MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI
MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI‐ISTRI
Oleh : Andang Muryanta
Sebuah keluarga dimanapun mereka berada dipastikan ada keinginan untuk mendapatkan
buah hati dari hasil pernikahannya, itu wajar dan bukanlah hal yang berlebihan tatkala ada
sebuah pasangan suami‐istri yang sudah cukup waktu dalam mengarungi bahtera kehidupan
rumah tangganya berusaha dan mencoba untuk mewujudkan kehadiran seorang anak, yang
lahir dari darah dagingnya sendiri. Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah menerus –
kan keturunan? yang kelak akan menjadi generasi yang berguna bagi agama, masyarakat,
bangsa dan negara serta berbakti kepada kedua orang tua yang telah bersusah payah mela‐
hirkannya. Bagaimana bila keinginan tersebut belum terwujud?. Salah satu usaha yang bisa
dilakukan adalah dari segi kesehatan. Bisa jadi ada sebab ataupun penyakit tertentu yang
menyebabkan pasangan suami‐istri tersebut sulit untuk memiliki keturunan (Infertilitas).
Pada dasarnya infertilitas adalah ketidak mampuan secara biologis dari seorang laki‐laki atau
seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Infertilitas juga berarti perempuan
yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya.
Pasangan suami‐istri dikatakan infertil apabila :
Tidak bisa hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1‐3 kali
seminggu) dan bebas dari penggunaan kontrasepsi bila perempuan berumur kurang
dari 34 tahun
Tidak bisa hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1‐3 kali se
minggu) dan bebas dari penggunaan kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari
35 tahun
Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37‐43
minggu)
Infertil dalam bahasa awam disebut tidak subur tetapi bukan kemandulan
Infertilitas dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :
Infertilitas Primer, merupakan suatu keadaan Pasangan Usia Subur (PUS) yang sudah
melakukan hubungan intim secara teratur (2‐3 kali seminggu) satu minggu sebelum
ovulasi terjadi tanpa menggunakan kontrasepsi selama satu tahun, tetapi masih
belum juga terjadi kehamilan.
Infertilitas sekunder, merupakan suatu keadaan dimana Pasangan Usia Subur (PUS)
yang sudah mempunyai anak dan sudah tidak menggunakan kontrasepsi serta mela
kukan hubungan intim secara teratur (2‐3 kali seminggu) tetapi tetap belum bisa ha
mil.
Pasangan Usia Subur (PUS) dimaksud merupakan pasangan suami‐istri, dimana usia
sang istri berkisar 15‐49 tahun dan dimungkinkan masih mendapatkan haid.
Secara umum kasus infertilitas yang terjadi di dunia diperkirakan 1 diantara 7 pasangan ber
masalah dalam hal kehamilan, angka itu kemungkinan bisa berubah sesuai dengan perkem
bangan jumlah penduduk dunia. Untuk Indonesia, angka kejadian perempuan infertil 15 per
sen pada usia 30‐34 tahun, meningkat 30 persen pada usia 35‐39 tahun dan 64 persen pada
usia 40‐44 tahun. Penyebab infertilitas sebanyak 40 persen berasal dari pria, 40 persen dari
wanita, 10 persen dari pria dan wanita, dan 10 persen lagi tidak diketahui. Jadi dengan kata
lain penyebab infertilitas adalah suami, istri atau keduanya. Faktor penyebab infertilitas
pada suami/pria disebabkan karena :
Faktor penyebab infertilitas pada suami/pria disebabkan karena :
1. Ketidak mampuan suami/pria untuk menyampaikan sel sperma ke dalam mulut
leher rahim istrinya, karena impotensi atau ejakulasi dini dan juga karena adanya
kelainan bentuk penis, misalnya kalau lubang penis terdapat dibagian depan (atas)
atau belakang (bawah) batang penis, (yang lazim biasanya lubang penis berada
pada ujung batang penis).
2. Adanya sumbatan saluran yang dilalui sperma, disebabkan infeksi atau penyakit
yang ditularkan melalui hubungan intim, namun juga bisa sumbatan karena bawaan
lahir.
3. Adanya kelainan gerakan sperma, yang disebabkan infeksi kelenjar prostat menahun
, auto aglutinasi (air mani terlalu pekat atau terlalu encer).
4. Adanya kelainan produksi dan pematangan sperma yang dapat disebabkan oleh in –
feksi yang terjadi pada masa remaja, seperti gondongan, buah pelir tidak turun
semestinya, faktor lingkungan seperti suhu panas, radiasi/penyinaran terhadap
testis (buah zakar/pelir) dan pengaruh obat‐obatan lainnya.
5. Adanya konsumsi nutrisi gizi yang kurang baik atau pengaruh kesehatan yang kurang
bagus. Zat yang sangat dibutuhkan tubuh untuk kesuburan adalah vitamin C, vitamin
E dan Seng.
Faktor penyebab infertilitas pada istri/wanita disebabkan karena :
1. Adanya kelainan bentuk rahim, seperti cacat bawaan, adanya tumor pada mulut
leher rahim atau dalam rahim, polip dalam rongga rahim dan lain‐lain.
2. Adanya gangguan pada ovarium/indung telur seperti :
1) Anovulasi merupakan gangguan pematangan sel telur pada ovarium
politistis/banyak benjolan pada indung telur
2) Menstruasi yang terganggu seperti digomenoria/haid sedikit, amenoria/tidak
haid, dan metroragia/haid tidak teratur/lebih dari satu kali dalam satu
periode masa haid
3) Pnggunaan obat‐obatan hormonal seperti estrogen dan progesteron, obat
anti hipertensi, dan obat anti depresi
3. Adanya gangguan tuba fallopi/saluran indung telur seperti penyempitan yang
disebabkan oleh infeksi rongga panggul Gonorrheae/GO (Raja Singa) dan infeksi
pasca aborsi, serta adanya bawaan sejak lahir.
4. Adanya gangguan servik/leher rahim dan uterus/rahim yang disebabkan oleh sum‐
batan dan penyempitan saluran leher rahim, lendir leher rahim dengan keasaman
tinggi, posisi leher rahim tidak normal, pelengketan dan infeksi endometrium/bagi‐
an dalam rahim.
5. Adanya gangguan liang sanggama seperti radang vagina yang menimbulkan keputih‐
an yang berlebih, gatal dan berbau.
6. Terjadinya kelainan metabolik seperti kelainan kelenjar teroid, dan diabetes mellitus.
7. Adanya gangguan imunologis seperti terbentuknya anti bodi‐anti sperma pada
wanita.
8. Adanya kelainan akibat zat‐zat kimia seperti penggunaan obat‐obatan, antiseptik
vagina, pengaruh radiasi, adanya kontaminasi limbah industri.
Faktor penyebab infertilitas pada suami‐istri /keduanya disebabkan karena :
1. Adanya reaksi imunologik/kekebalan disebabkan adanya zat anti terhadap sperma
pada suami ataupun istri yang menyebabkan penggumpalan dan gangguan perge‐
rakan sperma.
2. Pengetahuan yang masih kurang dari pasangan suami‐istri dalam melakukan
hubungan intim, tidak mengetahui tentang siklus masa subur/tidak subur dan kapan
harus melakukan hubungan intim suami‐istri yang tepat dan sebagainya.
Langkah‐langkah yang dilakukan dalam menangani infertilitas, yaitu dengan melaksakan
pemeriksaan infertil/ketidaksuburan berupa :
Interview /wawancara, yang dilakukan kepada pasangan suami‐istri yang baru
pertama datang ke tempat pelayanan kesehatan. Hal‐hal yang ditanyakan pada istri
antara lain menyangkut identitas, riwayat haid, keputihan, fungsi seksual, cara hu –
bungan intim, orgasme tercapai tidak, riwayat kesuburan bagaimana, penggunaan
kontrasepsi tidak, pernah pembedahan tidak, punya penyakit kelamin tidak, lingkung
an tempat tinggal dan seterusnya. Pada suami ditanyakan apa ada gangguan buah pe
lir, kemampuan ereksi dan ejakulasi bagaimana, pekerjaan, lingkungan tempat ting –
gal dan sebagainya.
Dilakukan pemeriksaan fisik dan alat kelamin, pada pria meliputi pemeriksaan perut,
apakah ada parut bekas bedah, pernah operasi turun berok dan sebagainya.
Pemeriksaan penis dan lubang penis apakah terjadi sumbatan/penyempitan tidak.
Pemeriksaan kulit kulup yang dapat menimbulkan gangguan ejakulasi. Pemeriksaan
ukuran testis, bila testis ukuran kecil dan lunak menunjukkan testis yang kurang
sensitif dan gagal membentuk sperma. Pemeriksaan saluran sperma, kelenjar prostat
yang kadang‐kadang menyebabkan kemandulan.
Pada wanita meliputi apakah ada tanda‐tanda raga yang menjadi petunjuk adanya
kelainan khromosom atau fungsi kelenjar yang berhubungan dengan kesuburan.
Pemeriksaan payudara juga diperlukan apakah ada indikasi kelainan atau tidak.
Pemeriksaan kelamin apakah terdapat radang atau cacat bawaan, seperti rahim
turun, polip leher rahim, tumor indung telur dan sebagainya.
Pemeriksaan air mani, untuk mengetahui sifat fisik baik jumlah maupun kualitas
sperma. Jumlah sperma berkisar 20 juta/ml atau lebih. Persentase sperma yang
bergerak maju sekitar 40 persen atau lebih, persentase sperma dalam bentuk normal
sekitar 60 persen atau lebih.
Pemeriksaan hormon FSH, LH prolaktin dan testosteron, untuk menentukan fungsi
kelenjar pembentuk hormon, sehingga dapat diketahui dimana letak penyebab
gangguan kualitas sperma, apakah di kepala atau di buah pelir.
Pencatatan suhu basal badan (SBB), pemeriksaan ini dilakukan setiap pagi hari,
sesaat setelah bangun tidur sebelum melakukan aktifitas fisik, untuk mengetahui si –
klus haid, mulai hari ke‐5 haid.
Menilai siklus haid, antara lain untuk menentukan secara tidak langsung kapan
terjadinya ovulasi, apakah indung telur berfungsi dengan baik, apakah selaput lendir
rahim mempunyai respon terhadap rangsangan hormon progesteron dan siap
menerima pembuahan, untuk menilai apakah terhadap kelainan atau radang pada
selaput lendir leher rahim.
Pemeriksaan lendir leher rahim (UMS), untuk mengetahui jumlah lendir leher rahim,
daya membenang, daya mengkristal dan tingkat pembukaan mulut leher rahim.
Uji pemeriksaan (UPS), untuk menilai kemampuan suami‐istri berhubungan intim,
keadaan dan daya penetrasi sperma suami dalam lendir leher rahim istri.
Pemeriksaan kadar hormon progesteron darah, untuk menentukan apakah telah
terjadi ovulasi dan bagaimana fungsi indung telur setelah terjadinya ovulasi.
Biopsi selaput lendir rahim, untuk menentukan secara tidak langsung apakah ovulasi
telah terjadi, mengetahui secara tidak langsung fungsi indung telur, apakah cukup
merangsang selaput lendir rahim sehingga mampu menerima pembuahan,
mengetahui apakah selaput lendir rahim bereaksi cukup peka terhadap rangsangan
hormon progesteron, mengetahui apakah terdapat kelainan atau radang pada
selaput lendir leher rahim.
Pemeriksaan ultrasonografi, untuk melihat secara lebih dalam keadaan alat‐alat di
dalam tubuh rongga panggul terutama alat kelamin dalam seperti rahim dan indung
telur.
Pemeriksaan histerosalpingografi, untuk mengetahui keadaan saluran leher rahim,
rongga rahim dan saluran telur, apakah ada kelainan bentuk atau adanya sumbatan.
Pemeriksaan laparaskopi, untuk mengetahui secara langsung dengan teropong/lapa‐
raskop keadaan alat‐alat kelamin dalam dan keadaan rongga panggul.
Pemeriksaan kadar hormon prolaktin, untuk menilai hormon‐hormon prolaktin,
testosteron TSH, T3 dan T4 dalam darah istri apakah mencapai kadar tertentu yang
dapat mengganggu kesuburan.
Pemeriksaan penetrasi sperma (P‐S), untuk mengetahui sebab kepana uji pasca hu‐
bungan intim tetap abnormal walaupun telah dilakukan pengobatan.
Pemeriksaan kadar hormon‐hormon, untuk mengetahui penyebab tidak haid,
apakah karena kegagalan indung telur atau karena kegagalan hipotalamo‐hipofisis.
Pemeriksaan infertil terhadap suami/pria jauh lebih sederhana, mudah dan biayanya relatif
murah dibandingkan dengan pemeriksaan terhadap istri/wanita, maka dianjurkan agar
pemeriksaan terhadap suami didahulukan. Bila suami‐istri melakukan hubungan intim
hendaknya memanfaatkan masa subur dengan baik, lakukan teknik hubungan intim dengan
benar. Menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin, lindungi dan hindari alat kelamin
dari benturan, tertekan, terjepit, radiasi, suhu panas dan sebagainya. Hindari kebiasaan
kurang baik (bagi istri) mencuci liang sanggama setelah melakukan hubungan intim. Banyak
mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin dan protein tinggi, lemak rendah
, sayur dan buah berserat tinggi.
Drs. Andang Muryanta
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
Kecamatan Wates
Kabupaten Kulon Progo
Oleh : Andang Muryanta
Sebuah keluarga dimanapun mereka berada dipastikan ada keinginan untuk mendapatkan
buah hati dari hasil pernikahannya, itu wajar dan bukanlah hal yang berlebihan tatkala ada
sebuah pasangan suami‐istri yang sudah cukup waktu dalam mengarungi bahtera kehidupan
rumah tangganya berusaha dan mencoba untuk mewujudkan kehadiran seorang anak, yang
lahir dari darah dagingnya sendiri. Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah menerus –
kan keturunan? yang kelak akan menjadi generasi yang berguna bagi agama, masyarakat,
bangsa dan negara serta berbakti kepada kedua orang tua yang telah bersusah payah mela‐
hirkannya. Bagaimana bila keinginan tersebut belum terwujud?. Salah satu usaha yang bisa
dilakukan adalah dari segi kesehatan. Bisa jadi ada sebab ataupun penyakit tertentu yang
menyebabkan pasangan suami‐istri tersebut sulit untuk memiliki keturunan (Infertilitas).
Pada dasarnya infertilitas adalah ketidak mampuan secara biologis dari seorang laki‐laki atau
seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Infertilitas juga berarti perempuan
yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya.
Pasangan suami‐istri dikatakan infertil apabila :
Tidak bisa hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1‐3 kali
seminggu) dan bebas dari penggunaan kontrasepsi bila perempuan berumur kurang
dari 34 tahun
Tidak bisa hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1‐3 kali se
minggu) dan bebas dari penggunaan kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari
35 tahun
Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37‐43
minggu)
Infertil dalam bahasa awam disebut tidak subur tetapi bukan kemandulan
Infertilitas dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu :
Infertilitas Primer, merupakan suatu keadaan Pasangan Usia Subur (PUS) yang sudah
melakukan hubungan intim secara teratur (2‐3 kali seminggu) satu minggu sebelum
ovulasi terjadi tanpa menggunakan kontrasepsi selama satu tahun, tetapi masih
belum juga terjadi kehamilan.
Infertilitas sekunder, merupakan suatu keadaan dimana Pasangan Usia Subur (PUS)
yang sudah mempunyai anak dan sudah tidak menggunakan kontrasepsi serta mela
kukan hubungan intim secara teratur (2‐3 kali seminggu) tetapi tetap belum bisa ha
mil.
Pasangan Usia Subur (PUS) dimaksud merupakan pasangan suami‐istri, dimana usia
sang istri berkisar 15‐49 tahun dan dimungkinkan masih mendapatkan haid.
Secara umum kasus infertilitas yang terjadi di dunia diperkirakan 1 diantara 7 pasangan ber
masalah dalam hal kehamilan, angka itu kemungkinan bisa berubah sesuai dengan perkem
bangan jumlah penduduk dunia. Untuk Indonesia, angka kejadian perempuan infertil 15 per
sen pada usia 30‐34 tahun, meningkat 30 persen pada usia 35‐39 tahun dan 64 persen pada
usia 40‐44 tahun. Penyebab infertilitas sebanyak 40 persen berasal dari pria, 40 persen dari
wanita, 10 persen dari pria dan wanita, dan 10 persen lagi tidak diketahui. Jadi dengan kata
lain penyebab infertilitas adalah suami, istri atau keduanya. Faktor penyebab infertilitas
pada suami/pria disebabkan karena :
Faktor penyebab infertilitas pada suami/pria disebabkan karena :
1. Ketidak mampuan suami/pria untuk menyampaikan sel sperma ke dalam mulut
leher rahim istrinya, karena impotensi atau ejakulasi dini dan juga karena adanya
kelainan bentuk penis, misalnya kalau lubang penis terdapat dibagian depan (atas)
atau belakang (bawah) batang penis, (yang lazim biasanya lubang penis berada
pada ujung batang penis).
2. Adanya sumbatan saluran yang dilalui sperma, disebabkan infeksi atau penyakit
yang ditularkan melalui hubungan intim, namun juga bisa sumbatan karena bawaan
lahir.
3. Adanya kelainan gerakan sperma, yang disebabkan infeksi kelenjar prostat menahun
, auto aglutinasi (air mani terlalu pekat atau terlalu encer).
4. Adanya kelainan produksi dan pematangan sperma yang dapat disebabkan oleh in –
feksi yang terjadi pada masa remaja, seperti gondongan, buah pelir tidak turun
semestinya, faktor lingkungan seperti suhu panas, radiasi/penyinaran terhadap
testis (buah zakar/pelir) dan pengaruh obat‐obatan lainnya.
5. Adanya konsumsi nutrisi gizi yang kurang baik atau pengaruh kesehatan yang kurang
bagus. Zat yang sangat dibutuhkan tubuh untuk kesuburan adalah vitamin C, vitamin
E dan Seng.
Faktor penyebab infertilitas pada istri/wanita disebabkan karena :
1. Adanya kelainan bentuk rahim, seperti cacat bawaan, adanya tumor pada mulut
leher rahim atau dalam rahim, polip dalam rongga rahim dan lain‐lain.
2. Adanya gangguan pada ovarium/indung telur seperti :
1) Anovulasi merupakan gangguan pematangan sel telur pada ovarium
politistis/banyak benjolan pada indung telur
2) Menstruasi yang terganggu seperti digomenoria/haid sedikit, amenoria/tidak
haid, dan metroragia/haid tidak teratur/lebih dari satu kali dalam satu
periode masa haid
3) Pnggunaan obat‐obatan hormonal seperti estrogen dan progesteron, obat
anti hipertensi, dan obat anti depresi
3. Adanya gangguan tuba fallopi/saluran indung telur seperti penyempitan yang
disebabkan oleh infeksi rongga panggul Gonorrheae/GO (Raja Singa) dan infeksi
pasca aborsi, serta adanya bawaan sejak lahir.
4. Adanya gangguan servik/leher rahim dan uterus/rahim yang disebabkan oleh sum‐
batan dan penyempitan saluran leher rahim, lendir leher rahim dengan keasaman
tinggi, posisi leher rahim tidak normal, pelengketan dan infeksi endometrium/bagi‐
an dalam rahim.
5. Adanya gangguan liang sanggama seperti radang vagina yang menimbulkan keputih‐
an yang berlebih, gatal dan berbau.
6. Terjadinya kelainan metabolik seperti kelainan kelenjar teroid, dan diabetes mellitus.
7. Adanya gangguan imunologis seperti terbentuknya anti bodi‐anti sperma pada
wanita.
8. Adanya kelainan akibat zat‐zat kimia seperti penggunaan obat‐obatan, antiseptik
vagina, pengaruh radiasi, adanya kontaminasi limbah industri.
Faktor penyebab infertilitas pada suami‐istri /keduanya disebabkan karena :
1. Adanya reaksi imunologik/kekebalan disebabkan adanya zat anti terhadap sperma
pada suami ataupun istri yang menyebabkan penggumpalan dan gangguan perge‐
rakan sperma.
2. Pengetahuan yang masih kurang dari pasangan suami‐istri dalam melakukan
hubungan intim, tidak mengetahui tentang siklus masa subur/tidak subur dan kapan
harus melakukan hubungan intim suami‐istri yang tepat dan sebagainya.
Langkah‐langkah yang dilakukan dalam menangani infertilitas, yaitu dengan melaksakan
pemeriksaan infertil/ketidaksuburan berupa :
Interview /wawancara, yang dilakukan kepada pasangan suami‐istri yang baru
pertama datang ke tempat pelayanan kesehatan. Hal‐hal yang ditanyakan pada istri
antara lain menyangkut identitas, riwayat haid, keputihan, fungsi seksual, cara hu –
bungan intim, orgasme tercapai tidak, riwayat kesuburan bagaimana, penggunaan
kontrasepsi tidak, pernah pembedahan tidak, punya penyakit kelamin tidak, lingkung
an tempat tinggal dan seterusnya. Pada suami ditanyakan apa ada gangguan buah pe
lir, kemampuan ereksi dan ejakulasi bagaimana, pekerjaan, lingkungan tempat ting –
gal dan sebagainya.
Dilakukan pemeriksaan fisik dan alat kelamin, pada pria meliputi pemeriksaan perut,
apakah ada parut bekas bedah, pernah operasi turun berok dan sebagainya.
Pemeriksaan penis dan lubang penis apakah terjadi sumbatan/penyempitan tidak.
Pemeriksaan kulit kulup yang dapat menimbulkan gangguan ejakulasi. Pemeriksaan
ukuran testis, bila testis ukuran kecil dan lunak menunjukkan testis yang kurang
sensitif dan gagal membentuk sperma. Pemeriksaan saluran sperma, kelenjar prostat
yang kadang‐kadang menyebabkan kemandulan.
Pada wanita meliputi apakah ada tanda‐tanda raga yang menjadi petunjuk adanya
kelainan khromosom atau fungsi kelenjar yang berhubungan dengan kesuburan.
Pemeriksaan payudara juga diperlukan apakah ada indikasi kelainan atau tidak.
Pemeriksaan kelamin apakah terdapat radang atau cacat bawaan, seperti rahim
turun, polip leher rahim, tumor indung telur dan sebagainya.
Pemeriksaan air mani, untuk mengetahui sifat fisik baik jumlah maupun kualitas
sperma. Jumlah sperma berkisar 20 juta/ml atau lebih. Persentase sperma yang
bergerak maju sekitar 40 persen atau lebih, persentase sperma dalam bentuk normal
sekitar 60 persen atau lebih.
Pemeriksaan hormon FSH, LH prolaktin dan testosteron, untuk menentukan fungsi
kelenjar pembentuk hormon, sehingga dapat diketahui dimana letak penyebab
gangguan kualitas sperma, apakah di kepala atau di buah pelir.
Pencatatan suhu basal badan (SBB), pemeriksaan ini dilakukan setiap pagi hari,
sesaat setelah bangun tidur sebelum melakukan aktifitas fisik, untuk mengetahui si –
klus haid, mulai hari ke‐5 haid.
Menilai siklus haid, antara lain untuk menentukan secara tidak langsung kapan
terjadinya ovulasi, apakah indung telur berfungsi dengan baik, apakah selaput lendir
rahim mempunyai respon terhadap rangsangan hormon progesteron dan siap
menerima pembuahan, untuk menilai apakah terhadap kelainan atau radang pada
selaput lendir leher rahim.
Pemeriksaan lendir leher rahim (UMS), untuk mengetahui jumlah lendir leher rahim,
daya membenang, daya mengkristal dan tingkat pembukaan mulut leher rahim.
Uji pemeriksaan (UPS), untuk menilai kemampuan suami‐istri berhubungan intim,
keadaan dan daya penetrasi sperma suami dalam lendir leher rahim istri.
Pemeriksaan kadar hormon progesteron darah, untuk menentukan apakah telah
terjadi ovulasi dan bagaimana fungsi indung telur setelah terjadinya ovulasi.
Biopsi selaput lendir rahim, untuk menentukan secara tidak langsung apakah ovulasi
telah terjadi, mengetahui secara tidak langsung fungsi indung telur, apakah cukup
merangsang selaput lendir rahim sehingga mampu menerima pembuahan,
mengetahui apakah selaput lendir rahim bereaksi cukup peka terhadap rangsangan
hormon progesteron, mengetahui apakah terdapat kelainan atau radang pada
selaput lendir leher rahim.
Pemeriksaan ultrasonografi, untuk melihat secara lebih dalam keadaan alat‐alat di
dalam tubuh rongga panggul terutama alat kelamin dalam seperti rahim dan indung
telur.
Pemeriksaan histerosalpingografi, untuk mengetahui keadaan saluran leher rahim,
rongga rahim dan saluran telur, apakah ada kelainan bentuk atau adanya sumbatan.
Pemeriksaan laparaskopi, untuk mengetahui secara langsung dengan teropong/lapa‐
raskop keadaan alat‐alat kelamin dalam dan keadaan rongga panggul.
Pemeriksaan kadar hormon prolaktin, untuk menilai hormon‐hormon prolaktin,
testosteron TSH, T3 dan T4 dalam darah istri apakah mencapai kadar tertentu yang
dapat mengganggu kesuburan.
Pemeriksaan penetrasi sperma (P‐S), untuk mengetahui sebab kepana uji pasca hu‐
bungan intim tetap abnormal walaupun telah dilakukan pengobatan.
Pemeriksaan kadar hormon‐hormon, untuk mengetahui penyebab tidak haid,
apakah karena kegagalan indung telur atau karena kegagalan hipotalamo‐hipofisis.
Pemeriksaan infertil terhadap suami/pria jauh lebih sederhana, mudah dan biayanya relatif
murah dibandingkan dengan pemeriksaan terhadap istri/wanita, maka dianjurkan agar
pemeriksaan terhadap suami didahulukan. Bila suami‐istri melakukan hubungan intim
hendaknya memanfaatkan masa subur dengan baik, lakukan teknik hubungan intim dengan
benar. Menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin, lindungi dan hindari alat kelamin
dari benturan, tertekan, terjepit, radiasi, suhu panas dan sebagainya. Hindari kebiasaan
kurang baik (bagi istri) mencuci liang sanggama setelah melakukan hubungan intim. Banyak
mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin dan protein tinggi, lemak rendah
, sayur dan buah berserat tinggi.
Drs. Andang Muryanta
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
Kecamatan Wates
Kabupaten Kulon Progo