Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Beta Saham terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

(1)

PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Disusun Oleh:

AKHMAD ARIF IMAM SANTOSO (204081002247)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Akhmad Arif Imam Santoso NIM: 204081002247

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Arief Mufraini,Lc., M.Si NIP. 195706171985031002 NIP. 19770122200312

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 19 Desember 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa :

1. Nama : Akhmad Arif Imam Santoso

2. NIM : 204081002247

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset dan Beta Saham Terhadap Return Saham” (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Desember 2011

1. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si ( ____________________) NIP. 197408102011011001 Ketua

2. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si ( ______ ) NIP. 19770122200312 Sekretaris

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 23 Desember 2011 telah dilakukan ujian skripsi atas Mahasiswa : 1. Nama : Akhmad Arif Imam Santoso

2. NIM : 204081002247

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset dan Beta Saham Terhadap Return Saham”(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Desember 2011

1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ____________________ )

NIP. 194906021978031001 Ketua

2. Suhendra, S.Ag., MM ( ______ )

NIP. 197112062003121001 Sekretaris

3. Indo Yama Nasarudin., S.E, MAB ( ) NIP. 197411272001121002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr.Abdul Hamid, MS ( ____________________ ) NIP 195706171985031002 Pembimbing I

5. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si ( ____________________ )


(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Akhmad Arif Imam Santoso

NIM : 204081002247

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Desember 2011 Yang Menyatakan,


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Akhmad Arif Imam Santoso

Nim : 204081002247

Universitas : Univesitas Islam Negeri Jakarta

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program studi : Manajemen

Jurusan/Konsentrasi : Keuangan dan Pasar Modal Tempat dan Tgl.Lahir : Jakarta, 04 Oktober 1985

Alamat : Jl. Jaha No 1 Rt 05/Rw 10, Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo 13790

Nama Orang Tua (Bapak) : Dr.Riza Fahlafi SE, M.Si (Alm) (Ibu ) : Drs. Nurul Hidayati M.Si

Riwayat Pendidikan : 1. Lulus Sekolah Dasar Negeri SDN 04 Tahun 1997

2. Lulus Sekolah Menengah Pertama Tahun 2001

3. Lulus Madrasah Aliyah Negeri 2 Tahun 2004

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Manajemen Universitas Islam Negeri Tahun 2004


(7)

ABSTRACT

This study has the objective to analyze simultaneously the influence of variable exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and beta stocks towards the return stock, to analyze the partial effects between variable exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and shares of stock return beta, to analyze the independent variables which are the most dominant influence the dependent variable. The company used as the object of research is a registered company that included in IDX LQ 45 category. And the method used is multiple linear regression analysis. Based on multiple linear regression analysis is known that the variables that most influence on stock returns is inflation variable that has the largest beta coefficient in comparison with other independent variables. Test results (F) concluded that all the independent variables jointly affect stock returns. Adjusted R Square value is 0.527 which means 52.7%. Indicates that the exchange rate, inflation, debt to equity ratio, return on assets and stock beta may affect stock returns. While the rest of 37.3% influenced by other unknown factors.

Keywords: exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and stock beta, stock returns


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham, untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham, untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen. Perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah perusahaan yang terdaftar BEI yang masuk kategori LQ 45. Dan metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap return saham adalah variabel inflasi yang memiliki koefisien beta paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hasil Uji (F) menyimpulkan bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham. Nilai Adjusted R Square adalah 0,527 yang berarti 52,7%. Menunjukkan bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham dapat mempengaruhi return saham. Sedangkan sisanya sebesar 37,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.

Kata kunci: nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham, return saham


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya kepada penulis, baik itu nikmat iman, sehat dan waktu serta nikmat kemudahan jalan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW, laki-laki sejati gagah berani yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kejahiliyan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in, tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen Pemasaran. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan. Dengan selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari zaman kebodohan.

2. Kedua Orang tuaku (Alm) Dr.Riza Fahlafi S.E, M.Si & Dra. Nurul Hidayati, M,Si) dan kakak tercinta Mohammad Bahrelfi Belafiff, S.Si, M.Si adiku tercinta, Nurhardiansyah Ikhromi, S.T terima kasih atas segala dukunganya dan motivasinya baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta


(10)

5. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS . selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pudek I Bid Akademik yang memberikan support dan kesempatan untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak M. Arif Mufraini, Lc, M.Si. Selaku dosen pembimbing kedua, Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat, dan waktu yang diberikan kepada penulis.

8. Dosen-Dosen UIN Jakarta FEB Non Reguler yang telah mengajar dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEB Non Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman. Amin.

9. Kesekretariatan FEB Non Reguler UIN Jakarta dan Staf-Staf lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas waktu dan pertolongannya untuk penulis.

10. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang tidak bisa disebutkan satu persatu...Trimakasih doa dan motivasinya...

11. Untuk Mahasiwa Manajemen dan Akuntansi Non Reguler (Ekstensi) angkatan tahun 2004 FEB UIN, semangat terus dan terima kasih atas dukungan, persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

12. Terimakasih untuk Kekasihku Tercinta Istiana Nurmaulidawanti, SS terimakasih atas support dan doanya serta kesabarannya untuk bersama kami…..

13. Temanku Safik Wajdilanam,SE terima kasih sudah meminjamkan Laptop dalam menyelesaikan KATA PENGANTAR skripsi ini.

14. Kawan-kawanku Asep Lulu Rahman, Anton Gusnawan, Nurul, Nayla, Fahrurozi Chambali menyelesaikan skripsi semangat selalu dalam meraih gelar sarjana


(11)

15. Kawanku yang sering main ke rumah Atep yuyu, Donih, Sabarudin, Yunus, Mat Gunawan, Aray Terima kasih atas segala doa dan supportnya.

16. Terimakasih atas doanya untuk Omah Nungky dan Opah Hartono atas nasehatnya selalu

17. Terima kasih atas motivasinya dan doanya dari mbak Wiena Narulita SE. 18. Terimakasih untuk Omah Winarti yang tetap selalu bersama kami...

19. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas motivasinya ya..!!!

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak terkait.

Jakarta, Desember 2011


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstact ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A.Investasi ... 10

B.Pasar Modal ... 11

C.Fundamental ... 18

D.Harga Saham ... 21

E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ... 24

F. Return Saham ... 28

G.Nilai Tukar ... 30


(13)

I. Debt To Equity Ratio (DER) ... 38

J. Return On Asset ... 40

K.Beta Saham ... 41

L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset Pricing Model ... 44

M.Penelitian Sebelumnya ... 50

N.Kerangka Pemikiran ... 52

O.Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A.Ruang Lingkup Penelitian ... 54

B.Metode Penentuan Sampel ... 56

C.Metode Pengumpulan Data ... 57

D.Metode Analisis Data ... 58

1. Uji Asumsi Klasik ... 58

2. Perhitungan Analisis Regresi ... 62

3. Uji t Parsial ... 63

4. Uji F Simultan ... 64

5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square) ... 65

E. Operasional Variabel ... 65

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 69

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 69

1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ... 69

2. Struktur Pasar Modal Indonesia ... 70

3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek Indonesia ... 71

4. Mekanisme Perdagangan ... 74

B.Sejarah Objek Penelitian ... 79

C.Hasil Dan Pembahasan ... 81


(14)

a. Uji Normalitas Data ... 88

b. Uji Multikolinieritas ... 91

c. Uji Autokolerasi ... 92

d. Uji Heteroskedastisitas ... 93

3. Uji Signifikansi ... 94

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 94

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 95

c. Koefisien Determinasi (Adj R Square) ... 96

4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 97

D.Interpretasi ... 98

BAB V Kesimpulan Dan Implikasi ... 101

A.Kesimpulan ... 101

B.Saran Dan Implikasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 52

3.1 Pengukuran Uji Autokolerasi ... 61

4.1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ... 81

4.2 Perhitungan Nilai Tukar ... 82

4.3 Perhitungan Inflasi ... 83

4.4 Perhitungan Debt To Equity Ratio ... 84

4.5 Perhitungan Return On Asset ... 86

4.6 Perhitungan Beta Saham ... 81

4.7 Perhitungan Return Saham ... 88

4.8 Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) ... 91

4.9 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 92

4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi ... 93

4.11 Hasil Pengujian Uji t ... 94

4.12 Hasil Pewngujian Uji F ... 95

4.13 Hasil Pengujian Adjusted R Square ... 96

4.14 Hasil Analisis Regresi ... 97


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 53

4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia ... 70

4.2 Uji Normalitas Data (PP-Plot) ... 89

4.3 Uji Heteroskedastisitas (Scaterplot) ... 93


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ... 106 2 Perhitungan Data Mentah Variabel Penelitian ... 107 3 Hasil Perhitungan SPSS ... 113


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan sektor ekonomi sangatlah dominan ditunjang baik dari segi sektor Riil dan sektor Non Riil, melihat krisis ekonomi global yang mengguncang negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa menarik untuk dicermati bagaimana dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri, khususnya sektor Non riil.

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak besar terhadap perekonomian di Indonesia, terjadinya krisis bermula dari kasus subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan instrumen kredit untuk sektor properti, kesalahan yang terjadi adalah pemberian subprime mortgage lebih banyak kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak mendapatkan bantuan kredit perumahan. Dikatakan tidak layak karena penduduk tersebut tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam. Hal ini memicu terjadi kredit macet di sektor properti. Kemudian kredit macet di sektor ini menyebabkan kolaps perusahaan-perusahaan besar di Amerika serikat.

Kolapsnya perusahaan pembiayaan ini juga mempengaruhi lembaga keuangan di Amerika Serikat. Karena perusahaan pembiayaan pada umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga keuangan.


(19)

Selain itu, dampak kolapsnya lembaga keuangan di Amerika Serikat juga mempengaruhi lembaga investasi dan investor diberbagai penjuru dunia.

Khususnya bagi lembaga investasi di Indonesia memiliki dampak yang cukup besar, kuatnya pengaruh sentimen negatif krisis ekonomi global menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi di akhir triwulan ketiga yang menurun tajam sebesar 22,0% menjadi level 1.883, dibanding posisi IHSG akhir Triwulan kedua-2008.

Krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan valas. IHSG anjlok dari level 2.830 menjadi 1.111 atau turun 60 %. Nilai kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076 sampai hampir menembus level Rp 13.000, atau mengalami depresiasi lebih dari 30 %.(Bank Indonesia dan BEI,2008).

Tekanan yang terjadi pada pasar modal Indonesia menyebabkan terjadinya penurunan likuiditas di sektor perbankan dan institusi keuangan nonbank yang disertai berkurangnya transaksi keuangan. Hal ini dikarenakan banyaknya investor dari institusi keuangan Amerika Serikat yang melepas kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk menyelamatkan perusahaan mereka sendiri yang terkena krisis keuangan.

Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam mengambil keputusan investasi akan selalu dihadapkan pada sejumlah pilihan, apakah ia menginvestasikan dananya dalam bentuk aset riil atau memilih melakukan investasi dalam bentuk aset finansial.


(20)

Investor melihat pergerakan yang baik dari suatu nilai saham, beradasarkan aturan yang jelas dalam setiap penghitungan dan ketetapan yang telah disepakati bersama.

Untuk penentuan harga saham dapat ditentukan dengan dua metode analisa yang ada, yaitu analisa fundamental dan pendekatan teknikal. Pendekatan teknikal menggunakan data pasar untuk menganalisis harga saham secara keseluruhan ataupun harga individu dari saham tersebut (Jones, 2000).

Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa mendatang melalui dua cara, pertama melakukan estimasi nilai fundamental yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, kedua menerapkan hubungan tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Suad husnan, 1996). Karena itu, untuk melakukan evaluasi terhadap harga saham, diperlukan informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan (Yugo Purnomo, 1998).

Analisa fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai intrinsiknya, sehingga layak dibeli. Telah diketahui bahwa analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan).

Pendekatan teknikal adalah pendekatan yang menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan


(21)

penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan. Dalam hal ini perkembangan harga saham lebih mudah kita melihatnya dengan pendekatan analisis fundamental.

Selain faktor internal perusahaan, kita juga perlu melihat faktor eksternal yang lainya, seperti kita dapat melihat kondisi Makroekonomi yang mempengaruhi harga saham suatu perusahaan yang Go Public, misalnya : kurs valuta asing (Valas), cadangan devisa, inflasi, tingkat suku bunga deposito (Djoko :54). Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian (pengujian) pengaruh antara variabel ekonomi makro terhadap perubahan indeks harga saham.

Indonesia memiliki sistem nilai kurs yang mengalami perubahan setiap waktu, sebagian besar mata uang berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar mata uang dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam pemerintahan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.

Hubungan atau pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu faktor yang mempengaruhi indeks harga saham, sehingga indeks sebagai indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Dalam perekonomian suatu negara biasanya dilihat berdasarkan kurs mata uang negara itu sendiri terhadap kurs valas (valuta asing). Apabila kurs menguat, maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tetapi bila kurs


(22)

mata uang melemah, maka indeks harga saham juga akan turun. Naik turunya harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan naik turunya permintaan saham di pasar modal oleh investor.

Hubungan antara tingkat suku bunga dengan indeks harga saham, terjadi di saat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan. Investor akan cenderung segera menempatkan uangnya pada deposito berjangka, obligasi pemerintah yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi serta memiliki resiko yang kecil dibandingkan menginvestasikan pada saham dengan resiko yang tinggi. Efek psikologis dan kecenderungan menghindari resiko untuk memperoleh hasil yang besar sebagai daya tarik investor untuk memilihnya.

Harga saham sulit untuk diprediksi karena dipengaruhi dan sering berubah meliputi; nilai tukar (kurs), inflasi dan tingkat suku bunga yang merupakan sebagai indikator kondisi makroekonomi. Dalam hal ini memberikan penetapan pada variabel makroekonomi yaitu, inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga.

Pengujian ini dilakukan terhadap variabel perubahan tersebut, apakah faktor-faktor makroekonomi (inflasi dan nilai tukar) berpengaruh signifikan terhadap harga saham yang terjadi pada keadaan sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 2008.

Mempertimbangkan antara penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, hubungan antara variabel ekonomi makro (nilai tukar, inflasi dan tingkat suku bunga) terhadap indeks harga saham dengan menggunakan model OLS (ordinary least square bivariate)


(23)

sebagaimana yang dinyatakan (Rao,1994) bahwa data ekonomi makro memiliki sifat nonstationery dan mempunyai hubungan imbal balik (causality). Model multi faktor mengasumsikan bahwa proses penetuan harga saham melibatkan beberapa faktor, terdapat beberapa kemungkinan bahwa lebih dari satu faktor penyebab (pervasive factor) dalam perekonomian yang mempengaruhi indeks harga saham (Alexander,Bailey,1999).

Situasi ekonomi mempengaruhi hampir semua perusahaan, sehingga perubahan dari perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar terhadap harga sebagian saham. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vera Yuniarti (2004) di Bursa Efek Indonesia menjelaskan adanya faktor-faktor makroekonomi (nilai tukar (kurs); suku bunga; inflasi; EPS; PER dan frekuensi perdagangan) yang mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.

Menurut Arseptin Ari Nur Anggraeni (2009) analisa pengaruh inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga pada saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh faktor makroekonomi (Nilai tukar dan Inflasi). Keberadaan faktor makroekonomi sebagai faktor eksternal suatu perusahaan ini membuat penulis merasa tertarik dalam hal penelitian yang berkaitan dengan pasar modal serta harga saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(24)

Penulis mengambil variabel makroekonomi yang diuji dan diteliti oleh para pendahulu. Oleh karena itu cakupan faktor makroekonomi begitu general dan luas, untuk itulah mengambil batasan masalah.

Dalam penelitian ini juga diperlukan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh besar inflasi dan nilai tukar terhadap harga saham di Busa efek Indonesia atau apakah faktor inflasi dan nilai tukar yang sangat berpengaruh besar terhadap harga saham.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga sesuai dengan variabel yang digunakan peneliti-peneliti terdahulu yaitu Rao (1994), Alexander and Bailey (1999), Vera Yuniarti (2004), Arseptin Ari Nur Anggraeni (2009). Begitu pula dengan informasi yang penulis dapat, berdasarkan faktor makroekonomi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menjadikan peneliti semakin menambah pengetahuan dan ilmu di dalam kajian manajemen keuangan dan pasar modal.

Dengan segala upaya dan usaha yang penulis lakukan, tidak terlepas dari segala kekurangan dan kelemahan. Untuk itu diperlukan saran dan kritik demi menyempurnakan hasil proposal skripsi ini. Untuk itulah kami ingin mengajukan penelitian ini untuk memenuhi prasyarat untuk membuat skripsi dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, SBI, Return On Asset Dan Beta Saham Terhadap Return Saham”.


(25)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, maka penelitian yang kami lakukan untuk mengidentifikasi masalah:

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham.

2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham. 3. Manakah variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return

saham.

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka kami selaku yang akan meneliti bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham.

b. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham.

c. Untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan mempengaruhi variabel dependen.


(26)

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Peneliti

Diharapkan menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manajemen keuangan dan pasar modal khususnya pada kajian mengenai harga saham, sehingga bukan hanya mengenal secara teori tetapi juga secara praktek langsung.

2. Bagi Perusahaan

Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi perusahaan melihat keterkaitan pengaruh harga saham terhadap faktor lain yang mempengaruhinya. 3. Bagi Akademisi

Menjadi acuan peneliti selanjutnya dan diharapkan memperoleh suatu model yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam bidang keuangan dan pasar modal dan digunakan sebagai bahan pembanding untuk penelitian-penelitian yang lain, serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mempraktekan berbagai teori yang pernah diterima selama kuliah terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi dapat didefinisikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana dalam suatu periode mendapatkan pembayaran masa depan yang akan mengkompensasikan investor untuk ; waktu dimana dana tersebut dikomitmenkan, tingkat inflasi yang diekspektasikan, ketidakpastian dari pembayaran dimasa depan. Investasi pada dasarnya merupakan sarana untuk menempatkan dana dengan ekspektasi akan menghasilkan pendapatan yang positif dan nilainya yang meningkat.

Dunia investasi khususnya pada sekuritas atau surat berharga pada saat ini menunjukan perkembangan yang amat pesat. Hal ini disebabkan antara lain karena minat masyarakat yang semakin besar untuk menanamkan dana yang dimiliki ke dalam bentuk sekuritas selain ke dalam tabungan atau deposito berjangka di Bank

Menurut Yuliati (1996); investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut.


(28)

Menurut Reilly (2004) mendefinisikan investasi secara lebih spesifik yaitu sebagai pengalokasian saat ini atas sejumlah uang selama periode waktu tertentu untuk memperoleh pembayaran dimasa depan yang akan memberikan imbalan kepada investor atas ; waktu selama dana dialokasikan, tingkat inflasi yang diharapkan, ketidakpastian pembayaran masa depan.

Untuk mengelola investasi yang baik, diperlukan suatu ilmu yang disebut dengan manajemen investasi. Secara sederhana, manajemen investasi adalah proses untuk mengelola uang atau dana. Lebih lanjut, Fabozzi (1995) mengungkapkan bahwa terdapat lima langkah manajemen investasi :

1. Menentukan tujuan investasi 2. Menetapakan kebijakan investasi 3. Memilih strategi portofolio

4. Memilih asset, mengukur dan mengevaluasi kinerja asset.

B. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal

Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun perusahaan swasta. “Pasar modal adalah pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu


(29)

individu-individu atau badan usaha yang kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya di tempat ini pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing dahulu pada badan otoritas dipasar modal yang terdaftar sebagai emiten (Sunariyah, 1997: 3).

Pada undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pengertian pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan menurut David L.Scott (1998), pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan.

Menurut Jogiyanto Hartono (2008:3) Pasar adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi dimana para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang dipertukarkan disini adalah modal”.

Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisasi


(30)

yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Ahmad Rodoni, 2006). Efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya : surat pengakuan hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, bukti right (right issue) dan waran (warrant).

Pengertian efek adalah suatu sistem yang terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek (pihak yang defisit dana) dengan pihak pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung atau melalui wakil-wakilnya (Agus Sartono, 1996). Melalui pasar modal masyarakat diperkenankan memiliki saham perusahaan, dengan harapan untuk ikut menikmati penghasilan perusahaan melalui sarana pembagian deviden maupun peningkatan harga saham. Keikutsertaan masyarakat didalam pemilikan modal memberikan dampak yang positif terhadap pengelolaan perusahaan, yaitu melalui mekanisme pengawasan langsung oleh masyarakat, sehingga mendorong pihak manajemen perusahaan untuk mengelola perusahaan secara lebih profesional dan transparan menuju terciptanya aktifitas usaha yang efisien.

Pasar modal merupakan suatu lembaga yang dalam kegiatan operasionalnya memberikan kesempatan kepada perusahaan yang telah berkembang dengan baik untuk menerbitkan surat berharga dalam bentuk saham, obligasi dan sekuritas sehingga perusahaan tersebut akan mendapatkan tambahan dana. Diharapkan dengan menerbitkan saham


(31)

ataupun obligasi dipasar modal, akan dapat menarik investor dalam menanamkan modalnya kedalam perusahaan.

Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi, karena pasar modal menyediakan fasilitas atau sarana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang memerlukan dana.

Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal, secara umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja mikroekonomi, yaitu kinerja yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang mencatatkan diri dipasar modal tersebut. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja makroekonomi maupun faktor-faktor lain di luar permasalahan ekonomi, seperti kondisi politik,


(32)

2. Pasar Modal yang Efisien

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) ingin memastikan bahwa harus terdapat transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan fundamental atau kinerja dari emiten. Transparansi ini dilakukan dengan mewajibkan para emiten untuk secara periodik melaporkan hasil laporan keuanganya kepada publik. Pasar modal dikatakan efisien ketika terjadi keadaan dimana harga dari seluruh sekuritas secara cepat dan menyeluruh merefleksikan seluruh informasi yang tersedia tentang sekuritas tersebut.

Tandelilin (2001:114) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien adalah sangat erat kaitanya dengan informasi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan karena menyangkut bagaimana pasar dapat merespon informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga sekuritas menuju keseimbangan baru. Sedangkan Sharpe (2006) lebih menekankan pengertian efisiensi pasar pada ketidakmampuan investor untuk mendapatkan keuntungan yang berlebihan atau imbalan abnormal.

Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersedian informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia (Jogiyanto,2003).


(33)

Hal yang sama dikemukakan Tandelilin (2001) bahwa efisiensi dapat diartikan tidak seorang investor dapat mengambil untung dari pasar. Artinya, jika pasar efisien dan semua informasi dapat diakses secara mudah dan dengan biaya murah oleh semua pihak di pasar, maka harga yang terbentuk adalah harga keseimbangan, sehingga tidak seorang investor dapat memperoleh keuntungan abnormal dengan memanfaatkan informasi yang dimilikinya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pasar modal dikatakan efisien bila harga-harga sekuritas telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Harga-harga dengan cepat menyesuaikan bila ada informasi baru dan setelah penyesuaian oleh investor, tidak akan mampu mendapatkan keuntungan abnormal dari setiap tindakannya.

Sehubungan dengan pengukuran pasar yang efisien maka yang perlu untuk diperhatikan adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi yang baru. Keane. S (2008:56) dalam bukunya “The Efficient Market Hyphothesis an The Implication for Financial Reporting” menyatakan bahwa harga yang dihasilkan dalam pasar modal merupakan estimator yang baik. Fama (1998:84) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien kedalam tiga bentuk efficiency market hyphotesis yaitu :

a. Efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah berarti harga-harga dari sekuritas yang terbentuk sekarang akan secara penuh mencerminkan informasi masa lalu.


(34)

b. Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semistrong form). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan abnormal dalam jangka waktu yang lama. c. Efisiensi pasar dalam bentuk kuat. Pasar dikatakan efisiensi dalam

bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.

3. Indeks Saham Pada Pasar Modal

Dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap kepada publik, Bursa Efek Indonesia telah menyebarkan data pergerakan saham melalui media cetak maupun media elektronik. Salah satu indeks pergerakan saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini terdapat lima macam Indeks saham, yaitu :

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham yang tercatat (listing) di BEI sebagai komponen perhitungan indeks. b. Indeks LQ 45, Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tertinggi

dan kapitalisasi pasar terbesar.

c. Indeks Sektoral, menggunakan seluruh saham yang dikelompokan kedalam masing-masing sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan kedalam sembilan sektor berdasarkan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Clasification).


(35)

d. Indeks Individual, indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.

e. Jakarta Islamic Index (JII), indeks dengan jumlah 30 saham yang masuk dalam kriteria syariah dan likuid.

C. Fundamental

1. Analisis Fundamental

Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai intrinsik, sehingga layak dibeli, serta saham dikatakan overvalue apabila saham yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, sehingga menguntungkan untuk dijual. Pendekatan teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan.

Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah salah satu jenis yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan indikator fundamental lainya, seperti pertumbuhan, pembayaran deviden dan kualitas manajemen perusahaan daripada


(36)

hari ke hari. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga.

Ahmad Rodoni (2005) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis:

a. Ekonomi Makro: analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan perusahaan itu sendiri.

b. Industri: analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melihat kaitan industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing, standar industri dan pertumbuhan pasar.

c. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen.

Ahmad Rodoni (2005), di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu :

a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan itu sendiri.


(37)

b. Pendekatan buttom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkat mikro (perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan pendekatan akhir pada analisis makroekonomi.

Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan:

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Menurut Anatasia, et al (2003:24), analisis fundamental merupakan suatu analisa mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan para karyawan, sumber bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Jogiyanto (2005:34), analisis fundamental juga biasa disebut analisis perusahaan, yang merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.

Sedangkan menurut Corrado dan Jordan (2000:46) menyatakan bahwa analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk menguji informasi pada laporan akuntansi dan informasi finansial lainya


(38)

2. Kerangka analisis Fundamental

Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung maupun investasi tidak langsung. Investasi aktiva langsung dapat dilakukan dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham (surat-surat berharga) dari perusahaan investasi yang diperdagangkan di pasar modal. Beberapa penulis memberikan sumbangan pemikiran terhadap model dalam menganalisis dan menilai saham dengan istilah yang beragam; Karen (1971) menyebut dengan istilah a flow diagram of stock price determination; Husnan (1998) menyebut dengan analisis teknikal; sedangkan Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) menyebut dengan istilah the big picture. Dari ketiga analisis tersebut, untuk menganalisis dan menilai perilaku harga saham dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi ekonomi atau kondisi pasar yang terdiri dari variabel makroekonomi maupun kondisi spesifik perusahaan.

D. Harga Saham

Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat perkembangan atau perubahan harga saham, dimana perubahan, volume dan frekuensi perdagangan saham menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang baik. Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan permintaan saham di bursa.


(39)

Semakin tinggi penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin tinggi volume perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat, sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga saham. Naiknya harga saham dipengaruhi oleh pertimbangan analisis fundamental dan analisis teknikal, padangan kedua analisis tersebut sebagai gambaran investor melihatnya sebagai informasi yang berguna didalam berinvestasi.

Dalam hal ini, investor melihat analisis fundamental adalah suatu analisis yang dilakukan suatu investor yang memang ingin berinvestasi dalam jangka panjang dalam suatu invetasi saham, maka melakukan analisis fundamental ini menjadi pertimbangan mutlak yang harus dilakukan. Sebaliknya, jika investor hanya ingin sekedar mengetahui kondisi umum emiten,cukup menganalisis beberapa rasio keuangan saja.

Demikian pula jika investor hanya ingin berinvestasi dalam jangka pendek (membeli kemudian sesegera mungkin menjualnya), melakukan pendekatan analisis ; yaitu investor cukup menghitung PER (price earnings ratio) saja. Dimana PER (price earnings ratio ) adalah untuk menentukan apakah suatu saham overvalue (mahal) atau under value (murah) dan menghitung pendapatan per-saham (EPS), dimana melihatnya dengan cara mencari laba bersih suatu perusahaan, mencari jumlah saham yang beredar (outstanding stock).


(40)

Beberapa pendekatan kedua analisis ini dijadikan patokan didalam mengambil sebuah keputusan (decision making) dalam investasi di pasar bursa saham, melihat informasi yang diperlukan dalam menginvestasikan modal dengan tepat dan sesuai dengan harapan serta keinginan investor didalam mendapat capital gain (keuntungan) yang diharapkan. Sehingga dengan mengetahui gambaran tersebut, investor dapat dengan mudah dan percaya didalam menempatkan modal investasinya dengan tepat.

Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa saja mengalami perubahan (naik-turun). Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perubahan harga saham :

1. Harapan Investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil, maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan dan deviden berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga saham akan cenderung berfluktuasi juga.

2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan berkaitan erat dengan peningkatan harga saham. Apabila tingkat pendapatan perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula perubahan harga sahamnya.

3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian pada masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil, maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham cenderung stabil.


(41)

Pada prinsipnya membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu fraksi dari kekayaan (asset) dan keuntungan (earnings) perusahaan, serta hak-hak yang melekat padanya. Oleh karena itu harga saham banyak ditentukan terutama oleh reputasi atau kinerja (performance) perusahaan itu sendiri.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham

Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat kecenderungan harga saham, dimana perubahan volume dan frekuensi perdagangan saham menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang baik. Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan permintaan saham di bursa. Semakin tinggi penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin tinggi volume perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat, sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga saham.

Studi empiris yang dilakukan oleh Poon (1994) menerangkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara perubahan return saham dan volume perdagangan saham. Salah satu contoh yaitu perusahaan yang listed di Chicago Board Option Exchange dari tahun 1982-1985, menunjukan indikasi bahwa terdapat perubahan struktural hubungan setelah perdagangan, menemukan bahwa terdapat perubahan return saham signifikan dan berhubungan positif dengan volume perdagangan.


(42)

Frekuensi dan volume perdagangan saham sebagai alat ukur terhadap likuiditas suatu saham. Semakin tinggi frekuensi dan volume perdagangan suatu saham menunjukan bahwa saham tersebut semakin aktif diperdagangkan, volume dan frekuensi transaksi penting diketahui oleh investor untuk melihat apakah efek yang dibeli tersebut merupakan efek yang aktif diperdagangkan di pasar. Ini penting untuk mengetahui tingkat likuiditas suatu efek. Karena efek yang likuid mempunyai kecenderungan harganya naik atau lebih lama bertahan karena disenangi masyarakat (Marzuki Usman. 1990:174). Ada beberapa pendapat yang dinyatakan para ahli pasar modal terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham di Bursa Efek.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan)sebagian besar dari harga-harga lain. Boediono (2001:161). Menurut Bapak Kaum Moneterist, Milton Friedman, Inflasi yang tinggi dan terus menerus hanya akibat kenaikan uang beredar yang tinggi, baik berupa uang kartal maupun giral. Inflasi selalu dan setiap saat merupakan fenomena moneter. Tetapi pergerakan naik dalam tingkat harga merupakan fenomena moneter hanya jika dalam suatu proses yang terus menerus. Bertambahnya jumlah uang menyebabkan turunya suku bunga selama tidak berada dalam kondisi liquidity trap. Untuk mengatasi tingginya inflasi sangat sederhana yaitu dengan mengurangi tingkat pertumbuhan yang beredar ke tingkat yang rendah.


(43)

Menurut pandangan Keynesian, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregrat) melebihi jumlah barang yang tersedia (penawaran agregrat), akibatnya terjadi inflationary gap. Keterbatasan penawaran agregrat ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregrat. Sama seperti pandangan kaum monetarist, pandangan Keynesian ini lebih banyak digunakan untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Karena saham merupakan keikutsertaan dalam suatu perusahaan, maka bila hal kondisinya sama, seyogyanya secara komparatif saham tidak berpengaruh terhadap inflasi. Menurut Fama (1981:56) inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan dan pengujian yang dilakukan oleh Fama pada tahun 1981. Wahlroos dan Berglund (1986:75) menemukan bahwa hubungan antara tingkat inflasi dengan stock return adalah negatif. Inflasi yang semakin tinggi akan mengindikasikan turunya permintaan uang. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil, yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham menjadi turun.

Dengan naiknya inflasi, maka nilai aktiva perusahaan juga naik seperti tanah, pabrik dan saham, sehingga harga-harga produk itu akan menentukan harga barang jadi (Jhon White,1997:9). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gundono (1999) inflasi tidak berpengaruh signifikan


(44)

Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai suatu patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan harga saham dimana sikap para investor yang mengambil keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih kenaikan harga yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Tindakan yang terlalu tamak dan tak terencana mengakibatkan perubahan yang sangat besar terhadap harga saham, sehingga kecenderungan sikap investor yang mengambil tindakan dini dalam menanamkan modal pada pasar saham yang terdaftar dibursa efek mengakibatkan tatanan kepercayaan publik terhadap suatu emiten yang dapat mengelola modal investasi yang ada.

Jika emiten memberikan gambaran informasi yang tepat dan akurat, memberikan kepercayaan yang besar pada investor untuk menanamkan modalnya secara baik dan benar. Risiko perubahan nilai tukar biasanya paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian bisnisnya dilakukan dengan menggunakan mata uang asing, khususnya dollar Amerika. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat berpengaruh besar terhadap arus kas perusahaan yang diterima. Oleh karena itu harga saham berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs), karena pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan mata uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan internasional yang sah.


(45)

F. Return Saham

Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11). Return adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan bagi para investor, dan merupakan suatu harapan bagi investor setelah melakukan investasi. Return adalah suatu harapan keuntungan di masa yang akan datang tersebut merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi yang dilakukan (Tandelilin, 2001:47). Pengembalian suatu investasi adalah harapan yang diinginkan bagi investor, maka bagi investor return adalah alasan bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dan bagi investor tingkat resiko suatu saham sangat dijauhi, karena sangat berpengaruh pada tingkat pengembalian saham. Maka bagi para investor harus mengetahui faktor apa saja yang menjadi pengaruh naik turunya suatu return saham, dan harus memiliki pengetahuan dalam menghindari resiko yang terjadi.

Pada dasarnya return memiliki dua komponen yang dapat menaikan atau menurunkan, yaitu berdasarkan cash yang diterima dari cash dan berdasarkan keuntungan atau kerugian dari suatu investasi “ This return will usually have two component. First, you may receive some cash directly while you own the investment. This called the income component of your return. Second, the value of the asset your purchase will often change inthis case. You


(46)

have a capital gain or capital loss on your investment” (Ross, Westernfield, Jordan, 2008:382). Pengembalian merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Pengembalian terdiri dari :

1. Pengembalian yang terealisasi (realized return) merupakan pengembalian yang telah terjadi. Pengembalian yang terealisasi dihitung berdasarkan data historis. Pengembalian yang terealisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja dari perusahaan. Pengembalian historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan resiko di masa yang akan datang

2. Pengembalian yang diperoleh (expected return) merupakan pengembalian yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan pengembalian yang terealisasi yang sifatnya telah terjadi, pengembalian yang diharapkan sifatnya belum terjadi.

Resiko (risk) sering dihubungkan dengan penyimpangan dari hasil yang diterima dengan yang diharapkan. Resiko terdiri dari :

1.Resiko pengembalian yang terealisasi (risk of realized return) merupakan resiko yang telah terjadi atas pengembalian yang terealisasi.

2.Resiko pengembalian yang diharapkan (risk of expected return) merupakan resiko yang akan terjadi atas pengembalian yang diharapkan (Dermawan Sjahrial, 2009:7).

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi


(47)

(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Tingkat keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut:

Dimana :

Rti: Return Saham

Pti : Harga saham i pada akhir periode Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode

G. Nilai Tukar

1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakannilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen dan lain sebagainya.


(48)

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

2. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

a.Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomiseperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antarnegara,ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.

b.Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

c.Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-beritasudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.


(49)

3. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yangberlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a.Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

b.Sistem kurs tertambat (peged exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi


(50)

sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

c.Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d.Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.

Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yangberbeda dengan bobot yang berbeda.


(51)

e.Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

H. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat harga


(52)

2. Timbulnya Inflasi

Timbulnya inflasi dapat dilihat dari : a. Berdasarkan keparahan inflasi

1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun 2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun 3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun

4) Hiperinflasi di atas 100% setahun b. Berdasarkan timbulnya inflasi

1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation),

inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.

2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang

c. Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan: 1) Tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dan bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit bank.


(53)

2) Desakan biaya (cost push inflation)

Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran, naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah produksi

3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan inflasi dorongan biaya.

4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang mengalami inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut dibutuhkan oleh negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.

3. Cara Mengatasi Inflasi

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.

Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi: a. Kebijakan Moneter

Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi:


(54)

1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang.

2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI

3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank umum menjadi berkurang

4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit

5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1

b. Kebijakan Fiskal

Dapat dilakukan dengan cara:

1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah

3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama.


(55)

c. Kebijakan Non Moneter Dapat dilakukan melalui:

1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun.

2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.

3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang- barang tertentu.

I. Debt To Equity Ratio (DER)

Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al,.2008:66) yang menyatakan bahwa

“debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Menurut Horne dan Wachoviz (2004:145) “Debt to equity is computed by simply dividing the

total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”.

Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al. (2001:490) “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.


(56)

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya atau juga bisa diartikan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat perusahaan dilikuidasi. Para banker dan kreditur jangka pendek sangat berminat untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar hutangnya dalam jangka pendek. Sedangkan kreditur jangka panjang sangat berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek dan kemampuan membayar hutang jangka panjang. Salah satu bagian dari rasio solvabilitas adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar sumber dana yang berasal dari hutang, sehingga aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagian besar didanai oleh hutang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi perusahaan. Sehingga apabila nilai debt to equity ratio nya tinggi menunjukkan tingkat hutang yang besar dan hutang yang besar itu akan mengurangi keinginan para investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut, sehingga harga saham suatu perusahaan akan bernilai rendah dan berpengaruh terhadap return saham yang akan diperoleh.


(57)

Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan dari DER adalah sebagai berikut :

J. Return On Asset

Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman, 2003).

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak


(58)

terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Dari hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat keputusan investasi saham, investor masih mempertimbangkan ROA. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

K. Beta Saham

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001).

Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi modern dikenal juga pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu : risiko nonsistematik dan risiko sistematik. Risiko nonsistematik disebut juga sebagai risiko spesifik, yaitu risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko nonsistematik dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi


(59)

investasi. Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko sistematik tidak dapat diminimalkan dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (Brigham, 2001). Menurut Jones (2004),

Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total risk. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable portion or the market risk variability in a securities total return that is directly

associated with overall movements in the general market or economy”.

Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung Beta digunakan teknik regresi, yaitu mengestimasi Beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel bebas.

Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden suatu perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key


(60)

dividends and their associated risk”. Model yang dikembangkan adalah pendekatan Gordon yaitu Devidend Discount Model (DDM) yang constant growth. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Rumus yang digunakan untuk mencari risiko sistematik (Beta) adalah sebagai berikut :

Dimana:

Rm = Return market

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan tahun t IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan tahun t-1 Pit = Harga Saham i tahun t

Pi t-1 = Harga Saham i tahun t-1 Di = Deviden saham i


(61)

L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset Pricing Model 1. Pengertian CAPM

CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47).

Model Penentuan Harga Modal (Capital Asset Pricing Model- CAPM) bertujuan menyediakan pengembalian yang lebih besar untuk risiko yang lebih besar. Model ini mengasumsikan keinginan investor untuk menahan efek dalam portofolio yang efisien yang memberikan pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu. CAPM menyatakan bahwa pengembalian yang diharapkan tiap efek berkaitan dengan risikonya. Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek bersama pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. Implikasi pentingnya adalah pasar memberikan kompensasi atas risiko sistematis (β), sementara menahan risiko tidak sistematis (yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi) tidak menghasilkan pengembalian tambahan.

Menurut Weston dan Copeland (1992), Husnan (1996), model

equilibrium meliputi Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model yang dapat digunakan untuk menentukan harga sekuritas dengan menganalisis hubungan risiko (risk) dan tingkat return, Van Horn (1992), Weston dan Brigham (1993), dan Fischer dan Jordan (1995).


(1)

Perhitungan Beta Saham

NO

EMITEN

2007

2008

2009

2010

1

AALI

183.36

1.24

(0.92)

0.38

2

ANTM

96.46

(1.94)

2.27

0.65

3

ASII

108.99

1.18

(2.39)

(2.60)

4

BNBR

129.32

1.54

0.02

3.13

5

BRPT

514.55

1.47

(0.76)

2.32

6

BUMI

867.12

1.57

(1.44)

(0.30)

7

INCO

319.14

1.79

(0.27)

(0.92)

8

INDF

67.85

1.22

(3.19)

(1.19)

9

INTP

60.87

0.89

(1.92)

0.29

10

ISAT

38.63

0.71

1.36

0.45

11

KLBF

4.37

1.29

(2.33)

(9.20)

12

LSIP

89.73

1.37

(1.73)

(2.37)

13

MEDCO

64.66

1.22

0.61

(1.22)

14

PTBA

365.21

0.86

(1.19)

1.48

15

SMGR

(43.83)

(1.20)

0.78

1.50

16

TLKM

(3.92)

0.69

0.52

1.54

17

TINS

839.30

1.76

(0.21)

(1.20)

18

UNVR

(1.18)

(0.11)

0.45

(2.04)


(2)

Perhitungan Return Saham

NO

EMITEN

2007

2008

2009

2010

1

AALI

1.2222

(0.6500)

1.3214

0.1516

2

ANTM

0.6574

1.2547

(0.7820)

0.1136

3

ASII

0.7389

(0.6136)

2.2891

0.5720

4

BNBR

0.8710

(0.8276)

0.7000

(0.2353)

5

BRPT

3.3750

(0.7857)

1.2167

(0.1203)

6

BUMI

5.6667

(0.8483)

1.6648

0.2474

7

INCO

2.1048

(0.9799)

0.8912

0.3356

8

INDF

0.4714

(0.6388)

2.8172

0.3732

9

INTP

0.4261

(0.4390)

1.9783

0.1642

10

ISAT

0.2815

(0.3353)

(0.1783)

0.1429

11

KLBF

0.0588

(0.6825)

2.2500

1.5000

12

LSIP

0.6136

(0.7254)

1.8547

0.5389

13

MEDCO

0.4507

(0.6369)

0.3102

0.3776

14

PTBA

2.4043

(0.4250)

1.5000

(0.0029)

15

SMGR

(0.2545)

0.8084

0.1987

(0.0055)

16

TLKM

0.0050

(0.3202)

0.3696

(0.0106)

17

TINS

5.4859

(0.9624)

0.8519

0.3750

18

UNVR

0.0227

0.1556

0.4167

0.4932


(3)

Lampiran 3: Hasil Perhitungan SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Return Saham 38.5000 22.08303 76 Nilai Tukar 38.5000 21.41043 76

Inflasi .0668 .02185 76

Debt to Equity ratio 38.5000 22.08061 76 Return On Asset 38.5000 22.08303 76 Beta Saham 49.8701 158.01041 76

Correlations

Return Saham

Nilai

Tukar Inflasi

Debt to Equity ratio Return On Asset Beta Saham Pearson Correlation Return Saham 1.000 -.316 -.565 -.101 .106 .437

Nilai Tukar -.316 1.000 .880 .103 .044 .146 Inflasi -.565 .880 1.000 .075 .033 -.036 Debt to Equity ratio -.101 .103 .075 1.000 -.574 .010 Return On Asset .106 .044 .033 -.574 1.000 .139 Beta Saham .437 .146 -.036 .010 .139 1.000 Sig. (1-tailed) Return Saham . .003 .000 .192 .182 .000 Nilai Tukar .003 . .000 .188 .352 .104

Inflasi .000 .000 . .260 .389 .377

Debt to Equity ratio .192 .188 .260 . .000 .465 Return On Asset .182 .352 .389 .000 . .116 Beta Saham .000 .104 .377 .465 .116 .

N Return Saham 76 76 76 76 76 76

Nilai Tukar 76 76 76 76 76 76

Inflasi 76 76 76 76 76 76

Debt to Equity ratio 76 76 76 76 76 76

Return On Asset 76 76 76 76 76 76

Beta Saham 76 76 76 76 76 76

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson


(4)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 20438.097 5 4087.619 17.732 .000a

Residual 16136.403 70 230.520

Total 36574.500 75

a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar b. Dependent Variable: Return Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 85.565 9.280 9.220 .000

Nilai Tukar .578 .186 .561 3.103 .003 .193 5.178 Inflasi -1054.183 180.237 -1.043 -5.849 .000 .198 5.046 Debt to Equity ratio -.064 .099 -.064 -.651 .517 .648 1.543 Return On Asset .035 .099 .035 .350 .728 .642 1.558 Beta Saham .044 .012 .313 3.606 .001 .837 1.194 a. Dependent Variable: Return Saham


(5)

(6)

Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)

Nilai

Tukar Inflasi

Debt to Equity ratio

Return On Asset

Beta Saham

Return Saham

N 76 76 76 76 76 76

Normal Parametersa

Mean 38.5000 .0668 38.5000 38.5000 49.8701 38.5000 Std.

Deviation 21.41043 .02185 22.08061 22.08303

158.0104 1

22.0830 3 Most Extreme

Differences

Absolute .171 .300 .069 .067 .416 .062 Positive .171 .300 .069 .067 .416 .062 Negative -.171 -.208 -.068 -.062 -.341 -.062 Kolmogorov-Smirnov Z 1.494 2.616 .600 .588 3.626 .543 Asymp. Sig. (2-tailed) .073 .723 .865 .601 .930 .930 a. Test distribution is Normal.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Price Earnings Ratio Terhadap Price to Book Value Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

30 283 90

Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), dan Firm Size (FS) terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 74 97

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia

2 71 93

Pengaruh Return On Asset, Return On Equity, Dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 41 129

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis pengaruh Return On Asset (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM) dan Current Ratio (CR) terhadap harga saham: studi empiris pada perusahaan tambang yang terdaftar di bursa efek Indonesia Tahun 2011-2013

3 51 102

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap risiko saham pada perusahaan LQ 45 periode 2004-2009

0 7 116

Analisis pengaruh rasio likuiditas, profitabiltas, aktivitas, leverage, dan frim size terhadap return saham: studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di LQ 45

1 5 70

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, SUKU BUNGA, INFLASI DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ - 45

0 5 126