Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi (2016) Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2014.

Bahasa Asing. (http://kamus.cektkp.com/bahasa-asing/) diakses pada tanggal 4 Maret 2016. Bandara Kuala Namu: Arti Kata 'Kuala'. (http://www.kompasiana.com/ridwan-arifinjazz/bandara-kuala-namu-arti-kata-kuala_552a349ef17e61066cd623af) diakses pada tanggal 14 Maret 2016.

Berge, Bjørn (2009), The Ecology of Building Materials Second Edition, UK: Elsevier.

Broadbent G, Brebia CA, (ed) (2006), Eco-Architecture, harmonization between architecture and nature, Southampton: WIT Press.

Frick, Heinz (1998), Dasar dasar Arsitektur Ekologis, Yogyakarta: Kanisius. Frick, Heinz (2006), Arsitektur Ekologis, Yogyakarta: Kanisius.

Mackenzie LD, Masten SJ, (2004), Principles of Environmental Engineering and Science, Singapore: McGraw-Hill Book Company.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Jakarta: Erlangga. Neufert, Ernst (2002), Data Arsitek Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. (http://www.deliserdangkab.go.id/statis-42-pendidikan.html) diakses pada tanggal 11 Maret 2016.

Pendidikan di Indonesia (https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia) diakses pada tanggal 17 Mei 2016.

Pickard, Quentin (2003). The Architect’s Handbook, UK : Blackwell Science Ltd.

Sekolah Tinggi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_tinggi) diakses pada tanggal 4 Maret 2016.


(2)

Sistem Pendidikan Nasional. (http://zkarnain.tripod.com/DIKNAS.HTM) diakses pada tanggal 17 Mei 2016.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 ayat 2 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Vale, Brenda dan Robert Vale (1992), Green Architecture: Design for an Energy-Conscious Future, Bulfinch Press Little Brown and Company.

Wagner, Walter F., (1980), Energy Efficient Building, Architectural Record Book, New York: McGraw-Hill Book Company.

Watson, Donald, ed., (1979), Energy Conservation through Building Design, Architectural Record Book, New York: McGraw-Hill Book Company.

Watson, D., Michael J.C. & John H.C. (1997). Time-Saver Standards for Architectural Design Data Seventh Edition, USA: McGraw-Hill Book Company.


(3)

BAB III

METODOLOGI

Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut merupakan penjelasan dari data yang telah terkumpul yang didukung dan diterapkan pada teori yang sudah ada. Dalam proses perancangan terdapat beberapa langkah antara lain:

3.1. Ide Perancangan

1. Ide perancangan ini muncul dari sebuah pemikiran tentang keinginan mengkaji lingkungan bandara Kualanamu sebagai bandara baru di Sumetera Utara, dimana kawasan sekitar Kualanamu yang masih dalam proses pengembangan. Berdasarkan tuntutan materi Perancangan Arsitektur VI dan Skripsi, maka harus memilih proyek apa yang cocok untuk dibangun di daerah pengembangan Kualanamu. 2. Ide perancangan ini muncul dari sebuah pemikiran tentang mengkaji masalah-

masalah apa saja yang muncul pada perkembangan jaman dan masuknya era pasar bebas, serta tuntutan untuk berkomunikasi secara global, dan ternyata isu yang menonjol adalah kurangnya SDM di bidang bahasa atau sastra dan masih sedikitnya sekolah tinggi bahasa asing di Indonesia.

3. Pematangan ide perancangan ini melalui penelusuran informasi dan data-data arsitektural maupun non-arsitektural dari berbagai pustaka dan media sebagai bahan perbandingan dalam pemecahan masalah terkait syarat teknis minimal dan pendirian sekolah tinggi bahasa asing.

3.2. Identifikasi Masalah

1. Meninjau perkembangan dan perencanaan di Kawasan Bandar Udara Kuala Namu, maka kebutuhan akan Sumber Daya Manusia baik itu sebagai ahli bahasa asing,

tour-guide maupun tenaga-tenaga muda di bidang bahasa masih sangat sedikit, sementara persaingan di era pasar bebas semakin ketat.


(4)

2. Masih kurangnya sekolah tinggi pendidikan bahasa asing yang ada di Indonesia, sehingga belum mampu menutupi kekurangan Sumber Daya Manusia di kancah Internasional.

3. Rencana pengembangan kawasan kualanamu dan sekitarnya sebagai kota aerotropolis yang akan dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas yang mendukung bandara, salah satunya adalah Sekolah Tinggi Bahasa Asing.

3.3. Tujuan Perancangan

1. Merencanakan dan merancang sebuah Sekolah Tinggi Bahasa Asing di daerah Kuala Namu, yang terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan Kuala Namu sekitarnya.

2. Merancang sirkulasi sekolah tinggi bahasa asing terhadap massa bangunan menjadi efisien dengan melihat dari kebutuhan ruang dari sekolah tinggi tersebut

3. Merancang bangunan sekolah tinggi bahasa asing yang mampu mengurangi masalah terhadap kebisingan, pencahayaan, orientasi dan lingkungan yang ada di sekitar site.

4. Memberikan wadah pendidikan bagi masyarakat luas sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan kreatifitas di bidang bahasa asing.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dalam perancangan ini ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data dari informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu:

3.4.1. Data Primer

Data primer menggunakan metode observasi yaitu metode dengan cara melakukan pengamatan mengenai hal-hal penting terhadap obyek serta pengamatan terhadap masalah- masalah yang ada secara langsung. Dalam kasus proyek


(5)

perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu, metode ini termasuk dalam tahap pendekatan perencanaan.

Pengambilan data primer dilakukan dengan cara: 1. Survey Lapangan

Suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki ( Marzuki, 2008 : 58). Dengan melakukan survey lapangan ini akan mendapat data:

- Kondisi kawasan - Luasan tapak

- Batasan tapak terhadap kawasan site

- Data iklim, pergerakan angin, peredaran matahari, temperatur, kelembapan, dll

- Vegetasi pada tapak dan sarana-prasarana tapak - Sistem drainase pada tapak

- Transportai yang meliputi: jalur dan besaran jalan, angkutan dan pengguna jalan serta fasilitas pendukung lainnya

- Generator aktivitas disekitar tapak 2. Dokumentasi

Metode ini bertujuan untuk memperkuat data dari metode survey di atas yang merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data-data yang akan digunakan dalam analisa.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Marzuki,2000:56), atau data yang diperoleh dari literatur atau data yang bersumber secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi:

1. Studi Pustaka

 Studi pustaka yaitu, metode pengumpulan data dengan melakukan studi literatur terhadap buku-buku yang relevan. Studi pustaka meliputi : Data atau literatur tentang kawasan dan tapak terpilih berupa peta wilayah, dan potensi alam dan buatan yang ada dikawasan. Data ini selanjutnya akan digunakan dalam menganalisa kawasan tapak.


(6)

 Literatur teori-teori arsitektur yang relevan dengan judul dan tema perancangan.

2. Studi Banding

Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data dari bangunan yang sama maupun tema yang sama, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan program ruang dan desain.

3.5. Analisis

Analisis ini merupakan langkah-langkah perancangan. Analisis ini berisi tentang macam-macam alternatif yang nantinya digunakan dalam perancanagan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu. Dalam kasus proyek perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu, tahap ini sudah masuk dalam tahap perancangan.

1. Analisa Tapak

Analisis tapak meliputi persyaratan yapak, analisis kebisingan, analisis pendangan dan view, analisis iklim, analisis asksebilitas, analisis vegetasi, analisis potensi tapak, analisis zoning kawasan.

2. Analisa Fungsi

Analisis ini bertujuan untuk menentukan fungsi ruangan yang akan digunakan pada sebuah banguan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengelompokan fungsi tersebut untuk menata kondisi banguan. Penyusunan tersebut didasarkan pada kebutuhan ruang maupun jenis kegiatan. Fungsi tersebut juga termasuk fungsi sosial yang dimiliki oleh bangunan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar yang telah ada sebelumnya.

3. Analisa Aktivitas Pengguna

Menganalisa pelaku yang akan melakukan aktivitas dengan cara survey pada objek yang sudah ada maupunn mengambil data standard ataupun literatur. 4. Analisa Sirkulasi

Konfigurasi bentuk jalan atau alur gerak dari linear, radial, grid, network, dan komposit.

5. Analisa Ruang

Menguraikan tentang kebutuhan ruang antara aktivitas dan pelaku, persyaratan ruang dan besaran, penyesuaian karakter fungsional bangunan, transformasi bentuk sesuai dengan tema yang diambil, fungsi, dan hubungan antar ruang.


(7)

6. Analisa Struktur

Dalam analisa struktur ini akan dijelaskan pemaparan mengenai struktur apa yang dipakai pada rancangan objek ini.

7. Analisa Utilitas

Memaparkan dan menggambarkan system utilitas yang akan diterapkan pada rancangan agar banguan tersebut dapat bekerja dengan baik.

3.6. Sintesis dan Konsep

Sintesis adalah proses penggabungan dari hasil analisis yang menghasilkan sebuah konsep, yang nantinya akan menjadi pedoman didalam penyusunan konsep rancangan. Konsep ini meliputi konsep rancangan, konsep tapak, konsep ruang, konsep bentuk, konsep struktur, dan konsep utilitas.

1. Konsep Tapak

Konsep tapak ini meliputi rancangan tapak/respon terkait aksebilitas, kebisingan, pandangan atau view, sirkulasi matahari, angina, vegetasi dan zoning kawasan.

2. Konsep Ruang

Didalam konsep ruang akan ditentukan ruang antara aktivitas dan pelaku, persyaratan ruang dan besaran, penyesuaian karakter fungsional banguan, transformasi bentuk sesuai dengan tema yang diambil, fungsi dan hubungan antar ruang.

3. Konsep Bentuk

Didalam konsep ini akan didapat bentuk 3D Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu yang akan digunakan untuk perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu.

4. Konsep Struktur

Didalam konsep ini akan didapat struktur apa yang akan digunakan dalam perancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu.

5. Konsep Utilitas

Konsep utilitas ini merupakan gambaran sistem utilitas yang diterapkan pada rancangan agar bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu dapat bekerja dengan baik.


(8)

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

4.1.1. Analisa Lokasi

Gambar 4.1 Peta Lokasi Perancangan Sumber : google earth

Lokasi proyek terletak di daerah sebagai fasilitas perkotaan seperti pendidikan, peribadatan, kesehatan, permukiman, dan perdagangan di kawasan Mebidangro. Berada pada daerah pengembangan yang terletak di kecamatan batangkuis. Letak geografis site berada pada 3O35’38.22'' LU dan 98O48’18.79'' BT. Berada 2.5 meter


(9)

diatas permukaan laut. Topografi site berkontur dengan tingkat penurunan mencapai -2,50 meter, iklim tropis dengan suhu minimum antara 25,1oC-26,9oC dan suhu maksimum antara 27,0oC-27,8oC. Lokasi berada bukan di jalan primer. Jalur ini juga memiliki sirkulasi yang lancar dan tingkat kemacetan yang sangat rendah.

4.1.2. Kondisi Eksisting Lahan

 Lokasi tapak : Jalan Gambir Ujung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia

 Luas Lahan : ± 1,5 Ha

 Batas Site : Utara : Lahan Kosong Timur : Rumah Penduduk Barat : Lahan Kosong Selatan : Lahan Kosong

 Kontur : Landai, dengan penurunan pada sisi ujung kiri atas site sebesar 2,50 meter

 KDB : 60 %

 KLB : - (asumsi 1)

 GSB : 5,5 meter

4.1.3. Analisa Tata Guna Lahan

Gambar 4.2 Tata Guna Lahan


(10)

Kondisi eksisting penggunaan lahan kawasan Batang Kuis didominasi oleh lahan hijau, atau perkebunan warga, sisanya merupakan rumah penduduk. Persentase untuk jumlah fungsi komersil dna instansi sangat sedikit.

Prospek lahan kawasan Kecamatan Batang Kuis, Pantai Labu dan Beringin akan mengalami perubahan yang besar dalam kurun waktu 10-20 tahun ke depan sejalan dengan perencanaan dan pembangunan kawasan Bandar Udara Internasional Kuala Namu di Desa Pantai Labu, Kecamatan Beringin. Rencana tata guna lahan untuk Kecamatan Batang Kuis seperti perdagangan, jasa lokal, pengelohan pertanian dan perkebunan, TOD, perumahan dan permukiman dan kota transit.

4.1.4. Analisa Peraturan

Gambar 4.3 Site Sumber : google earth

Lebar jalan di depan site = 6 meter GSB jalan = (1/2 x 9) + 1 = 5,5 meter

GSB kiri, kanan dan belakang bangunan = 7 m, sesuai asumsi untuk sirkulasi dan juga jalur kebakaran

KDB bangunan menurut RTRW kawasan mebidangro untuk fungsi bangunan yang melayani jasa = 60%


(11)

Gambar 4.4 KKOP pada Site Desain

Berdasarkan KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan), lokasi site berada di bawah permukaan horizontal luar bila ditinjau dari Bandar Udara Internasional Kuala Namu sebagai pusat dengan ketentuan pada zona ini adalah tinggi bangunan maksimum 45 m hingga menuju kawasan di bawah permukaan horizontal luar mencapai 145 m, fungsi tata penggunaan lahan adalah sebagai fasilitas perkotaan seperti pendidikan, peribadatan, kesehatan, permukiman dan perdagangan.

4.1.5. Analisa View

Potensi view terhadap kegiatan pendidikan menjadi perhatian utama dan harus didesain dengan menarik.

Gambar 4.5 View ke Site

1 2


(12)

Gambar 4.6 View I Gambar 4.7 View II Gambar 4.8 View III Masalah:

- Site berada tidak pada jalan besar sehingga view ke dalam site tidak maksimal - View ketika menuju site juga tidak didukung dengan fasilitas penerangan jalan memadai

Potensi:

- Site berpotensi mendukung peruntukkan proyek dari segi minimnya keributan. Prospek:

- Agar dapat menarik view dari jalan besar Kuala Namu, bangunan dapat dibangun bertingkat

4.1.6. Analisa Iklim

Gambar 4.9 Analisa Iklim


(13)

Gambar 4.10 Perjalanan Matahari Gambar 4.11 Diagram Siklus Matahari

Analisa Matahari

Perjalanan matahari mengalami 2 fase, yaitu fase siklus utara dan selatan. Pada diagram dapat dijelaskan bahwa matahari akan berada lebih lama di sisi selatan dikarenakan letak site.

Gambar 4.12 Pergerakan Angin Analisa Angin

Pergerakan angin berasal dari arah utara ke selatan melewati site. Angin juga memiliki kekuatan, panas dan kelembaban seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Kekuatan Angin Panas Angin Kelembaban Udara


(14)

Gambar 4.13 menunjukkan rata-rata kekuatan angin tiap tahunnya dan diperoleh data bahwa kekuatan angin terbesar berada di derajat 80-95 arah timur.

Gambar 4.14 menunjukkan rata-rata panas angin tiap tahunnya dan diperoleh data bahwa panas angin terbesar terdapat di derajat 190-215 mendekati arah selatan.

Gambar 4.15 menunjukkan rata-rata kelembaban udara tiap tahunnya dan diperoleh data bahwa kelembaban udara terbesar terdapat di derajat 145-170 dan derajat 190-215 mendekati arah selatan.

4.1.7. Analisa Pencapaian

Site dapat dicapai dengan mudah dari berbagai alternatif lokasi yang menjadi propek pengunjung atau pengguna seperti kota Medan, kota Batang Kuis sendiri sampai Lubuk Pakam. Berikut akan diberikan perkiraan data pencapaian dari beberapa titik lokasi strategis.

Gambar 4.16 Pencapaian dari Medan Gambar 4.17 Pencapaian dari Batang Kuis Sumber : google maps Sumber : google maps

Gambar 4.18 Pencapaian dari KNIA Gambar 4.19 Pencapaian dari Lubuk Pakam Sumber : google maps Sumber : google maps


(15)

Gambar 4.20 Pencapaian dari Pantai Labu Gambar 4.21 Pencapaian dari Percut Sumber : google maps Sumber : google maps

Gambar 4.22 Pencapaian dari Tanjung Morawa Sumber : google maps

Tabel 4.1 Pencapaian ke Site

Pencapaian ke Site Dari Jarak Tempuh (km) Waktu Tempuh (menit)

Kota Medan 17,7 54

Kota Batang Kuis 7,8 13

Bandar Udara Internasional Kuala Namu

10,3 10

Lubuk Pakam 12,3 18

Pantai Labu 17,2 28

Percut Sei Tuan 10,1 20


(16)

4.1.8. Analisa Kebisingan

Gambar 4.23 Sumber Kebisingan pada Site

Kebisingan pada site tidak berpengaruh terlalu banyak dikarenakan site terletak tidak di jalan besar Kuala Namu. Adapun sumber kebisingan yang datang dari Jalan Besar Kuala Namu sudah terfilter oleh rumah penduduk.

4.1.9. Analisa Sirkulasi


(17)

Sirkulasi di Jalan Gambir Ujung

Tingkat keramaian pada Jalan Gambir Ujung rendah dan diakses oleh beberapa kendaraan seperti becak bemotor, kendaraan roda dua, sepeda, kendaraan roda empat pribadi, dan truk.

Sirkulasi di Jalan Besar Kuala Namu menuju Jalan Batang Kuis

Tingkat keramaian pada Jalan Besar Kuala Namu tergolong tinggi dan diakses oleh beberapa kendaraan seperti becak bermotor, kendaraan roda dua, angkutan umum, kendaraan roda empat pribadi dan truk.

Sirkulasi di Jalan Besar Kuala Namu menuju atau dari Bandar Udara Internasional Kuala Namu

Tingkat keramaian pada Jalan Besar Kuala Namu yang menuju maupun dari Bandar Udara Internasional Kuala Namu tergolong tinggi dan diakses hampir oleh setiap jenis kendaraan.

4.2. Analisa Fungsional

4.2.1. Kebutuhan Ruang

Tabel 4.2 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Atas (SMA) Dirinci menurut Kabupaten/Kota, 2014

Kabupaten/Kota

Sekolah Guru Murid

(unit) (orang) (orang)

Kabupaten

1. Nias 7 167 1 612

2. Mandailing Natal 22 623 7 166

3. Tapanuli Selatan 12 323 3 888

4. Tapanuli Tengah 25 650 7 189

5. Tapanuli Utara 25 772 10 762


(18)

7. Labuhanbatu 30 865 11 160

8. Asahan 43 1 019 12 608

9. Simalungun 52 1 403 16 761

10. Dairi 25 645 8 961

11. Karo 24 880 8 660

12. Deli Serdang 132 2 563 24 737

13. Langkat 63 1 413 15 728

14. Nias Selatan 51 854 10 912

15. Humbang Hasundutan 16 580 6 307

16. Pakpak Bharat 5 167 1 294

17. Samosir 15 382 4 703

18. Serdang Bedagai 39 997 10 499

19. Batu Bara 22 561 6 011

20. Padang Lawas Utara 11 255 2 478

21. Padang Lawas 9 267 2 692

22. Labuhanbatu Selatan 14 391 3 976

23. Labuhanbatu Utara 15 517 6 413

24. Nias Utara 7 171 2 315

25. Nias Barat 12 236 3 008

Kota

71. Sibolga 9 268 4 010

72. Tanjungbalai 11 393 5 768

73. Pematangsiantar 30 1 129 15 097

74. Tebing Tinggi 15 473 6 059

75. Medan 213 5 269 61 809

76. Binjai 27 941 9 575

77. Padangsidimpuan 18 671 7 407

78. Gunungsitoli 12 282 3 231

Sumatera Utara 2014 1 029 26 625 309 650

2013 868 17 509 233 916

2012 1 100 25 069 319 961

2011 1 402 32 991 435 945


(19)

Tabel 4.3 Rekap Jumlah Mahasiswa

Sumber : Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Analisa Kebutuhan Ruang

Perkiraan Daya Tampung Mahasiswa :

Data: Jumlah Murid SMA Kota Medan = 61.809 orang

Jumlah Murid SMA Kabupaten Deli Serdang = 24.737 orang Rata-rata Jumlah Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kota Medan :

STBA Swadaya = (222 + 168 + 75) : 3 = 155

= 155 : (4 tahun) = 38,75 = 39 orang STBA Harapan = (442 + 430 + 435 + 421 + 397 + 292) : 6

= 403 : (4 tahun) = 100,75 = 101 orang STBA ITMI = (92 + 96 + 83 + 80 + 82 + 59) : 6

= 82 : (4 tahun) = 20,5 = 21 orang

STBA PIA = (462 + 750 + 1055 + 1375 + 1499 + 1459) : 6 = 1100 : (4 tahun) = 275 orang

Persentase Jumlah Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kota Medan : % Mahasiswa STBA di Kota Medan = (39 + 101 + 21 + 275)

= 436 orang : (jumlah Mahasiswa Kota Medan) = (436 : 61.809) x 100 % = 0,7 %

Perkiraan Daya Tampung Mahasiswa Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu : Perkiraan = % Mahasiswa STBA di Kota Medan x Jumlah Mahasiswa Deli Serdang

= 0,7 % x 24.737 = 173,159 = 173 orang

Bila diasumsikan masa studi 4 tahun ajaran, maka jumlah mahasiswa seluruhnya di Sekolah Tinggi Bahasa Asing adalah sebanyak 4 x 173 orang/angkatan = 692 orang. Jumlah Mahasiswa = 692 orang


(20)

Asumsi Jumlah Dosen = 10% jumlah mahasiswa = 69 orang Asumsi Jumlah Pegawai = 5% jumlah mahasiswa = 35 orang Analisa Kebutuhan Parkir

 Pimpinan Sekolah Tinggi Bahasa Asing = 4 parkir mobil

 Dosen, asumsi 1 mobil untuk 1 orang = 80% jumlah dosen = 55 parkir mobil  Pegawai, asumsi 40% membawa kendaraan roda empat, 60% membawa

kendaraan roda dua

40% jumlah pegawai = 14 parkir mobil ; 60% jumlah pegawai = 21 parkir motor  Mahasiswa, asumsi 10% membawa kendaaan roda empat, 50% membawa

kendaraan roda dua

10% jumlah mahasiswa = 69 parkir mobil ; 50% jumlah mahasiswa = 346 motor  Transportasi Bus

- Dosen & Pegawai = 2% jumlah dosen = 1 parkir bus - Mahasiswa = 2% jumlah mahasiswa = 14 parkir bus Total Kebutuhan Parkir Kendaraan : Mobil : 142 buah

Sepeda motor : 367 buah Bus : 15 buah

4.2.2. Program Ruang

 Area Penerimaan

Tabel 4.4 Program Ruang Area Penerimaan No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber

1. Main Lobby 1 100 1,5

m2/org

150 m2

NAD

2. Ruang Duduk 1 20 2 m2/org 40 m2 NAD

3.

Toilet

Wanita WC

1

5 unit 2 m2/WC 10 m2

NAD

Wastafel 4 unit 0.54m

2 / WC

2,16 m2

Pria WC 4 unit 2 m2/WC 8 m2

NAD

Wastafel 3 unit 0.54m

2 / WC


(21)

Urinoir 5 unit 2 m2/WC 10 m2

Jumlah 221.78

m2 Sirkulasi 30

%

66.534 m2

Total 288.314

m2

 Area Pendidikan dan Pelatihan

Tabel 4.5 Program Ruang Area Pendidikan dan Pelatihan

No Jenis Ruang Kebutuhan Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber

1.

Ruang Kelas I

22 20 org 1,5

m2/org

660 m2

BSNP

2. Ruang Kelas II

14 40 org 1,5

m2/org

840 m2

BSNP

3.

Ruang Kelas III

4 60 org 1,5

m2/org

360 m2

BSNP

4.

Ruang

Laboratorium

6 60 org (14 x

8,5) m2/unit

714m2

SR

5. Ruang Kaligrafi

4 80 org (11 X

4,5) m2

198 m2

SR

6. Ruang Dosen 1 69 org 4 m

2

/org 276 m2

BSNP

7.

Toilet

Wanita WC

12

5 unit 2 m2/WC 120 m2

NAD

Wastafel 4 unit 0.54m

2 / WC

25.92 m2


(22)

Wastafel 3 unit 0.54m 2

/ WC

19,44 m2

Urinoir 5 unit 2 m2/WC 120 m2

Jumlah 3429.36

m2 Sirkulasi

30%

1028.808 m2

Total 4458.168

m2

 Area Pengelola

Tabel 4.6 Program Ruang Area Pengelola No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber

1.

Ruang Ketua Sekolah Tinggi

1 unit 12

m2/org

12 m2

BSNP

2.

Ruang Pembantu Ketua I

1 unit 12

m2/org

12 m2

BSNP

3.

Ruang Pembantu Ketua II

1 unit 12

m2/org

12 m2

BSNP

4.

Ruang Pembantu Ketua III

1 unit 12

m2/org

12 m2

BSNP

5. Ruang Ketua Jurusan

1 unit 12

m2/org

12 m2

BSNP

6.

Ruang Sekretaris Jurusan

1 unit 12

m2/org

12 m2


(23)

7.

Ruang Kepala Bagian

3 org 4 m2/org 12 m2

BSNP

8.

Ruang Tata Usaha

1 6 org 4 m2/org 24 m2

BSNP

9. Ruang Staf Keuangan

1 3 org 4 m2/org 12 m2

NAD

10.

Ruang Staf Manajemen Bangunan

1 3 org 4 m2/org 12 m2

NAD

11. Ruang IT 1 3 org 20 m2 20 m2 AS

12. Ruang Arsip dan Logistik

1 unit 20 m2 20 m2

AS

13. Ruang Rapat 2 10 org 1,2

m2/org

24 m2

NAD

14. Ruang Tamu 1 20 m2 20 m2 NAD

15. Pantry 2 8 m2 16 m2 AS

16.

Toilet

Wanita WC

1

5 unit 2 m2/WC 10 m2

NAD

Wastafel 4 unit 0.54m

2 / WC

2,16 m2

Pria WC 4 unit 2 m2/WC 8 m2

NAD

Wastafel 3 unit 0.54m

2 / WC

1,62 m2

Urinoir 5 unit 2 m2/WC 10 m2

Jumlah 263.78

m2 Sirkulasi

30%

79.134 m2

Total 342.914


(24)

 Area Multifunction Hall

Tabel 4.7 Program Ruang Area Multifunction Hall No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber

1. Hall 1 200 org 1,2

m2/org

240 m2

NAD

2. Ruang Persiapan

1 5% luas

hall

12 m2

AS

3. Ruang Audio 1 5% luas

hall

12 m2

AS

4.

Toilet

Wanita WC

1

6 unit 2 m2/WC 12 m2

NAD

Wastafel 4 unit 0.54m

2 / WC

2,16 m2

Pria WC 4 unit 2 m2/WC 8 m2

NAD

Wastafel 3 unit 0.54m

2 / WC

1,62 m2

Urinoir 8 unit 2 m2/WC 10 m2

Jumlah 297.78

m2 Sirkulasi

30%

89.334 m2

Total 387.114

m2

 Area Perpustakaan

Tabel 4.8 Program Ruang Area Perpustakaan No

. Jenis Ruang

Kebutuhan Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber

1. Ruang Baca 1 50 org 1,8

m2/org

90 m2


(25)

2.

Ruang Loker 1 100 org 0,15

m2/org

15 m2

AS

3.

Ruang

Peminjaman / Registrasi

1 2 org 2,4

m2/org

4.8 m2

AS

4. Ruang Katalog

1 1 m2 1 m2

AS

5. Ruang Fotokopi

1 15 m2 15 m2

AS

6.

Ruang Buku 1 3000 10

m2/1000 buku

30 m2

NAD

7. Ruang Staf Perpustakaan

1 3 org 4 m2/org 12 m2

NAD

8.

Toilet

Wanita WC

1

5 unit 2 m2/WC 10 m2

NAD Wastafel

4 unit 0.54m2/ WC

2,16 m2

Pria

WC 4 unit 2 m

2

/WC 8 m2

NAD

Wastafel 3 unit 0.54m

2 / WC

1,62 m2

Urinoir 5 unit 2 m

2

/WC 10 m2

Jumlah 199.58

m2 Sirkulasi

30%

59.874 m2

Total 259.454


(26)

 Area Servis

Tabel 4.9 Program Ruang Area Servis No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber

1. Ruang Genset

1 20 m2 20 m2

TSS

2. Ruang Pompa

1 20 m2 20 m2

TSS

3. R. Panel 1 20 m2 20 m2 TSS

4. Ruang CCTV

1 12 m2 12 m2

AS

5. Ruang Security

1 9 m2 9 m2

AS

6.

Ruang Cleaning Service

1 10 m2 10 m2

AS

7. Ruang Janitor

4 3 m2 12 m2

AS

8. Gudang 1 16 m2 16 m2 SR

9.

Toilet Wanita

WC 1 5 unit 2 m2/WC 10 m2

NAD

Wastafel 4 unit 0.54m

2 / WC

2,16 m2

Pria WC 4 unit 2 m2/WC 8 m2

NAD

Wastafel 3 unit 0.54m

2 / WC

1,62 m2

Urinoir 5 unit 2 m2/WC 10 m2

Jumlah 150.78

m2 Sirkulasi

30%

45.234 m2

Total 196.014


(27)

 Fasilitas Penunjang

Tabel 4.10 Program Ruang Fasilitas Penunjang No Jenis Ruang Kebutuhan

Ruang

Jumlah

Ruang Kapasitas

Standar (m2)

Luas

(m2) Sumber 1. Kafetaria

R. Makan 1 200 org 2 m2 400 m2 SR

Dapur 1 1/3 R.

Makan

94 m2

BPDS Gudang

Kering

1 15%

Dapur

14,1 m2

BPDS Gudang

Basah

1 15%

Dapur

14,1 m2

BPDS

Counter 1 10%

Dapur

9,4 m2

BPDS

Area Sampah 1 10%

Dapur

9,4 m2

BPDS

Ruang Saji 1 40 m2 40 m2 AS

Ruang Cuci 1 20 m2 20 m2 AS

Ruang Ganti / Loker

1 10 org 1,2

m2/org

12 m2

NAD Toilet

Wanita WC

1

5 unit 2 m2/WC 10 m2

NAD

Wastafel 4 unit 0.54m

2 / WC

2,16 m2

Pria WC 4 unit 2 m2/WC 8 m2

NAD

Wastafel 3 unit 0.54m

2 / WC

1,62 m2

Urinoir 5 unit 2 m2/WC 10 m2

2. Musholla

R. Doa 1 40 m2 40 m2 AS

R. Wudhu L 1 10 m2 10 m2 AS


(28)

3.

Lapangan Basket

2 (14 x 26)

m2

728 m2

NAD

4. Lapangan Bulu Tangkis

3 (6 x

13,3) m2

239.4 m2

NAD 5. Parkir

Sepeda Motor

367 1 m2 367 m2

NAD

Mobil 142 12,5 m2 1775 m2 NAD

Bus 15 60 m2 900 m2 NAD

Jumlah 4714.18

m2 Sirkulasi

30%

1414.254 m2

Total 6128.434

m2

Keterangan :

NAD : Neufert Architect's Data TSS : Time Savers Standarts

BPDS : Building Planning and Design Standart SR : Studi Ruang

AS : Asumsi

4.2.3. Analisa Bentuk dan Suasana

Analisa bentuk bangunan adalah suatu penganalisaan terhadap karakter maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk merupakan penghubung ruang dalam dengan lingkungan luar bangunan. Bentuk terdiri atas elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan massa. Semua elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan bentuk bangunan.

Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap faktor-faktor:  Kesesuaian bentuk site


(29)

 Konstruksi bangunan  Efisiensi ruang  Ekonomi bangunan

 Kesan atau tampilan yang ingin dicapai

Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan, sebagai berikut :

a. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya.

b. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar. Seperti segitiga, bujur sangkar bila berdiri pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri pada salah satu sudutnya.

c. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat.

Kriteria tampilan bentuk bangunan sebagai berikut :

a. Landmark, menciptakan tampilan baru dalam lingkungan tapak. b. Filosofi, massa yang mewakili simbol-simbol pendidikan. c. Tema, simbolis yang bersifat eko-arsitektur.

d. Wujud karakter yang mengundang, mendidik, sederhana, jujur, dan kuat.

KELUARAN. Berdasarkan unsur-unsur di atas, penggabungan beberapa bentuk sesuai dengan analisa lingkungannya. yaitu penggabungan antara bentuk persegi dan lingkaran dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya.


(30)

4.3. Analisa Teknologi

4.3.1. Analisa Struktur

1. Struktur Atas, berfungsi menyalurkan beban atau gaya dari atas ke bawah. Tabel 4.11 Analisa Struktur Atas

Objek Kelemahan Kelebihan

Rangka batang Refleksi besar bila diterpa angin

Fleksibilitas ruang tinggi, bentangan relatif besar (14 -22 meter), kuat dalam bentangan horizontal. Dinding Pemikul Fleksibilitas ruang kurang,

perlu keahlian khusus

Tidak menggunakan kolom, waktu pengerjaan cepat. Balok Induk dan

Pendukung

Ruang plafon relatif kecil (1/20 -1/24 bentang)

Bentang 9-18 meter, rangka penguat lantai

Kabel baja Bukan sebagai rangka utama, ruang gaya tarik yang besar

Daya tarik yang tinggi, bentangan 100-300 meter, fleksibilitas tinggi.

Plat Lantai Precast Selisih ketinggian relatif kecil

Praktis dalam pengerjaan, bentangan 4-10 meter, ruang plafon lebih tinggi.

2. Struktur Bawah, berfungsi sebagai pemikul dan penerus beban ke tanah secara merata.

Tabel 4.12 Analisa Struktur Bawah

Objek Keterangan

Pondasi Tiang Pancang

a. Cukup aman untuk menahan gaya, baik itu gaya vertikal maupun horizontal

b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (8- 20 meter) c. Pengerjaan cepat dan mudah

d. Bahan dari beton, baja, dan kayu

e. Menimbulkan getaran dan bunyi yang relatif besar Pondasi a. Digunakan pada tanah rawa-rawa atau lunak


(31)

Sumuran b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (4-8 meter) c. Mudah pengerjaan dalam perluasan bangunan

d. Aman dan ekonomis untuk tipe bangunan tingkat rendah Pondasi

Bore Pile

a. Cukup aman untuk menahan gaya vertikal

b. Mencapai kedalaman hingga tanah terkeras (>10 meter) c. Pengeboran untuk pengecoran pondasi

d. Digunakan pada tanah yang tidak keras

e. Tidak menimbulkan getaran dan bunyi yang besar f. Tidak memakan waktu yang lama

g. Memerlukan keahlian khusus h. Tidak ekonomis

3. Bahan Struktur

Tabel 4.13 Bahan Analisa Struktur

Kriteria Beton Baja Komposit

Unsur Agregat kasar/halus, air dan semen

Besi, karbon, oksigen Beton dan Baja

Sifat Mudah dibentuk, praktis

Kaku Relatif fleksibel

Kekuatan Gaya tekan Gaya tarik Gaya tekan dan tarik

Daya tahan (api, cuaca)

100-450 ºC/non korosi

250 ºC/ korosi 100-450 ºC/non korosi

Pengontrolan kualitas

Ketat Relatif merata Ketat

Keahlian Menengah Ahli Khusus Ahli Khusus

Pelaksanaan Bertahap, di lapangan

Singkat, pabrikan Singkat, pabrikan atau lapangan Jenis Bertulang, praktekan Variasi rangka dan

profil

Variasi

Contoh Balok, kolom, lantai, dinding core

Balok, kolom, kabel struktur

Balok, kolom, lantai, dinding core.


(32)

4. Bahan Bangunan

Tabel 4.14 Analisa Bahan Bangunan

Objek Keterangan

Kayu a. Digunakan untuk bangunan kecil dan rendah b. Sebagai struktur rangka dan balok

c. Jenis bahan pabrikan d. Tidak tahan terhadap rayap e. Perawatan intensif

f. Gaya sesuai arah serat Aluminium a. Sebagai struktur pendukung

b. Jenis bahan pabrikan c. Perlu keahlian khusus d. Tahan cuaca tropis e. Penghantar panas f. Ringan

Gipsum a. Tingkat stabilitas tinggi b. Daya tahan tinggi c. Kedap suara d. Anti serangga

e. Ringan & pemasangan praktis f. Aplikasi pada plafon dan partisi Kaca a. Sebagai sturktur pelingkup

b. Perlu keahlian khusus

c. Permukaan yang rentan terhadap cuaca d. Tahan terhadap kelembaban

e. Ringan & Transparan f. Kuat pada fungsi tertentu

Kriteria pemilihan sistem struktur bangunan adalah : faktor ketinggian, faktor teknis/ teknologi, faktor fisik, faktor ekonomis.


(33)

4.3.2. Analisa Utilitas

Analisa Penghawaan Bangunan

Gambar 4.25 Gambar Penerapan system VRV

Pada sekarang ini ada system penghawaan baru yang diterapkan ke bangunan yaitu system VRV/ VRF. Pada sistem penghawaan buatan menggunakan sistem VRV / VRF. Variabel refrigerant flow (VRF) adalah konfigurasi sistem pengkondisian udara di mana ada satu unit kondensasi outdoor dan beberapa unit dalam ruangan. Istilah VRF mengacu pada kemampuan sistem untuk mengontrol jumlah refrigerant mengalir ke beberapa evaporator (unit indoor), memungkinkan penggunaan banyak evaporator kapasitas dan konfigurasi terhubung ke unit kondensasi tunggal berbeda. Pengaturan ini memberikan kontrol individual kenyamanan, dan pemanasan simultan dan pendinginan di zona yang berbeda.

Keunggulan menggunakan sistem VRV / VRF dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional Chiller terdapat pada kemudahan pemasangan yang hanya memerlukan mesin outdoor, mesin indoor, dan ducting, efisiensi ruang yang terpakai (tidak memperlukan ruang khusus untuk chiller dan lainnya), dan yang utama adalah murahnya biaya maintenance untuk penggunaan keberlanjutan.

Berdasarkan CEDengineering.com , standar panjang maksimum pipa dan unit yang di izinkan adalah :


(34)

1. Jarak vertikal maksimum antara unit outdoor dan indoor yang terjauh adalah 50 m.

2. Jarak vertikal maksimum yang diizinkan antara dua individu unit indoor adalah 15 m.

3. Maksimum keseluruhan panjang pipa refrigerant antara unit outdoor dan indoor terjauh sampai dengan 162 m.

Gambar 4.26 Brosur VRV Daikin

Berdasarkan Daikin Handbook VRV III , berikut adalah fitur VRV/ VRF yang digunakan :

1. Jumlah maksimal unit indoor yang dapat dihubungkan 64 unit indoor/ unit outdoor.

2. Dimensi unit outdoor (1680mm X 930mm X 765mm). 3. Dimensi unit indoor (246mm X 840mm X 840mm).

Skema Sistem Plumbing pada Bangunan

Untuk eksisting plumbing di dalam site belum terlihat pada saat survey site Skema sistem utilitas pada bangunan adalah:

PDAM > Tangki air bawah tanah > dipompa >Tangki air atap > di distribusikan >Pipa air kotor > Pengolahan limbah > Riol kota


(35)

Skema sistem elektrikal pada bangunan adalah:

PLN / Generator > Panel utama > Panel perlantai > Panel didistribusikan -Solar panel > Controller > battery > Panel utama > Panel perlantai > Panel didistribusikan

4.4. Analisa Penerapan Tema

Analisa dan Penerapan Tema kedalam bangunan diterapkan ke dalam desain bangunan seperti dalam merencanakan konsep pencahayaan, konsep material, konsep bentuk ataupun warna untuk interior maupun eksterior bangunan.

Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain:

Dalam efisiensi penggunaan energy

Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara langsung terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep eko-arsitektur dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya.

Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik .

Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya. Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara-cara-cara inovatif untuk menampung dan mengolah air hujan untuk keperluan domestic.

Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis

Dalam efisiensi penggunaan lahan

Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.

Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada


(36)

tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.

Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap), taman gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding, dan sebagainya.

Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.

Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.

Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak lahan (dikota atau didesa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan?

Dalam efisiensi penggunaan material

Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.

Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.

Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu. Dalam penggunaan teknologi dan material baru

Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.


(37)

Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.

Dalam manajemen limbah

Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota. Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah organik agar terurai secara alami dalam lahan [ref buku rumah], membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.

Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan, mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi kualitas atmosfer bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak arsitek dan konsultan arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan antara lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi.


(38)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1. Konsep Dasar Perancangan

5.1.1. Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain

Gambar 5.1 Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain

Pada desain bangunan, ekologi merupakan tema dasar desain bangunan ini. Elemen ekologi yang diterapkan :

1. Pencahayaan Alami, sehingga akan mengurangi pemakaian energi listrik pada pagi dan siang hari

2. Penghawaan Alami dengan menerapkan cross ventilation yang dapat menghemat pemakaian penghawaan buatan pada bangunan

3. Pemanfaatan energi alternatif (solar, air, bio) ke dalam bangunan

4. Hemat energi

peredaran udara

peredaran air


(39)

5.2. Konsep Perancangan Tapak

5.2.1. Zoning

Gambar 5.2 Zoning Sifat Bangunan

Keterangan :

Area Service

Area Semi Publik

Area Publik

Area Private

Penzoningan di dalam bangunan yang membagi ke dalam beberapa fungsi dimana fungsi utamanya dapat didukung oleh elemen atau fungsi lain yang menjadikan pembagian setiap sifat area berbeda. Pembuatan desain awal berdasarkan zoning tersebut yang menghasilkan bentuk denah seperti diatas.


(40)

5.2.2. Konsep Bentukan Massa

Gambar 5.3 Konsep Bentukan Lantai Lower Ground

Konsep bentukan massa lantai ground membagi ground menjadi 2 bagian besar yaitu zona servis dan zona parkir. Pemisahan dilakukan agar sirkulasi parkir tidak terganggu dengan sirkulasi servis bangunan.

Gambar 5.4 Konsep Bentukan Lantai Ground

Konsep bentukan massa lantai ground membagi bangunan menjadi 3 area besar, yaitu zona kelas (biru tua), zona fasilitas penunjang (merah) dan zona pengelola (ungu). Ruang kelas dibagi menjadi 2 sisi agar sirkulasi tidak menumpuk pada satu sisi, zona fasilitas penunjang diletakkan pada sisi sayap zona staff pengajar agar memudahkan akses staff pengajar/dosen, sedangkan zona staff pengajar sendiri diletakkan di bagian belakang sisi kanan bangunan.


(41)

Gambar 5.5 Konsep Bentukan Lantai 1

Konsep bentukan massa lantai 1, zona pengelola menjadi lebih besar dengan mengambil seluruh bagian belakang kanan bangunan sehingga dapat membatasi hubungan ruang kelas dengan pengelola secara langsung.

Gambar 5.6 Konsep Bentukan Lantai 2 dan 3

Konsep bentukan massa lantai 2 dan 3 memberikan space yang lebih besar untuk zona kelas sehingga zona kelas dibagi menjadi 2 sisi besar, sisi kiri dan sisi kanan bangunan yang tetap terhubung melewati student's communication area dan akses menuju fasilitas penunjang dapat diakses melalui lantai 2.


(42)

5.2.3. Konsep Sirkulasi Tapak

IN OUT

Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi Tapak

Sirkulasi tapak kendaraan di daerah site, kendaraan masuk ke area entrance dimana sisi paling kiri site terdapat area parkir bus sehingga setelah masuk melalui entrance, bus akan parkir pada area tersebut. Kemudian untuk kendaraan umum yang memilih drop off terlebih dahulu maka setelah drop off kendaraan menuju ke sisi kanan bangunan lalu dapat memilih untuk mengambil jalan ke kiri untuk menuju parkir lower ground atau ke kanan menuju exit.

Sirkulasi yang digunakan adalah sirkulasi memutar, selain sebagai sirkulasi utama, sirkulasi memutar merupakan sirkulasi yang ramah kebakaran, karena mobil pemadam kebakaran dapat memutari seluruh sisi bangunan.


(43)

5.2.4. Konsep Sirkulasi Parkir

Gambar 5.8 Konsep Sirkulasi Parkir

Sirkulasi parkir di basement menggunakan sirkulasi menerus / 1 jalur agar lebih memudahkan jalur kendaraan yang masuk maupun keluar dan terhindar dari saling crossing antar kendaraan yang berbeda arah.

5.3. Konsep Perancangan Struktur Bangunan

5.3.1. Konsep Dasar Struktur Bangunan

Konsep struktur bangunan menggunakan system grid dengan ukuran 8m x 8m sebagai standard, dimana dapat dimanfaatkan untuk grid parkir dengan menampung 2-3 mobil jadi sangat efisien dalam parkir dan juga biaya. Grid 8x8 juga dapat membagi ruang kelas dengan baik.

Konstruksi yang digunakan pada bangunan adalah baja komposit. Ukuran kolom yang digunakan untuk grid bangunan adalah 0,6 m x 0,6 m dan untuk kolom pada sisi dinding koridor adalah 0,3 m x 0,3 m.


(44)

5.3.2. Konsep Pemilihan Jenis Struktur, Bahan dan Sistem Konstruksi

Denah ruang kelas yang 90% tipikal memudahkan sistem konstruksi sehingga digunakan metoda kontruksi pre-fabrikasi. Struktur grid juga membuat parkir menjadi efisien jika ukuran gridnya benar. Sedangkan untuk balok digunakan sistem balok baja komposit. Plat lantai menggunakan metal deck yang dipre-fabrikasi.

5.4. Konsep Perancangan Utilitas Bangunan

5.4.1. Konsep Drainase dan Plumbing pada Bangunan

Diagram 5.1 Skema Diagram Suplai Air Bersih


(45)

Sistem Air Bersih

Air dari PDAM dialirkan ke ground water tank, kemudian air dari ground water tank dipompa ke roof water tank sebagai tempat penyimpanan sekunder dan juga sebagai supply air untuk air bersih ke setiap toilet.

Sistem Air Kotor Cair dan Padat

Air kotor cair dari toilet dialirkan ke shaft air ke lower ground kemudian masuk ke WWTP dan selanjutnya dapat diolah kembali dengan treatment menuju ke ground water tank kelas 2 yang dapat dimanfaatkan untuk toilet flusher dan irigasi, dan kebutuhan lainnya yang digolongkan menjadi air bersih golongan II. Sedangkan untuk air kotor padat dialirkan ke shaft air kotor padat kemudian masuk ke septic tank.

Skema sistem pengelolaan limbah pada bangunan adalah:

-Pipa pembuangan air limbah > shaft air kotor padat> septic tank -Pipa pembuangan air limbah cair > shaft air kotor cair > bak control > pembiangan riol kota.

5.4.2. Konsep Sistem Elektrikal pada Bangunan

Skema system Elektrikal pada bangunan adalah:

PLN / Generator >>> Panel Utama >>> Panel Perlantai >>> Didistribusikan ke tiap – tiap ruangan.


(46)

5.4.3. Konsep Sistem Penangkal Petir

Prinsip dasar dari sistem penangkal petir adalah menyediakan jalur menerus dari logam yang menyalurkan petir ketanah pada saat terjadi sambaran petir pada bangunan.Menurut Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir ( PUIPP ) untuk bangunan di Indonesia , instalasi penangkal petir adalah instalasi suatu sistem dengan komponen - komponen dan peralatan - peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah. Sistem tersebut dipasang sedemikian rupa sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya, atau benda – benda yang dilindungi terhindar dari bahaya sambaran petir baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Persyaratan instalasi penangkal petir pada bangunan :

 Macam struktur bangunan ( A )

Penggunaan dan Isi Nilai Indeks

Bangunan biasa yang tidak perlu

diamankan, baik bangunan maupun isinya

-10

Bangunan yang berisi peralatan sehari – hari atau tempat tinggal orang, seperti rumah tinggal rumah tangga , toko , pabrik kecil atau stasiun KA

1

Bangunan yang berisi banyak sekali orang , seperti bioskop, mesjid , gereja , sekolah , penginapan maupun monument bersejarah yang sangat penting

3

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 170

 Konstruksi Bangunan ( B )

Konstruksi Bangunan Nilai Indeks

Seluruh bangunan terbuat dari logam ( mudah menyalurkan listrik)


(47)

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang , atau rangka besi dengan atap logam

1

Bangunan dengan konstruksi beton bertulang kerangka besi dan atap bukan logam. Bangunan kayu dengan atap bukan logam

2

Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171

 Tinggi Bangunan ( C )

Tinggi Bangunan Nilai Indeks

Sampai dengan 6 meter 0

Sampai dengan 12 meter 2

Sampai dengan 17 meter 3

Sampai dengan 25 meter 4

Sampai dengan 35 meter 5

Sampai dengan 50 meter 6

Sampai dengan 70 meter 7

Sampai dengan 100 meter 8

Sampai dengan 140 meter 9

Sampai dengan 200 meter 10

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171

 Situasi Bangunan ( D )

Situasi Bangunan Nilai Indeks

Di tanah datar pada semua ketinggian 0 Di kaki bukit sampai tiga perempat tinggi

bukit atau di pegunungan sampai ketinggian 1000 m

1


(48)

ketinggian lebih dari 1000 m

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 171

 Pengaruh Kilat ( E )

Nilai Guruh Per Tahun Nilai Indeks

2 0

4 1

8 2

16 3

32 4

64 5

128 6

256 7

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 172

 Perkiraan Bahaya Petir ( R )

Nilai R Perkiraan Bahaya Pengamanan

<11 Diabaikan Tidak Perlu

=11 Kecil Tidak Perlu

=12 Sedang Agak Dianjurkan

=14 Agak besar Dianjurkan

=14 besar Sangat Dianjurkan

>14 Sangat besar Sangat Perlu

Sumber : Sistem Bangunan Tinggi ; hal. 172

Kebutuhan untuk bangunan Crown Mall and Hotel dapat dihitung dengan rumus :

R = A + B + C + D + E Dimana : A adalah macam struktur bangunan

B adalah konstruksi bangunan C adalah tinggi bangunan D adalah situasi bangunan E adalah pengaruh kilat


(49)

Dengan rumus tersebut dapat di hitung kebutuhan bangunan ini dimana Ketinggian bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu adalah17,5 meter , maka :

R = A + B + C + D + E = 3 + 2 + 4 + 0 + 2 = 11

Dapat disimpulkan bahwa bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu ini tidak memerlukan penangkal petir.

5.4.4. Konsep Sistem Penghawaan Buatan pada Bangunan

Pada sistem Penghawaan buatan menggunakan 2 sistem yaitu sistem AC Split dan sistem VRV / VRF. Sistem AC Split digunakan pada ruang kelas Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namus, sedangkan untuk ruang pengelola, ruang dosen dan fasilitas penunjang menggunakan sistem VRV. Produk AC Split yang digunakan adalah CHANGHONG CSC-09T1.

Gambar 5.9 Skema Perjalanan AC Split Sumber : google

Variabel refrigerant flow (VRF) adalah konfigurasi sistem pengkondisian udara di mana ada satu unit kondensasi outdoor dan beberapa unit dalam ruangan. Istilah VRF mengacu pada kemampuan sistem untuk mengontrol jumlah refrigerant mengalir ke beberapa evaporator (unit indoor), memungkinkan penggunaan banyak evaporator kapasitas dan konfigurasi terhubung ke unit


(50)

kondensasi tunggal berbeda. Pengaturan ini memberikan kontrol individual kenyamanan, dan pemanasan simultan dan pendinginan di zona yang berbeda.

Keunggulan menggunakan sistem VRV / VRF dibandingkan dengan menggunakan sistem konvensional Chiller terdapat pada kemudahan pemasangan yang hanya memerlukan mesin outdoor, mesin indoor, dan ducting, efisiensi ruang yang terpakai (tidak memperlukan ruang khusus untuk chiller dan lainnya), dan yang utama adalah murahnya biaya maintenance untuk penggunaan keberlanjutan. Berikut pada gambar merupakan skema VRV/VRF.

Gambar 5.10 VRV AC system

Perhitungan Kebutuhan VRV / VRF

Berdasarkan Daikin Handbook VRV III , berikut adalah fitur VRV/ VRF yang digunakan :

1. Jumlah maksimal unit indoor yang dapat dihubungkan 64 unit

indoor/ unit outdoor.

2. Dimensi unit outdoor (1680mm X 930mm X 765mm). 3. Dimensi unit indoor (246mm X 840mm X 840mm).


(51)

Gambar 5.11 Skema Sistem AC VRV

Gambar 5.12 Brosur VRV

Dari gambar brosur diatas dapat terlihat bahwa system VRV/ VRF ini memiliki banyak kelebihan yaitu :

o Dari panjang ducting dari outdoor unit ke diffuser adalah 50 m dan juga panjang ducting untuk perbedaan ketinggian lantai mencapai 30 m

o Pemasangan pipa ducting dapat dilakukan secara bebas tergantung dimana diletakkan outdoor unit tersebut. Berarti Outdoor unit meski diletakkan di lantai 1 ductingnya bisa mencapai lantai atasnya atau juga bagian lantai dibawahnya. o Mesin Outdoor unit memiliki tingkat kebisingan rendah. o Tiap ruangan memiliki control temperature masing masing.


(52)

o Outdoor unit dapat di modifikasi kembali seperti motor kipas. o Outdoor unit memiliki daya tahan tinggi yang dilengkapi

perawatan anti karat di casing outdoor unitnya

o Outdoor unit yang bentuknya kecil dapat menghemat tempat dan bisa diletakkan banyak outdoor unit dalam 1 space kosong.

5.4.5. Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem pencegahan kebakaran meliputi system pencegahan pasif dan system pencegahan aktif. Sistem pencegahan pasif meliputi :

a. Tangga kebakaran. Persyaratannya jarak dari ruang kelas ke tangga kebakaran maksimal 30 m dilengkapi dengan pressure shaft, lebar tangga kebakaran min 90 cm.

b. Penerangan darurat persyaratannya : memiliki sumber daya baterai, mempunyai lampu petunjuk dan bekerja secara otomatis c. Fire curtain persyaratannya : merupakan lapisan tahan api yang

dilekatkan dinding

Sistem Pencegahan aktif meliputi :

a. Alat pemadam kimia portable, biasanya memiliki daya jangkau 200-250 m, jarak antara alat 25 m dan diletakkan pada daerah tertentu

b. Alat pemadam kimia sedang (beroda), biasanya memiliki daya jangkau 500-550 m, dan diletakkan pada tempat – tempat tertentu. c. Hydrant, biasanya memiliki daya jangkau 800 m2/unit dan jarak

maksimum perletakan 30m.

d. Sumber air berupa reservoir dan jaringan PAM

e. Sprinkler, bekerja secara otomatis dengan daya jangkau 25 m2/unit, biasanya berjarak 5m, dan digunakan pada daerah umum dan pengelola

f. Fire alarm, mendeteksi sedini mungkin secara otomatis, terdiri dari heat and smoke detector dengan area pelayanan 92m2per alat dan digunakan di seluruh ruangan.


(53)

BAB VI


(54)

(55)

(56)

(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

(75)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terminologi Judul

Judul dari proyek yang akan dirancang adalah "Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu", dimana proyek ini akan berfungsi sebagai sebuah lembaga pendidikan formal berupa sekolah tinggi yang berperan dalam menunjang penguasaan bahasa asing. Di dalam judul "Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu", terdapat beberapa pengertian utama yaitu:

 Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

akademik dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni atau jika memenuhi persyaratan, sekolah tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan profesi tertentu.

 Bahasa Asing adalah bahasa milik bangsa lain yang dikuasai, biasanya melalui

pendidikan formal dan yang secara sosiokultural tidak dianggap sebagai bahasa sendiri.

 Kuala Namu berasal dari dua kata yaitu "Kuala" berasal dari bahasa Melayu yang

berarti muara sungai atau pertemuan sungai dengan laut, dan "Namu" atau "Namo" berasal dari bahasa Karo yang berarti lubuk. Jadi, Kuala Namu ialah tempat bertemu.

2.2. Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang sistem pendidikan secara keseluruhan.

2.2.1. Klasifikasi Sekolah

Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,


(76)

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Jalur pendidikan terdiri atas (www.kemdiknas.go.id) :

1. Pendidikan formal, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Pendidikan non formal, yang meliputi:

a) pendidikan kecakapan hidup,

b) pendidikan anak usia dini,

c) pendidikan kepemudaan,

d) pendidikan pemberdayaan perempuan,

e) pendidikan keaksaraan,

f) pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

g) pendidikan kesetaraan, serta

h) pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:

a) lembaga kursus,

b) lembaga pelatihan,

c) kelompok belajar,

d) pusat kegiatan belajar masyarakat, dan

e) majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

3. Pendidikan informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

Di samping jalur pendidikan tersebut terdapat berbagai jenis pendidikan lainnya, antara lain :

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan


(77)

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:

a) Taman Kanak-kanak (TK),

b) Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:

a) Kelompok Bermain (KB),

b) Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

2. Pendidikan Kedinasan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan Kedinasan, pengertian pendidikan kedinasan adalah pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Kementerian, kementerian lain, atau lembaga pemerintah nonkementerian yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai negeri dan calon pegawai negeri.

3. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan keagamaan berbentuk:

a) Pendidikan Diniyah

b) Pesantren

c) Pasraman

d) Pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

4. Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh


(78)

diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

5. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

2.2.2. Jenis Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan

tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3, D4), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan spesialis. Perguruan tinggi dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Akademi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 16, akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu.

2) Politeknik

Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah

penamaan yang digunakan dalam berbagai institusi pendidikan yang memberikan berbagai jenis gelar dan sering beroperasi pada tingkat yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Politeknik dapat merupakan institusi pendidikan dan teknik lanjutan serta penelitian ilmiah ternama dunia atau pendidikan vokasi profesional, yang memiliki spesialiasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi atau jurusan-jurusan teknis


(79)

yang berbeda jenis. Istilah tersebut juga dapat merujuk pada sekolah pendidikan menengah yang berfokus pada pelatihan vokasional.

3) Sekolah Tinggi

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 ayat 2 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sekolah tinggi merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademi, politeknik, institut, dan universitas. Penjelasan pasal 20 ayat 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan,

"Sekolah tinggi menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau

pendidikan vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi".

4) Institut

Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

5) Universitas

Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

Berbagai jenis lembaga pendidikan lainnya yang tergolong dalam perguruan tinggi yang terdapat di Indonesia antara lain :

Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan keahlian terapan tertentu, yang mencakup program pendidikan diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4, maksimal setara dengan program pendidikan sarjana. Lulusan pendidikan vokasi akan mendapatkan gelar vokasi. Di Indonesia, gelar vokasi diatur oleh senat perguruan tinggi dan ditulis di belakang nama yang berhak dengan mencantumkan singkatannya. Gelar vokasi yang ada di Indonesia antara lain adalah Ahli Pratama (A.P.) , Ahli Muda (A.Ma.) , Ahli Madya (A.Md.) , Sarjana Sains Terapan (S.S.T.)


(80)

Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelar profesi.

2.2.3. Struktur Organisasi

Dari hasil studi banding literatur dan survey yang diperoleh, struktur organisasi dari Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu yang akan dibangun nantinya adalah sebagai berikut :

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH TINGGI

BAHASA ASING KUALA NAMU

Ketua Sekolah Tinggi Pembantu Ketua I Pembantu Ketua II Pembantu Ketua III Ketua Jurusan Jurusan Sastra Mandarin

Bagian Keuangan, Administrasi, dan Kepegawaian Jurusan Sastra Inggris Jurusan Sastra Jepang Sekretaris Jurusan Perpustakaan Lab Komputer Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Jurusan Sastra Arab


(81)

2.2.4. Kurikulum Sekolah Tinggi Bahasa Asing

Melalui hasil studi banding dan literatur, maka dihasilkan kurikulum untuk

Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu setiap jurusannya. Adapun mata kuliah dan rencana studi program bahasa asing dibagi menjadi 4 jurusan, yaitu Sastra Mandarin, Sastra Inggris, Sastra Jepang, dan Sastra Arab.


(82)

Gambar 2.1 Rencana Studi Sastra Mandarin


(83)

(84)

Gambar 2.2 Rencana Studi Sastra Inggris

3. Kurikulum Sastra Jepang

Semester I

1. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Katolik Pendidikan Protestan Pendidikan Buddha Pendidikan Hindu

2. Pendidikan Bahasa Indonesia

3. Pendidikan Bahasa Inggris

4. Dasar-Dasar Ilmu Budaya

5. Bahasa Jepang I

6. Pemahaman I

7. Percakapan / Pendengaran I

8. Huruf Jepang I

Semester II

1. Teknologi Informasi

2. Komunikasi Dan Etiket

3. Bahasa Jepang II 4

4. Pemahaman II

5. Percakapan / Pendengaran II


(85)

7. Fonologi Bahasa Jepang

8. Pengantar Sejarah Jepang

Semester III

1. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

2. Filsafat Ilmu Pengetahuan

3. Sejarah Pemikiran Timur Dan Barat

4. Bahasa Jepang III

5. Percakapan / Pendengaran III

6. Huruf Jepang III

7. Pengantar Linguistik Umum

8. Pengantar Ilmu Sastra

9. Sejarah Jepang Modern

Semester IV

1. Pengantar Metode Penelitian

2. Masy. dan Kebudayaan Indonesia

3. Bahasa Jepang IV

4. Percakapan / Pendengaran IV

5. Huruf Jepang IV

6. Morfologi Bahasa Jepang

7. Sintaksis Bahasa Jepang

8. Telaah Pranata Masyarakat Jepang I

9. Telaah Prosa Jepang

Semester V

1. Bahasa Indonesia Akademik

2. Bahasa Inggris Akademik

3. Bahasa Jepang V

4. Percakapan / Pendengaran V

5. Huruf Jepang V

6. Telaah Pranata Masyarakat Jepang II

7. Semantik Bahasa Jepang

8. Telaah Puisi Jepang

9. Sosiolinguistik Jepang

10. Bahasa Mandarin


(86)

1. Kewirausahaan

2. Seni Budaya dan Pariwisata

3. Bahasa Jepang VI

4. Percakapan/Pendengaran VI

5. Huruf Jepang VI

6. Telaah Pranata Masyarakat Jepang III

7. Telaah Drama Jepang

8. Kritik Sastra Jepang

9. Ekspresi/Ungkapan

Semester VII

1. * Metode Penelitian Sastra

2. * Metode Penelitian Bahasa

3. Terjemahan I

4. Kemahiran Bahasa Jepang I

5. Telaah Wacana

6. * Seminar Linguistik

7. * Seminar Sastra

8. * Seminar Pranata Masyarakat Jepang

9. Mengarang

10. Korespondensi Bahasa Jepang

11. Statistik

Semester VIII

1. Terjemahan II

2. Kemahiran Bahasa Jepang II

3. Seminar Proposal Skripsi

4. Skripsi

4. Kurikulum Sastra Arab

Semester I

1. Pendidikan Agama

2. Dasar-Dasar Ilmu Budaya

3. Bahasa Inggris


(87)

5. Tasrif

6. Al-Hikam wa al-Amsal

7. Percakapan Arab I

8. Telaah Teks Arab I

Semester II

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2. Percakapan Arab II

3. Telaah Teks Arab II

4. Morfologi Arab I

5. Sintaksis Arab I

6. Kebudayaan Arab

7. Kaligrafi Arab

8. Fonologi Arab

9. Penguasaan Multimedia

10. Penyuntingan Teks

11. Bahasa Parsi

Semester III

1. Seni dan Budaya Indonesia

2. Bahasa Indonesia

3. Percakapan Arab III

4. Telaah Teks Arab III

5. Morfologi Arab II

6. Sintaksis Arab II

7. Komposisi Arab I

8. Balaghah I

9. Sastra Anak

10. Bahasa Ibrani

11. Bahasa Turki I

12. Bahasa Arab (Non Sastra Arab)

Semester IV

1. Percakapan Arab IV

2. Telaah Teks Arab IV

3. Komposisi Arab II


(88)

5. Balaghah II

6. Linguistik Arab

7. Menulis Kreatif

8. Semantik Arab

9. Aliran Pemikiran Arab

10.Sastra Islam

11.Bahasa Arab Amiyah

12.Bahasa Turki II

Semester V

1. Komposisi Arab III

2. Terjemah II

3. Muhadarah

4. Kajian Linguistik Arab

5. Komunikasi Massa

6. Kesusastraan Arab

7. Sosiolinguistik Arab

8. Leksikologi dan Leksikografi Arab

9. Pengantar Ekonomi Islam

10.Pemanduan Wisata

Semester VI

1. Pembelajaran Mandiri

2. Kajian Sastra Arab

3. Kajian Budaya Arab

4. Pengantar Hubungan Internasional

5. Sastra Arab Terjemahan

6. Arûdh dan Qawâfy

7. Metode Pengajaran Bahasa

8. Kewirausahaan

Semester VII

1. Kuliah Kerja Nyata

2. Bahasa Inggris Lanjut

3. Seminar Proposal

Semester VIII


(89)

2.3. Lokasi

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai lokasi proyek, yang terdiri dari kriteria pemilihan lokasi proyek dan deskripsi lokasi sebagai tapak rancangan.

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Kriteria pemilihan lokasi berdasarkan persyaratan lokasi yang dapat dijadikan sebagai acuan atau tolak ukur standar sebagai pertimbangan dalam pemilihan lokasi Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu, yaitu:

Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1. Posisi Site Berada di kawasan bandara sebagai penunjang

fungsi bangunan dan tidak berada di kawasan konservasi.

2. Tinjauan terhadap Struktur Kota Berada di kawasan strategis yang memang

diperuntukkan untuk zona pendidikan atau fasilitas umum.

3. Lingkungan Berada di lingkungan dengan kepadatan rendah

dan strategis serta memiliki fungsi eksisting yang mampu mendukung bangunan.

4. Wilayah Pengembangan Berada di wilayah yang termasuk dalam wilayah

pengembangan MEBIDANGBRO.

5. Pencapaian Dapat diakses baik dengan bus, kendaraa umum,

maupun kendaraan pribadi.

6. Status Kepemilikan Merupakan lahan hijau atau perkebunan warga

sekitar.

7. Kontur Tapak / Topografi Keadaan lahan eksisting relatif landai.

8. Jaringan Jalan Berada di jalan yang mudah diakses.

9. Peraturan Bangunan (GSB,

KLB, KDB, dsb. )

Disesuaikan dengan RDTR Kecamatan yang bersangkutan atau melihat keadaan sekitar site.


(90)

2.3.2. Deksripsi kondisi existing lokasi sebagai tapak rancangan

Gambar 2.3 Peta Lokasi Sumber : google earth

Adapun deskripsi lokasi tapak rancangan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu adalah:

Tabel 2.2 Deskripsi Lokasi Tapak Rancangan

Nama Proyek Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu

Status Fiktif

Pemilik Pemerintah

Lokasi Jalan Gambir Ujung, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang

Luas 1,5 Ha


(91)

Timur Rumah penduduk

Barat Lahan kosong

Selatan Lahan kosong

Peraturan KDB Maksimal 60 %

GSB 5,5 meter

KKOP (Kawasan

Keselamatan Operasi Penerbangan)

Berada di Ring III, yaitu ketinggian maksimum bangunan adalah 145 meter.

Gambar 2.4 Rencana Ketinggian Bangunan Kawasan Bandara dan Sekitarnya

Bangunan eksisting Lahan kosong

Potensi Site A. Terletak dekat dengan kawasan bandara

B. Berada pada kawasan pengembangan

C. Transportasi lancar, baik dan bebas kemacetan D. Luas site sesuai syarat

E. Site berada di area lahan kosong F. Berada di lingkungan yang tenang

2.4. Tinjauan Fungsi

2.4.1. Deskripsi penggunaan dan kegiatan

1. Pengguna dari bangunan "Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu" dapat

digolongkan atas beberapa golongan yaitu:

 Mahasiswa

Yang dimaksud dengan mahasiswa yaitu semua yang belajar, terdaftar, mengambil dan mengikuti mata kuliah bahasa asing dan segala kegiatan yang berkaitan dengan bahasa asing yang terdapat di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu.


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lembaga Pendidikan TK,SD dan SMP Tahun 2014 ... 1

Tabel 1.2 Lembaga Pendidikan MA dan Perguruan Tinggi Tahun 2014 ... 2

Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 22

Tabel 2.2 Deskripsi Lokasi Tapak Rancangan ... 23

Tabel 2.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 29

Tabel 2.4 Besaran Ruang Area Penerimaan ... 34

Tabel 2.5 Besaran Ruang Area Pendidikan dan Pelatihan ... 34

Tabel 2.6 Besaran Ruang Area Pengelola... 35

Tabel 2.7 Besaran Ruang Area Multifunction Hall ... 36

Tabel 2.8 Besaran Ruang Area Perpustakaan ... 37

Tabel 2.9 Besaran Ruang Area Servis ... 37

Tabel 2.10 Besaran Ruang Area Fasilitas Penunjang ... 38

Tabel 2.11 Deskripsi Persyaratan dan Kebutuhan Ruang ... 39

Tabel 4.1 Pencapaian ke Site ... 68

Tabel 4.2 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Atas (SMA) Dirinci menurut Kabupaten/Kota, 2014 ... 70

Tabel 4.3 Rekap Jumlah Mahasiswa ... 72

Tabel 4.4 Program Ruang Area Penerimaan ... 73

Tabel 4.5 Program Ruang Area Pendidikan dan Pelatihan ... 74

Tabel 4.6 Program Ruang Area Pengelola ... 75

Tabel 4.7 Program Ruang Area Multifunction Hall ... 77


(2)

Tabel 4.9 Program Ruang Area Servis ... 79

Tabel 4.10 Program Ruang Fasilitas Penunjang ... 80

Tabel 4.11 Analisa Struktur Atas ... 83

Tabel 4.12 Analisa Struktur Bawah ... 83

Tabel 4.13 Bahan Analisa Struktur ... 84


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rencana Studi Sastra Mandarin ... 15

Gambar 2.2. Rencana Studi Sastra Inggris ... 17

Gambar 2.3. Peta Lokasi ... 23

Gambar 2.4. Rencana Ketinggian Bangunan Kawasan Bandara dan Sekitarnya ... 24

Gambar 2.5 Jiangbei Foreign Language School ... 41

Gambar 2.6 Potret dan Denah Jiangbei Foreign Language School ... 42

Gambar 2.7 Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia ... 43

Gambar 2.8 R. Serbaguna ... 43

Gambar 2.9 Inner Court ... 43

Gambar 2.10 R. Lab. Komputer... 43

Gambar 2.11 Perpustakaan ... 43

Gambar 2.12 R. Meeting Dosen ... 43

Gambar 2.13 Aula ... 43

Gambar 2.14 R. Staff ... 44

Gambar 2.15 Asrama ... 44

Gambar 2.16 Kantin ... 44

Gambar 2.17 Konsep Eko-arsitektur yang holistik (sistem keseluruhan) ... 45

Gambar 2.18 Orientasi Bangunan, Pencegah Radiasi Matahari dan Atap Ganda Rumah Tinggal Ken Yeang, di Malaysia ... 49

Gambar 2.19 Perbandingan Siklus Energi, Materi pada Rumah Biasa dan Rumah Ekologi ... 50

Gambar 2.20 Urban Eco House ... 53


(4)

Gambar 2.22 Denah dan Konsep Urban Eco House ... 55

Gambar 4.1 Peta Lokasi Perancangan ... 61

Gambar 4.2 Tata GunaLahan ... 62

Gambar 4.3 Site ... 63

Gambar 4.4 KKOP pada Site Desain ... 64

Gambar 4.5 View ke Site ... 64

Gambar 4.6 View I ... 65

Gambar 4.7 View II ... 65

Gambar 4.8 View III ... 65

Gambar 4.9 Analisa Iklim ... 65

Gambar 4.10 Perjalanan Matahari ... 66

Gambar 4.11 Diagram Siklus Matahari ... 66

Gambar 4.12 Pergerakan Angin ... 66

Gambar 4.13 Kekuatan Angin ... 66

Gambar 4.14 Panas Angin ... 66

Gambar 4.15 Kelembaban Udara ... 66

Gambar 4.16 Pencapaian dari Medan ... 67

Gambar 4.17 Pencapaian dari Batang Kuis ... 67

Gambar 4.18 Pencapaian dari KNIA ... 67

Gambar 4.19 Pencapaian dari Lubuk Pakam ... 67

Gambar 4.20 Pencapaian dari Pantai Labu ... 68

Gambar 4.21 Pencapaian dari Percut ... 68


(5)

Gambar 4.23 Sumber Kebisingan pada Site ... 69

Gambar 4.24 Sirkulasi ke Site ... 69

Gambar 4.25 Gambar Penerapan system VRV ... 86

Gambar 4.26 Brosur VRV Daikin ... 87

Gambar 5.1 Penerapan Tema Ekologi ke dalam Desain ... 91

Gambar 5.2 Zoning Sifat Bangunan ... 92

Gambar 5.3 Konsep Bentukan Lantai Lower Ground ... 93

Gambar 5.4 Konsep Bentukan Lantai Ground ... 93

Gambar 5.5 Konsep Bentukan Lantai 1 ... 94

Gambar 5.6 Konsep Bentukan Lantai 2 dan 3 ... 94

Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi Tapak ... 95

Gambar 5.8 Konsep Sirkulasi Parkir ... 96

Gambar 5.9 Skema Perjalanan AC Split ... 102

Gambar 5.10 VRV AC system... 103

Gambar 5.11 SkemaSistem AC VRV ... 104


(6)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir ... 5

Diagram 2.1 Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Bahasa Asing Kuala Namu ... 13

Diagram 2.2 Alur Perilaku Mahasiswa ... 21

Diagram 2.3 Alur Perilaku Dosen ... 21

Diagram 2.4 Alur Perilaku Pengelola ... 22

Diagram 2.5 Alur Perilaku Pengunjung ... 22

Diagram 5.1 Skema Diagram Suplai Air Bersih ... 97

Diagram 5.2 Skema Diagram Air Kotor dan Bekas ... 97