Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Standar Akuntansi Aset Tetap
Harga perolehan dari pos properti, pabrik dan peralatan akan diakui
sebagai suatu aset jika aset tersebut memiliki manfaat ekonomis dimasa depan
yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir ke dalam entitas dan harga
perolehan dari pos tersebut dapat diukur secara andal. IAS 16 hanya berlaku
ketika kedua kriteria pengakuan dasar ini untuk menentukan apakah pengeluaran
memenuhi syarat sebagai aset dan tidak mempertimbangkan kriteria peningkatan
utilitas atau masa manfaat. Standar akuntansi terkait aset tetap menurut IAS 16,
aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang (a) digunakan untuk produk
atau menyediakan barang atau jasa, untuk disediakan ke pihak lain, atau untuk
tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Standar ini mengatur bahwa aset tetap pada pengakuan awal dicatat
sebesar biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut. Setelah
pengakuan awal, aset tetap diperkenankan untuk diukur berdasarkan biaya
historisnya (model biaya) atau nilai wajarnya (model revaluasi).
Pada model biaya, aset tetap dicatat sebesar nilai perolehannya dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai. Pada model ini,
perusahaan juga diharuskan melakukan uji penurunan nilai pada aset tetap jika

terdapat indikasi penurunan nilai. Penurunan nilai dari aset tetap merupakan suatu
kondisi dimana nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi jumlah

7
Universitas Sumatera Utara

terpulihkan (recoverable amount). Secara periodik perusahaan harus mereview
ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai ( test of impairment). Jika terdapat
indikasi, maka perusahaan harus menaksir recoverable amount dari aset tersebut.
Entitas harus memulai untuk menyusutkan aset ketika berada dilokasi dan kondisi
serta tersedia untuk tujuan yang dimaksud.
Model biaya hanya mengizinkan penurunan nilai tetapi tidak kenaikan
nilai. Biaya perolehan minus penyusutan dan rugi penurunan nilai kumulatif.
Rugi penurunan nilai dilaporkan dalam profit or loss. Ketika mengakui penurunan
nilai,

tidak

perlu


melibatkan

aset/kewajiban

pajak

tangguhan.

Aset/kewajiban pajak tangguhan diperhitungkan dalam perhitungan profit or loss.
Contoh 1
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp. 36.000.000,00 ;
penyusutan kumulatif Rp.19.000.000,00 Nilai wajar aset tetap Rp.12.000.000,00.
Penurunan nilai dan jurnal revaluasi.
Solusi :
Biaya perolehan mula-mula

Rp.36.000.000,00

(-) penyusutan kumulatif


Rp.19.000.000,00

Jumlah tercatat

Rp.17.000.000,00

(-) Nilai wajar

Rp.12.000.000,00

Penurunan nilai

Rp.5.000.000,00

8
Universitas Sumatera Utara

Jurnal:
Penyusutan mesin kumulatif


Rp.19.000.000,00

Kerugian penurunan nilai

Rp.5.000.000,00

Mesin

Rp24.000.000,00

Contoh 2
Pada awal tahun buku 1 Januari 2011 PT Jambia, Tbk. merevaluasi aset
tetapnya dalam kelompok mesin. Biaya perolehan awal Rp.50. 000.000,00 dengan
penyusutan

kumulatif

Rp.30.000.000,00.

Jadi,


jumlah

tercatat

adalah

Rp.20.000.000,00. Nilai wajar Rp.36.000.000,00 intinya naik Rp.16.000.000,00.
Sisa umur manfaat 4 tahun. Nilai residu Rp.0,00. Metode penyusutan garis lurus
dengan mengabaikan pajak tangguhan.
Jurnal:
Depresiasi kumulatif

Rp.30.000.000,00

Mesin

Rp.14.000.000,00

Surplus revaluasi


Rp.16.000.000,00

Dari contoh diatas penyusutan pada akhir untuk mencatat penyusutan.
Solusi:
Penyusutan 2011 dari nilai baru = Rp.36.000.000,00 /4tahun = Rp.9.000.000,00
Penyusutan 2011 dari nilai lama = Rp.20.000.000,00 /4tahun = Rp.5.000.000,00
Selisih penyusutan = Rp.4.000.000,00
31 Des Beban penyusutan mesin
Akumulasi penyusutan mesin

Rp.9.000.000,00
Rp.9.000.000,00

9
Universitas Sumatera Utara

31 Des Surplus revaluasi
Laba ditahan


Rp.4.000.000,00
Rp.4.000.000,00

(mencatat selisih penyusutan baru – lama).
Pada model revaluasi aset tetap dicatat pada nilai wajar pada tanggal
revaluasi, dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai setelah
revaluasi. Perusahaan harus melakukan revaluasi secara reguler terhadap satu atau
lebih kelompok aset untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dengan jumlah yang ditentukan menggunakan nilai wajar pada akhir
pelaporan. Apabila saat dilakukan revaluasi diketahui terjadi penurunan terhadap
nilai aset tetap, maka kerugian penurunan aset tersebut dicatat melalui laporan
rugi laba. Namun jika pada saat dilakukan revaluasi diketahui bahwa terjadi
peningkatan terhadap nilai aset tetap, maka selisih kenaikan nilai aset tersebut
harus dicatat sebagai pendapatan komprehensif lainnya. Dari sini dapat dilihat
bahwa perlakuan pencatatan yang berbeda pada model biaya dan model revaluasi
akan berdampak pada perbedaan kinerja yang diukur melalui laporan laba rugi
perusahaan.
Entitas yang pada awalnya mengukur dengan model harga perolehan,
dapat mengubah metodenya pada tahun berikutnya menjadi model revaluasi
apabila nilai tercatat dari aset berusia panjang tidak lagi mencerminkan nilai wajar

dari properti, pabrik dan peralatan pada tahun sebelumnya. Sekali entitas
menggunakan model revaluasi, standar mengharuskan revaluasi atas properti,
pabrik dan peralatan dilakukan secara berkala guna memastikan dengan yang
ditentukan dengan nilai wajar pada akhir periode pelaporan. Standar ini juga

10
Universitas Sumatera Utara

mengharuskan bahwa bilamana suatu aset direvaluasi, maka keseluruhan
kelompok properti, pabrik dan peralatan harus direvaluasi dengan kelompok aset
tersebut.
Sebagai akibat dari suatu revaluasi properti, pabrik dan peralatan pada
periode berikutnya, jika jumlah tercatat dari suatu aset meningkat, maka kenaikan
di dalam jumlah tercatat dikreditkan pada laba-rugi komprehensif lain-lain (other
comprehensive income) dalam tahun revaluasi dan diakumulasi di dalam ekuitas
dengan judul surplus revaluasi. Namun, apabila kenaikan didalam jumlah tercatat
yang membalikkan penurunan revaluasi dari aset yang sama yang pernah diakui
sebelumnya dalam laporan laba atau rugi dapat disalinghapuskan, hingga sebatas
penurunan di dalam jumlah tercatat sebelumnya.
Apabila jumlah tercatat suatu aset tetap menurun sebagai akibat dari

revaluasi, maka penurunannya diakui dalam laba atau rugi. Namun, penurunan
diakui di dalam laporan laba-rugi komprehensif lain-lain (other comprehensive
income) hingga sebatas suatu saldo kredit yang ada di dalam perkiraan “surplus
revaluasi”, yang terkait dengan aset yang bersangkutan. Penurunan yang diakui di
dalam laporan laba-rugi komprehensif lain-lain mengurangi jumlah akumulasi
pada ekuitas dengan judul surplus revaluasi.
Aset tetap lain seperti pabrik dan peralatan, penilai menentukan sendiri
nilai pasar wajarnya. Frekuensi pelaksanaan revaluasi tergantung dari perubahan
nilai wajar suatu aset, jika nilai wajar yang tercatat berbeda secara material
dengan nilai revaluasi, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Untuk aset tetap
yang mempunyai perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, revaluasi

11
Universitas Sumatera Utara

dapat dilakukan setiap tahun, tetapi perubahan nilai wajar tidak signifikan dan
fluktuatif tidak perlu revaluasi tiap tahun tapi revaluasi dapat dilakukan tiga atau
lima tahun sekali. Dalam model revaluasi, perlakuan terhadap akumulasi
penyusutan aset tetap pada tanggal revaluasi dapat dilakukan dengan salah satu
cara sebagai berikut:

1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dan jumlah
tercatat secara bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah
revaluasi sama dengan jumlah revaluasian.
2. Dieliminasi terhadap jumlah bruto aset dan jumlah neto aset setelah
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut,
model ini biasa digunakan untuk revaluasi bangunan.
Program konvergensi PSAK ke IFRS di Indonesia pada akhirnya menuntut
beberapa penyesuaian di dalam standar akuntansi Indonesia. Secara umum
perbedaan antara PSAK 16 (revisi 2011) Aset Tetap dengan PSAK 16 (revisi
2007): aset tetap adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ikhtisar Perubahan PSAK 16 2011
No.

Pokok Bahasan

PSAK 16 (revisi 2011)

1. Pengecualian
Menambahkan

pengecualian
terhadap Ruang ruang lingkup untuk: a. aset
Lingkup
tetap.
Hanya
mengatur
pengecualian ruang lingkup
untuk hak penambangan dan
reservasi 26 diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai dengan PSAK 58. b.
pengakuan dan pengukuran aset

PSAK 16 (revisi
2007)
Hanya mengatur
pengecualian
ruang
lingkup
untuk
hak
penambangan
dan
reservasi
tambang, seperti
minyak, gas alam
dan sumber daya
12

Universitas Sumatera Utara

eksplorasi dan evaluasi PSAK alam sejenisnya
64
yang tidak dapat
diperbaharui
2. Ruang Lingkup
Tidak mengatur lagi mengenai Ruang lingkup
properti investasi yang sedang mencakup
dibangun atau dikembangkan.
properti
yang
dibangun
atau
dikembangkan
untuk digunakan
di masa depan
sebagai properti
investasi.
3. Hibah Pemerintah Tidak
mengatur
syarat Pengakuan aset
pengakuan aset tetap yang tetap
yang
berasal dari hibah. Hanya berasal dari hibah
mengatur nilai tercatat aset pemerintah
tetap yang dapat dikurangi dari mempunyai
hibah pemerintah.
syarat bahwa: a.
entitas
telah
memenuhi
kondisi
atau
prasyarat hibah
tersebut; b. hibah
akan diperoleh.
4. Aset Tetap yang Pengaturan aset tetap yang Mengatur
Tersedia
untuk tersedia untuk dijual dihapus perlakuan
Dijual
karena sudah diatur dalam akuntansi
PSAK 58
terhadap
suatu
aset tetap yang
tersedia
untuk
dijual.
5. Depresiasi
atas Menjelaskan
bahwa
pada Perlakuan
Tanah
umumnya tanah memiliki umur akuntansi untuk
ekonomis
tidak
terbatas tanah
yang
sehingga tidak disusutkan, diperoleh dengan
kecuali entitas meyakini umur Hak Guna Usaha,
ekonomis
tanah
terbatas. Hak
Guna
Perlakuan akuntansi tanah yang Bangunan
dan
diperoleh dengan Hak Guna lainnya mengacu
Usaha, Hak Guna Bangunan pada PSAK 47:
dan lainnya mengacu pada Tanah.
ISAK 25: Hak Atas Tanah
Sumber: www.iaiglobal.or.id, 2012

13
Universitas Sumatera Utara

PSAK 16 (revisi 2011): aset tetap mengadopsi seluruh pengaturan dalam
IAS 16 Property, Plant, and Equipment per 1 Januari 2009, kecuali:
1. IAS 16 paragraf 3 (b) tentang pengecualian untuk aset biologik tidak
diadopsi karena IAS 41 agrikultur belum diadopsi.
2. PSAK 16 paragraf 43 mengenai perubahan kebijakan akuntansi dari model
biaya ke model revaluasi.
3.

IAS 16 paragraf 58 yang menjadi PSAK 16 paragraf 59 dengan tambahan
penjelasan terkait penyusutan tanah yang mengacu pada ISAK 25.

4. IAS 16 paragraf 80 tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena tidak
relevan.
5. IAS 16 paragraf 81 dan 81A-F mengenai tanggal efektif tidak diadopsi
karena tidak relevan.
6. IAS 16 paragraf 68A mengenai penghentian pengakuan menjadi paragraf
69 dan nomor paragraf selanjutnya disesuaikan.
Aset tetap adalah aset yang dimiliki entitas yang memiliki bentuk fisik dan
dimanfaatkan untuk operasi entitas lebih dari satu tahun. Aset tetap dapat
berbentuk tanah, bangunan, pabrik dan peralatan bahkan secara spesifik IAS 16
menyebutnya sebagai aset tetap tetapi standar untuk Property, Plant and
Equipment. PSAK 16 revisi 2011 juga mempertimbangkan kemungkinan PSAK
16 diubah namanya seperti IFRS. Aset tetap diakui di laporan posisi keuangan
jika memenuhi definisi aset tetap dan nilainya dapat diukur dengan andal. Kriteria
pengakuan tersebut berlaku pada saat perolehan awal dan juga pada saat
pengeluaran setelah perolehan awal.

14
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Pilihan Kebijakan Akuntansi
Stamp (1981) dalam Godfrey et al (2010) berpendapat bahwa akuntansi
lebih mirip dengan ilmu hukum dari pada ilmu fisika. Hal ini dikarenakan ilmu
fisika merupakan disiplin ilmu positif yang bersifat absolut, sedangkan ilmu
hukum, sama halnya dengan akuntansi, merupakan disiplin ilmu normatif yang
mengunakan subjektivitas, proses pembuatan keputusan oleh manusia, dan
menghadapi konflik diantara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan
tujuan yag berbeda. Maka dari itu, akuntansi lebih bersifat fleksibel dan
memperbolehkan penggunaan judgement dalam menentukan suatu kebijakan yang
akan diambil. Positive accounting theory yang diperkenalkan oleh Watt dan
Zimmerman (1986), membantu menjawab dan menjelaskan alasan mengapa suatu
praktek akuntansi tertentu dilakukan dan memprediksi peran akuntansi dan
informasi terkait di dalam keputusan ekonomi dari individu, perusahaan, maupun
pihak-pihak lain. Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa manager
memilih suatu model akuntansi untuk meningkatkan kompensasi yang mereka
dapat (bonus hypothesis) dan mengurangi kemungkinan terlanggarnya bond
covenant (debt covenant hypothesis).
Selain itu, terkait dengan political process, perusahaan yang lebih besar
cenderung memilih prosedur akuntansi yang mengurangi laba dalam laporan
keuangan perusahaan (size hyphothesis). Size hyphothesis ini erat kaitannya
dengan political cost hypothesis, adapun tujuan perusahaan mengurangi laba
dalam laporan keuangan perusahaan untuk mengurangi visibilitas politis dan
biaya politis yang muncul. Fields et al (2001) melakukan penelitian empiris

15
Universitas Sumatera Utara

terhadap pilihan akuntansi. Hasil penelitiannya mengklasifikasikan tujuan atau
motivasi pilihan akuntansi menjadi tiga kategori, yaitu contracting, asset pricing
dan influencing external parties. Kategori pertama (contracting) menjelaskan
bahwa pilihan akuntansi dilakukan untuk mempengaruhi satu atau lebih perjanjian
kontraktual perusahaan. Perjanjian kontraktual yang dimaksud bisa merupakan
executive compensation agreement dan debt covenant. Kategori kedua (asset
pricing) disebabkan oleh informasi yang asimetris, yang berusaha untuk
mempengaruhi harga aset. Pilihan akuntansi dapat menyediakan mekanisme yaitu
pihak yang mempunyai informasi lebih (manajemen) dapat memberikan informasi
kepada pihak lain yang kekurangan informasi (investor) tentang timing,
magnitude dan risiko arus kas masa depan. Kategori yang ketiga (influencing
external party/externalities) menjelaskan bahwa motivasi pilihan model akuntansi
digunakan untuk mempengaruhi pihak eksternal selain pemegang saham aktual
maupun potensial. Contoh dari pihak eksternal ini adalah regulator, kompetitor
dan supplier.
2.1.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang menentukan besar
kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar
total aset yang digunakan dalam perusahaan. Total aset yang dimiliki perusahaan
menggambarkan permodalan, serta hak dan kewajiban yang dimilikinya (Bukhori,
2012). Semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar dana yang dikelola dan
semakin kompleks pengelolaannya.

16
Universitas Sumatera Utara

Perusahaan besar cenderung mendapat perhatian yang lebih oleh
masyarakat. Dengan demikian, perusahaan dituntut untuk menjaga stabilitas
perusahaan dan meningkatkan kreadibilitasnya dalam menyajikan laporan
keuangan karena perusahaan besar memiliki basis pengguna laporan keuangan
yang lebih besar (Jao dan Gagaring, 2011). Untuk menjaga stabilitas dan
kreadibilitasnya, perusahaan tentu saja akan berusaha menjaga dan terus
meningkatkan kinerjanya.
2.1.4

Intensitas Aset Tetap

Intensitas aset tetap merupakan rasio yang menandakan intensitas
kepemilikan aset tetap suatu perusahaan dibandingkan dengan total aset.
Kepemilikan aset tetap yang tinggi akan menghasilkan beban depresiasi atas aset
yang besar pula, sehingga laba perusahaan akan berkurang akibat adanya jumlah
aset tetap yang besar. Sehingga tingginya jumlah aset yang ada di perusahaan
akan meningkatkan agresivitas pajak perusahaan. Intensitas kepemilikan aset tetap
dapat mempengaruhi beban pajak perusahaan karena adanya beban depresiasi
yang melekat pada aset tetap. Intensitas aset tetap merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar proporsi aset tetap dibandingkan dengan total aset
yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi intensitas aset tetap maka semakin
besar proporsi aset tetap yang ada di dalam perusahaan dibandingkan dengan aset
lainnya (Adisamartha, 2015).
Intensitas aset tetap menunjukkan proporsi aset tetap di dalam perusahaan
dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Intensitas aset tetap diperoleh

17
Universitas Sumatera Utara

dengan membandingkan total aset tetap dan total aset (Darmadi, 2013). Intensitas
aset tetap (fixed aset intensity), digunakan sebagai pengukur informasi asimetri.
2.1.5 Leverage
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu
perusahaan terjebak (Aprilia, 2012). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan
sesuai dengan (Sofyan, 2008), DER (Debt to Equity Ratio) atau rasio total utang
terhadap total ekuitas perusahaan.
2.1.6

Likuiditas

Likuiditas
menyelesaikan

perusahaan
kewajiban

merupakan
jangka

kemampuan

pendeknya

atau

perusahaan
menganalisa

untuk
dan

menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek perusahaan (Munawir, 2002).
Tingkat likuiditas perusahaan dapat diukur melalui current ratio. Current ratio
dihitung dengan cara aktiva lancar dibagi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan
sejauh mana aktiva lancar dengan hutang lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini
dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio
lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua
hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada diatas 1 atau
diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah hutang lancar.

18
Universitas Sumatera Utara

2.1.7

Pertumbuhan perusahaan

Pertumbuhan

dinyatakan

sebagai

pertumbuhan

total

aset

yaitu

pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang
dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003). Growth adalah perubahan
(penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu
terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan definisi di atas dapat
dijelaskan growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan
maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu
tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang
akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase
perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur
growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009). Ukuran yang digunakan adalah
dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva.
2.2 Penelitian Terdahulu
Lin dan Peasnell (2000) meneliti perusahaan di Inggris, mengemukakan
bahwa perusahaan yang lebih besar akan memilih revaluasi untuk mengurangi
visibilitas politik dan biaya politik yang mungkin muncul. Perusahaan yang
memiliki tingkat leverage yang tinggi juga cenderung memilih menggunakan
model revaluasi untuk meningkatkan kelayakan mereka dihadapan kreditor
(dengan menurunkan tingkat leverage) sehingga dapat meningkatkan kapasitas
pinjaman dan menurunkan potensi pelanggaran covenant. Perusahaan yang
mempunyai proporsi aset tetap yang tinggi dibandingkan dengan total aset juga

19
Universitas Sumatera Utara

terbukti lebih memilih menggunakan model revaluasi untuk mengurangi
pelaporan profitabilitas perusahaan. Sedangkan untuk terkait profitabilitas,
mereka tidak melihat adanya hubungan terhadap pilihan model revaluasi aset tetap
dan pada jurnal mereka tidak menjelaskan secara detail alasannya.
Missonier-Piera (2007) melakukan penelitian pada perusahaan di Swis.
Penelitian menunjukan bahwa perusahaan yang memilih revaluasi kebanyakan
merupakan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi dan peluang investasi
yang lebih kecil. Hal ini menunjukan bahwa revaluasi digunakan sebagai metode
untuk memberikan sinyal terhadap tambahan kapasitas pinjaman perusahaan,
meningkatkan credit rating dan mengurangi kemungkinan pelanggaran debt
covenant. Dalam konteks perusahaan di Swis, mereka menemukan bahwa
penjualan ke luar negeri memiliki asosiasi positif terhadap penggunaan revaluasi
dengan asumsi perusahaan ingin meningkatkan kelayakan kredit karena hal
tersebut dianggap penting oleh foreign stakeholders.
Tay (2009) melakukan penelitian pada perusahaan di Selandia Baru,
menemukan pengaruh yang signifikan negatif antara gearing terhadap pilihan
model revaluasi, berkaitan dengan berakhirnya masa resesi pada periode
pengujian. Hal serupa juga ditemukan pada variabel likuiditas. Ia berargumen
bahwa

perusahaan

dengan

likuiditas

yang

rendah

cenderung

memilih

menggunakan model revaluasi untuk memperlihatkan nilai aset tetap mereka yang
sesungguhnya dapat dikonversi dalam bentuk kas, sehingga meningkatkan
kelayakan dihadapan kreditor. Perusahaan dengan ukuran yang besar cenderung
memilih model revaluasi. Perusahaan yang lebih besar lebih mungkin di audit

20
Universitas Sumatera Utara

oleh kantor akuntan publik yang lebih besar dan cenderung memberi tekanan yang
lebih besar pada perusahaan sehingga perusahaan ingin menghindari hal tersebut.
Faktor lain yang diteliti adalah intensitas aset tetap. Ia menemukan bahwa
perusahaan dengan intensitas aset tetap yang tinggi lebih mungkin memilih model
revaluasi karena revaluasi layak diperhatikan bahwa aset tetap merupakan porsi
terbesar dari total aset yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan karenanya
memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan basis aset.
Manihuruk (2013) melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar di
bursa saham beberapa Negara Asean. Ia menemukan perusahaan dengan ukuran
yang lebih besar akan semakin kecil kemungkinan dipilihnya model revaluasi
pada pencataatan aset tetap mereka karena besar kemungkinan ukuran perusahaan
akan semakin meningkat, sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya biaya
politis. Perusahaan dengan intensitas aset yang lebih besar akan semakin besar
kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi aset tetap. Perusahaan
dengan tingkat hutang yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih
menggunakan model revaluasi aset tetap pada pencataatan aset tetap mereka.
Perusahaan yang lebih likuid akan semakin besar kemungkinan memilih
menggunakan model revaluasi aset tetap.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No

Peneliti

Judul Penelitian

1. Lin dan Fixed
Asset
Peasnell Revaluation And
(2000)
Equity Depletion in
UK

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Variabel
Independen:
Ukuran Perusahaan,
Leverage, Intensitas
Aset Tetap,

Perusahaan yang lebih besar
akan memilih revaluasi, tingkat
leverage yang tinggi cenderung
memilih menggunakan model
revaluasi dan perusahaan yang

21
Universitas Sumatera Utara

Profitabilitas

mempunyai proporsi aset tetap
yang tinggi dibanding total aset
Variabel Dependen: memilih
model
revaluasi,
Revaluasi Aset
sedangkan profitabilitas peneliti
belum menemukan hubungan
terhadap
pilihan
model
revaluasi.
Variabel
Penelitian menunjukan bahwa
Independen:
perusahaan yang melakukan
kebanyakan
Leverage, Invesment revaluasi
Opportunity
Set merupakan perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi dan
(IOS)
peluang investasi yang lebih
Variabel Dependen: kecil. Hal ini menunjukan bahwa
revaluasi digunakan sebagai
Revaluasi Aset
model untuk memberikan sinyal
terhadap tambahan kapasitas
pinjaman
perusahaan,
meningkatkan credit rating dan
mengurangi
kemungkinan
pelanggaran debt covenant.
Invesment Opportunity Set (IOS)
berpengaruh negatif terhadap
dipilihnya model revaluasi.

2. Missonie
r-Piera
(2007)

Motives for Fixed
Asset Revaluation:
An
Empirical
Analysis
with
Swiss Data

3. Tay
(2009)

Fixed
Asset
Revaluation:
Management
Incentives
and
Market Reactions

Variabel
Independen:
Gearing, Likuiditas,
Ukuran Perusahaan,
Intensitas Aset Tetap

4. Seng dan Managerial
Su
Incentives Behind
(2010)
Fixed Asset
Revaluation, Intern
ational Journal of
Business Research

Variabel
Independen:
Ukuran Perusahaan,
Penurunan Kas Dari
Operasi, Intensitas
Aset Tetap, Pertum
buhan Perusahaan

Pengaruh yang signifikan negatif
antara gearing terhadap pilihan
model revaluasi. Likuiditas yang
rendah
cenderung
memilih
menggunakan model revaluasi.
Ukuran yang besar cenderung
Variabel Dependen: memilih
model
revaluasi.
Revaluasi Aset
Intensitas aset tetap yang tinggi
lebih mungkin memilih model
revaluasi
Ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap
pemilihan
model
revaluasi sedangkan penurunan
kas dari operasi, intensitas aset
tetap, pertumbuhan perusahaan
tidak
terbukti
berpengaruh
terhadap
pemilihan
model
revaluasi

Variabel Dependen:
Revaluasi aset tetap.

22
Universitas Sumatera Utara

5. Nurjanah
, Ai
(2013)

Faktor-Faktor yang
Berpengaruh
terhadap
Keputusan
Revaluasi
Aset
Tetap
pada
Perusahaan yang
Listing di Bursa
Efek
Indonesia
tahun 2011

Variabel
Independen:
Leverage,
Ukuran
Perusahaan, Struktur
Aset, Pertumbuhan
Aset,
Investment
Opportunity
Set
(IOS),Penurunan
Kas,
Ownership
Control, Merger dan
Akuisisi

Leverage, ukuran perusahaan,
pertumbuhan perusahaan,
penurunan kas dari aktivitas
operasi, merger dan akuisisi
tidak berpengaruh terhadap
keputusan
revaluasi
aset
tetap. Sedangkan struktur aset,
Investment Opportunity Set
(IOS),
ownership
control
berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan dalam melakukan
revaluasi.

Variabel Dependen:
Revaluasi
Aset
Tetap
Variabel
Independen:
Ukuran perusahaan,
Intensitas
Aset,
Leverage,
dan
Likuiditas

6. Manihu
ruk
(2015)

Analisis
FaktorFaktor
yang
Mempengaruhi Pe
milihan
Metode
Revaluasi
Aset
Tetap
pada
Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Variabel Dependen:
Saham Beberapa Metode
Revaluasi
Negara ASEAN.
Aset Tetap

Ukuran yang lebih besar akan
semakin kecil kemungkinan
untuk memilih menggunakan
model revaluasi aset tetap.
Perusahaan dengan intensitas
aset yang lebih besar akan
semakin besar kemungkinan
memilih menggunakan model
revaluasi aset tetap. Perusahaan
dengan tingkat hutang yang
lebih besar akan semakin besar
kemungkinan
memilih
menggunakan model revaluasi
aset tetap pada pencatatan aset
tetap mereka. Perusahaan yang
lebih liquid akan semakin besar
kemungkinan
memilih
menggunakan model revaluasi
aset tetap.
Variabel
Penelitian
ini
gagal
Independen:
membuktikan bahwa faktor
Leverage, Arus Kas leverage, penurunan arus kas,
Operasi,
Ukuran ukuran perusahaan, dan aset
Perusahaan
Dan intensity mempengaruhi pilihan
Fixed Aset Intensity
manajer
untuk
melakukan
upward revaluation.
Variabel Dependen:
Revaluasi Aset

7. Khairati
(2015)

Pengaruh
Leverage,
Arus
Kas
Operasi,
Ukuran Perusahaan
dan Fixed Aset
Intensity Terhadap
Revaluasi Aset

23
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu
masalah. Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi
variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, intensitas aset
tetap, leverage, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan sedangkan variabel
dependennya adalah model revaluasi aset tetap.
Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual
sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan

(X1)

H1
H2

Intensitas Aset Tetap

(X2)
H3

Leverage

(X3)

Model Revaluasi Aset
Tetap
(Y)

H4
Likuiditas
Pertumbuhan Perusahaan (X5)

(X4)
H5
H6
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual

24
Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pilihan Model Revaluasi
dalam Pengukuran Aset Tetap
Tay (2009) berpendapat bahwa perusahaan dengan ukuran besar
kemungkinan akan memilih model revaluasi daripada perusahaan dengan ukuran
kecil. Hal ini sejalan dengan political cost hypothesis dimana perusahaan besar
berusaha untuk menunjukan konservatisme pada profitabilitas mereka untuk
menghindar dari visibilitas politik yang berdampak pada meningkatnya biaya
politik dan peraturan yang lebih ketat. Revaluasi dapat menunjukan konservatisme
yang dapat mengurangi visibilitas politik karena depresiasi yang semakin besar
dan basis aset untuk mengukur return on equity menjadi lebih besar.
Pendapat yang sesuai dengan itu penelitian Seng dan Su (2010) ukuran
perusahaan merupakan faktor penting dalam melakukan revaluasi aset tetap.
Karena ingin menurunkan tekanan politik pemerintah atau serikat buruh,
perusahaan besar akan menghindari pelaporan laba yang tinggi. Upward asset
revaluation merupakan cara efektif untuk menurunkan pelaporan laba melalui
peningkatan biaya depresiasi sebagai akibat peningkatan revaluasi.
Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah :
H1 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan
Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap

25
Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Pemilihan Model
Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap
Intensitas aset tetap merepresentasikan proporsi aset tetap dibandingkan total
aset perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Peasnell (2000),
ditemukan bahwa intensitas aset tetap mempunyai hubungan yang signifikan
positif terhadap pilihan model revaluasi aset tetap perusahaan.
Hal ini juga terkonfirmasi melalui penelitian yang dilakukan oleh Tay (2009).
Argumennya adalah revaluasi layak diperhatikan di mana aset tetap merupakan
porsi terbesar dari total aset yang akan meningkatkan nilai perusahaan dan
karenanya memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan basis aset. Selain itu
revaluasi juga dilakukan untuk mengurangi pelaporan profitabilitas perusahaan,
baik melalui depresiasi yang lebih besar, maupun dengan peningkatan basis aset
yang digunakan untuk mengukur return on equity.
Penelitian ini juga sejalan dengan Manihuruk (2015), menemukan
intensitas aset tetap yang lebih besar akan semkin besar kemungkinan memilih
menggunakan model revaluasi pada pencatatan aset tetap perusahaan.
Penelitian ini mengambil posisi sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lin dan Peasnell (2000), Tay (2009) dan Manihuruk (2015). Oleh karena itu,
hipotesis yang diajukan adalah :
H2: Intensitas Aset Tetap Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan
Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap

26
Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Pengaruh Leverage terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam
Pengukuran Aset Tetap
Dalam

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Missonier-Piera

(2007)

dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif antara leverage
dengan model revaluasi. Revaluasi aset tetap dapat mempengaruhi kekuatan
perusahaan dalam negosiasi kontrak utang dengan pemberi pinjaman (Seng dan
Su, 2010).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memiliki pemahaman yang sama.
Peneliti beranggapan bahwa pilihan model revaluasi digunakan oleh perusahaan
untuk mengurangi rasio leverage perusahaan sehingga meningkatkan kelayakan
perusahaan dihadapan kreditor. Maka dari itu hipotesis yang diajukan adalah :
H3 : Leverage Berpengaruh Positif terhadap Kemungkinan Pilihan
Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap

2.4.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Pilihan Model Revaluasi dalam
pengukuran Aset Tetap
Penelitan Tay (2009),

Ia

berpendapat

bahwa

revaluasi

membantu

memberikan informasi yang lebih aktual tentang jumlah kas yang dapat diterima
dari penjualan aset dan dengan demikian membantu meningkatkan kapasitas
pinjaman perusahaan serta mengurangi biaya pinjaman. Pilihan model revaluasi
cenderung dilakukan oleh perusahaan dengan likuiditas rendah, sedangkan
perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi tidak perlu melakukan revaluasi aset
tetap.

27
Universitas Sumatera Utara

Berbeda dengan penelitian yang sama pada Manihuruk (2015) perusahaan
yang lebih likuid akan semakin besar kemungkinan memilih model revaluasi
untuk aset tetap.
Peneliti beranggapan bahwa perusahaan dengan likuiditas yang rendah
cenderung memilih menggunakan model revaluasi untuk memperlihatkan nilai
aset tetap mereka yang sesungguhnya dapat dikonversi dalam bentuk kas. Maka
dari itu hipotesis yang diajukan adalah:
H4 : Likuiditas Berpengaruh Negatif terhadap Kemungkinan Pilihan
Model Revaluasi dalam PengukuranAset Tetap.

2.4.5

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pilihan Model

Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap
Nurjanah (2013) meneliti pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
terhadap keputusan memilih model revaluasi dalam pengukuran aset tetap. Tinggi
rendahnya pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan dalam
memilih model revaluasi. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang
pertumbuhannya cepat maupun lambat tetap membutuhkan model khususnya aset
tetap untuk meningkatkan probilitas dimasa yang akan datang.
Peneliti

beranggapan

berbeda

bahwa

pertumbuhan

perusahaan

mempengaruhi dipilihnya model revaluasi. Oleh karena itu, peneliti akan menguji
kembali variabel ini dengan hipotesis yang diajukan adalah :
H5 : Pertumbuhan

perusahaan

Berpengaruh

Positif

terhadap

Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi Untuk Pengukuran Aset Tetap.

28
Universitas Sumatera Utara

2.4.6

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Intensitas Aset Tetap, Leverage,

Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Pilihan Model Revaluasi
dalam Pengukuran Aset Tetap
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu bahwa faktor-faktor ukuran
perusahaan, intensitas aset tetap, leverage, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap pilihan model revaluasi. Peneliti beranggapan bahwa
ukuran perusahaan, intensitas aset tetap, leverage, likuiditas dan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap pilihan model revaluasi dalam
pengukuran aset tetap. Oleh karena itu, peneliti akan menguji faktor-faktor ini
secara simultan dengan hipotesis yang diajukan adalah:
H6 : Ukuran Perusahaan, Intensitas Aset Tetap, Leverage,
Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap
Kemungkinan Pilihan Model Revaluasi dalam Pengukuran Aset Tetap

29
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 2 6

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Chapter III V

0 0 34

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 5 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dipilihnya Model Revaluasi Dalam Pengukuran Aset Tetap Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

0 0 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REVALUASI ASET TETAP PADA PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2014-2017 ARTIKEL ILMIAH

0 1 16

Faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi Asset tetap pada perusahaan manufaktur Yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 1 18

Faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi Asset tetap pada perusahaan manufaktur Yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 13

Faktor-faktor yang mempengaruhi revaluasi Asset tetap pada perusahaan manufaktur Yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 0 45