Pola Tidur dan Gangguan Tidur pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang Masalah
Penyakit kardiovaskular menjadi masalah kesehatan yang utama dalam

masyarakat pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007
menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari
kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Sekitar 250,000 pasien
meninggal oleh sebab gagal jantung baik langsung maupun tidak langsung setiap
tahunnya, dan angka tersebut telah meningkat 6 kali lipat dalam 40 tahun terakhir.
Risiko kematian dari penyakit gagal jantung setiap tahunnya sebesar 5-10%, pada
pasien dengan gejala ringan akan meningkat hingga 30–40% hingga berlanjutnya
penyakit (Joesof, 2007).
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.
Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3–3,7% penderita pertahun.
Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin
bertambahnya usia harapan hidup. (Mariyono, 2007).

Salah satu kondisi gagal jantung adalah gagal jantung

kongestif

atau

Congestive Heart Failure (CHF). CHF terjadi sewaktu kontraktilitas jantung
berkurang dan ventrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang
masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel

1
Universitas Sumatera Utara

2

secara progresif bertambah (Corwin, 2009). CHF menimbulkan berbagai gejala
klinis yang dirasakan pasien beberapa diantaranya dyspnea, ortopnea, dan gejala
yang paling sering dijumpai adalah Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau
sesak napas pada malam hari.
Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien CHF tersebut akan

menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar manusia.
Salah satu diantaranya adalah kebutuhan istirahat seperti adanya nyeri dada pada
aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur
(Corwin, 2009).
Orang sakit membutuhkan istirahat dan tidur lebih banyak dari pada orang
sehat, karena orang yang sakit membutuhkan energi untuk pemulihan. Namun
dengan penyakit yang diderita sesorang membuat sulit dalam memenuhi
kebutuhan istirahat dan tidur. Kurangnya tidur selama periode yang lama dapat
menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada (Potter & Perry,
2009).
Kozier (2004) menjelaskan bahwa tidur yang terganggu akan mengganggu
proses penyembuhan, dimana fungsi dari tidur adalah untuk regenerasi sel-sel
tubuh yang rusak menjadi baru.

Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana

seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,
kemampuan mempertahankan tidur, dan kemudahan tertidur tanpa bantuan medis.
Kualitas tidur yang baik dapat memberikan pasien tenang di pagi hari, perasaan
energik dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas


Universitas Sumatera Utara

3

tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup semua orang termasuk penderita
CHF (Supadi, 2008).
Wartonah (2006) menjelaskan bahwa gangguan

pola tidur merupakan

keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami suatu perubahan
dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak
nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Faktor yang berhubungan
dengan gangguan pola tidur antara lain; sering terbangun karena kerusakan
transport oksigen, angina, arteriosklerosis, gangguan pernapasan, gangguan
sirkulasi karena kerusakan eliminasi usus dan urine, diare, konstipasi, retensi
urine, disuria, nyeri, dan ansietas.
Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan

ketenangan. Tidur merupakan suatu keadaan suatu individu yang relatif tenang
disertai peningkatan ambang rangsangan yang tinggi terhadap stimulus dari luar.
Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti dengan keadaan terjaga (bangun), dan
mudah dibangunkan, namun pendapat lain menyebutkan bahwa tidur merupakan
suatu keadaan istirahat yang terjadi didalam waktu tertentu, berkurangnya
kesadaran membantu memperbaiki sistem tubuh dan memulihkan energy (Alimul,
2006).
Identifikasi dan penanganan gangguan istirahat tidur pasien adalah tujuan
penting bagi perawat. Perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor
yang mempengaruhi tidur dan kebiasaan tidur pasien untuk membantu pasien

Universitas Sumatera Utara

4

mendapatkan kebutuhan tidur dan istirahat (Potter & Perry, 2006). Tanpa istirahat
dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan dan
berpartisipasi dalam aktivitas harian atau keperawatan akan menurun dan
meningkatkan iritabilitas. Disamping itu jika seseorang memperoleh tidur yang
cukup, maka akan terjadi pemulihan tenaga. Beberapa ahli tidur yakin bahwa

perasaan tenaga yang pulih dengan kualitas tidur yang baik akan memberikan
waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh (Alimul, 2006)
Penelitian yang dilakukan oleh Melanie (2014) pada pasien CHF yang
dirawat di ruang intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat diambil
kesimpulan bahwa sebanyak 63,3% tergolong kriteria NYHA kelas III, dengan
rentang umur berkisar antara 33-87 tahun dan sebanyak 57% adalah laki-lak, dan
sebanyak 45 % bermasalah dengan tidurnya.
Hasil penelitian Fachrunnisa (2015) yang juga melakukan penelitian pada
pasien CHF yang dirawat di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dapat disimpulkan
dari 32 responden didapatkan 20 (62,5%) mengalami kualitas tidur tidak baik, dan
sebesar 18 (49,6%) dari kualitas tidur yang tidak baik ini berhubungan dengan
pernapasan (Paroxysmal Nocturnal Dyspnea).
Hofhuis et al (2008) menambahkan bahwa penyebab masalah tidur pada
pasien adalah suara bising sebesar (45%), perasaan takut sebesar (25%) dan nyeri
(19%).

Selain itu pasien CHF juga mengalami kecemasan dan mempunyai

kualitas tidur buruk (Fitriani, 2015).


Universitas Sumatera Utara

5

Pada fenomena masalah yang terjadi, maka penting dilakukan penilitian
tentang pola tidur dan gangguan tidur pada pasien gagal jantung kongestif atau
Congestive Heart Failure (CHF) di RSUP H.ADAM MALIK Medan.
2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan ataupun masalah yang

dapat dirumuskan adalah

bagaimanakah pola tidur dan gangguan tidur pada

pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan ?
3.

Pertanyaan Penelitian

3.1 Bagaimana gambaran pola tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP
H. Adam malik Medan
3.2 Bagaimana gambaran gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di
RSUP H. Adam malik Medan

4.

Tujuan Penelitian
4.1 Mengetahui gambaran pola tidur pasien gagal jantung kongestif di RSUP
H. Adam Malik Medan
4.2 Mengetahui gambaran gangguan tidur pasien gagal jantung kongestif di
RSUP H. Adam Malik Medan

5.

Manfaat penelitian
5.1 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi mahasiswa
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan fisiologis tidur pada pasien
gagal jantung kongestif, sehingga mahasiswa mampu untuk memenuhi

kebutuhan tidur pada saat praktek di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

6

5.2 Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada perawat yang ada dirumah
sakit, khususnya RSUP H.Adam Malik Medan agar dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam memberikan intervensi keperawatan untuk
memberikan

dukungan

psikologis,

memenuhi

dan


memfasilitasi

kebutuhan fisiologis tidur pasien selama dirawat dirumah sakit dan
mampu melakukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas
tidur pasien.

5.3 Penelitian Keperawatan
Menerapkan Ilmu Metodologi Penelitian yang telah didapat dibangku
perkuliahan pada kenyataan sesungguhnya. Memperoleh pengetahuan
tentang pola tidur dan gangguan tidur pasien gagal jantung kongesif di
RSUP H.Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara