Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Daerah Pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Chapter III VI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriftif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang
diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk yang berlangsung
(Siagian, 2011:52). Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan anak putus sekolah di daerah pesisir Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Alasan memilih lokasi penelitian ini,
karena Belawan merupakan salah satu kawasan laut yang ada di Sumatera Utara
yang disekitar pinggiran laut banyak masyarakat yang bermukim di pesisir pantai.
Karena daerah pesisir Belawan begitu luas yang terbagi menjadi beberapa
Kelurahan, maka peneliti mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Belawan 1 di
Lorong Melati alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi ini merupakan
lingkungan yang angka anak putus sekolahnya tinggi selain itu pengalaman
peneliti melakukan Praktikum II (akhir) di lingkungan ini yaitu pendampingan
untuk anak-anak pesisir jadi akan mempermudah peneliti dalam memperoleh data
dan fakta terkait penelitian yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Subjek Penelitian
Peneliti tidak menggunakan populasi dan sampel dalam penelitian ini,
tetapi menggunakan subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan
berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Bungin, 2007:76).
Informan penelitian ini meliputi berbagai macam seperti:
1. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang di teliti. Pihak yang menjadi informan utama adalah anak
yang putus sekolah pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA ,
anak tersebut berusia 11-18 tahun karena dianggap mengerti akan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
2. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anakanak yang putus sekolah dan berjumlah 2 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang diproleh akan dianalisis tanpa
menggunakan uji statistik, melainkan lebih mendreskripskan data tersebut. Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan (library research), yaitu proses memproleh data atau
informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui
penelaahan buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau data tulisan lainnya
Universitas Sumatera Utara
untuk memperkuat pertimbangan teoritis yang relevan dengan masalah
yang akan diteliti (Siagian, 2011:206).
2. Studi lapangan/survey, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui kegiatan-kegiatan penelitian langsung dilokasi penelitian untuk
mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:
1. Observasi, secara luas berarti setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran. Dalam observasi ini peneliti melakukan nya dengan 2
cara yaitu:
a. Observasi Partisipan ( Life Together), peneliti ikut serta dalam
kegiatan-kegitatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang
diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. Dalam hal ini
peneliti selama 3 bulan
melakukan praktikum II, 2 kali dalam
seminggu tinggal bersama di lingkungan tersebut.
b. Observasi non partisipan, peneliti berada di luar subjek yang
diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Karena itu peneliti lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku
yang diharapkan. Pengamatan juga dilakukan menggunakan indra
pengelihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
2. Wawancara Mendalam, wawancara ada dua jenis, yaitu wawancara
relatif berstruktur dan wawancara bebas. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan wawancara bebas. Peneliti juga mengajukan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang mengundang jawaban atau komentar
subjek secara bebas. Pandangan, pendapat, sikap, dan keyakinan
subjek yang diwawancarai tidak banyak dipengaruhi pewawancara,
Universitas Sumatera Utara
dan biasanya berlangsung secara informal, luwes dan memakan waktu
yang lama. Untuk wawancara jenis ini, akan menuntut keterampilan
dan kejelian peneliti, menguasai permasalah agar jawaban dapat
disimpulkan dan muara pembicaran dapat terkontrol (Danim
2002:139). Wawancara mendalam ini untuk memperoleh secara detail
faktor-faktor penyebab anak putus sekolah.
3.5 Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian
lapangan akan dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis dengan menggambarkan
dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas sehingga data dapat
dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti
(Bungin, 2007).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Dan Letak Geografis Lokasi Penelitian
Lingkungan Lorong Melati merupakan salah satu dari ke-31 lingkungan
yang ada di Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.
Lingkungan Lorong Melati adalah lingkungan XXVII di Kelurahan Belawan 1.
Pada tahun 1950 seluruh daerah Belawan di satukan dalam satu Kelurahan yang
disebut dengan Kelurahan Belawan. Namun karena kelurahan ini berkembang
pesat, dimana para kenalan sanak keluarga dan orang-orang merantau dari luar
daerah yang datang untuk mencari pekerjaan ke kelurahan ini maka pada tahun
1970 karena luasnya wilayah dan padatnya penduduk di Kecamatan Medan
Belawan maka di lakukan lah pemekaran wilayah sehingga kecamatan Medan
Belawan terbagi menjadi 6 kelurahan. Ke-enam Kelurahan tersebut adalah:
1. Kelurahan Belawan 1
2. Kelurahan Belawan 2
3. Kelurahan Bahari
4. Kelurahan Bahagia
5. Kelurahan Canang
6. Kelurahan Bagan Deli
Lingkungan Lorong Melati merupakan salah satu lingkungan yang masuk
kedalam Kelurahan Belawan 1. Lingkungan Lorong Melati terbentuk sekitar 80
tahun yang lalu. Lorong Melati ini terbentuk berawal dari beberapa nelayan yang
membuat pemukiman persinggahan ketika sudah kelelahan menangkap ikan di
Universitas Sumatera Utara
laut selama seminggu. Awalnya tempat tersebut mereka gunakan hanya untuk
tempat istirahat karena mungkin tempat tinggal mereka jauh.
Nelayan tersebut membangun rumah-rumah kecil di atas permukaan laut
di sekitar pinggiran pantai. Namun lama-kelaman nelayan tersebut mulai
membawa keluarganya ke rumah-rumah kecil yang mereka bangun. Ketika
menangkap ikan ke laut nelayan tersebut meninggalkan sanak saudaranya di
rumah kecil tersebut dan kembali lagi nanti setelah seminggu mereka melaut.
Karena sudah mulai ada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut maka
mengundang nelayann lain untuk membuat rumah kecil tersebut dan membawa
keluarganya juga. Semakin banyak masyarakat yang membuat rumah di tempat
tersebut hingga sekarang sudah menjadi sebuah lingkungan yang banyak di
tempati oleh masyarakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan ataupun
pekerjaan lainnya.
Lingkungan Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan
Belawan Kota Medan berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan Lorong Sedar
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan Lorong Kenanga
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Tm.Pahlawan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut.
Lingkungan Lorong Melati memiliki luas 2742 m. Lahan yang digunakan
masyarakat untuk membangun rumah merupakan lahan pemerintah. Mereka
menempati tempat tersebut hanya lah sebagai hak pakai dan bukan menjadi hak
milik meskipun mereka membangun rumah mereka di atas lahan tersebut.
Pemerintah sudah sering mengisukan akan menggusur daerah ini, isu tersebut
Universitas Sumatera Utara
beredar sudah dari 20 tahun yang lalu namun pada kenyataannya hingga sekarang
daerah tersebut belum di gusur. Masyarakat tidak bisa dikatakan menempati
daerah tersebut secara ilegal karena mereka membayar pajak bangunan ke
pemerintah. Jadi bisa dikatakan masyarakat tersebut dijinkan tinggal di daerah
tersebut walaupun menggunakan lahan pemerintah.
4.2 Tata Ruang Lokasi Penelitian
Pemukiman penduduk di Lorong Melati memiliki tingkat kepadatan yang
tinggi. Pemukiman yang satu dengan yang lain sangat rapat dan bahkan tidak
memiliki jarak. Bangunan-bangunan rumah di Lorong Melati di bangun tepat
diatas permukaan laut. Pondasi rumah di buat sedemikian tinggi agar tidak di
masuki air laut. Antara bangunan yang satu dengan yang lainnya di hubungkan
oleh jembatan pembantu. Rata-rata bangunan rumah terbuat dari bahan kayu.
Perumahan di Lorong Melati bisa dikatakan adalah pemukima kumuh yang tidak
layak untuk di tempati. Air laut yang bercampur lumpur di bawah rumah
mengeluarkan bau tidak sedap. Semua limbah rumah tangga seperti aliran kamar
mandi dan sampah di alirkan ke laut di bawah rumah masing-masing. Sampahsampah dan limbah tersebutlah yang mengeluarkan bauk yang tidak sedap.
Bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran pantai pasang air laut adalah
suatu hal yang sudah biasa mereka alami. Ketika pasang laut tiba maka air yang
bercampur lumpur di bawah rumah mereka akan naik ke atas dan memasuki
rumah mereka serta menggenangi jalan. Pasang air laut tersebut terjadi 2-3 kali
dalam sebulan. Pemukiman kumuh dan lingkungan yang tidak bersih tersebut lah
yang membuat daerah ini sebenarnya tidak layak untuk di huni karena berbahaya
Universitas Sumatera Utara
bagi kesehatan. Mayoritas penduduk di Lorong Melati bekerja sebagai nelayan,
sebagian pedagang dan pekerja lepas lainnya. Luas wilayah mencapai 2742 m.
4.3 Cara Mencapai Lokasi Penelitian
Lorong Melati merupakan salah satu daerah yang ada di Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Jarak antara pusat kota
Medan dengan Lorong Melati kurang lebih 23 Km dan bisa di tempuh dengan
waktu satu setengah jam apabila menggunakan angkutan umum dan sekitar satu
jam apabila menggunakan kendaraan sendiri seperti sepeda motor.
Jika kita berasal dari daerah Medan dan memasuki kawasan Kelurahan
Belawan 1 Lorong Melati berada di sebelah kiri jalan Tm.Pahlawan atau jalan
menuju Pelabuhan Belawan. Semua wilayah yang berada di sebelah kiri jalan
disebut sebagai wilayah Lorong sementara daerah yang berada di sebelah kanan
jalan yang merupakan Kelurahan Belawan 2 disebut dengan wilayah Gang.
Menuju ke Lorong Melati dapat di akses dengan mudah karena banyak
sarana pendukung seperti jalan mulus dan di dukung dengan sarana angkutan kota
dari berbagai jurusan. Namun angkutan kota hanya melawati pinggiran jalan
besar. Kita harus berjalan kaki kurang lebih 200 m dari jalan besar untuk
mencapai daerah Lorong Melati. Bisa menggunakan sepeda motor namun tidak
bisa menggunakan kendaraan roda empat karena jalan menuju Lorong Melati
sangat sempit dan hanya bisa digunakan untuk pejalan kaki dan jalan sepeda
motor.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi
4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan
Medan Belawan sejumlah 188 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk
sebanyak 1276 jiwa dengan perincian laki-laki 721 jiwa dan perempuan 556 jiwa.
Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
721
56,50%
2
Perempuan
556
43,57%
1276
100%
Jumlah
Sumber data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, diketahui bahwa penduduk di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan mayoritas adalah laki-laki
sekitar 56.57% dan penduduk perempuan sekitar 43,57%.
4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Kelompok Usia
Jumlah
Persentase
1
0-5 Tahun
106
8,30%
2
6-9 Tahun
106
8,30%
3
10-16 Tahun
203
15,90%
4
17-25 Tahun
228
17,86%
5
26-30 Tahun
107
8,38%
6
31-35 Tahun
107
8,38%
7
36-40 Tahun
106
8,30%
Universitas Sumatera Utara
8
41-45 Tahun
76
5,95%
9
46 tahun ke atas
237
18,57%
1276
100%
Jumlah
Sumber data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Lorong Melati
Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan usia
paling tinggi pada usia 46 tahun ke atas yang berjumlah 237 jiwa (18,57%),
kemudian diikuti oleh
kelompok usia 17-25 tahun yang berjumlah 228 jiwa
(17,86%), sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu pada kelompok usia 41-45
tahun yang berjumlah 76 jiwa (5,95%).
4.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
1
Pegawai Negri Sipil
-
-
2
TNI
-
-
3
Medis
-
-
4
Polri
-
-
5
Guru
-
-
6
Petani
-
-
7
Nelayan
202
43,44%
8
Pedagang
7
1,50%
9
Pekerja Lepas
196
42,15%
10
Dan lain-lain
60
12,90%
Jumlah
465
100%
Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Lorong Melati
Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan mata
pencaharian mayoritas adalah yang bermata pencaharian nelayan berjumlah 202
jiwa (43,44%), kemudian di ikuti dengan bermata pencaharian pekerja lepas
berjumlah 196 jiwa (42,15%), sementara yang paling rendah adalah masyarakat
yang bermata pencaharian pedagang berjumlah 7 jiwa (1,50%).
4.4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
Tidak Sekolah
63
12,54% %
2
TK/Paud
16
3,18%
3
SD
188
37,45%
4
SMP
54
10,75%
5
SMA
51
10,15%
6
Universitas
5
0,99%
7
Putus Sekolah
60
11,95%
502
100%
Jumlah
Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, diketahui jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan tingkat
pendidikan paling tinggi adalah masyarakat yang bersekolah pada tingkat SD
yang berjumlah 188 jiwa (37,45%), kemudian di ikuti pada tingkat tidak sekolah
bersekolah yang berjumlah 18 jiwa (12,54%), sementara yang paling rendah pada
tingkat Universitas yang berjumlah 5 jiwa (0,99%).
4.4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk di Lorong Melati kelurahan Belawan 1 Kecamatan
Medan Belawan Kota Medan berdasarkan agama adalah mayoritas Muslim. 100%
jumlah penduduk yang tinggal di Lorong Melati adalah beragama muslim.
4.5 Fasilitas Umum
Fasilitas Umum yang tersedia di Lorong Melati kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, dan fasilitas ibadah.
4.5.1 Fasilitas Pendidikan
No
Tabel 5.1
Fasilitas Pendidikan Lorong Melati
Jenis Pendidikan
Jumlah
Keterangan
Negri/Swasta
1
TK/PAUD
1
Swasta
2
SD
-
-
3
SMP
-
-
4
SMA
-
-
5
Uiversitas
-
-
6
Kursus-kursus
-
-
Sumber Data: Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, dapat di lihat bahwa sarana pendidikan yang ada di
Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
hanya lah fasilitas pendidikan TK/Paud swasta. Penduduk Lorong Melati
bersekolah keluar dari daerah mereka di karenakan tidak adanya fasilitas sekolah
yang memadai.
4.5.2 Fasilitas Beribadah
Universitas Sumatera Utara
Penduduk Lorong Melati mayoritas penduduknya adalah beragama
muslim maka dari itu fasilitas beridah hanya terdapat 1 Mushola dan 1 Mesjid.
4.5.3 Fasilitas Kesehatan
No
Tabel 5.2
Fasilitas Kesehatan Lorong Melati
Jenis Sarana Kesehatan
Jumlah
1
Rumah sakit
-
2
Puskesmas
-
3
Praktek Bidan
-
4
Klinik
-
5
Dokter
-
6
Perawat
-
7
Posyandu
Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yang tercakup di
dalamnya masalah pangan/Gizi serta kesehatan jasmani. Fasilitas kesehatan yang
ada di Lorong Melati hanya lah terdapat 1 unit posyandu. Padahal fasilitas
kesehatan merupakan satu fasilitas yang penting. Jika penduduk di Lorong Melati
sakit maka mereka harus ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan
pertama.
4.6 Hubungan Kekerabatan Dengan Lingkungan Sekitar
Hubungan kekerabatan penduduk Lorong Melati dengan masyarakat
sekitarnya tidak terjalin dengan baik. Antara Lingkungan Lorong dengan daerah
sekitarnya ada perselisihan yang sudah terbangun sejak 20 tahun yang lalu.
Perselisihan berawal dari kecemburuan sosial antar lingkungan namun berlanjut
Universitas Sumatera Utara
hingga sekarang. Lingkungan Lorong Melati berselisih dengan lingkungan Udang
Arang, lingkungan Lorong juga berselisih dengan lingkungan Gang. Lokasi
daerah tersebut saling berdekatan namun hubungan kekerabatan tidak terjalin
dengan baik.
Karena perselisihan tersebut membuat masyarakat sering berkelahi dan
saling pukul bahkan hingga jatuh korban. Perkelahian tersebut terjadi apabila
masyarakatnya dari suatu lingkungan merasa tergangu dengan lingkungan lawan
bahkan hal kecil sekalipun akan menjadikan peperangan yang besar. Perselisihan
tersebut sudah beberapa kali ingin di damai kan oleh pemerintah setempat dengan
mengumpulkan warga dari masing-masing lingkungan untuk melakukan
musyawarah. Kegiatan tersebut dilakukan dengan pemotongan sapi namun segala
usaha pemerintah tidak membuahkan hasil, hingga sekarang perselisihan tersebut
tetap terjadi dan sangat buruk dampaknya terhadap psikologis anak maupun
masyarakat setempat.
4.7 Denah Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS DATA
Dari
hasil
penelitan
yang
telah
dilakukan,
peneliti
mencoba
untukmenganalisis data-data yang telah diperoleh sesuai teknik analisis data
yangdigunakan yaitu teknik analisis data secara kualitatif dengan tipe
penelitiandeskriptif dengan melakukan wawancara mendalam dengan pertanyaan
pertanyaanyang mendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang
dapatmendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapat
mendukungpenelitian. Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang anak putus
sekolahdan 2 orangtua anak yang memiliki anak putus sekolah.
5.1 Hasil Temuan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan
kriteriayang telah peneliti tetapkan. Keselurahan informan dalam peneliti ini
berjumlah 6orang, yakni 4 orang anak yang putus sekolah yang berumur 11-18
tahun dan 2orangtua dari anak putus sekolah. Dari penelitian tersebut, diperoleh
data umummengenai informan melalui nama, umur, tempat/tangga lahir, alamat,
jeniskelamin, agama, anak ke, jumlah saudara.Dalam tahapan analisis ini peneliti
akan menjelaskan identitas informankarena identitas informan merupakan faktor
yang sangat penting untuk diketahuidalam suatu penelitian, dari data informan ini
diharapkan dapat memberikan suatugambaran awal. Untuk melihat gambaran
yang jelas dan rinci, maka penulismencoba menguraikan petikan wawancara
dengan informan serta narasi penulistentang data-data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.1.1 Informan 1
Informan yang pertama bernama Aidil Syahputra seorang anak laki-laki
berusia 16 tahun, lahir di Belawan 17 Januari 2000, anak pertama dari 3
bersaudara dan bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Tinggal dengan nenek dan ayah
kandungnya serta kedua adiknya dan 7 orang sepupu lainnya. Adiknya yang
kedua adalah seorang anak perempuan bersekolah kelas 2 SMP, sedangkan
adiknya yang ketiga adalah seorang laki-laki sudah putus sekolah juga sewaktu
kelas 6 SD.
Ibunya telah meninggal sejak Aidil Syahputra berusia 13 tahun tepatnya 3
tahun yang lalu. Ayah Aidil bekerja sebagai penangkap ikan (nelayan) dan bekerja
untuk orang lain. Ayah Aidil pergi melaut selama 6-7 hari dan pulang ke darat
istirahat selama 2-3 hari kemudian kembali melaut. Setiap pulang melaut ayah
Aidil membawa uang berkisar Rp.150.000-Rp.200.000 tergantung banyaknya
hasil tangkapan di laut. Uang tersebut diberikan kepada neneknya yang mengurus
Aidil beserta adik-adiknya. Aidil merupakan seorang anak yang beragama Islam
dan bersuku Melayu. Pernah mengemban pendidikan di SMA Negeri 20 Bagan
selama sebulan dan duduk di bangku SMA kelas X.
Aidil berhenti sekolah sejak satu tahun yang lalu tepatnya pada semester
ganjil kelas X SMA. Ia memutuskan untuk berhenti sekolah bukan tanpa alasan
melainkan karena ketika sekolah ia mengalami trauma terhadap kekerasan yang
dilakukan teman-temannya kepadanya. Bermula dari masalah kecil ketika Aidil
kehilangan pensil dan teman-teman sekelasnya menyatakan bahwa yag mencuri
pensilnya adalah teman sebangku Aidil.
Universitas Sumatera Utara
‘karna teman-teman ku bilang kawan sebangku ku itu yang curi pensil
ku kak, kutanya lah dia kak, aku nanyaknya baik-baiknya kak tapi si
kawan itu langsung emosi dan ngajak aku bertumbuk kak”
Teman sebangku Aidil adalah seorang anak yang berasal dari lingkungan
Bagan Deli sebuah lingkungan yang berada di pinggiran pantai di daerah
Belawan. Antara lingkungan Bagan Deli dengan lingkungan Lorong memang
sudah terlibat permusuhan sudah sejak lama berkisar 40 tahun lamanya. Jadi
ketika ada sedikit masalah kecil sekalipun dan melibatkan salah satu anak dari
masing-masing lingkungan maka akan berdampak besar. Mereka tidak akan
segan-segan memanggil seluruh anak kampung untuk berperang melawan
lingkungan yang mereka anggap salah bahkan bisa saja saling membunuh.
“karna dia ngajak bertumbuk aku pun emosi lah kak, ayok lah ku bilang
za kak, janjian lah kami kak jumpa di daerah Bagan itu sepulang sekolah,
aku datang nya sendiri kak, ternyata kawan ku itu di bawanya semua
pemuda di kampung nya kak, di tumbuknya aku kak sampek masuk rumah
sakit kemaren karena patah tulang kak”
Sejak saat itu Aidil menjadi takut untuk datang ke sekolah, dia mengalami
trauma ketakutan jika bertemu kembali dengan anak-anak Bagan dia akan di hajar
kembali.
“sejak itu udah takut aku sekolah kak, karna kan sekolah ku daerah
Bagan itu juga banyak kali disitu anak Bagan kak, takut aku nanti di
tumbuk orang itu lagi aku kak”
Karena permasalahan dengan teman sebangkunya itu membuatnya malas
untuk bersekolah, sehingga lama-kelamaan pun Aidil mendapat surat panggilan
pertama dari sekolahnya. Neneknya yang mengetahui dan memenuhi panggilan
dari pihak sekolahnya, neneknya pun menceritakan kejadiannya kepihak sekolah
dan pihak sekolah pun berusaha mendamaikan dengan memanggil Aidil beserta
teman nya tersebut, namun usaha gurunya tersebut tidak membuahkan hasil
Universitas Sumatera Utara
karena Aidil tetap tidak mau sekolah. Hal itu pun berlanjut hingga mendapat surat
panggilan yang ketiga dan pihak sekolah tidak mau memberikan toleran lagi dan
Aidil harus tinggal kelas.
“suntuk kali nenek menghadapi Aidil ini nak, udah berapa kali nenek
menghadap ke sekolahnya hanya untuk mengurusi agar dia mau sekolah
lagi tapi gimana lah dia tetap gak mau sekolah, padahal kawannya
bertumbuk itu udah di peluk-peluknya nenek untuk minta maaf tapi yang
ditakutkan Aidil ini sudah anak Bagan nya bukan lagi teman nya
berantem itu, Aidil ini mau katanya sekolah lagi nak tapi pindah sekolah,
nenek pun gak maksa lagi lah nak, tahu sendiri lah uang pun tak ada
bukannya murah biaya pindah kan, bapaknya za hanya kasih
Rp.200.000/minggu itu pun kadang-kadang, nenek udah tua dan harus
ngurus 8 cucu nenek”
Selain permasalahan dengan teman nya di sekolah kurangnya perhatian
orangtua juga mempengaruhi berhentinya Aidil dari sekolahnya. Ayahnya harus
bekerja melaut dan pulang seminggu sekali. Dengan keadaan seperti ini bisa
dikatakan ayahnya tidak memiliki waktu untuk memperhatikan anak-anaknya
sehingga menjadikan Aidil leluasa menjalankan keinginannya. Berdasarkan
pengakuan neneknya ayah Aidil memang sibuk mencari nafkah karena jika beliau
tidak bekerja tentu beliau tidak akan bisa memenuhi kebutuhan anak-anak nya.
“ayahnya sangat sibuk bekerja nak, kelaut menangkap ikan, pulang nya
seminggu sekali itu pun hanya bawa duit pas-pasan, sangat kurang lah
untuk kebutuhan orang ini bertiga”
Sejak ibunya meninggal Aidil beserta 2 orang adiknya di asuh oleh
neneknya, namun perhatian neneknya tidak bisa sepunuhnya diberikan kepada
Aidil karena kondisi neneknya sudah tua dan harus mengurus cucu nya sebanyak
8 orang dan semua tinggal bersama dengannya. Neneknya mengurus cucu karena
rumah tangga anak-anaknya ada yang kurang harmonis dan meninggalkan anak,
seperti halnya Aidil ibu nya sudah meninggal sehingga mengharuskan neneknya
yang mengurus Aidil beserta adiknya.
Universitas Sumatera Utara
“beginilah nasib nenek nak, di usia tua bukannya menikmati hidup
malahan makin capek nenek, harus mengurus mereka semua, kasihan
juga sih mereka kalau bukan nenek yang ngurus kayak Aidil ini ibu nya
meninggal sepupunya yang lain ada yang orangtua nya bercerai dan
ibunya kerja di Malaysia, mau gak mau yan nenek lah daripada mereka
ga dak yang ngurus kan, tapi kan cucu nenek pada malas semua sekolah
maka nya pening kali kepala nenek, ayahnya mana tahu apa-apa nak
nenek yang capek, apalagi ngurus Aidil ini capek kali, udahlah dia gak
mau makan nasi jadi selalu harus bli roti untuk makan nya atau kalau
gak bli mie instan, kadang nenek harus minjam uang ke tetangga untuk
beli makan nya saja”
Kondisi ekonomi juga berpengaruh terhadap berhentiya Aidil sekolah,
kondisi ekonomi masyarakat pesisir memang bisa dikatakan sangat jauh dari
layak. Dengan pendapatan yang tak menentu seiring dengan itu mereka juga harus
memenuhi kebutuhan hidup yang tidak bisa dielakkan.
“jajan sama ongkos Aidil za dulu waktu sekolah Rp.10.000 sehari nak,
belum lagi adik-adiknya, belum lagi makannya, padahal ayah nya hanya
kasih Rp.200.000 setiap pulang ke rumah itu pun tak menentu, mau juga
kadang ngasihnya hanya Rp.50.000 mau gimana coba untuk sekolah,
maka nya dulu waktu masih sekolah sering juga Aidil ini gak sekolah
karena gak ada ongkos, kadang nenek pinjam juga dari tetangga, untung
juga lah Aidil ini anak yayasan yang di lororng Sentosa itu jadi kalau
datang les mereka di kasi ongkos, trus uang sekolahnya juga dibayar,
kalau gak mungkin SMP pun dulu bisa gak tamat, tapi tetap za si Aidil
ini malas sekolah nak”
Menurut pengakuan neneknya Aidil memang sudah masuk sebagai salah
salah satu yang terdaftar di sebuah yayasan NGO yang bergerak di pemberdayaan
anak pesisir. Yayasan ini membiayai sekolah Aidil mulai dari TK sampai
sekarang tetapi dengan catatan anak tersebut harus bersekolah di sekolah Negeri
jika tidak anak tersebut akan di keluarkan dari Yayasan. Beruntung si Aidil ini
mulai dari TK sampai sekolah SMA selalu dapat di sekolah Negeri namun ketika
mulai masuk SMA dia mendapatkan masalah yang membuatnya berhenti sekolah.
“sewaktu sekolah dulu Aidil ini tak penah buat masalah di sekolahnya,
dia anak baik-baik lah, kalau masuk sekolah pagi tak pernah malas
kadang memang di banguni tapi gak pala susah lah membangunkan nya
nak, sejak SMA ini tadi lah dia sudah mulai malas sekolah, karna takut
sama teman nya tadi nak, kasihan sih memang, tapi gimana lah nak
belum ada uang untuk memindahkan dia sekolah, makanya sudah hampir
setahun ini dia tidak sekolah”
Universitas Sumatera Utara
Semenjak Aidil tidak bersekolah dia pernah bekerja di sebuah Doorsemer
di daerah Panah Hijau, sehari bekerja Aidil bisa mendapatkan hasil cuci kereta
sekitar Rp.40.000-Rp.60.000 tergantung banyaknya kereta yang di cucinya,
perhitungannya setiap mencuci kereta mendapatkan Rp.5.000/kereta. Hasil yang
didapatkannya tersebut digunakan Aidil untuk jajan setiap hari, untuk main
warnet dan beli rokok. Namun dia tidak lama bekerja di Doorsemer tersebut
alasannya karena capek.
“dapet-dapet 50 rebu lah sehari kak, cukup-cukup untuk uang jajan,
main warnet, beli sarapan, dan beli rokok, tapi sebentar za aku kerja
sana kak, jauh x dan capek juga”
Semenjak tidak bekerja lagi menurut neneknya Aidil hanya di rumahrumah saja, membantu neneknya menjaga adik-adiknya, kemudian main sama
teman-temannya, main bola, dan main di warnet. Aidil sudah menawarkan diri
kepada ayahnya untuk ikut melaut untuk menangkap ikan namun ayahnya masih
melarang katanya karena badan Aidil ini sangat kecil dan takut nya tidak sanggup
untuk melaut.
“di rumah za lah kerjaan kak, main bola, main warnet, jaga adek,
habisnya gak tahu lagi mau ngapain gini za lah kerjan menghabiskan
waktu”
Menurut neneknya Aidil sudah mulai bergaul dengan orang-orang yang
lebih dewasa dari dia. Kawan sepermainannya bukan lagi anak-anak yang masih
bersekolah tetapi anak-anak yang sudah putus sekolah sepertinya. Menurut
pengakuan Aidil bersama teman-temannya mereka sering melakukan kegiatan
yang menurut mereka menyenangkan seperti nge-lem, main judi, dan perangperang-perangan dengan anak seberang.
Universitas Sumatera Utara
“kadang nge-lem juga kami kak hehehe...ikut-ikutan perang lah sama
anak udang arang..gak tahu juga sih masalahnya apa hanya ikut-ikutan
za”
Jika ada kesempatan Aidil masih ingin menyelesaikan sekolahnya, karena
menurutnya sekolah juga penting untuk masa depannya, dan sangat ingin keluar
dari daerah Pesisir ini. Dia mengatakan sudah sangat bosan dengan kehidupan
disini dan masih berharap punya kehidupan yang lebih baik nantinya.
“kalau masih bisa sekolah lah kak, kan sekolah itu penting kak, lagian
aku udah bosan tinggal disini kak, pengennya punya kehidupan yang
lebih baik nanti.
5.1.2 Informan II
Informan kedua bernama Muhamad Sidik seorang anak laki-laki berusia
14 tahun, lahir di Belawan pada tanggal 07 April 2003. Sidik merupakan anak
pertama dari empat bersaudara dan bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Adik keduanya adalah
seoarang anak perempuan dan sedang bersekolah di salah satu sekolah Negeri di
Belawan, adiknya yang ketiga juga seoarang anak perempuan yang sekarang
sedang bersekolah di salah satu sekolah yang ada di daerah Belawan juga dan
sedang duduk di bangku kelas 1 SD sedangkan adiknya yang paling kecil adalah
seoarang nak laki-laki yang masih berumur 2 tahun. Tinggal bersama kedua
orangtuanya dan mereka menumpang di rumah orangtua namun keadaan
rumahnya bisa dikatakan sangat tidak layak untuk di tempati.
Ayah sidik merupakan seoarang nelayan yang bekerja menangkap ikan di
laut sebagai buruh upahan bagi orang lain. Pulang seminggu sekali dan ketika
pulang istirahat di darat selama dua atau tiga hari kemudian kembali akan melaut
dan pulang tujuh hari selanjutnya. Ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
dan terkadang mau juga mencari kerja cuci gosok di rumah tetangga. Hal ini tidak
rutin di kerjakannya karena anak-anaknya masih kecil dan tidak ada yang
mengurus.
“kadang aku cuci gosok juga di tempat tetangga dek, tapi ya sesekali
lah karna kan anak-anak ku masih kecil-kecil..biasanya sih sekali
gosok bisa dapat sekitar Rp.30.000 lumayan lah cukup untuk
tambahan jajan si Sidik ini”
Sidik merupakan seoarang anak yang beragama Islam dan bersuku
Melayu, sempat mengemban pendidikan di SD Negeri 69 Belawan Kelurahan
Belawan II. Sekolah tempat Sidik bersekolah merupakan Sekolah gratis karena
adanya program pemerintah dana BOS (Bantuan Oprasional Sekolah) dan
sekolahnya hanya berjarak 800 m dari rumahnya dan bisa di tempuh dengan
berjalan kaki.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sidik menyatakan bahwa ia putus
sekolah ketika ia berada di bangku Sekolah Dasar kelas 6 semester ganjil dan
sudah 3 tahun tidak bersekolah.
“aku putus sekolah kelas 6 SD kak semester ganjil dan sudah 4 tahun aku gak
sekolah kak”
Menurut pengakuannya Sidik putus sekolah karena sudah malas untuk
sekolah. Awalnya karena trauma pernah melihat temannya berantem dan di pukuli
anak Gang sampai meninggal dunia. Melihat kejadian itu Sidik perlahan-lahan
sudah takut untuk pergi ke sekolah karena lokasi sekolahnya berada di lingkungan
Gang tersebut.
“takut untuk pergi sekolah kak, soalnya aku pernah ngeliat teman ku
itu di hantam sama anak Gang sampai meninggal kak, mulai dari situ
takut aku sekolah dan memang sudah ku niatkan udah lah gak usah
sekolah lagi, karna aku pun pernah di kejar sama anak Gang itu kak
tapi untungnya gak dapat sih.. kalau gak mati juga kurasa aku itu
kak”
Universitas Sumatera Utara
Sewaktu masih bersekolah memang bibit kemalasan sudah ada dalam diri
Sidik. Alasan ketakutan sama anak Gang hanya sebagai alasan pendukung saja.
Menurut pengakuan ibunya sewaktu bersekolah dulu dia sering dipanggil ke
sekolah karena Sidik jarang masuk sekolah. Dalam seminggu sudah pasti 2 hari
tidak masuk sekolah.
“sewaktu sekolah dulu pun nak si Sidik ini malas kalinya sekolah,
takutnya itu hanya alasannya za nya itu, setiap pagi dulu ibu harus
membangunkan dia, banguni dia bukan nya gampang..seminggu
sudah pasti sellau ada absen nya, makanya ibu dulu sering dipanggil
datang ke sekolah”
Orangtua Sidik juga tidak memaksakan anaknya untuk bersekolah lagi,
jika memang itu keputusan yang diambil Sidik maka orangtuanya pun tidak
memaksa. Karena kedua orangtua dulu juga tidak bersekolah maka keinginan
atau motivasi orangtua tua untuk menyekolahkan anaknya juga tidak terlalu
tinggi.
“kalau dia malas sekolah ya sudah lah nak, kelaut za menangkap ikan
sekolah tinggi-tinggi pun nanti hanya habis-habiskan duit ujungujugnya ke laut juga nya, ibu sama bapak za dulu gak sekolah nak..
tamat SD za gak makanya ibu gak bisa baca kalau bapak bisa lah
dikit-dikit maka nya Sidik ini pun gak ku paksa sekolah kalau dia gak
mau yang penting bisa baca za.. nanti dia belajar ngaji za lah”
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor berhentinya Sidik dari
sekolahnya. Pendapatan yang pas-pasan dan tidak menentu membuat mereka
kesulitan untuk pembiayaan sekolah. Memang sewaktu SD tidak membayar uang
sekolah tetapi untuk memenuhi kebutuhan sekolah nya saja orangtua Sidik tidak
memiliki biaya, biaya untuk makan sehari-hari saja terkadang tidak dapat
dipenuhi.
“jangan kan sekolah nak, biaya makan za terkadang gak terpenuhi
apalagi adek Sidik ini kan banyak, maka nya ibu pun gak sanggup
Universitas Sumatera Utara
menyekolahkan dia, liatlah rumah kami hanya sepetak itu pun udah
mau tumbang nak, ganti atap yang bocor za pun ga dak uang kami”
Semenjak Sidik berhenti sekolah sudah hampir 3 tahun lamanya, banyak
pekerjaan yang sudah mulai dilakukan Sidik, seperti mencari botot di sepanjang
pinggiran pantai, dan ikut ayahnya menangkap ikan di laut. Tapi pekerjaan
tersebut tidak rutin dilakukannya karena terkadang ada rasa malas. Penghasilan
yang didapatnya dari mencari botot dan menangkap ikan hanya cukup sebagai
tambahan jajan Sidik. Uang tersebut digunakannya untuk modal bermain di
warnet dan sekedar membeli jajanan.
”kadang ikut melaut lah kak, kadang-kadang mencari botot di
sekitaran rumah-rumah sini..penghasilannya pun tak seberapanya
kak hanya cukup untuk main warnet,belik jajanan, aku masih minta
juga nya sama mamak uang jajan ku kak, di kasihnya Rp.3000
sehari makanya kurang ku cari-cari lah botot”
Teman-teman sepermainan Sidik tidak lagi anak yang seusia dengannya.
Dia bergaul dengan pemuda-pemuda yang memang sudah lama tidak bersekolah
lagi. Terkadang teman-teman nya itu menawarkan narkoba kepadanya untuk
mereka konsumsi bersama-sama. Sidik juga pernah diajak untuk ikut berperang
melawan anak lingkungan lain yang memang sering dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di daerah tersebut.
”disini banyak sabu kak, lebih gampang cari sabu daripada cari
kacang goreng hehe..seringnya aku ditawarkan rokok sabu kak
kadang ku coba juga, teman-teman yang kelaut itu semuanya bawa
sabu karna kalau gak pakek itu mana lah tahan di laut sana selama
seminggu, aku juga pernah ikut perang-perangan sama anak udang
arang kak diajak teman kemaren itu”
Semenjak Sidik tidak bersekolah dia memanjangkan rambutnya dan
mewarnainya dengan warna kuning. Menurutnya semua teman-temannya memang
mewarnai rambut mereka dengan warna yang berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
“gaya ini kak lagi musim disini, semua kami seperti ini gantigantian kemaren kami ngecatnya”
Kemauan Sidik untuk melanjutkan sekolah sudah tidak ada lagi. Dia lebih
nyaman dengan kehidupannya sekarang. Sudah malas untuk melanjutkan sekolah.
Rencananya kedepan adalah ikut ayah menjadi nelayan karena hanya pekerjaan
itu yang bisa dilakukannya. Dia juga tidak ada niat untuk keluar dari lingkungan
yang sekarang ini di tempatinya karena dia merasa bahwa kehidupan di pinggiran
pantai adalah kehidupan yang terbaik.
“udah malas sekolah kak, kalau pun ada kesempatan gak mau
laginya aku, nelayan aja lah kak, disini enak hidup nya kak, rame
orang disini banyak teman-teman ku disini”
Menurut Sidik pendidikan bukan lah hal yang terlalu penting. Sekolah
tinggi-tinggi juga nantinya jadi nelayan juga. Sekolah hanya untuk membuang
waktu dan menghabiskan uang orangtua.
”gak pentinya sekolah itu kak, kawan-kawanku banyak nya yang
sekolah kemaren tapi tetap jadi nelayan juganya dia, untuk apa
sekolah kak capek-capek nanti”
Orangtua Sidik juga memiliki pemikiran bahwa sekolah bukanlah menjadi
kunci utama kesuksesan anaknya. Yang terutama adalah memilki keterampilan
untuk mencari uang dan bertanggungjawab terhadap suatu pekerjaan.
”bukan sekolah yang menentukan kesuksesan orang nak, yang
paling penting itu dia bisa cari uang sudah cukuplah, tapi ku buat
juganya Sidik ini belajar ngaji nak, setidaknya supaya bagus lah
agamanya”
5.1.3 Informan III
Informan yang ketiga bernama Muhamad Dafa Alfarizi seorang anak lakilaki berusia 12 tahun. Lahir di Belawan pada tanggal 27 Maret 2005. Dafa
merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara yaitu 4 orang laki-laki dan satu orang
Universitas Sumatera Utara
perempuan, bersuku Melayu dan beragama muslim. Ia lahir dan tumbuh di di
Belawan tepatnya di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan
Belawan Kota Medan, tinggal dengan kedua orangtua serta saudara-saudaranya.
Ayahnya merupakan seorang nelayan melaut dan pulang seminggu sekali. Ketika
ayah mereka pergi melaut Dafa dan saudaranya di urus oleh Ibunya yang bekerja
sebagai buruh cuci gosok. Saudarnya yang pertama adalah seorang anak laki-laki
yang juga sudah putus sekolah semenjak setahun yang lalu sedangkan saudaranya
yang kedua adalah seorang anak perempuan yang juga sudah berenti sekolah.
Sementara adik-adiknya masih belum bersekolah.
Dafa pernah mengemban pendidikan di salah satu sekolah di daerah
Belawan yang mereka sebut dengan sekolah Pajak Baru. Dafa tidak bersekolah
hampir setahun lamanya dan memutuskan sekolahnya ketika kelas 5 SD tepatnya
di semester ganjil.
“sudah setahun lah kak aku gak sekolah, aku bernti sekolah kelas 5
SD kalau tidak salah waktu semester ganjil”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dafa dia menyatakan putus sekolah
karena memang malas bersekolah. Alasan yang pertama karena dia pernah kena
tampar guru sewaktu masih sekolah karena sering lasak di kelas. Semenjak dia di
tampar oleh gurunya dia menjadi malas sekolah dan takut untuk berjumpa dengan
guru tersebut.
“aku pernah kena tampar kak sama guru ku, karna kemaren itu aku
lasak di kelas, jadi takut aku liat guru ku itu jadinya malas aku
sekolah”
Karena ketakutannya dengan guru kelasnya tersebut membuat Dafa
menjadi malas untuk datang ke sekolah. Pada dasarnya memang minat belajar
Dafa sangat kurang. Terlihat bahwa sampai dia kelas lima SD sama sekali belum
Universitas Sumatera Utara
bisa membaca. Dia hanya mengenal huruf namun belum bisa menyatukan huruf
kemudian membacanya. Menurut pengakuan orangtuanya Dafa memang tidak
memilki minat untuk bersekolah.
“Dafa ini malas kali sekolahnya, gak mau belajar, baca pun dia
sampai sekarang belum tahu, dia hanya kenal huruf tapi gak tahu
baca”
Ketakutannya dengan guru di sekolah bukanlah menjadi alasan satusatunya Dafa memutuskan untuk berhenti bersekolah. Salah satu alasan lain
adalah karena dia melihat abang dan kakaknya sudah berhenti sekolah sehingga
rasa malasnya seperti terpupuk dengan melihat abang dan kakaknya tidak
bersekolah. Dulunya Dafa beserta abang dan kakaknya bersekolah di sekolah yang
sama namun ketika kakak dan abangnya berhenti sekolah dia juga ikut-ikutan
malas untuk sekolah.
“malas lah sekolah kak, abang dan kakak ku aja berenti sekolahnya,
kalau aku sendiri sekolah disitu malas lah aku kak, jauh pula
sekolahnya”
Berhentinya abang dan kakaknya dari sekolah itu membuat Dafa menjadi
malas untuk sekolah. Ditambah lagi orangtuanya seperti nya tidak begitu
mempermasalahkan atas berhentinya ketiga anaknya bersekolah. Menurut
pengakuan Ibunya dia sudah menyuruh anaknya untuk bersekolah tetapi anakanaknya memang yang tidak mau untuk bersekolah.
“kusuruhnya anak-anak ku ini bersekolah, tapi memang gak pala ku
paksa karena kalau dipaksapun kalau anaknya yang gak mau susah
itu nak”
Ayah mereka juga tidak terlalu peduli dengan pendidikan anak-anaknya.
Ketika pulang dari melaut dia tidak penah menanyakan kepada istrinya mengapa
anak-anaknya berenti bersekolah. Ketika waktu pulang ke rumah dia pulang dan
Universitas Sumatera Utara
ketika waktu pergi melaut dia pun pergi tanpa pernah menanyakan tentang
pendidikan anak-anaknya.
“kalau ayah anak-anak ini gak pernah nanyak tentang sekolah
anaknya, ibu pun malas cerita kalau gak ditanya, ibu juga pusing
memikirkan sendiri ya sudah biarkan za lah”
Memang mereka tidak pernah bertengkar tetapi ketika dihadapkan dengan
permasalahan anak-anaknya ayahnya tidak menunjukan perhatian sebagaimana
orangtua lainnya. Ayahnya hanya sekedar mencari uang dan memenuhi kebutuhan
anak-anaknya tanpa memperdulikan tentang pendidikan anaknya.
“kami sama bapak gak pernahnya berantem nak, tapi memang
bapak orang ini gak mau tahu kalau masalah anak, apalagi kalau
maslah sekolah, dia hanya tahunya cari makan heheh...”
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu pemicu berhentinya Dafa dari
sekolah. Karena pendapatan yang tidak seberapa sementara banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi membuat persekolahan Dafa beserta abang dan kakaknya
sulit untuk di lanjut kan. Pendapatan ayahnya yang bisa dikatakan sangat jauh dari
cukup tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersekolah. Ayahnya hanya
mampu membawa uang Rp.400.000 - Rp.500.000 selama seminggu bekerja di
laut. Sementara mereka harus membiayai keperluan kelima anak mereka.
“gak cukuplah uang segitu untuk biaya sekolah nak, hanya cuup
untuk makan za nya, apalagi sekolah orang ini kemaren jauh kan,
jadi ongkos setiap hari sama jajannya za udah berapa”
Semenjak Dafa tidak lagi bersekolah tidak ada kegiatan yang
dilakukannya. Sepanjang hari kerjanya hanya bermain dengan teman, main warnet
dan seseklai menjaga adiknya. Menurut pengakuannya Dafa bisa menghabiskan
waktu selama 5 jam bermain di warnet. Ketika di warnet kegiatan yag
dilakukannya adalah bermain game PB (Point Blank).
Universitas Sumatera Utara
“ga dak kerjaan ku kak, paling sering main di warnet lah, main
game PB kak hehehe”
Dafa masih ingin melanjutkan sekolahnya namun permintaannya kepada
orangtuanya adalah dia dipindahkan dari sekolah lamanya. Sekolahnya yang lama
terlalu jauh jika dia berangkat sendirian maka dia mau sekolah jika dia di
pindahkan ke sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya. Namun
permintaannya itu belum bisa dikabulkan oleh orangtuanya karena biaya untuk
pindah sekolah bukan lah murah. Dengan pendapatan yang pas-pasan sekolah
Dafa tidak dapat di pindahkan secepatnya.
“gimana lah nak Dafa ini minta pindah sekolah tapi kan baiya
pindah sekolah bukannya murah, mahal kali. Sementara pendapatan
kami hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ya harus sabar lah
kapan ada duit nanti disitu za sekolahnya”
Berheti sekolah tidak membuat Dafa menjadi minder atau malu dengan
teman-teman sepergaulannya. Karena di lingkungan tepat tinggalnya banyak
sekali anak yang putus sekolah. Maka dari itu walaupun tidak sekolah dia tidak
merasa minder bahkan terlihat dia sangat menikmati hidupnya walaupun sudah
tidak bersekolah lagi.
“gak malu lah kak, biasa za nya. Disni itu kak banyak kali anak
yang gak sekolah. Banyak kali pun. Bahkan teman-teman ku lebih
banyak yang tidak sekolah daripada yang sekolah tiap hari kami
main bersama”
5.1.4 Informan IV
Informan yang keempat bernama Jihan seorang anak perempuan berusia
12 tahun, lahir di Belawan 10 Oktober 2005, anak ke empat dari 5 bersaudara ini
bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan
Belawan Kota Medan. tinggal bersama kakak nya dan seorang adiknya. Kedua
orangtua telah meninggal. Ayahnya meninggal berkisar 10 tahun yang lalu
Universitas Sumatera Utara
sementara ibunya meninggal 3 tahun yang lalu. Ayahnya meninggal di tengah laut
ketika menangkap ikan hal itu dikarenakan kapal yang digunakan ayahnya untuk
menangkap ikan mesinnya terbakar. Ibunya meninggal karena sakit sehingga
membuat Jihan menjadi seorang anak yatim piatu.
Juhan berhenti sekolah sejak setahun yang lalu tepatnya pada semester
genap kelas 5 SD. Ia memutuskan sekolah karena keadaan ekonomi yang tidak
memungkinkan. Semenjak kedua orangtua meninggal dunia Jihan dan adiknya di
asuh oleh kakaknya. Kakak Jihan yang pertama sudah menikah dan memiliki anak
satu namun sudah bercerai dengan suaminya. Semenjak sudah bercerai dengan
suaminya kakak Jihan kembali ke rumah orangtua mereka dan tinggal bersamasama. Kakak Jihan yang kedua tinggal juga bersama mereka namun kakaknya
tersebut juga tidak bekerja. Sementara kakak Jihan yang ketiga bekerja di
Malaysia dan kakak nya tersebut yang membiayai kehidupan mereka semua. Jihan
juga memiliki seorang adik laki-laki yang masih kecil. Dia sedang bersekolah di
salah satu sekolah yang ada di dekat lingkungan tempat mereka tinggal.
“aku putus sekolah semenjak kelas 5 SD kak, pas mau naik kelas 6
waktu itu, sekarang udah hampir setahun lah aku gak sekolah”
Sebenarnya Jihan sangat ingin bersekolah namun karena kesulitan
ekonomi membuatnya harus berhenti sekolah. Semasa sekolah Jihan sering sekali
berangkat sekolah tanpa uang jajan, walaupun keadaan demikian dia tetap
memaksakan diri untuk bersekolah. Namun, ketika di hadapkan dengan
permasalahan biaya sekolah Jihan tidak punya pilihan lain selain berhenti sekolah.
Karena kakaknya tidak mampu untuk membiayai persekolahan adiknya.
“sebenarnya aku mau sekolah kak, tapi kek mana lah kak, semenjak
mamak meninggal kakak gak sanggup membiayai uang sekolah ku”
Universitas Sumatera Utara
Menurut penuturan tetangganya kehidupan keluarga Jihan sangat berubah
semenjak kedua orangtuanya meninggal. Ditambah lagi kakaknya yang pertama
bercerai dengan suami nya dan kembali ke rumah orangtuanya dengan membawa
seorang anak. Mereka sangat kesulitan ekonomi karena kehidupan mereka hanya
di biayai oleh kakak Jihan yang bekerja di Malaysia.
“kasihan lah dek si Jihan itu semenjak bapak dan mamaknya sudah
meninggal kehidupannya sangat berubah. Dia harus putus sekolah
dan kesulitan biaya makan”
Kesulitan ekonomi mengharuskan mereka hidup dalam kekurangan.
Kakak nya yang pertama sebenarnya ingin bekerja untuk bisa menyekolahkan
adiknya namun karena anaknya masih kecil sehingga belum bisa untuk
ditinggalkan.
“mau sih cari kerja kak tapi anak ku masih kecil belum bisa di
tinggal, kalau dibiarkan Jihan yang jaga takutnya dia belum terampil
karena kan masih terlalu kecil juga”
Kakaknya sebenarnya sangat ingin menyekolahkan Jihan apalagi Jihan
sangat antusias untuk bersekolah namun keinginan itu terhalang karena kesulitan
ekonomi. Untuk biaya makan sehari-hari saja mereka harus bersusah payah.
Apalagi biaya sekolah sekarang sangat mahal karena alasan itu lah yang membuat
Jihan harus putus sekolah.
”sebenarnya kasihan Jihan kak gak bia sekolah, tapi mau gimana
biaya makan kami sehari-hari saja sangat sulit apalagi untuk sekolah,
kami benar-benar tidak mampu, makanya ku bilang sma Jihan ini
sabar-sabar lah kalau nanti ada uang kan bisa ambil ijasah aja”
Selama Jihan tidak bersekolah dia menjadi malas bergaul dengan temantemannya. Dia lebih banyak menyendiri dan berdiam diri di rumah. Dia menjadi
anak yang pendiam dan pemalu. Ketika berkomunikasi dengan orang lain dia
menjadi tidak percaya diri. Hal ini terjadi semnjak Jihan tidak sekolah lagi. Setiap
Universitas Sumatera Utara
hari dia memang tidak pernah mendesak kakaknya untuk kembali bersekolah
namun dari sikap yang ditunjukkannya Jihan sebenarnya sangat ingin untuk
bersekolah lagi.
”ya gitu lah kak, selama gak sekolah Jihan udah banyak berubah, dia
menjadi pendiam dan tidak percaya diri, memang dia tidak mendesak
untuk sekolah lagi tapi sebenarnya kami tahu dia sangat ingin
sekolah. Tapi kembali lagi kak kalau tidak ada biaya mau bilang apa
lebih baik gak usah sekolah lah daripada gak makan hehehhe”
Setiap harinya tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang
Jihan lakukan. Dia hanya membantu pekerjaan rumah dan sesekali menjaga
keponakannya yang masih kecil. Namun terkadang dia juga mau jika disuruh cuci
gosok oleh tetangganya dan uangnya digunakannya untuk tambah-tambah biaya
keperluan sehari-hari. Tetapi pekerjaan itu tidak rutin dilakukan nya karena Jihan
masih terlalu kecil untuk bekerja sehingga tetanga-tetangganya pun kasihan untuk
menyuruhnya.
“kerjaan ku dirumah itu lah kak, cuci piring, nyapu, kadang-kadang
jaga keponakan. Tapi mau juga kadang aku di suruh nyuci sama
tetangga di sini kak, upahnya kadang aku pakek untuk beli sayur atau
palah yang ga dak di rumah, tapi itu gak sering kak, kalau ada yang
suruh za nya itu”
Menurut pengakuannya putus sekoah membuat Jihan menjadi tidak
percaya diri dengan teman-temannya dan hal itu membuatnya malas untuk
bermain bersama. Dia merasa bahwa dia adalah anak yang paling bodoh karena
tidak bersekolah. Memang anak laki-laki sangat banyak yang putus sekolah di
lingkungan nya namun anak perempuan sangat sedikit yang putus sekolah. Anak
perempuan lebih banyak yang bersekol
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriftif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang
diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk yang berlangsung
(Siagian, 2011:52). Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
yang menyebabkan anak putus sekolah di daerah pesisir Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Alasan memilih lokasi penelitian ini,
karena Belawan merupakan salah satu kawasan laut yang ada di Sumatera Utara
yang disekitar pinggiran laut banyak masyarakat yang bermukim di pesisir pantai.
Karena daerah pesisir Belawan begitu luas yang terbagi menjadi beberapa
Kelurahan, maka peneliti mengambil lokasi penelitian di Kelurahan Belawan 1 di
Lorong Melati alasan peneliti memilih lokasi ini karena lokasi ini merupakan
lingkungan yang angka anak putus sekolahnya tinggi selain itu pengalaman
peneliti melakukan Praktikum II (akhir) di lingkungan ini yaitu pendampingan
untuk anak-anak pesisir jadi akan mempermudah peneliti dalam memperoleh data
dan fakta terkait penelitian yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Subjek Penelitian
Peneliti tidak menggunakan populasi dan sampel dalam penelitian ini,
tetapi menggunakan subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan
berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Bungin, 2007:76).
Informan penelitian ini meliputi berbagai macam seperti:
1. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang di teliti. Pihak yang menjadi informan utama adalah anak
yang putus sekolah pada jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA ,
anak tersebut berusia 11-18 tahun karena dianggap mengerti akan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
2. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.
Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anakanak yang putus sekolah dan berjumlah 2 orang.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang diproleh akan dianalisis tanpa
menggunakan uji statistik, melainkan lebih mendreskripskan data tersebut. Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan (library research), yaitu proses memproleh data atau
informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui
penelaahan buku, jurnal, majalah, surat kabar, atau data tulisan lainnya
Universitas Sumatera Utara
untuk memperkuat pertimbangan teoritis yang relevan dengan masalah
yang akan diteliti (Siagian, 2011:206).
2. Studi lapangan/survey, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui kegiatan-kegiatan penelitian langsung dilokasi penelitian untuk
mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:
1. Observasi, secara luas berarti setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran. Dalam observasi ini peneliti melakukan nya dengan 2
cara yaitu:
a. Observasi Partisipan ( Life Together), peneliti ikut serta dalam
kegiatan-kegitatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang
diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. Dalam hal ini
peneliti selama 3 bulan
melakukan praktikum II, 2 kali dalam
seminggu tinggal bersama di lingkungan tersebut.
b. Observasi non partisipan, peneliti berada di luar subjek yang
diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Karena itu peneliti lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku
yang diharapkan. Pengamatan juga dilakukan menggunakan indra
pengelihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
2. Wawancara Mendalam, wawancara ada dua jenis, yaitu wawancara
relatif berstruktur dan wawancara bebas. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan wawancara bebas. Peneliti juga mengajukan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang mengundang jawaban atau komentar
subjek secara bebas. Pandangan, pendapat, sikap, dan keyakinan
subjek yang diwawancarai tidak banyak dipengaruhi pewawancara,
Universitas Sumatera Utara
dan biasanya berlangsung secara informal, luwes dan memakan waktu
yang lama. Untuk wawancara jenis ini, akan menuntut keterampilan
dan kejelian peneliti, menguasai permasalah agar jawaban dapat
disimpulkan dan muara pembicaran dapat terkontrol (Danim
2002:139). Wawancara mendalam ini untuk memperoleh secara detail
faktor-faktor penyebab anak putus sekolah.
3.5 Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Data-data yang telah didapatkan dari hasil penelitian
lapangan akan dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis dengan menggambarkan
dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas sehingga data dapat
dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti
(Bungin, 2007).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Dan Letak Geografis Lokasi Penelitian
Lingkungan Lorong Melati merupakan salah satu dari ke-31 lingkungan
yang ada di Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan.
Lingkungan Lorong Melati adalah lingkungan XXVII di Kelurahan Belawan 1.
Pada tahun 1950 seluruh daerah Belawan di satukan dalam satu Kelurahan yang
disebut dengan Kelurahan Belawan. Namun karena kelurahan ini berkembang
pesat, dimana para kenalan sanak keluarga dan orang-orang merantau dari luar
daerah yang datang untuk mencari pekerjaan ke kelurahan ini maka pada tahun
1970 karena luasnya wilayah dan padatnya penduduk di Kecamatan Medan
Belawan maka di lakukan lah pemekaran wilayah sehingga kecamatan Medan
Belawan terbagi menjadi 6 kelurahan. Ke-enam Kelurahan tersebut adalah:
1. Kelurahan Belawan 1
2. Kelurahan Belawan 2
3. Kelurahan Bahari
4. Kelurahan Bahagia
5. Kelurahan Canang
6. Kelurahan Bagan Deli
Lingkungan Lorong Melati merupakan salah satu lingkungan yang masuk
kedalam Kelurahan Belawan 1. Lingkungan Lorong Melati terbentuk sekitar 80
tahun yang lalu. Lorong Melati ini terbentuk berawal dari beberapa nelayan yang
membuat pemukiman persinggahan ketika sudah kelelahan menangkap ikan di
Universitas Sumatera Utara
laut selama seminggu. Awalnya tempat tersebut mereka gunakan hanya untuk
tempat istirahat karena mungkin tempat tinggal mereka jauh.
Nelayan tersebut membangun rumah-rumah kecil di atas permukaan laut
di sekitar pinggiran pantai. Namun lama-kelaman nelayan tersebut mulai
membawa keluarganya ke rumah-rumah kecil yang mereka bangun. Ketika
menangkap ikan ke laut nelayan tersebut meninggalkan sanak saudaranya di
rumah kecil tersebut dan kembali lagi nanti setelah seminggu mereka melaut.
Karena sudah mulai ada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut maka
mengundang nelayann lain untuk membuat rumah kecil tersebut dan membawa
keluarganya juga. Semakin banyak masyarakat yang membuat rumah di tempat
tersebut hingga sekarang sudah menjadi sebuah lingkungan yang banyak di
tempati oleh masyarakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan ataupun
pekerjaan lainnya.
Lingkungan Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan
Belawan Kota Medan berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Lingkungan Lorong Sedar
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Lingkungan Lorong Kenanga
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Tm.Pahlawan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut.
Lingkungan Lorong Melati memiliki luas 2742 m. Lahan yang digunakan
masyarakat untuk membangun rumah merupakan lahan pemerintah. Mereka
menempati tempat tersebut hanya lah sebagai hak pakai dan bukan menjadi hak
milik meskipun mereka membangun rumah mereka di atas lahan tersebut.
Pemerintah sudah sering mengisukan akan menggusur daerah ini, isu tersebut
Universitas Sumatera Utara
beredar sudah dari 20 tahun yang lalu namun pada kenyataannya hingga sekarang
daerah tersebut belum di gusur. Masyarakat tidak bisa dikatakan menempati
daerah tersebut secara ilegal karena mereka membayar pajak bangunan ke
pemerintah. Jadi bisa dikatakan masyarakat tersebut dijinkan tinggal di daerah
tersebut walaupun menggunakan lahan pemerintah.
4.2 Tata Ruang Lokasi Penelitian
Pemukiman penduduk di Lorong Melati memiliki tingkat kepadatan yang
tinggi. Pemukiman yang satu dengan yang lain sangat rapat dan bahkan tidak
memiliki jarak. Bangunan-bangunan rumah di Lorong Melati di bangun tepat
diatas permukaan laut. Pondasi rumah di buat sedemikian tinggi agar tidak di
masuki air laut. Antara bangunan yang satu dengan yang lainnya di hubungkan
oleh jembatan pembantu. Rata-rata bangunan rumah terbuat dari bahan kayu.
Perumahan di Lorong Melati bisa dikatakan adalah pemukima kumuh yang tidak
layak untuk di tempati. Air laut yang bercampur lumpur di bawah rumah
mengeluarkan bau tidak sedap. Semua limbah rumah tangga seperti aliran kamar
mandi dan sampah di alirkan ke laut di bawah rumah masing-masing. Sampahsampah dan limbah tersebutlah yang mengeluarkan bauk yang tidak sedap.
Bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran pantai pasang air laut adalah
suatu hal yang sudah biasa mereka alami. Ketika pasang laut tiba maka air yang
bercampur lumpur di bawah rumah mereka akan naik ke atas dan memasuki
rumah mereka serta menggenangi jalan. Pasang air laut tersebut terjadi 2-3 kali
dalam sebulan. Pemukiman kumuh dan lingkungan yang tidak bersih tersebut lah
yang membuat daerah ini sebenarnya tidak layak untuk di huni karena berbahaya
Universitas Sumatera Utara
bagi kesehatan. Mayoritas penduduk di Lorong Melati bekerja sebagai nelayan,
sebagian pedagang dan pekerja lepas lainnya. Luas wilayah mencapai 2742 m.
4.3 Cara Mencapai Lokasi Penelitian
Lorong Melati merupakan salah satu daerah yang ada di Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Jarak antara pusat kota
Medan dengan Lorong Melati kurang lebih 23 Km dan bisa di tempuh dengan
waktu satu setengah jam apabila menggunakan angkutan umum dan sekitar satu
jam apabila menggunakan kendaraan sendiri seperti sepeda motor.
Jika kita berasal dari daerah Medan dan memasuki kawasan Kelurahan
Belawan 1 Lorong Melati berada di sebelah kiri jalan Tm.Pahlawan atau jalan
menuju Pelabuhan Belawan. Semua wilayah yang berada di sebelah kiri jalan
disebut sebagai wilayah Lorong sementara daerah yang berada di sebelah kanan
jalan yang merupakan Kelurahan Belawan 2 disebut dengan wilayah Gang.
Menuju ke Lorong Melati dapat di akses dengan mudah karena banyak
sarana pendukung seperti jalan mulus dan di dukung dengan sarana angkutan kota
dari berbagai jurusan. Namun angkutan kota hanya melawati pinggiran jalan
besar. Kita harus berjalan kaki kurang lebih 200 m dari jalan besar untuk
mencapai daerah Lorong Melati. Bisa menggunakan sepeda motor namun tidak
bisa menggunakan kendaraan roda empat karena jalan menuju Lorong Melati
sangat sempit dan hanya bisa digunakan untuk pejalan kaki dan jalan sepeda
motor.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Kondisi Sosial Ekonomi
4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan
Medan Belawan sejumlah 188 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk
sebanyak 1276 jiwa dengan perincian laki-laki 721 jiwa dan perempuan 556 jiwa.
Tabel 4.1
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
1
Laki-laki
721
56,50%
2
Perempuan
556
43,57%
1276
100%
Jumlah
Sumber data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, diketahui bahwa penduduk di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan mayoritas adalah laki-laki
sekitar 56.57% dan penduduk perempuan sekitar 43,57%.
4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Kelompok Usia
Jumlah
Persentase
1
0-5 Tahun
106
8,30%
2
6-9 Tahun
106
8,30%
3
10-16 Tahun
203
15,90%
4
17-25 Tahun
228
17,86%
5
26-30 Tahun
107
8,38%
6
31-35 Tahun
107
8,38%
7
36-40 Tahun
106
8,30%
Universitas Sumatera Utara
8
41-45 Tahun
76
5,95%
9
46 tahun ke atas
237
18,57%
1276
100%
Jumlah
Sumber data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Lorong Melati
Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan usia
paling tinggi pada usia 46 tahun ke atas yang berjumlah 237 jiwa (18,57%),
kemudian diikuti oleh
kelompok usia 17-25 tahun yang berjumlah 228 jiwa
(17,86%), sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu pada kelompok usia 41-45
tahun yang berjumlah 76 jiwa (5,95%).
4.4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
1
Pegawai Negri Sipil
-
-
2
TNI
-
-
3
Medis
-
-
4
Polri
-
-
5
Guru
-
-
6
Petani
-
-
7
Nelayan
202
43,44%
8
Pedagang
7
1,50%
9
Pekerja Lepas
196
42,15%
10
Dan lain-lain
60
12,90%
Jumlah
465
100%
Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas, diketahui bahwa jumlah penduduk di Lorong Melati
Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan mata
pencaharian mayoritas adalah yang bermata pencaharian nelayan berjumlah 202
jiwa (43,44%), kemudian di ikuti dengan bermata pencaharian pekerja lepas
berjumlah 196 jiwa (42,15%), sementara yang paling rendah adalah masyarakat
yang bermata pencaharian pedagang berjumlah 7 jiwa (1,50%).
4.4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase
1
Tidak Sekolah
63
12,54% %
2
TK/Paud
16
3,18%
3
SD
188
37,45%
4
SMP
54
10,75%
5
SMA
51
10,15%
6
Universitas
5
0,99%
7
Putus Sekolah
60
11,95%
502
100%
Jumlah
Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, diketahui jumlah penduduk di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan berdasarkan tingkat
pendidikan paling tinggi adalah masyarakat yang bersekolah pada tingkat SD
yang berjumlah 188 jiwa (37,45%), kemudian di ikuti pada tingkat tidak sekolah
bersekolah yang berjumlah 18 jiwa (12,54%), sementara yang paling rendah pada
tingkat Universitas yang berjumlah 5 jiwa (0,99%).
4.4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Universitas Sumatera Utara
Jumlah penduduk di Lorong Melati kelurahan Belawan 1 Kecamatan
Medan Belawan Kota Medan berdasarkan agama adalah mayoritas Muslim. 100%
jumlah penduduk yang tinggal di Lorong Melati adalah beragama muslim.
4.5 Fasilitas Umum
Fasilitas Umum yang tersedia di Lorong Melati kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, dan fasilitas ibadah.
4.5.1 Fasilitas Pendidikan
No
Tabel 5.1
Fasilitas Pendidikan Lorong Melati
Jenis Pendidikan
Jumlah
Keterangan
Negri/Swasta
1
TK/PAUD
1
Swasta
2
SD
-
-
3
SMP
-
-
4
SMA
-
-
5
Uiversitas
-
-
6
Kursus-kursus
-
-
Sumber Data: Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Dari tabel diatas, dapat di lihat bahwa sarana pendidikan yang ada di
Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
hanya lah fasilitas pendidikan TK/Paud swasta. Penduduk Lorong Melati
bersekolah keluar dari daerah mereka di karenakan tidak adanya fasilitas sekolah
yang memadai.
4.5.2 Fasilitas Beribadah
Universitas Sumatera Utara
Penduduk Lorong Melati mayoritas penduduknya adalah beragama
muslim maka dari itu fasilitas beridah hanya terdapat 1 Mushola dan 1 Mesjid.
4.5.3 Fasilitas Kesehatan
No
Tabel 5.2
Fasilitas Kesehatan Lorong Melati
Jenis Sarana Kesehatan
Jumlah
1
Rumah sakit
-
2
Puskesmas
-
3
Praktek Bidan
-
4
Klinik
-
5
Dokter
-
6
Perawat
-
7
Posyandu
Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017
Kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yang tercakup di
dalamnya masalah pangan/Gizi serta kesehatan jasmani. Fasilitas kesehatan yang
ada di Lorong Melati hanya lah terdapat 1 unit posyandu. Padahal fasilitas
kesehatan merupakan satu fasilitas yang penting. Jika penduduk di Lorong Melati
sakit maka mereka harus ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan
pertama.
4.6 Hubungan Kekerabatan Dengan Lingkungan Sekitar
Hubungan kekerabatan penduduk Lorong Melati dengan masyarakat
sekitarnya tidak terjalin dengan baik. Antara Lingkungan Lorong dengan daerah
sekitarnya ada perselisihan yang sudah terbangun sejak 20 tahun yang lalu.
Perselisihan berawal dari kecemburuan sosial antar lingkungan namun berlanjut
Universitas Sumatera Utara
hingga sekarang. Lingkungan Lorong Melati berselisih dengan lingkungan Udang
Arang, lingkungan Lorong juga berselisih dengan lingkungan Gang. Lokasi
daerah tersebut saling berdekatan namun hubungan kekerabatan tidak terjalin
dengan baik.
Karena perselisihan tersebut membuat masyarakat sering berkelahi dan
saling pukul bahkan hingga jatuh korban. Perkelahian tersebut terjadi apabila
masyarakatnya dari suatu lingkungan merasa tergangu dengan lingkungan lawan
bahkan hal kecil sekalipun akan menjadikan peperangan yang besar. Perselisihan
tersebut sudah beberapa kali ingin di damai kan oleh pemerintah setempat dengan
mengumpulkan warga dari masing-masing lingkungan untuk melakukan
musyawarah. Kegiatan tersebut dilakukan dengan pemotongan sapi namun segala
usaha pemerintah tidak membuahkan hasil, hingga sekarang perselisihan tersebut
tetap terjadi dan sangat buruk dampaknya terhadap psikologis anak maupun
masyarakat setempat.
4.7 Denah Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS DATA
Dari
hasil
penelitan
yang
telah
dilakukan,
peneliti
mencoba
untukmenganalisis data-data yang telah diperoleh sesuai teknik analisis data
yangdigunakan yaitu teknik analisis data secara kualitatif dengan tipe
penelitiandeskriptif dengan melakukan wawancara mendalam dengan pertanyaan
pertanyaanyang mendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang
dapatmendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapat
mendukungpenelitian. Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang anak putus
sekolahdan 2 orangtua anak yang memiliki anak putus sekolah.
5.1 Hasil Temuan
Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan
kriteriayang telah peneliti tetapkan. Keselurahan informan dalam peneliti ini
berjumlah 6orang, yakni 4 orang anak yang putus sekolah yang berumur 11-18
tahun dan 2orangtua dari anak putus sekolah. Dari penelitian tersebut, diperoleh
data umummengenai informan melalui nama, umur, tempat/tangga lahir, alamat,
jeniskelamin, agama, anak ke, jumlah saudara.Dalam tahapan analisis ini peneliti
akan menjelaskan identitas informankarena identitas informan merupakan faktor
yang sangat penting untuk diketahuidalam suatu penelitian, dari data informan ini
diharapkan dapat memberikan suatugambaran awal. Untuk melihat gambaran
yang jelas dan rinci, maka penulismencoba menguraikan petikan wawancara
dengan informan serta narasi penulistentang data-data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.1.1 Informan 1
Informan yang pertama bernama Aidil Syahputra seorang anak laki-laki
berusia 16 tahun, lahir di Belawan 17 Januari 2000, anak pertama dari 3
bersaudara dan bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Tinggal dengan nenek dan ayah
kandungnya serta kedua adiknya dan 7 orang sepupu lainnya. Adiknya yang
kedua adalah seorang anak perempuan bersekolah kelas 2 SMP, sedangkan
adiknya yang ketiga adalah seorang laki-laki sudah putus sekolah juga sewaktu
kelas 6 SD.
Ibunya telah meninggal sejak Aidil Syahputra berusia 13 tahun tepatnya 3
tahun yang lalu. Ayah Aidil bekerja sebagai penangkap ikan (nelayan) dan bekerja
untuk orang lain. Ayah Aidil pergi melaut selama 6-7 hari dan pulang ke darat
istirahat selama 2-3 hari kemudian kembali melaut. Setiap pulang melaut ayah
Aidil membawa uang berkisar Rp.150.000-Rp.200.000 tergantung banyaknya
hasil tangkapan di laut. Uang tersebut diberikan kepada neneknya yang mengurus
Aidil beserta adik-adiknya. Aidil merupakan seorang anak yang beragama Islam
dan bersuku Melayu. Pernah mengemban pendidikan di SMA Negeri 20 Bagan
selama sebulan dan duduk di bangku SMA kelas X.
Aidil berhenti sekolah sejak satu tahun yang lalu tepatnya pada semester
ganjil kelas X SMA. Ia memutuskan untuk berhenti sekolah bukan tanpa alasan
melainkan karena ketika sekolah ia mengalami trauma terhadap kekerasan yang
dilakukan teman-temannya kepadanya. Bermula dari masalah kecil ketika Aidil
kehilangan pensil dan teman-teman sekelasnya menyatakan bahwa yag mencuri
pensilnya adalah teman sebangku Aidil.
Universitas Sumatera Utara
‘karna teman-teman ku bilang kawan sebangku ku itu yang curi pensil
ku kak, kutanya lah dia kak, aku nanyaknya baik-baiknya kak tapi si
kawan itu langsung emosi dan ngajak aku bertumbuk kak”
Teman sebangku Aidil adalah seorang anak yang berasal dari lingkungan
Bagan Deli sebuah lingkungan yang berada di pinggiran pantai di daerah
Belawan. Antara lingkungan Bagan Deli dengan lingkungan Lorong memang
sudah terlibat permusuhan sudah sejak lama berkisar 40 tahun lamanya. Jadi
ketika ada sedikit masalah kecil sekalipun dan melibatkan salah satu anak dari
masing-masing lingkungan maka akan berdampak besar. Mereka tidak akan
segan-segan memanggil seluruh anak kampung untuk berperang melawan
lingkungan yang mereka anggap salah bahkan bisa saja saling membunuh.
“karna dia ngajak bertumbuk aku pun emosi lah kak, ayok lah ku bilang
za kak, janjian lah kami kak jumpa di daerah Bagan itu sepulang sekolah,
aku datang nya sendiri kak, ternyata kawan ku itu di bawanya semua
pemuda di kampung nya kak, di tumbuknya aku kak sampek masuk rumah
sakit kemaren karena patah tulang kak”
Sejak saat itu Aidil menjadi takut untuk datang ke sekolah, dia mengalami
trauma ketakutan jika bertemu kembali dengan anak-anak Bagan dia akan di hajar
kembali.
“sejak itu udah takut aku sekolah kak, karna kan sekolah ku daerah
Bagan itu juga banyak kali disitu anak Bagan kak, takut aku nanti di
tumbuk orang itu lagi aku kak”
Karena permasalahan dengan teman sebangkunya itu membuatnya malas
untuk bersekolah, sehingga lama-kelamaan pun Aidil mendapat surat panggilan
pertama dari sekolahnya. Neneknya yang mengetahui dan memenuhi panggilan
dari pihak sekolahnya, neneknya pun menceritakan kejadiannya kepihak sekolah
dan pihak sekolah pun berusaha mendamaikan dengan memanggil Aidil beserta
teman nya tersebut, namun usaha gurunya tersebut tidak membuahkan hasil
Universitas Sumatera Utara
karena Aidil tetap tidak mau sekolah. Hal itu pun berlanjut hingga mendapat surat
panggilan yang ketiga dan pihak sekolah tidak mau memberikan toleran lagi dan
Aidil harus tinggal kelas.
“suntuk kali nenek menghadapi Aidil ini nak, udah berapa kali nenek
menghadap ke sekolahnya hanya untuk mengurusi agar dia mau sekolah
lagi tapi gimana lah dia tetap gak mau sekolah, padahal kawannya
bertumbuk itu udah di peluk-peluknya nenek untuk minta maaf tapi yang
ditakutkan Aidil ini sudah anak Bagan nya bukan lagi teman nya
berantem itu, Aidil ini mau katanya sekolah lagi nak tapi pindah sekolah,
nenek pun gak maksa lagi lah nak, tahu sendiri lah uang pun tak ada
bukannya murah biaya pindah kan, bapaknya za hanya kasih
Rp.200.000/minggu itu pun kadang-kadang, nenek udah tua dan harus
ngurus 8 cucu nenek”
Selain permasalahan dengan teman nya di sekolah kurangnya perhatian
orangtua juga mempengaruhi berhentinya Aidil dari sekolahnya. Ayahnya harus
bekerja melaut dan pulang seminggu sekali. Dengan keadaan seperti ini bisa
dikatakan ayahnya tidak memiliki waktu untuk memperhatikan anak-anaknya
sehingga menjadikan Aidil leluasa menjalankan keinginannya. Berdasarkan
pengakuan neneknya ayah Aidil memang sibuk mencari nafkah karena jika beliau
tidak bekerja tentu beliau tidak akan bisa memenuhi kebutuhan anak-anak nya.
“ayahnya sangat sibuk bekerja nak, kelaut menangkap ikan, pulang nya
seminggu sekali itu pun hanya bawa duit pas-pasan, sangat kurang lah
untuk kebutuhan orang ini bertiga”
Sejak ibunya meninggal Aidil beserta 2 orang adiknya di asuh oleh
neneknya, namun perhatian neneknya tidak bisa sepunuhnya diberikan kepada
Aidil karena kondisi neneknya sudah tua dan harus mengurus cucu nya sebanyak
8 orang dan semua tinggal bersama dengannya. Neneknya mengurus cucu karena
rumah tangga anak-anaknya ada yang kurang harmonis dan meninggalkan anak,
seperti halnya Aidil ibu nya sudah meninggal sehingga mengharuskan neneknya
yang mengurus Aidil beserta adiknya.
Universitas Sumatera Utara
“beginilah nasib nenek nak, di usia tua bukannya menikmati hidup
malahan makin capek nenek, harus mengurus mereka semua, kasihan
juga sih mereka kalau bukan nenek yang ngurus kayak Aidil ini ibu nya
meninggal sepupunya yang lain ada yang orangtua nya bercerai dan
ibunya kerja di Malaysia, mau gak mau yan nenek lah daripada mereka
ga dak yang ngurus kan, tapi kan cucu nenek pada malas semua sekolah
maka nya pening kali kepala nenek, ayahnya mana tahu apa-apa nak
nenek yang capek, apalagi ngurus Aidil ini capek kali, udahlah dia gak
mau makan nasi jadi selalu harus bli roti untuk makan nya atau kalau
gak bli mie instan, kadang nenek harus minjam uang ke tetangga untuk
beli makan nya saja”
Kondisi ekonomi juga berpengaruh terhadap berhentiya Aidil sekolah,
kondisi ekonomi masyarakat pesisir memang bisa dikatakan sangat jauh dari
layak. Dengan pendapatan yang tak menentu seiring dengan itu mereka juga harus
memenuhi kebutuhan hidup yang tidak bisa dielakkan.
“jajan sama ongkos Aidil za dulu waktu sekolah Rp.10.000 sehari nak,
belum lagi adik-adiknya, belum lagi makannya, padahal ayah nya hanya
kasih Rp.200.000 setiap pulang ke rumah itu pun tak menentu, mau juga
kadang ngasihnya hanya Rp.50.000 mau gimana coba untuk sekolah,
maka nya dulu waktu masih sekolah sering juga Aidil ini gak sekolah
karena gak ada ongkos, kadang nenek pinjam juga dari tetangga, untung
juga lah Aidil ini anak yayasan yang di lororng Sentosa itu jadi kalau
datang les mereka di kasi ongkos, trus uang sekolahnya juga dibayar,
kalau gak mungkin SMP pun dulu bisa gak tamat, tapi tetap za si Aidil
ini malas sekolah nak”
Menurut pengakuan neneknya Aidil memang sudah masuk sebagai salah
salah satu yang terdaftar di sebuah yayasan NGO yang bergerak di pemberdayaan
anak pesisir. Yayasan ini membiayai sekolah Aidil mulai dari TK sampai
sekarang tetapi dengan catatan anak tersebut harus bersekolah di sekolah Negeri
jika tidak anak tersebut akan di keluarkan dari Yayasan. Beruntung si Aidil ini
mulai dari TK sampai sekolah SMA selalu dapat di sekolah Negeri namun ketika
mulai masuk SMA dia mendapatkan masalah yang membuatnya berhenti sekolah.
“sewaktu sekolah dulu Aidil ini tak penah buat masalah di sekolahnya,
dia anak baik-baik lah, kalau masuk sekolah pagi tak pernah malas
kadang memang di banguni tapi gak pala susah lah membangunkan nya
nak, sejak SMA ini tadi lah dia sudah mulai malas sekolah, karna takut
sama teman nya tadi nak, kasihan sih memang, tapi gimana lah nak
belum ada uang untuk memindahkan dia sekolah, makanya sudah hampir
setahun ini dia tidak sekolah”
Universitas Sumatera Utara
Semenjak Aidil tidak bersekolah dia pernah bekerja di sebuah Doorsemer
di daerah Panah Hijau, sehari bekerja Aidil bisa mendapatkan hasil cuci kereta
sekitar Rp.40.000-Rp.60.000 tergantung banyaknya kereta yang di cucinya,
perhitungannya setiap mencuci kereta mendapatkan Rp.5.000/kereta. Hasil yang
didapatkannya tersebut digunakan Aidil untuk jajan setiap hari, untuk main
warnet dan beli rokok. Namun dia tidak lama bekerja di Doorsemer tersebut
alasannya karena capek.
“dapet-dapet 50 rebu lah sehari kak, cukup-cukup untuk uang jajan,
main warnet, beli sarapan, dan beli rokok, tapi sebentar za aku kerja
sana kak, jauh x dan capek juga”
Semenjak tidak bekerja lagi menurut neneknya Aidil hanya di rumahrumah saja, membantu neneknya menjaga adik-adiknya, kemudian main sama
teman-temannya, main bola, dan main di warnet. Aidil sudah menawarkan diri
kepada ayahnya untuk ikut melaut untuk menangkap ikan namun ayahnya masih
melarang katanya karena badan Aidil ini sangat kecil dan takut nya tidak sanggup
untuk melaut.
“di rumah za lah kerjaan kak, main bola, main warnet, jaga adek,
habisnya gak tahu lagi mau ngapain gini za lah kerjan menghabiskan
waktu”
Menurut neneknya Aidil sudah mulai bergaul dengan orang-orang yang
lebih dewasa dari dia. Kawan sepermainannya bukan lagi anak-anak yang masih
bersekolah tetapi anak-anak yang sudah putus sekolah sepertinya. Menurut
pengakuan Aidil bersama teman-temannya mereka sering melakukan kegiatan
yang menurut mereka menyenangkan seperti nge-lem, main judi, dan perangperang-perangan dengan anak seberang.
Universitas Sumatera Utara
“kadang nge-lem juga kami kak hehehe...ikut-ikutan perang lah sama
anak udang arang..gak tahu juga sih masalahnya apa hanya ikut-ikutan
za”
Jika ada kesempatan Aidil masih ingin menyelesaikan sekolahnya, karena
menurutnya sekolah juga penting untuk masa depannya, dan sangat ingin keluar
dari daerah Pesisir ini. Dia mengatakan sudah sangat bosan dengan kehidupan
disini dan masih berharap punya kehidupan yang lebih baik nantinya.
“kalau masih bisa sekolah lah kak, kan sekolah itu penting kak, lagian
aku udah bosan tinggal disini kak, pengennya punya kehidupan yang
lebih baik nanti.
5.1.2 Informan II
Informan kedua bernama Muhamad Sidik seorang anak laki-laki berusia
14 tahun, lahir di Belawan pada tanggal 07 April 2003. Sidik merupakan anak
pertama dari empat bersaudara dan bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Adik keduanya adalah
seoarang anak perempuan dan sedang bersekolah di salah satu sekolah Negeri di
Belawan, adiknya yang ketiga juga seoarang anak perempuan yang sekarang
sedang bersekolah di salah satu sekolah yang ada di daerah Belawan juga dan
sedang duduk di bangku kelas 1 SD sedangkan adiknya yang paling kecil adalah
seoarang nak laki-laki yang masih berumur 2 tahun. Tinggal bersama kedua
orangtuanya dan mereka menumpang di rumah orangtua namun keadaan
rumahnya bisa dikatakan sangat tidak layak untuk di tempati.
Ayah sidik merupakan seoarang nelayan yang bekerja menangkap ikan di
laut sebagai buruh upahan bagi orang lain. Pulang seminggu sekali dan ketika
pulang istirahat di darat selama dua atau tiga hari kemudian kembali akan melaut
dan pulang tujuh hari selanjutnya. Ibunya merupakan seorang ibu rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
dan terkadang mau juga mencari kerja cuci gosok di rumah tetangga. Hal ini tidak
rutin di kerjakannya karena anak-anaknya masih kecil dan tidak ada yang
mengurus.
“kadang aku cuci gosok juga di tempat tetangga dek, tapi ya sesekali
lah karna kan anak-anak ku masih kecil-kecil..biasanya sih sekali
gosok bisa dapat sekitar Rp.30.000 lumayan lah cukup untuk
tambahan jajan si Sidik ini”
Sidik merupakan seoarang anak yang beragama Islam dan bersuku
Melayu, sempat mengemban pendidikan di SD Negeri 69 Belawan Kelurahan
Belawan II. Sekolah tempat Sidik bersekolah merupakan Sekolah gratis karena
adanya program pemerintah dana BOS (Bantuan Oprasional Sekolah) dan
sekolahnya hanya berjarak 800 m dari rumahnya dan bisa di tempuh dengan
berjalan kaki.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sidik menyatakan bahwa ia putus
sekolah ketika ia berada di bangku Sekolah Dasar kelas 6 semester ganjil dan
sudah 3 tahun tidak bersekolah.
“aku putus sekolah kelas 6 SD kak semester ganjil dan sudah 4 tahun aku gak
sekolah kak”
Menurut pengakuannya Sidik putus sekolah karena sudah malas untuk
sekolah. Awalnya karena trauma pernah melihat temannya berantem dan di pukuli
anak Gang sampai meninggal dunia. Melihat kejadian itu Sidik perlahan-lahan
sudah takut untuk pergi ke sekolah karena lokasi sekolahnya berada di lingkungan
Gang tersebut.
“takut untuk pergi sekolah kak, soalnya aku pernah ngeliat teman ku
itu di hantam sama anak Gang sampai meninggal kak, mulai dari situ
takut aku sekolah dan memang sudah ku niatkan udah lah gak usah
sekolah lagi, karna aku pun pernah di kejar sama anak Gang itu kak
tapi untungnya gak dapat sih.. kalau gak mati juga kurasa aku itu
kak”
Universitas Sumatera Utara
Sewaktu masih bersekolah memang bibit kemalasan sudah ada dalam diri
Sidik. Alasan ketakutan sama anak Gang hanya sebagai alasan pendukung saja.
Menurut pengakuan ibunya sewaktu bersekolah dulu dia sering dipanggil ke
sekolah karena Sidik jarang masuk sekolah. Dalam seminggu sudah pasti 2 hari
tidak masuk sekolah.
“sewaktu sekolah dulu pun nak si Sidik ini malas kalinya sekolah,
takutnya itu hanya alasannya za nya itu, setiap pagi dulu ibu harus
membangunkan dia, banguni dia bukan nya gampang..seminggu
sudah pasti sellau ada absen nya, makanya ibu dulu sering dipanggil
datang ke sekolah”
Orangtua Sidik juga tidak memaksakan anaknya untuk bersekolah lagi,
jika memang itu keputusan yang diambil Sidik maka orangtuanya pun tidak
memaksa. Karena kedua orangtua dulu juga tidak bersekolah maka keinginan
atau motivasi orangtua tua untuk menyekolahkan anaknya juga tidak terlalu
tinggi.
“kalau dia malas sekolah ya sudah lah nak, kelaut za menangkap ikan
sekolah tinggi-tinggi pun nanti hanya habis-habiskan duit ujungujugnya ke laut juga nya, ibu sama bapak za dulu gak sekolah nak..
tamat SD za gak makanya ibu gak bisa baca kalau bapak bisa lah
dikit-dikit maka nya Sidik ini pun gak ku paksa sekolah kalau dia gak
mau yang penting bisa baca za.. nanti dia belajar ngaji za lah”
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu faktor berhentinya Sidik dari
sekolahnya. Pendapatan yang pas-pasan dan tidak menentu membuat mereka
kesulitan untuk pembiayaan sekolah. Memang sewaktu SD tidak membayar uang
sekolah tetapi untuk memenuhi kebutuhan sekolah nya saja orangtua Sidik tidak
memiliki biaya, biaya untuk makan sehari-hari saja terkadang tidak dapat
dipenuhi.
“jangan kan sekolah nak, biaya makan za terkadang gak terpenuhi
apalagi adek Sidik ini kan banyak, maka nya ibu pun gak sanggup
Universitas Sumatera Utara
menyekolahkan dia, liatlah rumah kami hanya sepetak itu pun udah
mau tumbang nak, ganti atap yang bocor za pun ga dak uang kami”
Semenjak Sidik berhenti sekolah sudah hampir 3 tahun lamanya, banyak
pekerjaan yang sudah mulai dilakukan Sidik, seperti mencari botot di sepanjang
pinggiran pantai, dan ikut ayahnya menangkap ikan di laut. Tapi pekerjaan
tersebut tidak rutin dilakukannya karena terkadang ada rasa malas. Penghasilan
yang didapatnya dari mencari botot dan menangkap ikan hanya cukup sebagai
tambahan jajan Sidik. Uang tersebut digunakannya untuk modal bermain di
warnet dan sekedar membeli jajanan.
”kadang ikut melaut lah kak, kadang-kadang mencari botot di
sekitaran rumah-rumah sini..penghasilannya pun tak seberapanya
kak hanya cukup untuk main warnet,belik jajanan, aku masih minta
juga nya sama mamak uang jajan ku kak, di kasihnya Rp.3000
sehari makanya kurang ku cari-cari lah botot”
Teman-teman sepermainan Sidik tidak lagi anak yang seusia dengannya.
Dia bergaul dengan pemuda-pemuda yang memang sudah lama tidak bersekolah
lagi. Terkadang teman-teman nya itu menawarkan narkoba kepadanya untuk
mereka konsumsi bersama-sama. Sidik juga pernah diajak untuk ikut berperang
melawan anak lingkungan lain yang memang sering dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di daerah tersebut.
”disini banyak sabu kak, lebih gampang cari sabu daripada cari
kacang goreng hehe..seringnya aku ditawarkan rokok sabu kak
kadang ku coba juga, teman-teman yang kelaut itu semuanya bawa
sabu karna kalau gak pakek itu mana lah tahan di laut sana selama
seminggu, aku juga pernah ikut perang-perangan sama anak udang
arang kak diajak teman kemaren itu”
Semenjak Sidik tidak bersekolah dia memanjangkan rambutnya dan
mewarnainya dengan warna kuning. Menurutnya semua teman-temannya memang
mewarnai rambut mereka dengan warna yang berbeda-beda.
Universitas Sumatera Utara
“gaya ini kak lagi musim disini, semua kami seperti ini gantigantian kemaren kami ngecatnya”
Kemauan Sidik untuk melanjutkan sekolah sudah tidak ada lagi. Dia lebih
nyaman dengan kehidupannya sekarang. Sudah malas untuk melanjutkan sekolah.
Rencananya kedepan adalah ikut ayah menjadi nelayan karena hanya pekerjaan
itu yang bisa dilakukannya. Dia juga tidak ada niat untuk keluar dari lingkungan
yang sekarang ini di tempatinya karena dia merasa bahwa kehidupan di pinggiran
pantai adalah kehidupan yang terbaik.
“udah malas sekolah kak, kalau pun ada kesempatan gak mau
laginya aku, nelayan aja lah kak, disini enak hidup nya kak, rame
orang disini banyak teman-teman ku disini”
Menurut Sidik pendidikan bukan lah hal yang terlalu penting. Sekolah
tinggi-tinggi juga nantinya jadi nelayan juga. Sekolah hanya untuk membuang
waktu dan menghabiskan uang orangtua.
”gak pentinya sekolah itu kak, kawan-kawanku banyak nya yang
sekolah kemaren tapi tetap jadi nelayan juganya dia, untuk apa
sekolah kak capek-capek nanti”
Orangtua Sidik juga memiliki pemikiran bahwa sekolah bukanlah menjadi
kunci utama kesuksesan anaknya. Yang terutama adalah memilki keterampilan
untuk mencari uang dan bertanggungjawab terhadap suatu pekerjaan.
”bukan sekolah yang menentukan kesuksesan orang nak, yang
paling penting itu dia bisa cari uang sudah cukuplah, tapi ku buat
juganya Sidik ini belajar ngaji nak, setidaknya supaya bagus lah
agamanya”
5.1.3 Informan III
Informan yang ketiga bernama Muhamad Dafa Alfarizi seorang anak lakilaki berusia 12 tahun. Lahir di Belawan pada tanggal 27 Maret 2005. Dafa
merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara yaitu 4 orang laki-laki dan satu orang
Universitas Sumatera Utara
perempuan, bersuku Melayu dan beragama muslim. Ia lahir dan tumbuh di di
Belawan tepatnya di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan
Belawan Kota Medan, tinggal dengan kedua orangtua serta saudara-saudaranya.
Ayahnya merupakan seorang nelayan melaut dan pulang seminggu sekali. Ketika
ayah mereka pergi melaut Dafa dan saudaranya di urus oleh Ibunya yang bekerja
sebagai buruh cuci gosok. Saudarnya yang pertama adalah seorang anak laki-laki
yang juga sudah putus sekolah semenjak setahun yang lalu sedangkan saudaranya
yang kedua adalah seorang anak perempuan yang juga sudah berenti sekolah.
Sementara adik-adiknya masih belum bersekolah.
Dafa pernah mengemban pendidikan di salah satu sekolah di daerah
Belawan yang mereka sebut dengan sekolah Pajak Baru. Dafa tidak bersekolah
hampir setahun lamanya dan memutuskan sekolahnya ketika kelas 5 SD tepatnya
di semester ganjil.
“sudah setahun lah kak aku gak sekolah, aku bernti sekolah kelas 5
SD kalau tidak salah waktu semester ganjil”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dafa dia menyatakan putus sekolah
karena memang malas bersekolah. Alasan yang pertama karena dia pernah kena
tampar guru sewaktu masih sekolah karena sering lasak di kelas. Semenjak dia di
tampar oleh gurunya dia menjadi malas sekolah dan takut untuk berjumpa dengan
guru tersebut.
“aku pernah kena tampar kak sama guru ku, karna kemaren itu aku
lasak di kelas, jadi takut aku liat guru ku itu jadinya malas aku
sekolah”
Karena ketakutannya dengan guru kelasnya tersebut membuat Dafa
menjadi malas untuk datang ke sekolah. Pada dasarnya memang minat belajar
Dafa sangat kurang. Terlihat bahwa sampai dia kelas lima SD sama sekali belum
Universitas Sumatera Utara
bisa membaca. Dia hanya mengenal huruf namun belum bisa menyatukan huruf
kemudian membacanya. Menurut pengakuan orangtuanya Dafa memang tidak
memilki minat untuk bersekolah.
“Dafa ini malas kali sekolahnya, gak mau belajar, baca pun dia
sampai sekarang belum tahu, dia hanya kenal huruf tapi gak tahu
baca”
Ketakutannya dengan guru di sekolah bukanlah menjadi alasan satusatunya Dafa memutuskan untuk berhenti bersekolah. Salah satu alasan lain
adalah karena dia melihat abang dan kakaknya sudah berhenti sekolah sehingga
rasa malasnya seperti terpupuk dengan melihat abang dan kakaknya tidak
bersekolah. Dulunya Dafa beserta abang dan kakaknya bersekolah di sekolah yang
sama namun ketika kakak dan abangnya berhenti sekolah dia juga ikut-ikutan
malas untuk sekolah.
“malas lah sekolah kak, abang dan kakak ku aja berenti sekolahnya,
kalau aku sendiri sekolah disitu malas lah aku kak, jauh pula
sekolahnya”
Berhentinya abang dan kakaknya dari sekolah itu membuat Dafa menjadi
malas untuk sekolah. Ditambah lagi orangtuanya seperti nya tidak begitu
mempermasalahkan atas berhentinya ketiga anaknya bersekolah. Menurut
pengakuan Ibunya dia sudah menyuruh anaknya untuk bersekolah tetapi anakanaknya memang yang tidak mau untuk bersekolah.
“kusuruhnya anak-anak ku ini bersekolah, tapi memang gak pala ku
paksa karena kalau dipaksapun kalau anaknya yang gak mau susah
itu nak”
Ayah mereka juga tidak terlalu peduli dengan pendidikan anak-anaknya.
Ketika pulang dari melaut dia tidak penah menanyakan kepada istrinya mengapa
anak-anaknya berenti bersekolah. Ketika waktu pulang ke rumah dia pulang dan
Universitas Sumatera Utara
ketika waktu pergi melaut dia pun pergi tanpa pernah menanyakan tentang
pendidikan anak-anaknya.
“kalau ayah anak-anak ini gak pernah nanyak tentang sekolah
anaknya, ibu pun malas cerita kalau gak ditanya, ibu juga pusing
memikirkan sendiri ya sudah biarkan za lah”
Memang mereka tidak pernah bertengkar tetapi ketika dihadapkan dengan
permasalahan anak-anaknya ayahnya tidak menunjukan perhatian sebagaimana
orangtua lainnya. Ayahnya hanya sekedar mencari uang dan memenuhi kebutuhan
anak-anaknya tanpa memperdulikan tentang pendidikan anaknya.
“kami sama bapak gak pernahnya berantem nak, tapi memang
bapak orang ini gak mau tahu kalau masalah anak, apalagi kalau
maslah sekolah, dia hanya tahunya cari makan heheh...”
Faktor ekonomi juga menjadi salah satu pemicu berhentinya Dafa dari
sekolah. Karena pendapatan yang tidak seberapa sementara banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi membuat persekolahan Dafa beserta abang dan kakaknya
sulit untuk di lanjut kan. Pendapatan ayahnya yang bisa dikatakan sangat jauh dari
cukup tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersekolah. Ayahnya hanya
mampu membawa uang Rp.400.000 - Rp.500.000 selama seminggu bekerja di
laut. Sementara mereka harus membiayai keperluan kelima anak mereka.
“gak cukuplah uang segitu untuk biaya sekolah nak, hanya cuup
untuk makan za nya, apalagi sekolah orang ini kemaren jauh kan,
jadi ongkos setiap hari sama jajannya za udah berapa”
Semenjak Dafa tidak lagi bersekolah tidak ada kegiatan yang
dilakukannya. Sepanjang hari kerjanya hanya bermain dengan teman, main warnet
dan seseklai menjaga adiknya. Menurut pengakuannya Dafa bisa menghabiskan
waktu selama 5 jam bermain di warnet. Ketika di warnet kegiatan yag
dilakukannya adalah bermain game PB (Point Blank).
Universitas Sumatera Utara
“ga dak kerjaan ku kak, paling sering main di warnet lah, main
game PB kak hehehe”
Dafa masih ingin melanjutkan sekolahnya namun permintaannya kepada
orangtuanya adalah dia dipindahkan dari sekolah lamanya. Sekolahnya yang lama
terlalu jauh jika dia berangkat sendirian maka dia mau sekolah jika dia di
pindahkan ke sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya. Namun
permintaannya itu belum bisa dikabulkan oleh orangtuanya karena biaya untuk
pindah sekolah bukan lah murah. Dengan pendapatan yang pas-pasan sekolah
Dafa tidak dapat di pindahkan secepatnya.
“gimana lah nak Dafa ini minta pindah sekolah tapi kan baiya
pindah sekolah bukannya murah, mahal kali. Sementara pendapatan
kami hanya cukup untuk makan sehari-hari. Ya harus sabar lah
kapan ada duit nanti disitu za sekolahnya”
Berheti sekolah tidak membuat Dafa menjadi minder atau malu dengan
teman-teman sepergaulannya. Karena di lingkungan tepat tinggalnya banyak
sekali anak yang putus sekolah. Maka dari itu walaupun tidak sekolah dia tidak
merasa minder bahkan terlihat dia sangat menikmati hidupnya walaupun sudah
tidak bersekolah lagi.
“gak malu lah kak, biasa za nya. Disni itu kak banyak kali anak
yang gak sekolah. Banyak kali pun. Bahkan teman-teman ku lebih
banyak yang tidak sekolah daripada yang sekolah tiap hari kami
main bersama”
5.1.4 Informan IV
Informan yang keempat bernama Jihan seorang anak perempuan berusia
12 tahun, lahir di Belawan 10 Oktober 2005, anak ke empat dari 5 bersaudara ini
bertempat tinggal di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan
Belawan Kota Medan. tinggal bersama kakak nya dan seorang adiknya. Kedua
orangtua telah meninggal. Ayahnya meninggal berkisar 10 tahun yang lalu
Universitas Sumatera Utara
sementara ibunya meninggal 3 tahun yang lalu. Ayahnya meninggal di tengah laut
ketika menangkap ikan hal itu dikarenakan kapal yang digunakan ayahnya untuk
menangkap ikan mesinnya terbakar. Ibunya meninggal karena sakit sehingga
membuat Jihan menjadi seorang anak yatim piatu.
Juhan berhenti sekolah sejak setahun yang lalu tepatnya pada semester
genap kelas 5 SD. Ia memutuskan sekolah karena keadaan ekonomi yang tidak
memungkinkan. Semenjak kedua orangtua meninggal dunia Jihan dan adiknya di
asuh oleh kakaknya. Kakak Jihan yang pertama sudah menikah dan memiliki anak
satu namun sudah bercerai dengan suaminya. Semenjak sudah bercerai dengan
suaminya kakak Jihan kembali ke rumah orangtua mereka dan tinggal bersamasama. Kakak Jihan yang kedua tinggal juga bersama mereka namun kakaknya
tersebut juga tidak bekerja. Sementara kakak Jihan yang ketiga bekerja di
Malaysia dan kakak nya tersebut yang membiayai kehidupan mereka semua. Jihan
juga memiliki seorang adik laki-laki yang masih kecil. Dia sedang bersekolah di
salah satu sekolah yang ada di dekat lingkungan tempat mereka tinggal.
“aku putus sekolah semenjak kelas 5 SD kak, pas mau naik kelas 6
waktu itu, sekarang udah hampir setahun lah aku gak sekolah”
Sebenarnya Jihan sangat ingin bersekolah namun karena kesulitan
ekonomi membuatnya harus berhenti sekolah. Semasa sekolah Jihan sering sekali
berangkat sekolah tanpa uang jajan, walaupun keadaan demikian dia tetap
memaksakan diri untuk bersekolah. Namun, ketika di hadapkan dengan
permasalahan biaya sekolah Jihan tidak punya pilihan lain selain berhenti sekolah.
Karena kakaknya tidak mampu untuk membiayai persekolahan adiknya.
“sebenarnya aku mau sekolah kak, tapi kek mana lah kak, semenjak
mamak meninggal kakak gak sanggup membiayai uang sekolah ku”
Universitas Sumatera Utara
Menurut penuturan tetangganya kehidupan keluarga Jihan sangat berubah
semenjak kedua orangtuanya meninggal. Ditambah lagi kakaknya yang pertama
bercerai dengan suami nya dan kembali ke rumah orangtuanya dengan membawa
seorang anak. Mereka sangat kesulitan ekonomi karena kehidupan mereka hanya
di biayai oleh kakak Jihan yang bekerja di Malaysia.
“kasihan lah dek si Jihan itu semenjak bapak dan mamaknya sudah
meninggal kehidupannya sangat berubah. Dia harus putus sekolah
dan kesulitan biaya makan”
Kesulitan ekonomi mengharuskan mereka hidup dalam kekurangan.
Kakak nya yang pertama sebenarnya ingin bekerja untuk bisa menyekolahkan
adiknya namun karena anaknya masih kecil sehingga belum bisa untuk
ditinggalkan.
“mau sih cari kerja kak tapi anak ku masih kecil belum bisa di
tinggal, kalau dibiarkan Jihan yang jaga takutnya dia belum terampil
karena kan masih terlalu kecil juga”
Kakaknya sebenarnya sangat ingin menyekolahkan Jihan apalagi Jihan
sangat antusias untuk bersekolah namun keinginan itu terhalang karena kesulitan
ekonomi. Untuk biaya makan sehari-hari saja mereka harus bersusah payah.
Apalagi biaya sekolah sekarang sangat mahal karena alasan itu lah yang membuat
Jihan harus putus sekolah.
”sebenarnya kasihan Jihan kak gak bia sekolah, tapi mau gimana
biaya makan kami sehari-hari saja sangat sulit apalagi untuk sekolah,
kami benar-benar tidak mampu, makanya ku bilang sma Jihan ini
sabar-sabar lah kalau nanti ada uang kan bisa ambil ijasah aja”
Selama Jihan tidak bersekolah dia menjadi malas bergaul dengan temantemannya. Dia lebih banyak menyendiri dan berdiam diri di rumah. Dia menjadi
anak yang pendiam dan pemalu. Ketika berkomunikasi dengan orang lain dia
menjadi tidak percaya diri. Hal ini terjadi semnjak Jihan tidak sekolah lagi. Setiap
Universitas Sumatera Utara
hari dia memang tidak pernah mendesak kakaknya untuk kembali bersekolah
namun dari sikap yang ditunjukkannya Jihan sebenarnya sangat ingin untuk
bersekolah lagi.
”ya gitu lah kak, selama gak sekolah Jihan udah banyak berubah, dia
menjadi pendiam dan tidak percaya diri, memang dia tidak mendesak
untuk sekolah lagi tapi sebenarnya kami tahu dia sangat ingin
sekolah. Tapi kembali lagi kak kalau tidak ada biaya mau bilang apa
lebih baik gak usah sekolah lah daripada gak makan hehehhe”
Setiap harinya tidak ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang yang
Jihan lakukan. Dia hanya membantu pekerjaan rumah dan sesekali menjaga
keponakannya yang masih kecil. Namun terkadang dia juga mau jika disuruh cuci
gosok oleh tetangganya dan uangnya digunakannya untuk tambah-tambah biaya
keperluan sehari-hari. Tetapi pekerjaan itu tidak rutin dilakukan nya karena Jihan
masih terlalu kecil untuk bekerja sehingga tetanga-tetangganya pun kasihan untuk
menyuruhnya.
“kerjaan ku dirumah itu lah kak, cuci piring, nyapu, kadang-kadang
jaga keponakan. Tapi mau juga kadang aku di suruh nyuci sama
tetangga di sini kak, upahnya kadang aku pakek untuk beli sayur atau
palah yang ga dak di rumah, tapi itu gak sering kak, kalau ada yang
suruh za nya itu”
Menurut pengakuannya putus sekoah membuat Jihan menjadi tidak
percaya diri dengan teman-temannya dan hal itu membuatnya malas untuk
bermain bersama. Dia merasa bahwa dia adalah anak yang paling bodoh karena
tidak bersekolah. Memang anak laki-laki sangat banyak yang putus sekolah di
lingkungan nya namun anak perempuan sangat sedikit yang putus sekolah. Anak
perempuan lebih banyak yang bersekol