Analisis Preferensi Investor Terhadap Strategi Investasi Di Pasar Modal

28

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai analisis pengaruh preferensi investor terhadap strategi
investasi, dapat dilihat pada Tabel Theoritical Mapping Daftar Peneliti Terdahulu
berikut ini, yaitu:

Tabel 2.1 Theoritical Mapping Peneliti Terdahulu, Judul, Variabel, Dan
Hasil.
Nama Peneliti
Terdahulu (Tahun)

Judul

Variabel

Hasil


Wahlund & Gunnarson
(1996)

Preferensi investor terhadap
strategi investasi di pasar
modal
berdasarkan
demographic characteristic.

- variabel bebas: Preferensi investor
- variabel tak bebas:
strategi
investasi
di
pasar
modal
berdasarkan
demographic
characteristic


Investor meminta kenaikan kompensasi yang
mempunyai periode yang lebih pendek
daripada menunggu periode yang lebih
panjang untuk penghasilan yang sama.

Preferensi investor dikaitkan -variabel bebas: Preferensi investor
dengan perolehan dividen di -variabel tak bebas: perolehan dividen
di Bursa Efek Jakarta
Bursa Efek Jakarta

Investor tidak lebih menyukai perusahaan
yang membayar deviden dengan deviden
payout ratio tinggi sehingga tidak ada
perbedaan preferensi investor terhadap
dividen. Karena tidak ada preferensi tersebut,
maka perusahaan tidak akan terpengaruh atas
besarnya dividen yang dibayarkan, sehingga
perusahaan
dapat
memperhatikan

kepentingan pembelanjaan perusahaan atau
aspek keuangan lain yang dirasa lebih
penting.

Suasono (1998)

Mason & Shelor (1998)

Analisis pengaruh preferensi
investor institusional, perilaku
pemecahan
saham
dan
pengendalian untuk ukuran
perusahaan

-variabel
bebas:
X1=Preferensi
investor institusional

X2=Perilaku pemecahan saham
X3=Pengendalian
-variabel tak bebas (Y): Ukuran
perusahaan

Hasil
penelitian
Mason
&
Shelor
menyimpulkan adanya suatu hubungan
positif antara investor institusional dan
perilaku
pemecahan
saham
maupun
pengendalian untuk ukuran perusahaan.
Investor institusional mendorong perusahaan
untuk meyetujui pemecahan saham untuk
menghasilkan kenaikan return

Investor
institusional
mempunyai
keuntungan analisa informasi yang akan
mengidentifikasi
perusahaan
untuk
memainkan pemecahan saham sehingga
investor mengharapkan kenaikan return
jangka pendek dan jangka panjang.

Muhammad Fachruddin
Arrozy (2001)

Preferensi investor terhadap
strategi investasi di pasar
modal

-variabel bebas: (X)=Preferensi
investor

-variabel tak bebas (Y): strategi
investasi di pasar modal

Hasil analisis dari penelitian Arrozy (2001)
membuktikan bahwa hipotesis 1 yaitu:
preferensi subyektifitas discounted interest
rates akan berbeda antara beberapa grup
investor dan tidak mendukung hipotesis2
tentang variance dalam subyektifitas
discounted interest rates akan berbeda antara
strategi investasi dalam beberapa grup

29

investor. Hasil ini ternyata tidak konsiten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahlund dan Gunnarson.
Ini mengindikasikan bahwa preferensi
subyektifitas discounted interest rate sama
dengan preferensi risk dari investor. Hal ini

disebabkan karena maksimalisasi utilitas
pada return yang diinginkan oleh investor
akan mencari kepuasan pada strategi
investasi
yang
memberikan
tingkat
keuntungan yang tertinggi sepanjang
indifference curve pada tingkat resiko
strategi investasi yang sama dan untuk
mendapatkan keamanan pada investasinya.
Hipotesis 3 menurut Arrozy dan Hartono
(2001) yaitu penjelas model strategi akan
berbeda diantara grup strategi investasi, hasil
analisis yang diperoleh menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan pada tingkat alpha
= 5% antara variabel preferensi investor
terhadap subyektifitas discount interest rate.
Penjelas model strategi investasi berbeda
dengan melakukan F-test antar grup

investasi. Hasil ini konsisten dengan hasil
penelitian Wahlund dan Gunnarson (1996).
Neni Sahara
(2004)

Noerdin

Analisis Preferensi Investor
terhadap Strategi Investasi
Reksadana di Citibank, N.A.

variabel bebas: X1=Preferensi waktu
X2=Minat investasi
X3=Pengetahuan investasi
X4=Pengendalian diri
X5=Sikap menuju pengambilan
resiko
X6=Pengendalian keuangan dan
perencanaan
X7=Situasi ekonomi

variabel tak bebas :
Strategi
Investasi Reksadana di Citibank,
N.A.

Dari hasil analisis disimpulkan beberapa hal
sbb:
1. Secara
simultan
variabel-variabel
preferensi calon investor mempengaruhi
setiap strategi investasi dengan signifikan
pada α =0.05 untuk reksadana di Citibank
Medan.
2. Secara partial variabel-variabel preferensi
investor yang berpengaruh signifikan pada
α =0.05 terhadap strategi investasi risk
averse
adalah
minat

investasi,
pengetahuan investasi, serta pengendalian
diri, dan sikap menuju pengambilan resiko
investasi.
Pada
strategi
investasi
conservative adalah preferensi waktu dan
pengetahuan investasi. Pada strategi
investasi balanced yaitu pengetahuan
invesasi dan situasi ekonomi. Pada strategi
investasi enhanced growth yaitu minat
investasi dan situasi ekonomi.
3. Variabel yang dominan dibeberapa
strategi investasi adalah situasi ekonomi,
calon investor kurang memperhatikan
preferensi waktu dan sikap menuju
pengambilan resiko investasi.
4. Reksadana merupakan investasi jangka
panjang, market timing adalah hal yang

sulit diprediksi.
5. Sebelum membuat apapun keputusan
untuk berinvestasi, calon investor harus
benar-benar mengerti resiko produk dan
manfaatnya, menentukan bahwa investasi
adalah konsisten dengan tujuan investasi
calon investor sehingga calon investor
bisa mengasumsikan resiko.

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dalam
topik yang sama adalah kondisi pasar modal Indonesia. Penelitian sebelumnya
dalam topik yang sama kondisi pasar Modal Indonesia sedang bearish (tidak

30

bergairah) sedangkan dalam penelitian ini (pertengahan tahun 2009 sampai
dengan 2010) pasar modal Indonesia sedang bullish (bergairah).

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Investasi
Pengertian investasi menurut Bhalla (2004), dalam bukunya Security
Analysis and Portfolio Management, mendefinisikan: Investment is the sacrifice
of certain present value for the uncertain future reward. Dapat diartikan bahwa
investasi adalah pengorbanan nilai tertentu pada saat ini untuk keuntungan yang
belum tertentu pada masa yang akan datang.
Investasi menurut Ahmad (2004), adalah menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu Real Assets
dan Financial Assets. Aset riil adalah bersifat berwujud seperti gedung-gedung,
kenderaan, dan sebagainya. Sedangkan aset keuangan merupakan dokumen (suratsurat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak yang
menerbitkan sekuritas tersebut.
Menurut Tambunan (2007), tujuan utama seorang investor melakukan
investasi tentu saja untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi, ada juga investor
yang melakukan hedging (lindung nilai) sekadar untuk memelihara purchasing
power (daya beli) uangnya ketika rate of return (tingkat imbal-hasil) instrumen
investasi lain sedang menurun atau rendah.
Investasi menurut Pagalung (1995), merupakan cara penanaman modal, baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapat keuntungan
dari hasil penanaman modal tersebut. Investasi tersebut dapat berupa aktiva yang

31

dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama. Ada 2 jenis investasi yaitu: investasi
dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga
(financial assets) atau sekuritas. Aktiva riil berwujud seperti emas, real estate,
dan gedung. Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang merupakan klaim
atas hasil aktiva riil, seperti: obligasi (bond), saham (equity). Pemilikan aktiva
finansial terbagi dua, yaitu investasi langsung (direct investing) dan investasi
tidak langsung (indirect investing). Investasi langsung diartikan sebagai pemilikan
surat-surat berharga secara langsung dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan berupa penghasilan (income) seperti dividen dan capital gain/losses.
Sedangkan investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang
dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company)
yang berfungsi sebagai perantara (intermediary) dan juga berfungsi sebagai fund
manager. Saham merupakan contoh dari investasi langsung.

2.2.2 Pengertian Pasar Modal
Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari 1 (satu) tahun. Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasal 1, mendefenisikan pasar modal sebagai
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Samsul (2006) mengemukakan tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat
dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu:

32

1. Sudut pandang negara
Pasar modal dibangun dengan tujuan menggerakkan perekonomian suatu
negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Di negara yang
sudah maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam pembangunan
pereknomiannya.
2. Sudut pandang emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan
berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan
hal itu hanya bisa diperoleh diperoleh di pasar modal.
3. Sudut pandang masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi
yang semula dilakukan dalam bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah
sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Jika investasi
dalam bentuk rumah atau tanah

butuh uang ratusan juta rupiah, maka

investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dana dibawah Rp.5 juta.
Senada dengan itu menurut Ahmad (2004), investasi di pasar modal juga
mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan investasi pada sektor
perbankan, pasar modal memberikan kelebihan-kelebihan dan keleluasaan
tersendiri. Manfaat yang dapat diperoleh bagi masyarakat pemodal dalam
berinvestasi di pasar modal antara lain:
1. Nilai investasi bekembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
tersebut tersebut tercermin pada meningkatnya harga yang menjadi Capital
gain.

33

2. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden, sebagai pemegang
obligasi investor memperoleh bunga tetap ataupun bunganya yang
mengambang.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke
saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.
5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk
mengurangi risiko.
Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran dan produk turunan atau biasa
disebut derivative. Jenis pasar modal dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu:
1. Pasar pertama (perdana)
Adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali
menawarkan saham atau obligasi kepada masyarakat umum. Disini dikatakan
tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat bertemu dengan
penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan pesanan sekaligus
membayar uang pesanan.
2. Pasar kedua
Adalah tempat atau sarana transaksi jual beli efek antar investor dan harga
dibentuk oleh investor melalui perantara efek.
3. Pasar ketiga
Adalah sarana transaksi jual beli efek antar market maker serta investor dan
harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih market maker yang
memberi harga terbaik. Market maker adalah anggota bursa.

34

4. Pasar keempat
Adalah transaksi jual beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui
perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan
investor jual untuk saham atas pembawa.
Menurut Ahmad (2004), Organisasi atau lembaga yang terlibat dalam Pasar
Modal Indonesia adalah:
a. Pemerintah, dalam hal ini adalah Bapepam
b. Perusahaan Emiten
c. Lembaga penunjang emisi seperti penjamin emisi, perusahaan penilai, akuntan
publik, notaris dan konsultan hukum.
d. Perantara perdagangan efek, antara lain makelar, komisioner dan pedagang
efek.
e. Para pemodal, baik perorangan maupun lembaga.

2.2.3 Pengertian Preferensi
Preferensi berasal dari bahasa Inggris ”preference” yaitu something
prefered, one’s first choice, greater liking, giving of priority advantage to
something (Simon & Shister Inc,1996) yang berarti sesuatu yang lebih diminati,
suatu pilihan utama, merupakan kebutuhan prioritas dan memberi keuntungan
yang lebih baik. Preferensi merupakan suatu hal yang harus didahulukan, dan
diutamakan daripada yang lain, prioritas, pilihan, kecenderungan dan yang lebih
disukai (Departemen pendidikan Nasional, 2001).
Paul Slovic (1995), mengartikan preferensi

sebagai pilihan dan

pengambilan keputusan yang mempunyai esensi rasional dengan perilaku maksud
tertentu.

Ekonom Amerika Paul Samuelson (1938), memperkenalkan teori

35

modern preferensi konsumen. Paul, dalam teorinya menunjukkan preferensi
seseorang atas pilihan barang-barang konsumsi dalam dalil revealed preference,
yaitu antara lain:
a. Preferensi adalah komplet (preferences are complete). Untuk setiap dua
bundel konsumsi A dan B, konsumen dapat membuat satu dari tiga
perbandingan berikut:
A lebih disukai dari B (dinotasikan ApB)
B lebih disukai dari A (dinotasikan BpA)
A tidak berbeda dengan B (dinotasikan A’B)
b. Preferensi berarti bahwa seseorang akan mempunyai satu bundel yang disukai,
dan indifference berarti seseorang tidak membedakan masing-masing bundel.
Dalil ini menyatakan bahwa konsumen dapat membuat perbandingan berkitu
untuk setiap kemungkinan pasangan kombinasi dari bundel tersebut.
c. Preferensi adalah refleksif (preferences are reflexive). Jika konsumen
diwakilkan dengan dua bundel yang identik, sehingga A=B dalam segala hal.
A adalah indifference dari B. Arinya bahwa jika A dan B adalah sama, maka
konsemen mempunyai ranking terhadap bundel tersebut adalah sama.
d. Preferensi adalah transitif (preferensces are transitive). Jika seorang
konsumen menyukai A dari B, dan B lebih disukai dari C, maka konsumen
harus menyukai A dari pada C. ApB dan BpC  ApC. Demikian juga jika
konsumen indifference antara A dan B, dan antara B dan C, maka dia juga
indifference antara A dan C. A’B, dan B’C, maka A’C.
e. Preferensi adalah berkesinambungan (preferences are continuous). Jika
bundel A lebih disukai dari bundel B dan bundel C, maka walaupun C lebih

36

kecil sedikit dari B, selagi lebih kecil dari A, maka tetap saja kita katakan A
lebih disukai dari C
Berdasarkan clientele effect theory (Usahawan, 2008), preferensi investor
tergantung pada kelompok investor yang berbeda. Bagi investor muda, yang
cenderung masih memiliki income tinggi, biasanya aktif melakukan perdagangan,
maka preferensinya lebih mengarah pada capital gain. Sedangkan bagi orang yang
sudah pensiun, usia di atas 60-an, maka preferensi terhadap dividen merupakan
sumber incomenya.
Model asumsi mengenai preferensi investor (Markowitz, 1952) hanya
didasarkan pada expected return dan risk dari portfolio yang secara implisit
menganggap investor mempunyai fungsi utilitas yang berbeda, portfolio optimal
untuk masing-masing investor akan dapat berbeda. Model Markowitz tidak
mempertimbangkan hal ini, karena fokusnya terletak pada nilai portfolio dengan
resiko terkecil untuk expected return tertentu. Tetapi preferensi investor berbedabeda. Investor yang risk averse akan memilih sesuai tanggapan model Markowitz,
sedangkan investor yang risk seeker akan memilih resiko yang tinggi dengan
implikasi akan mendapatkan return yang tinggi pula. Pemilihan portfolio sesuai
dengan preferensi investor merupakan portfolio yang efisien yang masih berada
pada efficient set. Portfolio mana yang akan dipilih oleh investor tergantung dari
fungsi utilitasnya masing-masing. Portfolio optimal untuk tiap-tiap investor
terletak pada titik persinggungan antara fungsi utilitas investor dengan efficient
set.
Investor mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya melalui
keputusan investasi yang diambil berdasarkan motif investasinya untuk

37

memperoleh keuntungan dalam arti seluas-luasnya (BES, 1997) yaitu: keamanan,
pendapatan, pertumbuhan, fasilitas pajak, dan spekulasi yang merupakan usaha
preventif untuk menjamin mendapatkan rasa aman. Investor biasanya tidak
memiliki motif tunggal tetapi intensitas motif-motif diatas berbeda dari investor
yang satu dengan investor yang lain.

2.2.4 Strategi Investasi
Berinvestasi di pasar modal, para investor harus benar-benar menyadari
bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tapi juga kemungkinan akan
mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh
kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham dan kemungkinan turun
naiknya harga di bursa. Oleh karena itu bermain di pasar modal tidak memiliki
jaminan untuk mendapatkan capital gain yaitu selisih lebih dari harga beli saham
dan harga jual saham, tetapi kemungkinan investor mendapatkan capital loss
(BEJ, 1997). Fluktuatif harga saham dan fundamental emiten yang tidak terlalu
baik menyebabkan investor lebih senang melakukan profit taking sehingga pasar
modal pada saat ini menjadi ajang spekulasi.
Pertimbangan investor untuk investasi sekuritas banyak bersandarkan pada
prospek perusahaan, penilaian analis dan pengamat di media massa disamping
tentunya saham-saham khusus seperti blue chip yang tidak memerlukan analisa
lebih lanjut (Anonim, 2000). Investor secara berkesinambungan menganalisa
pengumuman informasi dan membuat perubahan posisi investasinya untuk
menaikkan perdagangan price volatility (Dubofsky, 1991).

38

Berinvestasi di pasar modal sedikitnya ada 8 (delapan) strategi yang paling
sederhana, dan hampir seluruh investor menerapkannya. Kedelapan strategi yang
biasa dilakukan investor itu antara lain (Bursa Efek Indonesia, 2011):
1. Beli di Pasar Perdana, Jual Begitu Masuk di Pasar Sekunder
Strategi ini digunakan karena adanya keyakinan investor bahwa harga akan
naik begitu suatu saham dicatatkan di bursa efek. Hal ini dilandasi dengan
asumsi bahwa underwriter tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu
pertama di pasar sekunder. Dalam strategi membeli di pasar perdana dan
menjual di pasar sekunder ini banyak sudah contoh yang bisa diambil. Kendati
anggapan bahwa underwriter tidak membiarkan harga akan jatuh pada harihari pertama di pasar sekunder, ada benarnya juga tapi dalam menerapkan
strategi ini investor juga tetap berpedoman pada harga saham yang akan
dilepas dengan harga saham sejenis yang sudah tercatat. Perbandingan harga
ini perlu menjadi perhatian, karena bisa saja harga saham IPO lebih rendah
ketimbang saham yang sudah tercatat atau sebaliknya. Untuk itu, investor
perlu membandingkan harga dengan pendapatan kedua saham tersebut yang
akan dilepas dengan saham yang sudah tercatat. Kendati tidak selamanya
benar, tapi banyak pelaku pasar yang beranggapan bahwa strategi membeli di
perdana dan jual di sekunder ini cocok bila diterapkan pada waktu pasar
sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik).
2. Strategi Beli dan Simpan (Buy and Hold)
Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu
perusahaan akan berkembang selama jangka panjang, misalnya perusahaan
yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan

39

pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish
(harga-harga saham sangat rendah).
3. Strategi Berpindah
Strategi ini digunakan oleh investor yang aktif mengikuti perkembangan
pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga
saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam
waktu singkat. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis
saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini
cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek
(likuid).
4. Strategi Mengurangi Kerugian (Cut Loss)
Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu
dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan
saham lain (berpindah), cara lainnya yaitu dengan membeli saham sejenis
seperti yang dipegang sebelumnya pada waktu harganya rendah dan
melepaskannya kembali pada waktu harganya naik. Sehingga kerugian pada
saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss).
5. Membeli Saham-saham Tidur
Strategi membeli saham-saham tidur maksudnya membeli saham-saham yang
tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari
perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah. Tipe pemodal
yang sabar cocok membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut, sebab pada
umumnya potensi keuntungan pada saham yang demikian ini akan nampak
dalam jangka waku yang lama.

40

6. Strategi Konsentrasi pada Industri
Investor yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu,
karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang
berada pada industri tersebut, tren industri dan sebagainya. Strategi investasi
dengan cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri
tersebut.
7. Strategi Membeli Pasar
Seorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila
investor secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di bursa
efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek. Strategi ini
mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi
ini tentunya membutuhkan dana yang besar.
8. Strategi Membeli Melalui Reksa Dana
Strategi ini dilakukan dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki
oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksa dana akan
melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu
dan meminimumkan risiko.
Sedangkan menurut Jones (1998) strategi investasi sekuritas di pasar modal
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Passive Strategy
Strategi ini dilakukan dengan cara membeli sekuritas dan menyimpan
sekuritas tersebut dalam periode waktu yang lama (buy and hold). Model
strategi ini dapat dilakukan melalui core investment ataupun foundation
capital. Core investment lebih menekankan pada keuntungan berupa dividen

41

sedangkan pada foundation capital berdasarkan pada keuntungan fixed
income. Oleh karena itu, return dan risk pada strategi core investment ini
sangat terbatas. Motif strategi adalah untuk keamanan dan berjaga-jaga serta
untuk menunjang kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, kesehatan
dan pendidikan.
2. Active Strategy
Strategi ini dilakukan dengan cara membeli sekuritas dan melakukan
penjualan sekuritas tersebut (buy and sell) dan dilakukan melalui speculative
investment dan aggressive investment. Strategi yang dilakukan oleh investor
tersebut dilakukan berdasarkan kesukaan pilihannya untuk memaksimalkan
utilitasnya. Strategi speculative menekankan pada keuntungan berupa capital
gain sedangkan strategi aggresive menekankan pada dua keuntungan yaitu
capital gain dan dividen. Karena itu return dan risk strategi speculative dan
aggresive sangat tinggi. Motif strategi adalah spekulasi pasar dan
pertumbuhan.
Strategi dasar investor yang akan meningkatkan kinerja atau nilai
portofolio investasi menjadi lebih baik adalah dengan senantiasa mengikuti
prinsip ”keep your alpha high and your beta low” (Siamat, 1995). Disamping
itu price book value dapat digunakan oleh investor untuk menentukan strategi
investasi sehingga investor dapat memperkirakan saham yang mengalami
undervalued dan overvalued untuk menentukan strategi investasi yang sesuai
(Utama dan Santoso, 1998).
Pengambilan keputusan investasi antara satu investor dan investor
lainnya berbeda tergantung pada portofolio yang diminati. Investor yang

42

berminat investasi jangka panjang sangat memperhatikan faktor fundamental
perusahaan. Untuk pemain jangka pendek tidak selalu begitu, mereka sangat
mempercayai rumor pasar, peringkat saham dan lain-lain (Harry dan
Budiman, 2000). Diluar faktor fundamental, faktor keamanan dan kepastian
hukum merupakan suatu hal yang harus dijaga oleh Pemerintah karena
perwujudan tersebut akan menguntungkan bagi investor yang bermental
spekulan. Hingga kini investor yang mengandalkan capital gain (teknikal
investor) melakukan analisis pasar dengan mendasarkan pada informasi
masalah teknikal dengan analisa top down yang memanfaatkan masalah makro
yang mempengaruhi pergerakan saham seperti isu, rumor, kerusuhan, gejolak
politik, dan sebagainya. Sebagai suatu pasar, pasar modal pun berlaku hukum
pasar, supply dan demand ditambah ciri khas pasar modal berupa
ketidakpastian akan produk yang ditawarkan. Sehingga harapan investor,
apakah itu capital gain atau dividen, tergantung pada masing-masing investor.
Hasil penelitian Bursa Efek Jakarta (1997) menunjukkan bahwa investor
melakukan investasi sekuritas akan bertindak sebagai pedagang yang akan
dipakai sebagai lahan untuk mencari keuntungan dengan cepat dan hasil
keuntungan tersebut tidak lagi ditanamkan dalam sekuritas tetapi dipakai
dalam bentuk investasi untuk memperoleh fixed income atau menunjang
kebutuhan dasar.
Strategi investasi dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan investasi
tersebut menurut Kertonegoro (1995), sebagai berikut:
1. Beli dan tahan (buy and hold), yaitu dengan menempatkan uang pada wahana
investasi yang aman dan melihatnya berkembang dari waktu ke waktu.

43

Investor memilih saham bermutu tinggi yang menawarkan penghasilan
berjalan dan/atau capital gain, dan memegangnya untuk jangka panjang.
2. Penghasilan tinggi (high income), dimana investor mengejar tingkat
penghasilan berjalan yang tinggi, dengan saham yang memberikan dividen
yang terus meningkat di masa depan.
3. Pertumbuhan jangka panjang yang bermutu (quality long term growth), yang
mengejar capital gain sebagai sumber hasil yang utama. Saham yang cocok
dalam strategi ini adalah saham pertumbuhan yang menawarkan prospek
perkembangan dan peningkatan harga.
4. Manajemen saham agresif (aggressive stock management), merupakan strategi
mencari penghasilan melalui manajemen portofolio dan perdagangan saham
yang agresif untuk mendapatkan dividend dan capital gain.
5. Spekulasi dan perdagangan jangka pendek (speculation and short term
trading), menganut strategi yang spekulatif dengan tujuan semata-mata untuk
mendapatkan capital gain dalam jangka pendek.
Menurut Manurung (2004) dalam melakukan transaksi saham, investor
harus menggunakan strategi agar mendapatkan keuntungan. Strategi tersebut
harus dapat digunakan pada kondisi pasar sedang naik dan pasar yang sedang
turun sehingga investor merndapatkan keuntungan. Beberapa Strategi Investasi
investor di bursa saham sbb:
1. Strategi kontratian adalah sebuah strategi yang berlawanan dengan pasar
dalam membeli dan menjual saham. Artinya, investor yang menggunakan
strategi ini menjual saham ketika pasar mengalami kenaikan (bullish) dan
membeli saham ketika harganya menurun (bearish). Strategi ini berlawanan

44

dengan kebiasaan semua orang. Kebiasaan yang terjadi adalah membeli saham
ketika pasar naik dan menjualnya ketika pasar mau turun.
Dalam menggunakan strategi ini investor akan menjumpai beberapa resiko
yaitu:
a) Resiko Timing
Waktu membeli dan menjual saham tidak tepat pada harapan investor
karena lingkungan ketika melakukan transaksi tidak mendukung.
b) Resiko Marketibilitas
Investor tidak mempunyai kesempatan menjual sahamnya sesuai harga
yang diinginkan. Investor telah menentukan besaran persentase kenaikan
harga saham untuk dijual, artinya saham tersebut tidak pernah mencapai
harga tersebut.
c) Resiko Prediksi Pemilihan Saham
Investor salah memilih saham untuk menggunakan strategi kontratian.
Misalnya, pasar dalam kondisi drop dan investor membeli saham X
tersebut tetapi saham tersebut tidak mengalami kenaikan sampai periode
tertentu sehingga investor mengalami kerugian.
2. Strategi acak (random) merupakan strategi investasi dengan melakukan
pembelian saham tidak beraturan (acak) dan tidak memfokuskan hanya pada
fundamental perusahaan sebagai patokan. Namun, faktor-faktor lain yang
kemungkinan memberikan capital gain perlu diperhatikan.
Konsentrasi strategi acak adalah kemampuan suatu saham untuk memberikan
capital gain sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan investor bisa
terpenuhi.

45

3. Strategi beli dan tahan (buy and hold strategy) adalah strategi yang melakukan
pembelian saham dan memegangnya sampai dengan akhir periode. Dengan
menggunakan strategi ini, investor tidak menikmati keuntungan yang
diperoleh jika pasar booming pada pertengahan periode, dan pasar turun pada
mendekati akhir periode. Strategi beli dan tahan (buy and hold) digunakan
oleh fund manager yang menilai portofolionya untuk jangka panjang.
4. Strategi perdagangan (trading strategy) dilakukan dengan pembelian pada saat
harga saham rendah dan menjualnya pada saat harga tinggi. Fund manager
dapat melakukan perdagangan dalam satu hari. Investor atau fund manager
harus memperhatikan pergerakan harga suatu saham dari waktu ke waktu.
5. Strategi filter (filter strategy) dilakukan dengan pembelian saham pada saat
harga naik x persen dan menjualnya pada saat harga saham tersebut turun
sebesar y persen. Nilai x persen bervariasi dan tidak sama untuk semua saham,
dan jika sama hal itu hanya secara kebetulan.
Investor memiliki banyak cara dalam mengembangkan modalnya pada
industri pasar modal. Artinya dalam investasi di pasar saham, investor tidak mesti
harus terpaku pada satu strategi saja. Ada kalanya, strategi yang satu
dikombinasikan dengan strategi lain yang lebih menguntungkan. Perubahan
strategi investasi ini juga terkadang tanpa rencana, sebab perubahan strategi itu
sangat tergantung pada kondisi pasar, dan tujuan investasi seorang investor.
Strategi investasi yang sangat fleksibel dan sangat moderat, karena tergantung
pada situsasi dan kondisi. "Maka jadilah investasi di pasar modal menjadi sangat
menarik, mobile, dan menggairahkan," begitu kata banyak pelaku pasar modal
yang sudah menjadikan industri pasar modal sebagai ajang memburu

46

pendapatannya. Investasi di pasar modal dikatakan mobile (selalu bergerak), dan
tidak bersandar hanya pada satu strategi menyebabkan investasi di pasar modal ini
perlu pengamatan yang serius dan terus menerus.
Pengamatan yang serius lantaran potensi pendapatan yang bisa dibukukan
dalam investasi bursa saham adalah selain dividen juga capital gain. Dividen
merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham,
sedangkan capital gain merupakan selisih harga jual dan harga beli yang positif
dengan kata lain "Menjual pada saat harga lebih tinggi dan membeli pada saat
harga lebih rendah", merupakan tujuan investor saham di pasar modal.
Pengamatan atau monitoring tidak hanya atas saham yang menjadi sasaran
investasi, tapi juga terhadap saham-saham lain, bahkan kondisi pasar serta
informasi yang terkait dengan investasi itu. Monitoring yang cukup serius dan
terus-menerus itu perlu dilakukan agar investor selalu mendapat kesempatan
pertama dalam menerima informasi. Kecepatan menerima informasi ini,
merupakan peluang memperoleh pendapatan dan keuntungan di pasar modal.
Namun semua itu bukan menjadi satu patokan atau keharusan strategi yang
dilakukan oleh investor, karena semua kembali kepada karakter tingkat risiko
yang dimiliki oleh para investor.

2.2.5. Kondisi Pasar ”Bullish dan Bearish”
Jones dalam Tandelilin (2001) mendefinisikan pasar bullish sebagai suatu
kecenderungan pergerakan naik (upward trend) yang terjadi di pasar modal. Hal
ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan harga-harga saham (indeks pasar)
yang mampu menembus nilai di atas harga (indeks pasar) sebelumnya, ataupun
kalau ada penurunan harga tidak sampai melewati batas harga (indeks) terbawah

47

yang terjadi sebelumnya. Sedangkan istilah pasar bearish diartikan sebaliknya,
yaitu kecenderungan pergerakan turun (downward trend) yang terjadi di pasar
modal. Indikasinya adalah jika harga (indeks) baru gagal menembus batas
tertinggi harga sebelumnya, atau jika penurunan harga (indeks) yang terjadi
mampu menembus batas bawah harga (indeks) yang terjadi sebelumnya.
Lubatkin dan Chatterjee (1994), memberikan batasan yang lebih luas
tentang kondisi pasar. Pasar bearish terjadi apabila keadaan ekonomi mengalami
penurunan dimana banyak perusahaan menghadapi problem arus kas yang rendah,
peluang usaha yang kecil serta return masa depan yang tidak menentu. Sebaliknya
pasar kondisi bullish terjadi dalam ekonomi yang tumbuh yang ditandai dengan
banyaknya peluang usaha perusahaan dan mereka cenderung dapat mencapai
target usaha. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubatkin dan Chatterjee
(1994), pengaruh kondisi pasar terhadap hubungan antara strategi diversifikasi
dan resiko yang menghasilkan temuan bahwa kebutuhan modal yang murah lebih
banyak diperlukan dalam kondisi pasar bullish daripada kondisi bearish.

2.3 Kerangka Konseptual
Preferensi calon investor berbeda-beda terhadap pengambilan keputusan
strategi investasi dan akan mempengaruhi pandangan investor tentang return dan
perbedaan resiko masing-masing individu. Perbedaan resiko ini disebabkan tipe
informasi, pengetahuan, dan perbedaan individu dalam beberapa strategi investasi
yang berbeda. Sehingga model penelitian yang diusulkan seperti gambar berikut:

48

Preferensi Waktu

Minat Investasi

Pengetahuan Investasi

Strategi Investasi
Pengendalian diri
Sikap menuju pengambilan
resiko investasi
Pengendalian Keuangan
dan Perencanaan
Situasi ekonomi Investor

Kondisi Pasar
Modal/Siklus Pasar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Instrumen variabel-variabel di atas, peneliti mengadopsi dari penelitian
Arrozy (2001) yaitu:
1. Preferensi investor, merupakan pilihan yang disukai investor dalam
melakukan investasi. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur
preferensi investor terdiri dari:
a. Preferensi waktu, sebagai kebebasan investor untuk menentukan pilihan
investasi di pasar modal untuk periode jangka pendek atau jangka panjang.
b. Minat investasi, menunjukkan investor berminat untuk berinvestasi di
pasar modal.
c. Pengetahuan investasi, menunjukkan investor mengandalkan pengetahuan
dan informasi dalam berinvestasi di pasar modal.

49

d. Pengendalian diri, yaitu kemampuan investor untuk mengendalikan
keuangannya pada hal-hal yang bersifat menguntungkan pada bidang
investasi dan finansial.
e. Sikap menuju pengambilan resiko investasi, menunjukkan investor berani
mengambil resiko dalam berinvestasi.
f. Pengendalian keuangan dan perencanaan, berarti Pengendalian dana yang
dimiliki investor untuk memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek dan
jangka panjang dan baru kemudian investor membuat rencana investasi
dari dana yang dimiliki tersebut.
g. Situasi ekonomi investor, kemampuan investor memenuhi kebutuhan
ekonomi.
h. Kondisi pasar modal/siklus pasar, menunjukkan sikap investor dalam
kondisi pasar sedang bullish dan bearish
Untuk point h, penulis melakukan differensiasi dengan menambahkan
variabel kondisi pasar modal/ siklus pasar yang tidak dibahas oleh Arrozy
(2001).
2. Strategi investasi, dilakukan berdasarkan kesukaan pilihannya untuk
memaksimalkan uutilitasnya. Strategi investasi

di pasar modal

dapat

dilakukan melalui dua cara, yaitu passive strategy dan active strategy. Model
passive strategy dapat dilakukan melalui core investment ataupun foundation
capital. Core investment lebih menekankan pada keuntungan berupa dividen
sementara pada foundation capital berdasarkan pada keuntungan fixed income.
Sedangkan model active strategy dilakukan melalui speculative investment
dan aggressive investment. Strategi speculative menekankan pada keuntungan

50

berupa capital gain sedangkan strategi aggresive menekankan pada dua
keuntungan yaitu capital gain dan dividen.

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah: Preferensi investor, yang diukur melalui variabel-variabel preferensi
waktu, minat investasi, pengetahuan investasi, pengendalian diri, sikap menuju
pengambilan resiko investasi, pengendalian keuangan dan perencanaan, situasi
ekonomi investor serta kondisi pasar/siklus pasar berpengaruh secara simultan dan
parsial terhadap strategi investasi saham di Pasar Modal.