Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI

Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Bahasa
Asing Kuala Namu ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari
kawasan setempat. Metode tersebut merupakan penjelasan dari data yang telah terkumpul
yang didukung dan diterapkan pada teori yang sudah ada. Dalam proses perancangan terdapat
beberapa langkah antara lain:
3.1.

Ide Perancangan

1. Ide perancangan ini muncul dari sebuah pemikiran tentang keinginan mengkaji
lingkungan bandara Kualanamu sebagai bandara baru di Sumetera Utara, dimana
kawasan sekitar Kualanamu yang masih dalam proses pengembangan. Berdasarkan
tuntutan materi Perancangan Arsitektur VI dan Skripsi, maka harus memilih
proyek apa yang cocok untuk dibangun di daerah pengembangan Kualanamu.
2. Ide perancangan ini muncul dari sebuah pemikiran tentang mengkaji masalahmasalah apa saja yang muncul pada perkembangan jaman dan masuknya era pasar
bebas, serta tuntutan untuk berkomunikasi secara global, dan ternyata isu yang
menonjol adalah kurangnya SDM di bidang bahasa atau sastra dan masih
sedikitnya sekolah tinggi bahasa asing di Indonesia.

3. Pematangan ide perancangan ini melalui penelusuran informasi dan data-data
arsitektural maupun non-arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai
bahan perbandingan dalam pemecahan masalah terkait syarat teknis minimal dan
pendirian sekolah tinggi bahasa asing.

3.2.

Identifikasi Masalah

1. Meninjau perkembangan dan perencanaan di Kawasan Bandar Udara Kuala Namu,
maka kebutuhan akan Sumber Daya Manusia baik itu sebagai ahli bahasa asing,
tour-guide maupun tenaga-tenaga muda di bidang bahasa masih sangat sedikit,
sementara persaingan di era pasar bebas semakin ketat.
56
Universitas Sumatra Utara

2. Masih kurangnya sekolah tinggi pendidikan bahasa asing yang ada di Indonesia,
sehingga belum mampu menutupi kekurangan Sumber Daya Manusia di kancah
Internasional.
3. Rencana pengembangan kawasan kualanamu dan sekitarnya sebagai kota

aerotropolis yang akan dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas yang mendukung
bandara, salah satunya adalah Sekolah Tinggi Bahasa Asing.

3.3.

Tujuan Perancangan

1. Merencanakan dan merancang sebuah Sekolah Tinggi Bahasa Asing di daerah
Kuala Namu, yang terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan Kuala
Namu sekitarnya.
2. Merancang sirkulasi sekolah tinggi bahasa asing terhadap massa bangunan menjadi
efisien dengan melihat dari kebutuhan ruang dari sekolah tinggi tersebut
3. Merancang bangunan sekolah tinggi bahasa asing yang mampu mengurangi
masalah terhadap kebisingan, pencahayaan, orientasi dan lingkungan yang ada di
sekitar site.
4. Memberikan wadah pendidikan bagi masyarakat luas sebagai pusat pengetahuan
dan pengembangan kreatifitas di bidang bahasa asing.

3.4.


Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dalam perancangan ini ada
dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data dari
informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat diuraikan sebagai
berikut, yaitu:

3.4.1. Data Primer

Data primer menggunakan metode observasi yaitu metode dengan cara
melakukan pengamatan mengenai hal-hal penting terhadap obyek serta pengamatan
terhadap masalah- masalah yang ada secara langsung. Dalam kasus proyek
57
Universitas Sumatra Utara

perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu, metode ini termasuk dalam
tahap pendekatan perencanaan.
Pengambilan data primer dilakukan dengan cara:
1.


Survey Lapangan
Suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara
sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki ( Marzuki, 2008 : 58).
Dengan melakukan survey lapangan ini akan mendapat data:
- Kondisi kawasan
- Luasan tapak
- Batasan tapak terhadap kawasan site
- Data iklim, pergerakan angin, peredaran matahari, temperatur, kelembapan,
dll
- Vegetasi pada tapak dan sarana-prasarana tapak
- Sistem drainase pada tapak
- Transportai yang meliputi: jalur dan besaran jalan, angkutan dan pengguna
jalan serta fasilitas pendukung lainnya
- Generator aktivitas disekitar tapak

2.

Dokumentasi
Metode ini bertujuan untuk memperkuat data dari metode survey di atas yang
merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data-data yang akan

digunakan dalam analisa.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti (Marzuki,2000:56), atau data yang diperoleh dari literatur atau data yang
bersumber secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi:
1.

Studi Pustaka

 Studi pustaka yaitu, metode pengumpulan data dengan melakukan studi
literatur terhadap buku-buku yang relevan. Studi pustaka meliputi : Data
atau literatur tentang kawasan dan tapak terpilih berupa peta wilayah, dan
potensi alam dan buatan yang ada dikawasan. Data ini selanjutnya akan
digunakan dalam menganalisa kawasan tapak.

58
Universitas Sumatra Utara


 Literatur teori-teori arsitektur yang relevan dengan judul dan tema
perancangan.
2.

Studi Banding
Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data dari bangunan yang sama maupun
tema yang sama, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam
penentuan program ruang dan desain.

3.5.

Analisis
Analisis ini merupakan langkah-langkah perancangan. Analisis ini berisi tentang
macam-macam alternatif yang nantinya digunakan dalam perancanagan Sekolah
Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu. Dalam kasus proyek perancangan Sekolah Tinggi
Bahasa Asing Kuala Namu, tahap ini sudah masuk dalam tahap perancangan.

1.

Analisa Tapak

Analisis tapak meliputi persyaratan yapak, analisis kebisingan, analisis
pendangan dan view, analisis iklim, analisis asksebilitas, analisis vegetasi,
analisis potensi tapak, analisis zoning kawasan.

2.

Analisa Fungsi
Analisis ini bertujuan untuk menentukan fungsi ruangan yang akan digunakan
pada sebuah banguan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengelompokan
fungsi tersebut untuk menata kondisi banguan. Penyusunan tersebut
didasarkan pada kebutuhan ruang maupun jenis kegiatan. Fungsi tersebut juga
termasuk fungsi sosial yang dimiliki oleh bangunan agar dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar yang telah ada sebelumnya.

3.

Analisa Aktivitas Pengguna
Menganalisa pelaku yang akan melakukan aktivitas dengan cara survey pada
objek yang sudah ada maupunn mengambil data standard ataupun literatur.


4.

Analisa Sirkulasi
Konfigurasi bentuk jalan atau alur gerak dari linear, radial, grid, network, dan
komposit.

5.

Analisa Ruang
Menguraikan tentang kebutuhan ruang antara aktivitas dan pelaku, persyaratan
ruang dan besaran, penyesuaian karakter fungsional bangunan, transformasi
bentuk sesuai dengan tema yang diambil, fungsi, dan hubungan antar ruang.
59
Universitas Sumatra Utara

6.

Analisa Struktur
Dalam analisa struktur ini akan dijelaskan pemaparan mengenai struktur apa
yang dipakai pada rancangan objek ini.


7.

Analisa Utilitas
Memaparkan dan menggambarkan system utilitas yang akan diterapkan pada
rancangan agar banguan tersebut dapat bekerja dengan baik.

3.6.

Sintesis dan Konsep
Sintesis adalah proses penggabungan dari hasil analisis yang menghasilkan sebuah
konsep, yang nantinya akan menjadi pedoman didalam penyusunan konsep
rancangan. Konsep ini meliputi konsep rancangan, konsep tapak, konsep ruang,
konsep bentuk, konsep struktur, dan konsep utilitas.
1.

Konsep Tapak
Konsep tapak ini meliputi rancangan tapak/respon terkait aksebilitas,
kebisingan, pandangan atau view, sirkulasi matahari, angina, vegetasi dan
zoning kawasan.


2.

Konsep Ruang
Didalam konsep ruang akan ditentukan ruang antara aktivitas dan pelaku,
persyaratan ruang dan besaran, penyesuaian karakter fungsional banguan,
transformasi bentuk sesuai dengan tema yang diambil, fungsi dan hubungan
antar ruang.

3.

Konsep Bentuk
Didalam konsep ini akan didapat bentuk 3D Sekolah Tinggi Bahasa Asing
Kuala Namu yang akan digunakan untuk perancangan Sekolah Tinggi Bahasa
Asing Kuala Namu.

4.

Konsep Struktur
Didalam konsep ini akan didapat struktur apa yang akan digunakan dalam

perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu.

5.

Konsep Utilitas
Konsep utilitas ini merupakan gambaran sistem utilitas yang diterapkan pada
rancangan agar bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu dapat
bekerja dengan baik.

60
Universitas Sumatra Utara

BAB IV
ANALISA PERANCANGAN

4.1.

Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

4.1.1. Analisa Lokasi

Gambar 4.1 Peta Lokasi Perancangan
Sumber : google earth

Lokasi proyek terletak di daerah sebagai fasilitas perkotaan seperti pendidikan,
peribadatan, kesehatan, permukiman, dan perdagangan di kawasan Mebidangro.
Berada pada daerah pengembangan yang terletak di kecamatan batangkuis. Letak
geografis site berada pada 3O35’38.22'' LU dan 98O48’18.79'' BT. Berada 2.5 meter
61
Universitas Sumatra Utara

diatas permukaan laut. Topografi site berkontur dengan tingkat penurunan mencapai 2,50 meter, iklim tropis dengan suhu minimum antara 25,1oC-26,9oC dan suhu
maksimum antara 27,0oC-27,8oC. Lokasi berada bukan di jalan primer. Jalur ini juga
memiliki sirkulasi yang lancar dan tingkat kemacetan yang sangat rendah.

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan













Lokasi tapak

: Jalan Gambir Ujung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia

Luas Lahan

: ± 1,5 Ha

Batas Site

: Utara

Kontur

: Lahan Kosong

Timur

: Rumah Penduduk

Barat

: Lahan Kosong

Selatan

: Lahan Kosong

: Landai, dengan penurunan pada sisi ujung kiri atas site
sebesar 2,50 meter

KDB

: 60 %

KLB

: - (asumsi 1)

GSB

: 5,5 meter

4.1.3. Analisa Tata Guna Lahan

KET.

Gambar 4.2 Tata Guna Lahan

62
Universitas Sumatra Utara

Kondisi eksisting penggunaan lahan kawasan Batang Kuis didominasi oleh lahan
hijau, atau perkebunan warga, sisanya merupakan rumah penduduk. Persentase untuk
jumlah fungsi komersil dna instansi sangat sedikit.
Prospek lahan kawasan Kecamatan Batang Kuis, Pantai Labu dan Beringin akan
mengalami perubahan yang besar dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan sejalan
dengan perencanaan dan pembangunan kawasan Bandar Udara Internasional Kuala
Namu di Desa Pantai Labu, Kecamatan Beringin. Rencana tata guna lahan untuk
Kecamatan Batang Kuis seperti perdagangan, jasa lokal, pengelohan pertanian dan
perkebunan, TOD, perumahan dan permukiman dan kota transit.
4.1.4. Analisa Peraturan

Gambar 4.3 Site
Sumber : google earth

Lebar jalan di depan site = 6 meter
GSB jalan = (1/2 x 9) + 1 = 5,5 meter
GSB kiri, kanan dan belakang bangunan = 7 m, sesuai asumsi untuk sirkulasi dan juga
jalur kebakaran
KDB bangunan menurut RTRW kawasan mebidangro untuk fungsi bangunan yang
melayani jasa = 60%
KLB bangunan = - (asumsi 1)

63
Universitas Sumatra Utara

Gambar 4.4 KKOP pada Site Desain

Berdasarkan KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan), lokasi site berada
di bawah permukaan horizontal luar bila ditinjau dari Bandar Udara Internasional
Kuala Namu sebagai pusat dengan ketentuan pada zona ini adalah tinggi bangunan
maksimum 45 m hingga menuju kawasan di bawah permukaan horizontal luar
mencapai 145 m, fungsi tata penggunaan lahan adalah sebagai fasilitas perkotaan
seperti pendidikan, peribadatan, kesehatan, permukiman dan perdagangan.

4.1.5. Analisa View
Potensi view terhadap kegiatan pendidikan menjadi perhatian utama dan harus
didesain dengan menarik.

1

2

3

Gambar 4.5 View ke Site

64
Universitas Sumatra Utara

1

2

Gambar 4.6 View I

3

Gambar 4.7 View II

Gambar 4.8 View III

Masalah:
- Site berada tidak pada jalan besar sehingga view ke dalam site tidak maksimal
- View ketika menuju site juga tidak didukung dengan fasilitas penerangan jalan
memadai
Potensi:
- Site berpotensi mendukung peruntukkan proyek dari segi minimnya keributan.
Prospek:
- Agar dapat menarik view dari jalan besar Kuala Namu, bangunan dapat dibangun
bertingkat

4.1.6. Analisa Iklim

Gambar 4.9 Analisa Iklim

65
Universitas Sumatra Utara

Gambar 4.10 Perjalanan Matahari

Gambar 4.11 Diagram Siklus Matahari

Analisa Matahari
Perjalanan matahari mengalami 2 fase, yaitu fase siklus utara dan selatan. Pada
diagram dapat dijelaskan bahwa matahari akan berada lebih lama di sisi selatan
dikarenakan letak site.

Gambar 4.12 Pergerakan Angin
Analisa Angin
Pergerakan angin berasal dari arah utara ke selatan melewati site. Angin juga
memiliki kekuatan, panas dan kelembaban seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.13

Gambar 4.14

Gambar 4.15

Kekuatan Angin

Panas Angin

Kelembaban Udara

66
Universitas Sumatra Utara

Gambar 4.13 menunjukkan rata-rata kekuatan angin tiap tahunnya dan diperoleh data
bahwa kekuatan angin terbesar berada di derajat 80-95 arah timur.
Gambar 4.14 menunjukkan rata-rata panas angin tiap tahunnya dan diperoleh data
bahwa panas angin terbesar terdapat di derajat 190-215 mendekati arah selatan.
Gambar 4.15 menunjukkan rata-rata kelembaban udara tiap tahunnya dan diperoleh
data bahwa kelembaban udara terbesar terdapat di derajat 145-170 dan derajat 190215 mendekati arah selatan.

4.1.7. Analisa Pencapaian
Site dapat dicapai dengan mudah dari berbagai alternatif lokasi yang menjadi propek
pengunjung atau pengguna seperti kota Medan, kota Batang Kuis sendiri sampai
Lubuk Pakam. Berikut akan diberikan perkiraan data pencapaian dari beberapa titik
lokasi strategis.

Gambar 4.16 Pencapaian dari Medan

Gambar 4.17 Pencapaian dari Batang Kuis

Sumber : google maps

Sumber : google maps

Gambar 4.18 Pencapaian dari KNIA

Gambar 4.19 Pencapaian dari Lubuk Pakam

Sumber : google maps

Sumber : google maps

67
Universitas Sumatra Utara

Gambar 4.20 Pencapaian dari Pantai Labu

Gambar 4.21 Pencapaian dari Percut

Sumber : google maps

Sumber : google maps

Gambar 4.22 Pencapaian dari Tanjung Morawa
Sumber : google maps
Tabel 4.1 Pencapaian ke Site
Pencapaian ke Site Dari

Jarak Tempuh (km)

Waktu Tempuh (menit)

Kota Medan

17,7

54

Kota Batang Kuis

7,8

13

Bandar Udara Internasional

10,3

10

Lubuk Pakam

12,3

18

Pantai Labu

17,2

28

Percut Sei Tuan

10,1

20

Tanjung Morawa

19,9

37

Kuala Namu

68
Universitas Sumatra Utara

4.1.8. Analisa Kebisingan

Gambar 4.23 Sumber Kebisingan pada Site
Kebisingan pada site tidak berpengaruh terlalu banyak dikarenakan site terletak tidak
di jalan besar Kuala Namu. Adapun sumber kebisingan yang datang dari Jalan Besar
Kuala Namu sudah terfilter oleh rumah penduduk.
4.1.9. Analisa Sirkulasi

Gambar 4.24 Sirkulasi ke Site

69
Universitas Sumatra Utara

Sirkulasi di Jalan Gambir Ujung
Tingkat keramaian pada Jalan Gambir Ujung rendah dan diakses oleh beberapa
kendaraan seperti becak bemotor, kendaraan roda dua, sepeda, kendaraan roda empat
pribadi, dan truk.
Sirkulasi di Jalan Besar Kuala Namu menuju Jalan Batang Kuis
Tingkat keramaian pada Jalan Besar Kuala Namu tergolong tinggi dan diakses oleh
beberapa kendaraan seperti becak bermotor, kendaraan roda dua, angkutan umum,
kendaraan roda empat pribadi dan truk.
Sirkulasi di Jalan Besar Kuala Namu menuju atau dari Bandar Udara Internasional
Kuala Namu
Tingkat keramaian pada Jalan Besar Kuala Namu yang menuju maupun dari Bandar
Udara Internasional Kuala Namu tergolong tinggi dan diakses hampir oleh setiap jenis
kendaraan.

4.2.

Analisa Fungsional

4.2.1. Kebutuhan Ruang
Tabel 4.2 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Atas (SMA)
Dirinci menurut Kabupaten/Kota, 2014

Sekolah

Guru

Murid

(unit)

(orang)

(orang)

1. Nias

7

167

1 612

2. Mandailing Natal

22

623

7 166

3. Tapanuli Selatan

12

323

3 888

4. Tapanuli Tengah

25

650

7 189

5. Tapanuli Utara

25

772

10 762

6. Toba Samosir

18

498

6 854

Kabupaten/Kota

Kabupaten

70
Universitas Sumatra Utara

7. Labuhanbatu

30

865

11 160

8. Asahan

43

1 019

12 608

9. Simalungun

52

1 403

16 761

10. Dairi

25

645

8 961

11. Karo

24

880

8 660

12. Deli Serdang

132

2 563

24 737

13. Langkat

63

1 413

15 728

14. Nias Selatan

51

854

10 912

15. Humbang Hasundutan

16

580

6 307

16. Pakpak Bharat

5

167

1 294

17. Samosir

15

382

4 703

18. Serdang Bedagai

39

997

10 499

19. Batu Bara

22

561

6 011

20. Padang Lawas Utara

11

255

2 478

21. Padang Lawas

9

267

2 692

22. Labuhanbatu Selatan

14

391

3 976

23. Labuhanbatu Utara

15

517

6 413

24. Nias Utara

7

171

2 315

25. Nias Barat

12

236

3 008

71. Sibolga

9

268

4 010

72. Tanjungbalai

11

393

5 768

73. Pematangsiantar

30

1 129

15 097

74. Tebing Tinggi

15

473

6 059

75. Medan

213

5 269

61 809

76. Binjai

27

941

9 575

77. Padangsidimpuan

18

671

7 407

78. Gunungsitoli

12

282

3 231

2014

1 029

26 625

309 650

2013

868

17 509

233 916

2012

1 100

25 069

319 961

2011

1 402

32 991

435 945

Kota

Sumatera Utara

Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

71
Universitas Sumatra Utara

Tabel 4.3 Rekap Jumlah Mahasiswa

Sumber : Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Analisa Kebutuhan Ruang
Perkiraan Daya Tampung Mahasiswa :
 Data:

Jumlah Murid SMA Kota Medan = 61.809 orang
Jumlah Murid SMA Kabupaten Deli Serdang = 24.737 orang

 Rata-rata

Jumlah Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kota Medan :

STBA Swadaya = (222 + 168 + 75) : 3 = 155
= 155 : (4 tahun) = 38,75 = 39 orang
STBA Harapan = (442 + 430 + 435 + 421 + 397 + 292) : 6
= 403 : (4 tahun) = 100,75 = 101 orang
STBA ITMI = (92 + 96 + 83 + 80 + 82 + 59) : 6
= 82 : (4 tahun) = 20,5 = 21 orang
STBA PIA = (462 + 750 + 1055 + 1375 + 1499 + 1459) : 6
= 1100 : (4 tahun) = 275 orang

 Persentase Jumlah Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kota Medan :
% Mahasiswa STBA di Kota Medan = (39 + 101 + 21 + 275)
= 436 orang : (jumlah Mahasiswa Kota Medan)
= (436 : 61.809) x 100 % = 0,7 %

 Perkiraan Daya Tampung Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu :
Perkiraan = % Mahasiswa STBA di Kota Medan x Jumlah Mahasiswa Deli Serdang
= 0,7 % x 24.737 = 173,159 = 173 orang
Bila diasumsikan masa studi 4 tahun ajaran, maka jumlah mahasiswa seluruhnya di
Sekolah Tinggi Bahasa Asing adalah sebanyak 4 x 173 orang/angkatan = 692 orang.
Jumlah Mahasiswa = 692 orang

72
Universitas Sumatra Utara

Asumsi Jumlah Dosen = 10% jumlah mahasiswa = 69 orang
Asumsi Jumlah Pegawai = 5% jumlah mahasiswa = 35 orang
Analisa Kebutuhan Parkir

 Pimpinan Sekolah Tinggi Bahasa Asing = 4 parkir mobil

 Dosen, asumsi 1 mobil untuk 1 orang = 80% jumlah dosen = 55 parkir mobil

 Pegawai, asumsi 40% membawa kendaraan roda empat, 60% membawa
kendaraan roda dua
40% jumlah pegawai = 14 parkir mobil ; 60% jumlah pegawai = 21 parkir motor

 Mahasiswa, asumsi 10% membawa kendaaan roda empat, 50% membawa
kendaraan roda dua
10% jumlah mahasiswa = 69 parkir mobil ; 50% jumlah mahasiswa = 346 motor

 Transportasi Bus

- Dosen & Pegawai = 2% jumlah dosen = 1 parkir bus
- Mahasiswa = 2% jumlah mahasiswa = 14 parkir bus
Total Kebutuhan Parkir Kendaraan : Mobil : 142 buah
Sepeda motor : 367 buah
Bus : 15 buah

4.2.2. Program Ruang

 Area Penerimaan
Tabel 4.4 Program Ruang Area Penerimaan

No

1.
2.

Jenis Ruang

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Main Lobby

Ruang
1

Kapasitas
100

Standar
2

Luas

(m )

(m2)

1,5

150 m2

m2/org
Ruang Duduk

1

Toilet

1

Wanita

WC
Wastafel

20

2 m2/org

40 m2

5 unit

2 m2/WC

10 m2

4 unit

0.54m2/

2,16 m2

WC
Wastafel

NAD
NAD

NAD

WC

3.
Pria

Sumber

4 unit

2 m2/WC

8 m2

3 unit

0.54m2/

1,62 m2

NAD

WC

73
Universitas Sumatra Utara

Urinoir

5 unit

2 m2/WC

Jumlah

10 m2
221.78
m2

Sirkulasi 30

66.534
m2

%
Total

288.314
m2
 Area Pendidikan dan Pelatihan
Tabel 4.5 Program Ruang Area Pendidikan dan Pelatihan

No

Jenis Ruang

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Ruang Kelas
1.

2.

22

Standar
2

Luas

(m )

(m2)

1,5

660 m2

m2/org

Ruang Kelas

14

40 org

1,5

840 m2

m2/org

II
4

60 org

1,5

360 m2

m2/org

III
Ruang

4.

20 org

I

Ruang Kelas
3.

Ruang

Kapasitas

6

60 org

Laboratorium

(14 x

Sumber

BSNP

BSNP

BSNP

714m2

8,5)

SR

m2/unit
5.

Ruang

4

80 org

(11 X

198 m2

4,5) m2

Kaligrafi
Ruang Dosen

1

Toilet

12

69 org

4 m2/org

276 m2

5 unit

2 m2/WC

120 m2

4 unit

0.54m2/

25.92 m2

6.

Wanita
7.

WC
Wastafel

Pria

WC

SR

BSNP

NAD

WC
4 unit

2 m2/WC

96 m2

NAD

74
Universitas Sumatra Utara

3 unit

Wastafel

0.54m2/

19,44 m2

WC

Urinoir

5 unit

2 m2/WC

120 m2

Jumlah

3429.36
m2

Sirkulasi

1028.808

30%

m2

Total

4458.168
m2
 Area Pengelola
Tabel 4.6 Program Ruang Area Pengelola

No

Jenis Ruang
Ruang Ketua

1.

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Ruang

Kapasitas
1 unit

Standar
2

Luas

(m )

(m2)

12

12 m2

m2/org

Sekolah

Sumber

BSNP

Tinggi
Ruang
2.

1 unit

12

12 m2

m2/org

Pembantu

BSNP

Ketua I
Ruang
3.

1 unit

12

12 m2

m2/org

Pembantu

BSNP

Ketua II
Ruang
4.

1 unit

12

12 m2

m2/org

Pembantu

BSNP

Ketua III
5.

Ruang Ketua

Sekretaris

12

12 m2

m2/org

Jurusan
Ruang

6.

1 unit

1 unit

12
m2/org

BSNP

12 m2
BSNP

Jurusan

75
Universitas Sumatra Utara

Ruang
7.

3 org

4 m2/org

12 m2

Kepala

BSNP

Bagian
Ruang Tata
8.

4 m2/org

24 m2

1

3 org

4 m2/org

12 m2

1

3 org

4 m2/org

12 m2

Keuangan
Ruang Staf

10.

6 org

Usaha
Ruang Staf

9.

1

Manajemen

BSNP

NAD

NAD

Bangunan
11.
12.

13.

Ruang IT

1

Ruang Arsip

3 org

20 m2

20 m2

1 unit

20 m2

20 m2

10 org

1,2

24 m2

dan Logistik
Ruang Rapat

2

m2/org

AS
AS

NAD

14.

Ruang Tamu

1

20 m2

20 m2

NAD

15.

Pantry

2

8 m2

16 m2

AS

Toilet

1
5 unit

2 m2/WC

10 m2

4 unit

0.54m2/

2,16 m2

Wanita

WC
Wastafel

16.

Pria

WC
Wastafel
Urinoir

Jumlah

NAD

WC
4 unit

2 m2/WC

8 m2

3 unit

0.54m2/

1,62 m2

WC
5 unit

2 m2/WC

NAD

10 m2
263.78
m2

Sirkulasi

79.134

30%

m2

Total

342.914
m2

76
Universitas Sumatra Utara

 Area Multifunction Hall
Tabel 4.7 Program Ruang Area Multifunction Hall
No

1.

2.

3.

Jenis Ruang

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Hall

Ruang
1

200 org

Standar

Luas

(m2)

(m2)

1,2

240 m2

m2/org
Ruang

1

5% luas

Persiapan

12 m2

hall

Ruang Audio

1

5% luas

12 m2

hall
Toilet

Sumber

NAD

AS

AS

1

Wanita

WC
Wastafel

4.

Kapasitas

Pria

6 unit

2 m2/WC

12 m2

4 unit

0.54m2/

2,16 m2

NAD

WC

WC
Wastafel

4 unit

2 m2/WC

8 m2

3 unit

0.54m2/

1,62 m2

WC

Urinoir

8 unit

2 m2/WC

Jumlah

NAD

10 m2
297.78
m2

Sirkulasi

89.334

30%

m2

Total

387.114
m2
 Area Perpustakaan
Tabel 4.8 Program Ruang Area Perpustakaan

No
.
1.

Jenis Ruang
Ruang Baca

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Ruang
1

Kapasitas
50 org

Standar

Luas

(m2)

(m2)

1,8

90 m2

m2/org

Sumber

NAD

77
Universitas Sumatra Utara

2.

Ruang Loker

1

0,15

15 m2

m2/org
Ruang

3.

100 org

1

2 org

2,4

4.8 m2

m2/org

Peminjaman /

AS

AS

Registrasi
4.

5.

Ruang

1

1 m2

1 m2

1

15 m2

15 m2

10

30 m2

Katalog
Ruang
Fotokopi
Ruang Buku

1

3000

m2/1000

6.

AS

AS

NAD

buku
7.

Ruang Staf

1

3 org

4 m2/org

12 m2

5 unit

2 m2/WC

10 m2

4 unit

0.54m2/

2,16 m2

Perpustakaan
Toilet
Wanita

1
WC

Wastafel

8.

Pria

WC

Wastafel

Urinoir
Jumlah

NAD

NAD

WC

4 unit

2 m2/WC

8 m2

3 unit

0.54m2/

1,62 m2

WC
5 unit

2 m2/WC

NAD

10 m2

199.58
m2

Sirkulasi

59.874

30%

m2

Total

259.454
m2

78
Universitas Sumatra Utara

 Area Servis
Tabel 4.9 Program Ruang Area Servis
No

1.

2.
3.
4.

5.

Standar

Luas

(m2)

(m2)

1

20 m2

20 m2

1

20 m2

20 m2

R. Panel

1

20 m2

20 m2

Ruang

1

12 m2

12 m2

1

9 m2

9 m2

1

10 m2

10 m2

Jenis Ruang

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Ruang
Genset
Ruang
Pompa

CCTV
Ruang
Security
Ruang

6.

Ruang

Kapasitas

Cleaning

Sumber

TSS

TSS
TSS
AS

AS

AS

Service
7.
8.

Ruang

3 m2

12 m2

1

16 m2

16 m2

5 unit

2 m2/WC

10 m2

4 unit

0.54m2/

2,16 m2

Janitor
Gudang
Toilet

WC

Wanita
Wastafel
9.

4

Pria

WC
Wastafel
Urinoir

Jumlah

1

AS
SR

NAD

WC
4 unit

2 m2/WC

8 m2

3 unit

0.54m2/

1,62 m2

WC
5 unit

2 m2/WC

NAD

10 m2
150.78
m2

Sirkulasi

45.234

30%

m2

Total

196.014
m2

79
Universitas Sumatra Utara

 Fasilitas Penunjang
Tabel 4.10 Program Ruang Fasilitas Penunjang
No

Jenis Ruang

1.

Kafetaria

Kebutuhan Jumlah
Ruang

Ruang

R. Makan

1

Dapur

1

Kapasitas

200 org

Standar

Luas

(m2)

(m2)

2 m2

400 m2

1/3 R.

94 m2

Makan
Gudang

1

15%

Kering

14,1 m2

Dapur

Gudang

1

15%

Basah

14,1 m2

Dapur

Counter

1

10%

9,4 m2

Dapur
Area Sampah

1

10%

9,4 m2

Dapur

SR
BPDS

BPDS

BPDS

BPDS

BPDS

Ruang Saji

1

40 m2

40 m2

AS

Ruang Cuci

1

20 m2

20 m2

AS

Ruang Ganti

1

1,2

12 m2

10 org

m2/org

/ Loker
Toilet
Wanita

Pria

NAD

1
WC
Wastafel

5 unit

2 m2/WC

10 m2

4 unit

0.54m2/

2,16 m2

NAD

WC

WC
Wastafel

4 unit

2 m2/WC

8 m2

3 unit

0.54m2/

1,62 m2

WC

NAD

2 m2/WC

10 m2

1

40 m2

40 m2

AS

1

10 m2

10 m2

AS

10 m2

10 m2

AS

Urinoir
2.

Sumber

5 unit

Musholla
R. Doa
R. Wudhu

L
W

80
Universitas Sumatra Utara

3.

4.
5.

Lapangan

2

(14 x 26)
m2

Basket
Lapangan

728 m2

3

(6 x

239.4 m2

13,3) m2

Bulu Tangkis

NAD

NAD

Parkir
367

1 m2

367 m2

Mobil

142

12,5 m2

1775 m2

NAD

Bus

15

60 m2

900 m2

NAD

Sepeda
Motor

Jumlah

NAD

4714.18
m2

Sirkulasi

1414.254

30%

m2

Total

6128.434
m2

Keterangan :
NAD : Neufert Architect's Data
TSS

: Time Savers Standarts

BPDS : Building Planning and Design Standart
SR

: Studi Ruang

AS

: Asumsi

4.2.3. Analisa Bentuk dan Suasana
Analisa bentuk bangunan adalah suatu penganalisaan terhadap karakter
maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk merupakan
penghubung ruang dalam dengan lingkungan luar bangunan. Bentuk terdiri atas
elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan massa. Semua
elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan bentuk bangunan.
Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor:
 Kesesuaian bentuk site

 Orientasi bangunan

81
Universitas Sumatra Utara

 Konstruksi bangunan

 Efisiensi ruang

 Ekonomi bangunan

 Kesan atau tampilan yang ingin dicapai
Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan, sebagai berikut :
a. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada
salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika
diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila
terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi
tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya.
b. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional.
Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki
arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai
variasi dari bentuk bujur sangkar. Seperti segitiga, bujur sangkar bila berdiri
pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri pada salah
satu sudutnya.
c. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya
bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya.
Penempatan sebuah lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat
dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk
bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan
perasaan gerak putar yang kuat.
Kriteria tampilan bentuk bangunan sebagai berikut :
a. Landmark, menciptakan tampilan baru dalam lingkungan tapak.
b. Filosofi, massa yang mewakili simbol-simbol pendidikan.
c. Tema, simbolis yang bersifat eko-arsitektur.
d. Wujud karakter yang mengundang, mendidik, sederhana, jujur, dan kuat.

KELUARAN. Berdasarkan unsur-unsur di atas, penggabungan beberapa
bentuk sesuai dengan analisa lingkungannya. yaitu penggabungan antara
bentuk persegi dan lingkaran dengan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangannya.

82
Universitas Sumatra Utara

4.3.

Analisa Teknologi

4.3.1. Analisa Struktur
1. Struktur Atas, berfungsi menyalurkan beban atau gaya dari atas ke bawah.
Tabel 4.11 Analisa Struktur Atas
Objek

Kelemahan

Rangka batang

Kelebihan

Refleksi besar bila diterpa

Fleksibilitas ruang tinggi,

angin

bentangan relatif besar (14 22 meter), kuat dalam
bentangan horizontal.

Dinding Pemikul

Fleksibilitas ruang kurang,

Tidak menggunakan kolom,

perlu keahlian khusus

waktu pengerjaan cepat.

Balok Induk dan

Ruang plafon relatif kecil

Bentang 9-18 meter, rangka

Pendukung

(1/20 -1/24 bentang)

penguat lantai

Kabel baja

Bukan sebagai rangka utama,

Daya tarik yang tinggi,

ruang gaya tarik yang besar

bentangan 100-300 meter,
fleksibilitas tinggi.

Plat Lantai Precast

Selisih ketinggian relatif

Praktis dalam pengerjaan,

kecil

bentangan 4-10 meter, ruang
plafon lebih tinggi.

2. Struktur Bawah, berfungsi sebagai pemikul dan penerus beban ke tanah secara
merata.
Tabel 4.12 Analisa Struktur Bawah
Objek

Keterangan

Pondasi

a.

Tiang
Pancang

Pondasi

Cukup aman untuk menahan gaya, baik itu gaya vertikal maupun
horizontal

b.

Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (8- 20 meter)

c.

Pengerjaan cepat dan mudah

d.

Bahan dari beton, baja, dan kayu

e.

Menimbulkan getaran dan bunyi yang relatif besar

a.

Digunakan pada tanah rawa-rawa atau lunak

83
Universitas Sumatra Utara

Sumuran

b.

Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (4-8 meter)

c.

Mudah pengerjaan dalam perluasan bangunan

d.

Aman dan ekonomis untuk tipe bangunan tingkat rendah

Pondasi

a.

Cukup aman untuk menahan gaya vertikal

Bore Pile

b.

Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (>10 meter)

c.

Pengeboran untuk pengecoran pondasi

d.

Digunakan pada tanah yang tidak keras

e.

Tidak menimbulkan getaran dan bunyi yang besar

f.

Tidak memakan waktu yang lama

g.

Memerlukan keahlian khusus

h.

Tidak ekonomis

3. Bahan Struktur
Tabel 4.13 Bahan Analisa Struktur
Kriteria
Unsur

Beton
Agregat kasar/halus,

Baja

Komposit

Besi, karbon, oksigen Beton dan Baja

air dan semen
Sifat

Mudah dibentuk,

Kaku

Relatif fleksibel

Gaya tarik

Gaya tekan dan tarik

250 ºC/ korosi

100-450 ºC/non

praktis
Kekuatan
Daya

Gaya tekan

tahan 100-450 ºC/non

(api, cuaca)

korosi

Pengontrolan Ketat

korosi
Relatif merata

Ketat

kualitas
Keahlian

Menengah

Ahli Khusus

Ahli Khusus

Pelaksanaan

Bertahap, di

Singkat, pabrikan

Singkat, pabrikan

lapangan
Jenis

Bertulang, praktekan

atau lapangan
Variasi rangka dan

Variasi

profil
Contoh

Balok, kolom, lantai,

Balok, kolom, kabel

Balok, kolom, lantai,

dinding core

struktur

dinding core.

84
Universitas Sumatra Utara

4. Bahan Bangunan

Tabel 4.14 Analisa Bahan Bangunan
Objek
Kayu

Keterangan
a. Digunakan untuk bangunan kecil dan rendah
b. Sebagai struktur rangka dan balok
c. Jenis bahan pabrikan
d. Tidak tahan terhadap rayap
e. Perawatan intensif
f. Gaya sesuai arah serat

Aluminium

a. Sebagai struktur pendukung
b. Jenis bahan pabrikan
c. Perlu keahlian khusus
d. Tahan cuaca tropis
e. Penghantar panas
f. Ringan

Gipsum

a. Tingkat stabilitas tinggi
b. Daya tahan tinggi
c. Kedap suara
d. Anti serangga
e. Ringan & pemasangan praktis
f. Aplikasi pada plafon dan partisi

Kaca

a. Sebagai sturktur pelingkup
b. Perlu keahlian khusus
c. Permukaan yang rentan terhadap cuaca
d. Tahan terhadap kelembaban
e. Ringan & Transparan
f. Kuat pada fungsi tertentu

Kriteria pemilihan sistem struktur bangunan adalah : faktor ketinggian, faktor
teknis/ teknologi, faktor fisik, faktor ekonomis.

85
Universitas Sumatra Utara

4.3.2. Analisa Utilitas
Analisa Penghawaan Bangunan

Gambar 4.25 Gambar Penerapan system VRV
Pada sekarang ini ada system penghawaan baru yang diterapkan ke bangunan
yaitu system VRV/ VRF. Pada sistem penghawaan buatan menggunakan
sistem VRV / VRF. Variabel refrigerant flow (VRF) adalah konfigurasi sistem
pengkondisian udara di mana ada satu unit kondensasi outdoor dan beberapa
unit dalam ruangan. Istilah VRF mengacu pada kemampuan sistem untuk
mengontrol jumlah refrigerant mengalir ke beberapa evaporator (unit indoor),
memungkinkan penggunaan banyak evaporator kapasitas dan konfigurasi
terhubung ke unit kondensasi tunggal berbeda. Pengaturan ini memberikan
kontrol individual kenyamanan, dan pemanasan simultan dan pendinginan di
zona yang berbeda.
Keunggulan menggunakan sistem VRV / VRF dibandingkan dengan
menggunakan sistem konvensional Chiller terdapat pada kemudahan
pemasangan yang hanya memerlukan mesin outdoor, mesin indoor, dan
ducting, efisiensi ruang yang terpakai (tidak memperlukan ruang khusus untuk
chiller dan lainnya), dan yang utama adalah murahnya biaya maintenance
untuk penggunaan keberlanjutan.
Berdasarkan CEDengineering.com , standar panjang maksimum pipa dan unit
yang di izinkan adalah :

86
Universitas Sumatra Utara

1.

Jarak vertikal maksimum antara unit outdoor dan indoor yang terjauh
adalah 50 m.

2.

Jarak vertikal maksimum yang diizinkan antara dua individu unit indoor
adalah 15 m.

3.

Maksimum keseluruhan panjang pipa refrigerant antara unit outdoor dan
indoor terjauh sampai dengan 162 m.

Gambar 4.26 Brosur VRV Daikin

Berdasarkan Daikin Handbook VRV III , berikut adalah fitur VRV/ VRF yang
digunakan :
1. Jumlah maksimal unit indoor yang dapat dihubungkan 64 unit indoor/ unit
outdoor.
2. Dimensi unit outdoor (1680mm X 930mm X 765mm).
3. Dimensi unit indoor (246mm X 840mm X 840mm).

Skema Sistem Plumbing pada Bangunan
Untuk eksisting plumbing di dalam site belum terlihat pada saat survey site
Skema sistem utilitas pada bangunan adalah:
PDAM > Tangki air bawah tanah > dipompa >Tangki air atap > di
distribusikan >Pipa air kotor > Pengolahan limbah > Riol kota

87
Universitas Sumatra Utara

Skema sistem elektrikal pada bangunan adalah:
PLN / Generator > Panel utama > Panel perlantai > Panel didistribusikan Solar panel > Controller > battery > Panel utama > Panel perlantai > Panel
didistribusikan

4.4.

Analisa Penerapan Tema
Analisa dan Penerapan Tema kedalam

bangunan diterapkan ke dalam desain

bangunan seperti dalam merencanakan konsep pencahayaan, konsep material, konsep
bentuk ataupun warna untuk interior maupun eksterior bangunan.
Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara
lain:
Dalam efisiensi penggunaan energy
Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan implementasi
arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara langsung terhadap lahan. Konsep
desain yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik, misalnya, dapat
digolongkan sebagai konsep eko-arsitektur dalam energi, yang dapat diintegrasikan
dengan penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan,
penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.
Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada
siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik .
Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan
(air conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan caracara inovatif lainnya. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk
menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestic.
Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan
alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis

Dalam efisiensi penggunaan lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan
seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang
keberlanjutan potensi lahan.
Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan
bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada

88
Universitas Sumatra Utara

tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien,
kompak dan terpadu.
Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan
dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap),
taman gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar
tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding,
dan sebagainya.
Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah
menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk
berbagi dengan bangunan.
Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan
fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk
mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang
lebih besar.
Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi
tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan
banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan
bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya
terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami
yang dapat digunakan?

Dalam efisiensi penggunaan material
Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan,
sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan
untuk bagian lain bangunan.
Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih
bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui
dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.
Dalam penggunaan teknologi dan material baru
Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari
dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan
lain secara independen.

89
Universitas Sumatra Utara

Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat
membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi,
murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
Dalam manajemen limbah
Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water,
grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota. Cara-cara
inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah organik agar
terurai secara alami dalam lahan [ref buku rumah], membuat benda-benda yang biasa
menjadi limbah atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau
dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.
Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah
keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi
kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin
banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang
berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan
meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih
banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong
pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer,
pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada
keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan
untuk

mendapatkan

keuntungan

sebanyak-banyaknya

tanpa

kontribusi

bagi

lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi.

90
Universitas Sumatra Utara

BAB V
KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Dasar Perancangan
5.1.1. Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain

peredaran udara

peredaran energi

peredaran bahan

peredaran air

Gambar 5.1 Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain

Pada desain bangunan, ekologi merupakan tema dasar desain
bangunan ini. Elemen ekologi yang diterapkan :
1.

Pencahayaan Alami, sehingga akan mengurangi pemakaian
energi listrik pada pagi dan siang hari

2.

Penghawaan Alami dengan menerapkan cross ventilation yang
dapat

menghemat

pemakaian

penghawaan

buatan

pada

bangunan
3.

Pemanfaatan energi alternatif (solar, air, bio) ke dalam
bangunan

4.

Hemat energi

91
Universitas Sumatra Utara

5.2. Konsep Perancangan Tapak
5.2.1. Zoning

Gambar 5.2 Zoning Sifat Bangunan
Keterangan :
Area Service
Area Semi Publik
Area Publik
Area Private
Penzoningan di dalam bangunan yang membagi ke dalam beberapa
fungsi dimana fungsi utamanya dapat didukung oleh elemen atau
fungsi lain yang menjadikan pembagian setiap sifat area berbeda.
Pembuatan

desain

awal

berdasarkan

zoning

tersebut

yang

menghasilkan bentuk denah seperti diatas.

92
Universitas Sumatra Utara

5.2.2. Konsep Bentukan Massa

Gambar 5.3 Konsep Bentukan Lantai Lower Ground
Konsep bentukan massa lantai ground membagi ground menjadi 2
bagian besar yaitu zona servis dan zona parkir. Pemisahan dilakukan
agar sirkulasi parkir tidak terganggu dengan sirkulasi servis
bangunan.

Gambar 5.4 Konsep Bentukan Lantai Ground
Konsep bentukan massa lantai ground membagi bangunan menjadi 3
area besar, yaitu zona kelas (biru tua), zona fasilitas penunjang
(merah) dan zona pengelola (ungu). Ruang kelas dibagi menjadi 2
sisi agar sirkulasi tidak menumpuk pada satu sisi, zona fasilitas
penunjang diletakkan pada sisi sayap zona staff pengajar agar
memudahkan akses staff pengajar/dosen, sedangkan zona staff
pengajar sendiri diletakkan di bagian belakang sisi kanan bangunan.

93
Universitas Sumatra Utara

Gambar 5.5 Konsep Bentukan Lantai 1
Konsep bentukan massa lantai 1, zona pengelola menjadi lebih besar
dengan mengambil seluruh bagian belakang kanan bangunan
sehingga dapat membatasi hubungan ruang kelas dengan pengelola
secara langsung.

Gambar 5.6 Konsep Bentukan Lantai 2 dan 3
Konsep bentukan massa lantai 2 dan 3 memberikan space yang lebih
besar untuk zona kelas sehingga zona kelas dibagi menjadi 2 sisi
besar, sisi kiri dan sisi kanan bangunan yang tetap terhubung
melewati student's communication area dan akses menuju fasilitas
penunjang dapat diakses melalui lantai 2.

94
Universitas Sumatra Utara

5.2.3. Konsep Sirkulasi Tapak

IN

OUT

Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi Tapak
Sirkulasi tapak kendaraan di daerah site, kendaraan masuk ke area
entrance dimana sisi paling kiri site terdapat area parkir bus sehingga
setelah masuk melalui entrance, bus akan parkir pada area tersebut.
Kemudian untuk kendaraan umum yang memilih drop off terlebih
dahulu maka setelah drop off kendaraan menuju ke sisi kanan
bangunan lalu dapat memilih untuk mengambil jalan ke kiri untuk
menuju parkir lower ground atau ke kanan menuju exit.
Sirkulasi yang digunakan adalah sirkulasi memutar, selain sebagai
sirkulasi utama, sirkulasi memutar merupakan sirkulasi yang ramah
kebakaran, karena mobil pemadam kebakaran dapat memutari
seluruh sisi bangunan.

95
Universitas Sumatra Utara

5.2.4. Konsep Sirkulasi Parkir

Gambar 5.8 Konsep Sirkulasi Parkir
Sirkulasi parkir di basement menggunakan sirkulasi menerus / 1
jalur agar lebih memudahkan jalur kendaraan yang masuk maupun
keluar dan terhindar dari saling crossing antar kendaraan yang
berbeda arah.
5.3. Konsep Perancangan Struktur Bangunan
5.3.1. Konsep Dasar Struktur Bangunan
Konsep struktur bangunan menggunakan system grid dengan ukuran
8m x 8m sebagai standard, dimana dapat dimanfaatkan untuk grid
parkir dengan menampung 2-3 mobil jadi sangat efisien dalam parkir
dan juga biaya. Grid 8x8 juga dapat membagi ruang kelas dengan
baik.
Konstruksi yang digunakan pada bangunan adalah baja komposit.
Ukuran kolom yang digunakan untuk grid bangunan adalah 0,6 m x
0,6 m dan untuk kolom pada sisi dinding koridor adalah 0,3 m x 0,3
m.

96
Universitas Sumatra Utara

5.3.2. Konsep Pemilihan Jenis Struktur, Bahan dan Sistem Konstruksi
Denah ruang kelas yang 90% tipikal memudahkan sistem konstruksi
sehingga digunakan metoda kontruksi pre-fabrikasi. Struktur grid
juga membuat parkir menjadi efisien jika ukuran gridnya benar.
Sedangkan untuk balok digunakan sistem balok baja komposit. Plat
lantai menggunakan metal deck yang dipre-fabrikasi.
5.4. Konsep Perancangan Utilitas Bangunan
5.4.1. Konsep Drainase dan Plumbing pada Bangunan

Diagram 5.1 Skema Diagram Suplai Air Bersih

Diagram 5.2 Skema Diagram Air Kotor dan Bekas

97
Universitas Sumatra Utara

Sistem Air Bersih
Air dari PDAM dialirkan ke ground water tank, kemudian air dari
ground water tank dipompa ke roof water tank sebagai tempat
penyimpanan sekunder dan juga sebagai supply air untuk air bersih
ke setiap toilet.
Sistem Air Kotor Cair dan Padat
Air kotor cair dari toilet dialirkan ke shaft air ke lower ground
kemudian masuk ke WWTP dan selanjutnya dapat diolah kembali
dengan treatment menuju ke ground water tank kelas 2 yang dapat
dimanfaatkan untuk toilet flusher dan irigasi, dan kebutuhan lainnya
yang digolongkan menjadi air bersih golongan II. Sedangkan untuk
air kotor padat dialirkan ke shaft air kotor padat kemudian masuk ke
septic tank.
Skema sistem pengelolaan limbah pada bangunan adalah:
-Pipa pembuangan air limbah > shaft air kotor padat> septic tank
-Pipa pembuangan air limbah cair > shaft air kotor cair > bak control
> pembiangan riol kota.
5.4.2. Konsep Sistem Elektrikal pada Bangunan
Skema system Elektrikal pada bangunan adalah:
PLN / Generator >>> Panel Utama >>> Panel Perlantai >>>
Didistribusikan ke tiap – tiap ruangan.

Diagram 5.3 Skema Diagram Elektrikal

98
Universitas Sumatra Utara

5.4.3. Konsep Sistem Penangkal Petir
Prinsip dasar dari sistem penangkal petir adalah menyediakan jalur
menerus dari logam yang menyalurkan petir ketanah pada saat
terjadi sambaran petir pada bangunan.Menurut Peraturan Umum
Instalasi Penangkal Petir ( PUIPP ) untuk bangunan di Indonesia ,
instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan
komponen - komponen dan peralatan - peralatan yang secara
keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya
ke tanah. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa sehingga semua
bagian dari bangunan beserta isinya, atau benda – benda yang
dilindungi terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung
ataupun tidak langsung.
Persyaratan instalasi penangkal petir pada bangunan :
 Macam struktur bangunan ( A )
Penggunaan dan Isi
Bangunan biasa yang tidak perlu

Nilai Indeks
-10

diamankan, baik bangunan maupun isinya
Bangunan yang berisi peralatan sehari –

1

hari atau tempat tinggal orang, seperti
rumah tinggal rumah tangga , toko , pabrik
kecil atau stasiun KA
Bangunan yang berisi banyak sekali orang ,

3

seperti bioskop, mesjid , gereja , sekolah ,
penginapan maupun monument bersejarah
yang sangat penting
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 170
 Konstruksi Bangunan ( B )
Konstruksi Bangunan
Seluruh bangunan terbuat dari logam (

Nilai Indeks
0

mudah menyalurkan listrik)

99
Universitas Sumatra Utara

Bangunan dengan konstruksi beton

1

bertulang , atau rangka besi dengan atap
logam
Bangunan dengan konstruksi beton

2

bertulang kerangka besi dan atap bukan
logam. Bangunan kayu dengan atap bukan
logam
Bangunan kayu dengan atap bukan logam

3

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171
 Tinggi Bangunan ( C )
Tinggi Bangunan

Nilai Indeks

Sampai dengan 6 meter

0

Sampai dengan 12 meter

2

Sampai dengan 17 meter

3

Sampai dengan 25 meter

4

Sampai dengan 35 meter

5

Sampai dengan 50 meter

6

Sampai dengan 70 meter

7

Sampai dengan 100 meter

8

Sampai dengan 140 meter

9

Sampai dengan 200 meter

10

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171
 Situasi Bangunan ( D )
Situasi Bangunan

Nilai Indeks

Di tanah datar pada semua ketinggian

0

Di kaki bukit sampai tiga perempat tinggi

1

bukit atau di pegunungan sampai
ketinggian 1000 m
Di pucak gunung atau pegunungan dengan

2

100
Universitas Sumatra Utara

ketinggian lebih dari 1000 m
Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171

 Pengaruh Kilat ( E )

Nilai Guruh Per Tahun

Nilai Indeks

2

0

4

1

8

2

16

3

32

4

64

5

128

6

256

7

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 172
 Perkiraan Bahaya Petir ( R )
Nilai R

Perkiraan Bahaya

Pengamanan

14

Sangat besar

Sangat Perlu

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 172

Kebutuhan untuk bangunan Crown Mall and Hotel dapat dihitung
dengan rumus :
R=A+B+C+D+E
Dimana : A adalah macam struktur bangunan
B adalah konstruksi bangunan
C adalah tinggi bangunan
D adalah situasi bangunan
E adalah pengaruh kilat

101
Universitas Sumatra Utara

Dengan rumus tersebut dapat di hitung kebutuhan bangunan ini
dimana Ketinggian bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala
Namu adalah17,5 meter , maka :
R=A+B+C+D+E
= 3 + 2 + 4 + 0 + 2 = 11
Dapat disimpulkan bahwa bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing
Kuala Namu ini tidak memerlukan penangkal petir.
5.4.4. Konsep Sistem Penghawaan Buatan pada Bangunan
Pada sistem Penghawaan buatan menggunakan 2 sistem yaitu sistem
AC Split dan sistem VRV / VRF. Sistem AC Split digunakan pada
ruang kelas Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namus, sedangkan
untuk ruang pengelola, ruang dosen dan fasilitas penunjang
menggunakan sistem VRV. Produk AC Split yang digunakan adalah
CHANGHONG CSC-09T1.

Gambar 5.9 Skema Perjalanan AC Split
Sumber : google

Variabel refrigerant flow (VRF) adalah konfigurasi sistem
pengkondisian udara di mana ada satu unit kondensasi outdoor dan
beberapa unit dalam ruangan. Istilah VRF mengacu pada
kemampuan sistem untuk mengontrol jumlah refrigerant mengalir ke
beberapa evaporator (unit indoor), memungkinkan penggunaan
banyak evaporator kapasitas dan konfigurasi terhubung ke unit

102
Universitas Sumatra Utara

kondensasi tunggal berbeda. Pengaturan ini memberikan kontrol
individual kenyamanan, dan pemanasan simultan dan pendinginan di
zona yang berbeda.
Keunggulan menggunakan sistem VRV / VRF dibandingkan dengan
menggunakan sistem konvensional Chiller terdapat pada kemudahan
pemasangan yang hanya memerlukan mesin outdoor, mesin indoor,
dan ducting, efisiensi ruang yang terpakai (tidak memperlukan ruang
khusus untuk chiller dan lainnya), dan yang utama adalah murahnya
biaya maintenance untuk penggunaan keberlanjutan. Berikut pada
gambar merupakan skema VRV/VRF.

Gambar 5.10 VRV AC system

Perhitungan Kebutuhan VRV / VRF
Berdasarkan Daikin Handbook VRV III , berikut adalah fitur VRV/
VRF yang digunakan :
1. Jumlah maksimal unit indoor yang dapat dihubungkan 64 unit
indoor/ unit outdoor.
2. Dimensi unit outdoor (1680mm X 930mm X 765mm).
3. Dimensi unit indoor (246mm X 840mm X 840mm).

103
Universitas Sumatra Utara

Gambar 5.11 Skema Sistem AC VRV

Gambar 5.12 Brosur VRV

Dari gambar brosur diatas dapat terlihat bahwa system VRV/ VRF
ini memi