Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu berupa
ringkasan atau ikhtisar peristiwa-peristiwa keuangan suatu perusahaan untuk suatu
periode tertentu. Oleh sebab itu untuk memberikan suatu batasan yang baik, maka
terlebih dahulu akan diberikan pengertian akuntansi.Akuntansi (Munawir, 2007:5)
merupakan seni daripada pencatatan, penggolongan dan peringkasan daripada
kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara
yang setepat-tepatnya dan dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta
penafsiran terhadap hal-hal yang timbul dari padanya.
Laporan keuangan (Harjito dkk, 2008:51) merupakan ikhtisar mengenai
keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan
(Soemarso, 2004:34) adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan,
terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa laporan keuangan meliputi
neraca, laporan laba rugi dan ditambahkan laporan perubahan modal, semua ini
menggambarkan tentang posisi keuangan perusahaan.


9
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.1 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau
laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen atau akuntan.
Tujuan laporan keuangan (Yadiati, 2010:53) antara lain :
1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna
potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang
rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis.
2. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna
potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu dan
ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan
pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau
pinjaman.
3. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber
daya tersebut dan perubahannya.

2.1.2 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER)(Wachowicz, 2012:190)menunjukkann sejauh


mana pendanaan utang digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan ekuitas.
Debt to Equity Ratio (DER)(Sawir, 2003:13) adalah rasio yang menggambarkan

perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan

modal

sendiri

perusahaan

tersebut

untuk

memenuhi seluruh

kewajibannya.


10
Universitas Sumatera Utara

Debt to Equity Ratio (DER)(Kasmir, 2008:158) mencerminkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang. Secara
matematis Debt to Equity Ratio (DER)dapat diformulasikan sebagai berikut :
Debt to Equity Ratio=

Penggunaan utang bagi perusahaan memiliki 3 dimensi (Sartono, 2010:121)
antara lain :
a. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang
diberikan.
b. Dengan mengunakan utang maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan
keuntungan akan meningkat.
c. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperolah dana dan tidak
kehilangan kendali perusahaan.

Untuk menentukan struktur modal yang optimal para manajer keuangan perlu
mempertimbangkan beberapa faktor penting sebagai berikut (Sjarial, 2007:236) :
a. Struktur aktiva, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar
dapat menggunakan utang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena
dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke
sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya
aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang
perusahaan.

11
Universitas Sumatera Utara

b. Kemampuan menghasilkan laba periode sebelumnya merupakan faktor
penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar,
perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum
menggunakan utang atau menerbitkan saham baru. Hal ini sesuai dengan
Pecking Order Theory (Myers, 1984:52) yang menyarankan bahwa manajer

lebih senang menggunakan pembiayaan dengan urutan pertama, laba ditahan,
kemudian utang dan terakhir penjualan saham baru.meskipun secara teoritis

sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham
preferen sedangkan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan.
Pertimbangan lain karena biaya langsung untuk pembiayaan dari dalam yaitu
dari laba yang ditahan lebih murah bila dibandingkan dengan biaya modal
yang berasal dari penerbitan emisi saham baru.
c. Skala perusahaan, perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah
memperoleh modal di pasar modal disbanding dengan perusahaan kecil.
Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar pula.
d. Tingkat penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti
memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang
lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
e. Tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan
maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin
besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar
keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang

12
Universitas Sumatera Utara


tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik
digunakan untuk pembiayaan investasi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur
dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar biaya
penelitian dan pengembangannya berarti semakin menjamin prospek
pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
f. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro, perusahaan perlu melihat saat
yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara umum kondisi yang
paling tepat untuk menjual obligasi atau saham adalah pada saat tingkat
bunga pasar sedang rendah dan pasar modal sedang bullish.
g. Variabilitas laba dan perlindungan pajak, perusahaan dengan variabilitas laba
yang kecil akan memiliki kemampuan yang besar untuk menanggung beban
tetap yang berasal utang. Ada kecenderungan bahwa penggunaan utang akan
memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.

2.1.3 Tingkat Inflasi
Inflasi (Sukirno, 2008:14) didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan hargaharga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu
periode ke periode lain dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Adakalanya
tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai dua atau tiga persen. Tingkat inflasi
yang moderat mencapai diantara empat sampai sepuluh persen. Inflasi yang sangat
serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh persen dalam setahun.

Inflasi (Sunariyah, 2006:20) merupakan kenaikan harga-harga barang dan
jasa secara terus menerus. Dilihat dari segi konsumen, inflasi yang tinggi

13
Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Jika dilihat dari segi perusahaan,
inflasi dapat meningkatkan biaya faktor produksi dan menurunkan profitabilitas
perusahaan.
Inflasi

(Tandelilin,

2010:342),

merupakan

kecenderungan

terjadinya


peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan. Inflasi yang tinggi
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasi.
Sebaliknya, jika tingkat inflasi mengalami penurunan maka hal ini merupakan sinyal
positif bagi investor seiring dengan turunnya resiko daya beli uang dan resiko
penurunan pendapatan riil.
Perkembangan ekonomi selalu ditandai dengan berbagai gejolak, terutama
terhadap harga barang sehingga inflasi tidak dapat dihindari sebagaimana
konsekwensi atas perubahan permintaan agregat dan penawaran agregat. Dengan
demikian inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan aggregate demand yang lebih
besar dibandingkan dengan aggregate supply yang mengakibatkan kecenderungan
kenaikan harga barang. Dengan demikian inflasi dapat diartikan sebagai
kecenderungan kenaikan harga barang secara umum yang berlangsung sepanjang
masa sehingga mengakibatkan jumlah uang yang beredar lebih besar dibandingkan
dengan jumlah barang dan jasa yang tersedia, atau nilai uang lebih rendah
dihadapkan dengan nilai barang atau jasa. (Bakti dkk, 2010:97).
Kondisi inflasi menurut (Putong, 2008:138) berdasarkan sifatnya dibagi
menjadi tiga yaitu:
a. Inflasi merayap/rendah (Creeping Inflation)
Yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10%.


14
Universitas Sumatera Utara

b. Inflasi menengah (Galloping Inflation)
Yaitu inflasi yang besarnya antara 10%-30% pertahun. Inflasi ini biasanya
ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada
kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20% dan sebagainya.
c. Inflasi berat (High Inflation)

Yaitu inflasi yang besarnya antara 30%-100% pertahun. Dalam kondisi ini
harga-harga secara umum naik.
d. Inflasi tinggi (Hyper Inflation)

Yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai
4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang,
karena nilainya merosot tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
Faktor –faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi menurut (Usmar,
2008:97) adalah:
a. Demand-Side Inflation


Inflasi jenis ini disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi
kenaikan penawaran agregat. Menurut kaum neo-keynesian, penyebab inflasi ini
bukan hanya karena kelebihan permintaan uang, melainkan pula terjadi karena
kenaikan pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan surplus
transaksi berjalan.

15
Universitas Sumatera Utara

b. Supply-Side Inflation

Inflasi jenis ini disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi
permintaan agregat. Faktor-faktoryang menyebabkan kelebihan penawaran ini dapat
terdiri dari berbagai faktor, misalnya kenaikan tingkat upah, dan kenaikan harga
bahan baku.
c. Demand-Supply Inflation

Inflasi jenis ini merupakan kombinasi antara kenaikan permintaan agregat
dan kenaikan penawaran yang mengikutinya, sehingga harga menjadi meningkat

lebih tinggi. Interaksi antara permintaan agregat dan penawaran agregat yang
mendorong kenaikan harga ini disebabkan misalnya oleh ekspektasi kenaikan harga,
tingkat upah, atau adanya peristiwa inflasi dimasa lalu.
Adapun indikator inflasi adalah sebagai berikut (www.bi.go.id) :
a. Indeks

Harga

Konsumen (IHK) merupakan indikator yang

umum

digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang
di konsumsi oleh masyarakat, tingkat inflasi di Indonesia biasanya diukur
dengan IHK.
b. Indeks

Harga

Perdagangan Besar merupakan

menggambarkan pergerakan harga

dari

indikator

yang

komoditi-komoditi

yang

diperdagangkan di suatu daerah.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang
terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas
produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga

16
Universitas Sumatera Utara

cenderung

mengalami

kenaikan. Inflasi

yang

terlalu tinggi

menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power

juga

akan

of money). Di

samping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang
diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu negara
mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi
investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan
pendapatan riil (Tandelilin, 2003).

2.1.4

Tingkat Suku Bunga
Suku bunga (Samuelson dan Nordhaus, 2004:190) adalah jumlah bunga yang

dibayarkan perunit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang
dipinjamkan.
Suku bunga bagi pembeli (penerima pinjaman), suku bunga merupakan harga
yang harus dibayar untuk memperoleh modal tersebut. Adapun bagi perusahaan yang
menanamkan dana (investor) suku bunga adalah kompensasi atas modal yang
ditanamkan (Kasmir, 2010:56).
Tingkat suku bunga menjadi ukuran berapa biaya atau pendapatan
sehubungan dengan penggunaan uang untuk periode jangka waktu tertentu (Loen dan
Ericson, 2007:70)
Dalam

menghadapi

kenaikan suku bunga, para pemegang saham akan

menahan sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada tingkat yang dianggap
normal. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga jangka panjang meningkat maka
pemegang saham cenderung menjual sahamnya karena harga jualnya tinggi.

17
Universitas Sumatera Utara

Kenaikan suku bunga akan sangat berpengaruh bagi pelaku pasar modal. Pergerakan
suku bunga SBI yang fluktuatif dan cenderung meningkat akan mempengaruhi
pergerakan sektor riil yang dicerminkan oleh pergerakan return saham. Akibat
meningkatnya suku bunga, para pemilik modal akan lebih suka menanamkan
uangnya di bank dari pada berinvestasi dalam bentuk saham menurut Dornbusch
& Fischer (Meta, 2005: 35). Dalam penelitian ini digunakan tingkat suku bunga SBI.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan
sistem diskonto/bunga. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan
SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli
2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada
masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para
pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Adapun cara menghitung tingkat suku
bunga SBI periode bulanan yakni dengan rumus sebagai berikut:
Rata-rata tingkat suku bunga SBI = Jumlah tingkat suku bunga periode harian selama
1 bulan dibagi dengan jumlah periode waktu selama 1 bulan.

2.1.5

Return Saham

Return(Tandelilin, 2010:102) merupakan salah satu faktor yang memotivasi

investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya.Return(Jogiyanto, 2009:199)
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.

18
Universitas Sumatera Utara

Return(Samsul, 2006:291) adalah pendapatan yang dinyatakan dalam

persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini
merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham, dimana jika untung
disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss.
Return atau tingkat pengembalian (Brigham dkk, 2006:215)adalah selisih

antara jumlah yang diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan jumlah
yang diinvestasikan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa return saham
merupakan tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari hasil jual beli
saham.
Return saham dapat dibagi menjadi menjadi dua (Jogiyanto, 2009:199), yaitu:

a. Return realisasian
Return ini merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data

historis.
b. Return ekspektasian
Return ini merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor

dimasa mendatang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham (Samsul, 2006:335) baik yang
bersifat makro maupun mikroekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi
maupun nonekonomi. Faktor makroekonomi terinci dalam beberapa variabel
ekonomi, misalnya inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, tingkat pertumbuhan
ekonomi, harga bahan bakar minyak di pasar internasional, dan indeks saham
regional. Faktor makro nonekonomi mencakup peristiwa politik domestik, peristiwa

19
Universitas Sumatera Utara

sosial, peristiwa hukum, peristiwa politik internasional. Sementara itu, faktor
mikroekonomi terinci dalam beberapa variabel, misalnya laba per saham, dividen per
saham, nilai buku per saham, debt to equity ratio, dan rasio keuangan lainnya.
Rumus yang dapat digunakan untuk melihat return suatu periode (Ahmad,
2004:104):
r suatu periode =

Keterangan:
r = return saham
P1 = harga saham periode 1
Pt-1 = harga saham periode sebelumnya

2.2

Penelitian Terdahulu
Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensidan

perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :
Martani, dkk(2009) melakukan penelitian dengan judul “The Effect of
Financial Ratios, Firm Size, and Cash Flow from Operating Activities in The Interim
Report to The Stock Return ”. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain

NPM, ROE, DER, PBV, CR, TATO dan return saham sebagai variabel
dependennya. Adapun hasil penelitian ini antara lain CR, TATO berpengaruh negatif
terhadap return saham, sedangkan NPM, ROE, DER, dan PBV berpengaruh positif
terhadap return saham.
20
Universitas Sumatera Utara

Prihantini (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham”. Variabel
independen dalam penelitian ini antara lain inflasi, nilai tukar, ROA, DER, dan CR
serta return saham sebagai variabel dependennya. Adapun hasil penelitian ini antara
lain inflasi, nilai tukar dan DER berpengaruh negatif terhadap return saham,
sedangkan ROA dan CR berpengaruh positif terhadap return saham.
Nasir, dkk (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Nilai Kurs,
Inflasi, Suku Bunga, Deposito dan Volume Perdagangan Saham Terhadap
ReturnSaham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. Variabel

independen dalam penelitian ini antara lain Nilai Kurs, Inflasi, Suku Bunga Deposito
dan Volume Perdagangan Saham dan Return Saham sebagai variabel dependennya.
Adapun hasil penelitian ini antara lain nilai kurs tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham pada perusahaan perbankan, tingkat inflasi berpengaruh
signifikan terhadap return saham perusahaan perbankan, suku bunga deposito
berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan, serta
volume perdagangan saham berpengaruh signifikan terhadap return saham pada
perusahaan perbankan.
Yunardy (2011) yang berjudul “analisis pengaruh inflasi, nilai tukar, ROA,
DER dan CAR terhadap return saham (studi kasus perbankan yang tedaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007-2011). Variabel independen dalam penelitian ini antara
lain inflasi, nilai tukar, ROA, DER dan CAR dan Variabel dependennya adalah
return saham. Adapun hasil dari penelitian ini adalah inflasi, nilai tukar, ROA, DER

dan CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perbankan di

21
Universitas Sumatera Utara

BEI periode 2007-2011. Hal ini menunjukkan return saham perbankan dipengaruhi
faktor eksternal yaitu inflasi dan nilai tukar, maupun faktor internal yaitu ROA,
DER, dan CAR.
Ozlen (2012) melakukan penelitian dengan judul “Macroeconomics Factors
and Stock Returns”. Variabel independennya antara lain nilai tukar dan tingkat suku

bunga sertareturn saham sebagai variabel dependennya. Adapun hasil penelitian ini
antara lain nilai tukar dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap return
saham.
Aziz (2012) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Return On
Asset (ROA), DER, Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Return

Saham sektor perbankan di BEI (2003-2010)”. Variabel independennya antara
lain ROA, DER, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi, sedangkan return saham
sebagai variabel dependennya. Adapun hasil penelitian ini antara lain ROA,
tingkat suku bunga dan tingkat inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham sektor perbankan, sedangkan DER berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return saham .
Anire, dkk (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Variabel independen dalam penelitian ini antara

lain Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah dengan Return Saham
sebagai variabel dependennya. Adapun hasil penelitian ini antara lain inflasi
berpengaruh negatif terhadap return saham, tingkat suku bunga berpengaruh

22
Universitas Sumatera Utara

negatif terhadap return saham, nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap
return saham.

Khan, dkk (2012) melakukan penelitian dengan judul “Impact of Interest
Rate, Exchange Rate and Inflation on Stock Returns of KSE 100 Index”. Variabel

independennya antara lain tingkat suku bunga, nilai tukar serta inflasi dan return
saham sebagai variabel dependennya. Adapun hasil penelitian ini antara lain nilai
tukar berpengaruh negatif terhadap return saham sedangkan tingkat suku bunga
dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Nidianti (2013)

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh faktor

internal dan eksternal perusahaan terhadap return saham food&beverages di BEI”.
Variabel independen dalam penelitian ini antara lain ROA, DER, tingkat inflasi
serta tingkat suku bunga, dan return saham sebagai variabel dependen. Adapun
hasil dari penelitian ini antara lain ROA terbukti tidak berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap return saham, DER terbukti berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham, tingkat inflasi terbukti berpengaruh signifikan dan positif
terhadap return saham, tingkat suku bunga terbukti berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap return saham pada perusahaan food&beverages di BEI.
D.Winn (2014) melakukan penelitian dengan judul “Optimal Debt-toEquity Ratio and Stock Returns”. Variabel indepennya yaituDebt to Equity
Ratiodan return saham sebagai variabel dependennya, dimana hasil penelitian ini

adalah Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap return saham.

23
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama

No.
1

2

Martani, dkk
(USA,2009)

Prihantini
(2009)

Judul
Penelitian
The Effect of
Financial Ratios,
Firm Size, and
Cash Flow from
Operating
Activities in The
Interim Report to
The Stock Return

Variabel
Penelitian
Variabel
independen:

Analisis
Pengaruh Inflasi,
Nilai
Tukar,
ROA, DER, dan
CR
terhadap
Return Saham

Variabel indepen:

Hasil
Penelitian
-NPM, ROE, DER, dan PBV
berpengaruh positif terhadap
return saham

NPM, ROE, DER,
PBV, CR, TATO

-CR, TATO berpengaruh
negatif terhadap return saham

Variabel dependen:
Return saham

Inflasi, nilai tukar,
ROA, DER, dan
CR

Inflasi, nilai tukar, ROA, DER
dan
CR
berpengaruh
signifikan
terhadap
returnsaham

Variabel dependen:
Return Saham

3

Nasir,
(2011)

dkk

Pengaruh Nilai
Kurs,
Inflasi,
Suku
Bunga,
Deposito
dan
Volume
Perdagangan
Saham Terhadap
Return
Saham
pada Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI

Variabel
independen: Nilai
Kurs, Inflasi, Suku
Bunga
Deposito
dan
Volume
Perdagangan
Saham
Variabel dependen:
Return saham

- Nilai kurs tidak berpengaruh
signifikan terhadap return
saham
pada
perusahaan
perbankan
- Tingkat inflasi berpengaruh
signifikan terhadap return
saham perusahaan perbankan
- Suku bunga deposito
berpengaruh signifikan
terhadap return saham
pada
perusahaan
perbankan
- Volume perdagangan saham
berpengaruh
signifikan
terhadap return saham pada
perusahaan perbankan

4

Yunardy
(2011)

analisis pengaruh
inflasi,
nilai
tukar, ROA, DER
dan
CAR
terhadap return
saham
(studi

Variabel
independen:
inflasi, nilai tukar,
ROA, DER dan
CAR

Inflasi, nilai tukar, ROA, DER
dan CAR memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap
return saham perbankan di
BEI. Hal ini menunjukkan
return
saham
perbankan

24
Universitas Sumatera Utara

5

Ozlen, dkk
(Bosnia,
2012)

kasus perbankan
yang tedaftar di
Bursa
Efek
Indonesia periode
2007-2011)

Variabel dependen:
return saham

dipengaruhi faktor eksternal
yaitu inflasi dan nilai tukar,
maupun faktor internal yaitu
ROA, DER, dan CAR.

Macroeconomic
Factors
and
Stock Return

Variabel
independen:

Nilai tukar dan tingkat suku
bunga berpengaruh signifikan
terhadap return saham.

Nilai Tukar dan
Tingkat
Suku
Bunga
Variabel dependen:
Return saham

6

Aziz (2012)

Pengaruh Return
On Asset (ROA),
DER,
Tingkat
Suku Bunga dan
Tingkat
Inflasi
terhadap Return
Saham
sektor
perbankan di BEI
(2003-2010)

Variabel
independen:
ROA,
DER,
Tingkat
Suku
Bunga,
dan
Tingkat Inflasi
Variabel dependen:

ROA, tingkat suku bunga dan
tingkat
inflasi
memiliki
pengaruh signifikan terhadap
return
saham
sektor
perbankan, sedangkan DER
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap return
saham

Return Saham

7

8

Anire,
dkk
(2012)

Khan,
dkk
(India, 2012)

Analisis
Pengaruh Inflasi,
Tingkat
Suku
Bunga dan Nilai
Tukar
Rupiah
Terhadap Return
Saham
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI

Variabel
independen:

- Inflasi berpengaruh negatif
terhadap return saham

Inflasi,
Tingkat
Suku Bunga dan
Nilai Tukar Rupiah

Tingkat
suku
bunga
berpengaruh negatif terhadap
return saham

Variabel dependen:

Nilai
tukar
rupiah
berpengaruh negatif terhadap
return saham

Impact of Interest
Rate, Exchange
Rate
and
Inflation on Stock
Returns of KSE
100 Index

Variabel
independen:

Return saham

Tingkat
Suku
Bunga, Nilai Tukar
dan Inflasi

- Tingkat suku bunga dan
inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap return
saham
- Nilai tukar berpengaruh
negatif terhadap retur n saham

Variabel dependen:
Return saham

25
Universitas Sumatera Utara

9

Nidianti
(2013)

Pengaruh faktor
internal
dan
eksternal
perusahaan
terhadap return
saham food &
beverages di BEI

Variabel
independen: ROA,
DER,
Tingkat
Inflasi dan Tingkat
suku bunga
Variabel dependen:
return saham

ROA
terbukti
tidak
berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap return saham
- DER terbukti berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
return saham
- Tingkat inflasi terbukti
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap return saham
- Tingkat suku bunga terbukti
berpengaruh signifikan dan
negatif terhadap return saham
pada perusahaan food &
beverages di BEI

10 D. Winn
(Utah,
2014)

Optimal Debt to
Equity Ratio and
Stock Returns

Variabel
independen:

DER berpengaruh positif
terhadap return saham

DER
Variabel dependen:
Return saham

2.3

Kerangka Konseptual
Menurut Sartono (2010), semakin tinggi rasio Debt to Equity Ratio maka

akan semakin besar resiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi
modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.
Menurut Tandelilin (2010), perubahan suku bunga bisa mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga
saham secara terbalik, ceteris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka
harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga
saham akan naik.

26
Universitas Sumatera Utara

Menurut Putong, dkk (2008), inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
umum secara terus-menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya
daya beli masyarakat karena secara real tingkat pendapatannya juga menurun.
Menurut Nidianti (2013), Tingkat suku bunga terbukti berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap return saham, DER terbukti berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham Tingkat inflasi terbukti
berpengaruh signifikan dan positif terhadap return sahamperusahaan food &
beverages di BEI

Menurut Yunardy (2014), Inflasi, nilai tukar, ROA, DER dan CAR
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham perbankan di
BEI. Hal ini menunjukkan return saham perbankan dipengaruhi faktor
eksternal yaitu inflasi dan nilai tukar, maupun faktor internal yaitu ROA,
DER, dan CAR.
Dari penjelasan teoritis dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu
maka yang menjadi variabel didalam penelitian ini adalah nilai Debt to
Equity Ratio (DER), tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi sebagai variabel

independen (variabel bebas) dan return saham perbankan di Bursa Efek
Indonesia sebagai variabel dependen (variabel terikat). Sehingga kerangka
berpikir yang terbentuk adalah sebagai berikut :

27
Universitas Sumatera Utara

Debt to Equity Ratio (DER)

(X1)

Tingkat Inflasi

Return Saham

(X2)

(Y)

Tingkat Suku Bunga
(X3)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Nidianti (2013)

2.4

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara simultanDebt to Equity Ratio (DER), Tingkat Inflasi serta Tingkat
Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap Return Saham sektor perbankan
di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.
2. Secara parsialDebt to Equity Ratio (DER), Tingkat Inflasi serta Tingkat Suku
Bunga berpengaruh signifikan terhadap Return Saham (Y) sektor perbankan
di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

28
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Beta Saham terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

1 86 133

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, dan Return On Equity terhadap Price Earning Ratio pada Saham Perusahaan Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 (Studi Saham-Saham Perusahaan Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 9 69

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ - 45

0 5 126

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

1 5 87

Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan Tingkat Suku Bunga BI terhadap Return Saham Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2012.

1 2 19

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 10

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 2

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 8

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 3

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Tingkat Suku Bunga serta Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 14