Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya perbankan adalah sumbu tempat berputar sistem keuangan
dari suatu lingkungan kehidupan masyarakat tertentu.Biasanya lingkungan
kehidupan masyarakat tersebut berupa negara, tetapi kadangkala menjangkau
antarnegara disebabkan lajunya arus informasi terutama di era globalisasi
ini. 1Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia selama ini, tentu
senantiasa memerhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan berbagai
sektor, termasuk di bidang ekonomi dan keuangan.Upaya tersebut dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945.Perkembangan perekonomian pasca reformasi senantiasa bergerak cepat
dengan tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor perbankan sehingga
diharapkan akan dapat memperkukuh perekonomian nasional.
Sehubungan dengan itu diperlukan penyempurnaan terhadap sistem
perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara
individual, melainkan juga penyehatan sistem perbankan secara menyeluruh,
terutama dalam melindungi hak-hak konsumen. Upaya penyehatan bank menjadi
tanggung jawab


bersama antara pemerintah, bank-bank itu sendiri dan

masyarakat sebagai konsumen sebagai pengguna jasa bank. Adanya tanggung
jawab bersama tersebut dapat membantu memelihara tingkat kesehatan perbankan
1

Prof. Chainur Arrasjid, S.H, “Hukum Pidana Perbankan”, (Jakarta: Sinar Grafika,
2013), hlm. 1.

1

Universitas Sumatera Utara

2

nasional sehingga dapat berperan secara maksimal dalam perekonomian
nasional.Prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh sedangkan ketentuan
mengenai perlindungan nasabah harus terus ditingkatkan. 2
Faktor utama yang menjadi kelemahan nasabah sebagai konsumen adalah
tingkat kesadaran konsumen akan hak-haknya yang masih rendah. Konsumen

tidak menyadari bahwa sebenarnya tidak hanya bank yang memiliki posisi tawar
tetapi juga nasabah sebagai konsumen.Hal ini terutama disebabkan oleh
rendahnya pendidikan konsumen. Oleh karena itu, penguatan posisi tawar nasabah
akan hak-haknya melalui berbagai produk hukum dan kebijakan Bank Indonesia
(BI) akan menjadi sangat penting, termasuk melalui pilar-pilar yang termasuk
dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Hadirnya regulasi yang ketat
tersebut merupakan upaya untuk dapat melindungi kepentingan nasabah secara
integratif dan komperhensif serta dapat diterapkan secara efektif dalam
masyarakat.Termasuk melalui lembaga perlindungan konsumen berbasis swadaya
masyarakat dengan pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan
konsumen.
Upaya tersebut bertujuan bukan dalam rangka mematikan usaha pihak
perbankan sebagai pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya, yakni perlindungan
konsumen, sekaligus untuk mendorong iklim perbankan yang sehat sehingga
melahirkan perusahaan yang tanggung dalam menghadapi persaingan melalui
penyediaan barang atau jasa yang berkualitas. Dalam hal ini, empat program
perlindungan dan pemberdayaan nasabah yang terdapat dalam program API dapat
2

Lukman Santoso AZ, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, (Yogyakarta: Pustaka

Yustisia, 2011), hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

3

dijadikan program inti, yang dijadikan dasar bagi pelaksanaan program
peningkatan dan perlindungan nasabah perbankan ke depan. Kesempatan yang
sama bagi setiap orang untuk menjadi nasabah bank, peningkatan pelayanan bank
kepada nasabah, dan peningkatan kesetaraan hubungan nasabah dengan bank
masih

menjadi

pekerjaan

rumah

yang


harus

diselesaikan

BI,

yang

implementasinya tentu saja memerlukan dukungan dari pihak-pihak yang
berkepentingan di dalamnya. 3
Hubungan yang intens antara nasabah dan bank memang tidak menutup
kemugkinan untuk terjadinya persoalan. Terlebih, dengan perkembangan
teknologi yang semakin pesat yang juga diterapkan di sektor perbankan, terkadang
justru menimbulkan persoalan-persoalan baru yang krusial, misalnya kerusakan
electronic banking, kelalaian atau kesalahan transfer dana, pembobolan ATM, dan
lain-lain. Inilah yang menimbulkan sengketa antara nasabah dan bank.
Perkembangan sengketa antara nasabah dan bank seringkali terjadi seperti
nasabah datang langsung ke bank, menelpon call center, atau menulis surat
pembaca di media cetak dengan menyampaikan keluhannya terhadap bank
tertentu. Bahkan terkadang nasabah melaporkan bank ke pihak kepolisian dan

melakukan gugatan ganti rugi kerugian kepada bank melalui pengadilan.
Namun, ada kalanya pihak perbankan kurang memerhatikan pengaduan
nasabah terkait hak-haknya tersebut, dan justru menyalahkan nasabah yang tidak
hati-hati atau kurang memahami teknologi. Padahal Peraturan bank Indonesia
(PBI) Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank dan

3

Ibid., hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara

4

Penggunaan Data Pribadi Nasabah, telah mewajibkan kepada seluruh pelaku
usaha perbankan untuk memberikan informasi secara akurat atas sistem dan
produk yang dikeluarkan pihak bank tesebut agar pihak nasabah memahami
secara detail. Selain itu, bank juga wajib merespon keluhan dan pengaduan
nasabah, khususnya terkait dengan transaksi keuangan.
Dalam konteks modern, jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan

ekonomi suatu Negara.Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua
tujuan.Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien
bagi nasabah.Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu
kredit.Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi.
Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya
dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan
menerima tabungan dari nasabah dan meninjamkannya kepada pihak yang
membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan
pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi
suatu Negara akan meningkat, tanpa adanya arus dana, uang hanya berdiam di
saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat
dibangun karena tidak memiliki dana pinjaman. 4 Dengan adanya jasa bank, pihak
nasabah mendapatkan kemudahan dalam melakukan segala transaksi yang
berhubungan dengan keuangan, dan dapat terlindung dari segala bentuk
ketidakadilan lintah darat, yang dalam memberikan pinjaman kepada nasabah
seperti praktik bank-bank gelap yang memberi pinjaman dengan bunga tinggi.

4

Ibid., hlm. 11.


Universitas Sumatera Utara

5

Dalam interaksi di dunia perbankan antara nasabah dan bank, bukan tidak
mungkin jika suatu saat terjadi masalah, dan apabila tidak segera diselesaikan
dapat berubah menjadi sengketa antara nasabah dan bank.
Di dalam sistem hukum Indonesia, segala bentuk praktik perbankan harus
berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam Ideologi Negara
Indonesia dalam UUD 1945.Kekhususan ini dapat dilihat dalam kehidupan
perbankan Indonesia, di antaranya adalah perbankan Indonesia dalam melakukan
usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehatihatian. Fungsi utama bank sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarakat
yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional dalam
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 5
Bisnis perbankan merupakan bisnis kepercayaan. Oleh karena itu
pengelolaan yang hati-hati sangat diperlukan karena dana dari masyarakat
dipercayakan


kepadanya.

Perbankan

mempunyai

fungsi

utama

sebagai

intermediasi, yaitu penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara
efektif dan efisien pada sektor-sektor rill untuk menggerakkan pembangunan dan
stabilitas perekonomian sebuah Negara. Bank menanggung risiko reputasi atau
reputation risk yang besar. Bank harus selalu menjaga tingkat kepercayaan dari
nasabah atau masyarakat agar menyimpan dana mereka di bank, dan bank dapat
menyalurkan dana tersebut untuk menggerakkan perekonomian bangsa. 6

5


Ibid., hlm 12.
Ibid., hlm. 13.

6

Universitas Sumatera Utara

6

Dalam dunia perbankan, nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa
perbankan.Kedudukan nasabah dalam hubungannya dengan pelayanan jasa
perbankan, berada pada dua posisi yang dapat bergantian sesuai dengan sisi mana
mereka berada. Dilihat dari sisi pengerahan dana, nasabah yang menyimpan
dananya pada bank baik sebagai penabung deposan, maupun pembeli surat
berharga, maka pada saat itu nasabah berkedudukan sebagai kreditor bank.
Sedangkan pada sisi penyaluran dana, nasabah peminjam berkedudukan debitur
dan bank sebagai kreditor. Dari semua kedudukan tersebut, pada dasarnya
nasabah merupakan konsumen dari pelaku usaha yang menyediakan jasa di sektor
usaha perbankan.

Meningkatnya kegiatan perekonomian nasional merupakan salah satu faktor
utama dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap iklim usaha
di Indonesia. Meningkatnya kepercayaan masyarakat tersebut antara lain
tercermin dari arus transaksi perpindahan dana yang terus menunjukkan
peningkatan tidak saja dari sisi jumlah transaksi, tetapi juga dari sisi nilai nominal
transaksinya. Selain faktor kelancaran dan kenyamanan dalam pelasanaan transfer
dana, faktor kepastian dan perlindungan hukum bagi para pihak terkait juga
merupakan faktor utama dalam transfer dana. Belum adanya peraturan yang
komperhensif dalam bentuk undang-undang yang mengatur kegiatan transfer dana
mengakibatkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan transfer dana pada saat
ini terkendala dalam penyelesainnya. Di sisi lain, perkembangan perekonomian
internasional sudah semakin terintegrasi dengan pasar keuangan global.
Pergerakan dana secara lintas batas (cross border) telah menjadi kebutuhan para

Universitas Sumatera Utara

7

pelaku ekonomi dunia dan menuntut adanya pemanfaatan yang optimal atas
kondisi tersebut dari pemerintah dan otoritas yang berwenang sebagai salah satu

upaya dalam memajukan perekonomian nasional.
Basis utama dalam bisnis lembaga keuangan dan perbankan adalah
kepercayaan (trust) dan kejujuran (honesty).Secara umum ada dua kelompok
besar pengaduan konsumen perbankan.Pertama, pengaduan konsumen yang
berhubungan dengan produk perbankan termasuk iklan produk perbankan. Kedua,
pengaduan konsumen menyangkut pelayanan yang meliputi cara kerja petugas
yang berkaitan. Apabila nasabah merasa dirugikan hak hukumnya, maka pihak
nasabah dapat mengajukan pengaduan pada pihak bank atau aparat hukum.Dalam
hal ini bank harus dapat menyelesaikan dengan baik menggunakan mekanisme
atau sistem yang sudah ditetapkan.Pihak bank juga harus memberi tanggapan dan
menindaklanjuti hingga tuntas mengenai ketidakpuasan nasabah tersebut. 7Di
dalam

sistem

pembayaran

Indonesia

terdapat

beberapa

bentuk

sistem

pembayaran.Secara garis besar Sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu
Sistem pembayaran tunai dan Sistem pembayaran non-tunai.Perbedaan mendasar
dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen yang
digunakan.
Pada sistem pembayaran tunai instrumen yang digunakan berupa uang
kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik uang kertas dan uang logam, sedangkan pada
sistem pembayaran non-tunai instrumen yang digunakan berupa Alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro, Nota Debit, maupun uang

7

Ibid., hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

8

elektronik. Instrumen pembayaran non-tunai ini terbagi menjadi dua bagian yaitu
instrumen pembayaran non-tunai dengan media kertas dan instrumen pembayaran
dengan media kartu 8. Instrumen pembayaran non-tunai ini menggunakan sistem
transfer atau jasa pengiriman uang.
Transfer dana adalah bentuk dari sistem pembayaran non-tunai. Dalam
melakukan transfer bank melibatkan banyak pihak, baik pihak dalam negeri
maupun dari luar negeri. Pihak luar negeri sebagai mitra pelaku usaha dalam
negeri perlu mendapatkan keyakinan terkait dengan kelancaran dan keamanan
pelaksanaan transfer uang di Indonesia. Jaminan tersedianya peraturan perundangundangan yang memadai tentang kegiatan transfer uang sangat diperlukan tidak
hanya untuk pihak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Menurut UndangUndang Nomor 3 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (1) tentang Transfer Dana (selanjutnya
disebut UU Transfer Dana), transfer dana adalah rangkaian kegiatan yang dimulai
dengan perintah dari pengirim asal yang bertujuan memindahkan sejumlah dana
kepada penerima yang disebutkan dalam perintah transfer dana sampai dengan
diterimanya dana oleh penerima. 9
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 mengenai
penyelenggaraan Transfer Dana, kegiatan Transfer Dana atau pengiriman uang
terus berkembang di masyarakat. Kegiatan ini sangat beragam, dimulai dari
layanan non bank, kemudian berkembang dengan layanan kedatangan pengguna
jasa ke kantor bank, sampai akhirnya dilakukan sendiri kegiatan transfernya tanpa

8

Andri Gunawan, Erwin Natosmal Oemar, Refki Saputra, Membatasi Transaksi Tunai,
(Jakarta: Indonesian Legal Roundtable, 2013), hlm. 18.
9
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Pasal 1 Ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

9

harus datang ke kantor Bank atau non Bank, seperti lewat ATM, internet banking
atau melalui layanan mobile banking.
Peruntukan transfer dananya juga terus berkembang dan dimanfaatkan untuk
semua kepentingan yang diinginkan oleh pengguna jasa, seperti untuk
pembayaran uang sekolah, tagihan listrik, tagihan telepon, pembayaran transaksi
bisnis dan bahkan untuk kepentingan sosial. Sejalan dengan perkembangan
Transfer Dana tersebut, kegiatan Transfer Dana yang aman dan lancar juga
semakin dibutuhkan oleh masyarakat.Sebagai manusia modern penggunaan sistem
transfer ini sangatlah memberikan kemudahan bagi nasabah bank untuk berbagai
transaksi dengan cepat dan aman, serta biaya pengiriman yang jauh lebih murah.
Pengiriman uang lewat bank dapat pula mengefisienkan waktu dengan mengirim
dari satu tempat ke beberapa tujuan sekaligus dalam waktu yang sama. Selain itu,
pihak bank juga akan mendapat keuntungan seperti pendapatan komisi transfer
dan sarana promosi. Dengan melakukan transaksi non-tunai baik melalui kartu
kredit, kartu debit, dan uang elektronik (e-money), perputaran uang akan lebih
mudah dicatat dan dilacak.
Di dalam pelaksanaannya, ternyata tidak semua kegiatan Transfer Dana
dapat berjalan sebagaimana yang diinginkan oleh pengguna jasa. Keterlambatan
sehari atau lebih dalam pelaksanaan pengirimannya dan Dana diterima oleh pihak
yang tidak berhak, adalah beberapa contoh praktek kelalaian yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi para pihak, baik bagi pihak pengirim maupun pihak
penerima Transfer Dana, apalagi jika kegiatan Transfer Dana dimaksudkan untuk
memenuhi suatu kewajiban pembayaran yang bersifat segera. Sebagai upaya

Universitas Sumatera Utara

10

untuk memberikan perlindungan kepada para pengirim dana maka dikeluarkan
Peraturan Bank Indonesia tentang Transfer Dana sebagai peraturan yang lebih
rinci dari Undang-Undang Transfer Dana.
Pengelolaan jasa transfer juga harus ada beberapa prinsip karena di
dalamnya terdapat beberapa resiko, dimana sering terjadi kesalahan sehingga
dapat merugikan nasabah. Salah satu resiko yang sering terjadi dalam melakukan
pengiriman uang atau transfer dana adalah gagal transfer. Kegiatan transfer dana
juga dapat menimbulkan sedikit masalah atau timbulnya keluhan dari nasabah
ketika mesin yang digunakan untuk melakukan transfer dana tersebut mengalami
gangguan seperti offline, rusak, pengubahan sistem transfer dana yang dilakukan
oleh bank.Serta pemanfaatan teknologi informasi bagi industri perbankan dalam
inovasi produk jasa bank juga dibayang-bayangi oleh potensi resiko kegagalan
sistem dan/atau resiko kejahatan elektronik (cybercrime) yang dilakukan oleh
orang-orang yang tidak bertanggungjawab.Kegagalan sistem dapat disebabkan
karena adanya kerusakan sistem (seperti misalnya server down), dan dalam skala
luas bisa disebabkan karena adanya bencana alam. Sementara itu, cybercrime
yang terjadi pada industri perbankan di Indonesia cenderung meningkat di
Indonesia seperti terjadinya identity theft, carding, hacking, cracking, phising,
viruses, cybersquating, ATM fraud, dll.10
Dari kesalahan-kesalahan seperti yang dijelaskan diatas maka pasti ada
pihak yang bertanggungjawab atas hal itu.Tanggung jawab timbul dari perikatan,

10

“Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Elektronik Pasca Undang-Undang Nomor 11
Tahun
2008.” (http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/665-tanggung-jawabpenyele nggara-sistem-elektronik-perbankan-dalam-kegiatan-transaksi-elektronik-pasca-uu-no-11tahun-2008.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 15.00 Wib)

Universitas Sumatera Utara

11

baik yang berasal dari undang-undang maupun perjanjian.Dengan adanya
perjanjian yang dibuat oleh para pihak, timbul hak dan kewajiban pada masingmasing pihak.Hak dan kewajiban para pihak ini erat kaitannya dengan masalah
tanggung jawab. Mereka bertanggung jawab atas segala akibat yang akan
ditimbulkan dari perjanjian yang telah dibuat. Pihak yang merasa dirugikan pasti
akan menuntut sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab adalah mengenai
kewajiban untuk menebus (mengganti) apa yang menimbulkan kerugian, Dasar
pertanggungjawaban adalah kewajiban untuk membayar ganti rugi atas tindakan
yang menimbulkan kerugian. 11Bentuk pertanggungjawaban atas gugatan hukum
yang timbul dalam konteks hubungan antara nasabah dan bank berupa perbuatan
kelalaian atau perbuatan melawan hukum.
Dalam Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011
tertulis bahwa penyelenggara pengirim asal yang telah melakukan pengaksepan
perintah transfer dana tetap bertanggung jawab jika terjadi keadaan seperti
bencana alam, keadaan bahaya, huru-hara, konflik bersenjata, dan/atau keadaan
darurat lain yang ditetapkan pemerintah yang terjadi di daerah atau lokasi
penyelenggara pengirim asal yang sedang melakukan perintah transfer dana
berkewajiban membayar jasa, bunga, atau kompensasi kepasa pengirim asal atas
dana yang seharusnya ditransfer. 12 Dalam pasal 10 PBI No. 14/23/PBI/2012
tentang transfer dana juga mengatur lebih rinci lagi tentang bagaimana tanggung
jawab yang dilakukan oleh pihak bank sebagai penyelenggara pengirim asal. Di
Indonesia, selain perjanjian yang mengatur hubungan keperdataan, hukum positif
11

Lukman Santoso AZ, op. cit. hlm. 77
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Pasal 21 angka (1) dan (2).
12

Universitas Sumatera Utara

12

yang mengatur tentang tanggung jawab penyelenggaraan transaksi elektronik
adalah Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam rangka
perlindungan konsumen, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ini mengatur adanya teknologi netral yang
dipergunakan dalam transaksi elektronik, serta mensyaratkan adanya kesepakatan
penggunaan sistem elektronik yang dipergunakan.

Dalam Pasal 21 angka (2) UU ITE juga mengatur tentang pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi
elektronik adalah:

1. Jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi
elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi.
2. Jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam
pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa.
3. Jika dilakukan melalui agen elektronik segala akibat hukum dalam pelaksanaan
transaksi elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik.
4. Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen
elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap sistem
elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara agen
elektronik. Namun demikian jika kerugian transaksi elektronik disebabkan
gagal beroperasinya agen elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa
layanan, segala kibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna layanan.

Universitas Sumatera Utara

13

Ketentuan tersebut tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan
memaksa, kesalahan, dan /atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik. 13

Selain itu setiap penyelenggara sistem elektronik diwajibkan untuk
menyediakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab
terhadap beroperasinya sistem elektronik sebagaimana mestinya.Penyelenggara
sistem

elektronik

bertanggung

jawab

terhadap

penyelenggaraan

sistem

elektroniknya. Dalam rangka memberikan perlindungan dan keamanan bagi
penyelenggaraan kegiatan transaksi elektronik, sejalan dengan UU ITE, Bank
Indonesia telah menerbitkan berbagai pengaturan (regulasi) terkait penggunaan
teknologi informasi bagi perbankan dan lembaga penyelenggara sistem
pembayaran dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank
Indonesia. Pengaturan tersebut antara lain ditujukan untuk meningkatkan
keamanan, integritas data, dan ketersediaan layanan electronic banking.
Penyusunan ketentuan mengenai penerapan manajemen resiko dalam penggunaan
teknologi informasi oleh bank dalam PBI No. 9/15/PBI/2007 dimaksudkan untuk
menjadi pokok-pokok penerapan manajemen resiko dalam penggunaan teknologi
informasi yang harus diterapkan oleh bank untuk resiko yang berhubungan
dengan penyelenggaraan teknologi informasi.Hal ini mengingat terdapat resiko
yang dapat merugikan bank dan nasabah seperti resiko operasional, resiko hukum,

13

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, Pasal 21 Angka (2).

Universitas Sumatera Utara

14

dan resiko reputasi selain resiko perbankan lainnya seperti resiko likuiditas dan
resiko kredit. 14
Untuk menjamin pemenuhan seluruh aspek, termasuk aspek perlindungan
konsumen, berkaitan dengan alat bukti, mengingat hampir seluruh kegiatan
transfer dana melibatkan penggunanaan media elektronik, dalam Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2011 diatur secara tegas cakupan alat bukti yang meliputi pula
informasi, dokumen secara elektronik, dan/atau hasil cetaknya merupakan alat
bukti yang sah. pengaturan tersebut dimaksudkan untuk mengakomodasi
perkembangan alat bukti dalam transaksi elektronik sehingga dapat meningkatkan
kepastian hukum bagi para pihak dalam melakukan kegiatan transfer dana.
Mengingat tindak pidana dalam berbagai transaksi saat ini tidak saja dilakukan
oleh individu, tetapi juga melibatkan korporasi. Dengan diaturnya segala aspek
terkait dengan kegiatan transfer dana, diharapkan para pihak, baik pihak dalam
negeri maupun luar negeri, semakin yakin dan merasa aman melakukan kegiatan
transfer dana tidak hanya dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tetapi juga dari dalam keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
dari luar ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kondisi tersebut
secara langsung berdampak pada meningkatnya transaksi transfer dana yang pada
akhirnya juga akan mendorong kelancaran perkembangan ekonomi tanah air.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi
dengan judul “Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer
14

“Tanggung Jawab Penyelenggara Sistem Elektronik Pasca Undang-Undang Nomor 11
Tahun
2008.”
(http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-teknologi/665-tanggung-jawabpenyelenggara-sistem-elektronik-perbankan-dalam-kegiatan-transaksi-elektronik-pasca-uu-no-11tahun-2008.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2017 pukul 15.50 Wib).

Universitas Sumatera Utara

15

Dana Yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2011.”

B . Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah
mengenai hal-hal berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan transfer dana melalui bank?
2. Bagaimanakah pelaksanaan hukum transfer dana melalui bank di Indonesia?
3. Bagaimanakah pertanggungjawaban secara hukum atas pengubahan sistem
transfer dana yang dilakukan oleh penyelenggara bank menurut UndangUndang Nomor 3 Tahun 2011?
C . Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka, dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang transfer dana di Indonesia .
2. Untuk memahami pelaksanaan hukum transfer dana melalui bank di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui bentuk pertanggung jawaban secara hukum atas
pengubahan sistem transfer dana yang dilakukan oleh penyelenggara bank
menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011.
Manfaat penulisan dari penulisan skripsi ini adalah :
1 . Manfaat teoritis
Pembahasan yang akan dibahas dalam tulisan skripsi ini tentu akan
menambah pengetahuan dan pemahaman dalam hal transfer dana, khususnya para

Universitas Sumatera Utara

16

nasabah bank. Dan untuk mengetahui lebih dalam bagaimana pelaksanaan hukum
transfer dana melalui bank di Indonesia serta pertanggungjawaban hukum atas
pengubahan sistem transfer dana yang dilakukan oleh penyelenggara bank sesuai
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011.
2 . Manfaat praktis
Dapat dijadikan pedoman oleh baik itu penulis, mahasiswa, pemerintah,
praktisi hukum, masyarakat, ataupun khususnya para nasabah bank di Indonesia
agar kedepannya para nasabah tidak lagi bingung dalam transfer dana.
D . Keaslian Penulisan
Salah satu upaya dalam mengembangkan pemikiran yang kritis dan
menambah wawasan, penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul
“Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana Yang
Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2011”. Sebelum melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan
penelusuran dan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, UndangUndang Nomor 3 Tahun 2011, Peraturan Bank Indonesia dan lainya yang
berkaitan dengan perbankan dan transfer dana, yang diperoleh dari perpustakaan,
media cetak, serta media elektronik. Untuk mengetahui Keorisinalitas penulisan
terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi
Hukum/Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum

melalui surat

tertanggal 1 Desember 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang
sama”.

Universitas Sumatera Utara

17

E . Tinjauan Kepustakaan
Berdasarkan judul “Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem
Transfer Dana Yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut UndangUndang Nomor 3 Tahun 2011” dapat ditemukan beberapa istilah, diantaranya
yaitu :
1. Transfer Dana
Transfer dana menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2011 adalah “rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari pengirim asal
yang bertujuan memindahkan sejumlah dana kepada penerima yang disebutkan
dalam perintah transfer dana sampai dengan diterimanya dana oleh penerima”. 15
Pengiriman uang (transfer) adalah salah satu pelayanan bank kepada
masyarakat dengan bersedia menjalankan amanat nasabah untuk mengirimkan
sejumlah uang, baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditujukan
kepada pihak lain (perusahaan, lembaga, atau perorangan) ditempat lain baik
didalam maupun luar negeri. Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan pengiriman uang (transfer) adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh bank untuk mengirim sejumlah uang yang ditujukan kepada
pihak tertentu dan tempat tertentu.Pengiriman uang tersebut dilakukan atas
permintan nasabah atau untuk keperluan dari bank yang bersangkutan. 16
Sistem transfer Indonesia memiliki beberapa bentuk yaitu sistem transfer
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), sistem transfer Bank Indonesia

15

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Pasal 1 Ayat (1).
16
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), hlm. 81.

Universitas Sumatera Utara

18

Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), sistem transfer pengiriman uang.
Masing-masing bentuk dari sistem transfer ini memiliki fungsi yang berbedabeda, seperti sistem BI-RTGS digunakan untuk transaksi di atas Rp. 100 juta ke
atas dan bersifat segera (urgent), sistem SKNBI digunakan untuk transaksi di
bawah Rp. 100 juta dan biaya yang relatif murah, dan sistem pengiriman uang
digunakan untuk mentransfer uang baik domestik maupun lintas batas (cross
border). Sistem ini biasanya digunakan oleh para TKI, turis mancanegara, dan
orang tua pelajar Indonesia di luar negeri. 17
2. Pengaksepan (Acceptance).
Pengaksepan (Acceptance) di dalam Pasal 1 angka (15) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2011 adalah kegiatan penyelenggara penerima yang menunjukkan
persetujuan untuk melaksanakan atau memenuhi isi perintah transfer dana yang
diterima. Dengan adanya Pengaksepan berarti telah ada kesepakatan dari
Penyelenggara Penerima untuk melaksanakan Perintah Transfer Dana dari
Pengirim. Pengaturan sebagai perjanjian yang terpisah dan berdiri sendiri
dimaksudkan untuk memberikan penegasan bahwa walaupun Transfer Dana
merupakan suatu rangkaian kegiatan, hubungan hukum di antara setiap pihak
dalam proses Transfer Dana diatur berdasarkan kesepakatan di antara setiap pihak
yang terlibat dalam setiap perjanjian Transfer Dana. Dengan demikian, batalnya
salah satu perjanjian tidak dengan sendirinya membatalkan perjanjian lain.
3. Tanggung jawab hukum

17

Bank Indonesia, 2013, “Alat Pembayaran dan Sistem Transfer”, http://www.
bi.go.id/id/iek/alat-pembayaran/Contents/Default.aspx, diakses pada tanggal 16 Januari 2017 pukul
19.20 Wib.

Universitas Sumatera Utara

19

Tanggung jawab timbul dari perikatan, baik yang berasal dari undangundang maupun dari perjanjian.Dengan adanya perjanjian yang dibuat oleh para
pihak, timbul hak dan kewajiban para pihak ini erat kaitannya dengan masalah
tanggung jawab.Dasar pertanggungjawaban adalah kewajiban membayar ganti
rugi atas tindakan yang telah menimbulkan kerugian. 18
F . Metode Penelitian
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang
digunakan antara lain :
1 . Jenis dan Sifat penelitian
Penelitian dalam menyusun skripsi ini ialah penelitian hukum normatif yang
bersifat deskriptif. Penelitian normatif juga disebut dengan penelitian doktrinal
(doctrinal research) yaitu penelitian yang memusatkan pada analisis hukum baik
hukum yang tertulis dalam buku (law in books) maupun hukum yang diputuskan
oleh hakim melalui putusan pengadilan (law is decided by the judge through the
judicial process).
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
secara tepat mengenai peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan
pelaksanaannya. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, maupun azas
dengan tahapan berupa studi kepustakaan dengan pendekatan dari berbagai
literatur.

18

Lukman Santoso AZ, op. cit. hlm. 76.

Universitas Sumatera Utara

20

Metode penelitian juga menggabungkan dengan studi kepustakaan (library
research) dengan menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal ilmiah
elektronik lainnya seperti internet dan tinjauan yuridis.
2 . Data Penelitian
Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan data primer, data sekunder, dan
data tertier, yaitu:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari kaidah dasar dan
peraturan perundang-undangan yang mengikat, antara lain Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2011, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 dan
aturan-aturan lain yang berkaitan.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu badan hukum yang memberi penjelasan tentang
bahan hukum primer, seperti buku-buku, makalah-makalah, jurnal-jurnal,
pendapat para ahli, hasil penelitian, dan lain sebagainya.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum,
bahan-bahan dari internet, dan lain sebagainya.

3 . Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Penelitian kepustakaan
(library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahanbahan pustaka yang disebut dengan data sekunder berupa perundang-undangan,
karya ilmiah para ahli, sejumlah buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar,
majalah, maupun media elektronik yang semuanya itu dimaksudkan untuk

Universitas Sumatera Utara

21

memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan
sebagai dasar dalam penelitian.
4 . Analisis data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis
kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan
induktif.Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan
membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan
berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga
diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan.

G . Sistematika Penulisan
Dalam menghasilan karya ilmiah yang baik, maka penulisan skripsi ini
diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab-bab
yang saling berkaitan satu sama lain.
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini mengenai latar belakang penelitian, yang berisi alasan-alasan
penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas. Uraian-uraian
dalam bab ini ditujukan sebagai penjelasan awal mengenai
terminologi-terminologi

yang digunakan untuk mengemukakan

permasalahan dalam mengidentifikasi masalah sebagai proses

Universitas Sumatera Utara

22

signifikasi

pembahasan.

Disamping

itu

untuk

mempertegas

pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta kegunaan
penelitian.
BAB II

PENGERTIAN TRANSFER DANA SECARA UMUM
Bab ini menjelaskan pengertian transfer dana secara umum termasuk
diantaranya adalah macam-macam transfer dana, pihak-pihak yang
terkait dalam transfer dana, mekanisme transfer dana, prosedur
transfer dana, kelebihan dan kekurangan dari transfer dana.

BAB III TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN HUKUM TRANSFER DANA
DI INDONESIA
Bab ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan hukum transfer dana di
Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 tentang Transfer
Dana serta Perbandingan pelaksanaan hukum transfer transfer dana di
Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012.
BAB IV

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ATAS PENGUBAHAN
SISTEM

TRANSFER

DANA

YANG

DILAKUKAN

OLEH

PENYELENGGARA BANK MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 3 TAHUN 2011
Bab ini menjelaskan transfer dana secara umumnya, pengubahan
sistem transfer dana yang dilakukan oleh penyelenggara bank menurut
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011, serta pertanggungjawaban

Universitas Sumatera Utara

23

bank apabila terjadi kesalahan dalam transfer uang menurut UndangUndang Nomor 3 Tahun 2011.

BAB V

PENUTUP
Bab

ini

berisi

kesimpulan

yang

dikemukakan

berdasarkan

permasalahan yang telah dibahas dan dianalisis, dalam bab ini juga
dikemukakan berbagai saran dari penulis sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA INTERNET ATAS PRAKTIK INTRUSIVE ADVERTISING YANG DILAKUKAN OLEH PENYELENGGARA TELEKOMNIKASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN.

0 0 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

0 0 49

Pertanggungjawaban Notaris Dengan Akta Yang Dibuatnya Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

0 0 15

Pertanggungjawaban Notaris Dengan Akta Yang Dibuatnya Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

0 1 35

Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011

0 0 10

Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011

0 0 1

Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011

0 0 29

Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Chapter III V

0 0 51

Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011

0 0 3

Pertanggung Jawaban Secara Hukum Atas Proses Transfer Uang (Electronic Funds Transfer) Melalui Bank Menurut undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

0 0 85