Analisis Penyiangan Bahan Perpustakaan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

Perpustakaan
Pengertian perpustakaan menurut Sulistyo-Basuki (1991, 3) adalah :

“sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang
digunakan untuk menyimpan buku-buku dan terbitan lainnya yang biasanya
disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, dan bukan
untuk dijual untuk mencari untung”.
Perpustakaan

merupakan

sistem

pengelolaan

rekaman


gagasan,

pemikiran,pengalaman, dan pengetahuan manusia, memiliki fungsiutama untuk
melestarikan hasil budaya manusia dalam bentuk karya cetak maupun bentuk
rekam lainnya, serta untuk menyampaikan gagasan, pemikiran, pengalaman, dan
pengetahuan manusia kepada generasi-generasi selanjutnya.
Dalam bab kedua ini, peneliti akan memberikan beberapa kajian pustaka
yang nantinya akan digunakan sebagai acuan atau pegangan dalam penelitian
tentang penyiangan (weeding) bahan perpustakaan di perpustakaan perguruan
tinggi. Berbicara mengenai perpustakaan perguruan tinggi, penting untuk terlebih
dahulu mengetahui tentang seluk beluk perpustakaan perguruan tinggi seperti
pengertian, fungsi dan juga bahan perpustakaan yang ada di perpustakaan
perguruan tinggi.

15
Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di

lingkungan perguruan tinggi (akademi, sekolah tinggi, perguruan tinggi, institut,
atau politeknik) di mana para pemustakanya adalah mahasiswa, dosen, dan
karyawan suatu perguruan tinggi.
Sebagai kesatuan dari sebuah perguruan tinggi selaku lembaga induk yang
menaungi, maka perpustakaan didirikan untuk menunjang pencapaian visi, misi,
dan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
Menurut Yulianti (2014) dalam artikel Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang
dimaksud dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah :
1. Pendidikan dan Pengajaran. Pendidikan dan pengajaran memiliki
peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Undang
–undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2. Penelitian dan Pengembangan Dari penelitian dan pengembangan maka
mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi .pada

penelitian dan pengembangan mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan
kreatif dalam mejalankan perannya sebagai agent of change.
Mahasiswa harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan
ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh suatu
perubahan–perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang
lebih maju dan terdepan.
3. Pengabdian Kepada Masyarakat Menurut undang–undang tentang
pendidikan tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan
sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

16
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian di atas, Yulianti (2014) juga menyebutkan tujuan
pengadaan perpustakaan perguruan tinggi dalam mendukung program Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu:
a) Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan
dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan, dan

menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
b) Dharma kedua yaitu penelitian dilakukan melalui kegiatan
mengumpulkan,
mengolah,
menyimpan,
menyajikan,
dan
menyebarluaskan informasi bagi para Peneliti.
c) Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat. Diselenggarakan
melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan
menyebarluaskan informasi masyarakat.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi mempunyai peran yang cukup strategis
dalam mendukung program perguruan tinggi. Keberadaan perpustakaan di
lingkungan perguruan tinggi adalah untuk menunjang kegiatan perkuliahan.
Dalam hal ini dikatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan jantung
perguruan tinggi. Artinya, dengan keberadaan perpustakaan memungkinkan
sivitas akademika memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam

ilmu pengetahuan dengan membaca bahan perpustakaan yang sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Tanpa perpustakaan, maka proses pelaksanaan
pembelajaran kurang optimal.
Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,3) dijelaskan
bahwa fungsi perpustakaan adalah sebagai berikut :
1.

Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas
akademika, oleh karena itu bahan perpustakaan yang disediakan
adalah bahan perpustakaan yang mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program

17
Universitas Sumatera Utara

2.
3.

4.


5.

6.

7.

studi, bahan perpustakaan tentang strategi belajar mengajar dan materi
pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang
mudah diakses oleh pencari dan pemustaka informasi.
Fungsi Riset Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer
dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan
penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Bahan perpustakaan pendukung penelitian di perpustakaan perguruan
tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat
diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam
berbagai bidang.
Fungsi Rekreasi, Perpustakaan harus menyediakan bahan
perpustakaan rekreatif yang bermakna untuk membangun dan
mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pemustaka

perpustakaan.
Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan
publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni
sivitas akademika dan staf non-akademik.
Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh
karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan
tingginya.
Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian
dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang
dimilikinya untuk membantu pemustaka dalam melakukan
dharmanya.

Sementara tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai
berikut:
a) Mengikuti
perkembangan kurikulum
serta perkuliahan dan
menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran.
b) Menyediakan bahan perpustakaan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya.

d) Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang
diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan
berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan
bagi para peneliti.
e) Memutakhirkan bahan perpustakaan dengan mengikuti terbitanterbitan yang baru baik berupa tercetak maupun non cetak.
f) Menyediakan fasilitas yang memungkinkan pemustaka mengakses
perpustakaan lain maupun data base-data base melalui jaringan lokal
(intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan
kebutuhan informasi yang diperlukan.

18
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Bahan Perpustakaan
Mengingat perpustakaan sebagai jantung perguruan tinggi, maka untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, perpustakaan perguruan tinggi harus
menyediakan bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang bahan pustakanya relevan
dengan pemustaka yang dilayani.
Pelayanan sebuah perpustakaan akan dianggap stabil bila suatu

perpustakaan memiliki kelengkapan bahan perpustakaan. Bahan perpustakaan
merupakan

unsur

terpenting

pada

sebuah

perpustakaan,

karena

bahan

perpustakaan yang yang dimiliki oleh perpustakaan hanya untuk dimanfaatkan
oleh pemustaka jasa perpustakaan.
Dalam UU No. 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa: “koleksi

perpustakaan adalah bentuk karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam dalam
berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan
dilayankan”.
Sutarno

(2006)

dalam

Widodo

menyebutkan

bahwa,

“koleksi

perpustakaan merupakan citra perpustakaan, koleksi sebagai daya tarik dari
perhatian pemustaka, bahan perpustakaan juga meningkatkan performa kerja”.
Menurut World Encyclopedy of Library and Information Science, “jajaran

bahan perpustakaan perpustakaan umumnya dalam bentuk buku-buku, terbitan
berkala, laporan rekaman yang selesai diklipping/film dan CD untuk video kaset
dan CD ROM, microform”.

19
Universitas Sumatera Utara

Menurut Soeatminah (1992), disebutkan bahwa :
sebuah perpustakaan harus memiliki apa yang dinamakan bahan
perpustakaan, sehingga tidak hanya satu macam, melainkan bermacammacam jenisnya yang antara lain bahan perpustakaanumum dan bahan
perpustakaan khusus.

Dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan Sulistyo-Basuki (1991, 15)
berpendapatbahwa :
Perpustakaan pada umumnya menerima bahan pustaka dari pemerintah
berupa buku-buku, tetapi ada juga perpustakaan yang melengkapi koleksi
dengan cara mencari sumbangan buku-buku kepada penerbit-penerbit dan
toko-toko buku menerima sumbangan dari organisasi-organisasi, tukar
menukar dengan perpustakaan lain dengan tujuan memperbanyak judul
buku dengn jalan mengurangi jumlah eksemplar buku.
Ada empat jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan
yangwajib dimiliki oleh setiap perpustakaan. Jika tidak dimiliki secara
utuh, terkesan tidak ideal sebagai sebuah perpustakaan. Empat hal
tersebutyaitu:
a) Karya cetak,
b) Karya non cetak,
c) Bentuk mikro, dan
d) Karya dalam bentukelektronik.
Sebagaimana dituliskan Elnanda (2015, 25) bahwa perpustakaan memiliki
dua jenis koleksi, yakni :
a. Koleksi buku atau bahan tercetak/ tertulis
Bahan pustaka yang berupa buku menggunakan kertas sebagai media
untuk mencetak tulisan yang mengandung informasi. Data jumlah
buku perpustakaan berdasarkan jurusan/ spesifikasi dan golongan yang
tersedia dari golongan umum, golongan khusus, hasil penelitian
maupun laporan pengamatan, bahkan terdapat koleksi majalah atau
surat kabar yang isinya relevan dengan misi dan visi perpustakaan.
b. Koleksi non cetak (non printed material)
Dari penjelasan di atas dapat diartikan bahwa bahan perpustakaan adalah
semua bentuk rekaman hasil karya manusia yang dikumpulkan, diolah dan
disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan

20
Universitas Sumatera Utara

pemakai. Bahan perpustakaan perlu diatur dan ditata secara sistematis, sehingga
mudah digunakan, dicari dan ditemukan kembali pada saat dibutuhkan.
Pada umumnya bahan perpustakaan perguruan tinggi terdiri dari:
a) Buku teks yang diperlukan mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan
untuk mata kuliah tertentu maupun yang dianjurkan.
b) Buku untuk pengembangan ilmu yang melengkapi dan memperkaya
pengetahuan terutama bidang ilmu yang diajarkan pada perguruan tinggi.
c) Majalah/ jurnal ilmiah dan populer terbitan perguruan tinggi baik terbitan
sendiri, terbitan perguruan tinggi lain, maupun lembaga peneliti lainnya.
d) Penerbitan pemerintah, terutama produk hukum yang berkaitan dengan
perguruan tinggi.
e) Laporan-laporan, baik laporan penelitian ataupun laporan lainnya terutama dari
lembaganya sendiri.
Dalam laporan penelitian berupa skripsi, banyaknya mahasiswa yang akan
menyerahkan skripsi tercetak menyebabkan ketidakmampuan Perpustakaan USU
untuk menampung. Sehingga perpustakaan hanya menerima skripsi dalam bentuk
elektronik sebagai salah satu syarat mahasiswa bebas pustaka, yang kemudian
dilayankan dengan cara diunggah ke e-repository USU.

2.1.3.1 Bahan PerpustakaanTercetak
Bahan perpustakaan bahan cetak berasal dari karya cipta atau hasil pikiran
manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak.
Menurut Yulia (2006, 3) bahan perpustakaan tercetak dapat dibagi atas:

21
Universitas Sumatera Utara

1. Buku
Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang
paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan.Berdasarkan
standar dari UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman.
2. Terbitan berseri
Terbitan berseri merupakan bahan pustaka yang diterbitkan secara
terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Koleksi bahan pustaka
berseri meliputi surat kabar, majalah, jurnal, dan laporan yang
diterbitkan dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan dan
triwulan.
Pendapat lain mengenai penggolongan bahan tercetak menurut Elnanda
(2015, 26) antara lain :
a. Koleksi buku
Koleksi buku pada perpustakaan ditentukan berdasar pertimbangan
mengenai materi yang disajikan dalam buku mengenai suatu bidang
ilmu pengetahuan.
b. Majalah
Perpustakaan tentu memiliki koleksi majalah, yakni terbitan yang
mengangkat satu tema mengenai cabang ilmu pengetahuan, namun
sifatnya ringan yang berbeda dengan buku
c. Koran dan terbitan lainnya
Penentuaan koran atau terbitan lainnya cara menyeleksi dan
memperlakukan sama dengan majalah.
2.1.3.2 Bahan Perpustakaan Tidak Tercetak
Secara harafiah bahan perpustakaantidak tercetak merupakan karya cipta
atau hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk yang bukan cetak,
seperti rekaman suara, rekaman video, audio film, CD, microphice, dan bahan
penyimpanan elektronik lainnya.
Bahan perpustakaan non cetak menurut Elnanda (2015, 27) dapat dibagi
menjadi :
a. Digital
Semua koleksi tersedia dalam berbagai media (audio, visual, dan teks)
berbentuk digital, sehingga dapat disimpan di suatu tempat
penyimpanan digital (storage media), lalu diolah secara terpisah oleh

22
Universitas Sumatera Utara

berbagai PC dan tersaji dalam layar komputer pemakai, atau
diperbanyak, disalin, dan dicetak oleh pemakai. Keseluruhan isi digital
dapat diolah secara otomatis sekaligus menjadi bagian yang bersatu
dengan sistem temu kembali.
b. Koleksi audio visual
Media audio visual yang sering disebut dengan AVA (Audio Visual
Aids), bisa diartikan alat pembantu atau alat peraga audio visual.
Kemudian istilah ini lazim disebut dengan “media audio visual”.
Audio visual dapat dibagi menjadi:
a) Media audio
(1) Piringan hitam
(2) Tape/ cassette
b) Media visual
(1) Film (bisu)
(2) slide
(3) Filmstrips
(4) Overhead projection
c) Audio visual
(1) Televisi
(2) VCD/ DVD
(3) Film bicara
(4) Tape dan sound slide

2.2

Penyiangan (Weeding)Bahan Perpustakaan
Di dalam sebuah sistem perpustakaan, bahan perpustakaan adalah salah

satu unsur penting. Nilai informasi yang dikandung di dalam suatu bahan
perpustakaan, serta harga bahan perpustakaan yang relatif cukup mahal,
mengharuskan perpustakaan melakukan upaya-upaya pelestarian.
Menurut Sulistyo-Basuki dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan
(1991,271-274) disebutkan bahwa:
preservation atau pelestarian mencakup semua aspek usaha melestarikan
bahan perpustakaan dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan
pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode, dan teknik
penyimpannnya. Conservation atau pengawetan terbatas pada kebijakan
serta cara khusus dalam melindungi bahan perpustakaan dan arsip untuk
kelestarian bahan perpustakaan tersebut.

23
Universitas Sumatera Utara

Kebijakan pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan suatu
perpustakaan berkaitan dengan perencanaan serta kegiatan mengurangi kerusakan
bahan perpustakaan. Kegiatan-kegiatan pengawasan lingkungan dan fisik materi
dan gedung, pengembangan perencanaan, kesiagaan terhadap kerusakan bahan
perpustakaan, usaha alih media/bentuk, serta perawatan preventif dan perbaikan
dituangkan dalam program yang terpadu. Harus ditunjuk orang, bagian atau pihak
tertentu yang bertanggung jawab atas program pengawetan dan pelestarian ini,
yang dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk di dalamnya pihak
administrasi perpustakaan, pengawasan gedung (maintenance), dan pihak atasan
dari instansi induk setempat.
Menurut Qalyubi seperti yang dikutip Elnanda (2015, 25) disebutkan
bahwa :
koleksi perpustakaan perlu dikembangkan agar terpenuhi kebutuhan
pemakai dan masyarakat akademis atau masyarakat pada umumnya
dapat dilayani. Kebijakan yang dikembangkan untuk pengembangan
koleksi ini melalui pemilihan, pengadaan, penyiangan, dan evaluasi.
Upaya pelestarian bahan perpustakaan di perpustakaan tidak hanya dalam
hal fisik, tetapi juga dalam hal informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan
kata lain upaya pelestarian ini dimaksudkan untuk menjaga bahan perpustakaan
yang dimiliki agar tidak cepat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
berbagai macam serangga, rayap, pemakaian oleh pemustaka perpustakaan, cuaca
dan kondisi alam (basah, lembab, sinar matahari dan lain-lain).
Dengan demikian upaya pelestarian ini dapat menjaga dan melindungi
bahan perpustakaan supaya menjadi lebih awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa

24
Universitas Sumatera Utara

menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Di sinilah peran penyiangan
bahan perpustakaan dibutuhkan.

2.2.1 Pengertian Penyiangan (Weeding) Bahan Perpustakaan
Evans yang dikutip Winoto (2004, 11) menyebutkan bahwa : “weeding is
considered as an integral part of the collection development program by authors
of standards collection development”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
penyiangan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengembangan koleksi.
Menurut Lasa (2005, 323) disebutkan penyiangan (weeding) adalah :
upaya pengeluaran sejumlah koleksi dari perpustakaan karena
dianggap tidak relevan lagi, terlalu banyak jumlah eksemplanya,
sudah ada edisi baru, atau koleksi itu termasuk terbitan yang dilarang.
Koleksi ini dapat ditukarkan dengan koleksi perpustakaan lainnya,
dihadiahkan, atau dihancurkan untuk pembuatan kertas lagi.
Bahan perpustakaan perlu disiangi secara berkala agar bahan perpustakaan
yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan bahan perpustakaan yang baru.
Pemilihan bahan perpustakaan yang dikeluarkan dari sirkulasi sebaiknya
dilakukan oleh petugas perpustakaan, kemudian dipisahkan atau dipindahkan,
dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan
kemuktakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen.
Akbar (2013) berpendapat bahwa:
Pada perpustakaan perguruan tinggi penyiangan tetap dilakukan,
walaupun bertujuan menyediakan secara lengkap pengetahuan manusia,
kembali pada alasan klasik bahwa tidak mungkin bagi sebuah
perpustakaan untuk menyimpan semua terbitan yang ada di dunia. Oleh
karena itu, sebesar apapun ruangan perpustakaanya, seberapa besarpun
dananya, pustakawannya harus mengelola koleksi dengan baik. Dan
penyiangan merupakan salah satu cara untuk menjaga agar koleksi yang

25
Universitas Sumatera Utara

dibutuhkan pengguna dapat diakses dengan mudah dan cepat, tanpa
dikacaukan oleh koleksi yang tidak terpakai.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Penyiangan (weeding) Bahan perpustakaan
Adapun tujuan dari penyiangan adalah untuk memperoleh tambahan
tempat (shelf space) untuk bahan perpustakaan yang baru, membuat bahan
perpustakaan lebih bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang akurat,
relevan, up to date dan menarik, memberikan kemudahan pada pemakai bahan
perpustakaan, dan memungkinkan staf perpustakaan untuk mengelola bahan
perpustakaan lebih efektif dan lebih efisien.
Tujuan dari kegiatan konservasi dan preservasi sebagai upaya pengawetan
dan pelestarian bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:
1) Menyelamatkan nilai informasi suatu dokumen
2) Menyelamatkan fisik dari suatu dokumen
3) Mengatasi kendala kekurangan ruang
4) Mempercepat proses temu balik informasi
Sedangkan fungsi dari kegiatan konservasi dan preservasi sebagai upaya
pengawetan dan pelestarian bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:
1) Fungsi melindungi, adalah untuk melindungi bahan perpustakaan supaya
terjaga kelestariaannya sehingga dapat digunakan lebih lama.
2) Fungsi pengawetan, untuk membuat bahan perpustakaan menjadi lebih awet
dan tahan lama.
3) Fungsi kesehatan, adalah terjaga kebersihannya sehingga petugas maupun
pemustaka perpustakaan terjaga kesehatannya.

26
Universitas Sumatera Utara

4) Fungsi pendidikan, adalah melatih atau mendidik pemustaka untuk lebih
memperhatikan penggunaan dan perlakuan terhadap bahan perpustakaan
5) Fungsi kesabaran, adalah melatih kesabaran karena untuk merawat bahan
perpustakaan diperlukan kesabaran yang besar
6) Fungsi sosial, adalah mampu menciptakan komunikasi dan hubungan dengan
pihak luar.
7) Fungsi

ekonomi,

adalah

menghemat

anggaran

dalam kegiatan

pemeliharaanbahan perpustakaan
8) Fungsi

keindahan,

karena

dengan

kerapian

dan

kebersihan

bahan

perpustakaan maka akan tercipta keindahan sehingga pemustaka akan merasa
senang.
Menurut Marry Peacock Douglas dalam Winoto (2004, 11) disebutkan
beberapa kriteria dalam penyiangan bahan perpustakaan berupa buku, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Buku yang sangat rusak yang tidak bisa diperbaiki
Buku yang lembarannya tidak lengkap lagi
Buku yang isinya sudah out of date
Buku yang jumlah salinannya terlalu banyak
Buku yang kurang bermanfaat bagi masyarakat yang dilayani
Buku yang telah ada edisi baru atau ada edisi revisi
Buku yang dilarang beredar oleh pemerintah.

Sedangkan HF McGraw dalam Evans, (2000) disebutkan beberapa hal
yang dapat menjadi kriteria penyiangan, yaitu:
1) Memiliki duplikasi eksemplar yang terlalu banyak (melebihi
ketentuan)
2) Merupakan bahan perpustakaan sumbangan dan bahan
perpustakaan kurang dibutuhkan atau kurang sesuai dengan visi
dan misi perpustakaan
3) Buku-buku yang sudah using (out of date) kuno terutama untuk
kategori ilmu pengetahuan
4) Edisi yang sudah digantikan dengan edisi baru

27
Universitas Sumatera Utara

5) Buku yang sangat kotor, lusuh, lapuk, sobek dan lain-lain.
6) Buku-buku yang dicetak dengan huruf-huruf yang terlalu kecil
dengan kualitas kertas yang rendah (mudah patah atau sobek) dan
banyak halaman yang hilang
7) Volume yang sudah tidak dibutuhkan atau digunakan lagi oleh
pemustaka
8) Terbitan berkala yang tidak disertai indeks.

2.2.3

Kebijakan Penyiangan(Weeding) Bahan Perpustakaan
Menurut Rahayuningsih dalam Akbar (2013), disebutkan bahwa :
Kebijakan khusus diperlakukan untuk menjaga kesinambungan antara
tempat, koleksi yang selalu bertambah dengan koleksi yang dibutuhkan
oleh pengguna. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui kegiatan
penyiangan. Penyiangan merupakan pemindahan koleksi dari koleksi
aktif perpustakaan dengan tujuan menyingkirkan atau mengirim ke
tempat peyimpanan. Koleksi yang jarang digunakan dapat dikirim ke
tempat penyimpanan sehingga dapat mengurangi masalah tempat dan
membuat pelayanan koleksi menjadi lebih mudah. Koleksi
perpustakaan disiangi karena faktor isi yang sudah tidak menarik, atau
kuno, kondisi fisik yang secara umum tidak sempurna, misalnya robek,
dicoret-coret. Selain itu, pola pemakaian koleksi yang kecil
frekuensinya atau menurun dapat menjadi alasan mengapa sebuah
koleksi disiangi. Atau bisa juga kombinasi dari ketiga faktor tersebut
menjadi alasan penyiangan koleksi.
Kebijakan merupakan landasan atau pedoman untuk menyusun kebutuhan.

Ada beberapa kebijakan yang perlu diperhatikan. Adapun kriteria penyiangan
bahan perpustakaan menurut jenis bahan perpustakaan yang disiangi yaitu sebagai
berikut:
1. Buku (monograft)
Dalam melakukan penyiangan bahan perpustakaan yang berupa buku atau
monografi, yaitu sebagai berikut:
a)

Bidang kajian. Bidang kajian yang sudah tidak sesuai dengan kebijakan
instansi dan tujuan perpustakaan sebaiknya diasingkan

28
Universitas Sumatera Utara

b) Usia atau umur bahan perpustakaan dapat dipertimbangkan agar bahan
perpustakaan tersebut dapat diganti dengan bahan perpustakaan baru
c)

Cakupan duplikasi. Jumlah bahan perpustakaan yang memiliki duplikasi
yang banyak dalam jajaran rak sebaiknya dikurangi dan disisihkan ke
tempat lain

d) Sumber alternatif. Dengan adanya kerjasama antar perpustakaan maka
bahan perpustakaan yang kurang bermanfaat dapat dikurangi dengan
mengakses kepada perpustakaan lain yang memiliki informasi yang
dibutuhkan.
e)

Kondisi fisik, buku-buku yang sobek, lapuk dan jilidnya rusak sebaiknya
di-weeding untuk dilakukan perbaikan.

f)

Tingkat

perlakuan,

buku-buku

yang

berisi

prinsip-prinsip

dasar

mempunyai manfaat yang lebih tinggi dan bersifat lama jika dibandingkan
dengan buku-buku yang bersifat manual yang akan cepat out of date
sejalan dengan perkembangan teknologi.
g) Kepentingan pengarang. Pengarang yang lebih menguasai tentang suatu
subyek dalam ilmu tersebut, sebaiknya dipertahankan.Namun apabila
terpaksa harus dikeluarkan, maka harus ditempatkan pada tempat yang
mudah untuk ditelusuri kembali.
h) Bahasa. Buku yang diterbitkan dalam bahasa Inggris biasanya lebih lama
umur pemakaiannya, jika dibandingkan dengan buku yang diterbitkan
dalam bahasa lain.

29
Universitas Sumatera Utara

2. Serial
Berbeda dengan kebijakan penyiangan untuk bahan perpustakaan yang
berupa buku atau monografi, penyiangan bahan perpustakaan yang berupa serial
memiliki kebijakan tersendiri, yaitu:
a) Penerbit. Untuk penerbit serial yang prestisius dengan menerbitkan
terbitan untuk objek kajian kepada masyarakat luas, hendaknya
dipertahankan.
b) Cakupan indeks. Majalah yang mempunyai cakupan indeks dan
abstrak lebih bagus hendaknya menjadi bahan pertimbangan jika
dibandingkan dengan majalah yang tanpa disertai indeks dan abstrak.
c) Versi diganti. Saat ini sudah banyak dijumpai majalah versi mikro,
sehingga terbitan berseri yang sudah ada penggantinya ini dapat
disisihkan untuk disiangi.
d) Usia. Untuk terbitan berseri ini dilakukan penyisihan, maka
keseluruhan volume saja dengan atau dengan beberapa nomor saja.
e) Bahasa. Bahasa yang digunakan akan turut menjadi faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menyiangi bahan perpustakaan serial ini.
Dalam bukunya, Lasa HS (2005) mengemukakan bahwa:
penyortiran majalah dilakukan untuk judul-judul majalah yang
telah banyak dibaca oleh pemustaka karena telah cukup waktu
dipajang, maka hendaknya segera diambil. Kemudian majalahmajalah untuk sementara waktu disimpan dulu dalam almari,
gudang, rak khusus diurutkan judulnya.

30
Universitas Sumatera Utara

3.

Bahan Audio-Visual
Menurut Qalyubi (2007) dalam buku Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan

Informasi :
semua bahan audio-visual yang rusak atau cacat menjadi calon untuk
disiangi. Keputusan dibuat per judul oleh kepala bagian audio visual.
Frekuensi pemustakaan dan kerusakan menjadi faktor penting dalam
keputusan.
4. Bahan terbitan pemerintah
Edisi-edisi terbitan pemerintah yang ada dalam bahan perpustakaan
terbitan pemerintah (Government Document Collection) yang menjadi kadaluarsa
dengan adanya edisi baru menjadi calon untuk ditarik. Keputusan akhir dibuat per
judul oleh pustakawan yang mengelola bahan perpustakaan tersebut.
5. Bahan rujukan
Bagian rujukan telah menetapkan kebijakan khusus bagi banyak sumber
rujukan yang secara periodik menjadi kadaluarsa karena telah ada revisi atau edisi
baru sebagai penggantinya. Keputusan untuk menarik judul-judul ini dan untuk
merevisi kebijakan penyiangan dibuat oleh kepala bagian rujukan, yang
berkonsultasi dengan pustakawan pengembangan bahan perpustakaan.
Kriteria penyiangan menurut Yulia seperti yang dikutip Akbar (2013)
adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya perpustakaan memiliki peraturan tertulis tentang
penyiangan. Dengan dimikian ada pegangan dalam melaksanakan
penyiangan dari waktu ke waktu,
b. Hendaknya pustakawan meminta bantuan kepada spesialis subyek dari
bahan pustaka yang akan disiangi, untuk bersama-sama menentukan
apa yang perlu dikeluarkan dari koleksi perpustakaan serta apa yang
harus dilakukan terhadap hasil penyiangan itu. Sebagai contoh, pada
perpustakaan perguruan tinggi bisa meminta bantuan kepada dosen,
ketua jurusan, Pembantu Dekan I, bahkan dekan,

31
Universitas Sumatera Utara

c. Kriteria umum penyiangan koleksi adalah sebagai berikut:
(1) Subyek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna
perpustakaan,
(2) Bahan pustaka yang sudah usang isinya,
(3) Edisi terbaru sudah ada sehingga yang lama dapat dikeluarkan dari
koleksi,
(4) Bahan pustaka yang sudah terlalu rusak dan tidak dpat diperbaiki
lagi,
(5) Bahan pustaka yang isiny sudah tidak lengkap lagi dan tidak dapat
diusahakan gantinya,
(6) Bahan pustaka yang jumlah duplikatnya banyak, tetapi frekuensi
pemakaian rendah,
(7) Bahan pustaka terlarang
(8) Hadiah yang dieroleh tanpa diminta, dan memang tidak sesuai
dengan kebutuhan pengguna,
(9) Bahan pustaka yang sudah tidak digunakan lagi dan tidak
dibutuhkan.

Senada dengan pendapat di atas,

Sumantri dalam Akbar (2013)

mengungkapkan ada 9 (sembilan) pedoman penyiangan (weeding) yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Buku yang isinya (subyeknya) kurang bermanfaat,
Buku yang sudah demikian rusak, tidak dapat diperbaiki lagi
Buku yang sudah ketinggalan zaman
Buku yang isinya kurang lengkap
Buku yang jumlahnya terlalu banyak sehingga bisa dikurangi lagi,
Buku yang frekuensi pemakaiannya rendah,
Buku yang sudah usang, fisik maupun materinya,
Buku yang terlarang

Apabila sebuah perpustakaan memilih untuk menggudangkan bahan
perpustakaan yang telah disiangi, maka ada kriteria yang bisa dipertimbangkan
sebagaimana dikemukakan Yulia (2009, 35-36) yaitu:
a. kajian terhadap keadaan buku di rak,
b. nilai sebuah judul buku dalam subyek yang dibahas buku itu,
c. nilai historis yang dikandung oleh isi buku itu untuk bidang ilmu yang
dibahasnya,
d. keberadaan edisi lain dari buku itu,
e. keberadaan buku lain dari subyek yang sama
f. kondisi fisik buku tersebut,

32
Universitas Sumatera Utara

g. banyaknya buku yang digudangkan maksimal berimbang dengan
pertambahan buku, sebaiknya lebih kecil dari pertambahan buku
setiap tahunnya.
2.2.4

Prosedur Penyiangan (Weeding) Bahan Perpustakaan
Hal selanjutnya yang tak kalah penting untuk dikaji adalah masalah

prosedur penyiangan. Prosedur adalah sebuah cara sistematis dan terpikir secara
baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran. Dalam
melakukan kegiatan penyiangan bahan perpustakaan, ada bebrapa prosedur yang
harus dilakukan, yaitu:
1) Pustakawan (bersama dengan pihak terkait lainnya) mengadakan pemilihan
bahan perpustakaan yang perlu dikeluarkan dari bahan perpustakaan
berdasarkan pedoman penyianganyang telah ditetapkan.
2) Pustakawan menyusun daftar bahan perpustakaan yang akan dikeluarkan dari
rak. Buku-bukuyang akan dikeluarkan dari rak buku, kartu-kartunya
dikeluarkan dari buku yangbersangkutan dan kartu katalognya ditarik dari
laci/ jajaran katalog.
3) Buku-buku yang dikeluarkan

diberi

tanda dikeluarkan dari

bahan

perpustakaan sebagai bukti bahwa buku tersebut bukan lagi milik
perpustakaan.
4) Apabila bahan perpustakaan tersebut masih layak untuk digunakan (eksemplarnya terlalu banyak namun isi belum "out of date" dapat disisihkan untuk
bahan penukaran atau hadiah.
5) Jika bahan perpustakaan dirasakan masih banyak dicari dan digunakan
pemakai, maka buku tersebut hanya disimpan di gudang (weeding stock).

33
Universitas Sumatera Utara

6) Untuk

bahan

perpustakaan

yang

akan

dimusnahkan

hendaknya

memperhatikan peraturan yang berlaku berkaitan dengan penghapusan barang
milik negara, terutama untuk perpustakaan yang bernaung di bawah
pemerintah.
2.2.5 Kendala Penyiangan (Weeding )Bahan Perpustakaan
Kegiatan penyiangan bukanlah hal mudah yang bisa dilakukan siapa saja.
Karena proses weeding memerlukan proses yang panjang dan tidak sebentar.
Selain itu dalam pelaksanaannya banyak kendala atau hambatan dalam dari pihak
pengelola perpustakaan sendiri.
Hambatan ataupun kendala dalam melakukan penyiangan (weeding)
sebagaimana disebutkan Akbar (2013) meliputi:
a.
b.
c.
d.

Tidak punya waktu
Penundaan pelaksanaan
Takut melakukan kesalahan
Takut disebut sebagai orang yang suka “mengkilokan” buku (dijual
kepada pengepul kertas bekas yang membayarnya berdasarkan berat
kertas).

Beberapa kendala yang mungkin dijumpaidalam pelaksanaan kegiatan
penyiangan, yakni sebagai berikut.
1) Adanya

kebanggaan

terhadap

bahan

perpustakaan

(hambatan

psikologis)seperti adanya perasaan tidak rela membuang bahan perpustakaan
yang selama ini dimiliki,
2) Masih adanya anggapan jumlah bahan perpustakaan menentukan mutu.
Jumlah bahan perpustakaan dianggap akan menunjukkan kehebatan
perpustakaan tanpa memperhatikan kondisi dan relevansi bahan perpustakaan
tersebut dengan tujuan perpustakaan.

34
Universitas Sumatera Utara

3) Adanya anggapan bahwa penyiangan berlawanan dengan tujuan pengadaan
atau konsep pembangunan bahan perpustakaan
4) Masih dijumpainya prosedur yang rumit, terutama untuk bahan perpustakaan
yang ada diperpustakaan pemerintah, karena setiap pengeluaran barang harus
dilakukan melalui prosedur yang membutuhkan waktu lama dan terkesan
rumit.
Dalam buku yang berjudul Less More Than Less, karya Donna J.
Baumbach dan Linda L. Miller dalam Heri Kusnanto (2011), disebutkan bahwa
ada beberapa kendala dalam weeding, yaitu:
1) Rasa bangga terhadap sebuah bahan perpustakaan.
2) Pustakawan atau staf perpustakaan sebelumnya tidak melakukan
weeding,sehingga malas untuk melakukannya.
3) Perasaan tidak suka membuang bahan perpustakaan.
4) Lebih senang memberikan bahan perpustakaan kepada
perpustakaan lain atau orang lain daripada membuangnya.
5) Bahan perpustakaan yang banyak akan menunjang proses
akreditas, jadi bahan perpustakaan tetap disimpan.
6) Rasa sayang terhadap sebuah bahan perpustakaan, hingga tidak
akan membuang atau melakukan weeding hingga bahan
perpustakaan tersebut pantas untuk dibuang (benar-benar rusak).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui beberapa prinsip
seseorang yang tidak akan pernah melakukan weedingyaitu:
1) Jika weeding dilakukan, orang akan menganggap bahwa hal tersebut
membuangilmu atau penemuan dan membuang uang.
2) Tidak memiliki waktu cukup waktu untuk melakukan weeding.
3) Ketidaktahuan seseorang mengenai ilmu dan manfaat weeding, sehingga
timbulrasa takut akan membuang bahan perpustakaan yang berharga atau
seharusnya tidak dibuang,atau bahkan bahan perpustakaan yang baru.

35
Universitas Sumatera Utara