Ornamen Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Kajian: Semiotika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai makna semiotika sebelumnya telah dilakukan, di
antaranya dengan judul:
1.

Analisi Semiotika Pada Ornamen Masjid Raya Al-Ma’shun Medan oleh
Nazwa Mustika (090704007), mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hasil dari penelitian adalah
terdapat 64 ornamen di Masjid Al-Ma’shun Medan. Tanda-tanda semiotika
yang ditemukan pada ornamen Masjid Raya Al-Ma’shun Medan melingkupi
tanda ikon, indeks dan simbol. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
terdapat 32 bentuk ornamen yang termasuk ikon, 32 ornamen yang termasuk
indeks dan 32 ornamen yang termasuk simbol. 4 ornamen berada pada
gerbang yang berbentuk geometris dan floralis (arabesque) yang terletak
pada pintu, ventilasi, jendela dan langit-langit. 27 ornamen pada bangunan
masjid yang bermotif gometris dan floralis serta ornamen bulan sabit yang
terletak pada kubah. Lengkungan-lengkungan pada bangunan masjid yang
berbentuk tapal kuda juga memiliki tanda semiotik berupa ikon, indeks dan
simbol. Perbedaan penelitian (skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah karena skripsi ini melakukan penelitian dengan objek

yang berbeda. Selain daripada itu jika dilihat dari teori yang digunakan akan
terlihat jelas perbedaannya, karena Nazwa Mustika menggunakan teori
Semiotik Pierce, yaitu menggunakan trikotomi yang terdiri dari ikon
(firstness), indeks (secondness), dan simbol (thirdness). Sedangkan penelitian
ini menggunakan teori Roland Barthes yang mengemukakan tentang “order
of signification”, yaitu denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan
konotasi (makna ganda yang terlahir dari

pengalaman

kultural

dan

personal).
2. Analisis Semiotika Pada Ornamen Masjid Azizi Langkat oleh Nursyazwani
MahfuzahYusuf (110704012), mahasiswi program S1 Sastra Arab, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hasil dari penelitian adalah
terdapat 31 ornamen pada Masjid Azizi Langkat. Yaitu 17 buah ornamen


7
Universitas Sumatera Utara

dengan pola tumbuh-tumbuhan, 13 buah ornamen dengan pola geometris
dan 1 buah ornamen dengan pola alam atau kosmos. Adapun jenis-jenis
ornamen tersebut yaitu, 10 buah ornamen Arab, 20 buah ornamen Melayu
dan 1 buah ornamen China. Penelitian tersebut menggunakan teori Roland
Barthes yaitu denotasi dan konotasi, yang mana teori ini juga yang akan
peneliti gunakan untuk melakukan penelitian. Adapun perbedaan penelitian
(skripsi) tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah objek
yang diteliti berbeda, penelitian tersebut meneliti ornamen Masjid Azizi
Langkat sedangkan objek yang peneliti ingin teliti adalah Masjid Raya
Baiturrahman BandaAceh. Selain itu di Masjid Azizi Langkat lebih dominan
ornamen Melayu dari pada ornamen Arab, dan juga terdapat jenis ornamen
China. Sedangkan di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh hampir
keseluruhan ornamennya jenis ornamen Arab atau Arabesque dan ornamen
Aceh.
3.

Kemudian, Analisis Semiotika Ornamen Batak Toba pada Gereja Katolik

Kristus Raja Alam Stasi Sarudik-Sibolga Tapanuli Tengah oleh Indra
Hutauruk, mahasiswa program S1 Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa
dan Seni, Universitas Negeri Medan. Tanda berdasarkan penggalian makna
inkulturasi katolik. Keberadaan tanda-tanda secara dominan dapat ditemukan
melalui kehadiran ornamen Batak Toba yang diterapkan pada gereja. Tanda
ditemukan melalui elemen visual dan interpresentasi dari setiap ornamen.
Sehingga tanda umumnya terinspirasi dan diolah dari bentuk tumbuhtumbuhan dan alam/kosmos yang memiliki keunikan dan kekhasan bentuk
tersendiri termasuk berdasarkan mitologinya. Penelitian ini menemukan 14
ornamen gorga. Data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan
mengklasifikasikan tanda berdasarkan ikon, indeks, dan simbol serta
menganalisis pemaknaan secara makna denotatif dan konotatif berdasarkan
kajian semiotika. Perbedaan skripsi tersebut di atas dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan adalah bahwa skripsi tersebut menggunakan objek yang
berbeda dengan yang peneliti ingin teliti. Jika dilihat dari teori yang
digunakan, skripsi ini menggunakan dua teori semiotik untuk meneliti serta
mengkaji ornamen-ornamen pada bangunan tersebut, peneliti skripsi ini

8
Universitas Sumatera Utara


menggunakan teori trikotomi Pierce dan juga Denotasi dan Konotasi oleh
Barthes. Demikian, nantinya hasil penelitian ini juga akan berbeda dengan
hasil penelitian tesebut di atas, karena peneliti hanya menggunakan teori
semiotik oleh Barthes.
Objek penelitian ini dilakukan pada Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman, merupakan salah satu lambang kebanggaan
masyarakat Aceh. Selain sebagai tempat ibadah, di masjid inilah syiar Islam
bergema.Kota Banda Aceh dapat dilihat dari menara masjid. Masjid yang berada
di jantung kota Aceh, tepatnya di Desa Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman,
Kota madya Banda Aceh, Provinsi Aceh.
Menurut

Grottanelli

dalam

Al-Faruqi

(2003:412)


menggambarkan

ornamentasi sebagai komponen produk seni yang ditambahkan, atau dikerjakan
pada produk seni itu, dengan tujuan menghiasnya. … [Ia] merujuk pada motif dan
tema yang digunakan pada produk seni, gedung atau permukaan tanpa menjadi
esensial bagi stuktur dan kegunaannya. … Seluruh ungkapan ini dipakai untuk
tujuan ornamental.
Gustami(1980)dalam”Gorga” jurnal Ilmiah Seni dan Budaya menjelaskan
bahwa : “Ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja
dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghiasi yang implisit
menyangkut segi-segi keindahan.Misalnya untuk menambah indahnya sesuatu
barang sehingga lebih bagus dan menarik, akibatnya mempengaruhi pula dalam
segi penghargaannya baik dari segi spiritual maupun segi material/ finansial”.
Sedyawati (2012: 118) mendefinisikan istilah ornamen sebagai berikut:
The term “ornamen” refer to any embellishment on the surface of
a thing, be it a moveable or immovable object. Small objects such
as containers, weapons, or book, may have ornamens on it. Those
ornamens show certain characteristics that have become
associated to Islam, such as the foliage, the interlaced lines, and
the many styles of Arabic calligraphy.

Artinya : istilah ornamen merujuk pada hiasan apapun di atas
permukaan suatu benda, baik di atas objek yang dapat dipindahkan
atau tidak dapat dipindahkan. Benda-benda kecil seperti botol,
senjata, atau buku bisa jadi terdapat ornamen di atasnya.Ornamenornamen tersebut menunjukkan karakteristik-karakteristik tertentu
9
Universitas Sumatera Utara

yang berhubungan dengan Islam seperti daun-daunan, garis-garis
yang menyilang dan banyak gaya-gaya kaligrafi Arab lainnya.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan ornamen adalah suatu
karya seni yang dibuat sebagai hiasan sekaligus menambahkan keindahan. Fungsi
ornamen adalah sebagai penghias suatu objek. Ornamen sering kita temukan
sebagai hiasan pada bangunan baik bagian sisi dalam maupun luar bangunan,
seperti ornamen masjid, candi,gereja, vihara ,museum, rumah, perkantoran,
museum dan lain sebagainya.
Al-Faruqi(2013:412-417) mengatakandalam seni Islam, ornamentasi atau
zukhruf (dekorasi) bukanlah sesuatu yang ditambahkan secara superfisial pada
karya seni yang sudah selesai untuk sekedar menghias karya ini tanpa ada artinya.
Ia juga bukan sarana untuk memuaskan selera orang-orang yang mencari
kenikmatan semata. Ornamentasi tidak bisa dipandang sebagai pengisi ruang

kosong semata.Justru, desain rumit yang indah dari objek seni yang dijumpai di
setiap wilayah dan pada stiap abad sejarah Islam, memenuhi empat fungsi khusus
dan penting yang mendefinisikan keutamaannya. Fungsi penting ornamentasi
dalam seni Islam ada empat, yaitu:
a. Pengingat Tauhid
b. Transfigurasi Material
c. Transfigurasi Struktur
d. Keindahan
Dalam ornamentasi ada pola tak terbatas Islam atau Arabesque yang
merupakan salah satu aspek penting dalam seni Islam biasa menampilkan simbolsimbol seperti geometris dan floralis.
Pola geometris adalah pola yang menggunakan beraneka ragam unsur-unsur
garis, seperti garis lurus, lengkung, zigzag, spiral, dan berbagai bidang seperti segi
empat, persegi panjang, lingkaran, layang-layang, dan bentuk lainnya sebagai
motifbentukdasarnya (http://sen1budaya.blogspot.co.id/ 2014 /09/ menggambarragam-hias geometris.html/ di akses pada tanggal 10 Oktober 2016).
Pola floralis adalah pola yang menggunakan bentuk flora (tumbuh-tumbuhan)
sebagai objek bentuk ragam hias ( http:// asriyeny15.blogspot.co.id/ 2015/ 02/

10
Universitas Sumatera Utara


pengertian-dan-jenis-jenis-ragam-hias.html/ di akses pada tanggal 10 Oktober
2016).
Secara keseluruhan, seni Arabesque ini memiliki fungsi sebagai pengingat
tauhid, selanjutnya ornamentasi merupakan inti dari peningkatan spiritualitas.
Seni Arabesque dikenal memiliki konsep dasar yaitu dengan adanya pola-pola
yang menjadi karakteristik, fungsi dan struktur yang merupakan cikal bakal ide
konsep perancangan seni hias tersebut (Pancawati dan Faqih, 2012: 2).
Mitchel dalam Pancawati dan Faqih (2012: 2) memberikan pemaknaan
terhadap ornamen jenis Arabesque sebagai berikut:
Bentuk

Makna

Symbol of eternity, perfect expression of
justice

Symbol of human, consciousness and the
principle of harmony

Symbol of physical experience and the

physical world of materiality

Symbol of the God light, spreading the
Islamic faith

Symbol of heaven

Table 1: Bentuk dan Makna Ornamen Arabesque
11
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
-

Symbol of eternity, perfect expression of justice. Lambang
keabadian, ungkapan yang sempurna untuk keadilan. Makna dari
ornamen bentuk lingkaran inimemiliki arti keabadian tanpa ujung
tanpa akhir, bahwa Tuhan tidak berawal dan berakhir. Seperti dalam
Al-Quran surat Al-Ikhlassebagai berikut:


{٤} ‫{ َﻭﻟَ ْﻢ َﻳ ُﻜ ْﻦ ﻟﱠﻪُ ُﻛﻔُ ًﻮﺍ ﺃَ َﺣ ٌﺪ‬۳} ‫{ﻟَ ْﻢ َﻳ ِﻠ ْﺪ َﻭﻟَ ْﻢ ﻳُﻮﻟَ ْﺪ‬۲} ‫ﺼ َﻤ ُﺪ‬
‫{ﷲُ ﺍﻟ ﱠ‬۱} ‫ﻗُﻞْ ﻫ َُﻮ ﷲُ ﺃَ َﺣ ٌﺪ‬
/qul huwa allāhu aḥad //allāhu aṣ-ṣamadu//lam yalid wa lam yūlad//wa
lam yakun llahu kufuwan aḥad/ “Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
(2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3) Dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia (4)”.
-

Symbol of human, consciousness and the principle of harmony. Lambang
dari manusia, tentang kesadaran dan dasar-dasar keselarasan. Dalam
ornamen bentuk segitiga terdapat 3 (tiga) sisi yang sejajar dan saling
terhubung menjelaskan karakteristik manusia yang seimbang, saling
terhubung antara Tuhan, lingkungan dan manusia.

-

Symbol of physical experience and the physical world of materiality.
Lambang dari pengalaman fisik ( sesuatu yang dirasakan secara fisik) dan
yang bersifat nyata. Makna dari ornamen bentuk persegi dengan keempat

sisi yaitu menunjukkan simbol fondasi, saling menyokong dan terhubung
yang melambangkan inspirasi(fondasi dasar), keseimbangan, kesiagaan
dan spiritualitas melambangkan urutan alam semesta.

-

Symbol of the God light, spreading the Islamic faith.Lambang cahaya
Allah, yang menyebarkan Iman Islam. Ornamen bentuk segi delapan ini
menunjukkan cahaya ketuhanan, memiliki 8(delapan) sisi segitiga sama
sisi

dengan

makna

nikmat

Tuhan

yang

adil

dan

merahmati

siapapun.Seperti bintang 8 (delapan), menggambarkan empat sudut ruang
yaitu delapan garis mewakili simbolis Utara, Selatan, Timur, Barat, dan
empat sudut yang berada diantaranya.Hal ini menunjukkan bahwa Islam
itu agama rahmatan lil ‘alamin. Islam juga sebagai agama yang dapat

12
Universitas Sumatera Utara

dirasakan oleh semua makhluk yang tersebar di alam semesta ini. Allah
berfirman dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 35:

َ ِ ‫ﺎﻭﺍ‬
ۖ ‫ﺎﺟ ٍﺔ‬
َ ‫ﺽ ِﻣ ْﺜ ُﻞ ﻧُﻮْ ِﺭ ِﻩ َﻛ ِﻤ ْﺸ َﻜﺎ ٍﺓ ِﻓﻴ َﻬﺎ ِﻣﺼْ َﺒﺎ ٌﺡ ۖ ﺍﻟ ِﻤﺼْ َﺒﺎ ُﺡ ِﻓﻲ ُﺯ َﺟ‬
َ ‫ﷲُ ﻧُﻮ ُﺭ ﺍﻟ ﱠﺴ َﻤ‬
ِ ۚ ْ‫ﺕ َﻭﺍﻷﺭ‬

‫ﱡ‬
‫ﺎﺭ َﻛ ٍﺔ ﺯَ ْﻳﺘُﻮﻧَ ٍﺔ ﱠﻻ ﺷَﺮْ ِﻗﻴﱠ ٍﺔ َﻭﻻَ ﻏَﺮْ ِﺑﻴﱠ ٍﺔ َﻳ َﻜﺎ ُﺩ‬
َ ‫ﺎﺟﺔُ َﻛﺄَﻧﱠ َﻬﺎ َﻛﻮْ َﻛﺐٌ ُﺩﺭﱢ ﻱﱞ ﻳُﻮْ ﻗَ ُﺪ ِﻣ ْﻦ َﺷ َﺠ َﺮ ٍﺓ ُﻣ َﺒ‬
َ ‫ﺍﻟﺰ َﺟ‬
ُ‫ﺊ َﻭ َﻟﻮْ ﻟَ ْﻢ ﺗَ ْﻤ َﺴ ْﺴﻪُ ﻧَﺎ ٌﺭ ۚ ﻧﱡﻮْ ٌﺭ ﻋ ََﻞ ی ﻧُﻮْ ۖ ٍﺭ َﻳ ْﻬ ِﺪ ی ﷲُ ِﻟﻨُﻮْ ِﺭ ِﻩ َﻣ ْﻦ َﻳ َﺸﺎ ُء ۚ َﻭ َﻳﻀْ ِﺮﺏ‬
ُ ‫ُﻀ‬
ِ ‫ﺯَ ْﻳﺘُ َﻬﺎ ﻳ‬
{۳۵} ‫ﺵیْ ٍء َﻋﻠِﻴ ٌﻢ‬
َ ‫ﺎﺱ ۗ َﻭﷲُ ﺑِ ُﻜﻞﱢ‬
َ َ‫ﷲُ ﺍﻷ ْﻣﺜ‬
ِ ‫ﺎﻝ ﻟِﻠﻨﱠ‬
/allāhu nūru as-sāmāti wal al-arḍi miṡlu nūrihi kamisykātin fīhā
miṣbāḥun//al-miṣbāḥu fī zujājatin//az-zujājatu kaan-nahā kawkabun
durriyyun yūqadu min syajaratin mubārakatin jaitūnatin lā syarqiyyatin
wa lā garbiyyatin yakādu zaitahā yuḍī’u wa law lam tamsashu
nārun//nūrun ʻalā nūrin//yahdī allāhu linūrihi man yasyā’u//wa yaḍribu
allāhu

al-amṡālu

linnāsi//wa

allāhu

bikulli ʻalīmun/
syay’in

“Allah(pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada
pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang
(yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaanperumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
-

Symbol of heaven. Lambang surga. Segi enam disebut sebagai simbol
utopia, yaitu negeri yang sempurna. Ornamen ini melambangkan
kesuburan dengan 6 (enam) segi yang menopang kehidupan muslim,
lambang kesempurnaan juga dapat diartikan sesuatu yang bersifat
khayalan. Segi enam juga diibaratkan rukun iman yang apabila dijalani
dengan baik akan mendapatkan balasan surga.
Pola Arabesque yang tidak asing lagi dalam masyarakat muslim dan mampu

ditangkap maknanya secara mudah oleh masyarakat umum. Pola ini dapat

13
Universitas Sumatera Utara

ditemukan dan dikenali dalam karya seni Islam yang tercipta di seluruh dunia
muslim selama empat belas abad yang lalu. Berikut ini macam-macam bentuk
ornamentasi yang tersebar di seluruh dunia:
-

Kaligrafi

-

Bentuk Geometris
1. Rektilinear
a. Poligon

b. Bintang dan salib

c. Swastika dan bingkai

d. Pilinan sudut
i. Pilinan kunci

ii. Pilinan lencana

14
Universitas Sumatera Utara

e. Pola lencana

f. Pola kisi-kisi, catur, silang, titik

2. Kurva (curvilinear)
a. Lingkaran (tunggal, konsentris, saling berpotongan)

b. Berumbai

c. Jalinan kurva dan kurva S
i.

Pita atau berombak

ii. Bergelombang

15
Universitas Sumatera Utara

iii. Guilloche

iv. Spiral

Planar

tiga-dimensi

3. Campuran
a. Pola-pola bolak-balik

Sudut

kurva
-

Medali, Kartu, dan Wajik

16
Universitas Sumatera Utara

-

Tumbuhan
a. Rosettes

b. Bunga

c. Daun

d. Pohon

17
Universitas Sumatera Utara

-

Campuran
a. Lampu

b. Kerang

c. Pita, tali, dan kepang

d. Perisai, emblem

18
Universitas Sumatera Utara

e. Pita awan

f. Motif air dan riak

-

Motif Arsitektural
a. Kubah (terbuka dan tertutup)

Segi empat

Setengah lingkaran

Kuncup

Runcing, cuping Lambrequin

Keel

Ladam

Kubah bertautan

b. Teras beratap(Arcade)(terbuka dan tertutup)

19
Universitas Sumatera Utara

c. Kolom pilar (dengan atau tanpa peran struktural)

d. Kubah besar dan kubah kecil

e. Crenellation/Merlons

f. Ceruk
(i)

Dua-dimensi

(ii)

Tiga-dimensi (muqarnas)

Gambar 1: Corak Seni Islam
(Sumber : Al-Faruqi, 2013:420-429)

20
Universitas Sumatera Utara

Pola-pola ornamen di atas tersebar di seluruh dunia muslim. Karena
pengaruh masuknya bangsa Arab ke seluruh wilayah, pola-pola ornamen di atas
juga masuk ke wilayah Indonesia. Akan tetapi beberapa bentuk ornamen telah
diberi nama sesuai dengan bahasa daerah di wilayah tersebut. Begitu pula di
wilayah Aceh

banyak ornamen yang diadaptasi dari ornamen Arab lalu

dikolaborasi dengan ukiran yang terdapat di Aceh, kemudian diberi nama sesuai
dengan bahasa Aceh. Berikut ini macam-macam bentuk ornamen yang telah
diberi nama dengan bahasa Aceh:

Taloe ie (tupat)

Taloe ie (likok)

Gambar 2: Ornamen Taloe ie (tupat) danTaloe ie (likok)
(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)
Ornamen di atas bernama Taloe ie(tupat) (tali air(lurus)) dan Taloe ie
(likok) (tali air(berliku)). Ornamen di atas diadaptasi dari ornamen bentuk
geometris, jalinan kurva berpola pita atau berombak.

Gigoe daruet

Gigoe buya

Gambar 3: OrnamenGigoe daruet dan Gigoe buya
(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

Ornamen di atas bernama Gigoe daruet (gigi belalang) dan gigoe buya (gigi
buaya). Ornamen di atas diadaptasi dari ornamen bentuk geometris, rektilinear
berpola lencana.

Rante
Gambar 4: OrnamenRante
(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)

21
Universitas Sumatera Utara

Ornamen di atas bernama rante(rantai), diadaptasi dari bentuk belah ketupat
disusun

menyamping

yang

merupakan

bagian

ornamen

bentuk

geometris,rektilinear berpola poligon.

Puta taloe (versi 1)

Puta taloe (versi 2)

Gambar 5: Ornamen Puta taloe (versi 1) dan Puta taloe (versi 2)
(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)
Ornamen di atas bernama Puta taloe(pintalan tali), diadaptasi dari bentuk
kurva berpola guilloche.

Awan meucanek
Gambar 6: Ornamen Awan meucanek
(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)
Ornamen diatas bernama Awan meucanek (awan berombak), diadaptasi dari
bentuk kurva berpola bergelombang.

Bungong meusingklet
Gambar 7: Ornamen Bungong meusingklet
(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)
Ornamen

di atas bernama Bungong meusingklet, ornamen ini tidak

memiliki arti khusus tetapi kata Bungong meusingklet ini menunjukkan bentuk
sulur yang bersambung. Ornamen ini diadaptasi dari ornamen Arab bentuk
tumbuhan jenis daun.

Bungong seulanga

Bungong meulu 1

Bungong Meulu 2

22
Universitas Sumatera Utara

Bungong jeumpa

Pucok paku

On paku

Gambar 8: Ornamen Bungong seulanga, bungong meulu 1, bungong meulu
2, bungong jeumpa, pucok paku dan on paku

(sumber : Amir Husin, 2003:29-31)
Ornamen-ornamen

di

atas

bernama

Bungong

seulanga

(bunga

kenanga),Bungong meulu 1(bunga melati 1), Bungong meulu 2 (bunga melati 2),
Bungong jeumpa(bunga cempaka), Pucok paku (pucuk pakis) dan On paku(daun
pakis). Ornamen-ornamen di atas adaptasi dari ornament Arab bentuk bunga.
Ornamen-ornamen ini sering digunakan untuk dikolaborasi dengan bentuk
ornamen lainnya agar menjadi karya seni Aceh yang indah.

Bungong kalimah
Gambar 9: Bungong kalimah
(Sumber : Barbara Leigh, 1989: 82-83)
Ornamen Bungong kalimah(kaligrafi) diadaptasi dari kaligrafi Arab atau
biasa disebut khat. Ornamen ini biasa dijumpai di masjid dan di sekitar madrasah.

Bungong sagoe

Bungong awan si tangke

Gambar 10: Bungong sagoe dan bungong awan si tangke
(Sumber : Barbara Leigh, 1989: 82-83)

23
Universitas Sumatera Utara

Ornamen Bungong sagoe(bunga sudut) dan Bungong awan si tangke(bunga
awan setangkai) diadaptasi dari bentuk-bentuk ornamen bunga pada ornamen
Arab.

Bungong pucok reubongBungong ajoe-ajoe
Gambar 11: Bungong pucok reubong dan bungong ajoe-ajoe
(Sumber : Barbara Leigh, 1989: 82-83)
Ornamen di atas bernama Bungong pucok reubong(bunga pucuk rebung)
dan Bungong ajoe-ajoe. Ornamen Bungong ajoe-ajoe tidak memiliki arti khusus,
ornamen-ornamen di atas juga diadaptasi dari bentuk-bentuk ornamen bunga pada
ornamen Arab.
Al-Faruqi menjelaskan dalam bukunya Atlas Dunia Islam(2003) bahwa ada
empat jenis struktur dalam ornamentasi, dari empat kategori sruktural dasar pola
tak terbatas Islam yang terlihat dalam banyak karya, ada dua yang pada dasarnya
terputus (munfashillah)dalam penyusunan, sementara dua lagi pada dasarnya
bersambung (muttashillah). Empat struktur tersebut yaitu:
a. Struktur Munfashilah Multiunit
Struktur munfashilah (terputus) pertama dapat disebut arabesque
“multiunit” atau pola tak terbatas. Struktur ini tersusun dari bagian-bagian
atau modul-modul khas yang digabungkan dengan cara aditif dan repetitif.
Jarang

sekali

satu

modul

mendahului

modul

lain.

Tiap

unit

mempertahankan identitas yang terpisah secara empatis, kendatipun ia
dapat digabung dengan unit lain untuk menciptakan kombinasi yang lebih
besar. Struktur multiunit ini ditemukan pada dekorasi bejana keramik atau
logam, senjata atau pakaian baju serdadu, pada halaman atau iluminasi
dekoratif Al-Quran atau kitab lain, karpet, kain, dan pada dekoratif
monument arsitektural.

24
Universitas Sumatera Utara

b. Struktur Mutadakhilah atau Struktur Berpotongan
Struktur kedua yang lazim dijumpai sebagai prinsip pengatur dasar di
balik pola ornamentasi Islam, disebut “saling berpotongan” atau
mutadakhillah. Di sini, sejumlah modul digabungkan; namun saling
penetrasi(mutadakhillah) unsur-unsur desain shasil dari perpaduan unit-unit
ini

menggantikan

penjajaran

aditif

sederhana

desain

multiunit.

Pengulangan dan keragaman titik-titik focus juga penting di sini, untuk
memberikan kesan suksesi tanpa akhir.
Kedua struktur terputus, struktur multiunit dan struktur
berpotongan

terdiri

dari

penyusunan

sejumlah

modul

saling
yang

mempertahankan identitasnya yang khas dan terpisah terlepas dari
kombinasinya untuk menjadi entitas artistic yang lebih besar. Kedua
struktur memenuhi tuntutan pola tak terbatas akan keanekaragaman titik
fokus dalam pola berulangannya, dan memberikan kesan kontinuitas tanpa
akhir. Keduanya menonjolkan enam karakteristik dasar seni Islam:
abstraksi, modul, kombinasi berturut-turut, pengulangan, dinamisme, dan
kerumitan.
Struktur ketiga dan keempat yang dipakai untuk seni Islam, digolongkan
sebagai “bersambung” bukannya “terputus”.Struktur ini juga merupakan
contoh pola tak terbatas.Tetapi, struktur ini memberikan ekpresi visual
estetis tauhid yang lebih memperlihatkan kontinuitas daripada pemutusan.
c. Struktur Berjalin
Srtuktur bersambung (muttashilah) yang pertama dan kurang rumit
adalah arabesque “berjalin”, di mana suksesi kaligrafi, daun, bunga, sulur,
dan bentuk abstrak yang kelihatannya tak berujung, saling menyusul.
Tetapi,

struktur

ini

tak

terpisah

atau

khas

dari

arabesque

multiunit.Motifnya dapat dibubuhkan pada tumbuhan merambat.
d. Struktur berkembang
Struktur bersambung kedua, dan bentuk keempat ornamentasi Islam
yang lazim dipakai
spesies

akan disebut arabesque “mengembang”. Karena

ini memberikan kesan desain

eksplosif

yang

senantiasa

berkembang.Inti moduler sentralnya memberikan satu “pandangan” di

25
Universitas Sumatera Utara

dalam pola tak terbatas, meski bukan satu-satunya. Batas demi batas, figure
demi figure, berturut-turut ditambahkan ke inti sentral itu, baik lewat kreasi
seniman atau lewat persepsi pemandangnya. Tiap tambahan memberikan
komposit baru dan visi baru arabesque. Akhirnya, batas halaman, tepi
piring, ujung panel dinding, tampak depan bangunan tercapai, dan polanya
harus dipotong, tanpa penyelesaian atau akhir. Ketidakselesaian itu tidak
akandisamakan atau dihindari. Sesungguhnya, esensi pola Islam adalah
bahwa melalui ketidakselesaian ini, desain menuntut kesinambungan di
luar batas empirisnya dari imajinasi pemandangnya. Pada akhirnya, pikiran
tak mampu melanjutkan proses ini dan harus menyadarinya. Dalam estetis
ini, dalam pengalaman pesona yang ditimbulkannya, pemandangnya
mendapatkan pemahaman bahwa ada satu realitas yang tak dapat
dijelaskan, yang berada di luar ruang-waktu, tetapi Sumber dan Penentu
semua meliputi ciptaan.
Dalam setiap cabang seni Islam, ornamentasi mempunyai makna dan dapat
dilihat sebagai salah satu unsur terpenting dalam tradisi estetis masyarakat
Muslim. Ornamentasi nukan tambahan berlebihan pada objek seni yang dapat
dibuat atau dikurangi tanpa konsekuensi estetis. Justru, ornamentasi adalah esensi
seni Islam itu sendiri, suatu esensi yang menentukan pemakaian material, yang
memola persepsi bentuk-bentuk, dan melahirkan serangkaian struktur yang dapat
dilihat dalam setiap cabang produksi artistik. Karena itu, unsur esensial ini
bukanlah semata-mata hasil dari faktor dan pengaruh sosiologis, ekonomi, atau
geografis.Ia bukan semata-mata komponen dari produksi seni “untuk tujuan
menghias”.

Agaknya, ornamentasi merupakan hasil dari motivasi yang

mendasarinya, alasan seluruh budaya dan peradaban masyarakat Muslim.
Ornamentasi diharuskan dan ditentukan oleh pesan tauhid.
Menurut Wibowo (2013), secara etimologis, istilah semiotika berasal dari
bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan
sebagai suatu yang dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada
awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain.
Contohnya, asap yang menandai adanya api, sirene mobil yang keras meraungraung menandai adanya kebakaran di sudut kota, dan lain sebagainya.

26
Universitas Sumatera Utara

Dan Wibowo juga menyebutkan bahwa semiotika secara terminologis dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.
Sedangkan menurut Zoest (1993: 1) Semiotika adalah cabang ilmu yang
berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda.
Semiotika digunakan untuk meneliti banyak bidang ilmu, antara lain sastra
misalnya puisi, novel dan prosa, kemudian dapat pula meneliti tentang
kebudayaan misalnya kesenian dan lain sebagainya.
Ada sebuah istilah lain untuk menyebutkan pengertian yang sama dengan
semiotik atau semiotika, yaitu adalah “semiologi”. Secara prinsip tidak ada
perbedaan mendasar tentang dua istilah tersebut. hanya saja penggunaan salah
satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya:
mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika, dan mereka
yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi. Namun istilah
semiologi kian jarang digunakan dibanding dengan penggunaan istilah semiotik.
Serta istilah semiotik lebih populer daripada istilah semiologi (Sobur, 2004: 12).
Dalam kitab ilmu dilalah Ferdinand de Saussure menyebutkan definisi
semiotika yang dikemukakan oleh Ahmad Mukhtar Umar dalam kitabnya
sebagai berikut:

‫ﺗﺬﻛﺮ ﻣﻌﺎﺟﻢ ﺍﻟﻤﺼﻄﻠﺤﺎﺕ ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ ﺃﻥ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺮﻣﻮﺯ ﻫﻮ ﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ‬
‫ ﻭ ﻳﻌﺮﻓﻪ ﺩﻱ‬. ‫ ﺑﺈﻋﺘﺒﺎﺭﻫﺎ ﺃﺩﻭﺍﺕ ﻹﺗﺼﺎﻝ‬، ‫ﻟﻠﺮﻣﻮﺯ ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ ﻭ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻠﻐﻮﻳﺔ‬
‫ ﻭ ﻳﻌﺪ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﺣﺪ‬، ‫ﺳﻮﺳﻴﺮ ﺑﺄﻧﻪ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺪﺭﺱ ﺍﻟﺮﻣﻮﺯ ﺑﺼﻔﺔ ﻋﺎﻣﺔ‬
. ‫ﻓﺮﻭﻋﻪ‬
/Taz ̇ kuru mu’ā jimal-muṣṭalaḥā ti al-lugawiyati anna ‘ilma ar -rumū zi
huwa ad -dirā satu al-‘ilmiyyatu lirrumū zi al-lugawiyyati wa gayru
al-lugawiyyati, bi i’tibā rihā adawātu li’ittaṣā li. Wa ya’rifuhu di sū sīr
bi҅ annahu al-‘ilma al-laż i yadrusu ar-rumū za biṣifatin ‘ā mmatin, wa
ya’uddu ‘ilma al-lugati aḥadu furū ’ihi//Artinya: “Menurut kamus
linguistik, pengertian ilmu semiotika adalah ilmu yang mempelajari
tentang simbol-simbol bahasa dan selain bahasa (non bahasa) sebagai
alat komunikasi. De Saussure memberikan pengertian bahwa ilmu

27
Universitas Sumatera Utara

semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol secara
umum.Dan merupakan salah satu cabang ilmulinguistik”.
Semiologi merupakan nama lain dari semiotik dan memiliki arti yang sama.
Menurut Barthes (1968: 9) semiologi mempresentasikan rangkaian bidang kajian
yang sangat luas, mulai dari seni, sastra, antropologi, media massa, dan
sebagainya. Secara sederhana, semiologi bisa didefiniskan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang tanda dan makna dalam bahasa, seni, media massa, musik
dan setiap usaha manusia yang dapat direproduksi atau direpresentasikan untuk
seseorang atau audien.
Semiologi diperkenalkan pertama kali oleh Ferdinand de Saussure, bapak
linguistik modern, dalam bukunya yang menjadi klasik dalam bidang linguistik,
Course de linguistique générale. Saussure telah meramalkan akan timbulnya suatu
ilmu baru yang menerapkan metode linguistik strukturalis dalam ilmu-ilmu sosial
lain di luar bahasa, yang disebutnya “semiologi”.
Menurut Saussure, semiologi sering digunakan dalam analisis teks, selain
hermeneutik, kritik sastra, analisis wacana, dan analisis isi. Salah satu tokoh
terpenting dalam semiologi adalah Roland Barthes (1915-1980). Ketika pertama
kalinya membaca buku Saussure, Barthes melihat kemungkinan-kemungkinan
untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang lain. Tapi, bertentangan dengan
Saussure, Barthes beranggapan bahwa semiologi termasuk dalam bidang
linguistik, bukan sebaliknya.
Teori semiologi atau semiotika oleh Barthes (1968) menyangkut dua
tingkatan signifikasi, yaitu:
− Tingkatan pertama adalah denotasi –yakni relasi antara penanda dan
petanda dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuannya dalam realitas
eksternal, ini menunjuk pada common-sense atau makna tanda yang
nyata (tanda yang tampak nyata, bukan makna yang terkandung dalam
tanda)
Penandayaitu suatu tanda yang menjelaskan ‘bentuk’ atau ekspresi.
Dalam hal lain dijelaskan “penanda” merupakan “pemberi makna”.

28
Universitas Sumatera Utara

Penanda juga merupakan aspek material dari suatu bahasan: apa yang
dilihat, dikatakan atau didengar (Sobur, 2004: 31&46). Contohnya:
Lampu Merah di sisi jalan.
Petanda yaitu suatu tanda yang menjelaskan ‘konsep’ atau ‘makna’.
Dalam

hal

lain

juga

dijelaskan

“petanda”

merupakan

“yang

dimaknakan”. Petanda juga merupakan aspek mental dari suatu bahasan:
gambaran mental, pikiran atau konsep (Sobur, 2004: 31&46).
Contohnya: Lampu merah di sisi jalan menandakan kode atau isyarat
kepada pengendara untuk berhenti menunggu pengendara di sisi jalan
lain untuk bergerak bergiliran.
− Tingkatan
Barthes

kedua
(1968)

adalah

bentuk

mengungkapkan

konotasi,
bahwa

mitos,

konotasi

dan
sebagai

simbol.
suatu

ekspresi budaya. Mitos merupakan suatu pesan yang di dalamnya
ideologi berada(Barthes,1968:13). Simbol adalah suatu tanda atau
gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan benda yang
komplek yang
konteks

diartikan sebagai sesuatu

budaya

yang

lebih

yang

spesifik

dipelajari dalam
atau

lebih

khusus(http://animexanimeanimelovers.blogspot.co.id/2013/01/de
finisi-tanda-lambang-dan-simbol.html/ diakses 19 Juni 2015).
Tingkat signifikasi yang terakhir di atas dapat menjelaskan bagaimana
mitos-mitos dan ideologi beroperasi dalam teks melalui tanda-tanda. Yang mana
mitos adalah suatu pesan yang di dalamnya sebuah ideologi berada. Mitos-mitos
tersebut menjalankan fungsi naturalisasi, yakni untuk membuat nilai-nilai yang
bersifat historis dan kultural, sikap dan kepercayaan menjadi tampak “alamiah”,
“normal”, “common sense”, dan karenanya “benar”. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa pendekatan semiologi Barthes terarah secara khusus pada apa
yang disebut “mitos” ini (Barthes, 1968: 9-14).

29
Universitas Sumatera Utara