Analisis Pengaruh Penggunaan Biopestisida dan Pengelolaan Kebun terhadap Produksi Petani Kopi di Kabupaten Simalungun

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditi Kopi dan Aspek Ekonomisnya.

Kopi merupakan salah satu komponen industri pertanian yang penting di
Indonesia. Pada tahun 1986 sektor usaha tani Indonesia mempekerjakan
sedikitnya 8 juta orang, termasuk didalamnya 2 juta petani kopi rakyat. Kopi pun
merupakan sumber penghidupan bagi 1, 6 juta keluarga petani dan lebih kurang
70.000 keluarga karyawan yang bekerja di berbagai perkebunan kopi di Indonesia
(Spillane, 1991).
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari
Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara
senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$
9,740,453.00 (Pusat Data dan Statistik Pertanian, 2006). Di luar dan di dalam
negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kopi

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi

datu atau lebih output (produk). Dalam kaitannya dengan pertanian, produksi
merupakan esensi suatu perekonomian. Untuk berproduksi diperlukan sejumlah
input, dimana umumnya input yang diperlukan pada sektor pertanian adalah
adanya kapital, tenaga kerja dan teknologi. Dengan demikian terdapat hubungan
antara produksi dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi.
Dalam pengelolaan sumberdaya produksi, aspek penting yang dimasukkan
dalam klasifikasi sumberdaya pertanian adalah aspek alam (tanah), modal dan

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

9

tenaga kerja, selain itu juga aspek manajemen. Pengusahaan pertanian selalu
dikembangkan pada luasan lahan pertanian tertentu. Pentingnya faktor produksi
tanah bukan saja dilihat dari luas atau sempitnya tanah, tetapi juga macam
penggunaan tanah (tanah sawah, tegalan) dan topografi (tanah dataran pantai,
rendah, dataran tinggi).
Untuk meningkatkan komoditas kopi perlu diketahui hubungan berbagai

faktor mikro, baik aspek produksi seperti luas areal produktif, luas areal baru,
penanaman kembali, produksi kopi, maupun aspek produksi kopi yang berkaitan
dengan permintaan dan harga kopi serta aspek perdagangan ekspor kopi. Usaha
peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu dengan
menambah penggunaan tenaga kerja, modal dan teknologi pada luas lahan yang
tetap, dan ekstensifikasi yaitu dengan cara memperluas areal penanaman tanpa
menambah modal, tenaga kerja dan teknologi.
Peranan hama dan penyakit pada usahatani kopi semakin terasa bila
dikaitkan dengan ekspor. Dalam setiap program perlindungan tanaman di
Indonesia, PHT telah merupakan dasar kebijaksanaan pemerintah dengan dasar
hukum Inpres No.3 Tahun 19861 UU No. 12 Tahun 1992 menyarankan dalam
melaksanakan kebijakan PHT hendaknya mengutamakan keterpaduan komponenkomponen yang kompatibel dan serasi dengan lingkungan setempat (Saptana
2007). Teknologi PHT yang siap diadopsi oleh petani harus dapat memecahkan
masalah yang dihadapi oleh petani, tidak mahal, sederhana dan memiliki resiko
kegagalan kecil. Teknologi ini dapat dihasilkan melalui penelitian bersifat

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer


10

multidisiplin dan interdisiplin, dilaksanakan di lahan petani oleh petani dengan
bimbingan peneliti dan penyuluh (Saptana 2007).
Adopsi teknologi PHT oleh petani sangat dipengaruhi oleh aspek sosial
ekonomi petani. Dengan alasan terbatasnya modal, masa panen satu tahun sekali,
serta harga jual kopi yang terus turun beberapa tahun terakhir ini, dapat menjadi
faktor penghambat adopsi teknologi PHT oleh petani. Untuk mengurangi
hambatan ini, perlu tersedia teknologi PHT yang mudah diterapkan oleh petani,
efektif mengendalikan hama penyakit, tidak mahal, menguntungkan usahatani dan
memiliki resiko kegagalan kecil (Saptana 2007).
Tanaman kopi memerlukan naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya
matahari tidak terlalu kuat. Naungan diberikan sedang-sedang saja, tidak terlalu
berat, sebab naungan yang terlau berat dapat mengurangi pembuahan. Beberapa
jenis pohon pelindung yang digunakan adalah dadap (Erythrina litosperma),
jeunjing (Albizzia falcata), lamtoro (Leucaena glauca) (Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao 2006). Pertanaman kopi yang kurang naungan dapat digunakan tanaman
penutup tanah yang berfungsi sebagai mulsa dan penahan erosi. Tanaman penutup
tanah yang biasa digunakan adalah Calopogonium spp., Centrosema spp.,
Psopcarpus spp., Koro dan wedusan.


2.2.1 Lahan/Areal Perkebunan

Sumber daya alam merupakan salah satu hal penting untuk diperhatikan
dalam menanam kopi karena kesalahan dalam memilih lahan dan lingkungan
sekitarnya, akan membawa dampak yang sangat luas terhadap keberhasilan budi

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

11

daya kopi. Kesesuaian lahan merupakan ukuran kecocokan suatu lahan yang
digunakan, termasuk untuk budidaya tanaman kopi.
Sebelum memulai penanaman, alangkah baiknya bila terlebih dahulu
melakukan evaluasi terhadap lahan yang akan digunakan. Evaluasi ini bertujuan
untuk menilai sumber daya lahan sehingga bisa didapatkan informasi yang jelas
mengenai seluk beluk lahan sesuai dengan yang dibutuhkan.


2.2.2 Pupuk

Upaya untuk meningkatkan produktivitas kopi secara berkelanjutan adalah
meningkatkan produksi dengan pemupukan disertai dengan memperbaiki kondisi
lahan dengan pemberian pupuk organik. Penggunaan pupuk organik akan
berdampak tidak saja dapat meningkatkan kadar hara tanah dan produktivitas
tanaman kopi, juga mengendalikan serangan nematode parasit.
Pupuk organik kompos dapat dibuat sendiri dari bahan berupa limbah
pertanian (sisa sisa tanaman) maupun limbah industri pertanian. Kompos akan
membantu kodisi lahan yang disukai tanaman kopi antara lain lapisan atas dalam,
gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable. Penggunaan pupuk
secara terpadu (kombinasi pupuk organik dan anorganik) akan menaikan
produktivitasnya yang kini masih rendah 500 kg/ ha/ thn guna mencapai potensi
hasil sesuai genetisnya bisa mencapai 1500 kg/ ha/ tahun).
Pemupukan yang dilakukan umumnya 2 kali dalam setahun yaitu pada
saat awal musim hujan dan di akhir musim hujan dengan tujuan untuk
meningkatkan produksi tanaman. Pada tahun pertama setiap tanaman dipupuk
dengan urea sebanyak 50g, SP-36 25g, dan KCL 20g, semakin tinggi umur

Universitas Sumatera Utara


Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

12

tanaman maka semakin banyak dosis pupuk yang diberikan agar mengahasilkan
masa kemasakan buah yang bagus dan kualitas yang bagus pula.
2.2.3 Bibit

Pemindahan kecambah kopi ke persemaian harus dilakukan dengan
sangat hati hati supaya akar tidak rusak. Pemindahan ini tidak boleh dilakukan
dengan cara mencabut, melainkan harus dicongkel dengan sebilah bambu atau
solet. Sebelum bibit dipindahkan ke persemaian harus diseleksi bentuk
perakarannya terlebih dahulu, karena akar yang pertumbuhannya bengkok kurang
baik, tanaman menjadi kerdil. Tanah persemaian dicangkul sedalam 70 cm atau
lebih, karena bibit akan berada dipersemaian agak lama sekurang kurangnya 9
bulan. Agar struktur tanah menjadi baik, setelah pencangkulan itu sudah bersih
dari batu-batuan dan sisa-sisa kayu, kemudian barulah diberi pupuk organik.
Pupuk tersebut dapat berupa pupuk kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau
dan lain sebagainya.

Selanjutnya pada tanah persemaian dibuat bedengan dengan ukuran lebar
1.20 m dan panjang 10 m, dan bedengan tersebut dibuat membujur ke arah utara
selatan. Penanaman dilakukan dengan sangat hati-hati, dengan maksud supaya
akar dan batang kepelan tidak rusak. Untuk keperluan tersebut, tempat-tempat
yang akan ditanami

harus dibuat lubang terlebih dahulu dengan suatu alat

tertentu, misalnya bilah bambu atau tusuk. Kemudian barulah bagian akar dan
batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dengan tangan kiri, dan tangan
kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati-hati sekali. Jarak antara daun
kepelan dengan tanah lebih kurang 3 cm.

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

13

2.2.4 Iklim


Pertumbuhan dan produksi tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh keadaan
iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan adalah
mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap hama dan
penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting
adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan
pemberantasan hama dan penyakit. Pohon kopi tidak tahan terhadap goncangan
angin kencang, terlebih pada musim kemarau karena angin akan meningkatkan
penguapan air pada permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi
penguapan, angin dapat juga mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang
tinggi, sehingga merusak tanaman di bawahnya. Curah hujan yang optimum
berkisar 2.000 – 3.000 mm per tahun dengan lebih kurang tiga bulan kering. Masa
kering ini diperlukan bagi pembentukan priomordia bunga, pembungaan dan
penyerbukan terutama bagi kopi Arabika.
Tanaman kopi tumbuh subur di zona 200 Lintang Utara- 200 Lintang Selatan.
Perkembangan tanaman kopi dipengaruhi tingkat elevasi, tempratur, penyinaran,
curah hujan, dan angin. Kopi tumbuh subur pada ketinggian kurang lebih 500-2000
meter dari permukaan laut. Temperatur udara berkisar 17-240C mempengaruhi
kesuburan tanaman kopi dan bergantung pada jenis kopi yang ditanam.


Tanaman kopi salah satu tanaman yang membutuhkan curah hujan cukup
tinggi yaitu berkisar 2000-3000 milimeter pertahun dan tiga bulan masa kering.
Tanaman kopi membutuhkan sinar matahari secara teratur tetapi tidak secara
langsung dan tidak dalam jumlah besar. Untuk itu, menanam kopi harus diselingi
dengan tanaman pelindung. Bagi tanaman kopi angin merupakan unsur pembantu

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

14

penyerbukan. Oleh karena itu, kopi tumbuh subur di daerah sejuk dengan angin
semilir.

2.2.5 Tanah

Tanah yang dibutuhkan untuk tanaman kopi berbeda-beda menurut
keadaan dari mana tanaman tersebut berasal.


Pada umumnya tanaman kopi

menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak
mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus
baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu
gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian
pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah untuk
tanaman kopi tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat
membusukkan perakaran, sekurang-kurangnya ke dalaman air tanah 3 meter dari
permukaan. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, yang berarti
tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok.
Karena tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.
Tanah pasir berat pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena
kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau
zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam
pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di
tanah-tanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan. karena humus banyak
mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
pembuahan. Sebaliknya, pada tanah-tanah yang ditanami kembali (replanting),
pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu


Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

15

tanam ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena
tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanannya juga berbeda. Kondisi tanah
yang ideal untuk tanaman kopi adalah solum yang cukup dalam, tekstur tanah
lempung atau lempung berpasir, struktur tanah gembur, kandungan humus paling
sedikit 3%, drainase baik dan pH 5.0 – 6.5. Tanaman kopi memerlukan pupuk
organik yang diberikan secara teratur untuk mencukupi kandungan unsur organik
minimal 3%. Tercukupinya kebutuhan unsur hara akan menumbuhkan akar
tumbuhan kopi yang kuat sehingga proses penyerapan zat nutrisi dari tanah bisa
berlangsung optimal. Sistem drainase kurang baik dapat menyebabkan akar
mudah busuk, tanaman kopi tumbuh kerdil, dan kekuningan.

2.2.6 Tenaga Kerja

Petani kopi dalam mengelola kebunnya memerlukan tenaga kerja tambahan
untuk membantu dalam mengelola kebunnya. Tenaga kerja yang digunakan
biasanya yang sudah mengerti dalam mengelola kebun kopi tersebut. Tenaga
kerja yang digunakan biasanya untuk keperluan sanitasi kebun, pemupukan
tanaman kopi, penyemprotan dan dalam pemanenan. Dalam hal ini, petani harus
bisa membagi hasil panen untuk biaya pupuk dan tenaga kerja yang digunakan
sehingga tidak rugi.
Terdapat dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
batang tunggal dan pemangkasan batang ganda. Pemangkasan berbatang tunggal
lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang sekunder
seperti arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan diperkebunan
rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada perkebunan di

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

16

daerah dataran rendah dan basah. Berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam
budidaya kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu:
§

Pemengkasan pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti
bentuk tajuk, tinggi tanaman dan tipe percabangan.

§

Pemangkasan produksi, bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak
produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus
menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk
membuang cabang-cabang yang terkena penyakit atau hama.

§

Pemangkasan peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami
penurunan produksi, hasil kuranng dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk
yang sudah tak beraturan. Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk
menjaga ketersediaan nutrisi.
Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih

muda. Penyiangan dilakukan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada
dibawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian
gulma yang ada diluar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup
tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja.
Selain itu ada juga Pemangkasan Lepas Panen (PLP) sering disebut
sebagai pangkasan produksi. Pelaksanaan pangkasan produksi bertujuan agar
produksi kopi untuk tahun berikutnya dapat berbuah lebat. Dengan mengatur
cabang-cabang produktif dan membuang cabang cabang yang mengganggu
pertumbuhan tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

17

Pemangkasan produksi akan mudah dilakukan bila bentuk tanaman sudah
berbentuk simetris, karena cabang-cabang tersebut harus dipangkas atau dipotong
sehingga dalam pelaksanaannya tidak begitu memerlukan ketrampilan khusus.
Lain halnya bila bentuk tanaman tidak teratur pertumbuhan cabangnya
atau berbentuk payung dalam melaksanakan pemangkasan lepas panen harus
memiliki ketrampilan dan keahlian dalam memangkas cabang mana yang harus
dipotong dan dibuang.
Pada pelaksanaan pemangkasan produksi atau pemangkasan lepas panen
cabang-cabang yang perlu dipotong dan dibuang adalah cabang-cabang sebagai
berikut :
1.

Cabang mati / kering

2.

Cabang tidak produktif / cabang tua ( B 4 )

3.

Cabang balik

4.

Cabang Cacung

5.

Cabang Kpas

6.

Cabang Sakit

7.

Tunas air

8.

Kuping Lowo
Rejuvinasi atau peremajaan sangat penting dilaksanakan pada tanaman
yang sudah tidak produktif atau pada tanaman tua, dalam pelaksanaannya bisa
dilakukan secara bertahap bisa juga secara total.
Peremajaan/rejuvunasi sececara bertahap dapat dilakukan dengan sistim
sewing samping, dimana dalam pelaksanaannya hanya bagian sisi samping dari

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

18

tanaman

kopi

yang

dipotong

dan

sisi

samping

lainnya

dibiarkan

tumbuh. Sehingga dengan demikian petani kopi masih bisa memanen kopinya
sambil menunggu pelaksanaan peremajaan.
Setelah sisi samping dipangkas akan tumbuh tunas air dari batang pokok,
dan tunas air tersebut dilakukan penyambungan pada ketinggian 100 cm – 140
cm. Bila tunas air disambung dan menunjukkan gejalah jadi baru batang pokok
dipotong diatas tumbuh tunas air.
Peremajaan total yaitu memotong batang pokok tanaman kopi secara
bersama- sama dalam hamparan kebun tanpa menyisakan satupun pohonnya.
Tinggi pemotongan tergantung tujuan pembentukan tanaman, bila mengingginkan
bentuk mercy dipotong pada ketinggian 80 cm – 100 cm dan bila mengingginkan
bentuk paying dipotong pada ketinggian 140 cm – 160 cm.
Pelaksanaan peremajaan/rejuvinasi sebaiknya dilaksanakan setelah panen
kopi atau pada bulan Agustus sampai bulan Oktober, sehingga tunas air/cabang
autotrop bisa dilakukan penyambungan pada bulan januari atau pada bulan
Pebruari.
2.2.7 Penggunaan Biopestisida

Tanaman kopi dikenal sebagai salah satu tanaman yang disukai oleh
banyak jenis serangga hama. Sampai saat ini tercatat lebih dari 900 jenis serangga
hama pada tanaman kopiyang tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis yang merupakan hama utama tanaman kopi, yaitu hama penggerek
buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, penggerek cabang hitam Xylosandrus

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

19

compactus, penggerek cabang coklat X.morigerus, kutu hijau Coccus viridis, dan

penggerek batang merah Zeuzera coffea (Kadir dkk., 2003).
Kehilangan hasil yang sangat berarti pada tanaman kopi adalah kerusakan
oleh hama penggerek buah kopi atau hama bubuk buah kopi Hypothenemus
hampei (Coleoptera:Scolytidae). Hama ini dapat menyebabkan kerugian yang

serius dengan berkurangnya produksi maupun turunnya mutu kopi akibat biji
berlubang. Kerugian hasil yang ditimbulkan adalah sebesar 20-40% dengan
intensitas serangan rata-rata sebesar 40%.
Pengendalian dengan insektisida sukar dilakukan karena hampir semua
stadium perkembangan serangga H.hampei berada di dalam buah kopi dan kadang
kala ketinggian pohon kopi dapat melebihi tinggi manusia, sehingga aplikasi
insektisida kurang efektif (Tobing, dkk dalam Virma, 2008).
Dalam masalah penurunan produktivitas dan mutu kopi di Indonesia
karena petani masih mengandalkan penggunaan insektisida. Penggunaan
insektisida sintetik disamping meninggalkan residu pada produk, juga dapat
membunuh parasitoid hama penggerek buah kopi yaitu Cephalonomia
stephanoderis Betr.; Prorops nasuta Waterston (Hymenoptera, Bethylidae) dan
Heterospilus coffeicola Schm. (Hymenoptera: Braconidae) yang terdapat pada

ekosistem yang sama dengan hama H. hampei (Barerra et al., 1990 dan
Kalshoven, 1981). Padahal keberadaan parasitoid tersebut penting dipertahankan,
karena dapat menekan hama secara alami. Selain itu penggunaan insektisida
kimia diduga kurang efektif karena hampir semua stadium perkembangan
serangga berada dalam buah.

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

20

Agen pengendalian hayati yang mempunyai prospek baik dalam
mengendalikan hama PBKo adalah yang dikemas dalam bentuk pestisida hayati,
pemangsa, dan parasitoid. Pestisida hayati merupakan pilihan utama untuk
dikembangkan di Indonesia karena risiko yang rendah terhadap pencemaran
lingkungan, mudah penggunaannya karena petani sudah terbiasa dengan berbagai
alat pengendalian, khususnya alat semprot, dan harganya relatif lebih murah
dibandingkan harga pestisida kimia (Mangoendihardjo dan Wagiman, 1989).
Penggunaan patogen serangga bila berhasil mengendalikan suatu hama, akan
lebih memapankan patogen dalam suatu ekosistem, sehingga dapat menjadi agens
pengendalian alami bagi hama sasaran (Untung dan Mangoendihardjo, 1994).

2.3

Landasan Teori

2.3.1 Teori Produksi

Dalam konteks teori produksi kaitannya dengan pertanian, faktor penting
dalam pengelolaan sumber daya produksi adalah faktor alam (tanah), modal dan
tenaga kerja selain itu juga faktor manajemen. Modal yang dimaksud termasuk
biaya pembelian pupuk, pestisida dan bibit.
Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat
dibedakan kepada empat golongan yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian.
Faktor produksi tanah, modal dan keahlian dianggap tetap jumlahnya sedangkan
faktor produksi tenaga kerja jumlahnya berubah-ubah.
Hubungan di antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi
yang dicapai digambarkan dalam hubungan di antara jumlah tenaga kerja yang

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

21

digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. Faktor produksi dikenal dengan
istilah input sedangkan jumlah produksi biasa disebut sebagai output. Fungsi
produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk umum:
Q = f (K, L, R, T)

Dimana Q adalah output atau keluaran yang merupakan jumlah produksi yang
dihasilkan oleh berbagai faktor produksi, K adalah jumlah stok modal, L adalah
jumlah tenaga kerja, R adalah Tanah (resources) dan T adalah tingkat teknologi
yang digunakan.
Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada
dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah
modal, jumlah tenaga kerja, jumlah resources dan tingkat teknologi yang
digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan
memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda
juga. Di samping itu untuk, untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat pula
digunkan gabungan faktor produksi yang berbeda. Dengan membandingkan
berbagai gabungan faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu
dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk
memproduksi sejumlah barang tersebut (Sukirno, 2011).

2.4

Penelitian Terdahulu

Penelitian

terdahulu

yang

berhubungan

dengan

analisis

pengaruh

penggunaan biopestisida terhadap biaya pengelolaan kebun dan peningkatan
produksi petani kopi antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

22

1.

Rosmahani, dkk (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Aplikasi
atau penerapan PHT (PHT dengan menggunakan pestisida nabati
(biopestisida)) efektif menekan serangan penyakit karat daun kopi, populasi
nematoda parasit (P. coffeae dan R. Similis., menyebabkan keragaan tanaman
kopi arabika lebih tegar dan subur. Penggunaan biopestisida juga dapat
meningkatkan produksi biji kopi basah 2,88 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan cara petani. Tetapi pengendalian dengan menggunakan
biopestisida belum memberikan peningkatan pendapatan karena harga jual
biji kopi rendah yaitu 1.750,-/kg glondong basah. Harga jual rendah karena
hasil biji kopi dikawasan Jabung rendah (total produksi biji kopi basah
kurang dari 1 ton). Jika produksi biji kopi basah dalam satu kawasan lebih
dari 1 ton maka harga jual biji kopi basah lebih tinggi yaitu Rp.2.500,-/kg,
sehingga penerapan biopestisda akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp.
1.818.860,- dibandingkan dengan cara petani setempat. Biaya produksi
aplikasi Biopestisida sebesar Rp.4.954.200,-/ha

2.

Sudaryati (2004) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor –faktor
yang berpengaruh terhadap produksi kopi secara signifikan adalah luas lahan,
jumlah tanaman.

3.

Nainggolan (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel
permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variablevariabel harga kopi domestik, harga ekspektasi kopi domestik, harga teh,
harga gula dan pendapatan perkapita, sebesar 96,93% dan sisanya sebesar
3,07% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor ekonomi yang

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

23

signifikan yang memengaruhi permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara
ialah harga kopi domestik, harga ekspektasi kopi domestik, harga gula dan
pendapatan per kapita.
4.

Martina (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa luas lahan dan
upah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kopi petani,
sedangkan luas lahan, upah tenaga kerja dan biaya pemeliharaan berpengaruh
nyata secara serentak terhadap produksi kopi petani. Pendapatan petani kopi
tidak hanya didasarkan kepada jumlah produksi kopi yang dihasilkan tetapi
juga tergantung pada harga kopi yang terjadi pada tingkat petani. Harga kopi
pada tingkat petani sangat tergantung pada perubahan harga pada tingkat
ekspor yang memperlihatkan adanya pengaruh tidak langsung kegiatan
ekspor terhadap pendapatan petani.

5.

Hasbiullah (2006), dalam penelitiannnya yang berjudul Analisis Pengaruh
Tenaga Kerja dan Luas Lahan Terhadap Produksi Kopi di Kabupaten
Enrekang menyimpulkan hasil analisa terlihat bahwa tenaga kerja dan luas
lahan

mempunyai

pengaruh

yang

signifikan

terhadap

peningkatan

produktifitas kopi di Kabupaten Enrekang. Dari hasil regresi terlihat bahwa
penggunaan faktor produksi tenaga kerja dan luas lahan memiliki pengaruh
yang positif dalam menentukan produksi. Ini dilihat dari semakin
meningkatnya penggunaan tenaga kerja dan luas lahan yang digunakan
berpengaruh terhadap peningkatan produksi kopi di Kabupaten Enrekang.

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

24

2.4.

Kerangka Pemikiran

Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari
segi hasil produksi. Dengan tingginya produksi biji kopi, Indonesia juga harus
berupaya agar dapat menjadi eksportir biji kopi dan olahannya yang terbesar di
dunia. Penyebab utama penurunan produksi kopi saat ini bahkan diseluruh negara
penghasil kopi diakibatkan oleh serangan hama penggerek buah kopi. Salah satu
teknik pengendalian yang sudah dikembangkan di Indonesia adalah dengan
pengelolaan kebun dan penggunaan Biopestisida.
Penggunaan biopestisida digunakan untuk mengendalikan serangan hama
pada tanaman kopi. Akibat dari serangan hama yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan produksi kopi. Bila pengendalian hama pada tanaman kopi ini
dilakukan dengan menggunakan pestisida maka dapat menimbulkan residu
pestisida pada buah kopi yang menyebabkan kopi di Indonesia mengalami
penolakan oleh negara lain yang mengimpor kopi dari Indonesia, sehingga salah
satu cara pengendalian serangan hama ini dilakukan dengan penggunaan
biopestisida. Dimana penggunaan biopsetisida ini salah satu cara yang efektif
dalam pengendalian hama PBKo sehingga produksi buah kopi dapat meningkat
dengan berkurangnya serangan hama PBKo.
Selain penggunaan biopestisida dalam pengendalian serangan hama PBKo
dapat juga dilakukan dengan pengelolaan kebun yang baik, pengelolaan kebun ini
dilakukan dengan pemangkasan tunas-tunas liar pada tanaman kopi, sehingga
unsur hara yang diperoleh dari tanah dan juga dari daun berguna untuk
peningkatan produksi buah kopi. Selain pemangkasan, untuk peningkatan

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

25

produksi buah kopi juga dapat dilakukan dengan sanitasi di sekitar piringan
tanaman kopi, sanitasi ini bertujuan untuk membersihkan buah-buah kopi yang
terjatuh disekitar piringan tanaman kopi. Buah-buah disekitar piringan kopi ini
juga merupakan

tempat berkembangnya hama PBKo. Sehingga kebersihan

piringan kopi dari buah yang jatuh dan juga gulma yang tumbuh perlu
diperhatikan.
Alur kerangka berfikir dalam penelitian dijelaskan pada Gambar 1.
Variabel Independen (X)

Variabel Dependen (Y)

PENGGUNAAN
BIOPESTISIDA

PRODUKSI KOPI

PENGELOLAAN KEBUN
• Sanitasi
• Pemangkasan

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Penggunaan biopestisida dan pengelolaan kebun berpengaruh nyata secara
serempak dan parsial terhadap produksi kopi petani di

Kabupaten

Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

26

2. Penggunaan biopestisida yang lebih dominan dalam meningkatkan produksi
kopi di Kabupaten Simalungun dari pada pengelolaan kebun.

Universitas Sumatera Utara

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer