Efektivitas Suplementasi Zink Sebagai Penatalaksanaan Nyeri pada Dismenorea

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DISMENOREA
2.1.1. DEFINISI
Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala yang paling sering
dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit yang siklik
bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa kram
pada perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke
punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare.
Oleh karena itu, istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri haid tersebut
demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa
jam atau beberapa hari. Dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari
bahasa Yunani, dimana“dys” berarti gangguan/nyeri hebat / abnormalitas,
“meno” berati bulan dan “rrhea” berarti aliran, sehingga dismenorea
(dysmenorrhoea) dapat diartikan dengan gangguan aliran darah haid. 16
Kejadian dismenorea cukup tinggi diseluruh dunia. Menurut data
WHO, rata-rata insidensi terjadinya dismenorea pada wanita muda antara
16,8 – 81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenorea terjadi pada 45
-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi

mencapai 94% di negara Finlandia . 17

Universitas Sumatera Utara

Dalam suatu data reviewdi Amerika Serikat, terjadi kerugianekonomi
hingga mencapai 2 milliar dolar Amerika dan berkurangnya produktifitas
pekerjaan akibat hilangnya jam kerja sampai 600 juta jam kerja hilang
yang diakibat oleh dismenorea.18Menurut Singh (2008), di India ditemukan
diantara wanita mahasiswa 31,67% mengalami dismenorea dan 8,68%
diantaranya

tidak

dapat

mengikuti

perkuliahan

akibat


gangguan

menstruasi ini.19
Menurut Ernawati (2010), di Semarang yang dilakukan survey pada
mahasiswa ditemukan kejadian dismenorea ringan sebanyak 18%,
dismenorea sedang 62% dan dismenorea berat 20%. Dimana hal ini akan
dapat mengganggu aktifitas dan kegiatan belajar sehingga akan dapat
mengganggu prestasi belajar mahasiswa. Hal ini dibuktikandalam suatu
penelitian, dimana 71% dari 100 wanita usia 15 – 30 tahun yang
mengalami dismenorea, 5,6% diantaranya tidak dapat masuk sekolah
atau tidak dapat bekerja, serta ditemukan 59,2% mengalami kemunduran
produktifitas kerja yang diakibatkan oleh dismenorea. 20,21
2.1.2 KLASIFIKASI
Dismenorea dapat dibagi atas 2 bagian berdasarkan kelainan
ginekologi, antara lain :
a. Dismenorea Primer.
Merupakan nyeri haid yang tidak terdapat hubungan dengan
kelainan ginekologi, atau kelainan secara anatomik. Kejadian
dismenorea primer ini tidak berhubungan dengan umur, ras


Universitas Sumatera Utara

maupun status ekonomi. Namun derajat nyeri yang dirasakan
serta durasi mempunyai hubungan dengan usia saat menarche,
lamanya menstruasi, merokok dan adanya peningkatan Index
Massa Tubuh. Sebaliknya gejala dismenorea primer ini semakin
berkurang jika dikaitkan dengan jumlah paritas.
b. Dismenorea Sekunder.
Nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau
kelainan secara anatomi. Gejala dismenorea sekunder ini dapat
ditemukan pada wanita dengan endometriosis, adenomiosis,
obstruksi pada saluran genitaia, dan lain-lain. Sehingga pada
wanita dengan dismenorea sekunder ini juga dapat ditemukan
dengan komplikasi lain seperti dyspareunia, dysuria, perdarahan
uterus abnormal, infertilitas dan lain-lain.
2.1.3 PATOFISIOLOGI
Sebelumnya

banyak


faktor

yang

dikaitkan

dengan

kejadian

dismenorea, seperti keadaan emosional / psikis, adanya obstruksi kanalis
servikalis, ketidakseimbangan endokrin, dan alergi. Namun sekarang
timbulnya dismenorea sering dikaitkan dengan adanya peningkatan kadar
prostaglandin. Dimana diketahui bahwa prostaglandin mempunyai efek
yang dapat meningkatkan kontraktilitas dari otot uterus. Dan juga
prostaglandin mempunyai efek vasokontriksi yang pada akhirnya dapat
menyebabkan iskemi pada otot uterus yang dapat menimbulkan rasa
nyeri. Konsentrasi prostaglandin selama siklus haid terjadi peningkatan


Universitas Sumatera Utara

yang bermakna. Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α sangat tinggi dalam
endometrium, myometrium dan darah haid wanita yang menderita nyeri
haid primer.

22

Wanita dengan dismenorea berat mempunyai kadar

prostaglandin yang tinggi selama masa siklus haid, konsentrasi tinggi ini
terjadi selama 2 hari dari fase menstruasi. 23
2.1.4 DIAGNOSIS
Pada kebanyakan kasus wanita dengan gejala yang khas seperti
rasa nyeri pada perut bagian bawah yang muncul bersamaan saat haid
dan menghilang dengan pemberian terapi empirik dapat diduga dengan
diagnosadismenorea primer.

23


Menurut Lefebvre, dikatakan bahwa

dismenorea primer ditandai dengan adanya rasa nyeri pada daerah supra
pubik yang terjadi beberapa jam sebelum dan sesudah keluarnya darah
haid, namun terkadang rasa nyeri akan dapat dirasakan selama dua
sampai tiga hari haid. Dapat disertai dengan adanya keluhan-keluhan lain
seperti diare, mual dan muntah, rasa lemah, sakit kepala, pusing, bahkan
dapat juga dijumpai demam hingga hilangnya kesadaran. 24
Keluhan rasa nyeri pada saat haid dengan adanya temuan massa
pada pelvik, vaginal discharge yang abnormal, daerah pelvik yang tegang,
wanita dengan risiko terhadap penyakit radang panggul, adanya riwayat
seksual aktif dengan risiko penyakit menular seksual sebaiknya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut seperti skrining untuk adanya penyakit infeksi
menular, pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat kelainan patologi pada
pelvik dapat mengarahkan kepada diagnosa dismenoreasekunder.

Universitas Sumatera Utara

Kelainan seperti endometriosis, adenomiosis sering dikaitkan dengan
keluhan nyeri haid yang berlebihan.

Rasa nyeri dapat bersifat individual dan subjektif sehingga tidak
adaparameter yang dapat digunakan untuk menilai rasa nyeri secara.
Beberapa metode dapat digunakan dalam menilai rasa nyeri seperti
unidimensi dan multidimensi. Skala Unidimensi merupakan metode
sederhana dengan menggunakan satu variabel untuk menilai intensitas
rasa nyeri. Metode unidimensi yang biasa dipakai antara lain Categorical
Scale, Numerical Ratting Scale (NRS), Visual Analogue Scale (VAS).
Metode sederhana ini biasanya digunakan secara efektif di rumah sakit
dan klinik. Metode Categorical Scales berisi beberapa deskripsi secara
verbal atau visual mengenai nyeri dari yang paling ringan sampai paling
berat. Yang termasuk dari Categorical Scale ini antara lain Verbal
Descriptor Scale (VDS), Face Pain Scale (FPS) yang menunjukkan
gambaran perubahan ekspresi wajah terhadap sensasi rasa nyeri.
Sedangkan metode NRS berisi tentang serial angka dari 0 sampai 10 atau
100, dimana pada awal angka diberi label tidak nyeri dan akhir angka
sangat nyeri. Pasien akan memilih kriteria nyeri yang sesuai dengan
intensitas nyeri yang meraka rasakan. Sedangkan metode VAS berisi
garis horizontal atau vertikal sepanjang 10 cm dengan label pada awal 25
garis tidak nyeri dan pada akhir garis sangat nyeri. Pasien akan memberi
tanda pada garis tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan.

Panjangnya jarak dari awal garis sampai tanda yang diberikan oleh pasien
merupakan indeks derajat nyeri. 25

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. VISUAL ANALOG SCALE (VAS)
2.1.5 PENATALAKSANAAN
Penanganan dismenorea dapat dibagi dalam tiga bagian besar :
1. Farmakologis
Yaitu penanganan dismenorea dengan pemberian obat-obatan,
suplemen. Obat-obatan yang paling sering digunakan antara lain
Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAID) yang bekerja dengan
menghambat aktivitas enzim siklooksigenase sehingga produksi
dari prostaglandin berkurang. COX –II Inhibitor yang juga bekerja
selektif terhadap penghambatan biosintesis prostaglandin juga
dapat digunakan untuk menangani nyeri haid. Pemakaian
kontrasepsi hormonal dilaporkan juga dapat mengurangi nyeri
haid. Pemberian Vitamin B1, Magnesium, Zink, Vitamin E, juga
menunjukkan efek yang dapat mengurangi nyeri haid.3, 23, 24
2. Non-Farmakologis

Penanganan non farmakologi yang dapat digunakan pada wanita
yang

menderita

dismenorea

antara

lain

:

TENS

Universitas Sumatera Utara

(TranscutaneousElectrical

Nerve


Stimulation),

Akupunktur,

pemakaian herbal, relaksasi, terapi panas, senam. 23, 25,26
3. Pembedahan
Terapi pembedahan pada penderita dismenorea merupakan
pilihan terakhir jika dengan terapi farmakologis dan nonfarmakologis tidak berhasil sehingga diperlukannya tindakan
pembedahan dalam menangani dismenorea. Terapi pembedahan
yang dapat dilakukan antara lain : laparoskopi (Laparoscopic
Uterine Nerve Ablation), histerektomi, presakral neurektomi.3, 23, 24

2.2 Nyeri
2.2.1 Definisi dan Jenis Nyeri
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan,
yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan actual maupun potensial,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri merupakan
suatu pengalaman yang pribadi dan bersifat subjektif. Nyeri dapat

digolongkan dalam berbagai cara, yaitu :29
1. Menurut Jenisnya : nyeri nosiseptik, nyeri neurogenik, dan nyeri
psikogenik.
2. Menurut timbulnya nyeri : nyeri akut dan nyeri kronis.
3. Menurut penyebabnya : nyeri onkologik dan nyeri non onkologik.
4. Menurut derajat nyerinya : nyeri ringan, sedang dan berat.30,31

Universitas Sumatera Utara

Menurut timbulnya nyeri, nyeri dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronik.32
a. Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
bervariasi dari berat sampai ringan. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri
tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang
rusak. Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat
agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Misalnya nyeri pasca bedah.32
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi,
dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan
oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau
karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai
kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri
akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode
remisi(gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi
(keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang

diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini

merupakan penyebab utama ketidak mampuan fisik dan psikologis. Sifat
nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi
dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang
mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia

Universitas Sumatera Utara

tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari. Misalnya
nyeri post-herpetic, nyeri phantom atau nyeri karena kanker.32
Tabel 2.1. Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik32,33,34
Nyeri akut
-

Nyeri kronik

Lamanya dalam hitungan

-

menit

bulan

-

Sensasi tajam menusuk

-

Dibawa oleh serat A-delta

-

Ditandai

-

peningkatan BP,

nadi, dan respirasi
-

Kausanya

Lamannya sampai hitungan

spesifik,

Sensasi terbakar, tumpul,
pegal

-

Dibawa oleh serat C

-

Fungsi

fisiologi

bersifat

normal

dapat

diidentifikasi secara biologis
-

Respon pasien:Fokus pada
nyeri,

menangis

Tingkah

-

-

jelas

Tidak ada keluhan nyeri,

-

Tidak

Respon terhadap analgesik

sebagai

: meredakan nyeri secara

nyeri

efektif

mungkin

depresi dan kelelahan

laku menggosok

bagian yang nyeri

Kausanya

mungkin tidak

dan

mengerang, cemas
-

-

-

ada

aktifitas

respon

fisik

terhadap

Respon terhadap analgesik
: sering kurang meredakan
nyeri

Universitas Sumatera Utara

Menurut derajat nyerinya, nyeri dibagi tiga :
Berdasarkan derajat nyerinya diklasifikasikan menjadi 3 kriteria, yaitu :32
1. Nyeri ringan : adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu
melakukan aktifitas sehari-hari dan hilang pada waktu tidur.
2. Nyeri sedang : adalah nyeri yang terus menerus, aktifitas
terganggu, yang hanya hilang jika penderita tidur.
3. Nyeri berat : adalah nyeri yang berlangsung terus menerus
sepanjang hari, penderita tak dapat tidur atau sering terjaga oleh
gangguan nyeri sewaktu tidur.

2.2.2 Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. 32
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.32
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

Universitas Sumatera Utara

a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30
m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat
hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5
m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi32
Tabel2.2. Tipe Serabut Saraf32
Tipe

Fungsi

Serabut

Diameter

Kecepatan

(µm)

(m/detik)

Saraf


Propiosepsi, motorik somatic

12-20

70-120



Raba, tekan

5-12

30-70



Motorik,serabut otot

3-6

15-30



Nyeri, suhu, raba

2-5

12-30

B

Otonom preganglion