akan tetapi salah satu dari strategi ini akan digunakan untuk memberantas hama lalat buah dan keputusan pemakaian strategi ini dipengaruhi oleh pengetahuan masing-masing petani.

5.2Saran

Selama melakukan penelitian dan dari ungkapan petani, peneliti melihat bahwa pihak Dinas Pertanian kurang memperhatikan kondisi pertanian di Desa sukanalu. Hal tersebut dapat dilihat dengan tidak adanya pihak PPL yang melakukan penyuluhan di Desa Sukanalu saat ini. Padahal, petani Sukanalu semakin menghadapi masalah pertanian yang sangat parah khususnya dalam menghadapi hama lalat buah dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Untuk itu peneliti mengharapkan adanya tindak lanjut pemerintah terhadap permasalahan hama lalat buah ini.Barangkali dapat melakukan penelitian tentang hama jeruk sehingga permasalahan hama lalat buah dapat diatasi secepatmungkin untuk mengurangi kerugian petani jeruk yang tetap mempertahankan tanaman jeruknya.

Perlunya pemerintah bekerja sama dengan petani untuk membasmi hama lalat buah, dengan pengkajian pengalaman yang telah dilakukan oleh petani sehingga


(2)

petani akan diharapkan adanya penanggulangan yang dapat dihasilkan secara bersama-sama dan menghasilkan pemberantasan hama lalat buah dengan baik.

Diharapkan Petani jeruk Desa Sukanalu lebih mau lagi belajar tentang hama dan penyakit dan membuka diri untuk menerima masukan dari orang lain baik sesama petani dan pihak pemerintah dan mengikuti dosis yang dianjurkan dalam penggunaan pupuk dan pestisida.

Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat menstabilisasi harga jeruk dengan kebijakan perekonomian yang dimiliki oleh pemerintah supaya permasalahan petani tidak terlalu banyak. Karena kita dapat melihat bagimana petani sangat merugi dengan adanya serangan lalat buah, akan lebih merugi lagi jika harga jeruk tidak stabil.Karena itu sangat diharapkan pemerintah dapat mengendalikan harga dengan baik dan diharapkan petani tetap merawat jeruk dengan baik, agar kejayaan jeruk Tanah Karo tetap terjaga, dan kita harus yakni setiap permasalahan pasti ada jalan keluar pada hari yang akan datang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, Mia Valentina

2009 “Setudi tentang Pengetahuan dan Tatacara pengelolaan Petani Cabai di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Tidak dipublikasi. Barus, Remaja

2011 “Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Pengolahan dan Penggunaan Pupuk di Desa Singa Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Tidak dipublikasi.

Borofsky, Robert

1994 “Onthe Knowledge and Knowing of Cultural

Activities”.,Assessing Cultural Anthropology, ed. Robert Borofsky.Hawaii : Hawaii Pacific University.XIII(1994). Choesin, M Ezra

2002 “Alternatif dalam Memahami Dinamika Pengetahuan Lokal dalam Globalisasi”. Antropologi Indonesia Tahun XXVI No.69.(Agustus-Oktober 1999) hal. 1-10.

Endraswara, Suwardi

1996 Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Koentjaraningrat.

2002 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta. Marzali, Amri.

1998 “Konsep Peisan dan Kajian Masyarakat Pedesaan di

Indonesia”. Jurnal Antropologi Indonesia No. 54.(Desember-April 1998) Hal 85-98.


(4)

2011 “Pengetahuan Petani tentang Hama dan Penyakit tanaman Padai di Kampun Susuk, Kecamatan Medan Selayang Kota Medan”. Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Tidak

dupublikasi. Redfield, Robert.

1985 Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Jakarta : Rajawali Press. Scott, James.

1985 Moral Ekonomi Petani. Jakarta: LP3ES. Sembiring, Sri Alem.

2004 “Praktik Tanam Campuran: Kajian Proses Pengambilan Keputusan Petani Dalam Memilih Jenis Tanaman Hortikultura di Desa Gurusinga, Kec. Berastagi Sumatera Utara”. Tesis, USU Repository@2004

2002 “Pengetahuan Dan Strategi Petani Holtikultura:

Kompetensinya Dalam Peningkatan Pendapatan Petani dan Stabilitas Ekosistem Ladang. Studinya di Desa Gurusinga Kecamatan Brastagi Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara”,

http://www.findtoyou.co.id/document/get/Aw8D666D/sri-alem-sembiring-pengetahuan-petani-dan-setabilitas.html (akses 16 Agustus 2011)

2011 “Pengetahuan Petani Holtikultura Tentang Hama dan Penyakit Tanaman: Kaitannya Dengan Kondisi Ketidakpastian Dan Setabilitas Ekonomi Petani”. Artikel, Dana Masyarakat Lembaga Penelitian USU TA.2011.

Spradley P, James.

1997 Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Winarto T. Y.


(5)

1996 “Pembangunan Pertanian Pemasungan Kebebasan Petani”. Indonesia Journal of Social and Anthtropology thn. Xxiii No. 59 (Mei-Agustus 1999).hal 35-50.

1998 “ Hama dan Musuh Alami : Obat dan Racun Dinamika Pengetahuan Petani Dalam Pengendalian Hama ”, Jurnal Antropologi Indonesia No.55 Tahun XII.(Januari-April 1998). Hlm 53-68

1999 “Pendekatan Prosesual: Menjawab Tantangan dalam mengkaji Dinamika Budaya”.dalam jurnal antropologi

Indonesia No.60 Tahun XXIII.(Agustus-Oktober 1999) hal 25-36

Wolf, Erick R.

1983. Petani Suatu Tinjauan Antropologis.Jakarta :Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

Sumber – Sumber Lain :

“Data Kabupaten Karo”

http://www.karokab.go.id/i/(akses pada bulan Februari 2011)

“Lalat Buah Turunkan Hasil Panen Jeruk”

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090828065324AA JVRBb(akses pada bulan Februari 2012)

“Hortikultura”

http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_hortikultura/jer uk/jeruk-bagian-b.pdf (akses pada bulan 5 April 2012)

• “Lalat Buah Turunkan Hasil Panen Jeruk”

http://regional.kompas.com/read/2011/12/07/18272599/Lalat.Buah.Tu runkan.Hasil.Panen.Jeruk.(akses pada 5 Januari 2012)

“Serangan Hama Lalat Buah di Karo jadi Perhatian Menteri Pertanian”


(6)

Analisa Sumut - Rabu, 18 Januari 2012 01:10 WIB Serangan Hama Lalat Buah di Karo Jadi Perhatian Menteri Pertanian)

• “Perbedaan Hama dan Penyakit

(http://ghaibnet.blogspot.com/2009/11/perbedaan-hama-dan-penyakit.html)

“Apa dan Siapa Petani”.

(file:///E:/Witrianto,%20S.S.,%20M.Hum.,%20M.Si.%20%C2%BB% 20Apa%20dan%20Siapa%20Petani.htm) (akses pada 5 Januari 2012)