PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ - 45

(1)

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ - 45

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh: Ayu Purnama Sari NIM. 208081000025

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ-45

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Ayu Purnama Sari NIM. 208081000025

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 19741127 200112 1 002 NIP. 19731221 200501 2 002

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari Selasa, Tanggal 01 Oktober 2012 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa:

1. Nama : Ayu Purnama Sari

2. NIM : 208081000025

3. Jurusan : Manajemen Keuangan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Suku Bunga, Inflasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq-45.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan Lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 01 Oktober 2012

1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )

NIP. 19690203 200112 1 003 Ketua

2. Dr. Suhendra S.Ag, MM ( )

NIP. 19711206 200312 1 001 Sekretaris

3. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB

NIP. 19741127 200112 1 002 ( )


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, pada tanggal 27 Juli 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa:

1. Nama : Ayu Purnama Sari

2. NIM : 208081000025

3. Jurusan : Manajemen Keuangan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Suku Bunga, Inflasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq-45.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Juli 2015

1. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H ( )

NIP. 19750101 200501 1 008 Ketua

2. Ella Patriana., MM, AAAIJ ( )

NIP. 19690528 200801 2 010 Sekretaris

3. Murdiyah Hayati, S.Kom, MM ( )

NIP. 19741003 200312 2 001 Penguji Ahli

4. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB ( )

NIP. 19741127 200112 1 002 Pembimbing I

5. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si ( )


(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Ayu Purnama Sari

NIM : 208081000025

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Juli 2015


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ayu Purnama Sari

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 20 Desember 1990

3. Alamat : Jl. Jenderal Sudirman Rt.004 Rw.006 No.46 Buaran Kd Besar, Babakan – Kota Tangerang

4. Agama : Islam

5. Telepon/Hp : 08888435209/089650047047

6. Email : Ayupurnamasari20@gmail.com

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. 1996 – 2002 : SD Negeri Poris Plawad 5 2. 2002 – 2005 : SMP Negeri 16 Tangerang 3. 2005 – 2008 : SMK Pancakarya Tangerang 4. 2008 – 2015 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C. PENGALAMAN ORGANISASI

1. 2002 – 2005 : Anggota Paskibraka SMPN 16 Tangerang 2. 2005 – 2008 : Anggota Taekwondo SMK Pancakarya


(7)

vi

ABSTRACT

This study is purposed to analyze the influence of debt to equity ratio, ownership structure, interest rates, inflation and return on equity variables on the value of the company partially and simultaneously.

This study used multiple linear regression analysis method on index company LQ – 45 which listed in Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange.) The sample collecting technique used purposive sampling. Data obtained is secondary data based on financial reports within 4 years in the period of 2010 – 2013.

This study result indicated that variable of ownership structure variable, interest rate, inflation and return on equityis significant on return on asset. While variable ofdebt to equity ratio is not significant to the value of company. On the determination test, there is influence by 42,6% that influence on the value of company which is explained by variable ofdebt to equity ratio, ownership structure, interest rates, inflation and return on equity while the rest is 57,4% that influenced by other variables and not included into this regression analysis like investment decisions, funding decisions and Corporate Social Responsibility. Keywords: debt to equity ratio, ownership structure, interest rates, inflation,


(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara parsial dan secara simultan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda pada perusahaan indeks LQ - 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun pada periode 2010 - 2013.

Hasil penelitian ini menunjukkan variabel struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity signifikan terhadap return on asset. Sedangkan variabel debt to equity ratio tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada uji determinasi terdapat pengaruh sebesar 42,6% yang mempengaruhi nilai perusahaan yang dijelaskan oleh variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity sedangkan sisanya 57,4% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini seperti keputusan investasi, keputusan pendanaan dan Corporate Social Responsibility.

Kata kunci: debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi, return on equity, nilai perusahaan


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Suku Bunga, Inflasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq-45.” ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas doa, bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Kedua orang tua saya, Mamah dan Alm. Bapak yang selalu memberikan Cinta dan Kasih Sayangnya, kalian motivasi terbesar saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Iringan doa yang tiada hentinya dalam setiap langkah ini. Alhamdulillah atas Ridho kalian merupakan ridho Allah swt sehingga skripsi ini terselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

ix

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Kepada Bpk. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB. Selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta arahan, dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. 5. Kepada Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II

yang selalu memberikan bimbingan agar terciptanya hasil skripsi saya dengan baik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

7. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

8. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh Stafnya yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada seluruh teman-teman Manajemen A Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2008, yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Terima kasih atas bantuan, semangat dan do’anya.


(11)

x

10. Kepada Donny Hermawan terima kasih atas dukungan dan doa selama pembuatan skripsi ini.

11. Kepada teman-teman seperjuangan Manajemen A, banyak waktu yang kita lewati bersama. Semoga kita sukses semua.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 9 Juli 2015 Penulis,


(12)

xi DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstact ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 12

C.Tujuan Penelitian ... 12

D.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A.Landasan Teori ... 14

1. Rasio Keuangan ... 14

2. Nilai Perusahaan (Price Earning Ratio) ... 19

3. Struktur Modal (Debt To Equity Ratio) ... 23

4. Struktur Kepemilikan ... 27

5. Suku Bunga ... 30

6. Inflasi ... 34

7. Profitabilitas (Return on Equity) ... 37

8. Hubungan antar Variabel Penelitian ... 39

B.Penelitian Terdahulu ... 44

C.Kerangka Pemikiran ... 38


(13)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A.Jenis dan Sifat Penelitian ... 51

B.Sumber Data ... 52

C.Metode Penentuan Sampel ... 52

D.Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Analisa Data Regresi ... 55

1. Uji Asumsi Klasik ... 55

2. Uji Hipotesis ... 60

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 63

F. Penemuan Ekonomi ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66

B.Analisis dan Pembahasan ... 68

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 68

a. Hasil Uji Normalitas Data ... 68

b. Hasil Uji Multikolinearitas ... 72

c. Hasil Uji Autokorelasi ... 73

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 73

2. Hasil Uji Hipotesis ... 78

a. pengaruh variabel working capital turnover, debt to equity ratio, current ratio terhadap Return on Asset Secara Simultan ... 78

b. pengaruh variabel working capital turnover, debt to equity ratio, current ratio terhadap Return on Asset Secara Parsial ... 79

3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 85

4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 86

C.Interpretasi ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A.Kesimpulan ... 90

B.Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 45

3.1 Daftar Nama Perusahaan LQ 45 Periode 2010 - 2013 ... 53

4.1 Perusahaan Objek Penelitian ... 68

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Secara Statistik Sebelum Transformasi Data (LN) ... 71

4.3 Hasil Uji Normalitas Data Secara Statistik Setelah Transformasi Data (LN) ... 71

4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 72

4.5 Hasil Uji Autokolerasi ... 73

4.6 Hasil Uji Rank Spearman Sebelum Transformasi Data (LN) ... 76

4.7 Hasil Uji Rank Spearman Setelah Transformasi Data (LN) ... 77

4.8 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 78

4.9 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 79

4.10 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ... 85

4.11 Hasil Koefisien Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 86


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 48 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Grafik Sebelum Transformasi

(LN) ... 69 4.2 Hasil Uji Normalitas Secara Grafik Setelah Transformasi

(LN) ... 70 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi Data

(LN) ... 74 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi Data

(LN) ... 75


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Nama Objek Penelitian ... 98 2 Data Mentah Penelitian ... 99 3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 105


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi baik buruknya sebuah negara dapat dilihat dari berbagai macam aspek, salah satunya aspek ekonomi. Perekonomian suatu negara dapat dikatakan baik bila pendapatan negara yang diperoleh dari berbagai sektor mengalami peningkatan atau dengan kata lain pendapatan yang diperoleh lebih besar dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Salah satu pihak yang ikut andil dalam kemajuan perekonomian negara yaitu perusahaan-perusahaan, baik perusahaan milik swasta maupun perusahaan milik negara. Dimana perusahaan tersebut didirikan dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran dan keuntungan bagi para pemegang sahamnya (Brigham dan Houston, 2001:52 dalam Rismawati, 2012:2).

Keuntungan perusahaan dapat diperoleh jika perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Aktivitas perusahaan yang berjalan secara efektif dan efisien, membutuhkan faktor produksi. Faktor produksi merupakan hal terpenting yang harus dimiliki perusahaan, salah satunya adalah modal. Pendirian sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin


(18)

2 memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya (Martono dan Harjito, 2005:2).

Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan, yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya, karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara agent dan principal (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Seringkali bahkan menjadi hal yang sangat biasa terjadi di dalam perusahaan bahwa agent dan principal memiliki tujuan dan kepentingan yang saling bertentangan. Agen atau pihak manajemen lebih mementingkan kepentingan pribadinya dan tidak sesuai tujuan perusahaan yaitu mensejahterakan pemilik perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Perlakuan manajer ini akan mengakibatkan penambahan biaya perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Timbulnya konflik perbedaan tujuan serta kepentingan antara manajer dengan pemilik perusahaan inilah yang pada akhirnya melatarbelakangi penerapan Good Corporate Governance (Anggraini, 2013:2).


(19)

3 Menurut teori keagenan, penyebab konflik antara manajemen dan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh lalu diinvesasikan. Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (Agency Cost). Biaya keagenan dapat dikurangi dengan meningkatkan nilai hutang (Struktur Modal) dan meningkatkan rasio pembayaran deviden. Semakin banyak saham yang dimilki oleh manajer akan semakin menurunkan masalah keagenan, sehingga membuat deviden tidak perlu dibayarkan pada resiko yang tinggi (Nurhayati, 2008:15).

Perusahaan dituntut agar baik dalam memperoleh maupun menggunakan dana yang didasarkan pada efisiensi dan efektivitas, efisiensi penggunaan dana berarti bahwa berapapun dana yang ditanamkan dalam aktiva harus dapat digunakan seefisiensi mungkin untuk menghasilkan tingkat keuntungan investasi yang maksimal. Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan penggunaan pengendalian aktiva dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap, agar dana yang tertanam dalam masing-masing unsur aktiva tersebut disatu pihak tidak terlalu kecil jumlahnya, sehingga tidak mengganggu likuiditas dan kelanjutan usaha, dan dilain pihak tidak terlalu besar jumlahnya sehingga menimbulkan penganggaran dana. Oleh karena itu, pengalokasian


(20)

4 dana harus didasarkan pada perencanaan yang tepat, sehingga dana yang menganggur menjadi kecil. Memahami dasar-dasar teori struktur modal sangatlah penting, karena pemilihan bauran pendanaan (Financing Mix) merupakan inti strategi bisnis secara keseluruhan. Struktur modal adalah bauran sumber pendanaan permanen (jangka panjang) yang digunakan perusahaan. Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan haarga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai (Sawir, 2004:43).

Penelitian mengenai struktur modal terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh (Gayatri dan Mustanda, 2013:6) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Dividen dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa struktur modal dan keputusan investasi berpengaruh positif signifkan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah struktur kepemilikan, struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manager dan institusional (Jensen dan Meckling, 1976) dalam Haruman (2008:4). Manajerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi


(21)

5 keputusan pencarian dana apakah melalui utang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat di substitusikan untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt (utang) dalam struktur modal (Haruman, 2008:4).

Penelitian mengenai struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Widanar (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada keputusan investasi, pendanaan maupun kebijakan dividen, semua keputusan keuangan baik investasi, pendanaan maupun kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi dan pendanaan tetapi berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara tidak langsung melalui kebijakan dividen sebagai variabel intervening.


(22)

6 Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah faktor eksternal, faktor eksternal yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga dan inflasi. Tingkat suku bunga merupakan persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran sumber daya yang penting digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur Setiani (2013:3). Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut, pada tingkat yang lebih umum suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara keseluruhan karena suku bunga tidak hanya dapat mempengaruhi kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi atau menabung, tetapi keputusan-keputusan investasi usaha (Miskhin, 2008:4).

Penelitian mengenai suku bunga terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Setiani (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Tingkat Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap nilai perusahaan (sig. 0,3464), Keputusan pendanaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan (sig. 0,0493). Dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap nilai perusahaan (sig. 0,015).


(23)

7 Inflasi merupakan sebagai suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan merosotnya nilai rill mata uang suatu negara. Penyebab terjadinya inflasi terbagi dalam tiga bagian yaitu: (a) tarikan permintaan (demand - pull inflation), terjadi apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian. (b) dorongan biaya (cost - push inflation), terjadi apabila adanya depresiasi nilai tukar, peningkatan harga - harga komoditi yang diatur oleh pemerintah dan terganggunya distribusi. Sedangkan (c) ekspektasi inflasi (inflation expectation), terjadi apabila perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi lebih cenderung bersifat adaptif (forward looking). (Abdullah, 2010:60).

Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari - hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam


(24)

8 jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks diatas.

Penelitian mengenai inflasi terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Rosy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Internal dan Ekternal Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor internal perusahaan yang terdiri dari kebijakan deviden dan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin besar deviden dan hutang semakin tinggi nilai perusahaan. Sedangkan faktor internal perusahaan yaitu profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain faktor internal, faktor eksternal perusahaan yaitu pertumbuhan pasar tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka nilai perusahaan semakin turun.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah profitabilitas, dalam hal ini profitabilitas yang digunakan adalah return on equity, yang dimaksud dengan return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan (Sudana, 2011:23).


(25)

9 Semakin besar nilai return on equity maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai return on equity maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi (Sartono, 2001:42). Return on equity menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau memegang saham perusahaan. Return on equity memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba (Aji dan Pangestuti, 2012:2).

ROE merupakan variabel yang mempengaruhi harga saham secara langsung. Return on equity (ROE) merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri. ROE mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Perusahaan dengan ROE tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena keuntungan yang akan mereka terima besar sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan (Riadi, 2011:3).

Penelitian mengenai inflasi terhadap nilai perusahaan banyak dilakukan peneliti, seperti yang dilakukan oleh Ain dan Setijaningsih (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Return on Asset (ROA) Return on Equity (ROE) Dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan (Studi


(26)

10 Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2011)”. Hasil penelitian dengan analisis regresi menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan sig. sebesar 0,014. ROE terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dengan sig. sebesar 0,372 untuk ROE. Hal ini terjadi karena adanya penurunan terhadap rata-rata ROE yang disebabkan banyaknya perusahaan sampel yang mengalami kerugian. Kepemilikan manajerial juga terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan sig. sebesar 0,487. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya saham yang dimiliki manajerial dalam perusahaan sampel membuat kinerja manajemen juga cenderung rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Pada tahun 2008 terjadi krisis di Amerika karena gagalnya pembayaran hutang sehingga berdampak pula pada kawasan Asia, Pada tahun 2008, IHSG hanya turun hingga setengahnya, sebelum kemudian menguat kembali dan mencapai posisi pada saat ini. Krisis global yang melanda dunia finansial akibat jatuhnya perusahaan Lehmans Brother di Amerika yang berimbas pada krisis finansial dunia pada tahun 2008 juga berpengaruh terhadap perusahaan LQ 45 (Hidayat, 2015). Krisis keuangan global juga berdampak kepada ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Selama 5 tahun terakhir, ekspor Indonesia ke Amerika menempati urutan ke-2 setelah Jepang dengan kisaran masing-masing 12% – 15%. Selain itu, Negara-negara importir produk Indonesia pada urutan ke-3 s.d. 10 (Singapura, RRC, India, Malaysia, Korsel,


(27)

11 Belanda, Thailand, Taiwan) menyumbang sekitar 45% dari total ekspor Indonesia. Dari informasi tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa keseluruhan negara-negara tersebut sedang mengalami dampak krisis keuangan global yang berakibat pada perlambatan ekonomi di setiap negara. Lebih lanjut hal ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan membeli atau bahkan membayar produk ekspor yang dihasilkan Indonesia, sehingga pada akhirnya akan memukul industri yang berorientasi ekspor di Indonesia (UGM, 2015).

Mengingat kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan, maka dapat mempengaruhi kondisi perusahaan yang dapat dilihat dari labanya. Laba perusahaan yang harusnya meningkat, justru sebaliknya mengalami penurunan. Di pasar saham, perusahaan yang telah go public dikelompokkan ke dalam beberapa indeks salah satunya yaitu indeks LQ-45. Dari pengelompokkan tersebut, saham LQ-45 menggambarkan sekelompok saham pilihan yang memenuhi kriteria pemilihan sehingga terdiri dari saham-saham yang memiliki likuiditas tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar (Bursa Efek Indonesia, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan, Suku Bunga, Inflasi dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Lq-45”.


(28)

12 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara parsial ?

2. Bagaimana pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara simultan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara parsial.

2. Untuk menganalisis pengaruh antara variabel debt to equity ratio, struktur kepemilikan, suku bunga, inflasi dan return on equity terhadap nilai perusahaan secara simultan.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi guna mempermudah akademisi dalam mempelajari struktur modal optimal yang dimiliki perusahaan serta tambahan referensi.


(29)

13 b. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh struktur modal, struktur kepemilikan, inflasi, suku bunga dan profitabilitas secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Lq-45 periode 2010-2013.

c. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan serta dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

a. Mengetahui lebih dalam pengaruh struktur modal, struktur kepemilikan, faktor eksternal dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan dan sebagai referensi tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan penelitian ilmu ekonomi khususnya dalam bidang manajemen yang telah diperoleh selama perkuliahan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan pada setiap perusahaan guna menentukan proporsi struktur modal yang optimal sehingga dapat memaksimalkan laba perusahaan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah khususnya para investor untuk memutuskan besarnya struktur modal atau perbandingan antara utang dan modal dan modal perusahaan.


(30)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Rasio Keuangan

a. Pengertian Rasio Keuangan

Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan dituangkan dalam angka-angka baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat dari satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen satu dengan komponen lainya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan laporan keuangan lainya. Setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan posisi keuangan dalam periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan ini kita kenal dengan dengan nama analisis rasio keuangan. Rasio keuangan membantu kita untuk mengidentifikasikan beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan (Keown, dkk, 2011:74).

Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Teknik ini sangat


(31)

15 lazim digunakan para analisis keuangan. Rasio keuangan adalah dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisa rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan (Riyanto, 2001:329).

Rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan (Keown, 2011:74).

Rasio keuangan menurut Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diporeleh dengan membagi satu angka dengan angka lainya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan (Kasmir dan Jakfar, 2008:104). Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangn lainya. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Hasil rasio ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam satu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif (Kasmir dan Jakfar, 2008:104).


(32)

16 Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen kedepan (Kasmir dan Jakfar, 2008:105).

Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut (Hijriah, 2007:35).

b. Bentuk - Bentuk Rasio Keuangan

Tujuan manajemen keuangan yakni memaksimalkan harga saham, bukan memaksimalkan laba per saham seperti ukuran akuntansi. Data akuntansi sangat mempengaruhi harga saham dan untuk memahami bagaimana kinerja perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi yang di laporkan dalam laporan keuangan


(33)

17 berguna untuk mengevaluasi kemungkinan di bayarnya pinjaman dan bagi pemegang saham berguna untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham (Moeljadi, 2006:67).

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan dan arti tertentu. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk rasio keuangan menurut Weston dalam (Kasmir dan Jakfar, 2008:106):

1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (fred weston). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan) (Kasmir dan Jakfar, 2008:110).

2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan yang di bandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur suatu kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir dan Jakfar, 2008:151).


(34)

18 3) Rasio Aktifitas (Activity Ratio)

Rasio aktifitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan lainya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola asset yang dimilikinya (Kasmir dan Jakfar, 2008:114).

4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu (Riyadi, 2006:155) dalam (Indriani, 2008:5). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2008:114). Rasio profitabilitas sekelompok rasio yang menunjukan kombinasi dari pengaruh likuiditasi, manajemen asset, dan hutang pada hasil operasi (Houston, 2010:146).

5) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir dan Jakfar, 2008:115).


(35)

19 6) Rasio Penilaian (Valution Ratio)

Rasio penilaian merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi seperti:

a) Rasio harga saham terdapat pendapatan b) Rasio nilai pasar saham terdapat nilai buku

2. Nilai Perusahaan (Price Earning Ratio)

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Ugy, 2007:16). Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Oleh sebab itu, peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer. Dan inilah keunggulan penting perusahaan go public. Perusahaan tertutup tidak bisa mengunakan harga saham sebagai ukuran kinerja (Brealy, Myers & Marcus, 2007:56).

Beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsic, nilai buku dan nilai likuidasi (Keown, 2008:849). Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebut secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering juga disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar dipasar saham. Nilai intrinsik, merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai


(36)

20 perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan asset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dan total hutang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuidasi bisa di hitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca proforma yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Kekayaan pemegang saham dan perusahan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, kebijakan dividen, dan keputusan pendanaan (Brigham dan Houston, 2009:19).

Rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai berikut (Mardiyanto, 2008:64):

a. Price Book Value (PBV)

Menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka pasar percaya akan prospek perusahaan. Rumus menghitung PBV adalah:


(37)

21 b. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio (PER) merupakan rasio harga pasar persaham terhadap laba persaham (Mamduh, 2008:85). Rasio ini menunjukan berapa dolar/rupiah yang harus dibayar investor untuk setiap $1 laba periode berjalan (Brigham dan Houston, 2009:110). Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan dari segi investor (Mamduh, 2008:85).

Price earning ratio Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai PER maka akan semakin tinggi pula prospek perusahaan di masa depan, karena PER dapat merepresentasikan aliran laba perusahaan di masa depan. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung PER adalah:

c. Tobin’s Q

Nilai perusahaan dihitung dengan menggunakan Tobin’s Q, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Q = Nilai perusahaan EMV = Nilai pasar ekuitas

(EMV) = Harga saham x jumlah saham beredar) D = Nilai buku dari total hutang


(38)

22 Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pada saat saham penutupan atau harga terakhir dan merupakan harga yang tidak mungkin berubah sampai bursa diaktifkan kembali dan harga terakhir ini mewakili nilai bagi investor. Perusahaan yang menunjukkan Tobin’s Q lebih besar berarti perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan sangat baik.

Berdasarkan cara pengukuran nilai perusahaan di atas, maka pengukuran yang akan digunakan adalah price earning ratio, PER merupakan rasio harga saham suatu perusahaan dengan pendapatan per saham perusahaan tersebut. PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. (Tjiptono dan Darmadji, 2001:139). Menurut Tandelilin (2010:375) menyatakan bahwa price earning ratio merupakan rasio yang mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan, dengan kata lain price earning ratio menunjukan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan dan price earning ratio juga merupakan ukuran harga relatif dari suatu saham perusahaan.

Price Earning Ratio mencerminkan hubungan antara harga pasar saham umum (common stock) dan laba per lembar saham. Price Earning Ratio dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa yang akan datang (future earning power). Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai Price Earning Ratio yang tinggi, sebaliknya Price Earning Ratio akan rendah untuk perusahaan yang berisiko (Munawir, 2002:34)


(39)

23 Price Earning Ratio menunjukkan besarnya harga setiap rupiah earning perusahaan, Disamping itu, Price earning ratio juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan (Hayati, 2010:2). PER merupakan rasio harga saham terhadap earning per share (EPS), dengan kata lain menunjukkan seberapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari earnings (Jogiyanto, 2003:105).

Price earning ratio merupakan rasio yang menunjukkan

perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Price earning ratio yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi. Adapun rumus dalam menghitung price earning ratio adalah sebagai berikut (Harahap, 2007:311):

3. Struktur Modal (Debt To Equity Ratio)

Pengertian struktur modal menurut Riyanto (2001:145) adalah perimbangan atau perbandingan antar jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan Debt to Equity Ratio (DER), yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Struktur modal ini merupakan masalah penting bagi perusahaan karena baik atau buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang optimal.


(40)

24 Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang diperkirakan akan menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang paling rendah yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Namun sumber dana mana yang akan digunakan perusahaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu: struktur aktiva, profitabilitas, pembayaran dividen, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan, stabilitas dari earning, sikap manajemen, suku bunga, inflasi, keadaan pasar modal, pertumbuhan pasar, stabilitas penjualan, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, pajak, pengendalian, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilaian kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Sedangkan menurut Horne (2005:237), struktur modal optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan dan karenanya memaksimumkan nilai perusahaan.

Struktur modal turut memadukan sumber dana permanen yang digunakan perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Harmiza dan Yudhanta, 2008:56). Permasalahan dari struktur modal adalah bagaimana perusahaan dengan cepat memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni membuat komposisi sumber pembiayaan yang paling optimal (Rodoni dan Ali, 2010:138).


(41)

25 Dari referensi-referensi di atas, maka daat disimpulkan bahwa struktur modal menggambarkan proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Dalam penelitian ini Struktur Modal di proxy kan oleh debt to equity ratio (DER). Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijkan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain, jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan keuangan lainnya. Dengan kata lain, jika perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan, berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Tetapi jika merubah struktur modalnya, ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang terbaik (Husnan, 2004:263).

Menurut Moeljadi (2006:244), terdapat tiga teori utama yang menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan mengenai bagaimana struktur modal dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Teori Tradisional

Pendekatan tradisional menyatakan bahwa ada struktur modal optimal yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan dengan cara


(42)

26 meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital) . Salah satu versi teori ini dikembangkan secara sistematis oleh Ezra Solomon. Solomon mengatakan bahwa struktur modal optimal terjadi apabila kelebihan debt to equity ratio di atas average cost of capital dan dikatakan minimum.

b. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM) tanpa pajak

Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller mengasumsikan bahwa pasar modal bersifat sempurna dan tidak ada pajak . Dalam teori ini Modigliani dan Miller (MM) menyatakan bahwa nilai perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Dan dalam artikelnya, MM menunjukkan bahwa pendekatan tradisional adalah tidak benar. Mereka menunjukkan kemungkinan munculnya arbitrase yang akan membuat harga saham (nilai perusahaan) yang tidak menggunakan hutang, akhirnya sama.

Terdapat beberapa asumsi yang dipegang oleh Modigliani dan Miller, antara lain bahwa pasa modal sempurna dimana investor bertindak rasional, overall cost of capital (Ko) adalah konstan pada

semua derajat leverage pada risiko bisnis yang sama dan pada ukuran usaha yang sama pula. Pada waktu perusahan menghasilkan arus pendapatan yang sama, risiko bisnis sama, dan nilai pasar yang sama, tidak ada struktur modal yang optimal pada risiko bisnis yang sama dan tentu saja bahwa pajak dianggap tidak ada.


(43)

27 Sedangkan Ross (2003:575) menyimpulkan teori MM proportion I sebagai berikut: “The propotition that the value of the firm independent of the firm capital structure”.

c. Pendekatan Modigliani dan Miller dengan pajak

Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958. Asumsi yang diubah adalah pajak terhadap penghasilan perusahaan (Corporate Income taxes). Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang (leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (a tax deductible expense). Dan Ross et. all (2003:576), menyimpulkan teori MM propotion II sebagai berikut :

“the propotion that a firm cost of equity capital is a positive linear

function of the firm capital structure”. 4. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari para pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para manajer. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manajer dan institusional. Pada perusahaan modern, kepemilikan perusahaan biasanya sangat menyebar.


(44)

28 Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase kepemilikan oleh manager dan institusional. Manajerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui utang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap equity akan meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko. Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat di substitusikan untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt (utang) dalam struktur modal (Adnantara, 2013:5).

Menurut teori keagenan, ketika ada pemisahan antara pemilikan dengan pengelolaan perusahaan akan dapat memicu munculnya konflik keagenan. Konflik keagenan ini timbul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen untuk memaksakan utilitasnya sendiri. Kepentingan diantara manajemen dan pemilik perusahaan mengakibatkan manajemen berprilaku curang sehingga pemilik perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu diperlukan cara pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Sofyaningsih, 2011) dalam (Putra, 2013:4).


(45)

29 Struktur kepemilikan menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik disebabkan oleh adanya pemisahan ke- pemilikan dan pengelolan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahan dengan kepemilkan seratus persen oleh manajemem. Manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahan karena dengan meningkatkan nilai perusahan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga (Agnes, 2011:3).

Perbedaan kepentingan antara manajer dan pihak institusional dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang menuntut manajemen untuk lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaan guna meningkatkan nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan akhirnya berdampak pada nilai perusahaan. Struktur kepemilikan adalah Struktur Kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh “orang dalam” (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Struktur Kepemilikan dapat dihitung dengan formula berikut (Pujiati, 2009:11).


(46)

30 5. Suku Bunga

a. Pengertian Tingkat Suku Bunga (SBI)

Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan melebihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap (deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180).

Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80).

Menurut Prasetiantono (2000:97) mengenai suku bunga adalah : jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang


(47)

31 menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.

Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi (Prasetiantono, 2000:99-101).

b. Fungsi Suku Bunga

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.


(48)

32 Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat, Adapun Fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah:

1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

c. Faktor Yang Menentukan Tingkat Suku bunga

Prakiraan suku bunga merupakan salah satu bagian yang paling sulit dari ekonomi makro terapan. Namun secara sederhana, kita dapat ketahui bahwa faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku bunga adalah (Bodie, 2006:180):

1) Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga

2) Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan (asset riil atau pembentukan modal)


(49)

33 3) Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang

terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral

Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku bunga, yaitu (Madura, 2007:23):

1) Pertumbuhan ekonomi

Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Pada saat kondisi perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan merubah strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan uang (permintaan menurun). Permintaan akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun.

2) Adanya Inflasi

Saat tingkat inflasi suatu Negara meningkat maka tingkat suku bunga juga akan semakin meningkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa depan harga barang akan naik lagi (expected inflation rate) sehingga masyrakat banyak yang akan membeli barang-barang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat.


(50)

34 3) Defisit Anggaran Pemerintah

Defisit anggaran merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran lebih besar daripada pendapatan. Untuk menutupi defisit, maka pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya.

Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan menyebabkan indeks harga saham gabungan juga turun (Samsul, 2006:65).

6. Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).

Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor


(51)

35 biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).

Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.

Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga


(52)

36 yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi (Madura, 2007:128).

Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran, perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham bergerak normal (Samsul, 2006:201).

Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):


(53)

37 7. Profitabilitas (Return on Equity)

Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu (Riyadi, 2006:155). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2008:114).

Menurut Harahap (2007:304) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti, kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya, terdapat beberapa rasio profitabilitas, yaitu profit margin, return on asset, return on equity, return on total asset, basic earning power dan earning per share. Namun dalam penelitian hanya menjelaskan mengenai return on equity.

Return on equity merupakan rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan terhadap modal yang dimiliki (Harahap, 2007:305). Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan (Sudana, 2011:23).

Return on equity merupakan rasio yang menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi return on equity maka akan semakin baik, karena memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar bagi para pemegang


(54)

38 saham (Darsono dan Ashari, 2005:57). Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa PER yang tinggi (Sartono, 2001:52).

Return on equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jika rasio ini meningkat manajemen cenderung dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan dengan modal sendiri atau equity (Riadi, 2011:2).

Return on equity ratio (ROE) yang tinggi akan memberikan sinyal pada investor untuk melakukan investasi ke dalam perusahaan karena perusahaan memiliki prospek yang menguntungkan. Pernyataan di atas sesuai dengan teori signaling, perusahaan dengan prospek menguntungkan akan menginvestasikan setiap modal baru yang masuk dan menghindari penjualan saham (Wibowo, 2013:6).

Yang dimaksud dengan return on equity (ROE) dalam penelitian ini adalah laba bersih dibagi total ekuitas (Sugiono dan Untung, 2008:132).


(55)

39 Menurut Sudana (2011:22) semakin tinggi Return on Equity (ROE) menunjukkan bahwa semakin efisien penggunaan modal sendiri (ekuitas) yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Adapun rumus perhitungan return on equity adalah sebagai berikut:

8. Hubungan antar Variabel Penelitian

a. Hubungan antara Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan hutang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham. Struktur modal adalah panduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal pada intinya terdiri dari dua bagian penting yaitu debt dan equity (Rodoni dan Ali, 2010:137).

Menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010:137) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Struktur modal dapat mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Sebuah perusahaan dikatakan tidak memiliki keseimbangan finansial apabila total hutang perusahaan lebih besar daripada total yang dimiliki perusahaan. Dengan semakintingginya rasio leverage


(56)

40 menunjukkan semakin besarnya dana yang disediakan oleh kreditur. Hal tersebut akan membuat investor berhati-hati untuk berinvestasi di perusahaan yang rasio leverage nya tinggi karena semakin tinggi rasio leverage nya semakin tinggi pula resiko investasinya (Mamduh dan Halim, 2005:56).

Perusahaan yang memiliki hutang tinggi menunjukkan struktur permodalan lebih banyak dana yang dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan terhadap kreditur akan meningkat, sehingga apabila perusahaan memperoleh laba usaha, maka akan diserap untuk melunasi hutang dan akhirnya laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin kecil yang berakibat investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, sehingga berakibat nilai perusahaan tersebut akan turun (Sudana, 2011:45).

b. Hubungan antara Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan Menurut teori keagenan, ketika ada pemisahan antara pemilikan dengan pengelolaan perusahaan akan dapat memicu munculnya konflik keagenan. Konflik keagenan ini timbul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen untuk memaksakan utilitasnya sendiri. Kepentingan diantara manajemen dan pemilik perusahaan mengakibatkan manajemen berprilaku curang sehingga pemilik perusahaan mengalami kerugian. Untuk itu diperlukan cara pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham (Sofyaningsih, 2011) dalam (Putra, 2013:4).


(57)

41 Laporan keuangan dapat mencerminkan adanya konflik antara pemilik dengan manajer dalam beberapa hal yang tergambar dalam teori keagenan. Diperlukan pelaporan secara rutin sebagai cara pemilik memonitor kontrak dengan manajer. Konflik kepentingan semakin meningkat ketika prinsipal tidak dapat dengan mudah mengawasi prilaku agen. Cara pengendalian yang terbaik dilakukan adalah dengan kepemilikan saham oleh pihak manajerial. Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham pada perusahaan oleh pihak manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha bekerja secara optimal dan tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Manajemen selalu berupaya meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan maka kekayaannya yang dimiliki sebagai pemegang saham akan meningkat, sehingga kesejahteraan pemegang saham akan meningkat pula (Putra, 2013:5).

Struktur kepemilkan menjadi penting dalam teori keagenan karena sebagian besar argumentasi konflik disebabkan oleh adanya pemisahan ke- pemilkan dan pengelolan. Konflik keagenan tidak terjadi pada perusahan dengan kepemilkan seratus persen oleh manajemem. Manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahan karena dengan meningkatkan nilai perusahan, maka nilai kekayanya sebagai pemegang saham akan meningkat juga (Agnes, 2011:3).


(58)

42 c. Hubungan antara Suku Bunga terhadap Nilai Perusahaan

Tandelilin (2001:213) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang tinggi akan meningkatkan beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Peningkatan beban bunga ini nantinya akan berdampak pada berkurangnya laba yang akan di hasilkan perusahaan. Dengan berkurangnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan membuat aliran kas yang dimiliki perusahaan pun akan ikut berkurang. Dengan berkurangnya aliran kas yang diterima perusahaan maka aliran kas yang akan diterima investor akan berkurang dan hal ini akan membuat investor untuk tidak tertarik untuk berinvestasi sehingga akan mengakibatkan harga saham turun, hingga akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan.

Kenaikan tingkat suku bunga juga akan ditanggung oleh investor, yaitu berupa kenaikan biaya bunga bagi perusahaan. Masyarakat tidak mau beresiko melakukan investasi dengan biaya tinggi, akibatnya investasi menjadi tidak berkembang. Dan perusahaan banyak mengalami kesulitan untuk mempertahankan hidupnya, dan ini menyebabkan kinerja perusahaan menurun. Menurunnya kinerja perusahaan dapat berakibat pada penurunan harga saham, yang berarti nilai perusa-haan juga akan menurun (Setiani, 2013:4).


(1)

Lampiran 3: Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Hasil Uji Regresi Linier Berganda Sebelum Transformasi Data (LN)

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N PER 20.8902 35.21533 92 DER 1.2957 3.07554 92 SK 1.9979 1.59481 92 SB .0633 .00329 92 INF .0544 .00978 92 ROE .4643 2.36699 92

Correlations

PER DER SK SB INF ROE

Pearson Correlation

PER 1.000 -.085 .009 .057 -.012 -.055 DER -.085 1.000 -.172 -.052 .058 .738 SK .009 -.172 1.000 .002 -.051 -.048 SB .057 -.052 .002 1.000 .638 .060 INF -.012 .058 -.051 .638 1.000 .168 ROE -.055 .738 -.048 .060 .168 1.000

Sig. (1-tailed)

PER . .210 .467 .295 .457 .300 DER .210 . .051 .310 .291 .000 SK .467 .051 . .494 .316 .326 SB .295 .310 .494 . .000 .283 INF .457 .291 .316 .000 . .055 ROE .300 .000 .326 .283 .055 .

N

PER 92 92 92 92 92 92

DER 92 92 92 92 92 92

SK 92 92 92 92 92 92

SB 92 92 92 92 92 92

INF 92 92 92 92 92 92

ROE 92 92 92 92 92 92

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .114a .013 -.044 35.98854 1.933

a. Predictors: (Constant), ROE, SK, SB, INF, DER b. Dependent Variable: PER

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1

Regression 1465.780 5 293.156 .226 .950b Residual 111385.067 86 1295.175

Total 112850.848 91 a. Dependent Variable: PER


(2)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -29.129 80.945 -.360 .720

DER -1.028 1.877 -.090 -.548 .585 .427 2.343

SK -.213 2.424 -.010 -.088 .930 .952 1.050

SB 1036.105 1501.753 .097 .690 .492 .584 1.712 INF -256.400 508.942 -.071 -.504 .616 .574 1.742

ROE .244 2.426 .016 .101 .920 .432 2.316


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 92

Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation 34.98587900 0E-7 Most Extreme Differences

Absolute .287

Positive .284

Negative -.287

Kolmogorov-Smirnov Z 2.748

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Rank Sperman Sebelum Transformasi Data (LN)

Correlations

DER SK SB INF ROE ABS_RES

Spearman's rho

DER

Correlation

Coefficient 1.000 -.264

*

-.040 .017 -.227* -.019

Sig. (2-tailed) . .011 .708 .875 .368 .006

N 92 92 92 92 92 92

SK

Correlation

Coefficient -.264

*

1.000 .015 -.034 .309**

.050

Sig. (2-tailed) .011 . .888 .744 .003 .636

N 92 92 92 92 92 92

SB

Correlation

Coefficient -.040 .015 1.000 .400

**

.120 .067

Sig. (2-tailed) .708 .888 . .000 .254 .523

N 92 92 92 92 92 92

INF

Correlation

Coefficient .017 -.034 .400

**

1.000 -.065 -.108

Sig. (2-tailed) .875 .744 .000 . .539 .307

N 92 92 92 92 92 92

ROE

Correlation

Coefficient -.227

*

.309**

.120 -.065 1.000 .039

Sig. (2-tailed) .368 .003 .254 .539 . .713

N 92 92 92 92 92 92

ABS_RES

Correlation

Coefficient -.019 .050 .067 -.108 .039 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .636 .523 .307 .713 .

N 92 92 92 92 92 92

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(4)

Hasil Uji Regresi Linier Berganda Setelah Transformasi Data (LN)

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

LN_PER 2.6647 .91236 92

LN_DER -.3740 .93763 92

LN_SK .3394 .96014 92

LN_SB -2.7609 .05351 92

LN_INF -2.9268 .17528 92

LN_ROE -1.5729 1.07345 92

Correlations

LN_PER LN_DER LN_SK LN_SB LN_INF LN_ROE

Pearson Correlation

LN_PER 1.000 -.287 .215 .142 -.024 -.548 LN_DER -.287 1.000 -.329 -.047 .002 .229 LN_SK .215 -.329 1.000 -.011 -.016 .219 LN_SB .142 -.047 -.011 1.000 .700 -.053 LN_INF -.024 .002 -.016 .700 1.000 -.030 LN_ROE -.548 .229 .219 -.053 -.030 1.000

Sig. (1-tailed)

LN_PER . .003 .020 .088 .410 .000

LN_DER .003 . .001 .327 .492 .014

LN_SK .020 .001 . .460 .440 .018

LN_SB .088 .327 .460 . .000 .307

LN_INF .410 .492 .440 .000 . .388

LN_ROE .000 .014 .018 .307 .388 .

N

LN_PER 92 92 92 92 92 92

LN_DER 92 92 92 92 92 92

LN_SK 92 92 92 92 92 92

LN_SB 92 92 92 92 92 92

LN_INF 92 92 92 92 92 92

LN_ROE 92 92 92 92 92 92

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .677a .458 .426 .69106 1.606

a. Predictors: (Constant), LN_ROE, LN_INF, LN_SK, LN_DER, LN_SB b. Dependent Variable: LN_PER

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1

Regression 34.678 5 6.936 14.523 .000b

Residual 41.071 86 .478

Total 75.749 91

a. Dependent Variable: LN_PER


(5)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 11.031 4.245 2.599 .011

LN_DER -.022 .087 -.022 -.250 .803 .793 1.261 LN_SK .324 .084 .341 3.836 .000 .800 1.251 LN_SB 4.618 1.901 .271 2.429 .017 .507 1.972 LN_INF -1.178 .579 -.226 -2.033 .045 .509 1.966 LN_ROE -.518 .073 -.610 -7.078 .000 .849 1.178 a. Dependent Variable: LN_PER


(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_Unstandardized Residual

N 92

Normal Parametersa,b Mean Std. Deviation .67181061 0E-7 Most Extreme Differences

Absolute .103

Positive .086

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z .991

Asymp. Sig. (2-tailed) .280

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Uji Rank Sperman Setelah Tranformasi Data (LN)

Correlations

LN_DER LN_SK LN_SB LN_INF LN_ROE LN_ABS_RES

Spearman's rho

LN_DER

Correlation

Coefficient 1.000 -.264

*

-.040 .017 -.095 .283**

Sig. (2-tailed) . .011 .708 .875 .029 .860

N 92 92 92 92 92 92

LN_SK

Correlation

Coefficient -.264

*

1.000 .015 -.034 .189 -.127

Sig. (2-tailed) .011 . .888 .744 .071 .228

N 92 92 92 92 92 92

LN_SB

Correlation

Coefficient -.040 .015 1.000 .400

**

.021 -.048

Sig. (2-tailed) .708 .888 . .000 .842 .652

N 92 92 92 92 92 92

LN_INF

Correlation

Coefficient .017 -.034 .400

**

1.000 -.128 .083

Sig. (2-tailed) .875 .744 .000 . .224 .431

N 92 92 92 92 92 92

LN_ROE

Correlation

Coefficient -.095 .189 .021 -.128 1.000 .126

Sig. (2-tailed) .029 .071 .842 .224 . .230

N 92 92 92 92 92 92

LN_ABS_RES

Correlation

Coefficient .283

**

-.127 -.048 .083 .126 1.000

Sig. (2-tailed) .006 .228 .652 .431 .230 .

N 92 92 92 92 92 92

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Dokumen yang terkait

The Impact of Liquidity, Profitability, Solvency and Firm Size on Capital Structure of Company Listed in LQ45 Period 2010-2014

0 4 131

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP NILAI Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Indo

0 1 16

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public D

0 3 18

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, STRUKTUR BIAYA DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Struktur Biaya Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan.

0 4 19

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, STRUKTUR BIAYA DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Struktur Biaya Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Struktur Biaya Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan.

0 3 9

Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45 Periode 2010-2014.

0 0 21

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

0 0 14

PENGARUH STRUKTUR MODAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

0 0 21

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, STRUKTUR MODAL, TINGKAT SUKU BUNGA DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 20