Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Daerah Pesisir Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bermula ketika peneliti melakukan perjalanan ke daerah pesisir ini dan
melihat banyak anak yang masih usia sekolah tetapi bermain di tepian pantai laut
Belawan. Ada anak yang sedang memancing, ada yang sedang mempersiapkan
jala ikan untuk dibawa melaut dan ada juga yang sedang mencuci perahu padahal
anak seusia mereka seharusnya sedang berada di sekolah untuk mendapatkan
pelajaran. Kenyataan tersebut harus mereka terima dikarenakan anak-anak
tersebut ternyata tidak lagi bersekolah. Sangat miris melihat kenyataan tersebut
dimana anak-anak seusia mereka seharusnya sedang berada di sekolah untuk
mendapatkan hak mereka sebagai seorang anak yang mendapatkan pelajaran
tentang ilmu pengetahuan dan bermain dengan anak-anak seusia mereka namun
harus dihadapkan dengan kenyataan mereka harus berada di dunia kerja layaknya
seperti orang dewasa.
Seperti yang kita ketahui bersama pendidikan anak merupakan salah satu
bagian dari tujuan mencerdaskan bangsa. Dengan adanya pendidikan, anak-anak
diasah melalui seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan
yang positif dalam menemukan tujuan untuk dirinya sendiri di masa yang akan
datang. Pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu
sama lain karena kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan

oleh pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan sumber daya manusia
yang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan juga menjadi suatu hal
yang sangat krusial karena mampu membentuk watak individu bahkan suatu

Universitas Sumatera Utara

bangsa yang memiliki harkat dan martabat serta keinginan untuk terus berproses
dalam pengembangan potensi diri. Oleh karena mengangkat harkat dan martabat
suatu bangsa, pendidikan menempati urutan pertama dan utama dibanding dengan
sektor-sektor lain.
Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang
mayoritas penduduknya bermata pencaharian nelayan di Sumatera Utara sangat
memprihatinkan dan berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan pendataan
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia(HNSI) Sumatera Utara (Januari 2009),
jumlah tersebut mencapai 138 ribu orang atau sekitar 60 persen dari 231 ribu
nelayan. Salah satu faktor sulitnya nelayan memperbaiki tingkat kesejahteraannya
karena tidak memilki kapal dan alat tangkap yang memadai (Satria,2009).
Masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang lekat dengan
kemiskinan. Kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang dan papan pun
terkadang sulit untuk di penuhi secara sehat apalagi sempurna. Apalagi tentang

pendidikan dan kesehatan mungkin sangat jauh dari kesempurnaan. Kemiskinan,
rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat pesisir serta kurangnya
informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil. Pemberdayaan
pendidikan anak pesisir biasanya tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat
pesisir. Persoalan pendidikan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang menjerat
masyarakat pesisir (Satria, 2009).
Apabila dilihat berdasarkan daerah angka putus sekolah lebih banyak di
daerah pinggiran. Hampir setiap tahun jumlah anak pesisir di seluruh wilayah
Indonesia yang putus sekolah mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah anak
pesisir putus sekolah tersebut dipicu oleh terus memburuknya kemiskinan

Universitas Sumatera Utara

keluarga mereka. Memburuknya kemiskinan masyarakat pesisir tersebut terjadi
seiring dengan terus menurunnya pendapatan masyarakat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada situs resminya, data anak
putus sekolah dari seluruh jenjang pendidikan sebanyak 23.270 siswa pada
periode 2015/2016. Berdasarkan jumlah keseluruhan tersebut, jumlah murid putus
sekolah dasar sebanyak 7.621 murid, jenjang SMP sebanyak 4.235 murid, jenjang
SMA 4.295 murid serta jenjang SMK sebanyak 7.235 murid. Berdasarkan data

BKKBN tahun 2010, angka anak putus sekolah di Indonesia mencapai 13.685.324
siswa dengan usia sekolah 7-15 tahun. Jumlah total angka putus sekolah tersebut
sekitar 627.947 siswa putus sekolah di Sumatera Utara berasal dari masyarakat
pesisir. Peneliti mendapat informasi bahwa terdapat kurang lebih 20.000 nelayan
di Medan yang didapati 3.000 anak pesisir putus sekolah. Berdasarkan data
tersebut, dapat dilihat bahwa siswa yang berisiko putus sekolah yang berasal dari
daerah pesisir sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lusianna (2010) yang
berjudul faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap motivasi anak
nelayan untuk bersekolah, kasus di kampung nelayan Lingkungan XII, Kelurahan
Belawan 1, kecamatan Medan Belawan. hasil penelitian diproleh (1) tingkat
motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII,
Kelurahan Belawan 1, kecamatan Medan Belawan adalah sedang, yang berarti
bahwa responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan
dayanya untuk bersekolah. Hal tersebut disebabkan karena pola pikir anak nelayan
yang menganggap bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap masa depan
mereka. (2) Secara serempak, kelima variabel independen yang dikaji (pendapatan

Universitas Sumatera Utara


keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan
nelayan dan infrastruktur) berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan
untuk sekolah dengan jumlah persentase sebesar 70,5%, sedangkan sisanya
dipengaruhi variabel lain seperti kondisi lingkungan sekolah (murid, teman dan
guru).
Diberitakan dalam situs resmi Tobasa.com ( May 2017), seorang anak
nelayan di Labuhan Deli yang bernama Alfiandri putus sekolah dan menjadi
pencuci sampan. Alfriandri penduduk jalan Young panah Hijau, Gang Dahlia
Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan ini bekerja sejak dirinya
masih berusia 13 tahun, ini dilakukannya karena semanjak tamat sekolah dasar
tahun 2015, dirinya tidak lagi melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) disebabkan karena ayahnya meninggal dunia yang dulunya adalah seorang
nelayan. Dia harus membatu ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang
sudah tidak lagi sanggup untuk menyekolahkan Alfriandri. (Tobasatu, (2017),
putus sekolah anak nelayan di labuhan deli bekerja sebagai pencuci sampan.
Diakses tanggal 28 Maret 2017 pukul 19.00 WIB)
Harian88 (2016) juga memberitakan Menko Maritim prihatin banyak anak
nelayan yang putus sekolah. Selain memberikan bantuan dua unit kapal dan buku
dalam kunjungan kerjanya Menteri Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal
Ramli memotivasi warga Kampung Nelayan di Belawan. Beliau sangat miris

karena banyaknya anak putus sekolah yang berasal dari anak pesisir. Pemikiran
warga pesisir harus dibenahi karena kebudayaan mereka jika anak sudah mulai
besar maka akan diajak ke laut hingga merelakan terbengkalainya sekolah anak.
Kalau mau maju anak muda harus memiliki pemikiran yang maju bahwa

Universitas Sumatera Utara

pendidikan sangat penting bagi masa depan. Rizal juga meminta agar Pemprov
Sumut dan Peko Medan meningkatkan kualitas pendididikan di daerah pesisir
Belawan. (harian88.(nd), Menko Maritim Prihatin Banyak Anak Nelayan Putus
Sekolah. Diakses tanggal 30 Maret 2017 Pukul 20.00 WIB)
Sumut Pos (2014) juga memberitakan bahwa 70 persen anak nelyan
terpaksa putus sekolah. Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat di pesisir pantai
berbanding lurus dengan harapan dan cita-cita pada setiap anak neayan di
kemudian hari. Dampak dari kemiskinan sekitar 70 persen anak-anak dari
keluarga nelayan putus sekolah di usia remaja dan hanya berkeinginan mengikuti
jejak orangtuanya. Ditengah hamparan laut yang luas masyarakat pesisir di
Indonesia masih hidup di taraf ekonomi rendah. Kemiskinan ini menjadi stigma
dan membawa 70 persen anak-anak pesisir di negri ini tidak lagi mampu
melanjutkan sekolah ke janjang yang lebih tinggi. Kemiskinan yang mamsih

mendera masyarakat di pesisir pantai dikarenakan pemerintah belum sepenuhnya
melaksanakan program dalam mensejahterakan warga pesisir. Sehingga warga
pesisir di Indonesia termasuk Sumatera Utara hidup dibawah garis kemiskinan
dan hanya mampu menyekolahkan anak-anak mereka di tingkat SD dan SMP.
(Sumutpos, (2014).70 Persen Anak Nelayan Terpaksa Putus Sekolah. Diakses
tanggal 25 Maret 2017 Pukul 14.00 WIB)
Lorong Melati merupakan salah satu lingkungan di Kelurahan Belawan 1
Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Lorong Melati merupakan lingkungan
XXVII di kelurahan Belawan 1. Lingkungan ini merupakan salah satu daerah
pesisir yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Lingkungan yang

Universitas Sumatera Utara

mayoritas masyarakatnya nelayan ini juga memiliki tingkat anak putus sekolah
yang tergolong tinggi.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Anak yang berusia 6-18 Tahun di Lorong Melati Kelurahan
Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2017
Jenis Kelamin
Kelompok

Umur

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah (Jiwa)

6 - 9 Tahun

34

72

106

10 – 15 Tahun

60


46

106

16 - 18 Tahun

65

49

114

Jumlah Total

197

159

326


Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Dari tabel diatas, dapat diketahi bahwa jumlah anak yang berusia 6-18
tahun di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota
Medan adalah sebanyak 326 jiwa.
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6-18 Tahun yang Tidak Sekolah di Lorong
Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
Jenis Kelamin
Kelompok
Umur

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah
(Jiwa)

6 - 9 Tahun


23

18

41

10 – 15 Tahun

15

17

32

16 - 18 Tahun

27

23


50

Jumlah Total

65

58

123

Sumber Data: Kepala Lingkungan Lorong Melati Tahun 2017

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah anak yang tidak
bersekolah di Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan
Kota Medan mencapai 123 jiwa (kurang lebih 37% dari total keseluruhan). Angka
yang cukup tinggi mengingat daerah penelitian ini terletak dekat dengan Kota
Belawan sejauh kurang lebih 500 m (merupakan Kota Pelabuhan terbesar di
Sumatera).
Berdasarkan hal-hal yang sudah diuraikan pada latar belakang diatas,
penulis sebagai peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor
yang menjadi penyebab anak putus sekolah yang kemudian dituangkan dalam
bentuk skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di
Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar
belakang, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah
apakah yang menjadi faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di daerah pesisir
Lorong Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di daerah pesisir Lorong
Melati Kelurahan Belawan 1 Kecamatan Medan Belawan Kota Medan
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi dalam
pengembangan:

Universitas Sumatera Utara

1. Secara Akademis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
positif terhadap keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahtraan Sosial dalam
menambah refrensi dan kajian bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik
terhadap

penelitian

yang

berkaitan

dengan

faktor-faktor

yang

menyebabkan anak putus sekolah di daerah pesisir.
2. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi baik secara langsung mauoun tidak langsung bagi kepustakaan
Departemen Ilmu Kesejahtraan Sosial dan menjadi kanjian lebih lanjut
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk melahirkan konsepkonsep ilmiah tentang faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah
di daerah pesisir
3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat didalam kajian
tentang faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di daerah
pesisir.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan kedalam 6 bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan poin-poin tentang konsep dan teori dan disi
dengan berbagai konsep-kosep penelitian berkaitan dengan

Universitas Sumatera Utara

masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi
konsep.
BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana
penulis melakukan penelitian.

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diproleh dari hasil penelitian
dan analisisnya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat
sehubungan penelitian yang telah dilakukan

Universitas Sumatera Utara