Pertanggungjawaban Hukum Atas Pengubahan Sistem Transfer Dana yang Dilakukan Oleh Penyelenggara Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Chapter III V

BAB III
PELAKSANAAN HUKUM TRANSFER DANA DI INDONESIA

A. Prosedur Transfer Dana Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011
Pelaksanaan transaksi transfer dana melibatkan beberapa pihak, sehingga
penerbitan perintah transfer dana dikembalikan kepada masing-masing pihak
sebagai berikut : 63
1. Penerbitan perintah transfer dana oleh pengirim asal
Perintah

transfer

dana

harus

memuat

sekurang-kurangnya

informasi


mengenai: 64
a. Identitas pengirim asal, sekurang-kurangnya meliputi nama dan nomor
rekening atau apabila pengirim asal tidak memiliki rekening pada
penyelenggara pengirim asal, identitas tersebut meliputi sekurangkurangnya nama dan alamat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Identitas tersebut dapat diteruskan kepada penerima jika redapat
permintaan dari pengirim asal kepada penyelenggara pengirim asal untuk
meneruskan informasi tersebut kepada penerima karena dalam hal perintah
transfer dana pengirim asal boleh mencantumkan berita atau pesan 65 di
dalamnya yang kemudian harus disampaikan oleh penyelenggara pengirim

63

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Pasal 8 Ayat (1).
64
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Pasal 8 Ayat (1).
65
Yang dimaksud dengan “berita atau pesan” antara lain keterangan mengenai
peruntukan dana yang ditransfer. (Penjelasan Pasal 8 Ayat (6) UUTD).


53

Universitas Sumatera Utara

54

asal. Apabila transfer dana dilaksanakan dari dan ke luar negeri maka
pelaksanaannya tunduk pada PBI.
b. Identitas penerima, sekurang-kurangnya meliputi nama dan nomor rekening
atau apabila penerima tidak memiliki rekening pada penyelenggara
penerima akhir, identitas tersebut meliputi sekurang-kurangnya nama dan
alamat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Identitas penyelenggara penerima akhir yang dapat dicantumkan dalam
perintah transfer dana yang dananya dimaksudkan untuk diterima secara
tunai oleh penerima.
d. Jumlah dana dan jenis mata uang yang di transfer.
e. Tanggal perintah transfer dana, dan
f. Informasi lain yang menuntut peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan transfer dana 66 wajib dicantumkan dalam perintah transfer dana.


Pengirim asal wajib mengisi informasi secara lengkap kecuali untuk
perintah transfer dana yang dananya dimaksudkan untuk diterima secara tunai
oleh penerima. Apabila pengirim asal tidak melaksanakan kewajibannya maka
penyelenggara pengirim asal berhak untuk tidak melaksanakan perintah transfer
dana yang wajib pula diberitahukan kepada pengirim asal alasan pembatalannya
paling lambat pada hari kerja berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah
transfer dana dari pengirim asal. Jangka waktu pemberitahuan tersebut dapat
dikecualikan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara pengirim asal dan
66

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan yang terkait dengan transfer
dana” antara lain ketentuan yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang dan prinsip
mengenai nasabah. (Penjelasan Pasal 8 Ayat (1) huruf (f) UUTD).

Universitas Sumatera Utara

55

pengirim asal karena pengirim asal dapat mencantumkan tanggal pelaksanaan

dalam perintah transfer dana berdasarkan kesepakatan dengan penyelenggara
pengirim asal. Akan tetapi kesepakatan tersebut dapat terjadi hanya apabila
penyelenggara pengirim asal menyediakan fasilitas perintah transfer dana titipan
yang pelaksanaannya dilakukan kemudian. 67 Dalam hal tanggal pelaksanaan telah
disepakati, penyelenggara pengirim asal melaksanakan perintah transfer dana pada
tanggal pelaksanaan. 68

Pengirim asal berhak mendapatkan informasi dari penyelenggara pengirim
asal mengenai perkiraan jangka waktu pelaksanaan transfer dana. Jangka waktu
yang diberikan sesuai dengan praktik yang umum yang berlaku di dalam kegiatan
transfer dana dan perkiraan lamanya waktu tersebut tidak mengikat penyelenggara
pengirim asal. 69 Pengirim asal dalam perintah transfer dana dapat mencantumkan
tanggal pembayaran sepanjang tidak ditentukan lebih awal dari tanggal
diterimanya perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir. Apabila
hal tersebut disetujui, maka penyelenggara pengirim asal menjamin dana dapat
dibayarkan kepada penerima sesuai dengan tanggal pembayaran yang tercantum
dalam perintah transfer dana. Apabila tanggal pembayaran tersebut jatuh pada hari
libur, maka tanggal pembayaran perintah transfer dana menjadi tanggal hari kerja

67


Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab III, Pasal 9.
68
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab III, Pasal 10.
69
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab III, Pasal 11.

Universitas Sumatera Utara

56

berikutnya. 70 Kemudian perintah transfer dana dianggap telah diterbitkan oleh
pengirim asal apabila perintah transfer dana telah dikirim oleh pengirim asal dan
diterima oleh penyelenggara pengirim asal. 71
2. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh penyelenggara pengirim
a. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh bank pengirim asal
Penyelenggara pengirim asal melaksanakan perintah transfer dana sesuai

dengan isi perintah transfer dana yang diterima dari pengirim asal dengan
memperhatikan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan lain 72 dan
wajib memperhatikan perjanjian antara pengirim asal dan penyelenggara pengirim
asal. 73 Dalam hal dana yang akan ditransfer berasal dari setoran tunai,
penyelenggara pengirim asal dapat meneliti kewenangan pengirim asal atas dana
yang akan ditransfer, kecuali diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.
Penyelenggara pengirim asal dapat melakukan pengaksepan terhadap perintah
transfer dana apabila memenuhi persyaratan: 74
1) Perintah transfer dana memuat informasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 Ayat (1), kecuali informasi identitas penyelenggara penerima
akhir bagi transfer dana diserahkan secara tunai;
2) Tersedia dana yang cukup 75 dari pengirim asal;

70

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kesatu, Pasal 12 Ayat (3).
71
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kesatu, Pasal 13.

72
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan lain” antara lain peraturan
yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang. (Penjelasan Pasal 14 Ayat (1) UUTD).
73
Yang dimaksud dengan “perjanjian antara pengirim asal dengan penyelenggara
pengirim asal” antara lain berupa perjanjian pengiriman uang. (Penjelasan Pasal 14 Ayat (2)
UUTD).
74
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Pasal 15, Paragraf 1, Ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

57

3) Penyelenggara pengirim asal telah melakukan autentifikasi;dan
4) Perintah transfer dana telah memenuhi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan transfer dana. 76
Penyelenggara pengirim asal hanya dapat menolak melakukan pengaksepan
perintah transfer dana atas dasar alasan yang wajar. 77 Apabila penyelenggara

pengirim asal melakukan pengaksepan, pengaksepan tersebut wajib dilakukan
dengan segera pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya perintah
transfer dana dari pengirim asal. Penyimpangan terhadap waktu pengaksepan
tersebut hanya dapat dilakukan apabila terdapat : 78
1) Alasan yang wajar dan paling lambat dilakukan pada hari kerja berikutnya
setelah diterimanya perintah transfer dana; atau
2) Kesepakatan tentang waktu pengaksepan antara penyelenggara pengirim
asal dan pengirim asal yang terekam dan/atau tercatat dalam administrasi
penyelenggara pengirim asal.

75

Yang dimaksud dengan “tersedia dana yang cukup” adalah dana dalam jumlah yang
cukup untuk melaksanakan perintah transfer dana yang telah disetorkan secara tunai oleh pengirim
asal atau telah tersedia dalam rekening pengirim asal di penyelenggara pengirim asal, termasuk
fasilitas yang cerukan atau kredit lain. (Penjelasan Pasal 15 Ayat (1) huruf (b)).
76
Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan yang terkait dengan transfer
dana” antara lain peraturan menegenai pembatasan transaksi rupiah dan valuta asing. (Penjelasan
Pasal 15 Ayat (1) huruf (d)).

77
Dalam ketentuan ini alasan yang wajar untuk menolak melakukan pengaksepan
perintah transfer dana antara lain penyelenggara pengirim asal tidak sanggup melaksanakan
perintah transfer dana sesuai dengan tanggal pembayaran atau penyelenggara pengirim asal tidak
dapat menggunakan jasa penyelenggara penerus yang telah ditunjuk oleh pengirim asal. (Republik
Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana, Bab II, Bagian Kedua,
Paragraf I, Pasal 15 Ayat (2)).
78
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 16.

Universitas Sumatera Utara

58

Apabila persyaratan pengaksepan tersebut sudah terpenuhi, penyelenggara
pengirim asal dianggap telah melakukan pengaksepan jika melakukan kegiatan
sebagai berikut : 79
1) Melakukan pendebitan rekening pengirim asal;
2) Menerbitkan perintah transfer dana yang dimaksudkan untuk melaksanakan

perintah transfer dana yang diterima dari pengirim asal;
3) Menyampaikan pemberitahuan pengaksepan kepada pengirim asal melalui
media yang disepakati antara pengirim asal dan penyelenggara pengirim asal.
Penyelenggara pengirim asal dianggap telah melakukan pengaksepan
apabila telah menerima perintah transfer dana dan tidak memberikan penolakan
dalam waktu 1 (satu) hari kerja berikutnya setelah tanggal perintah transfer dana
diterima. Apabila penyelenggara pengirim asal melakukan lebih dari satu
kegiatan, maka saat pengaksepan terhitung sejak kegiatan pengaksepan yang
dilakukan lebih dahulu. Pelaksanaan pendebitan rekening wajib dilakukan pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerbitan perintah transfer dana oleh
penyelengara pengirim asal. Apabila pelaksanaan pendebitan rekening pengirim
asal oleh penyelenggara pengirim asal dilakukan lebih awal dari tanggal
penerbitan perintah transfer dana, penyelenggara pengirim asal wajib membayar
jasa, bunga, atau kompensasi kepada pengirim asal terhitung sejak tanggal
pendebitan rekening pengirim asal sampai dengan tanggal penerbitan perintah

79

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 17 Ayat (1).


Universitas Sumatera Utara

59

transfer dana. 80
Perintah transfer dana yang dimaksud dalam Pasal 17 Ayat (1) huruf (b)
telah diterbitkan apabila perintah transfer dana telah dikirim oleh penyelenggara
pengirim asal kepada penyelenggara penerima dan telah diterima oleh
penyelenggara penerima, baik secara langsung maupun melalui sistem transfer
dana. 81 Akan tetapi penyelenggara pengirim asal dapat pula menolak melakukan
pengaksepan berdasarkan alasan yang wajar dan dilakukan paling lambat hari
kerja berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer dana dari pengirim
asal, kecuali diperjanjikan lain. Penolakan tersebut wajib diberitahukan oleh
penyelenggara pengirim asal beserta alasannya kepada pengirim asal pada tanggal
yang sama dengan tanggal penolakan pengaksepan. Apabila penyelenggara
pengirim

asal

tidak

melaksanakan

perintah

transfer

dana

setelah

melakukanpengaksepan, penyelenggara pengirim asal wajib membayar jasa,
bunga, atau kompensasi kepada pengirim asal yang dihitung sejak tanggal
pengaksepan sampai dengan tanggal pengembalian dana. 82
Penyelenggara pengirim asal yang telah melakukan pengaksepan perintah
transfer dana bertanggung jawab kepada pengirim asal atas terlaksananya perintah
transfer dana sampai dengan pengaksepan oleh penyelenggara penerima akhir
sesuai denga ketentuan dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.

80

Dalam ketentuan ini kewajiban pembayaran jasa, bunga, atau kompensasi dimaksudkan
untuk menegaskan hak pengirim asal yang rekeningnya telah didebit oleh penyelenggara pengirim
asal, sementara penyelenggara pengirim asal belum menerbitkan perintah transfer dana kepada
penyelenggara penerima. (Penjelasan Pasal 17 Ayat (5) UUTD).
81
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 18.
82
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 19.

Universitas Sumatera Utara

60

Ketentuan ini dimaksudkan untuk membatasi tanggung jawab penyelenggara
pengirim asal sehingga penyelenggara pengirim asal tidak dibebani tanggung
jawab di luar ketetuan yang telah diatur dalam undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya. 83
Penyelenggara pengirim asal yang telah melakukan pengaksepan peritah
transfer dana tetap bertanggung jawab melaksanakan perintah transfer dana
walaupun terjadi keadaan sebagai berikut : 84
1) Bencana alam, keadaan bahaya, huru-hara, konflik bersenjata, dan/atau
keadaan darurat lain yang diterapkan oleh pemerintah yang terjadi di daerah
atau lokasi penyelenggara pengirim asal yang sedang melaksanakan transfer
dana;
2) Kerusakan pada sistem infrastruktur elektronik atau non-elektronik yang
berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan perintah transfer dana yang tidak
dapat dikontrol pleh penyelenggara pengirim asal;
3) Kegagalan sistem kliring atau sistem transfer dana; atau
4) Hal lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 85
Penyelenggara pengirim asal yang ridak melakukan perintah transfer dana
dalam keadaan seperti yang disebutkan diatas padahal telah dilakukan
pengaksepan tetap berkewajiban membayar jasa, bunga, atau kompensasi kepada

83

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 20.
84
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 2 Ayat (1).
85
Yang dimaksud “hal lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia” antara lain keputusan
BI mengenai penghentian sementara penyelenggara pengirim asal dari kegiatan kliring atau
kegiatan sistem transfer dana lain. (Penjelasan Pasal 21 Ayat (1) huruf (d)).

Universitas Sumatera Utara

61

pengirim asal atas dan yang seharusnya ditransfer. 86 Dalam keadaan seperti yang
disebutkan diatas penyelenggara pengirim asal harus memberitahukan dan
melakukan tindak lanjut penanganan perintah transfer dana kepada pengirim
asal. 87 Pemberitahuan tersebut dapat dilakukan melalui surat atau sarana tertulis
lain kepada pengirim asal atau media cetak. Dalam hal pemberitahuan tersebut
dilakukan melalui media cetak yang mempunyai oplah terbesar di setiap wilayah
tempat penyelenggara dan/atau kantor penyelenggara yang tidak dapat beroperasi
tersebut berada. 88
Pelaksanaan perintah transfer dana tidak dilanjutkan oleh penyelenggara
pengirim asal jika terdapat perintah, penetapan, putusan, atau keputusan dari pihak
yang berwenang dari Negara asal atau Negara tertuju yang melarang perintah
transfer dana 89 dan dana transfer diperlakukan sesuai dengan perintah, penetapan,
putusan, atau keputusan dari pihak yang berwenang tersebut. 90 Dalam keadaan
seperti ini, penyelenggara pengirim asal harus memberitahukannya kepada
pengirim asal pada hari yang sama atau paling lambat pada hari kerja
berikutnya. 91

86

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 21 Ayat (2).
87
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 22.
88
Penjelasan Pasal 22 UUTD.
89
Perintah, penetapan, putusan, atau keputusan, dari pihak yang berwenang dari suatu
Negara yang melarang pelaksanaan perintah transfer dana antara lain dalam kaitannya dengan
tindak pidana pencucian uang. (Penjelasan Pasal 23 Ayat (1) UUTD).
90
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 23.
91
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 24.

Universitas Sumatera Utara

62

Penyelenggara pengirim asal dalam melaksanakan perintah transfer dana
dapat menggunakan jasa penyelenggara penerus. 92 Dalam hal penggunaan jasa
penyelenggara penerus ditetapkan oleh penyelenggara pengirim asal dan
penyelenggara penerus tidak dapat melaksanakan perintah transfer dana karena
dibekukan kegiatan usaha atau dicabut izin usaha atau dinyatakan pailit,
penyelenggara pengirim asal wajib menerbitkan perintah transfer dana baru atas
beban penyelenggara pengirim asal tanpa menunggu pengembalian dana dari
penyelenggara penerus yang dibekukan kegiatan usaha atau dicabut izin usaha
atau dinyatakan pailit. 93 Kewajiban penerbitan perintah transfer dana baru
merupakan konsekuensi dari tanggung jawab yang timbul dari hubungan hukum
antara penyelenggara pengirim asal dan pengirim asal untuk mengirimkan dana
kepada penerima sesuai dengan perintah transfer dana dari pengirim asal. 94
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penghitungan jangka waktu, dan
besarnya jasa, bunga, atau kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
Ayat (5), Pasal 19 Ayat (3), da Pasal 21 Ayat (2) serta tata cara pemberitahuan
dan penanganan perintah transfer dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan
Pasal 24 diatur dalam Peraturan Bank Indonesia. 95

b. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerus

92

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 25.
93
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf I, Pasal 26.
94
Penjelasan Pasal 26 UUTD.
95
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 1, Pasal 27.

Universitas Sumatera Utara

63

Ketentuan yang diatur dalam hal pelaksanaan perintah transfer dana dan
pelaksanaan

atau

penolakan

pengaksepan

perintah

transfer

dana

oleh

penyelenggara penerus seperti disebutkan pada Pasal 14 sampai Pasal 27 undangundang ini juga berlaku dalam pelaksanaan perintah oleh penyelenggara penerus
dengan penyesuaian penyebutan pengirim asal menjadi penyelenggara pengirim
asal atau penyelenggara penerus sebelumnya 96 kecuali ditentukan lain dalam
paragraf

khusus

mengenai

pelaksanaan

ini. 97

Penyelenggara

penerus

melaksanakan perintah transfer dana jika telah tersedia dana yang cukup pada
salah satu rekening sebagai berikut : 98
1) Rekening penyelenggara penerus di penyelenggara pengirim;
2) Rekening penyelenggara pengirim di penyelenggara penerus;
3) Rekening penyelenggara penerus di penyelenggara lain; 99
4) Rekening penyelenggara penerus di Bank Sentral.
Apabila penyelenggara penerus menerima perintah transfer dana tidak pada
tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya dana pada rekening seperti
dimaksud diatas, dengan

memperhatikan ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17,

pengaksepan perintah transfer dana dilakukan oleh penyelenggara penerus tanggal
yang lebih akhir di antara kedua tanggal tersebut. 100 Penggunaan tanggal yang

96

Penyesuaian penyambutan pengirim asal menjadi penyelenggara penerus sebelumnya
diperlukan apabila penyelenggara pengirim asal menggunakan lebih dari satu penyelenggara
penerus. (Penjelasan Pasal 28 UUTD).
97
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 28.
98
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 29.
99
Yang dimaksud dengan “Penyelenggara lain” adalah penyelenggara selain bank sentral
yang memelihara rekening penyelenggara penerus. (Penjelasan Pasal 29 huruf (C) UUTD).
100
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 30.

Universitas Sumatera Utara

64

lebih akhir dimaksudkan agar penyelenggara penerus telah memiliki informasi
yang cukup untuk meneruskan perintah transfer dana dan telah menerimadana
untuk ditransfer penyelenggara penerus yang telah melakukan pengaksepan
perinrtah transfer dana bertanggung jawab kepada penyelenggara pengirim
sebelumnya atas terlaksananya perintah transfer dana sampai dengan pengasepan
oleh penyelenggara penerima akhir sesuai dengan ketentua dalam undang-undang
ini dan peraturan pelaksanaannya. 101 Pembatasan tanggung jawab penyelenggara
penerus dimaksudkan agar peyelenggara penerus tidak dibebani tanggung jawab
di luar ketentuan yang telah diatur dalam undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya. 102
c. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir
Pelaksanaan perintah transfer dana dan pelaksanaan atau penolakan
pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir dilakukan
sesuai dengan pelaksanaan perintah transfer dana dan pelaksanaan atau penolakan
pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara pengirim asal sesuai
dengan Pasal 14 sampai Pasal 27 dengan penyesuaian penyebutan pengirim asal
menjadi penyelenggara pengirim atau penyelenggara penerus 103 kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang ini. 104 Penyelenggara penerima akhir

101

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Kedua, Paragraf 2, Pasal 31.
102
Penjelasan Pasal 31 UUTD.
103
Yang dimaksud dengan “penyesuaian penyebutan pengirim asal menjadi
penyelenggara pengirim asal atau penyelenggara penerus” adalah perubahan posisi para pihak,
yaitu penyelenggara pengirim asal atau penyelenggara penerus berposisi sebagai pengirim asal.
(Penjelasan Pasal 32 UUTD).
104
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 32.

Universitas Sumatera Utara

65

melaksanakan perintah transfer dana jika telah tersedia dana yang cukup pada
salah satu rekening sebagai berikut : 105
1) Rekening penyelenggara penerima akhir di penyelenggara pengirim;
2) Rekening penyelenggara pengirim di penyelenggara penerima akhir;
3) Rekening penyelenggara penerima akhir di penyelenggara lain; 106 atau
4) Rekening penyelenggara penerima akhir di Bank Sentral.
Apabila penyelenggara penerima akhir menerima perintag transfer dana
tidak pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya dana pada rekening
seperti dimaksud dalam Pasal 33, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 16 dan
Pasal 17, perintah pengaksepan transfer dana dilaksanakan oleh penyelenggara
penerima akhir pada tanggal yang lebih akhir diantara keua tanggal tersebut.
Dalam hal perintah mencantumkan tanggal pembayaran dan tanggal pembayaran
tersebut lebih akhir dari tanggal pengaksepan, nilai dana yang dibayarkan dihitung
sesuai dengan tanggal valuta pada saat pengaksepan. 107 hal ini disebabkan
kewajiban

penyelenggara

muncul

pada

saat

penyelenggara

melakukan

pengaksepan. Penyelenggara penerima akhir yang telah melakukan pengaksepan
perintah transfer dana bertanggung jawab kepada penyelenggara pengirim
sebelumnya atas terlaksananya perintah transfer dana untuk kepentingan penerima

105

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 201 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 33.
106
Yang dimaksud dengan “penyelenggara lain” adalah penyelenggara selain bank sentral
yang memelihara rekening penyelenggara penerima akhir. (Penjelasan Pasal 33 huruf (c) UUTD).
107
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 34.

Universitas Sumatera Utara

66

sesuai

dengan

ketentuan

dalam

undang-undang

ini

dan

peraturan

pelaksanaannya. 108
Pengaksepan perintah transfer dana oleh penyelenggara penerima akhir
wajib dilakukan dengan segera pada tanggal yang sama dengan tanggal
diterimanya perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya.109
Penyelenggara penerima akhir telah melakukan pengaksepan perintah transfer
dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya apabila telah melakukan kegiatan
sebagai berikut : 110
1) Menyampaikan pemberitahuan pengaksepan kepada penyelenggara pengirim
sebelumnya;
2) Melakukan pendebitan rekening penyelenggara pengirim sebelumnya pada
penyelenggara penerima akhir;
3) Mengalokasikan dana untuk kepentingan penerima; 111
4) Menerima perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya dan
antarpenyelenggara penerima akhir dan penyelenggara pengirim tersebut telah
terdapat perjanjian bahwa setiap perintah transfer dana yang diterima dari

108

Terlaksananya perintah transfer dana untuk kepentingan penerima ditandai dengan
dilakukannya salah satu kegiatan pengaksepan oleh penyelenggara penerima akhir sebagaimana
diatur dalam UU ini dan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk membatasi
tanggung jawab penyelenggara penerima akhir sehingga penyelenggara penerima akhir tidak
dibebani tanggung jawab di luar ketentuan yang telah diatur dalam UU ini dan peraturan
pelaksanaannya. (Penjelasan Pasal 35 UUTD).
109
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat (1).
110
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat (2).
111
Yang dimaksud dengan “mengalokasikan dana untuk kepentingan penerima” adalah
menyediakan dana pada rekening tertentu di penyelenggara penerima akhir untuk dibayarkan
secara tunai kepada penerima. (Penjelasan Pasal 36 Ayat (2) huruf (c) UUTD).

Universitas Sumatera Utara

67

penyelenggara pengirim akan dilaksanakan oleh penyelenggara penerima
akhir;
5) Mengkredit rekening penerima pada penyelenggara penerima akhir; atau
6) Mengirimkan pemberitahuan kepada penerima bahwa penerima mempunyai
hak untuk mengambil dana hasil transfer.
Apabila penyelenggara penerima akhir melakukan lebih dari satu kegiatan
seperti disebutkan di atas, saat pengaksepan terhitung sejak dilakukan
pengaksepan yang lebih dulu terjadi. 112 Penyelenggara penerima akhir dianggap
telah melakukan pengaksepan apabila penyelenggara penerima akhir tidak
melakukan salah satu kegiatan seperti disebutkan di atas pada hari kerja
berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer daa dan dana dari
penyelenggara pengirim sebelumnya. 113 Ketentuan ini dapat dikecualikan jika
terdapat kesepakatan antara penyelenggara penerima akhir dan penyelenggara
pengirim asal atau penyelenggara penerus tentang waktu pengaksepan yang
terekam dan/atau tercatat dalam administrasi penyelenggara penerima akhir.114
Apabila penyelenggara penerima akhir dibekukan kegiatan usahanya atau dicabut
izin usaha atau dinyatakan pailit sebelum melakukan salah satu kegiatan
pengaksepan seperti yang dijelaskan sebelumya, tetapi perintah transfer dana dan
dananya telah diterima oleh penyelenggara penerima akhir dan tidak terdapat

112

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat (3).
113
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat (4).
114
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat (5).

Universitas Sumatera Utara

68

kekeliruan transfer dari penyelenggara pengirim , penyelenggara penerima akhir
dianggap telah melakukan pengaksepan atas perintah transfer dana. 115
Dana hasil transfer yang harus diambil secara tunai oleh penerima, tapi
belum diambil dalam jangka waktu tertentu setelah pemberitahuan seperti
tercantum dalam Pasal 36 Ayat (2) huruf f, penyelenggara penerima akhir
memberitahukan kembali sebanyak 2 (dua) kali kepada penerima dalam jangka
waku yang wajar. Setelah diberitahukan sebanyak 3 (tiga) kali tidak diambil oleh
penerima, dana tersebut dikembalikan kepada penyelenggara pengirim asal untuk
diserahkan kembali kepada pengirim asal. Apabila pengirim asal tidak diketahui
keberadaannya dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari, dana hasil transfer tersebut
diserahkan oleh penyelenggara pengirim asal kepada Balai Harta Peninggalan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan 116.
Penyelenggara penerima akhir dapat menolak melakukan pengaksepan
berdasarkan alasan yang wajar dan dilakukan paling lambat pada hari kerja
berikutnya setelah tanggal diterimanya perintah transfer dana dari penyelenggara
pengirim sebelumnya, kecuali diperjanjikan lain. 117 Alasan yang wajar untuk
menolak melakukan pengaksepan perintah transfer dana antara lain : 118
1) Perintah transfer dana bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
2) Penyelenggara penerima akhir tidak dapat melaksanakan perintah transfer dana
sesuai dengan tanggal pembayaran;
115

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 36 Ayat (6).
116
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 37.
117
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 38 Ayat (1).
118
Penjelasan Pasal 38 Ayat (1) Undang-Undang Tranfer Dana.

Universitas Sumatera Utara

69

3) Terdapat perbedaan nomor rekening dan nama rekening penerima;
4) Perintah transfer dana diterima oleh penyelenggara penerima akhir mendekati
berakhirnya

jam

operasional

penyelenggara

penerima

akhir

untuk

melaksanakan perintah transfer dana pada hari yang sama.
Penolakan beserta alasannya diberitahukan kepada pnyelenggara pengirim
sebelumnya pada tanggal yang sama dengan tanggal penolakan pengaksepan.119
Pemberitahuan pada tanggal yang sama tidak berlaku jika terdapat informasi yang
cukup mengenai identitas penyelenggara pengirim sebelumnya. 120 Apabila
penyelenggara penerima akhir tidak melaksanakan perintah transfer dana setelah
melakukan pengaksepan, penyelenggara penerima akhir wajib membayar jasa,
bunga, atau kompensasi oleh penyelenggara pengirim sebelumnya untuk
diteruskan kepada pengirim asal. 121 Kewajiban pembayaran tersebut dikecualikan
jika penyelenggara penerima akhir tidak melaksanakan perintah transfer dana
karena perintah UU. 122 Ketentuan mengenai tata cara pengaksepan dan penetapan
jangka waktu pengambilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37
serta tata cara pembayaran, perhitungan jangka waktu, dan besarnya jasa, bunga,
atau kompensasi seperti disebutkan dalam Pasal 38 Ayat (4) diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia. 123

119

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 38 Ayat (2).
120
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 38 Ayat (3).
121
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 38 Ayat (4).
122
Yang dimaksud dengan “UU” antara lain UU
pencucian uang. (Penjelasan Pasal 38 Ayat (5) UUTD).
123
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor
Bab II, Bagian Ketiga, Pasal 39.

3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
yang mengatur mengenai tindak pidana
3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,

Universitas Sumatera Utara

70

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan transaksi
transfer dana di dalam UUTD sudah diatur secara jelas mulai dari pengirim
sampai diterimanya dana oleh penerima.

B. Prosedur Transfer Dana Melalui Bank Di Indonesia Menurut Peraturan
Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 Tentang Transfer Dana
Ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 ini
merupakan tindak lanjut dari amanat dalam undang-undang nomor 3 tahun 2011
tentang transfer dana. Pelaksanaan perintah transfer dana oleh pengirim asal,
penyelenggara penerus, penyelenggara penerima akhir dilakukan sesuai ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan mengenai transfer dana dan peraturan
perundang-undangan terkait. 124 Penyelenggara pengirim yang telah melakukan
pengaksepan perintah transfer dana bertanggung jawab kepada pemberi perintah
transfer dana atas terlaksananya perintah transfer dana sampai dengan
pengaksepan oleh penyelenggara penerima akhir. Tanggung jawab penyelenggara
pengirim atas terlaksananya perintah transfer dana dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang yang mengatur mengenai kegiatan transfer dana
dan peraturan pelaksanaannya. tanggung jawab penyelenggara pengirim antara
lain mencakup penyediaan dan penyampaian informasi kepada pengirim
sebelumnya mengenai status pelaksanaan perintah transfer dana.
Pada Bab III Bagian Kedua Pasal 10 Ayat (1) PBI No.14/23/PBI/2012
mengatur tentang bagaimana pelaksanaan perintah transfer dana jika dalam
124

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan terkait” antara lain ketentuan
yang mengatur mengenai pencegahan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang.

Universitas Sumatera Utara

71

keadaan memaksa. Dalam pelaksanaan perintah transfer dana dalam keadaan
memaksa, penyelenggara pengirim yang telah melakukan pengaksepan perintah
transfer dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) tetap bertanggung
jawab untuk melaksanakan Perintah Transfer Dana walaupun terjadi keadaan
sebagai berikut:
a. bencana alam, keadaan bahaya 125, huru-hara 126, konflik bersenjata, dan/atau
keadaan darurat lain yang ditetapkan oleh pemerintah yang terjadi di daerah
atau lokasi Penyelenggara Pengirim yang sedang melaksanakan Perintah
Transfer Dana 127;
b. kerusakan pada sistem infrastruktur elektronik atau nonelektronik yang
berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan Perintah Transfer Dana yang
tidak dapat dikontrol oleh Penyelenggara Pengirim 128;
c. kegagalan sistem kliring atau Sistem Transfer Dana 129;
d. hal-hal lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia 130.

125

Yang dimaksud dengan ”keadaan bahaya” adalah keadaan bahaya yang diumumkan
secara resmi oleh pemerintah.
126
Yang dimaksud dengan ”huru-hara” termasuk pertikaian antarkelompok masyarakat
yang mengakibatkan terhentinya kegiatan operasional Penyelenggara.
127
Yang dimaksud dengan “Penyelenggara Pengirim yang sedang melaksanakan Perintah
Transfer Dana” adalah kantor Penyelenggara yang menerbitkan Perintah Transfer Dana. Dalam hal
Penyeleng-gara tersebut memiliki sistem komputerisasi yang mengintegrasikan seluruh sistem
128
Yang dimaksud dengan “kerusakan pada sistem infrastruktur elektronik atau nonelektronik yang berpengaruh langsung terhadap pelaksanaan Perintah Transfer Dana yang tidak
dapat dikontrol oleh Penyelenggara Pengirim” antara lain kerusakan yang disebabkan oleh
kebakaran dan sambaran petir.
129
Yang dimaksud dengan “kegagalan sistem kliring atau sistem transfer dana” adalah
kegagalan yang mengakibatkan sistem kliring atau sistem transfer dana secara keseluruhan tidak
dapat dijalankan atau dioperasikan dengan baik, termasuk seluruh sistem pendukung dan sistem
cadangan atau sistem pengganti.
130
Yang dimaksud dengan “hal lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia” antara lain
keputusan Bank Indonesia mengenai penghentian sementara penyelenggara pengirim dari kegiatan
kliring atau kegiatan sistem transfer dana.

Universitas Sumatera Utara

72

C. Perbandingan Prosedur Transfer Dana Di Indonesia Menurut UndangUndang Nomor 3 Tahun 2011 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/23/PBI/2012 Tentang Transfer Dana
Perbandingan prosedur transfer dana antara Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2011 dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 sebenarnya
tidak terlalu jauh berbeda, kedua aturan ini sama-sama mengatur tentang kegiatan
transfer dana. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/23/PBI/2012 merupakan
tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang transfer
dana. Adapun materi utama yang diatur dalam PBI ini adalah mengenai:
a. Perizinan penyelenggaraan transfer dana;
b. Pelaksanaan transfer dana;
c. Transfer dana yang ditujukan untuk diterima secara tunai;
d. Jasa, bunga, atau kompensasi;
e. Biaya transfer dana;
f. Pemantauan; dan
g. Sanksi.
Dengan telah berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 mengenai
penyelenggaraan transfer dana, kegiatan transfer dana atau pengiriman uang terus
berkembang di masyarakat. Kegiatan ini sangat beragam, dimulai dari layanan
non bank, kemudian berkembang dengan layanan kedatangan pengguna jasa ke
kantor bank, sampai akhirnya dilakukan sendiri kegiatan transfernya tanpa harus
datang ke kantor bank atau non bank, seperti lewat ATM, internet banking atau
melalui layanan mobile banking. Peruntukan transfer dananya juga terus

Universitas Sumatera Utara

73

berkembang dan dimanfaatkan untuk semua kepentingan yang diinginkan oleh
pengguna jasa, seperti pembayaran uang sekolah, tagihan listrik, tagihan telepon,
pembayaran transaksi bisnis dan bahkan untuk kepentingan sosial. Beberapa hal
lain yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bank Indonesia ini adalah mengenai
penyelenggara, persyaratan untuk memperoleh izin sebagai penyelenggara
ditetapkan antara lain terkait dengan keamanan sistem, permodalan, integritas
pengurus, pengelolaan resiko, dan/atau kesiapan sarana prasarana. Selain itu,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Transfer Dana dalam
ketentuan ini juga diatur lebih rinci mengenai pelaksanaan perintah transfer dana
dalam keadaan memaksa, kekeliruan pelaksanaan transfer dana, tata cara
pengembalian dana dan pengembalian dana yang ditujukan secara tunai.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ATAS PENGUBAHAN SISTEM
TRANSFER DANA

Di dalam sistem pembayaran terdapat perangkat hukum yang mencakup
undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait.Termasuk pula aturan main
berbagai pihak yang terlibat, misalnya antarbank, antarbank dan nasabah,
antarbank dan bank sentral, dan lain-lain.Peranan perangkat hukum ini sangat
penting untuk menjamin adanya aspek legalitas dalam penyelenggaraan sistem
pembayaran. 131
Jika melihat kompleksitas permasalahan dan luasnya materi yang diatur,
pengaturan kegiatan transfer dana tidak cukup hanya dituangkan dalam ketentuan
yang lebih rendah dari undang-undang. Selain itu pengaturan tentang alat bukti
dan aspek pemidanaan dalam kegiatan transfer dana menuntut kepastian agar hal
tersebut dapat diterapkan secara tegas oleh seluruh pihak dan otoritas tekait, baik
dalam penyelesaian perselisihan maupun tindak pidana dalam kegiatan transfer
dana. Kemajuan teknologi yang semakin pesat dewasa ini membawa konsekuensi
bahwa persoalan yang dihadapi nasabah juga semakin kompleks, demikian pula di
Indonesia.Terlebih baru-baru ini banyak persoalan perbankan yang merugikan
nasabah, bahkan hal itu dilakukan oleh pegawai bank tersebut.Untuk itu, nasabah
bank

sebagai

konsumen

perbankan

patut

dilindungi

hak

dan

kepentingannya.Perlindungan hukum kepada nasabah perbankan pada dasarnya

131

Andri Gunawan, Erwin Natosmal, Refki Saputra, Op. cit, hlm. 16.

74

Universitas Sumatera Utara

75

timbul karena kurangnya pengelolaan bank secara baik, disebabkan oleh tidak
efektifnya pemberian dan pengawasan kredit, sistem manajemen yang diterapkan
mendukung operasi bank, yang mengakibatkan bank tersebut sulit untuk
melakukan operasinya. 132
Nasabah bank, sebagai konsumen yang menggunakan jasa bank, terkadang
memang sering diabaikan haknya. Bahkan menurut Munir Fuady, bahwa dalam
sistem hukum perbankan Indonesia, pihak nasabah sebagai konsumen dibiarkan
sendiri terlunta-lunta tanpa suatu perlindungan hukum yang predictable dan
reasonable.Padahal nasabah merupakan pihak yang penting dalam kaitannya
dengan bank, namun persoalan terkait keberpihakan hukum terhadap nasabah
menjadi masalah yang terus-menerus tak bertepi. 133Namun dalam setiap
permasalahan yang terjadi perlu ditentukan siapa yang bertanggung jawab
sehingga menimbulkan kerugian bagi nasabahnya.Masalah tanggung jawab
perdata atas kelalaian atau kesalahan yang terjadi dalam bank dapat dihubungkan
dengan kepengurusan bank.Pengurus bank bertindak mewakili badan hukum bank
tersebut berdasarkan ketentuan anggaran dasar perusahaan.Dengan demikian
tanggung jawab pengurus ada dua (2), yakni tanggung jawab pribadi dan
tanggung jawab pengurus.Apabila pengurus bertindak di luar kewenangan yang
telah ditentukan, maka tanggung jawab pribadi yang ada. Namun bila ia bertindak
dalam pelaksanaan dan wewenang yang tertuang dalam anggaran dasar
perusahaan maka hal itu merupakan tanggung jawab perusahaan. 134 Alas hukum
mengenai transfer uang via bank, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk
132

Lukman Santoso AZ, Op. cit, hlm. 113.
Ibid., hlm. 112.
134
Ibid., hlm. 116.

133

Universitas Sumatera Utara

76

kepentingan bank sendiri mempunyai alas hukum/dasar hukum dalam sistem
perundang-undangan Indonesia. Dasar hukum tersebut bersumber dari ketentuanketentuan sebagai berikut : 135
1. Ketentuan di Bidang Perbankan
Ketentuan di bidang perbankan bersumber dari Undang-Undang perbankan
Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Undang-Undang perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 kebetulan tidak mengubah Pasal
6 huruf (e ), sehingga Pasal 6 huruf (e) tersebut masih tetap berlaku. Pasal 6 huruf
(e) tersebut berbunyi sebagai berikut :
Usaha bank umum meliputi :
memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah.
Dari ketentuan Pasal 6 huruf (e) tersebut cukup jelas dan lugas ditentukan
bahwa memang suatu bank umum dapat melakukan suatu transfer uang.
Kemudian,

ketentuan

tersebut

mendapat

penjabarannya dalam

berbagai

perundang-undangan lainnya di bidang perbankan. 136
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Sebenarnya kitab undang-undang hukum dagang tidak mengatur secara
spesifik tentang transfer uang via bank ini, baik terhadap transfer dengan warkat
(paper based). Hanya saja, karena transfer dana tersebut dapat dilakukan juga
dengan penggunaan surat berharga sebagai sarana pemindahannya, seperti dengan
135

Munir Fuady, Op. cit, hlm. 126.
Ibid., hlm. 127.

136

Universitas Sumatera Utara

77

cek atau wesel, maka ketentuan tentang surat berharga dari Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang ditarik untuk berlaku buat transfer dana seperti itu. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang dikenal beberapa macam surat berharga, yaitu
sebagai berikut :
a.) Penganturan tentang Surat Wesel, dalam Pasal 100 sampai dengan Pasal 173
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
b.) Pengaturan tentang Surat Sanggup, dalam Pasal 174 sampai dengan Pasal 177
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
c.) Pengaturan tentang Cek dalam Pasal 178 sampai dengan Pasal 229 d dari Kitab
Undang-Undag Hukum Dagang.
d.) Pengaturan tentang Kuitansi dan Promes atas Unjuk dalam Pasal 229 e sampai
dengan Pasal 229 k dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
Dengan demikan, sejauh yang menyangkut dengan transfer uang via bank
yang menggunakan surat-surat berharga tersebut berlaku ketentuan Kitab UndangUndang Hukum Dagang, khusus mengenai aspek surat berharganya. 137
3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Selain dari ketentuan-ketentuan seperti tersebut di atas, maka Kitab UndangUndang Hukum Perdata juga mengatur tentang berbagai aspek hukum yang
berkenaan dengan transfer uang via bank, khususnya yang berkenaan dengan
aspek-aspek hukum kontrak. Sebab, suatu transfer uang via bank, baik untuk
kepentingan nasabah maupun transfer uang untuk kepentingan bank sendiri

137

Ibid., hlm. 126.

Universitas Sumatera Utara

78

diawali dengan suatu kontrak. Dalam hubungannya dengan transfer uang via
bank, perlu dipisahkan dulu antara kontrak-kontrak sebagai berikut :
a.) Kontrak antara nasabah pengirim dengan nasabah penerima.
b.) Kontrak antara nasabah pengirim dengan bank pengirim.
c.) Kontrak antara nasabah penerima dengan bank pembayar (dalam hal credit
transfer).
d.) Kontrak antara bank pengirim dengan bank pembayar.
e.) Kontrak antara bank pengirim dengan bank koresponden.
f.) Kontrak antara bank koresponden dengan bank pembayar. 138
Sebagai upaya peningkatan dan pemberdayaan nasabah, tentu bank sebagai
pelaku usaha harus memberikan layanan penyelesaian dan infrastruktur atas
berbagai keluhan dan pengaduan nasabah.Media penyelesaian ini juga harus
memenuhi standar waktu dan pelayanan, artinya dapat berlaku secara efektif dan
efisien. Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas perbankan Indonesia dalam
upaya memenuhi standar tersebut juga telah memprioritaskan program-program
terkait perlindungan nasabah, termasuk penanganan pengaduan nasabah,
transparansi informasi produk perbankan, dan pembentukan lembaga mediasi
perbankan independen.
A. Pengubahan Sistem Transfer Dana Yang Dilakukan Oleh Penyelenggara
Bank Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011
Tanggung jawab adalah mengenai kewajiban untuk menebus (mengganti)
terhadap apa yang telah dilakukannya yang menimbulkan kerugian. Dasar

138

Ibid., hlm. 129.

Universitas Sumatera Utara

79

pertanggungjawaban adalah kewajiban membayar ganti rugi atas tindakan yang
menimbulkan kerugian, dan kewajiban untuk melaksankan janji yang telah
dibuat.Pertanggungjawaban harus didasarkan atas suatu perbuatan, dan itu harus
perbuatan kealpaan atau kelalaian.Artinya, pertanggungjawaban atas gugatan
hukum yang timbul dalam konteks hubungan antara nasabah dan bank dapat
berupa wanprestasi (kealpaan) atau perbuatan melawan hukum.
Pengubahan perintah transfer dana merupakan salah satu cara pihak bank
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pengubahan transfer dana hanya
dapat dilakukan oleh penyelenggara pengirim jika terjadi kesalahan/kekeliruan
yang diatur dalam Bab V Bagian Kedua dengan memperhatikan prinsip kehatihatian. 139Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu
berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya dalam arti harus selalu
konsisten dalam melaksanakan perturan perundang-undangan di bidang perbankan
berdasarkan profesionalisme dan iktikad baik. 140 Perubahan perintah transfer dana
dilakukan oleh penyelenggara penerima mempunyai waktu yang cukup 141 untuk
melaksanakan perubahan dan/atau penyelenggara penerima akhir belum
melakukan langkah-langkah pengaksepan. 142 Penyelenggara penerima akhir telah
melakukan pengaksepan perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim
sebelumnya apabila telah melakukan kegiatan sebagai berikut :

139

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Tranfer Dana,
Pasal 46 Ayat (1).
140
Hermansyah, Op. cit, hlm. 135.
141
Dalam ketentuan ini, waktu yang cukup bersifat kasuistik dan situasional antara lain
terkait dengan sistem transfer dana yang digunakan untuk melaksanakan perintah transfer
dana.(Penjelasan Pasal 46 Ayat (2)).
142
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer 46 Ayat
(2).

Universitas Sumatera Utara

80

a. Menyampaikan pemberitahuan pengaksepan kepada penyelenggara pengirim
sebelumnya;
b. Melakukan pendebitan rekening penyelenggara pengirim sebelumnya pada
penyelenggara penerima akhir;
c. Mengalokasikan dana untuk kepentingan penerima; 143
d. Menerima perintah transfer dana dari penyelenggara pengirim sebelumnya dan
antara penyelenggara penerima akhir dan penyelenggara pengirim tersebut
telah terdapat perjanjian bahwa setiap perintah transfer dana yang diterima dari
penyelenggara pengirim akan dilaksanakan oleh penyelenggara penerima
akhir;
e. Mengkredit rekening penerima pada penyelenggara penerima akhir; atau
f. Mengirimkan pemberitahuan kepada penerima bahwa penerima mempunyai
hak untuk mengambil dana hasil transfer. 144
B. Pertanggung Jawaban Bank Bila Terjadi kesalahan Dalam Transfer Uang
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011
Sebagai langkah awal untuk pemikiran kritis dalam konteks elektronik,
patut dilayangkan suatu pertanyaan manakah yang lebih autentik secara teknis.
Dalam pemahaman kekuatan pembuktian yang paling lemah, suatu informasi
elektronik adalah bernilai secara hukum karena secara fungsional keberadaannya
adalah sepadan atau setara dengan suatu informasi yang tertulis di atas kertas,
sebagaimana telah diamanatkan dalam UNCITRAL tentang nilai hukum dari
143

Yang dimaksud dengan “mengalokasikan dana untuk kepentingan penerima” adalah
menyediakan dana pada rekening tertentu di penyelenggara penerima akhir untuk dibayarkan
secara tunai kepada penerima.(Penjelasan Pasal 36 Ayat (2) huruf (c)).
144
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana,
Pasal 36 Ayat (2) huruf (c).

Universitas Sumatera Utara

81

suatu rekaman elektronik (legal value of electronic records) karena memenuhi
unsur-unsur tertulis (writing), bertanda tangan (signed), dan asli (original). 145
Tanggung jawab timbul dari perikatan, baik yang berasal dari undangundang maupun dari perjanjian.Dengan adanya perjanjian, timbul hak dan
kewajiban pada masing-masing pihak.Mereka bertanggung jawab atas segala
akibat yang ditimbulkan dari perjanjian yang telah dibuat. Pertanggungjawaban
atas gugatan hukum yang timbul dalam konteks hubungan antaara nasabah dan
bank dapat berupa wanprestasi(kealpaan) atau perbuatan melawan hukum.
Peristiwa resiko operasional yang dihadapi oleh perbankan tidak lepas dari
dua faktor penting yaitu: 146
a. Frekuensi; seberapa penting suatu peristiwa terjadi
b. Dampak; seberapa besar jumlah kerugian yang timbul akibat peristiwa
yang terjadi
Dalam mengkaji peristiwa resiko operasional, sedikitnya dapat dibagi
menjadi lima kategori besar sebagai berikut: 147
a) Risiko proses internal (internal process risk);
b) Risiko manusia (people risk);
c) Risiko sistem (systems risk);
d) Risiko eksternal (external risk);
e) Risiko hukum (legal risk).

145

Dr. Edmon Makarim, “Notaris & Transaksi Elektronik (Edisi Kedua)”, (Jakarta, PT.
Raja Grafindo Perkasa, 2013), hlm. 23.
146
Ferry N. Idroes Sugiarto, “Manajemen Risiko Perbankan”, (Yogyakarta, Graha Ilmu
2006), hlm. 133.
147
Ibid., hlm. 135.

Universitas Sumatera Utara

82

Adapun penjelasan lima kategori besar peristiwa risiko operasional adalah
sebagai berikut:
a) Risiko proses internal (internal process risk)
Risiko ini didefinisikan sebagai risiko yang terkait dengan kegagalan dari
suatu proses Bank atau prosedur. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, karyawan
mengikuti prosedur kerja yang telah ditentukan. Risiko proses internal
termasuk: 148
(a) Kesalahan, ketidaklengkapan, dan ketidaktepatan