Pemertahanan Bahasa Melayu Di Kota Tanjung balai Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitinan
Dalam penelitian ini digunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan
teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan teoretis yang digunakan adalah
pendekatan sosiolinguistik, sedangkan pendekatan metodologi yang digunakan adalah
pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan sosiolinguistik untuk
mengkaji bahasa secara teoritis sehingga hasil-hasil dari penelitian ini ilmiah.
Pendekatan sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam penggunaannya pada
masyarakat sosial, dengan tujuan untuk meneliti konvensi pemakaian bahasa yang
berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial masyarakat yang ada di
Kota Tanjungbalai. Adapun pendekatan yang kedua adalah pendekatan deskriftif
kuantitatif dan kualitatif

adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami

fenomena kebahasaan yang ditemukan dalam penelitian, pendekatan ini dilakukan agar
data yang terkumpul dapat diukur dan dideskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
dan tabel jika memang dibutuhkan.
Penelitian kuantitatif sifatnya deskriptif karena hasil penelitian berupa deskripsi
dari gejala-gejala yang diamati (Subana, 2001:17). Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan dengan pendekatan sosiolinguistik
dengan teknik pengumpulan data melalui kueisoner, untuk menjawab rumusan masalah
kesatu sedangkan untuk metode kualitatif dengan teknik pemgumpulan data
pengamatan langsung (participan observation), merekam dan wawancara untuk

menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga.

Instrumen yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

pengumpulan data adalah berupa kuesioner, daftar tanyaan yang di susun sesuai tujuan
penelitian, alat rekam, camera, buku catatan.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat peneliti untuk mengambil data penelitian yang
diteliti, setelah data tersebut terkumpul maka kemudian dianalisis. Lokasi atau daerah
tempat penelitian ini yaitu di daerah Kota Tanjungbalai. Secara geografis Kota
Tanjungbalai

merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur


Sumatera Utara. Kota Tanjungbalai menempati area seluas 6.052 Ha yang terdiri dari 6
Kecamatan dan 31 Kelurahan Definitif.
Pada gambar 1 tampak jelas Keenam kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai
adapun keenam kecamatan tersebut adalah Kecamatan Datuk Bandar, Datuk Bandar
Timur, Tanjungbalai Selatan, Tanjungbalai Utara, Sei Tualang Raso, dan Teluk Nibung.
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Datuk Bandar dengan luas wilayah 2.249 Ha atau
sekitar 37,16 % dari luas Kota Tanjungbalai. Kecamatan terkecil adalah Kecamatan
Tanjungbalai Utara dengan luas 84 Ha atau sekitar 1,39 % dari luas Kota Tanjungbalai.
Dalam penelitian ini lokasi penelitian dibatasi pada tiga kecamatan, yakni (1)
Kecamatan Datuk Bandar Timur, di Kelurahan Sei Mulajadi, (2) Kecamatan
Tanjungbalai Selatan, di Kelurahan Pantai Burung, dan (3) Kecamatan Teluk Nibung, di
Kelurahan Kapias Pulau Buaya. Ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah yang
dipilih secara acak dan dianggap mewakili sampel. Alasan memilih daerah tersebut
dikarenakan daerah tersebut dihuni oleh mayoritas masyarakat Melayu asli Kota
Tanjungbalai sehingga mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data yang di
butuhkan.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1

Universitas Sumatera Utara

3.3 Data dan Sumber Data
Dalam sebuah penelitian data dan sumberdata merupakan hal yang sangat
penting di pertimbangkan sebab jika data yang di himpun adalah data yang tidak palid
maka hasil penelitian nya akan dinyatakan gagal begitu juga jika sumber data yang
dipilih salah akan menghasilkan data yang salah pula.
3.3.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil kuesioner yang
telah disebarkan kepada responden yang kemudian data tersebut akan di klasifikasikan
sesuai kebutuhan penelitian untuk di analisis dan diambil kesimpulan dalam bentuk
rincian persentase, kemudian data berikutnya berupa rekaman yang diambil dari hasil
observasi, hasil rekaman ini akan di sajikan dalam bentuk percakapan pada setiap ranah
yang telah ditentukan sebelumnya.
3.3.2 Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari Responden dan
pengamatan langsung pada masyarakat bahasa yang diteliti. Dalam pengumpulan data
ada interaksi langung dengan responden atau masyarakat yang diteliti. Beberapa

pertanyaan sudah dipersiapkan untuk mendapatkan data yang peneliti inginkan yaitu
berupa kuesioner dan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan jika sewaktu-waktu
diperlukan, adapun isi dari kuisoner yang disebarkan oleh peneliti sudah disusun dengan
baik dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Untuk langkah awal agar daftar tanya yang telah peneliti susun mudah di
mengerti oleh responden maka peneliti melakukan ujicoba kepada responden yang telah
peneliti lakukan sebagai penelitian awal untuk mengetahui apakah daftar pertanyaan

Universitas Sumatera Utara

atau kuesioner yang nantinya peneliti sebarkan mudah dimengerti oleh responden agar
responden tidak kesulitan dalam menjawab sehingga data yang di inginkan peneliti
dapat terkumpul dengan mudah untuk diolah dan dianalisis.
Sumber data dibedakan atas (a) sumber data primer yakni responden yang
disurvei

dengan

menggunakan


kuesioner

dan

masyarakat

setempat

dengan

menggunakan alat rekam maka fenomena kebahasaan yang ada pada masyarakat Kota
Tanjungbalai lebih mudah dianalisis dan bila perlu sesekali diwawancarai apabila
diperlukan untuk melengkapi data (b) sumber data sekunder yakni data yang diperoleh
dari dokumen seperti laporan-laporan, disertasi, buku-buku, jurnal, teks yang relevan
serta dapat menunjang penelitian ini.

3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Nawawi (1992: 69), dalam pengumpulan data diperlukan alat
(instrumen) yang tepat agar data yang berhubungan dengan masalah dan tujuan
penelitian dapat dikumpulkan secara tepat.

Dalam penelitian ini, instrumennya adalah kuesioner yaitu sejumlah daftar
pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, Selain kueisoner yang peneliti
sebarkan kepada responden hal-hal penting yang menunjang kelancaran penelitian yang
digunakan sebagai instrumen penelitian seperti alat perekam yang digunakan untuk
merekam informasi dan pendapat informan yang berkaitan dengan masalah penelitian
pemertahanan bahasa Melayu Tanjungbalai di Kota Tanjungbalai, serta camera
digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan penting yang berkenaan

Universitas Sumatera Utara

dengan masalah penelitian serta buku catatan bila mana sewaktu-waktu perlu untuk
dicatat.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan demi
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode Survei. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) (Sugiono, 2013:6).
Untuk menjaga kealamiahan data yang diperoleh maka penelitian mengumpulkan data
yang dibutuhkan melalui teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yang terdiri
dari dua teknik, kemudian jika data sudah terkumpul maka di analisis secara deskriftif

kuantitaif dan kualitatif, adapun dua teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut:
3.5.1 Kuesioner
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif, kueisoner
merupakan salah-satu alat yang penting untuk pengambilan data, oleh karena itu peneliti
harus mampu membuat kueisoner dengan baik (Sarwono, 2006:28) agar responden
mudah mengerti dan tidak salah menjawab saat dalam mengumpulan data. Kuesioner
adalah instrumen pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaanpertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti
(Mardalis, 2008: 66).
Dalam Penelitian ini kueisoner merupakan instrumen metode survey kuesioner
disebarkan sesuai kebutuhan peneliti, hasil dari kuesioner yang disebarkan tersebut
dianalisis dengan pendekatan metodologi deskriftif kuantitatif untuk menjawab rumusan

Universitas Sumatera Utara

masalah kesatu pada penelitian ini yaitu apakah bahasa Melayu masih bertahan atau
tidak pada masyarakat Melayu di Kota Tanjungbalai.
Kuesioner atau daftar pertanyaannya terlebih dahulu sudah dipersiapkan
sebelum mengadakan penelitian dan disusun secara terstruktur dengan bentuk
pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open

question). Adapun daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden atau yang disebut

kuesioner sebagai berikut (Terlampir).
3.5.2 Observasi
Nawawi (1995: 94) mengatakan metode observasi adalah cara pengumpulan
data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat gejala-gejala yang tampak pada
objek penelitian yang pelaksananya langsung pada tempat suatu peristiwa, Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendengarkan, merekam serta
bercakap-cakap disertai dengan mencatat.
Peneliti berperan sebagai peneliti dan peserta tutur. Dalam kedua peran itu
peneliti berusaha menempatkan posisi utamanya sebagai peneliti yang sedang
melakukan proses pengumpulan data. Peran sebagai peserta tutur dilakukan peneliti
untuk menghindari kecurigaan informan terhadap peneliti sehingga dapat terjadi
kewajaran dalam peristiwa tutur yang alami. peneliti langsung terjun ke lokasi
penelitian untuk mengamati fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan upaya-upaya
pemertahanan bahasa serta faktor penunjang dan penghambat pemertahanan bahasa
Melayu Tanjungbalai yang direkam secara audio visual dan juga melakukan pencatatan
atas fenomena tersebut dan peneliti melakukan wawancara apabila sewaktu-waktu
diperlukan untuk mengumpulkan data yang kurang lengkap.


Universitas Sumatera Utara

Koentjaraningrat (1997: 162) mengatakan wawancara dalam suatu penelitian
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia serta
pendiriannya dalam suatu masyarakat yang sekaligus merupakan pembantu utama
metode observasi. Dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa wawancara adalah
suatu proses tanya jawab antara peneliti dan subjek penelitian dan merupakan salah-satu
cara untuk menggali informasi demi mendapatkan data yang dibutuhkan untuk
melengkapi data yang dianggap masih kurang lengkap.
Hasil dari observasi ini adalah berupa rekaman dan catatan fenomena
kebahasaan yang terjadi pada masyarakan sesuai dengan ranah atau domain yang telah
ditentukan oleh peneliti dianalisis dengan pendekatan metodologi kualitatif untuk
menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga pada penelitian ini yaitu pada ranah apa
saja bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai digunakan dan faktor – faktor apakah yang
menunjang dan menghambat upaya-upaya pemertahanan bahasa Melayu di Kota
Tanjungbalai.

3.6 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penutur asli bahasa Melayu
Tanjungbalai yang bertempat tinggal di Kota Tanjungbalai dan hanya beberapa di

antara mereka yang diambil sebagai sampel penelitian dengan mempertimbangkan usia,
status keluarga, mobilitas responden, jenis kelamin, pendidikan, tempat lahir, pekerjaan,
identitas responden, status suku dan lama tinggal responden di Kota Tanjungbalai.
Populasi penelitian ini difokuskan di tiga desa pada tiga kecamatan sebagai
tempat penelitian yang terdiri dari (1) Kecamatan Datuk Bandar Timur, di Kelurahan

Universitas Sumatera Utara

Sei Mulajadi, (2) Kecamatan Tanjungbalai Selatan, di Kelurahan Pantai Burung, dan (3)
Kecamatan Teluk Nibung, di Kelurahan Kapias Pulau Buaya. Ketiga kecamatan
tersebut merupakan daerah yang dipilih secara acak dan dianggap mewakili sampel,
alasan memilih daerah tersebut dikarenakan daerah tersebut dihuni oleh mayoritas
masyarakat Melayu asli Kota Tanjungbalai.
Adapun populasinya diambil sebanyak 99 dari populasi tersebut peneliti
mengambil semua populasi menjadi sampel yang di sebut sebagai total sampling, total
sampling atau sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang apabila semua
anggota populasi dijadikan sampel (Sugiono, 2013:85), ini dikarenakan seluruh total
sampling dianggap mampu menjawab rumusan masalah penelitian.
Ada dua jenis pengelompokan sampel yang digunakan untuk menjawab rumusan
masalah satu yaitu yang pertama dikelompokkan sesuai umur sedangkan kedua

dikelompokkan sesuai ranah atau domain yang telah ditetapkan dalam penelitian ini,
responden dibagi menjadi tiga kelompok sesuai umur yaitu kelompok muda, kelompok
dewasa dan kelompok orang tua. Umur 15 – 20 tahun dikelompokkan sebagai kelompok
muda atau remaja sebanyak 30 orang, umur 21 – 40 tahun dikelompokkan sebagai
kelompok dewasa Sebanyak 35 orang, umur 41 – 80 tahun dikelompokkan sebagai
kelompok orang tua sebanyak 34 orang. Hasil dari sampel ini dianalisis dengan
menggunakan metodologi deskriftif kuantitatif.
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua dank ketiga maka peneliti
menggunakan masyarakat penutur asli bahasa Melayu Tanjungbalai yang bertempat
tinggal di Kota Tanjungbalai direkam dalam bentuk rekaman audio visual, dan catatan
saat berkomunikasi yang dikelompokkan menjadi enam domain atau ranah yaitu ranah

Universitas Sumatera Utara

keluarga, ranah tetangga, ranah transaksi, ranah peribadatan, ranah pekerjaan, dan ranah
sekolah. hasil sampel ini dianalisis dengan menggunakan metodologi kualitatif.

3.7 Variabel dan Fokus Penelitian
Vaiabel dan Fokus yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah
sosiolinguistik dengan indikator sebagai berikut :
a. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa adalah kebiasaan berkomunikasi seorang penutur dalam
peristiwa bahasa yang berhubungan dengan peran yaitu status hak dan kewajiban
seseorang dalam lembaga sosial budaya bermasyarakat, hubungan peran ini seperti
status yang sudah menikah dan yang belum menikah akan berbeda perannya di dalam
masyarakat kemudian tempat yaitu yang berhubungan dengan lokasi sebuah peristiwa
bahasa atau dimana komunikasi itu terjadi, dalam penelitian ini tempat atau lokasi
peristiwa bahasa yang digunakan yaitu di dalam rumah dan diluar rumah dan, peristiwa
bahasa merupakan bentuk suatu keberlangsungan komunikasi terjadi dalam penelitian

ini menggunakan peristiwa bahasa yaitu bercengkrama dan bercakap-cakap.
b.

Identitas sosial
Identitas sosial berhubungan dengan

usia, tempat lahir, jenis kelamin, dan

pendidikan responden ini juga perlu diperhatikan sebab untuk mendapatkan data yang
akurat maka identitas sosial juga harus di perhatikan secara seksama.
c. Ranah Penggunaan Bahasa
Ranah merupakan sesuatu yang berhubungan dengan ragam bahasa tertentu,
biasanya dalam ranah tertentu ada perubahan bahasa tertentu pula khusunya pada

Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang heterogen. Adapun ranah dalam penelitian ini dibagi menjadi enam
ranah antara lain adalah ranah keluarga, ranah tetangga, ranah transaksi, ranah
peribadatan, ranah pekerjaan dan ranah sekolah.

3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah merupakan salah satu yang perlu di perhatikan dalam
sebuah penelitian sebab analisis data merupakan cara terakhir untuk menyimpulkan
sebuah penelitian, jika cara menganalisisnya salah maka hasil dari sebuah penelitian
akan gagal. Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah
dengan menghitung persentasi mengikuti pola perhitungan Muhajjir (dalam Damanik,
2009:15) yaitu perhitungan yang didasarkan pada jumlah jawaban yang masuk.
Moleong (2001: 103-104) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.
Selanjutnya data dari yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk
uraian deskriptif Kuantitatif yang dalam pemaparannya didukung oleh tabel data dan
angka-angka. Proses analisis data dalam penelitian ini diawali dengan menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni hasil data kuisoner, dan hasil observasi.
dengan cara deskriptif kuantitatif, data dan informasi yang diperoleh dari lapangan yang
sesuai dengan masalah penelitian, diseleksi kemudian dideskripsikan secara kuantitatif.
Data berupa kuisoner dan di kelompokkan dan dipilah sesuai jawaban yang ada
dalam data kemudian di susun dalam sebuah tabel setelah diambil kesimpulan dari
setiap kelompok data yang telah terkumpul. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan
beberapa proses analisis data dengan tahapan sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

1) Identifikasi data. Pada tahap ini penulis mengidentifikasi data sesuai dengan
jenisnya.
2) Klasifikasi data. Pada tahap ini penulis mengklasifikasi data yang diperoleh
dari responden.
3) Analisis data dan melakukan penghitungan untuk diambil kesimpulan ratarata. Pada tahap ini penulis menganalisis data yang sudah diidentifikasi dan
yang sudah diklasifikasi sesuai dengan jenis data. Interpretasi pada tahap ini,
dilakukan guna menjawab rumusan masalah yang ada pada penelitian ini.
Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan
kebutuhan untuk menjawab tiga rumusan masalah yang ada pada bab I penelitian ini, di
atas sudah dijelaskan bahwa untuk menjawab rumusan masalah kesatu menggunakan
metode penelitian kuantitatif, adapun intrumen yang digunakan untuk menghimpun data
yaitu dengan menggunakan kuesioner yang mana dalam kuesioner tersebut sudah di
sesuaikan dengan teori yang di kemukakan oleh Fisman yaitu dengan menggunakan
teori ranah, untuk mengetahui bertahan nya sebuah bahasa atau tidak maka dalam
penelitian ini dibagi menjadi enam ranah, hasil kuesioner yang telah disesuaikan
menurut teori Fisman akan di analisi dan menghasilkan jawaban yang berbentuk
persentase, untuk mengetahui persentase dari setiap ranah dari hasil kuesioner yang
disebar maka digunakan Rumus yang di kemukakan oleh Sudjana (2001-129)

Keterangan:
P : Persentase

Universitas Sumatera Utara

f : Jumlah Responden
n : Jumlah Responden Seluruhnya
Seluruh hasil data disajikan dengan berbentuk tabel agar mudah dianalisis,
maka untuk tafsiran datanya digunakan padoman penafsiran data dengan perincian
sebagai berikut pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Hubungan Antara Nilai Persentase dengan Tafsiran
Persentase

Tafsiran

0%

Tidak Satupun Responden

1-26%

Sebagian Kecil Responden

27-49%

Hampir Setengah Responden

50%

Setengahnya

51-75%

Sebagian Besar

76-99%

hampir Seluruhnya

100%

Seluruhnya
Sumber : Arikunto dalam (Minarso, 2007: 17).

Untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga maka digunakanlah metode
kualitatif dengan melakukan observasi langsung kepada masyarakat tutur yaitu dengan
merekam, mencatat, serta mengamati masyarakat yang diteliti saat berbincang-bincang
dan tidak menutup kemungkinan melakukan wawancara untuk melengkapi data yang
dibutuhkan.Hasil rekaman, catatan dan pengamatan akan dianalisi sesuai hasil data
kuesioner sehingga data yang telah di kumpulkan dari awal menjadi singkron.

Universitas Sumatera Utara

3.9 Teknik Penyajian Hasil
Tahap akhir dari seluruh proses penelitian ini adalah penyajian hasil analisis
data. Penyajian hasil penelitian tentang pemertahanan bahasa Melayu di Kota
Tanjungbalai, dilakukan secara informal (naratif) yaitu berupa uraian, kata-kata, kalimat
dan secara formal yaitu penjelasan dalam bentuk tabel, dan angka-angka yang
dituangkan dalam lima bab.

Universitas Sumatera Utara

3.11

Kerangka Kerja Penelitian
Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

Gejala Internal
Bahasa

Gejala Eksternal
Bahasa

Unsur Budaya
Sosial
Budaya lokal
Gejala sosial

Bahasa

PEMERTAHANAN BAHASA MELAYU DI KOTA TANJUNGBALAI

Metode Kuantitatif, Metode Kualitatif
(Kuesioner, Merekam,Catat, Wawancara)

Data

Analisis Teori Domain/Ranah Oleh Fishman dan Platt

TEMUAN

Universitas Sumatera Utara

Kerangka kerja di atas menjelaskan bahwa sosiolinguistik terbentuk atas dua
gejala yaitu gejala linguistik dan gejala sosial, salah satu gejala linguistik yang ada di
dunia sosial adalah masalah pemertahanan bahasa seperti yang terjadi pada masyarakat
Melayu di Kota Tanjungbalai, untuk mengetahui permasalahan kebahasaan yang terjadi
di Kota Tanjungbalai maka digunakan dua metode penelitian yaitu metode kuantitatif
dan kualitatif, dalam pengunpulan data kedua metode penelitian tersebut menggunakan
metode survey dan metode obserpasi sehingga menggunakan Kuesioner, alat rekam,
buku catatat dan wawanca untuk mengunpulkan data di lapangan. Data yang telah
terhimpun kemudian di analisi dengan menggunakan teori domain oleh fisman dan Palat
setelah dianalisis maka akan menghasilkan temuan sehingga masalah pemertahanan
bahasa di Kota Tanjungbalai dapat di ketahui.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Pengantar
Penelitian ini merupakan pemaparan mengenai pemertahanan bahasa Melayu di
Kota Tanjungbalai. Pemaparan pertama diawali dengan mendeskripsikan kondisi
pemertahanan bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai, dalam hal ini identitas responden
pengguna bahasa Melayu menurut kelompok umur, penggunaan bahasa berdasarkan
domain atau ranah, hubungan peran dan peristiwa bahasa, sikap bahasa, pemilihan
bahasa menjadi bahasan dalam kajian ini. pemaparan kedua dilanjutkan dengan faktor
yang menunjang dan menghambat pemertahanan bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai.

4.2 Identitas responden
Identitas sosial yang ada pada responden tidak terlepas menjadi pertimbangan
dalam penelitian ini, adapun data tentang identitas sosial responden mencakup jenis
kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan agama. Pada bab sebelumnya peneliti sudah
menjelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan 99 responden yang di
klasifikasikan dalam bentuk tabel menjadi tiga kelompok yaitu, kelompok remaja (1220 tahun), kelompok dewasa (21-40 Tahun), dan kelompok orang tua (41-80 tahun),
seluruh hasil data disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan penilaian sesuai pedoman
tafsiran yang di gunakan dengan perincian sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1 Persentse Dan Tafsiran
Persentase

Tafsiran

0%

Tidak Satupun Responden

1-26%

Sebagian Kecil Responden

27-49%

Hampir Setengah Responden

50%

Setengahnya

51-75%

Sebagian Besar

76-99%

Hampir Seluruhnya

100%

Seluruhnya
Arikunto dalam (Minarso, 2007: 17).

4.2.1 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil data kuesioner yang telah disebar kepada responden maka
diperolehlah data mengenai rincian identitas responden berdasarkan jenis kelamin yang
telah di sajikan dalam bentuk tabel pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Remaja
No
1

Jenis kelamin berdasarkan
kelompok
Kelompok remaja
Laki-laki
Perempuan

Frekuensi (f)

Persentase (%)

15
15

50%
50%

Universitas Sumatera Utara

Table 4.2 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan
jenis kelamin responden pada kelompok remaja, ternyata frekuensi responden jenis
kelamin perempuan dengan responden jenis kelamin laki-laki tidak memiliki perbedaan
yaitu responden jenis kelamin laki-laki dan responden jenis kelamin perempuan yaitu
seimbang.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Dewasa
No
1

Jenis kelamin berdasarkan
kelompok
Kelompok dewasa
Laki-laki
Perempuan

Frekuensi (f)

Persentase (%)

15
20

42,85%
57,14%

Tabel 4.3 di atas merupakan penjelasan mengenai distribusi frekuensi sosial
responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok dewasa, ternyata frekuensi
responden jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada kelompok dewasa yang lebih
banyak adalah responden jenis kelamin perempuan di banding responden jenis kelamin
laki-laki selisih perbedaan nya yaitu 5 responden jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibanding responden jenis kelamin laki-laki pada kelompok dewasa. Maka dapat
disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok dewasa sebagian
besar adalah berjenis kelamin perempuan dan persentase responden penelitian hampir
setengahnya adalah berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Orang Tua
No
1

Jenis kelamin berdasarkan
kelompok
Kelompok orang tua
Laki-laki
Perempuan

Frekuensi (f)

Persentase (%)

18
16

52,94%
47,05%

Universitas Sumatera Utara

Table 4.4 di atas menjelaskan tentang distribusi frekuensi sosial responden jenis
kelamin pada kelompok orang tua, ternyata frekuensi responden yang ada pada
kelompok orang tua sama dengan frekuensi responden yang ada pada kelompok remaja
yaitu responden berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dibanding responden
berjenis kelamin perempuan yang selisihnya adalah 2 responden. Pada kelompok ini
persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki kembali sedikit lebih banyak
dibanding persentase responden yang berjenis kelamin perempuan. Maka dapat
disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok orang tua sebagian
besar adalah berjenis kelamin laki-laki dan persentase responden penelitian hampir
setengahnya adalah berjenis kelamin perempuan.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada seluruh Responden
Penelitian
No
1

Jenis kelamin berdasarkan
kelompok
Total seluruh responden
Laki-laki
Perempuan

Frekuensi (f)

Persentase (%)

51
48

51,51%
48,48%

Tabel 4.5 di atas menjelaskan tentang distribusi frekuensi berdasarkan jenis
kelamin pada seluruh responden penelitian, Keseluruhan total responden yang terdiri
dari kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua ternyata frekuensi
responden jenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dibanding responden jenis
kelamin perempuan yaitu selisih 3 orang responden. Dari total keseluruhan persentase
responden dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden
penelitian pada seluruh responden sebahagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki

Universitas Sumatera Utara

dan persentase responden penelitian hampir setengahnya adalah berjenis kelamin
perempuan.

4.2.2 Agama
Berdasarkan kuesioner yang telah disebar kepada responden diperoleh data
mengenai identitas persentase responden menurut agama yang telah di sajikan dalam
bentuk tabel pada table di bawah ini.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Remaja
No
1

Jenis Responden Berdasarkan
Agama
Kelompok remaja
Islam
Kristen
Hindu
Budha

Frekuensi (f)

Persentase (%)

30
-

100%
0%
0%
0%

Table 4.6 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan
Agama pada kelompok remaja, ternyata frekuensi jenis agama yang di anut oleh
kelompok remaja adalah seluruhnya Islam, Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase
agama pada kelompok remaja seluruhnya beragama Islam.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Dewasa
No
1

Jenis Responden Berdasarkan
Agama
Kelompok dewasa
Islam
Kristen
Hindu
Budha

Frekuensi (f)

Persentase (%)

35
-

100%
0%
0%
0%

Universitas Sumatera Utara

Table 4.7 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan
Agama pada kelompok dewasa, ternyata pada kelompok dewasa jenis agama yang di
anut oleh seluruh responden adalah beragama Islam. Agama islam memang identik
dengan masyarakat Melayu dan agama Islam merupakan salah satu identitas Melayu
sehingga tidak heran jika agama Islam menjadi agama mayoritas responden pada
penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa persentase agama pada kelompok dewasa
seluruhnya agama Islam.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Orang Tua
No
1

Jenis Responden Berdasarkan
Agama
Kelompok orang tua
Islam
Kristen
Hindu
Budha

Frekuensi (f)

Persentase (%)

34
-

100%
0%
0%
0%

Table 4.8 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan
Agama pada kelompok orang tua, ternyata pada kelompok orang tua frekuensi
responden yang memeluk agama Islam adalah seluruh nya. Maka dapat disimpulkan
bahwa persentase responden penelitian pada kelompok orang tua seluruhnya beragama
Islam, sedangkan agama yang lain tidak ada.
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Seluruh Responden.
No
1

Jenis Responden Berdasarkan
Agama
Total seluruh responden
Islam
Kristen
Hindu
Budha

Frekuensi (f)

Persentase (%)

99
-

100%
0%
0%
0%

Universitas Sumatera Utara

Pada tabel 4.9 merupakan pemaparan mengenai distribusi frekuensi responden
berdasarkan agama pada seluruh responden penelitian ini. Ternyata dari keseluruhan
total responden yang terdiri dari kelompok remaja, kelmpok dewasa dan kelompok
orang tua terdapat persentase Agama Islam 100% ini membuktikan bahwa agama Islam
merupakan agama yang di peluk seluruh masyarakat Melayu. Agama Islam memang
identik dengan masyarakat Melayu dan agama Islam merupakan salah satu syarat untuk
menjadi orang Melayu. dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada
seluruh responden seluruhnya beragama Islam
4.2.3 Pendidikan
Berangkat dari hasil kuesioner yang telah disebar kepada responden diketahui
bahwa indentitas sosial responden menurut pendidikan responden terdiri dari beberapa
level pendidikan.

Tampak pada tabel di bawah ini telah di sajikan menjadi tiga

kelompok yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan pada Kelompok Remaja
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok remaja
SD
SMP
SMA/Sederajat
PT

Frekuensi (f)

Persentase (%)

2
5
22
1

6,66%
16,66%
73,33%
3,33%

Table 4.10 di atas menunjukkan distribusi frekuensi sosisal responden
berdasarkan jenis pendidikan pada kelompok remaja, ternyata pada kelompok remaja
frekuensi responden yang berpendidikan SMA/sederajat lebih mendominasi di banding

Universitas Sumatera Utara

dengan jenis pendidikan yang lain ini di kerenakan responden pada kelompok remaja
pada umum nya berumur 17-20 tahun yang notabenenya masih duduk di bangku
SMA/sederajat, ada juga responden pada kelompok remaja ini yang masih
berpendidikan SD dan SMP ini dikarenakan responden tersebut putus sekolah atau tidak
melanjutkan pendidikan sampai kejenjang SMA/sederjat. Pada kelompok remaja
persentase pendidikan SMA sederajat merupakan pendidikan yang mendominasi
sebanyak 73,33%. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada
kelompok remaja sebahagian besar adalah berpendidikan SMA sederajat.
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan Pada Kelompok Dewasa
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok dewasa
SD
SMP
SMA/Sederajat
PT

Frekuensi (f)

Persentase (%)

9
8
12
6

25,71%
22,85%
34,38%
17,14%

Table 4.11 di atas menunjukkan distribusi frekuensi sosisal responden
berdasarkan jenis pendidikan pada kelompok dewasa, ternyata pada kelompok dewasa
frekuensi jenis pendidikan SMA/sederajat masih tetap lebih mendominasi walupun
tidak sebanyak dominasi yang ada pada kelompok remaja, pada kelompok dewasa
ternyata frekuensi pendidikan SD merupakan jenis pendidikan yang juga mendominasi
setelah pendidikan SMA/sederajat ini membuktikan bahwa pada kelompok dewasa
terdapat responden yang putus sekolah dan hanya mengenyam pendidikan tamatan SD,
begitu juga dengan pendidikan SMP ternyata pada kelompok dewasa masih banyak
responden yang mengenyam pendidikan sampai jenjang SMP, sedangkan sisanya adalah

Universitas Sumatera Utara

tamatan atau sedang duduk di jenjang pendidikan PT. Maka dapat disimpulkan bahwa
persentase responden penelitian pada kelompok dewasa hampir setengah respondennya
adalah berpendidikan SMA sederajat.
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan Pada Kelompok Orang Tua
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok orang tua
SD
SMP
SMA/Sederajat
PT

Frekuensi (f)

Persentase (%)

8
7
15
4

23,52%
20,58%
44,11%
11,76%

Table 4.12 di atas menunjukkan distribusi frekuensi sosisal responden
berdasarkan jenis pendidikan pada kelompok orang tua, ternyata frekuensi pendidikan
pada kelompok orang tua masih didominasi jenis pendidikan SMA/sederajat, frekuensi
responden yang berpendidikan SMA/sederajat pada kelompok orang tua lebih besar di
banding dengan kelompok dewasa, kemudian pendidikan SD dan pendidikan SMP juga
menjadi pendidikan yang mendominasi di banding pendidikan PT. ini menunjukkan
bahwa pendidikan pada kelompok orang tua masih banyak yang tamatan SD dan SMP.
Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok orang
tua hampir setengahnya adalah berpendidikan SMA sederajat sedangkan sisanya adalah
responden yang berpendidikan SD, SPM dan PT.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan Pada Seluruh Responden
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Total seluruh responden
SD
SMP
SMA/Sederajat
PT

Frekuensi (f)

Persentase (%)

19
20
49
11

19,19%
20,20%
49,49%
11,11%

Tabel 4.13 di atas menunujkkan distribusi frekuensi sosial responden
berdasarkan pendidikan pada seluruh responden penelitian, ternyata dari keseluruhan
responden jenis pendidikan SMA/sederajat merupakan pendidikan yang mendominasi
yaitu sebanyak 49 responden. total seluruh responden persentase pendidikan di tingkat
SD 19,19%, persentase pendidikan di tingkat SMP 20,20%, persentase pendidikan di
tingkat SMA 49,49%, sedangkan persentase pendidikan di tingkat perguruan tinggi
11,11%. Dari hasil persentasi seluruh responden menunjukkan bahwa mayoritas
pendidikan responden adalah pada tingkatan SMA sebanyak 49,49%. Maka dapat
disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada seluruh responden hampir
setengah responden adalah berpendidikan SMA sederajat.
4.2.4 Pekerjaan
Dari hasil penyebaran kuesioner yang telah disebarkan kepada responden
diperoleh data mengenai identitas sosial responden menurut pekerjaan responden pada
tabel yang telah di kelompokkan dalan tiga kelompok yaitu kelompok remaja, kelompok
dewasa dan kelompok orang tua. Adapun hasil data yang telah disajikan dalam bentuk
tabel ada pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Kelompok Remaja
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok remaja
Pelajar
Nelayan
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
PNS

Frekuensi (f)

Persentase (%)

18
4
5
3
-

60%
13,33%
16,66%
10 %
0%

Table 4.14 di atas menjelaskan tentang frekuesi sosial responden berdasarkan
jenis pekerjaan pada kelompok remaja, pada kelompok remaja didominasi oleh
pekerjaan sebagai pelajar karena pada umum nya kelompok remaja ini masih duduk di
bangku SMA sedangkan selebihnya bekerja sebagai ibu rumah tangga, nelayan dan
wiraswasta, dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok
remaja sebahagian besar adalah bekerja sebagai pelajar yautu sebesar 60%.
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Kelompok Dewasa
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok dewasa
Pelajar
Nelayan
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
PNS

Frekuensi (f)

Persentase (%)

9
14
7
5

0%
25,71%
40%
20%
14,28%

Table 4.15 di atas menjelaskan tentang frekuensi sosial responden berdasarkan
jenis pekerjaan pada kelompok dewasa, pada kelompok ini pekerjaan yang paling
banyak di geluti adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14 responden sedangkan

Universitas Sumatera Utara

frekuensi pekerjaan yang paling banyak berikutnya adalah nelayan. Pada kelompok ini
persentase pekerjaan didominasi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 40% yang mana
merupakan responden berjenis kelamin perempuan sedangkan persentase pekerjaan
sebagai nelayan sebanyak 25,71% yang mana merupakan berjenis kelamin laki-laki,
sedangkan sisanya wiraswasta dan PNS terdiri dari kedua jenis kelamin.
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Kelompok Orang Tua
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok orang tua
Pelajar
Nelayan
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
PNS

Frekuensi (f)

Persentase (%)

11
6
10
7

0%
32,35%
17,64%
29,41%
20,58%

Table 4.16 di atas menjelaskan tentang frekuesi sosial responden berdasarkan
jenis pekerjaan pada kelompok orang tua, Pada kelompok responden orang tua ini
ternyata terjadi penyerataan pekerjaan, dari beberapa pilihan jenis kerja yang ada dalam
kuesioner ternyata hampir jenis pekerjaan di geluti oleh kelompok orang tua ini terbukti
dengan melihat tabel 4.15 di atas yaitu jenis pekerjaan nelayan tidak berbeda selisih
jauh dari pekerjaan wiraswasta kemudian jenis pekerjaan PNS tidak berbeda selisih jauh
pula dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga.
Terdapat 32,35% persentase pekerjaan sebagai nelayan, 17,64% persentase
pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga 29,41% persentase pekerjaan sebagai wiraswasta,
dan 20,58% persentase pekerjaan sebagai PNS Pada kelompok ini pekerjaan yang di
geluti oleh kelompok orang tua didominasi sebagai wiraswasta sebanyak 29,41%.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Seluruh Responden
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Total seluruh responden
Pelajar
Nelayan
Ibu Rumah Tangga
Wiraswasta
PNS

Frekuensi (f)

Persentase (%)

18
24
25
20
12

18,18%
24,24%
25,25%
20,20%
12,12%

Table 4.17 di atas menjelaskan tentang frekuesi sosial responden berdasarkan
jenis pekerjaan pada seluruh responden yang terdiri dari kelompok remaja, kelompok
dewasa dan kelompok orang tua, dari keseluruhan total responden ini terdapat 21,21%
persentase pekerjaan sebagai pelajar sedangkan persentase responden yang bekerja
sebagai nelayan 24,24%, persentase pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 22,22%,
persentase pekerjaan sebagai wiraswasta 20,20% dan persentase pekerjaan sebagai PNS
sebanyak 12,12%. Dari hasil persentase seluruh responden menunjukkan bahwa
mayoritas pekerjaan yang digeluti oleh seluruh responden adalah pekerjaan sebagai
nelayan dan ibu rumah tangga.
Dari 51 responden

yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 47,05% yang

bekerja sebagai nelayan dan yang lain nya bekerja sebagai pelajar, wirasawasta dan dari
48 responden yang berjenis kelamin perempuan terdapat 45,83% yang bekerja sebagai
ibu rumah tangga dan yang lainnya bekerja sebagai pelajar, wirasawasta, dan PNS.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Latar Belakang Kebahasaan
Kota Tanjungbalai merupakan Kota yang di huni oleh masyarakat yang multi
etnis, bahasa, suku dan budaya diantaranya adalah suku Batak toba, Melayu, tionghoa,
jawa, minangkabau, mandailing, aceh dan lain lain. Kondisi ini secara tidak langsung
menunjukkan bahwa di Kota Tanjugbalai terdiri dari beberapa bahasa seperti bahasa
Batak toba, bahasa mandailing, bahasa jawa, bahasa tionghoa, bahasa minang, bahasa
aceh dan lain-lain, namun dari banyak ragamnya bahasa yang ada di Kota Tanjungbalai
tersebut hanya pengguna bahasa Melayu Tanjungbalai saja yang diteliti dalam
penelitian ini.
Untuk mengetahui latar belakang kebahasaan responden maka disebarlah
kuesioner yang di dalam kuesioner tersebut berisi beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan latar belakang kebahasaan. Jawaban yang diberikan oleh
responden atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner mengenai latar
belakang kebahasaan ditabulasi kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama
berhubungan dengan pemerolehan bahasa pertama responden, kelompok kedua
berhubungan dengan kemampuan bahasa daerah (bahasa Melayu) responden, dan
kelompok yang ketiga berhubungan dengan bahasa daerah lain yang diketahui oleh
responden.
Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang berkaitan dalam tiga
kelompok tersebut ada pada pertanyaan nomor 13, 14, 15, dan 16 untuk kelompok
remaja dan pertanyaan 14, 15, 16, dan 17 untuk kelompok dewasa dan orang tua.

Universitas Sumatera Utara

4.3.1 Pemerolehan Bahasa Pertama Resonden
Untuk mengetahui pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok
remaja ada pada pertanyaan nomor 13 sedangkan kelompok dewasa dan orang tua ada
pada pertanyaan nomor 14 yang ada pada kuesioner yang telah disebar sebanyak 99
kuesioner yang terdiri atas 33 kelompok remaja, 33 kelompok dewasa, dan 33 kelompok
orang tua yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil dari kuesioner mengenai
jawaban pertanyaan yg diajukan kepada responden yang berhubungan dengan
pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok remaja, kelompok dewasa, dan
kelompok orang tua dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 4.18 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Kelompok Remaja
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok remaja
Bahasa daerah
Bahasa Indonesia

Frekuensi (f)

30
-

Persentase (%)

100%
0%

Table 4.18 di atas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada
kelompok remaja, ternyata pada kelompok remaja seluruhnya sudah menggunakan
bahasa Melayu sebagai bahasa pertama, ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok
remaja adalah keturunan orang Melayu yang masih menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa yang diajarkan oleh ayah dan ibunya kepada mereka saat mereka masih
keci.
Pada tabel 4.18 di atas tampak bahwa pada kelompok remaja persentase
pemerolehan bahasa daerah sebagai bahasa pertama adalah 100% dan persentase

Universitas Sumatera Utara

pemerolehan bahasa bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama adalah 0%. Pada
kelompok ini persentase pemerolehan bahasa daerah merupakan pemerolehan bahasa
yang mendominasi yaitu sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh
responden remaja memperoleh bahasa daerah sebagai bahasa pertama.
Tabel 4.19 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Kelompok Dewasa
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok dewasa
Bahasa daerah
Bahasa Indonesia

Frekuensi (f)

35
-

Persentase (%)

100%
0%

Table 4.19 di atas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada
kelompok dewasa, ternyata pada kelompok ini juga seluruhnya menggunakan bahasa
Melayu sebagai bahasa pertama, ini membuktikan bahwa pada kelompok dewasa di saat
masa kecil belajar bahasa Melayu yang diajarkan oleh Ayah, Ibu atau keluarganya.
Pemerolehan bahasa Melayu sejak kecil membuktikan bahwa kelompok dewasa
sudah hidup di lingkungan masyarakat dan keluarga orang Melayu, persentase
kelompok dewasa memperoleh bahasa daerah sebagai bahasa pertama sebanyak 100%,
Maka dapat disimpulkan bahwa seluruhnya responden dewasa memperoleh bahasa
daerah sebagai bahasa pertama.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.20 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Kelompok Orang Tua
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Kelompok orang tua
Bahasa daerah
Bahasa Indonesia

Frekuensi (f)

Persentase (%)

34
-

100%
0%

Table 4.20 di atas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada
kelompok orang tua, pada kelompok ini persentase pemerolehan bahasa daerah sebagai
bahasa pertama sebanyak

100% ini menunjukkan bahwa kelompok orang tua di

besarkan di lingkungan masyarakat dan keluarga Melayu sehingga kelompok orang tua
mendapatkan bahasa pertama yaitu bahasa Melayu sewaktu masih kecil dari keluarga
atau Ayah dan Ibunya.
Pada kelompok ini persentase pemerolehan bahasa pertama sebanyak 100% ini
dapat disimpulkan bahwa bahasa bahasa daerah merupakan bahasa yang seluruhnya
responden orang tua dapatkan sebagai bahasa pertama.
Tabel 4.21 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Seluruh Responden
No
1

Jenis Responden berdasarkan
kelompok
Total seluruh responden
Bahasa daerah
Bahasa Indonesia

Frekuensi (f)

Persentase (%)

99
0

100%
0%

Table 4.21 diatas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada
seluruh responden penelitian. Dari keseluruhan total responden, persentase pemerolehan
bahasa daerah merupakan bahasa pertama yang diperoleh oleh responden yaitu seberar

Universitas Sumatera Utara

100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh responden memperoleh bahasa daerah
sebagai bahasa pertama.
4.3.2 Kemampuan Bahasa Daerah Lain Responden
Pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang berkaitan dengan kemampuan
berbahasa daerah lain responden ada pada pertanyaan nomor 14 untuk kelompok remaja
dan pertanyaan nomor 15 untuk kelompok dewasa dan orang tua. Hasil kuesioner yang
telah disebarkan kepada responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.22 Kemampauan Berbahasa Daerah Lain Responden
No

1
2
3
4

Jenis Responden
berdasarkan kelompok
Kelompok remaja
Kelompok dewasa
Kelompok orang tua
Total seluruh responden

Kemampuan Berbahasa Daerah Lain
Bisa (%)

Tidak (%)

Sedikit (%)

0%
6,06%
21,21%
8,08%

100%
81,81%
60,06%
80,80%

0%
15,15%
18,18%
11,11%

Table 4.22 menunjukkan kemampuan berbahasa daerah responden berdasarkan
kelompok yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua, pada
kelompok remaja persentase kemampuan berbahasa daerah lain 100% tidak bisa,
sedangkan pada kelompok dewasa persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain
6,06% bisa, persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 81,81% tidak bisa, dan
persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 15,15% sedikit-sedikit, sedangkan
pada kelompok orang tua persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 21,21%
bisa, kemudian persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 60,60% tidak bisa,
dan persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 18,18% sedikit-sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Untuk total keseluruhan kemampuan responden barbahasa daerah lain persentase
kemampuan berbahasa daerah yang lain 8,08% bisa yaitu terdiri dari bahasa Batak Toba
dan bahasa Batak Mandailing, persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain
80,80% tidak bisa, dan persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 11,11%
sedikit-sedikit mampu berbahasa daerah lain yaitu bahasa Batak Toba dan bahasa Batak
Mandailing. Maka dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya responden tidak bisa
berbahasa daerah lain.
4.3.3 Kemampuan Bahasa Melayu Responden
Untuk mengetahui kemampuan bahasa Melayu responden dalam

kuesioner

sudah ada pertanyaan yang telah di jawab responden mengenai kemampuan berbahasa
Melayu responden pertanyaan terkait adalah pertanyaan nomor 12, 15, dan 16 untuk
remaja dan pertanyaan 13, 16 dan 17 untuk dewasa dan orang tua, maka diperolehlah
hasil kemampuan berbahasa Melayu responden yang telah disajikan pada table di bawah
ini.
Tabel 4.23 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Kelompok Remaja
No
1

Jenis Responden
berdasarkan kelompok
Kelompok remaja
Berbicara
Membaca
Menulis

Kemampuan Berbahasa Melayu
Bisa (%)
Tidak (%)
Sedikit (%)
100%
87,87%
87,87%

0%
0%
0%

0%
12,12%
12,12%

Table 4.23 di atas merupakan pemaparan dari kemampuan berbahasa Melayu
responden pada kelompok remaja, ternyata persentase kelompok remaja

dapat

Universitas Sumatera Utara

berbicara 100% bisa padahal sebenarnya kelompok remaja merupakan kelompok yang
memiliki pemertahanan yang sangat kecil dikarenakan kelompok remaja masih
dikontaminasi oleh bahasa nasional yang mereka dapatkan sehari-hari di sekolah, untuk
persentase mampu membaca bahasa daerah sebanyak 87,87% bisa dan 12,12% sedikitsedikit, ini menunjukkan bahwa sebenarnya lebih mudah melafalkan bahasa dari pada
membaca bahasa tertentu, selanjutnya untuk persentase menulis pada kelompok remaja
87,87% bisa dan 12,12% sedikit-sedikit persentase ini tidak berbeda dengan persentase
membaca bahasa daerah, hasil persentase pada kelompok remaja ini membuktikan
bahwa membaca dan menulis dengan bahasa daerah agak sedikit lebih sulit dibanding
berbicara dengan bahasa Melayu. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk kelompok
remaja seluruhnya bisa berbicara sedangkan untuk membaca dan menulis hampir
seluruh nya.
Tabel 4.24 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Kelompok Dewasa
No
1

Jenis Responden
berdasarkan kelompok
Kelompok dewasa
Berbicara
Membaca
Menulis

Kemampuan Berbahasa Melayu
Bisa (%)
Tidak (%)
Sedikit (%)
100%
57,57%
54,54%

0%
12,12%
6,06%

0%
30,30%
39,39%

Table 4.24 di atas merupakan pemaparan dari kemampuan berbahasa Melayu
responden pada kelompok dewasa, persentase yang dapat berbicara 100% bisa,
sedangkan untuk persentase bembaca 57,57% bisa, 12,12% tidak bisa, dan 30,30%
sedikit sedikit, persentase ini menunjukkan bahwa pada kelompok dewasa memiliki
kesulitan membaca dengan menggunakan bahasa Melayu, keadaan ini tidak separah

Universitas Sumatera Utara

yang terjadi pada kelompok remaja yang memiliki persentase 0% tidak bisa dan 12,12%
sedikit-sedikit. Untuk persentase yang pandai menulis 54,54% bisa, 6,06% tidak bisa
dan 39,39% sedikit-sedikit. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok dewasa
seluruhnya bisa berbahasa Melayu sedangkan untuk membaca dan menulis hanya
sebagian besar.
Tabel 4.25 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Kelompok Orang Tua
No
1

Jenis Responden
berdasarkan kelompok
Kelompok orang tua
Berbicara
Membaca
Menulis

Kemampuan Berbahasa Melayu
Bisa (%)
Tidak (%)
Sedikit (%)
100%
78,78%
72,72%

0%
3,03%
3,03%

0%
18,18%
24,24%

Table 4.25 di atas merupakan pemaparan dari kemampuan berbahasa Melayu
responden persentase pada kelompok orang tua yang dapat berbicara 100% bisa, Untuk
persentase membaca 78,78% bisa, 3,03% tidak bisa dan 18,18% sedikit-sedikit, pada
kelompok ini tampaknya jelas bahwa membaca cenderung lebih sulit dibanding
berbicara dengan menggunakan bahasa Melayu.
Untuk persentase menulis 72,72% bisa, 3,03% tidak bisa dan 24,24% sedikitsedikit. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok orang tua hampir seluruhnya
bisa berbicara dan membaca sedangkan untuk menulis hanya sebagian besar.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.26 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Seluruh Responden
No
1

Jenis Responden
berdasarkan kelompok
Total seluruh responden
Berbicara
Membaca
Menulis

Kemampuan Berbahasa Melayu
Bisa (%)
Tidak (%)
Sedikit (%)
100%
74,74%
71,71%

0%
5,05%
3,03%

0%
20,20%
25,25%

Table 4.26 di atas merupakan pemaparan dari kemampuan berbahasa Melayu
responden pada seluruh kelompok responden yang terdiri dari kelompok remaja,
kelompok dewasa dan kelompok orang tua. Jika dilihat dari total keseluruhan responden
maka persentase yang bisa berbicara sebanyak 100% bisa, untuk persentase mampu
membaca bahasa Melayu 74,74% bisa, 5,05% tidak bisa, dan 20,20% sedikit-sedikit ini
menunjukkan bahwa sebahagian responden memiliki kesulitan dalam membaca
menggunakan bahasa Melayu.
Selanjutnya persentase untuk menulis 71,71% bisa, 3,03% tidak bisa, dan
25,25% sedikit-sedikit. Pada tabel 4.25 dapat di ambil kesimpulan bahwa persentase
responden yang bisa berbicara seluruh nya pandai berbahasa Melayu, kemudian untuk
menulis dan membaca ada beberapa responden memiliki kesulitan menggunakan bahasa
Melayu saat membaca dan menulis.

4.4 Penggunaan Bahasa Menurut Kelompok Umur
Umur merupakan salah-satu faktor yang mempengaruhi seleuruh pemertahanan
bahasa termasuk bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai. Penggunaan bahasa pada

Universitas Sumatera Utara

kelompok umur pasti terjadi perbed