Gambaran Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

GAMBARAN KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL JANTUNG DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh Ridla Hanum

121121018

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ridla Hanum

NIM : 121121018

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Gambaran kualitas tidur pasien gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadhirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelasikan proposal ini dalam waktu yang telah direncanakan dengan judul : “Gambaran Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP H. Adam Malik Medan”

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rosina Tarigan S.Kp, M.kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan selama pembuatan proposal ini, sehingga proposal penelitian ini dapat selesai dengan baik. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr . Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Penguji I

5. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep., Ns. M.Kep, selaku penguji II

6. Pihak RSUP.H.Adam Malik Medan dan Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

7. Teristimewa orang tua penulis Ayahanda Drs. Badrun dan Ibunda Masnani yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis.

Dengan segala keterbatasan dan kerendahan hati penulis berharap masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita terutama bagi pendidikan keperawatan, pelayanan kesehatan, dan penelitian keperawatan.

Medan, Februari 2014


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 7

3. Tujuan Penelitian ... 7

4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II Tinjauan Pustaka ... 9

1. Gagal Jantung ... 9

2. Tidur ... 14

3. Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung ... 23

BAB III Kerangka Penelitian ... 28

1. Kerangka Konseptual ... 28

2. Definisi Operasional... 29

BAB IV Metodologi Penelitian ... 30

1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel ... 30

2.1. Populasi ... 30

2.2. Sampel ... 31


(6)

4. Pertimbangan Etik ... 32

5. Instrumen Penelitian... 33

5.1. Kuesioner Data Demografi ... 33

5.2. Kuesioner Kualitas Tidur... 34

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

6.1. Uji Validitas ... 35

6.2. Uji Reliabilitas ... 36

7. Pengumpulan Data ... 37

8. Pengolahan dan Analisa Data... 38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

1.Hasil Penelitian ... 40

1.1. Data Karakteristik Demografi ... 40

1.2.Data Kualitas Tidur ... 42

1.3.Kualitas tidur berdasarkan parameter tidur ... 43

2.Pembahasan ... 46

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 54

1.Kesimpulan ... 54

2.Rekomendasi ... 55 Daftar Pustaka

Lampiran

Lampiran 1 : Inform Consent Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian Lampiran 3 : Surat Izin Survei Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Lampiran 5 : Surat Komite Etik Lampiran 6 : Curikulum vitae


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Jantung ... 14 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 29 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden

berdasarkan Karakteristik ... 41 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden

Berdasarkan Kualitas Tidur... 42 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase kualitas tidur Responden Berdasarkan parameter Tidur ... 45


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Tahap-Tahap Siklus Tidur Orang dewasa……… 19 Skema 3.1 Kerangka Penelitian……… . 28


(9)

Judul : Gambaran kualitas tidur pasien gagal jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Ridla Hanum

NIM : 121121018

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kualitas Tidur adalah suatu keadaan dimana individu mampu mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur REM dan NREM. Pada pasien Gagal Jantung Terjadi edema pulmonal dapat menurunkan elastisitas paru dan meningkatkan kerja pernafasan sehingga pasien dengan Gagal Jantung mengalami dyspnoe, Orthopnoe/NPD (Dipsnoe Noktural Paroksimal) yang akan terasa enak dalam posisi duduk, dan batuk. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan tidur dengan kesulitan masuk dalam tahap tidur dan kesulitan mempertahankan tidur. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Kurang tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif, bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur pasien Gagal Jantung di RSUP. H. Adam Malik Medan. Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling sesuai dengan kriteria penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Oktober-14 November 2013. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki total jam tidur <5 jam (46,9%), membutuhkan waktu untuk tertidur >30 menit (57,2%), frekuensi terbangun tiga kali atau lebih (65,3%), tidur tidak nyenyak (40,8%), tidak puas terhadap tidur (36,7%), tidak merasa segar bangun pagi (52,0%), merasa lelah dan mengantuk pada siang hari (44,9%). Mayoritas kualitas tidur pasien gagal jantung buruk (98,0%). Disarankan kepada perawat untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas tidur pasien Gagal Jantung selama di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan Kualitas Hidupnya.


(10)

Title : The Overview of Sleep Quality of Heart Failure Patients in Central General Hospital of H. Adam Malik

Name of Student : Ridla Hanum Student Number : 121121018

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Sleep Quality is a condition in which individuals are able to maintain sleep and get needs REM sleep and NREM. In patients with Heart Failure can occur ederma decrease pulmonary lung elasticity and increase respiratory work so that patients with heart failure have dyspnoe, Orthopnoe / NPD (Dipsnoe Noktural Paroksimal) that would feel good in a sitting position and coughing. This can lead to sleep disorder with difficulty entering the stage of sleep and difficulty maintaining sleep. Inadequate sleep and poor quality sleep can lead to impaired balance physiology and psychology. Lack of sleep for long periods can lead to other diseases or worsen existing disease. The research used descriptive design and aims at identifying the quality of sleep of Heart Failure Patients in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan.

Keywords: Sleep Quality, Heart Failure

The samples in this study used purposive sampling technique according to the study criteria with 49 people as the sample.This study was conducted on 14 October-14 November 2013. The results showed the majority of respondents have a total hours of sleep for 5 hours (46.0%), takes time to fall asleep> 30 minutes (57.2%), frequency of waking up three times or more (65.3%), sleep soundly (40.8%), dissatisfaction with sleep (36.7%), wake up feeling unrefreshed in the morning (52.0%), feeling tired and sleepy during the day (44.9%). The majority of heart failure patients have poor sleep quality (98.0%). It is suggested to the nurse to facilitate and improve the quality of sleep of Heart Failure Patients hospitalized to improve their quality of life.


(11)

Judul : Gambaran kualitas tidur pasien gagal jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Ridla Hanum

NIM : 121121018

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Kualitas Tidur adalah suatu keadaan dimana individu mampu mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur REM dan NREM. Pada pasien Gagal Jantung Terjadi edema pulmonal dapat menurunkan elastisitas paru dan meningkatkan kerja pernafasan sehingga pasien dengan Gagal Jantung mengalami dyspnoe, Orthopnoe/NPD (Dipsnoe Noktural Paroksimal) yang akan terasa enak dalam posisi duduk, dan batuk. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan tidur dengan kesulitan masuk dalam tahap tidur dan kesulitan mempertahankan tidur. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Kurang tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif, bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur pasien Gagal Jantung di RSUP. H. Adam Malik Medan. Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling sesuai dengan kriteria penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 Oktober-14 November 2013. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki total jam tidur <5 jam (46,9%), membutuhkan waktu untuk tertidur >30 menit (57,2%), frekuensi terbangun tiga kali atau lebih (65,3%), tidur tidak nyenyak (40,8%), tidak puas terhadap tidur (36,7%), tidak merasa segar bangun pagi (52,0%), merasa lelah dan mengantuk pada siang hari (44,9%). Mayoritas kualitas tidur pasien gagal jantung buruk (98,0%). Disarankan kepada perawat untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas tidur pasien Gagal Jantung selama di rawat di rumah sakit untuk meningkatkan Kualitas Hidupnya.


(12)

Title : The Overview of Sleep Quality of Heart Failure Patients in Central General Hospital of H. Adam Malik

Name of Student : Ridla Hanum Student Number : 121121018

Program : Bachelor of Nursing

Year : 2014

ABSTRACT

Sleep Quality is a condition in which individuals are able to maintain sleep and get needs REM sleep and NREM. In patients with Heart Failure can occur ederma decrease pulmonary lung elasticity and increase respiratory work so that patients with heart failure have dyspnoe, Orthopnoe / NPD (Dipsnoe Noktural Paroksimal) that would feel good in a sitting position and coughing. This can lead to sleep disorder with difficulty entering the stage of sleep and difficulty maintaining sleep. Inadequate sleep and poor quality sleep can lead to impaired balance physiology and psychology. Lack of sleep for long periods can lead to other diseases or worsen existing disease. The research used descriptive design and aims at identifying the quality of sleep of Heart Failure Patients in Central General Hospital of H. Adam Malik Medan.

Keywords: Sleep Quality, Heart Failure

The samples in this study used purposive sampling technique according to the study criteria with 49 people as the sample.This study was conducted on 14 October-14 November 2013. The results showed the majority of respondents have a total hours of sleep for 5 hours (46.0%), takes time to fall asleep> 30 minutes (57.2%), frequency of waking up three times or more (65.3%), sleep soundly (40.8%), dissatisfaction with sleep (36.7%), wake up feeling unrefreshed in the morning (52.0%), feeling tired and sleepy during the day (44.9%). The majority of heart failure patients have poor sleep quality (98.0%). It is suggested to the nurse to facilitate and improve the quality of sleep of Heart Failure Patients hospitalized to improve their quality of life.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan oleh berbagai kondisi Kardiovaskuler termasuk didalamnya Hipertensi kronis, Penyakit Jantung Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan Kardiovaskuler merupakan gangguan kesehatan yang menunjukkan trend semakin meningkat. Bahkan di banyak Negara Penyakit Kardiovaskuler sudah menjadi salah satu penyebab kematian utama pada orang dewasa (Sargowo, 2003).

Data yang diperoleh dari WHO (2012) menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat 57 juta kematian oleh semua jenis penyakit dan 36 juta atau sekitar 63 % di antaranya disebabkan oleh Non Comunicable Disease (NCD). Dan 17 juta atau sekitar 48 % dari total kematian disebabkan oleh penyakit Kardiovaskular. Prevalensi Gagal Jantung di Amerika pada tahun 2008 yaitu sekitar 5,7 juta untuk semua tingkat usia. Selanjutnya terjadi peningkatan menjadi 6,6 juta jiwa pasien menderita Gagal Jantung pada tahun 2010 dan diperkirakan akan bertambah sebanyak 3,3 juta jiwa pada tahun 2030 atau sekitar 2,3 % dari tahun 2010. Data pasien yang mengalami hospitalisasi terdapat sebanyak 1.094.000 pasien dan melalui data ini diperoleh data kejadian rehospitalisasi hampir sekitar 50% dari total pasien


(14)

Gagal Jantung yang pernah menjalani hospitalisasi sebelumnya (AHA, 2012).

Dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2007 yaitu terdapat 7,2% penduduk Indonesia menderita Penyakit Jantung. Sedangkan angka mortalitasnya sebanyak 31,9% disebabkan oleh Penyakit Kardioserebrovaskular yaitu Penyakit Jantung, Stroke, dan Pembuluh darah perifer (Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007).

Gagal Jantung menyebabkan perubahan pengaturan neurohormonal. Sindrom Klinis Gagal Jantung biasanya diikuti dengan intoleransi aktivitas, retensi cairan dan upaya untuk bernafas normal. Umumnya terjadi pada Penyakit Jantung Stadium Akhir setelah Miokard dan sirkulasi perifer mengalami kelelahan akibat berkurangnya cadangan oksigen dan nutrisi serta akibat mekanisme kompensasi (Crawford, 2009).

Pasien dengan Gagal Jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat pembuangan hasil sisa metabolisme. Juga terjadi akibat peningkatan energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia terjadi akibat distres pernafasan dan batuk (Nurachmach, 2008). Menurut Ruhyanudin (2007), Terjadinya edema pulmonal dapat menurunkan elastisitas paru dan meningkatkan kerja pernafasan sehingga pasien dengan Gagal Jantung mengalami dyspnoe, Orthopnoe/NPD (Dipsnoe Noktural Paroksimal) yang akan terasa enak


(15)

dalam posisi duduk, dan batuk. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan tidur dengan kesulitan masuk dalam tahap tidur dan kesulitan mempertahankan tidur. Pada NPD pasien Gagal Jantung sering terbangun tengah malam diiringi batuk-batuk (Hasan, 2001). Menurut Hayes dkk (2008). Gagal Jantung sering mengakibatkan kelelahan, nocturia, batuk, ortopneu dan PND. Ini semua dapat menyebabkan gangguan tidur dan Insomnia.

Insomnia merupakan Prevalensi paling tinggi pada pasien dengan Penyakit Kronik termasuk Gagal Jantung (Hayes dkk, 2008). Sedangkan Menurut Redeker dkk (2012) nocturia umumnya terjadi pada pasien Gagal Jantung dan sering dilaporkan sebagai penyebab dari buruknya kualitas tidur. Sekitar 75% terjadi peningkatan dari resiko Insomnia dan 71% terjadi peningkatan resiko kualitas tidur yang buruk pada laki-laki dan perempuan pada usia 55-84 tahun.

Pada pasien Gagal Jantung gangguan pernafasan saat tidur adalah gangguan yang dijumpai secara umum terdiri dari Apnea saat tidur, Pernapasan cheyne- stokes dengan Apnea pada saat pusat tidur dan Sleep Apnea Obstruksi (OSA). Beberapa macam gangguan pernafasan tersebut dapat menyebabkan prognosis yang buruk dan menimbulkan kematian. Tetapi menurut penilitian lanfranchi dkk (2003), bahwa gangguan pernapasan saat tidur khususnya Apnea pada saat pusat tidur merupakan Prevalensi tertinggi pada Pasien Gagal Jantung dengan disfungsi ventrikel kiri yang asimtomatik. Dengan menggunakan polisomnografi, peneliti dapat membuktikan secara objektif bahwa gangguan tidur tersebut dapat


(16)

mempengaruhi kualitas tidur Pasien Gagal Jantung ( Brostrom, Stromberg, Dahlstrom & Fridlund, 2004).

Menurut Gray dkk, (2005). Dispnu Jantung akan memburuk dalam posisi berbaring telentang dan dapat membangunkan tidur pasien pada malam hari disertai keringat dan ansietas, dispnu noktural paroksisimal akan berkurang jika duduk tegak atau berdiri. Menurut Wilkinson (2005), pada Pasien Gagal Jantung dijumpai gangguan pada pola tidur, yang dapat disebabkan oleh nocturia, cemas, dan kesulitan mengatur posisi tidur karena Noctunal Dipsnue. Gangguan tidur akan berpengaruh pada kualitas hidup seseorang. Sakit kepala di pagi hari, selalu merasa lelah, penurunan konsentrasi dan daya ingat, penurunan libido dan emosi yang temperamental merupakan sekumpulan gejala yang merujuk pada Excerssive Daytime Sleepiness (Hanun, 2011)

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto &Warthonah, 2004). Fungsi tidur berdampak pada fisiologis tubuh yaitu sistem saraf pusat dan struktur tubuh. Selain itu tidur juga dapat memperbaiki aktivitas tubuh untuk kembali normal dan menyeimbangkan sistem saraf. Tidur juga perlu untuk sintesis protein yang mana dibutuhkan untuk perbaikan sel yang rusak (Kozier, et.,al. 2004). Tidur dipercayai mengkontribusi pemulihan fisiologi dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988 ), dan juga untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia


(17)

(Maas, 2002 didalam Potter & Perry, 2005). Laju denyut Jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika kondisi individu berada pada kondisi fisik yang kurang sempurna. Akan tetapi pada saat tidur laju Jantung menurun hingga 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa denyut jantung 10 sampai 20 kali menurun pada saat tidur setiap menit. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi Jantung (Potter & Perry, 2005).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur REM dan NREM ( Kozier,at.,al. 2004). Menurut Buysse et al., (1989) Kualitas tidur meliputi penilaian kualitas tidur secara subjektif, latency tidur, lama waktu tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat-obatan dan disfungsi siang hari. Menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis.

Kualitas tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif ( Craven & Hirnle, 2000). Data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi dengan persepsi penderita Gagal Jantung tentang parameter tidurnya. Sedangkan Data objektif dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostik (Tarwoto & Wartonah, 2003).


(18)

Heo, Moser, Lenni, Riegel, & Chung, (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 90% Pasien Gagal Jantung mengalami gejala fisik seperti sesak nafas dan kelelahan. Dalam sebuah penelitian Brostrom et.,al. (2001) mengatakan, bahwa Pasien Gagal Jantung memiliki persepsi bahwa kualitas tidur mereka dipengaruhi oleh aktivitas sehari – hari, penyakit, dan gejala–gejala Gangguan Jantung lainnya. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Redeker.,dkk (2012), mengatakan bahwa 32,4% pasien Gagal Jantung mengalami Nocturia Berat. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erickson (2003) dengan 84 pasien Gagal Jantung yang dirawat di rumah sakit dilaporkan 56% memiliki masalah tidur dan 51% meloporkan kesulitan tidur dengan posisi supine, 44% gelisah ketika tidur, 40% memiliki kesulitan untuk masuk ke tahap tidur dan 39% melaporkan bangun lebih cepat di pagi hari.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti dijumpai 1280 Pasien Gagal Jantung yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012. Sedangkan untuk pasien Gagal Jantung yang dirawat di Unit Kardiovaskular 8 bulan terakhir dijumpai sebanyak 780 orang. Untuk di Rumah Sakit Adam Malik sendiri belum Pernah dilakukan penelitian Tentang Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP. H. Adam Malik Medan.


(19)

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah gambaran kualitas tidur pasien gagal jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan”?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kualitas tidur pasien gagal jantung di RSUP. H. Adam Malik Medan.

4. MANFAAT PENELITIAN 4.1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi mahasiswa keperawatan dalam memenuhi kebutuhan fisiologis tidur pada pasien Gagal Jantung, sehingga mahasiswa mampu untuk memenuhi kebutuhan tidur dan mengatasi masalah tidur pasien ketika praktek di rumah sakit.

4.2. Praktek Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan kepada perawat yang ada di rumah sakit, khususnya Rumah Sakit Adam Malik Medan agar dijadikan sebagai bahan Pertimbangan dalam memberikan intervensi keperawatan untuk memenuhi dan memfasilitasi kebutuhan fisiologis tidur pasien selama dirawat dirumah sakit dan mampu melakukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas tidur.


(20)

4.3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat dijadikan Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya tentang kualitas tidur pasien gagal jantung dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. GAGAL JANTUNG

1.1. Definisi Gagal Jantung

Gagal Jantung didefenisikan sebagai ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Sering disebut juga dengan Congestive Heart Failure (CHF) karena umumnya pasien mengalami kongesti pulmonal dan perifer (Smeltzer et al., 2010).

Menurut Crawford (2009) gagal Jantung adalah sindrom klinis yang kompleks yang dikarakteristikkan sebagai disfungsi ventrikel kanan, ventrikel kiri atau keduanya, yang menyebabkan perubahan pengaturan neuruhormonal. Sindrom ini biasanya diikuti dengan intoleransi aktivitas, retensi cairan dan upaya untuk bernafas normal. Umumnya terjadi pada penyakit jantung stadium akhir setelah miokard dan sirkulasi perifer mengalami kekurangan cadangan oksigen dan nutrisi serta sebagai akibat mekanisme kompensasi.

1.2. Etiologi Gagal Jantung

Gagal Jantung disebabkan oleh disfungsi miokardial dimana jantung tidak mampu untuk mensuplai darah yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan metabolik jaringan perifer dan organ tubuh lainnya. Gangguan fungsi miokard terjadi akibat dari miokard infark acut


(22)

(MCI), Prolonged Cardiovaskular Stress (hipertensi dan penyakit katup), toksin (ketergantungan alkohol) atau infeksi (Crawford,2009).

Menurut Lilly, 2011; Black & Hawks, 2009 didalam Yuliana, 2012. Penyebab Gagal jantung dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang terdiri dari: (1) kerusakan kontraktilitas ventrikel, (2) peningkatan afterload, dan (3) kerusakan relaksasi dan pengisian ventrikel (kerusakan pengisian diastolik). Kerusakan kontraktilitas dapat disebabkan coronary arteri disease (miokard infark dan miokard iskemia), chronic volume overload (mitral dan aortic regurgitasi) dan cardiomyopathies. Peningkatan afterload terjadi karena stenosis aorta, mitral regurgitasi, hipervolemia, defek septum ventrikel, defek septum atrium, paten duktus arteriosus dan tidak terkontrolnya hipertensi berat. Sedangkan kerusakan pengisian diastolik pada ventrikel disebabkan karena hipertrofi ventrikel kiri, restrictive cardiomyopathy, fibrosi miokard, transient myocardial ischemia, dan kontriksi perikardial.

Etiologi Gagal Jantung menurut Brunner & Suddarth, (2002) adalah kelainan otot jantung yang dapat menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.


(23)

1.3. Patofisiologi Gagal Jantung

Patofisiologi Gagal Jantung diuraikan berdasarkan tipe Gagal Jantung yang dibedakan atas Gagal Jantung Akut dan Kronik, Gagal Jantung kiri dan kanan, Gagal Jantung dengan output yang tinggi dan output yang rendah, Gagal Jantung dengan kemunduran dan kemajuan, serta Gagal Jantung sistolik dan diastolik (Crowford, 2009 didalam Yuliana 2012).

Gagal Jantung Akut adalah timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama bebarapa hari atau beberapa jam. Gagal Jantung kronik adalah perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai bebarapa tahun. Jika penyebab atau gejala gagal jantung akut tidak reversibel, maka gagal jantung menjadi kronis (Hudak & Gallo, 2011).

Gagal Jantung kiri adalah kegagalan ventrikel kiri untuk mengisi atau mengosongkan dengar benar. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ventrikel dan kongesti pada sistem vaskular paru. Gagal Jantung kiri dapat lebih lanjut dklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diatolik. Disfungsi sistolik didefinisikan sebagai fraksi ejeksi kurang dari 40% dan disebabkan oleh penurunan kontraktilitas. Ventrikel tidak dikosongkan secara adekuat karena pemompaan yang buruk, dan hasil akhirnya adalah penurunan curah jantung. Sedangkan disfungsi diastolik sering disebut dengan Gagal Jantung dengan fungsi ventrikel kiri yang dipertahankan. Pemompaan normal atau bahkan meningkat, dengan fraksi


(24)

ejeksi kadang-kadang setinggi 80%. Disfungsi diastolik disebabkan oleh gangguan relaksasi dan pengisian (Hudak & Gallo, 2011).

Gagal Jantung kanan adalah kegagalan ventrikel kanan untuk memompa secara adekuat (Hudak & Gallo, 2011). Kegagalan jantung kanan sering kali mengikuti kegagalan jantung kiri tetapi bisa juga disebabkan oleh karena gangguan lain seperti atrial septal defek cor pulmonal (Lilly, 2011 didalam Crawford, 2009). Pada kondisi kegagalan jantung kanan terjadi afterload yang berlebihan pada ventrikel kanan karena peningkatan tekanan vaskular pulmonal sebagai akibat dari disfungsi ventrikel kiri. Ketika ventrikel kanan mengalami kegagalan, peningkatan tekanan diastolik akan berbalik arah ke atrium kanan yang kemudian menyebabkan terjadinya kongesti vena sistemik (Lilly, 2011).

Pada beberapa kasus gagal jantung ditemukan kondisi penurunan output. Dan sebaliknya peninggian output pada gagal jantung sangat jarang terjadi, biasanya dihubungkan dengan kondisi hiperkinetik sistem sirkulasi yang terjadi karena meningkatnya kebutuhan jantung yang disebabkan oleh kondisi lain seperti anemia atau tiroksikosis. Vasokontriksi dapat terjadi pada kondisi gagal jantung dengan penurunan output sedangkan pada gagal jantung dengan peningkatan output terjadi vasodilatasi. Pada tipe gagal jantung dengan kemunduran merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan dalam sistem pengosongan satu atau kedua ventrikel. ( Crawford, 2009).


(25)

1.4. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis yang ditemui pada pasien gagal jantung berdasarkan tipe gagal jantung itu sendiri, terdiri dari: (Lilly, 2011; Ignatavisius & Workman, 2010 dalam Yuliana 2012).

Gagal Jantung kiri, dengan tanda dan gejala berupa:

a. Penurunan cardiac output: kelelahan, oliguri, angina, konfusi dan gelisah, takikardi dan palpitasi, pucat, nadi perifer melemah, akral dingin.

b. Kongesti pulmonal: batuk yang bertambah buruk saat malam hari (paroxysmal noctural dyspnea), dispnea, krakels, takipnea dan orthopnea.

Gagal Jantung kanan, manifestasi klinisnya adalah kongesti sistemik yaitu berupa: distensi vena jugularis, pembesaran hati dan lien, anoreksia dan nausea, edema menetap, distensi abdomen, bengkak pada tangan dan jari, poliuri, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah karena kegagalan pompa jantung

Manifestasi klinis Gagal Jantung Menurut Hayes., dkk (2008). Yaitu: Demam, Hipertensi, Nocturia, Dypsnea, Paroxysmal atau dypsnea noctural, Batuk, Orthopnea, Hypoxemia, Pernafasan Cheyne-Stokes, Anorexia, Mual, Kelelahan, Kelemahan, Cemas, Bingung, Sakit kepala dan Insomnia.


(26)

1.5. Klasifikasi Gagal Jantung

The New York Heart Association (NYHA) telah mengklasifikasikan batasan fungsional Gagal Jantung sebagai berikut:

Tabel 2.1: Klasifikasi Gagal Jantung Kelas Definisi

I

II

III

IV

Pasien dengan cardiac disease tetapi tidak menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas fisik. Pasien tidak mengalami fatique, palpitasi, dispnea dan nyeri dada saat aktivitas.

Pasien dengan cardiac disease yang menyebabkan gangguan aktivitas fisik ringan. Merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi merasa fatique, sesak, palpitasi dan nyeri dada jika melakukan aktivitas biasa misalnya saat berjalan cepat menaiki tangga. Keterbatasan aktivitas fisik sangat terasa pada pasien dengan cardiac disease. Nyaman beristirahat tetapi merasakan gejala walaupun hanya dengan aktivitas minimal.

Pasien dengan cardiac disease dimana aktivitas fisik sangat terbatas dan gejala dirasakan walaupun saat istirahat, bahkan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan aktivitas fisik apapun.

Sumber: Modifikasi dari Kabo & Karim, 2008; dalam Gray et.al.,2005. 2. TIDUR

2.1. Definisi Tidur

Tidur didefenisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya (Guyton & Hall, 1997). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Lilis & Taylor, 2001). Tidur dapat Mengatasi keadaan stress, cemas dan tekanan


(27)

dan tidur juga dapat membantu seseorang memperoleh energi untuk berkonsentrasi, pertahanan diri dan meningkatkan keinginan untuk beraktivitas sehari-hari (Kozier, 1991). Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk tidur. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

2.2. Fisiologi Tidur

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf periferal, endokrin, kardiovaskular, pernafasan dan muskular (Robinson, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur (Potter & Perry, 2005). Dua sistem dalam batang otak, Sistem Aktivasi Retikular (SAR) dan Regio Sinkronisasi Bulbar (BSR), diketahui bekerja sama untuk mengontrol siklus alami dari tidur. Formasi retikular ditemukan didalam batang otak yang akan menyampaikan keatas melalui medulla, pons, otak tengah, dan kedalam hipotalamus (Taylor, Lilis & Lemone, 2001).


(28)

Keadaan terjaga atau terbangun sangat dipengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending Reticulary Activiy System). Bila aktivitas ARAS ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktivitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas Neurotransmitter seperti seperti serotoninergik, noradrenergik, kholonergik dan histaminnergik (Japardi, 2001).

Siklus tidur-bangun mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respons prilaku. Jika siklus tidur-bangun seseorang terganggu, maka fungsi fisiologis tubuh yang lain juga dapat terganggu atau berubah. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang normal dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Potter & Perry, 2005).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur Raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Zat agonis serotonin berguna untuk menekan tidur dan antagonis serotonin meningkatkan tidur gelombang-lambat pada manusia. Seseorang tetap tertidur atau terbangun tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi, reseptor sensori perifer dan sistem limbik. Ketika seseorang mencoba untuk tidur mereka akan menutup mata dan berada pada posisi relaks. Jika stimulus ke SAR menurun maka aktivasi SAR juga akan menurun. Pada beberapa bagian lain, BSR mengambil alih dan menyebabkan seseorang tidur (Ganong, 2008).


(29)

2.3. Tahapan Tidur

Tidur yang normal melibatkan dua fase: pergerakan mata yang tidak cepat (tidur NonRapid Eye Movement: NREM) dan pergerakan mata yang cepat (tahapan tidur Rapid Eye Movement: REM). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam. Tiap siklus tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM.

Tahap NREM yaitu: Tahap 1 : NREM

Tahap ini merupakan tingkat paling dangkal dari tidur, tahap berakhir beberapa menit,pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme. Seseorang lebih mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara dan ketika terbangun seseorang merasa seperti telah melamun.

Tahap 2 : NREM

Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara, kemajuan relaksasi, untuk terbangun masih relatif mudah, tahap berakhir 10 hingga 20 menit dan kelanjutan fungsi tubuh menjadi lambat.

Tahap 3 : NREM

Tahap 3 merupakan tahap awal tidur dalam, seorang yang tidur sulit di bangunkan dan jarang bergerak, otot-otot dalam keadaan santai penuh, tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur dan tahap berakhir 15 hingga 30 menit.


(30)

Tahap 4 : NREM

Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam, sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur, jika terjadi kurang tidur maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini, tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga, tahap berakhir kurang lebih 15-30 menit, tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi ( Potter & Perry, 2005).

Tahap REM, yaitu:

Tidur REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit. Konsolidasi memori dan pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini. Faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau menganggu tahapan siklus tidur yang berbeda ( Potter & Perry, 2005).

Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain,tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur, hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah, terjadi tonus otot skelet penurunan, peningkatan sekresi lambung, sangat sulit sekali membangunkan orang tidur, durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit ( Potter & Perry, 2005).


(31)

Skema 2.1 Tahap-Tahap siklus tidur orang dewasa: Tahap Pratidur

NREM NREM NREM NREM

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4

Tidur REM

NREM

NREM Tahap 3

Tahap 2 2.4. Fungsi Tidur

Fungsi tidur berdampak pada fisiologis tubuh yaitu sistem saraf pusat dan struktur tubuh. Selain itu tidur juga dapat memperbaiki aktivitas tubuh untuk kembali normal dan menyeimbangkan sistem saraf. Tidur juga perlu untuk sintesis protein yang mana dibutuhkan untuk perbaikan sel yang rusak (Kozier, et.,al. 2004) Tidur dipercayai mengkontribusi pemulihan fisiologi dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988 ). Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika kondisi individu berada pada kondisi fisik yang kurang sempurna. Akan tetapi pada saat tidur laju jantung menurun hingga 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa denyut jantung 10 sampai 20 kali menurun pada saat


(32)

tidur setiap menit. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung (Potter & Perry, 2005).

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormone pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Horne, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth dan Fehm, 1988). Penelitian lain menunjukkan bahwa sintesis protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsum tulang, mukosa lambung, atau otak terjadi selama istirahat dan tidur (Oswald, 1984). Tidur NREM menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang mengalami lebih banyak tidur tahap 4. Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin (Potter & Perry, 2005).

Dalam keadaan tidur maka tubuh akan menyimpan energi yaitu otot skeletal relaksasi maka energi tersebut dialihkan lebih untuk fungsi sel-sel tubuh yang penting, ditambah dengan terjadinya penurunan aktivitas saraf simpatis dan aktivitas saraf parasimpatis terkadang meningkat (Kozier,1991).


(33)

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur

Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kuantitas dan kualitas tidur ( Potter & Perry, 2005).

a. Factor fisiologis 1. Penyakit

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik (misalnya, kesulitan bernafas), atau masalah lain yang dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi tidak biasa. Nokturia atau berkemih pada malam hari, mengganggu tidur dan siklus tidur. Kondisi ini yang paling umum terjadi pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat. Setelah sesorang terbangun untuk berkemih menyebabkan sulit untuk tidur kembali (Potter & Perry, 2005)

2. Obat

Obat-obatan dapat mempengaruhi proses tidur, seperti: Hipnotik dapat menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari, bingung dan penurunan energi. Diuretik dapat menyebabkan Nokturia. Antidepresan dan Stimulan dapat menekan tidur REM dan Menurunkan total waktu tidur. Alkohol dapat mengganggu tidur REM dan membangunkan tidur pada malam hari. Kafein dapat mencegah untuk dapat tertidur. dan Penyekat Beta dapat menyebabkan terbangun dari tidur.


(34)

3. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya Tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur bahkan terkadang sulit untuk tidur (Azis, 2006).

a. Faktor Psikologis Stress Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang sulit untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry 2005).

b. Faktor lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur yang mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur rumah sakit seringkali lebih keras daripada dirumah. Jika seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri menyebabkan ia terjaga. Sebaliknya, tidur tanpa


(35)

ketenangan atau teman tidur yang mengorok juga mengganggu tidur (Potter & Perry, 2005).

3. KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL JANTUNG

Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari kemampuan individu dalam mempertahankan tidur dan mendapat kebutuhan tidur REM dan Non REM ( Kozier.,et.al. 2004). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur. Menurut Karota Bukit, 2003 Kualitas Tidur meliputi 7 Komponen yaitu total jam tidur malam, waktu memulai tidur, frekuensi terbangun pada malam hari, perasaan segar saat bangun pagi, kedalaman tidur, kepuasan tidur (kualitas tidur secara subjektif) dan perasaan lelah/Mengantuk pada siang hari. Menurut Buysse., dkk (1989) kualitas tidur meliputi kualitas tidur secara subjektif, tidur laten, lama waktu tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan medikasi sebelum tidur dan disfungsi siang hari.

Menurut Wartonah (2006), pada usia >60 tahun pola tidur normal yaitu kurang lebih 6 jam dan sering terbangun pada malam hari, pada usia dewasa pertengahan yaitu 40-60 tahun pola tidur normalnya kurang lebih 7 jam dan pada usia dewasa muda yaitu 18-40 tahun pola tidur normalnya adalah berkisar antara 7-9 jam. Menurut Potter & Perry (2005) Frekuensi terbangun tidur malam normal orang dewasa yaitu 1-2 kali. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tertidur normalnya yaitu antara 10-30 menit.

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah marah dan


(36)

gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Kualitas tidur dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan objektif ( Craven & Hirnle, 2000).

Data Subjektif merupakan kriteria yang sangat penting untuk menentukan kualitas tidur seseorang melalui pernyataan subjektif mengenai kualitas tidur yang dialaminya. Pernyataan subjektif ini sangat bervariasi pada individu. Contohnya, ada seseorang yang tidur selama 4 jam namun sudah merasa puas dengan tidurnya sementara yang lain memebutuhkan tidur selama 10 jam untuk merasa puas akan tidurnya (Potter & Perry, 2001). Data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi dengan persepsi Pasien Gagal Jantung tentang parameter tidur diantaranya adalah total jam tidur pada malam hari, lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur, frekuensi terbangun pada malam hari, perasaan segar pada saat bangun pagi, kedalaman tidur, kepuasaan tidur pada malam hari dan mengantuk pada siang hari. Data Objektif bisa didapatkan melalui pengkajian fisik penderita penyakit yaitu dengan mengobservasi lingkaran mata, adanya respon yang lamban, ketidakmampuan/kelemahan, penurunan konsentrasi. Selain itu, data objektif kualitas tidur penderita penyakit juga bisa dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu EEG, EMG, dan EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otot, dan


(37)

mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda (Sleep Research Society, 1993; dikutip dari (Potter & Perry, 2005).

Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda fisik dapat dilihat dari ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. Sedangkan Tanda psikologis meliputi Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

Menurut Briones dkk (1996), tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, koordinasi neuromukular buruk, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda vital. Sedangkan dampak psikologi meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi, dan koping tidak efektif. Kurang tidur selama periode yang lama dapat


(38)

menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada (Potter & Perry, 2005).

Pada pasien Gagal Jantung terjadi penurunan cardiac output, kongesti vaskular pulmonal dan kongesti vena sistemik sehingga akan mengalami berbagai tanda dan gejala (Ignatavisius & Workman, 2010). Bengkak dan ortopnoe, merupakan gejala yang timbul akibat abnormalitas keseimbangan cairan akibat dari Disfungsi Jantung. Sesak nafas dan kelelahan menjadi gejala utama dan yang paling sering dilaporkan oleh Pasien Gagal Jantung (Rector, 2005).

Dispnu merupakan gejala umum dari penyakit jantung, dispnu terjadi karena kongesti vena pulmonalis. Adanya tekanan pada atrium kiri akan menimbulkan tekanan vena pulmonalis. Yang normalnya berkisar 5 mmHg. Jika meningkat, vena pulmonalis akan teregang dan dinding bronkus terjepit dan mengalami edema, menyebabkan batuk iritatif non-produktif dan mengi (Gray,. Dkk, 2005).

Pasien dengan Gagal Jantung sering terjadi retensi cairan dan oedem sehingga terjadi akumulasi oedem pada jaringan lunak leher dan faring yang mempersempit saluran napas atas dan membuat lebih kolaps. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan pasien (Leung., dkk, 1999).

Terjadinya edema pulmonal dapat menurunkan elastisitas paru dan meningkatkan kerja pernafasan sehingga pasien dengan Gagal Jantung mengalami dyspnoe, Orthopnoe/NPD (Dipsnoe Noktural Paroksimal) yang akan terasa enak dalam posisi duduk, dan batuk. Hal ini dapat


(39)

mengakibatkan gangguan tidur dengan kesulitan masuk dalam tahap tidur dan kesulitan mempertahankan tidur (Ruhyanudin, 2007). Pada PND penderita Gagal Jantung sering terbangun tengah malam diiringi batuk-batuk (Hasan, 2001).

Menurut Gray dkk, (2005). Dispnu Jantung akan memburuk dalam posisi berbaring telentang dan dapat membangunkan tidur pasien pada malam hari disertai keringat dan ansietas, dispnu noktural paroksisimal dan akan berkurang jika duduk tegak atau berdiri. Menurut Wilkinson (2005), pada Pasien Gagal Jantung dijumpai gangguan pada pola tidur, yang dapat disebabkan oleh nocturia, cemas, dan kesulitan mengatur posisi tidur karena Noctunal Dipsnue. Tanda dan gejala lain yang dijumpai pada pasien Gagal Jantung yaitu kelelahan, kelemahan, bernafas dangkal,dan edema.


(40)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Gambaran Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP.H.Adam Malik Medan.

Skema 3.1. Kerangka Penelitian Gambaran Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP.H.Adam Malik Medan.

Kualitas Tidur

-Baik -Buruk


(41)

2. DEFINISI OPERASIONAL

Variabel dalam penelitian ini adalah Kualitas Tidur. Tabel 3.1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Kualitas

Tidur

Kualitas tidur yang di maksud adalah Pernyataan Pasien Gagal Jantung tentang apa yang pernah dialami dan dirasakan tentang tidurnya, Meliputi 7 Komponen yaitu: Total jam tidur malam , Waktu memulai tidur, Frekuensi terbangun malam, Perasaan segar saat bangun pagi, Kedalaman tidur, Kepuasan tidur dan Mengantuk pada siang hari.

Kuesioner yang di Adopsi dari Sleep Quality

Quesioner (SQQ), yang terdiri dari 7 pertanyaan dengan pilihan jawaban

berganda.

Skor 7-28. Jika:

Skor 25-28 = Baik

Skor 7-24= Buruk


(42)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

1. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian adalah rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat Gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo,2002). Tujuan dari penelitian Deskriptif ini adalah untuk Mengidentifikasi Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan.

2. POPULASI DAN SAMPEL 2.1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek yang memiliki karakteristik yang secara umum dapat diamati (Hermanto, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Gagal Jantung yang dirawat di unit Kardiovaskular RSUP.H. Adam Malik Medan. Populasi Dalam Penelitian ini adalah sebanyak 98 orang.


(43)

2.2. Sampel

Sampel adalah objek yang akan diteliti yang dianggap akan mewakili keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah bagian tertentu dari populai yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili polulasinya. Pengukuran sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin, dengan batas kesalahan yang ditolerir (e) adalah 10%.

= 49,4 n= 49 orang

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 49 orang Pasien Gagal Jantung. Dan Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling dengan jenis Purposive Sampling, Purposive Sampling adalah tehnik penentuan Sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007). Adapun Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah Pasien Gagal Jantung dengan lama hari rawat minimal 2 hari dan tidak sedang mendapatkan terapi obat-obatan yang dapat mempengaruhi proses tidur kecuali obat-obatan penurun gejala seperti Diuretik dan ACE Inhibitor.

3. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di unit kardiovaskular RSUP.H. Adam Malik Medan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena RSUP.H. Adam


(44)

rujukan dengan pelayanan dan fasilitas yang memadai sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan jumlah responden yang memadai dan sesuai dengan kriteria penelitian, Selain itu, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan RSUP.H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan pada 14 Oktober- 14 November 2013.

4. PERTIMBANGAN ETIK

Prinsip etika penelitian keperawatan adalah prinsip menghormati manusia, dimana manusia memiliki hak dan merupakan mahluk mulia yang harus dihormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan prinsip etika informed consent yaitu bentuk persetujuan antara peneliti dengan memberikan lembar persetujuan (Hidayat, 2007). Ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan yaitu hak kebebasan menjadi responden baik dari tekanan fisik maupun tekanan sosial. Peneliti tetap menghormati hak responden yang tidak mau jadi responden. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan memakai inisial nama serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari responden, dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti (Nursalam, 2003).


(45)

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan menyebutkan institusi asal peneliti kemudian responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, responden membaca serta memahami isi surat persetujuan tersebut dan dimohon menandatangani surat persetujuan terlebih dahulu sebagai bukti kesediaan menjadi responden, dalam hal ini responden terlibat dalam penelitian sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak lain. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tapi dengan memberikan kode pada masing-masing lembar tersebut.

5. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu: Kuesioner Data Demografi (KDD) dan Kuesioner Kualitas Tidur (KKT).

5.1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Kuesioner Data Demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi pasien meliputi nama (Inisial), umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.


(46)

5.2. Kuesioner Kualitas Tidur (KKT)

Kuesioner Kualitas Tidur pada penelitian ini diadopsi dari Sleep Quality Quesioners (SQQ) Karota Bukit, 2003. Sleep Quality Quesioners (SQQ) ini dimodifikasi dari The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysse, et al.,1988) dan St.Mary’s Hospital (SMH) Sleep Quesioner (Ellis et al., 1981),. PSQI terdiri dari 7 komponen dengan 16 pernyataan, dimodifikasi 3 komponen untuk kuesioner kualitas tidur yaitu komponen 2 tidur laten (waktu yang dibutuhkan untuk tertidur pada malam hari), komponen 3 total jam tidur dan komponen 7 mengantuk siang hari. Sedangkan St.Mary’s Hospital (SMH) Sleep Quesioner terdiri dari 14 pernyataan dan dimodifikasi 4 pernyataan untuk kuesioner kualitas tidur yaitu Frekuensi terbangun malam, Perasaan segar bangun pagi, Kedalaman tidur, dan Kepuasan tidur.

Sleep Quality Quesioners (SQQ) ini terdiri dari 7 komponen yaitu Total jam tidur malam hari , Waktu untuk memulai tidur, Frekuensi terbangun malam, Perasaan segar bangun pagi, Kedalaman tidur, Kepuasan tidur dan Perasaan lelah/Mengantuk di siang hari.

Kuesioner Kualitas Tidur ini terdiri dari 7 pertanyaan tertutup dengan jawaban pilihan berganda (Skala bertingkat) dengan skor penilaiannya 1-4 untuk pertanyaan 1-7. Dimana skor 1 untuk pilihan jawaban a, skor 2 untuk jawaban b, skor 3 untuk jawaban c, dan skor 4 untuk jawaban d. 7 pertanyaan tersebut meliputi: Total jam tidur malam (Pertanyaan nomor 1), waktu memulai tidur (Pertanyaan nomor 2),


(47)

Frekuensi terbangun malam (Pertanyaan nomor 3), Perasaan Segar saat bangun pagi (Pertanyaan nomor 4), Kedalaman Tidur (Pertanyaan nomor 5), Kepuasan tidur/Kualitas tidur secara subjektif (Pertanyaan nomor 6), dan Perasaan Lelah dan mengantuk pada siang hari (Pertanyaan nomor 7).

Dari 7 pertanyaan tersebut, skor dari setiap pertanyaan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor dengan range 7-28. Jika skor yang didapat ≥25 maka kualitas tidur responden adalah baik dan jika skor yang didapat <25 maka kualitas tidur buruk.

6. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS 6.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen , instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi dan sebaliknya, instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Sedangkan Menurut Hungler,et.,al (2001) valid artinya sejauh mana instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur, akurat dan tepat.

Alat pengumpulan data atau instrument yang dapat diterima sesuai standar adalah insrument yang telah melalui uji validitas (Hidayat , 2009). Uji validitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu content validity (uji validitas isi) dan construct validity/ validitas konstruk ( Hungler,et.,al 2001). Uji validitas isi adalah suatu uji yang berkaitan dengan bahwa


(48)

subtansi yang akan diukur benar-benar mewakili konsep yang ada yang didasarkan pada landasan teori (Machfoedz, 2009).

Kuesioner Kualitas Tidur (KKT) yang digunakan pada penelitian ini diadopsi dari Sleep Qualiy Quesioner (SQQ) (Karota bukit,2003) yang telah divalidkan oleh ahlinya sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas kembali.

6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Priyo, 2007).

Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji reliabilitas internal konsisten yaitu menunjukkan pada sejauh mana semua item-item pada setiap instrument benar-benar mengukur suatu karakteristik (Hungler,et.,al 2001). Analisa data untuk uji reliabilitas menggunakan komputerisasi dengan uji analisa datanya adalah Cronbach’s Alpha dengan nilai reliabelnya 0.7 sampai 0.9. Uji Reliabilitas pada penelitian ini diujikan pada 10 responden Gagal Jantung yang dirawat di RSUD.Dr.Pirngadi Medan yang mempunyai Karakteristik yang sama dengan sampel. dan hasil dari uji reliabilitas Instrumen pada penelitian ini adalah Cronbach’s Alpha= 0.896.


(49)

7. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik pengisian kuesioner data demogrfi dan kuesioner kualitas tidur. Prosedur awal dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan USU. Kemudian Rekomendasi dari Fakultas Keperawatan USU diserahkan kepada RSUP.H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari pihak RSUP.H. Adam Malik, Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan kardiovaskular, setelah mendapat izin, peneliti mencatat responden yang akan diteliti dengan melihat buku rawatan untuk melihat lama hari rawat dan penggunaaan obat-obatan yang dikonsumsi oleh responden.

Selanjutnya Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner. Calon responden diminta untuk menandatangani informed consent apabila bersedia menjadi responden. Kemudian Responden didampingi keluarga diminta untuk mengisi kuesioner data demografi dan kualitas tidur yang telah diberikan oleh peneliti. Selama pengisian kuesioner, peneliti berdiri disamping responden untuk memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti bila ada pertanyaan yang sulit dipahami. Jika calon responden bersedia diteliti tetapi tidak mampu untuk membaca sendiri pertanyaan dalam kuesioner, maka pengumpulan data dibantu oleh keluarga dan peneliti dengan menanyakan kepada responden langsung


(50)

tentang kualitas tidur responden. Setelah peneliti mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan dan telah mengisi kuesioner penelitian Selanjutnya peneliti mengumpulkan seluruh data penelitian dan melakukan pengolahan dan analisa data untuk ditindaklanjuti.

8. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Setelah data terkumpul maka data diolah melalui komputerisasi dengan empat tahapan yaitu:

a. Editing yaitu, memeriksa kelengkapan data dan ketepatan data. Dilakukan dengan mengkoreksi data yang diperoleh meliputi pengisian, kelengkapan, dan kecocokan data yang dihasilkan.

b. Coding yaitu, memberi kode atau simbol tertentu untuk setiap jawaban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.

c. Processing yaitu, entry data ke dalam program komputer yaitu program Microsoft office excel dan SPSS (Statistical program for sosial science). d. Cleaning yaitu, data yang telah dientry dilakukan pembersihan terlebih

dahulu, agar seluruh data terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisis. Setelah semua pengolahan data selesai, data disimpan lalu siap untuk dianalisa.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif univariat yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian


(51)

(Hungler,et.,al 2001). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi Frekuensi dan Persentase.


(52)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai Kualitas Tidur pasien Gagal Jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan. yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 14 Oktober sampai 14 November 2013. Responden pada penelitian ini adalah pasien Gagal Jantung yang dirawat di unit Kardiovaskular RSUP.H.Adam Malik Medan dengan jumlah responden 49 orang, hasil penelitian ini berupa hasil analisis univariat dari variabel yang diteliti, Maka ditemukan Hasil Penelitian Sebagai berikut:

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, deskripsi karakteristik demografi pasien gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan didapat dari 49 responden. Mayoritas rata-rata umur responden 40-60 tahun sebanyak 25 responden (51,0%), berdasarkan jenis kelamin didapati mayoritas 30 responden (61,2%) laki-laki dan minoritas 19 responden (38,8%) kelamin perempuan. Untuk tingkat pendidikan mayoritas responden Berpendidikan SD dan SMA, yaitu sebanyak 17 responden (34,7%), dan bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 19 responden (38,8%).


(53)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Responden (n=49)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur 1. 18-40 Tahun 4 8,2

2. 40-60 Tahun 25 51,0

3. >60 Tahun 20 40,8 Jenis kelamin 1. Laki-laki 30 61,2 2. Perempuan 19 38,8

Pendidikan 1. Tidak sekolah 3 6,1 2. SD 17 34,7 3. SMP 5 10,2 4. SMA 17 34,7 5. PT 7 14,3

Pekerjaan 1. PNS 6 12,2 2. Wiraswasta 19 38,8

3. Tidak Bekerja/IRT 17 34,7 4. Petani 7 14,3


(54)

1.2. Kualitas Tidur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh Responden (98,0%) memiliki kualitas tidur buruk, dan hanya sedikit dari responden (2,0%) memiliki kualitas tidur yang baik. Hasil dari kualitas tidur buruk dapat dilihat dari jawaban responden berdasarkan parameter tidurnya, bahwa hampir setengah responden (46,9%) memiliki total jam tidur <5 jam, (57,2%) responden membutuhkan waktu tidur >30 menit, (65,3%) responden sering terbangun pada malam hari yaitu sebanyak >3 kali, dan (36,7%) responden mengatakan tidak puas terhadap tidurnya dan merasa tidak segar saat bangun tidur. Nilai skor minimum kualitas tidur adalah 8 dan nilai maximum kualitas tidur adalah 25, Dengan nilai rata-rata kualitas tidur (Mean=15,27). Distribusi kualitas tidur dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan (n=49)

Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%) Buruk (7-24) 48 98,0

Baik (25-28) 1 2,0 (Mean=15.27, SD=4.232, Max=25, Min=8)


(55)

1.3. Deskripsi Kualitas Tidur responden berdasarkan Parameter Tidur (n=49)

Tabel 5.3. menunjukkan hasil data kualitas tidur responden berdasarkan komponen kualitas tidur, maka didapati mayoritas responden (46,9% ) memiliki total jam tidur semalam <5 jam dengan nilai rata-rata total jam tidur (Mean=1,67), dan minoritas responden (2,0%) memiliki total jam tidur semalam >7 jam. Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk mulai tertidur, mayoritas responden (42,9%) membutuhkan waktu 31-60 menit untuk dapat memulai tidur, dengan nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk tertidur (Mean=2,43), dan hanya sebagian responden (14,3%) membutuhkan waktu <15 menit untuk dapat tertidur dimalam hari. Berdasarkan frekuensi terbangun pada malam hari, mayoritas responden (46,9%) terbangun 3-4 kali dalam semalam, dengan nilai rata-rata frekuensi terbangun malam (Mean=2,18), dan sebagian responden (32,7%) memiliki frekuensi terbangun malam 1-2 kali. Berdasarkan perasaan segar pada waktu bangun pagi, sebagian besar responden (36,7%) merasa tidak segar dan mengantuk saat bangun di pagi hari, dengan nilai rata-rata (Mean= 2,45) dan hanya sebagian kecil responden (14,3%) merasakan segar dan bersemangat saat bangun tidur di pagi hari. Berdasarkan kedalaman tidur mayoritas responden (40,8%) merasa tidurnya tidak nyenyak dan sebentar terbangun, dengan nilai rata-rata kedalaman tidur (Mean=1,88), dan minoritas responden (6,1%) merasa tidurnya nyenyak. Berdasarkan kepuasan tidur, mayoritas


(56)

responden (36,7%) tidak merasa puas dengan tidurnya, dengan nilai rata-rata kepuasaan tidur (Mean=2,10) dan minoritas responden (10,2%) merasa puas dengan tidurnya. Berdasarkan mengantuk pada siang hari, mayoritas responden (44,9%) merasa lelah dan mengantuk pada siang hari, dengan nilai rata-rata (Mean=2,51) dan minoritas responden (10,2%) merasa tidak mengantuk pada siang hari. Distribusi kualitas tidur berdasarkan parameter tidur dapat dilihat pada tabel 5.3.


(57)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase kualitas tidur Berdasarkan parameter tidur (n=49)

Parameter tidur Frekuensi Persentase %

Total jam tidur malam hari < 5 jam

5-6 jam >6-7 jam >7 jam

Waktu untuk memulai tidur >60 menit 31-60 menit 16-30 menit

<15 menit

Frekuensi terbangun malam >5 kali

3-4 kali 1-2 kali Tidak ada

Perasaan segar bangun pagi Sangat mengantuk Mengantuk

Sedikit mengantuk Segar dan Bersemangat Kedalaman Tidur

Sebentar terbangun Tidur dan terbangun Tidur tetapi tidak nyenyak Tidur sangat nyenyak Kepuasan tidur

Tidak puas Sedikit puas Sedang Sangat puas Mengantuk disiang hari Sangat mengantuk Sedang Sedikit mengantuk 23 20 5 1 7 21 14 7 9 23 16 1 8 18 16 7 20 18 8 3 18 13 13 5 7 15 22 5 46,9 40,8 10,2 2,0 14,3 42,9 28,6 14,3 18,4 46,9 32,7 2,0 16,3 38,7 32,7 14,3 40,8 36,7 16,3 6,1 36,7 26,5 26,5 10,2 14,3 30,6 44,9 10,2


(58)

2. Pembahasan

2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini berupa data demografi yaitu: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan diperoleh data bahwa dari 49 responden didapati bahwa mayoritas responden 51,0 % berumur 40-60 tahun dan minoritas responden 8,2% berumur 18-40 tahun. Semakin bertambah umur seseorang semakin sedikit total jam tidur yang dimiliki. Dapat dilihat dari hasil penelitian mayoritas responden berada pada dewasa madya dan seharusnya memiliki pola tidur normal 6-8 jam/ hari, sedangkan pada usia tua atau dewasa akhir tahap NREM IV menurun bahkan kadang-kadang tidak merasakan tahap NREM IV pada saat tidur. Menurut Wartonah, (2006) pola tidur normal pada dewasa akhir 6 jam/hari.

Mayoritas responden laki-laki yaitu sebanyak 61,2% dan minoritas 38,8% responden berjenis kelamin perempuan. Cemas dan stress emosional dapat mempengaruhi proses tidur dan kesulitan untuk mempertahankan tidur. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shintya L,A (2012) yang mengatakan bahwa, ada pengaruh jenis kelamin terhadap kualitas tidur dalam peningkatan kualitas hidup dari aspek spiritual. Sedangkan menurut Unsal & Demir (2012), perempuan memiliki kualitas tidur lebih buruk daripada laki-laki. Dan untuk tingkat pendidikan dan pekerjaan mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SD dan SMA


(59)

sebanyak 34,7% dan untuk pekerjaan yang paling banyak ditemui adalah responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 38,8%. Tamatan SD dan SMA biasanya dibutuhkan untuk pekerjaan yang mengutamakan ketahanan fisik/tehnik daripada tingkat keahliah pekerjaan/ konsep. Sehingga individu yang biasa bekerja lebih mudah untuk tertidur karena mengalami kelelahan otot setelah bekerja. Sedangkan responden selama dirawat dirumah sakit lebih banyak istirahat daripada beraktivitas, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan responden untuk dapat tidur, sehingga responden sulit untuk tertidur.

2.2. Kualitas Tidur

Dari Hasil penelitian tentang kualitas tidur didapat bahwa mayoritas responden memiliki kualitas tidur buruk yaitu sebanyak (98,0%) responden. Menurut penelitian yang dilakukan Heo dkk (2007), bahwa diperkirakan sekitar 90% Pasien Gagal Jantung mengalami gejala fisik seperti sesak nafas dan kelelahan bahwa. Sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur, adalah Faktor fisiologis, seperti: Penyakit fisik yang menyebabkan nyeri atau ketidaknyamanan fisik karena kesulitan bernafas dapat menyebabkan masalah tidur (Potter & Perry, 2005).

Responden pada penelitian ini adalah pasien yang memiliki diagnosa gagal jantung, dimana penyakit yang dialami responden sangat


(60)

responden menjadi buruk, selain factor lingkungan factor obat-obatan juga mempengaruhi kualitas tidur responden, hal ini dapat dilihat dari obat yang dikonsumsi responden, penggunaan obat diuretic dapat menyebabkan nokturia pada malam hari, berkemih pada malam hari dapat membangunkan tidur pasien sehingga sulit untuk mendapatkan tidur yang nyenyak. Sedangkan penggunaaan obat tidur dapat membantu mempercepat tidur responden. Menurut Nurachmach (2008), pasien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah akibat penurunan curah jantung dan menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan, sehingga mengalami kesulitan bernafas dan terjadi insomnia. Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, koordinasi neuromukular buruk, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun dan ketidakstabilan tanda vital. Sedangkan dampak psikologi meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi, dan koping tidak efektif (Briones dkk,1996). Sedangkan menurut Potter & Perry (2005), Kurang tidur selama periode yang lama dapat menyebabkan penyakit lain atau memperburuk penyakit yang ada. Selama tidur NREM fungsi biologis menurun dan bermanfaat untuk memelihara fungsi jantung, pada NREM tahap 4 tubuh melepaskan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel khususnya sel otak. Menurut Oswald (1984), selama istirahat dan tidur terjadi sintesis protein dan pembagian sel untuk


(61)

pembaharuan jaringan seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung dan otak.

Terapi non farmakologi yang dapat meningkatkan kualitas tidur yaitu dengan tehnik relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif dapat membuat tubuh dan pikiran terasa rileks dan tenang, dan lebih mudah untuk tertidur (Davis, 1995). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sitralita (2010), ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap peningkatan Kualitas Tidur.

Selanjutnya bila dianalisa dari pertanyaan responden, mayoritas responden 46,9% mempunyai total jam tidur < 5 jam. Dan hanya 10,2% responden yang memiliki total jam tidur > 6-7 jam. Pola tidur normal orang dewasa pertengahan (40-60 tahun) yaitu 7 jam/hari (Wartonah, 2006). Dilihat dari segi umur mayoritas responden 51,8% berumur 40-60 tahun. Responden Seharusnya memiliki total jam tidur 7 jam/hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wilkinson (2005), pada Pasien Gagal Jantung dijumpai gangguan pada pola tidur, yang dapat disebabkan oleh nocturia, cemas, dan kesulitan mengatur posisi tidur karena Noctunal Dipsnue.

Berdasarkan waktu untuk memulai tidur mayoritas responden membutuhkan waktu 31-60 menit untuk memulai tidur yaitu 42,9 %. Dan hanya 14,3 % responden yang membutuhkan waktu untuk memulai tidur <15 menit. 10-30 menit merupakan kisaran waktu normal yang dibutuhkan untuk dapat tertidur (Potter & Perry, 2005), Sedangkan hasil dari


(62)

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami kesulitan untuk memulai tidur yang seharusnya responden hanya membutuhkan kisaran waktu 10-30 menit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Brostrom dkk (2004) bahwa sebagian besar kesulitan tidur pada pasien gagal jantung terjadi pada saat memulai tidur dan mempertahankan tidur.

Berdasarkan frekuensi terbangun dimalam hari, mayoritas responden 46,9% terbangun 3-4 kali, sedangkan berdasarkan kedalaman tidur responden menunjukkan bahwa mayoritas responden 40,8 % mengatakan sebentar terbangun, normalnya frekuensi terbangun tidur dimalam hari pada orang dewasa yaitu 1-2 kali (Potter & Perry, 2005). Tetapi hasil penelitian yang dilakukan penunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki waktu terbangun yang lebih banyak dari yang seharusnya yaitu sebanyak 3-4 kali, hal ini dapat menghambat setiap tahapan tidur responden sehingga responden sulit untuk mendapatkan tidur REM dan tidak mendapatkan tidur yang optimal sehingga membuat kualitas tidur responden menjadi buruk.

Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur responden yaitu: Faktor Psikologis dan lingkungan, stress emosional juga menyebabkan seseorang sulit untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. dan lingkungan fisik tempat sesorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur yang mempengaruhi kualitas tidur


(63)

(Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Hasan (2001), bahwa NDP (Dipsnoe Noktural Paroksimal) pada pasien Gagal Jantung menyebabkan sering terbangun tengah malam diiringi batuk-batuk. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Redeker., dkk (2012), mengatakan bahwa 32,4% pasien Gagal Jantung mengalami Nocturia Berat, sehingga mengganggu pola tidur pasien gagal jantung. Berdasarkan kepuasan tidur, mayoritas responden 36,7% mengatakan kurang puas dengan tidurnya, responden merasa tidak puas dengan tidurnya karena jumlah waktu tidur yang tidak terpenuhi secara optimal, dan sering terbangun karena mengalami batuk dan sesak pada saat tidur. Menurut Lilly (2011), pada pasien gagal jantung dijumpai kongesti pulmonal, yaitu batuk yang bertambah buruk saat malam hari (Paroxysmal Noctural Dypsnea), dipsnea, krakels, takipnea dan Ortopnea. Dan penelitian yang dilakukan oleh Rodriguez (2005), mengatakan bahwa ada hubungan antara Paroxysmal Noctural Dipsnea dengan gangguan tidur pada pasien gagal jantung.

Berdasarkan perasaan segar bangun pagi dan mengantuk pada siang hari bahwa mayoritas responden 36,7 % mengantuk dan merasa tidak segar pada waktu bangun tidur dan 44,9 % responden merasakan sedikit mengantuk pada siang hari. Penelitian yang dilakukan oleh Erickson (2003) 39% responden melaporkan bangun lebih cepat di pagi hari. Dan penelitian yang dilakukan oleh Rodriguez (2005), mengatakan bahwa 62% responden gagal jantung mengalami lelah pada siang hari. siklus


(64)

tidur-bangun mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku. Jika siklus tidur-bangun seseorang terganggu, maka fungsi fisiologis tubuh lainnya juga dapat terganggu atau berubah. Secara normal orang yang tidur cukup akan merasakan segar setelah terbangun dari tidurnya, karena tidur sebagai penyimpanan energi untuk digunakan pada hari berikutnya (Potter & Perry, 2005).

Kualitas tidur baik yang didapati hanya (2,0%) responden. kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Menurut Potter & Perry (2005) bahwa Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk tidur. Tidur dapat membantu memperoleh energi untuk berkonsentrasi dan sebagai koping pertahanan diri (Menurut Kozier,1987). Selain itu kualitas tidur yang baik juga bermanfaat dalam memihara fungsi jantung dan mensintesis protein yang dibutuhkan untuk perbaikan sel yang rusak, Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih rendah jika kondisi individu berada pada kondisi fisik yang kurang sempurna. Akan tetapi pada saat tidur laju jantung menurun hingga 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa denyut jantung 10 sampai 20 kali menurun pada saat tidur setiap menit (Potter & Perry, 2005).


(65)

3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti sehingga peneliti menggunakan instrumen kualitas tidur dengan pilihan jawaban berganda, dan sebaiknya menggunakan instrumen kualitas tidur yang menggunakan skala likert.


(66)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai gambaran kualitas tidur pasien gagal jantung di RSUP.H. Adam Malik Medan.

1. Kesimpulan

Mayoritas responden (46,9%) mempunyai total jam tidur < 5 jam. (42,9%) responden membutuhkan waktu 31-60 menit untuk memulai tidur. (46,9%) responden terbangun 3-4 kali dalam semalam, (36,7%) responden merasa tidak segar bangun di pagi hari, (40,8%) responden merasa tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun, (36,7%) responden tidak merasa puas dengan tidurnya, dan (44,9%) responden merasa lelah dan mengantuk pada siang hari. Berdasarkan Kualitas tidur responden mayoritas responden (98,2%) memiliki Kualitas tidur yang buruk dengan nilai rata-rata (Mean=15,27, SD= 4,23) dan hanya (2,0%) responden yang memiliki kualitas tidur yang baik.


(67)

2. Rekomendasi

2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan perlu menekankan pemahaman kepada peserta didik bahwa pada pasien Gagal Jantung yang menjalani perawatan di Rumah sakit memiliki simptom penyakit dan gangguan-gangguan lain yang dapat menghambat proses tidur sehingga kualitas tidur menjadi buruk. Maka peserta didik perlu memahami cara terapi relaksasi otot progresif untuk meningkatkan kualitas tidur.

2.2. Bagi Praktek Keperawatan

Perawat bertanggung jawab untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas tidur pasien selama dirawat di rumah sakit. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memantau dan memberikan posisi fowler, melakukan terapi relaksasi otot progresif, berkolaborasi dalam pemasangan kateter untuk mengurangi nokturia yang terjadi pada malam hari, berkolaborasi dalam pemberian diet Tinggi Protein, karena adanya Tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna dapat mempercepat terjadinya proses tidur, dan apabila kualitas tidur pasien buruk dalam waktu yang lama, perawat dapat berkolaborasi dalam pemberian terapi obat-obatan untuk meningkatkan kualitas tidur, Karena tidur diperlukan untuk memperbaiki sel-sel yang rusak.


(68)

2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal sekaligus motivasi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut di lingkup Keperawatan Medikal Bedah, baik di Institusi pendidikan ataupun di pelayanan keperawatan dan hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan gangguan-gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien gagal jantung.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2012). Hearth Disease and Stroke Statistik. Diunduh pada 08 Maret 2012. Pada http://ahajournal.org.com.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta. Rineka Cipta.

Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen RI. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007. Jakarta:CV Kiat Nusa.

Briones et al.(1996). Sleepiness and Health: Relationship between sleepiness and general health status. Sleep, 19 (7), 583-588.

Brostrom, A. Stromberg, A. Dahlstrom, U. & Fridlund, B. (2004). Sleep Difficulties, Daytime Sleepiness, and Health-Related Quality Of Life In Patients With Chronic Heart Failure. Journal Of Cardiovaskular Nursing. 19, 234-242. Lippincott Williams & Wilkins, Inc. Diunduh

Pada 18 April 2013 Pada http:///content.ebscohost.com/Pdf13_15/pdf/2004/onw/01Jul04.

Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: EGC.

Buysse, D. J., et al. (1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument For Psychiatric Practice and Research. Diunduh pada 08 Mei 2013 pada http:///www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2748771.com.

Crawford, M.H. (2009). Current Diagnosis & Treatment Cardiologi (3rd Ed). McGraw-Hill Companies, Inc.

Ellis, B.W. et al.(1981). The St.Mary’s Hospital Sleep Questionnaire: A study of

Reliability.Sleep, 4 (1), 93-97. diunduh pada

Ganong, William F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC.

Gonce, P.M., Fontaine, D., Hudak, M.c., & Gallo, M.B. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta. EGC.

Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., & Simpson. I.A. (2005). Lecture Notes: Kardiologi. Jakarta. Erlangga.


(1)

Lampiran 6 CURICULUM VITAE

Nama : Ridla Hanum

NIM : 121121018

Tempat/Tanggal Lahir : Bukit Maraja / 25 Juni 1990 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. HM,Yamin Gg. Kabu-Kabu No 16B

Riwayat Pendidikan

1.1996-1997 : Tk. Wih Pesam Sp.Balek

2. 1997-2003 : SD Negeri 3 Wih Pesam, Bener Meriah (NAD) 3. 2003-2006 : MTsS Nurul Islam Blang Rakal, Bener Meriah 4. 2006-2009 : MAS Ar-Raudhatul Hasanah Medan

5. 2009-2012 : D III Keperawatan Fakultas Keperawatan USU 6. 2012- 2014 : S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan

USU


(2)

Frequencies

[DataSet1] D:\hasil spss\data penelitian hanum.sav

Statistics

KategoriUmur Responden

JenisKelamin Responden

Tingkat Pendidikan Responden

Pekerjaan Responden

KualitasTidur Responden

N Valid 49 49 49 49 49

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

KategoriUmurResponden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid 18-40

Tahun

4 8.2 8.2 8.2

40-60 Tahun

25 51.0 51.0 59.2

>60 Tahun 20 40.8 40.8 100.0

Total 49 100.0 100.0

JenisKelaminResponden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 30 61.2 61.2 61.2

Perempuan 19 38.8 38.8 100.0


(3)

TingkatPendidikanResponden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak

Sekolah

3 6.1 6.1 6.1

SD 17 34.7 34.7 40.8

SMP 5 10.2 10.2 51.0

SMA 17 34.7 34.7 85.7

PT 7 14.3 14.3 100.0

Total 49 100.0 100.0

PekerjaanResponden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 6 12.2 12.2 12.2

Wiraswasta 19 38.8 38.8 51.0

Tidak Bekerja / IRT

17 34.7 34.7 85.7

Petani 7 14.3 14.3 100.0

Total 49 100.0 100.0

KualitasTidurResponden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Buruk 48 98.0 98.0 98.0

Baik 1 2.0 2.0 100.0


(4)

Frequency Table

total jam tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <5 jam 23 46.9 46.9 46.9

5-6 jam 20 40.8 40.8 87.8

>6-7 jam 5 10.2 10.2 98.0

>7 jam 1 2.0 2.0 100.0

Total 49 100.0 100.0

waktu memulai tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 60 menit 7 14.3 14.3 14.3

31-60 menit 21 42.9 42.9 57.1

16-30 menit 14 28.6 28.6 85.7

<15 menit 7 14.3 14.3 100.0

Total 49 100.0 100.0

Statistics

total jam tidur

waktu memulai

tidur

frekuensi terbangun

perasaan sagar bangun

pagi

kedalaman tidur

kepuasan tidur

mengantuk disiang

hari

Valid 49 49 49 49 49 49 49

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.67 2.43 2.18 2.45 1.88 2.10 2.51

Std. Deviation

.747 .913 .755 .937 .904 1.026 .869

Minimum 1 1 1 1 1 1 1


(5)

frekuensi terbangun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 5 kali 9 18.4 18.4 18.4

3-4 kali 23 46.9 46.9 65.3

1-2 kali 16 32.7 32.7 98.0

tidak ada 1 2.0 2.0 100.0

Total 49 100.0 100.0

perasaan sagar bangun pagi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat mengantuk 8 16.3 16.3 16.3

mengantuk 18 36.7 36.7 53.1

sedikit mengantuk 16 32.7 32.7 85.7

segar, bersemangat 7 14.3 14.3 100.0

Total 49 100.0 100.0

kedalaman tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sebentar terbangun 20 40.8 40.8 40.8

tidur dan terbangun 18 36.7 36.7 77.6

tidur tapi tidak nyenyak

8 16.3 16.3 93.9

tidur sangat nyenyak 3 6.1 6.1 100.0


(6)

kepuasan tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak puas 18 36.7 36.7 36.7

sedikit puas 13 26.5 26.5 63.3

Sedang 13 26.5 26.5 89.8

sangat puas 5 10.2 10.2 100.0

Total 49 100.0 100.0

mengantuk disiang hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat mengantuk 7 14.3 14.3 14.3

Sedang 15 30.6 30.6 44.9

sedikit mengantuk 22 44.9 44.9 89.8

tidak ada 5 10.2 10.2 100.0