Perbandingan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Penggunaan Pil Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Di Puskesmas Helvetia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti
sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan
tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik di dalam maupun di luar
negeri. Di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas
prakarsa kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada
masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris. Hal
tersebut
sejalan
dengan
ditinggalkannya
cara-cara
mengatur
kehamilan secara tradisional dan mulai digunakannya alat-alat
kontrasepsi yang memenuhi syarat medis, maka dimulailah usahausaha keluarga berencana di abad modern, dengan tujuan dan
sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan
kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran
saja.1
Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling
efektif
dan
Kontrasepsi
reversibel
oral
untuk
kombinasi
mencegah
bekerja
terjadinya
secara
kehamilan.2
primer
dengan
menghambat ovulasi. Ovulasi dihambat dengan kerja pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium untuk mengurangi hormon luteinizing
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Sebagai
tambahan, kontrasepsi oral kombinasi memiliki efek kontraseptif pada
lendir serviks dan endometrium.3
Universitas Sumatera Utara
Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi oral (pil kontrasepsi)
yang terpenting adalah memilih jenis yang memiliki khasiat kontrasepsi
yang paling sedikit kegagalannya. Meskipun harus memilih jenis yang
memiliki efek samping paling sedikit, ini bukan merupakan prioritas
utama dalam pemilihan pil kontrasepsi. Semua jenis kombinasi
memiliki keampuhan yang sama, tetapi belum tentu setiap individu
memiliki kenyamanan yang sama. Kebanyakan efek samping yang
terjadi disebabkan oleh kandungan estrogen dalam sediaan tersebut
sehingga pil kontrasepsi dibagi menjadi pil dengan estrogen rendah
(20-35 μg) dan pil dengan estrogen tinggi (50 μg).2
Semua organ tubuh wanita yang berada di bawah pengaruh
hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh
kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi
perubahan-perubahan tertentu. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh
dosis, jenis hormon dan lama penggunaannya. Organ yang paling
terpengaruh
oleh
k/ontrasepsi
hormonal
adalah
endometrium,
miometrium, serviks, dan payudara.2 Sekitar 25% wanita mendapatkan
pengalaman efek samping ketika menggunakan kontrasepsi oral,
paling sering selama 3 bulan pertama. Karena efek samping ini dapat
menyebabkan
ketidakpatuhan
atau
penghentian
penggunaan
kontrasepsi oral, pengetahuan pasien mengenai efek samping yang
dapat terjadi dan cara mencegahnya dibutuhkan.4
Selama penggunaan pil kontrasepsi terjadi peningkatan ringan
tekanan darah sistolik dan diastolik, terutama pada 2 tahun pertama
Universitas Sumatera Utara
penggunaannya. Tidak pernah ditemukan terjadinya peningkatan yang
patologik. Begitu pil kontrasepsi dihentikan, biasanya tekanan darah
akan kembali normal. Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung
komponen gestagen seperti minipil dan depo gestagen tidak
meningkatkan tekanan darah. Namun, kalau sudah menderita
hipertensi
sebelumnya,
minipil
maupun
depo
gestagen
dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi (>140/90)
dijumpai pada 2-4% wanita pemakai pil kontrasepsi, terutama yang
mengandung etilestradiol. Keadaan ini erat kaitannya dengan usia
wanita dan lama penggunaan. Kejadian hipertensi meningkat sampai
2-3 kali lipat setelah 4 tahun penggunaan pil kontrasepsi yang
mengandung estrogen. Jika tekanan darah > 160/95 mmHg sebaiknya
jangan diberikan pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, dan bila
tekanan darah > 200/120 mmHg, semua jenis kontrasepsi hormonal
merupakan kontraindikasi. Setelah penghentian pil kontrasepsi,
biasanya tekanan darah akan kembali normal, tetapi bila hal ini tidak
terjadi perlu diberi obat antihipertensi.2
Etinilestradiol merupakan penyebab terjadinya hipertensi. Gestagen
memiliki pengaruh minimal terhadap tekanan darah. Patogenesis pasti
belum
diketahui.
Dijumpai
peningkatan
angiotensinogen
dan
angiotensin II. Etinilestradiol dapat meningkatkan angiotensinogen 3-5
kali kadar normal.2
Dari Data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Maret 2011, yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa Peserta KB Baru secara nasional pada bulan
Maret 2011 sebanyak 739.500 peserta, apabila dilihat per mix
kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 48.891
peserta spiral (6,61%), 9.634 peserta MOW (metode operasi wanita)
(1,30%), 2.508 peserta MOP (metode operasi pria) (0,34%), 47.824
peserta kondom (6,47%), 50.781 peserta implant (6,87%), 373.154
peserta suntikan (50,46%), dan 206.708 peserta pil (27,94%). Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa peserta pil menduduki peringkat
kedua setelah peserta suntikan.5 Berdasarkan data BKKBN Provinsi
Sumatera Utara jumlah akseptor aktif pada tahun 2010 di kota Medan
214.127
akseptor,
dengan
akseptor
pengguna
kontrasepsi
pil
sebanyak 70.126 orang.6 Seperti halnya obat-obat hormonal sintetik
yang lain, kombinasi hormon ini juga mempunyai beberapa efek
samping salah satunya peningkatan tekanan darah yang secara tidak
langsung menurunkan kualitas hidup wanita akseptor KB hormonal.
Efek samping penggunaan pil kontrasepsi ini sering menjadi alasan
akseptor
untuk
tidak
menggunakan
atau
tidak
patuh
dalam
penggunaan pil kontrasepsi. Oleh karena itu perlu dikaji tentang
perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah penggunaan pil
kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota
Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dirumuskan masalah:
Bagaimana perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah
penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas
Helvetia Kota Medan?
1.3 Hipotesa Penelitian
1. Adanya peningkatan tekanan darah sistolik yang bermakna
sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi dalam
masa waktu 6 bulan.
2. Adanya peningkatan tekanan darah diastolik yang bermakna
sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi
dalam
masa waktu 6 bulan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi di Puskesmas Helvetia
Kota Medan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi
2. Mengetahui perbandingan tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi
Universitas Sumatera Utara
3. Mengetahui nilai rerata tekanan darah sistolik dengan BMI
underweight, normoweight, overweight, dan obesitas sebelum
dan sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral
kombinasi
4. Mengetahui nilai rerata tekanan darah diastolik dengan BMI
underweight, normoweight, overweight, dan obesitas sebelum
dan sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral
kombinasi
1.5. Manfaat Penelitian.
a. Memberi gambaran mengenai perbandingan tekanan darah
sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi di
Puskesmas Helvetia Kota Medan, sehingga diharapkan dapat
menjadi masukan bagi Puskesmas tersebut dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
b. Memberikan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut,
meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang penggunaan
kontrasepsi
hormonal,
serta
dapat
menerapkannya
dalam
memberikan penyuluhan pada akseptor KB.
c. Menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman peneliti
tentang efek samping dari kontrasepsi hormonal oral terhadap
perubahan tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti
sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan
tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik di dalam maupun di luar
negeri. Di luar negeri upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas
prakarsa kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada
masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris. Hal
tersebut
sejalan
dengan
ditinggalkannya
cara-cara
mengatur
kehamilan secara tradisional dan mulai digunakannya alat-alat
kontrasepsi yang memenuhi syarat medis, maka dimulailah usahausaha keluarga berencana di abad modern, dengan tujuan dan
sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan
kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran
saja.1
Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling
efektif
dan
Kontrasepsi
reversibel
oral
untuk
kombinasi
mencegah
bekerja
terjadinya
secara
kehamilan.2
primer
dengan
menghambat ovulasi. Ovulasi dihambat dengan kerja pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium untuk mengurangi hormon luteinizing
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Sebagai
tambahan, kontrasepsi oral kombinasi memiliki efek kontraseptif pada
lendir serviks dan endometrium.3
Universitas Sumatera Utara
Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi oral (pil kontrasepsi)
yang terpenting adalah memilih jenis yang memiliki khasiat kontrasepsi
yang paling sedikit kegagalannya. Meskipun harus memilih jenis yang
memiliki efek samping paling sedikit, ini bukan merupakan prioritas
utama dalam pemilihan pil kontrasepsi. Semua jenis kombinasi
memiliki keampuhan yang sama, tetapi belum tentu setiap individu
memiliki kenyamanan yang sama. Kebanyakan efek samping yang
terjadi disebabkan oleh kandungan estrogen dalam sediaan tersebut
sehingga pil kontrasepsi dibagi menjadi pil dengan estrogen rendah
(20-35 μg) dan pil dengan estrogen tinggi (50 μg).2
Semua organ tubuh wanita yang berada di bawah pengaruh
hormon seks tentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh
kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi
perubahan-perubahan tertentu. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh
dosis, jenis hormon dan lama penggunaannya. Organ yang paling
terpengaruh
oleh
k/ontrasepsi
hormonal
adalah
endometrium,
miometrium, serviks, dan payudara.2 Sekitar 25% wanita mendapatkan
pengalaman efek samping ketika menggunakan kontrasepsi oral,
paling sering selama 3 bulan pertama. Karena efek samping ini dapat
menyebabkan
ketidakpatuhan
atau
penghentian
penggunaan
kontrasepsi oral, pengetahuan pasien mengenai efek samping yang
dapat terjadi dan cara mencegahnya dibutuhkan.4
Selama penggunaan pil kontrasepsi terjadi peningkatan ringan
tekanan darah sistolik dan diastolik, terutama pada 2 tahun pertama
Universitas Sumatera Utara
penggunaannya. Tidak pernah ditemukan terjadinya peningkatan yang
patologik. Begitu pil kontrasepsi dihentikan, biasanya tekanan darah
akan kembali normal. Kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung
komponen gestagen seperti minipil dan depo gestagen tidak
meningkatkan tekanan darah. Namun, kalau sudah menderita
hipertensi
sebelumnya,
minipil
maupun
depo
gestagen
dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi (>140/90)
dijumpai pada 2-4% wanita pemakai pil kontrasepsi, terutama yang
mengandung etilestradiol. Keadaan ini erat kaitannya dengan usia
wanita dan lama penggunaan. Kejadian hipertensi meningkat sampai
2-3 kali lipat setelah 4 tahun penggunaan pil kontrasepsi yang
mengandung estrogen. Jika tekanan darah > 160/95 mmHg sebaiknya
jangan diberikan pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, dan bila
tekanan darah > 200/120 mmHg, semua jenis kontrasepsi hormonal
merupakan kontraindikasi. Setelah penghentian pil kontrasepsi,
biasanya tekanan darah akan kembali normal, tetapi bila hal ini tidak
terjadi perlu diberi obat antihipertensi.2
Etinilestradiol merupakan penyebab terjadinya hipertensi. Gestagen
memiliki pengaruh minimal terhadap tekanan darah. Patogenesis pasti
belum
diketahui.
Dijumpai
peningkatan
angiotensinogen
dan
angiotensin II. Etinilestradiol dapat meningkatkan angiotensinogen 3-5
kali kadar normal.2
Dari Data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Maret 2011, yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa Peserta KB Baru secara nasional pada bulan
Maret 2011 sebanyak 739.500 peserta, apabila dilihat per mix
kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 48.891
peserta spiral (6,61%), 9.634 peserta MOW (metode operasi wanita)
(1,30%), 2.508 peserta MOP (metode operasi pria) (0,34%), 47.824
peserta kondom (6,47%), 50.781 peserta implant (6,87%), 373.154
peserta suntikan (50,46%), dan 206.708 peserta pil (27,94%). Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa peserta pil menduduki peringkat
kedua setelah peserta suntikan.5 Berdasarkan data BKKBN Provinsi
Sumatera Utara jumlah akseptor aktif pada tahun 2010 di kota Medan
214.127
akseptor,
dengan
akseptor
pengguna
kontrasepsi
pil
sebanyak 70.126 orang.6 Seperti halnya obat-obat hormonal sintetik
yang lain, kombinasi hormon ini juga mempunyai beberapa efek
samping salah satunya peningkatan tekanan darah yang secara tidak
langsung menurunkan kualitas hidup wanita akseptor KB hormonal.
Efek samping penggunaan pil kontrasepsi ini sering menjadi alasan
akseptor
untuk
tidak
menggunakan
atau
tidak
patuh
dalam
penggunaan pil kontrasepsi. Oleh karena itu perlu dikaji tentang
perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah penggunaan pil
kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota
Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dirumuskan masalah:
Bagaimana perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah
penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas
Helvetia Kota Medan?
1.3 Hipotesa Penelitian
1. Adanya peningkatan tekanan darah sistolik yang bermakna
sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi dalam
masa waktu 6 bulan.
2. Adanya peningkatan tekanan darah diastolik yang bermakna
sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi
dalam
masa waktu 6 bulan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan tekanan darah sebelum dan sesudah
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi di Puskesmas Helvetia
Kota Medan.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi
2. Mengetahui perbandingan tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi
Universitas Sumatera Utara
3. Mengetahui nilai rerata tekanan darah sistolik dengan BMI
underweight, normoweight, overweight, dan obesitas sebelum
dan sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral
kombinasi
4. Mengetahui nilai rerata tekanan darah diastolik dengan BMI
underweight, normoweight, overweight, dan obesitas sebelum
dan sesudah 6 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral
kombinasi
1.5. Manfaat Penelitian.
a. Memberi gambaran mengenai perbandingan tekanan darah
sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi di
Puskesmas Helvetia Kota Medan, sehingga diharapkan dapat
menjadi masukan bagi Puskesmas tersebut dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.
b. Memberikan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut,
meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang penggunaan
kontrasepsi
hormonal,
serta
dapat
menerapkannya
dalam
memberikan penyuluhan pada akseptor KB.
c. Menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman peneliti
tentang efek samping dari kontrasepsi hormonal oral terhadap
perubahan tekanan darah.
Universitas Sumatera Utara