Peranan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Pada PT Taspen Persero di Medan)

BAB II
KERANGKA TEORI
Dalam laporan keuangan yang baik, diperlukan beberapa langkah yang
harus dipenuhi dalam menciptakan laporan keuangan yang memenuhi standar.
Laporan keuangan yang dalam praktiknya dapat menjelaskan secara rinci
pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Kualitas laporan keuangan yang baik
berhubuan erat dengan pengendalian internal yang dalam pelaksanaannya dapat
meringankan kinerja dari individu-individu yang berada dalam sistem.
2.1

Laporan Keuangan

2.1.1 Definisi Laporan Keuangan
Dalam Fraser dan Aileen (2008) laporan keuangan adalah merupakan
output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang
menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam
proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi laporan keuangan
juga sebagai pertanggung jawaban atau accountabillity dan juga menggambarkan
indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya
Laporan kuangan sebenarnya banyak jenisnya, namun keuangan utama
menurut Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) hanya tiga:

1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya laba/rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.

Universitas Sumatera Utara

3. Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode.

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Acounting Principles Board (APB) Statement NO.4 berjudul
“Basics Concepts And Accounting Principles Underlying Financial Statements
Bussiness Enterprises, laporan ini bersifat deskriptif, dan laporan ini banyak
mempengaruhi studi studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan :
1.

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan ialah untuk menyajikan laporan


posisi keuangan, hasil usaha dan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai
dengan Generaly Accepted Acounting Principles (GAAP).
2.

Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari laporan keuangan disebutkan sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber sumber ekonomi,
dan kewajiban perusahaan dengan maksud :
1. Untuk menilai kekuatan dan kelemahan pada perusahaan.
2. Untuk menunjukkan posisi keuangan dari investasinya.
3. Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utang
utangnya
4. Menunjukkan kemampuan sumber sumber kekayaan yang ada
untuk pertumbuhan perusahaan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan yang
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan
maksud:

Universitas Sumatera Utara


1. Memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang
saham.
2. Menunjukkan
kewajiban

kemampuan

kepada

perusahaan

kreditur,

nuntuk

supplier,

membayar

pegawai,


pajak,

mengumpulkan dana untuk perluasan.
3. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam
pelaksanaa fungsi perencanaan dan pengawasan.
4. Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba
dalam jangka panjang.
c. Memberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta
dan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai
laporan.
3.

Tujuan Kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No.4 adalah

sebagai berikut:

a. Relevance
Memilih informasi yang benar benar dapat membantu pemakai laporan
dalam proses pengambilan keputusan.
b. Understandabillity
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi
juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.

Universitas Sumatera Utara

c. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan
menghasilkan pendapat yang sama. Dengan kata lain ukurannya harus
ada.
d. Neutrality
Laporan

akuntansi

itu


netral

terhadap

pihak

pihak

yang

berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum, bukan
pihak-pihak khusus.
e. Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan
apabila diserahkan pada saat yang tepat.
f. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan artinya akuntansi
harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahan maupun
perusahaan lain.
g. Completeness

Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua
kebutuhan yang layak dari para pemakaian.
2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan yang Berkualitas
Karakteristik laporan keuangan yang berkualitas oleh Panduan Standart
Akuntansi (PSAK) dalam Syafri Sofian (2008) adalah sebagai berikut :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dipahami oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan memiliki

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan yang memadai tentang aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun
demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan di dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya harus relevan
untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi di dalam laporan keuangan memilki kualitas relavan jika dapat

memengaruhi

keputusan

ekonomi

pemakai

dengan

membantu

mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
Informasi posisi keuangan dan kinerja dimasa lalu sering kali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan
hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti: pembayaran
dividen dan upah, pergerakan harga skurietas, dan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif,
informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian,
kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan
penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai
prediktif laporan laba rugi dapat di tingkatkan apabila pos-pos penghasilan atau
beban yang tidak biasa, abnormal, dan jarang terjadi di ungkapkan secara terpisah.

Universitas Sumatera Utara

3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas laporan
keuangan. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keungan. Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantunkan (omission) atau kesalahan dalam
mencatat (misstament). Oleh karenanya, materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atua titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok
yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
4. Keandalan

Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus handal
(reliable). Informasi memilki kualitas yang handal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dihandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan secara wajar diharapkan dapat di sajikan.
5. Penyajian Jujur
Informasi keuangan di laporan keuangan pada umumnya tidak luput dari
resiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari pada apa yang seharusnya
digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesenjangan untuk
menyesatkan,

tetapi

lebih

merupakan

kesulitan

yang


melekat

dalam

mengidentifikasikan transaksi serta pristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam
menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan
makna transaksi dan pristiwa tersebut.

Universitas Sumatera Utara

6. Subtansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukum. Subtansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa
yang tampak dari bentuk hukum.
7. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha
untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal
tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang
berlawanan.
8. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak pastian
suatu peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan,
perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dengan tuntutan atas jaminan
garansi yang mungkin timbul. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat
tidak memperkenankan, misalnya: pembentukan cadangan tersembunyi atau
penyisihan, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang
lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi sehingga
laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memilki kualitas yang
handal.

Universitas Sumatera Utara

9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan,informasi dalam laoran keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya.
2.2

Audit, Internal Audit dan Pengendalian Internal

2.2.1 Audit
Menurut Boynton (2003) report of the comitte on basic auditing concepts
of the american accounting association (accountung reviiew, vol 47) memberikan
defenisi auditing sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa
ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Beberapa ciri penting yang ada dalam defenisi tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Suatu proses sitematis, berupa serangkaian langkah atau prosedur yang
logis, terstruktur, dan terorganisir.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa
dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak
dan berprasangka,baik untuk atau terhadap perorangan (entitas) yang
membuat asersi tersebut.
3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi
yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan pokok
auditing.

Universitas Sumatera Utara

4. Derajat kesesuaian menunjukpada kedekatan di mana asersi dapat
diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar standar yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai asersi atau peryataan.
6. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan
derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.
7. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang mengunakan (atau
mengandalkan) temuan temuan auditor
2.2.2 Internal Audit
Internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal
audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, catatan akuntansi perusahaan,
ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan maupun
ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan ketentuan dari ikatan
profesi yang berlaku.
Internal audit yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang
pemeriksaan finansial tetapi sudah meluas kebidang lainnya seperti manajemen
audit, sosial audit dan lain lain. Internal auditing menurut Institute Of Internal
Auditor yang dikutip oleh Boynton (2003) adalah sebuah aktivitas assurance dan
konsultasi yang independen dan objektif yang dirancang untuk memberi nilai
tambah dan peningkatan terhadap operasional organisasi. Aktivitas ini bertujuan
untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya dengan pendekatan yang
sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari
manajemen risiko, pengendalian dan tata kelola organisasi.

Universitas Sumatera Utara

Milton Stevens Fenorow dalam Boynton (2003) mengatakan bahwa
internal auditing adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawai perusahaan
yang terlatih, mengenai ketelitian, dapat dipercayainya efesiensi dan kegunaan
dari catatan-catatan (akuntansi) perusahaan dan pengendalian intern yang terdapat
dalam perusahaan. Karena yang melakukan internal audit adalah pegawai
perusahaan sendiri (orang dalam perusahaan), maka banyak pihak yang
menganggap bahwa internal auditor tidak independen.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usahanya,
suatu perusahaan sangat memerlukan adanya departemen internal audit yang
efektif, terutama diperusahaan menengah dan besar termasuk BUMN. Apalagi
dengan diperlakukannya perdagangan bebas diantara negera-negara diseluruh
dunia, yang tidak lagi memperbolehkan adanya proteksi, maka setiap perusahaan,
jika ingin bertahan didunia bisnis, harus berusaha meningkatkan daya saingnya
secara berkelanjutan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
meningkatkan efesiensi dan efektifitas dari kegiatan usahanya.
Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh kantor akuntan publik,
yang tujuannya adalah memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan
yang disusun manajemen, maka tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal
auditor adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajer) dalam
melaksanakan tanggung jawabnya yaitu dengan memberikan analisa, penilaian
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Pengendalian Internal
Dalam

Hery (2011)

menurut

laporan

Committe

of

Sponsoring

Organizations of the Treadway Commision (COSO), pengendalian internal
(internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi,
manajemen, dan personel lainnya di dalam suatu entitas, yang dirancang untuk
menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan
dalam kategori sebagai berikut:
1

Keandalan laporan keuangan

2

Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

3

Efektivitas dan efisiensi operasi
Laporan COSO juga menekankan bahwa konsep fundamental dinyatakan

dalam defenisi berikut:
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses.
Ini berarti alat untuk mencapai suatu akhir, bukan akhir itu sendiri.
Pengendalian internal terdiri dari serangkaian tindakan yang meresap dan
terintegrasi dengan tidak ditambahkan kedalam infrastruktur suatu entitas.
2. Pengendalian internal dilaksanakan oleh orang.
Pengendalian intern bukan hanya suatu manual kebijakan atau formulir,
tetapi orang pada berbagai struktur organisasi, termasuk direksi,
manajemen, dan personel lainnya.
3. Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan hanya
keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak.
Hal ini ditujukan kepada manajemen dan dewan direksi di dalam suatu
entitas

karena

keterbatasan

yang

melekat

dalam

semua

sistem

Universitas Sumatera Utara

pengendalian internal dan perlunya untuk mempertimbangkan biaya dan
manfaat relatif dari pengadaan pengendalian.
4. Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan dalam kategori
yang saling tumpang tindih dari pelaporan keuangan, kepatuhan dan
operasi.
Untuk menyediakan suatu struktur dalam mempertimbangkan banyak
kemungkinan pengendalian yang berhubungan dengan tujuan entitas, laporan
COSO mengidentifikasikan lima komponen pengendalian internal yang saling
berhubungan, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Resiko
3. Aktivitas Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pemantauan
2.3 Ruang Lingkup Pengendalian Internal
2.3.1 Pengendalian Internal Kas
Pengendalian internal terhadap kas dapat diartikan sebagai struktur
organisasi dan semua cara serta alat-alat yang dikoordinasikan, yang digunakan di
dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan kas perusahaan,
memeriksa ketelitian dan kebenaran data mengenai kas, memajukan efisiensi
dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan yang ditetapkan
sebelumnya. System penerimaan kas biasanya mensyaratkan adanya pemisahan
fungsi penerimaan dan pengeluaran. Menurut stice dan skousen (2004),
karakteristik dari suatu system pengendalian internal kas adalah:

Universitas Sumatera Utara

“Pertama, merupakan tanggung jawab secara khusus untuk menangani
penerimaan kas. Kedua, pemisahan penanganan dan pencatatan penerimaan kas.
Ketiga, penyetoran seluruh kas yang diterima setiap hari (lazimnya ke rekening
bank). Keempat, system voucher untuk mengendalikan pembayaran kas. Kelima,
audit internal pada selang waktu yang tidak terduga. Terakhir, pencatatan ganda
atas kas dan pembukuan, dengan rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh seseorang
diluar bagian akuntansi”.
Pengendalian semacam ini cenderung lebih banyak diselewengkan oleh
perusahaan besar dengan banyak karyawan. Perusahaan kecil dengan beberapa
karyawan umumnya mendapat kesulitan dalam memisahkan sepenuhnya tugastugas akuntansi dan penanganan kas. Namun perusahaan-perusahaan kecil pun
menjalankan pengendalian tersebut sebanyak mungkin.
2.3.2 Pengendalian Internal Penerimaan Kas
Setiap perusahaan pada umunya mempunyai banyak transaksi kas
misalnya penjualan jasa atau barang secara tunai maka akan langsung menerima
uang atau kas. Penerimaan uang tersebut disebut sebagai penerimaan kas, pada
dasarnya dapat berasal dari transaksi lain selain penjualan tunai, diantaranya
penagihan atas piutang penjualan
aktiva tetap, pendapatan bunga, penjualan saham, dan lain sebagainya.
Sumber penerimaan kas yang utama akan tergantung dari bidang usaha suatu
perusahaan. Pada perusahaan jasa maka sumber penerimaan kasnya berasal dari
jasa yang diberikan. Sedangkan pada perusahaan dagang dan industry, maka
sumber penerimaan kasnya berasal dari penjualan produk-produk yang dihasilkan.
Pada perusahaan besar, seringkali melibatkan bank sebagai tempat untuk
menyimpan uang dan sebagai tempat berlangsungnya proses penerimaan dan

Universitas Sumatera Utara

pengeluaran uang antara perusahaan dengan pihak lain. Hal ini sangat membantu
perusahaan dalam mencatat transaksi-transaksi yang terjadi.
2.3.3 Pengendalian Internal Pengeluaran Kas
Untuk membiayai kegiatannya baik yang rutin atau tidak, maka
perusahaan melakukan pengeluaran kas. Pengeluaran kas yang dilakukan
perusahaan benar-benar dilakukan untuk kepentingan kegiatan perusahaan.
Pengendalian internal pengeluaran kas merupakan prosedur pengeluaran uang
tunai, untuk melunasi utang atau biaya-biaya yang telah disetujui seperti halnya
penerimaan kas, pengeluaran kas tergantung dari bidang usaha perusahaan. Pada
perusahaan jasa simpan pinjam seperti bank, pengeluaran kas yang utama adalah
memberikan pinjaman kepada para peminjam. Sedangkan pada perusahaan
dagang atau industri, pengeluaran kas yang utama adalah pembelian barang
dagangan atau bahan baku. Prinsip-prinsip dan ketentuan pengendalian internal
atas pengeluaran kas adalah sebagai berikut:
1) Keharusan pada adanya persetujuan dari faktur-faktur pembelian, pengisian
dana kas kecil dan sebagainya oleh masing-masing kepala bagian sebelum
disampaikan kepada kepala bagian utang untuk dibayar.
2) Perkiraan-perkiraan dan jumlah-jumlah yang tercatat dalam voucher-voucher
harus ditinjau dan diverifikasi.
3) Tiap voucher harus dicatat dalam register voucher.
4) Persetujuan akhir dalam pembayarannya harus dilakukan oleh pejabat yang
berwenang.

Universitas Sumatera Utara

5) Penyimpanan-penyimpanan yang telah dibayar untuk referensi.
6) Semua cek dan voucher diberi nomor-nomor urut tercetak dan cekcek
dibatalkan harus disimpan dan dicatat.
Pengendalian

internal

yang

baik

mengharuskan

setiap

transaksi

pengeluaran kas dilakukan dengan cek dan transaksi pengeluaran kas yang tidak
dilakukan dengan cek (yang jumlahnya relatif kecil) dapat dilakukan melalui dana
kas kecil.
2.4

Komponen Pengendalian Internal

2.4.1 Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian (control environtment) adalah menetapkan
suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian
dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua
komponen pengendalian internal lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur.
Sejumlah faktor membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas
yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Integritas dan Nilai-Nilai Etis
Sub-komponen ini meliputi tindakan manajemen untuk mencegah
karyawan melakukan tindakan yang tidak jujur, ilegal, atau tidak etis. Caranya
adalah melalui sosialisasi kepada karyawan perihal nilai nilai entitas yang harus
dijunjung tinggi serta standar perilaku yang harus dipegang teguh dan dijalankan
oleh seluruh karyawan.

Universitas Sumatera Utara

2. Komitmen Pada Kompentensi
Meliputi pertimbangan manajemen tentang persyaratan kompetensi yang
harus dipenuhi bagi pekerjaan tertentu. Setiap karyawan diharapkan dapat
menjalankan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan tingkat keterampilan dan
pengetahuan yang dimilikinya.
3. Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan komisaris mewakili pemegang saham dalam mengawasi jalannya
kegiatan entitas yang dilakukan atau dikelola manajemen. Dewan komisaris
berperan

penting

dalam

memastikan

bahwa

manajemen

telah

mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan
secara layak. Untuk membantu melakukan pengawasan terhadap manajemen,
dewan membentuk komite audit yang diberikan tanggung jawab dalam
mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Komite audit juga
bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi secara berkelanjutan dengan
auditor internal, maupun auditor eksternal, termasuk menyetujui jasa audit dan
nonaudit yang dilakukan oleh para auditor eksternal.
4. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
Manajemen melalui prinsip dan sikapnya, memberikan isyarat tertentu
bagi para karyawannya mengenai arti penting pengendalian internal. Dengan
memahami gaya pengelolaan manajemen, auditor dapat merasakan sikap
manajemen tentang pengendalian internal.
5. Struktrur Organisasi
Struktur organisasi

menunjukkan tingkatan

tanggung

jawab dan

kewenangan yang ada dalam setiap divisi atau bagian. Dengan memahami

Universitas Sumatera Utara

struktur organisasi klien, auditor dapat mempelajari perihal pengelolaan entitas
dan unsur-unsur fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian atas
pengelolaan tersebut diterapkan.
6. Kebijakan Perihal Sumber Daya Manusia (Karyawan Entitas)
Karyawan yang tidak kompeten atau tidak jujur dapat merusak sistem,
meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Karyawan yang jujur dan
berkompeten mampu mencapai kinerja yang tinggi meskipun hanya ada sedikit
pengendalian. Akan tetapi, karyawan yang jujur dan berkompeten bisa juga dapat
terganggu kinerjanya sebagai akibat dari perasaan bosan, tidak puas, ataupun
masalah pribadi lainnya. Karena pentingnya sumber daya manusia bagi
keberhasilan dari sebuah perusahaan, metode atau kebijakan untuk mengangkat,
mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan memberi kompensasi kepada
karyawan merupakan bagian yang penting dari pengendalian internal.
2.4.2 Penilaian Resiko
Penilaian resiko merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen
untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko terkait penyusunan laporan
keuangan yang sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Penilaian resiko oleh manajemen berbeda dengan penilaian resiko yang dilakukan
oleh auditor, walaupun ada keterkaitannya. Apabila menajemen menilai resiko
sebagai bagian dari perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal untuk
memperkecil kekeliruan serta kecurangan, maka auditor menilai resiko untuk
memutuskan jenis dan cakupan bukti yang dibutuhkan dalam pemeriksaan. Jika
manajemen secara efektif menilai dan menganggapi resiko tersebut, biasanya

Universitas Sumatera Utara

auditor akan mengumpulkan lebih sedikit bukti audit daripada jika menejemen
gagal dalam mengidentifikasi atau menindaklanjuti resiko yang signifikan.
2.4.3 Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan adalah sistem informasi dan komunikasi yang telah memasukan sistem
akuntansi kedalamnya, yaitu yang terdiri dari metode metode dan catatan catatan
yang

diciptakan

untuk

mengidentifikasi,

mengumpulkan,

menganalisis,

mengklarifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi transaksi entitas (dan juga
kejadian kejadian serta kondisi-kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas dari
aktiva aktiva dan kewajiban kewajiban yang berhubungan. Komunikasi
melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan
tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian intern atas pelaporan
keuangan.
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi adalah agar
transaksi dicatat, diproses, dan dilaporkan telah memenuhi keenam tujuan audit
umum akan transaksi, yaitu :
1.

Transaksi yang dicatat memang ada

2.

Transaksi yang ada sudah dicatat

3.

Transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar

4.

Transaksi yang dicatat diposting dan di ikhtisarkan dengan benar

5.

Transaksi diklasifikasikan dengan benar

6.

Transaksi dicatat pada tanggal yang benar

Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian (control activity) merupakan kebijakan dan
prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah
dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan
yang diperlukan berkenaan dengan resiko telah diambil untuk tujuan pencapaian
entitas.
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat
dikategorikan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:
1.

Pemisahan Tugas
Pemisahan tugas disini maksudnya adalah pemisahan fungsi atau

pembagian kerja. Ada dua bentuk yang paling umum dari penerapan prinsip
pemisahan tugas yaitu, pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh
karyawan yang berbeda pula, dan harus ada pemisahaan tugas antara karyawan
yang menangani pekerjaan pencatatan aktiva dan karyawan yang menangani
langsung aktiva secara fisik (operasonal). Sesungguhnya rasionalisasi dari
pemisahan tugas adalah bahwa tugas atau pekerjaan dari seseorang karyawan
seharusnya dapat memberikan dasar yang memadai untuk mengevaluasi pekerjaan
karyawan lainnya. Jadi, hasil pekerjaan seorang karyawan dapat diperiksa silang
(cross check) kebenarannya oleh karyawan lainnya. Ketika seorang karyawan
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan, biasanya potensi munculnya kesalahan
maupun kecurangan akan meningkat. Oleh sebab itu, sangatlah penting kalau
pekerjaan yang berbeda seharusnya dikerjakan oleh karyawan yang berbeda pula.

Universitas Sumatera Utara

2.

Otorisasi Yang Tepat Atas Transaksi
Agar pengendalian berjalan dengan baik, setiap transaksi harus diotorisasi

dengan tepat. Karateristik yang paling utama dari pengendalian internal adalah
penetapan tanggung jawab ke masing masing karyawan secara spesifik. Penetapan
tanggung jawab disini agar masing masing karyawan dapat bekerja sesuai dengan
tugas tugas tertentu (secara spesifik) yang telah dipercayakan kepadanya.
Pengendalian atas pekerjaan tentu akan menjadi lebih efektif jika hanya ada satu
orang saja yang bertanggung jawab atas sebuah tugas/pekerjaan tertentu tersebut.
3.

Dokumen dan Catatan Yang Memadai
Dokumen dan catatan merupakan objek fisik dimana transaksi akan

dicantumkan serta diikhtisarkan. Contohnya adalah faktur penjualan, surat
pesanan, jurnal penjualan dan pembelian, kartu hadir karyawan, kartu persediaan,
dan laporan penerimaan barang. Dokumen yang memadai sangat pentinguntuk
mencatat transaksi dan mengendalikan aktiva. Dokumen memberikan bukti bahwa
transaksi bisnis atau ekonomi telah terjadi. Dengan membubuhkan atau
memberikan tanda tangan atau inisial kedalam dokumen, orang yang bertanggung
jawab atas terjadinya sebuah transaksi atau peristiwa dapat diidentifikasi dengan
mudah. Dokumentasi atas transaksi seharusnya dibuat ketika transaksi terjadi.
4.

Pengendalian Fisik Atas Aktiva dan Catatan
Untuk menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, aktiva dan

catatan harus dilindungi. Jika tidak diamankan sebagaimana mestinya, aktiva
dapat dicuri, diselewengkan atau disalahgunakan. Demikian juga dengan catatan,
jika tidak dilindungi, catatan bisa dicuri, rusak atau hilang, yang sangat dapat

Universitas Sumatera Utara

menggangu proses pencatatan akuntansi dan operasi normal bisnis perusahaan.
Penggunaan pengendalian fisik mekanik dan elektronik sangat lah penting.
5.

Pemeriksaan Independen atau Verifikasi Internal
Kebanyakan sistem pengendalian internal memberikan pengecekan

independen atau verifikasi internal. Prinsip ini meliputi peninjauan ulang,
perbandingan, dan pencocokan data yang telah disiapkan. Kebutuhan akan
pengecekan independen meningkat, karena struktur pengendalian berubah setiap
saat. Cara termudah untuk melakukan verifikasi internal adalah dengan
menerapkan pemisahan tugas. Dalam perusahaan besar, pengecekan independen
sering dilakukan oleh auditor internal. Auditor internal disini adalah karyawan
perusahaan yang bertugas.
2.4.5

Pemantauan
Pemantauan (monitoring) adalah suatu proses yang menilai kualitas

kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian
rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan. Pemantauan dapat dilaksanakan melalui
aktivitas yang berkelanjutan. Pemantauan dapat juga dilaksanakan melalui
pengevaluasian periodik secara terpisah.
2.5

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini membantu dalam memberikan gambaran kepada

calon peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis dan juga diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang peranan pengendalian internal. Adapun penelitian
terdahulu yang menjadi referensi bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini
adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1.

Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh (2013), tentang Peranan
Pengendalian Internal dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian
Kredit Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus di Koperasi Pegawai BRI
Cabang Kediri). Menyimpulkan bahwa pengendalian internal yang
diterapkan pada koperasi pegawai Bank Rakyat Indonesia (KOPEBRI)
sudah berjalan dengan efektif. Hal ini didukung oleh jawaban kuisioner
yang berhubungan dengan efektivitas pengendalian internal sebesar 93,75%,
yang berhubungan dengan efektivitas pemberian kredit sebesar 92,72%, dan
yang berhubungan dengan peranan pengendalian internal dalam menunjang
efektivitas pemberian kredit sebesar 93,65%.

2.

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Bernadette Priscilla (2014), tentang
Peranan Sistem Pengendalian Intern Atas Pengelolaan Persedian Terhadap
Good Coorporate Governance (Studi Pada PT Hero Supermarket tbk).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, pengendalian intern PT Hero
Supermarket tbk sudah berjalan cukup baik dengan adanya fungsi dan
wewenang setiap bagian, pengendalian terhadap pengawasan barang,
adanya kebijakan, nilai-nilai etika dan otorisasi transaksi yang telah
dilakukan

dalam

pengelolaan

persedian.

Pengendalian

intern

atas

pengelolaan persedian berperan cukup signifikan terhadap good corporate
governance PT Hero Supermarket tbk.
3.

Penelitian yang dilakukan oleh Sahmia Naholo (2009), tentang Pengaruh
Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintahan Gorontalo Utara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dapat
terdapat pengaruh yang positif antara sistem pengendalian terhadap kualitas

Universitas Sumatera Utara

laporan keuangan yang berarti semakin baik sistem pengendalian intern
pemerintah maka kualitas laporan keuangan yang dihasilkan pemerintah
pada Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Gorontalo Utara akan semakin baik pula. Pengendalian intern
pemerintah merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan
mengukur sumberdaya suatu organisasi, dan juga memiliki peran penting
dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan serta melindungi sumber
daya organisasi.
4.

Erwin Bahtiar (2013) tentang Pengaruh Sistem Pengendalian Intern
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan PT Bank Mega Tbk Cabang
Gorontalo. Menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil analisis statistik
jawaban responden menunjukkan bahwa pegawai dan karyawan di
lingkungan PT. Bank Mega Tbk Cabang Gorontalo telah menerapkan
pengendalian intern dengan baik. Kualitas laporan keuangan ditentukan oleh
beberapa faktor sebagaimana indikator yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan serta dapat
dipahami oleh pengguna laporan keuangan dalam hal pengambilan suatu
keputusan. Berdasarkan hasil analisis statistik variabel kualitas laporan
keuangan menunjukkan bahwa tingkat kualitas laporan keuangan pada PT.
Bank Mega, Tbk Cabang Gorontalo berada pada level 4,45%. Hal ini
menunjukkan bahwa laporan keuangan sudah disajikan dengan baik
sehingga menghasilkan informasi yang berkualitas. Hasil penelitian
membukt ikan bahwa pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan

Universitas Sumatera Utara

terhadap kualitas laporan keuangan pada PT. Bank Mega, Tbk Cabang
Gorontalo.
5.

Tuti Herawati tentang Pengeruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap
Kualitas laporan Keuangan pada Perangkat Daerah Pemda Cianjur.
Menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang sangat signifikan antara
lingkungan

pengendalian,

penilaian

resiko,

kegiatan

pengendalian,

informasi dan komunikasi serta pemantauan terhadap kualitas laporan
keuangan. Berpengaruh baik dalam memperhatikan komitmen terhadap
kompetensi dan memiliki prosedur yang efektif untuk memantau tanggung
jawab dan kewenangan yang didelegasikan.

Universitas Sumatera Utara