Perbandingan Berat Badan pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Sebelum, Sesudah 6 Bulan dan 12 Bulan Penggunaan

(1)

Seminar Hasil Tesis Magister

PERBANDINGAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR

KONTRASEPSI HORMONAL ORAL KOMBINASI SEBELUM,

SESUDAH 6 BULAN DAN 12 BULAN PENGGUNAAN

OLEH :

Dewi Andriyati

PEMBIMBING :

1. dr. Rusli P. Barus, Sp.OG. K

2. dr. Khairani Sukatendel, M.Ked(OG), Sp.OG. K

PENYANGGAH :

1. dr. Muldjadi Affendy, M.Ked(OG), Sp.OG. K

2. Dr. dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG. K

3. dr. Johny Marpaung, M.Ked(OG), Sp.OG

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 201


(2)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM – 5

Pembimbing : dr. Rusli P. Barus, Sp.OG. K

dr. Khairani Sukatendel,M.Ked(OG),Sp.OG.K

Penyanggah : dr. Muldjadi Affendy,M.Ked(OG),Sp.OG.K

Dr. dr. Henry Salim Siregar,Sp.OG.K

dr. Johny Marpaung,M.Ked(OG),Sp.OG

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai Master

dalam bidang Obstetri dan Ginekologi


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

“Bismillaahirrahmaanirrahiim”

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa. Hanya atas izin dan kemurahan-Nya lah penulisan tesis ini dapat

diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master Kedokteran Klinis Obstetri dan

Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis saya ini masih

banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar

harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah

perbendaharaan pustaka, khususnya tentang :

PERBANDINGAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI

HORMONAL ORAL KOMBINASI SEBELUM, SESUDAH 6 BULAN DAN 12 BULAN PENGGUNAAN ”

Dengan selesainya penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

MSc (CTM), SpA.K dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH) yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di

Fakultas Kedokteran USU Medan.

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K dan Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,

M.Ked(OG), SpOG.K, selaku ketua dan sekretaris Departemen Obstetri dan


(5)

Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K dan dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG),

SpOG.K selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU, Medan.

Kepada Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Prof. dr. Hamonangan Hutapea,

SpOG.K, Prof. Dr. dr. H. M. Thamrin Tanjung, SpOG.K, Prof. dr. R. Haryono

Roeshadi, SpOG.K, Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG.K, Prof. dr. Budi R. Hadibroto,

SpOG.K, Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG.K, Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K,

dan dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG.K, yang secara bersama-sama telah

berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter spesialis di

Departemen Obstetri dan Ginekologi. Semoga ALLAH SWT membalas kebaikan

budi guru-guru saya tersebut.

Kepada dr. M. Rusda, M.Ked(OG), SpOG.K selaku orang tua angkat saya

selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing

dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.

Kepada dr. Rusli P. Barus, SpOG.K dan dr. Khairani Sukatendel, M.Ked(OG),

SpOG.K selaku pembimbing tesis ini, serta dr. Muldjadi Affendy, M.Ked(OG),

SpOG.K, Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K, dan dr. Johny Marpaung,

M.Ked(OG), SpOG selaku penyanggah. Terimakasih kepada para guru saya di tim

5 ini, atas segala koreksi, kritik yang membangun, serta atas segala bantuan,

bimbingan, juga waktu dan pikiran yang telah diluangkan dengan penuh kesabaran,

dalam rangka melengkapi dan menyempurnakan penulisan dan penyusunan tesis ini

hingga dapat terselesaikan dengan baik.

Kepada dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran


(6)

Kepada Divisi Obstetri Sosial yang telah mengizinkan saya untuk melakukan

penelitian ini.

Kepada Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing

minirefarat Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul : “ Update

Terapi Sulih Hormon ” dan kepada dr. Riza Rivany,SpOG(K) selaku pembimbing

minirefarat Onkologi-Ginekologi saya yang berjudul “ Salpingektomi Profilaktik

Untuk Mencegah Kanker Ovarium ”. Kepada dr. T. M. Ichsan, Sp.OG selaku

pembimbing Minirefarat Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi saya

yang berjudul : “ Progestin Only Pills (POPs) ”

Para guru yang saya hormati, seluruh staf pengajar Departemen Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu, baik di RSUP H. Adam Malik, RSUD dr. Pirngadi, RS

Tembakau Deli, RSU Sundari dan RS KESDAM II Putri Hijau, Medan, yang telah

banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.

Direktur RSUP H. Adam Malik, Medan dan Ketua Departemen Ilmu

Kebidanan dan Penyakit Kandungan, beserta seluruh staf medis, paramedis

maupun non medis-paramedis yang telah memberikan kesempatan, sarana serta

bantuan kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan dan selama saya

bertugas di instansi tersebut.

Direktur RSUD dr. Pirngadi, Medan dan Ketua SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan dr. Syamsul Arifin Nasution, M.Ked(OG), SpOG.K beserta seluruh staf

medis, paramedis maupun non medis-paramedis yang telah memberikan

kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja selama mengikuti


(7)

Direktur RS Haji Mina Medan dan kepala SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan dr. H. Muslich Perangin-angin, SpOG, Direktur RS Tembakau Deli dan

kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan dr. H. Sofian Abdul Ilah, SpOG

direktur RSU Sundari dan kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan, dr. H.

M. Haidir, MHA, SpOG, Kepala RUMKIT KesDam II / Bukit Barisan ”Puteri Hijau”

dan kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan, dr. H. M. Yazim Yakub,

SpOG, serta seluruh staf medis, paramedis maupun non medis-paramedis yang

telah memberikan kesempatan, sarana serta bantuan kepada saya untuk bekerja

selama mengikuti pendidikan dan selama saya bertugas di instansi-instansi tersebut.

Kepada senior-senior saya,teman seangkatan saya dan rekan-rekan PPDS

saya berterima kasih atas segala bimbingan dan dukungan selama ini.

Seluruh PPDS yang pernah menjadi tim jaga saya dan dengan kebersamaan

yang indah, saling mendukung dan memberikan semangat dan berkomitmen untuk

seia sekata dengan penuh loyalitas dalam bertugas selama menempuh pendidikan

ini, saya ucapkan terima kasih

Kepada seluruh staf pegawai negeri dan pegawai honorer dan seluruh

petugas yang bekerja di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSHAM

dan RSPM, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Seluruh pasien, rekan dokter muda, staf medis, paramedis maupun non

medis-paramedis pada seluruh instansi ditempat saya pernah mengikuti pendidikan

maupun bertugas. Terima kasih banyak atas segala kerjasama, bantuan, bimbingan,

serta kebaikan yang diberikan selama masa pendidikan yang saya jalani.

Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah

SWT dan Sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga saya


(8)

Ariady Lukman dan Hj. Nurhasni yang telah membesarkan, membimbing,

mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kesabaran dan kasih

sayang dari sejak kecil hingga kini.

Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya teramat

khusus kepada dr. M. Teguh Prihardi yang telah memberi inspirasi serta

menjadi penyemangat saya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan

kepada kita.

Kepada adik-adikku tersayang Susi Andriyani dan Fitri Puspita,

terima kasih atas dukungan kepada kakak selama menjalani pendidikan.

Kepada seluruh Keluarga yang tidak dapat saya sebutkan namanya

satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah

banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

Sem o ga A l lah SW T sen ant ia sa m em be r i kan rahm a t -N ya kepada k i ta semua.

Medan, Februari 2015


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang penelitian ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 5

1.3 Hipotesis Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan umum ... 5

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kontrasepsi ... 7

2.2 Kontrasepsi Hormonal ... 8

2.2.1 Defenisi kontrasepsi hormonal ... 8

2.2.2 Sejarah kontrasepsi pil hormonal ... 9

2.2.3 Mekanisme kerja pil hormonal ... 10

2.3 Kontrasepsi oral kombinasi ... 11

2.3.1 Jenis kontrasepsi oral kombinasi... 11

2.3.2 Keuntungan kontrasepsi oral kombinasi ... 14

2.3.3 Kontraindikasi kontrasepsi oral kombinasi ... 15

2.3.4 Efek samping kontrasepsi oral kombinasi ... 16

2.4 Berat badan ... 17

2.4.1 Defenisi berat badan ... 17


(10)

2.4.3 Indeks massa tubuh ... 18

2.4.4 Overweight ... 19

2.5 Hubungan kontrasepsi hormonal dengan berat badan ... 22

2.5 Kerangka teori ... 24

2.6 Kerangka konsep ... 24

BABIII METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Desain penelitian ... 25

3.2 Tempat dan waktu penelitian ... 25

3.3 Objek penelitian ... 25

3.4 Besar sampel ... 25

3.5 Metode pengumpulan data ... 26

3.6 Variabel penelitian. ... 26

3.7 Kriteria restriksi ... 27

3.8 Defenisi operasional ... 27

3.9 Alur penelitian ... 29

3.10 Analisa data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Karakteristik objek penelitian ... 30

4.2 Hasil penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi ... 31

4.3 Uji Hipotesa ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tabel klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik………..……….19 4.1 Tabel distribusi akseptor sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi

berdasarkan karakteristiknya………..……….………..30

4.2 Tabel rerata berat badan sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi……….………..……….31

4.3 Tabel rerata BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi……….32

4.4 Tabel perbandingan rerata berat badan sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi……….32

4.5 Tabel perbandingan rerata BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi……….35 4.6 Tabel perubahan BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Timbangan injak……….17


(13)

PERBANDINGAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL ORAL KOMBINASI SEBELUM, SESUDAH 6 BULAN

DAN 12 BULAN PENGGUNAAN

Dewi Andriyati

Muldjadi Affendy, Henry Salim Siregar, Johny Marpaung , Rusli P. Barus, Khairani Sukatendel,

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas kedokteran USU

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi oral kombinasi bekerja secara primer dengan menghambat ovulasi. Ovulasi dihambat dengan kerja pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium untuk mengurangi hormon

luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Salah satu efek samping penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi adalah berupa peningkatan berat badan terutama pada 1 tahun pertama penggunaannya. Karena efek samping ini dapat menyebabkan ketidakpatuhan atau penghentian penggunaan kontrasepsi oral kombinasi, dibutuhkan pengetahuan pasien mengenai efek samping yang dapat terjadi dan cara mencegahnya.

METODE : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, yang menggunakan data sekunder dari rekam medis akseptor Keluarga Berencana yang menggunakan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi selama minimal 12 bulan yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 – Januari 2015 di Puskesmas Helvetia Medan.

HASIL : Rerata berat badan ibu sebelum penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi 57,35 kg, sesudah 6 bulan penggunaan 58 kg, dan sesudah 12 bulan penggunaan 58,28 kg. Berdasarkan hasil ini, setelah dilakukan uji t-test berpasangan antara berat badan ibu sebelum dan sesudah 6 bulan penggunaan didapatkan nilai p<0,05, yang memberi pengertian bahwa ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum dan sesudah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi. Pada uji t-test berpasangan yang membandingkan berat badan ibu sebelum dan sesudah 12 bulan penggunaan didapatkan nilai p<0,05, yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum dan sesudah 12 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi. Dan uji t-test berpasangan yang membandingkan berat badan sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan didapatkan nilai p<0,05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

KESIMPULAN : Ada kenaikan berat badan ibu yang bermakna sebelum, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi.


(14)

COMPARISON OF BODY WEIGHT ON COMBINED HORMONAL ORAL CONTRACEPTIVE ACCEPTORS BEFORE, AFTER 6 MONTHS

AND 12 MONTHS OF USE

Dewi Andriyati

Muldjadi Affendy, Henry Salim Siregar, Johny Marpaung , Rusli P. Barus, Khairani Sukatendel,

Master of Clinical Medicine

Department of Obstetrics and Gynecology The Medical Faculty of USU

ABSTRACT

BACKGROUND : Hormonal contraceptive is the most effective and reversible contraceptive method to prevent a pregnancy. Combined hormonal oral contraceptive primarily work by preventing ovulation. Ovulation was blocked by an action in hypothalamus-hypophyse-ovarium axys to reduce luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). One of side effect of combined hormonal oral contraceptive pill use is increase the body weight, especially in the first year of use. Because of this side effect can lead to noncompliance or discontinuation of COCs, it takes knowledge of the patients about the side effects that can occur and how to prevent it.

METHODS : This study is observational analytic, which uses secondary data from medical records of family planning acceptors who use combined hormonal oral contraceptive pill for at least 12 months which is carried out in December 2014 - January 2015 in Public Health Center Helvetia Medan.

RESULTS : Mean value of maternal body weight before use of combined hormonal oral contraceptive pill is 57.35 kg, after 6 months of use is 58 kg, and after 12 months of use is 58.28 kg. Based on these results, with the paired t-test between maternal body weight before and after 6 months of use, it gets p value <0.05, which means there is a significant difference between body weight before and after 6 months use of combined hormonal oral contraceptive pill. In the paired t-test comparing the maternal body weight before and after 12 months of use, it gets p value <0.05, which showed a significant difference between body weight before and after 12 months use of combined hormonal oral contraceptive pill. And paired t-test comparing body weight after 6 months and 12 months of use, it gets p value <0.05, which means there is a significant difference between body weight after 6 months and after 12 months use of combined hormonal oral contraceptive pill.

CONCLUSION : There is a significant maternal weight gain before, after 6 months and after 12 months use of combined hormonal oral contraceptive pill.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Salah satu masalah terpenting yang dihadapi oleh negara berkembang,

seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk mengakibatkan laju

pertumbuhan penduduk yang pesat hal ini karena minimnya pengetahuan serta pola

budaya pada masyarakat setempat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

pemerintah Indonesia telah menerapkan program keluarga berencana (KB) yang

dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN (Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga Berencana Nasional

bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk dan juga untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.1

Dengan adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak

dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB didasarkan pada

Undang-undang nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan

perkembangan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan

berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan

kesejahteraan keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasikan

menjadi pelayanan kesehatan keluarga gerakan KB Nasional.2

Masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang sifatnya praktis dan efektifitas


(16)

Jawa Timur bulan Desember 2010 diketahui ada sebanyak 955.336 akseptor.

Presentase metode KB yang digunakan meliputi KB suntik 56,50%, KB pil 24,00%,

AKDR 8,50%, Implant 5,40%, Kondom 3,90%, MOW 1,40%, MOP 0,40%. Data dari

puskesmas Karanganyar kabupaten Ngawi untuk tahun 2010 pemakaiaan

kontrasepsi suntik 35,71%, kontrasepsi pil 32,54%, IUD 5,84%, implant 3,89% dan

kondom 3,24% .3

Setiap metode kontrasepsi tentu mempunyai efek samping tersendiri,

umumnya efek samping berupa gangguan haid, perubahan berat badan, pusing atau

sakit kepala dan kenaikan tekanan darah.1 Di seluruh dunia, dan di Amerika Serikat, 46% remaja percaya bahwa pil kontrasepsi kombinasi dapat meningkatkan berat

badan. Berdasarkan survey di Inggris, 73% wanita dari semua usia menyatakan

kerugian penggunaan pil kontrasepsi kombinasi adalah berupa peningkatan berat

badan.4 Peningkatan berat badan merupakan kelainan metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia, hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor hormonal yang terkandung dalam KB Hormonal yaitu hormon estrogen dan

progesteron.1

Kenaikan berat badan yang disebut-sebut sebagai efek samping dari

kontrasepsi hormonal. Peningkatan berat badan atau ketakutan kenaikan berat

badan adalah faktor penting yang dapat mempengaruhi diterimanya kontrasepsi di

kalangan wanita usia subur. Wanita muda sering memikirkan penampilan dan berat

badan ideal yang dapat membatasi penggunaan kontrasepsi oral kombinasi.5

Dalam sebuah survei di Inggris, 73% wanita dari semua usia meyakini bahwa

kenaikan berat badan adalah efek buruk dari pil dan menurut survei lain, 50% wanita


(17)

badan dan 20% menyatakan bahwa kenaikan berat badan adalah alasan untuk

penghentian atau kegagalan untuk memulai. Dalam sebuah survei terhadap praktisi

dalam meresep kontrasepsi di Inggris (UK), lebih dari tiga perempat yang diteliti

merasa bahwa kontrasepsi oral kombinasi menyebabkan kenaikan berat badan

(81,2%). Sebaliknya, Systematic Review Cochrane baru-baru ini menemukan bahwa

tidak ada bukti yang cukup untuk menentukan efek dari kontrasepsi oral kombinasi

terhadap berat badan.5 Peningkatan berat badan juga merupakan alasan yang paling sering untuk menghentikan kontrasepsi kombinasi oral dalam sebuah studi

nasional pada wanita dewasa di Amerika Serikat.6

Ketakutan peningkatan berat badan selama penggunaan kontrasepsi

kombinasi oral dapat meningkatkan ketidakteraturan penggunaan atau penghentian

lebih awal di kalangan pengguna sehingga wanita usia subur tidak memilih pil saat

dia memerlukan alat kontrasepsi, dan akhirnya dapat meningkatkan risiko kehamilan

yang tidak diinginkan. Beberapa dokter juga percaya bahwa ada hubungan antara

penggunaan kontrasepsi kombinasi oral dan berat badan. Dalam sebuah penelitian

di Kanada, informasi mengenai kemungkinan kenaikan berat badan selama

penggunaan pil diberikan oleh 68% dokter, dan 52% wanita pengguna berpikir

bahwa berat badan mereka akan meningkat dengan penggunaan pil. Setelah

konsultasi dan konseling, 14% wanita percaya bahwa pil akan meningkatkan berat

badan mereka.6

Namun, hubungan antara penggunaan kontrasepsi kombinasi oral dan berat

badan belum ditetapkan. Dalam sebagian besar uji coba kontrasepsi kombinasi oral,

perubahan berat badan bukan merupakan luaran utama dan studi berlangsung


(18)

yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Dalam sebuah review Cochrane, tiga uji

coba terkontrol plasebo dan uji coba membandingkan perbedaan kontrasepsi

kombinasi dan peningkatan berat badan dievaluasi.6 Secara teoritis, mekanisme biologis kenaikan berat badan sehubungan dengan kontrasepsi bisa disebabkan

oleh retensi cairan secara sekunder karena aktivasi mineralokortikoid dan / atau

renin-angiotensin-aldosteron dan / atau peningkatan lemak subkutan secara

sekunder karena secara hormonal menyebabkan peningkatan nafsu makan dan

asupan makanan.7

Efek samping penggunaan pil kontrasepsi ini sering menjadi alasan akseptor untuk tidak menggunakan atau tidak patuh dalam penggunaan pil kontrasepsi. Oleh karena itu perlu dikaji tentang perbandingan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi, yang mengandung levonorgestrel 150 mcg dan ethinyl estradiol 30 mcg. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Helvetia kota Medan karena puskesmas ini memiliki data rekam media yang lengkap dan cukup baik mengenai pencatatan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia.

Puskesmas Helvetia melayani penggunaan alat kontrasepsi. Jumlah

Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada di Sumatera Utara sekitar 2.204.567

pasangan, sementara yang di wilayah kerja Puskesmas Helvetia adalah sekitar

1.435 pasangan, dan peserta KB yang aktif hanya sekitar 68,45% yaitu sekitar 982

pasangan. Presentase pemakaian metode kontrasepsi juga bervariasi, untuk

kontrasepsi modern untuk wanita seperti suntik (32,9%), pil (32,7%), IUD (10,6%),

susuk (9,35) dan MOW (7,48%), sementara metode kontrasepsi modern untuk pria


(19)

1.2 . Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dirumuskan masalah : Apakah ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

1.3 . Hipotesa Penelitian

Terdapat perbedaan rerata berat badan dan BMI akseptor sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal kombinasi.

1.4 . Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan rerata berat badan dan BMI akseptor sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota Medan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui nilai rerata berat badan dan BMI akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan.

2. Mengetahui perbandingan rerata berat badan dan BMI akseptor kontrasepsi hormonal oral kombinasi sebelum, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan.


(20)

3. Mengetahui perubahan BMI pada akseptor dengan BMI normoweight dan overweight sebelum penggunaan, sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Memberi gambaran mengenai perbandingan berat badan sebelum dan

sesudah penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi di Puskesmas Helvetia Kota Medan, sehingga diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas

tersebut dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas.

b. Memberikan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut, meningkatkan

pemahaman dan wawasan tentang penggunaan kontrasepsi hormonal, serta

dapat menerapkannya dalam memberikan penyuluhan pada akseptor KB.

c. Menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman peneliti tentang efek

samping dari kontrasepsi hormonal oral kombinasi terhadap perubahan berat


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘melawan’ atau ‘mencegah’ dan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi

adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan kedua-duanya

memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.8

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya itu

bisa bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi

merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Kontrasepsi adalah

cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau

obat-obatan. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.9

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal

itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : dapat dipercaya, tidak ada efek

yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan,

tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan


(22)

dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dapat diterima penggunannya oeh

pasangan yang bersangkutan.1

2.2 Kontrasepsi Hormonal

2.2.1 Defenisi kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif

dan reversibel untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi oral,

merupakan salah satu alat kontrasepsi yang banyak disukai oleh para perserta

Keluarga Berencana.10

Dua jenis pil kontrasepsi oral yang tersedia di pasar, kontrasepsi oral

kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron dan progestin yang

hanya berisi hanya progesteron.11 Estrogen di sebagian besar kontrasepsi oral kombinasi adalah senyawa yang sama, etinil estradiol, bervariasi 20-50

mikrogram (mcg). Pil yang diresepkan oleh penyedia Pelayanan Kesehatan di

Brown umumnya memiliki estrogen 35mcg atau kurang. Progestin merupakan

komponen kedua kontrasepsi oral kombinasi ini. Perusahaan farmasi telah

menciptakan sejumlah progestin yang berbeda dengan kualitas yang sedikit

berbeda, yang telah memungkinkan berbagai kontrasepsi oral kombinasi yang

tersedia.7

Mayoritas kontrasepsi oral kombinasi berisi 21 pil aktif ; tujuh pil pertama

menghambat ovulasi dan sisanya 14 pil mempertahankan anovulasi. Biasanya

wanita pengguna pil ini mempunyai tujuh hari bebas pil atau meminum tujuh

tablet plasebo sebelum memulai paket pil berikutnya. Dalam rentang waktu ini


(23)

2.2.2. Sejarah kontrasepsi pil hormonal

Perkembangan penggunaan pil kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan

diawali ketika pada tahun 1940 Sturgis dan Albright menjelaskan tentang efek

hambatan ovulasi pada wanita yang mengkonsumsi preparat estrogen.

Selanjutnya, dengan adanya perkembangan penemuan preparat progesteron

oral yang kuat, maka kemungkinan untuk menghambat ovulasi secara konsisten

dan membuat suatu periode menstruasi yang baru, telah menjadi kenyataan.10

Penggunaan preparat progesterone untuk menghambat ovulasi ini pertama

kali dilakukan oleh Rock, Pincus dan Gracia. Preparat yang digunakan adalah

derivat dari 19-nortestosterone, yang diberikan selama 20 (dua puluh) hari,

dimulai dari hari ke 5 (lima) menstruasi sampai dengan hari ke 25 (dua puluh

lima) dalam satu siklus menstruasi.10

Secara intensif, penelitian tentang penggunaan pil kombinasi dilakukan

dibawah pimpinan Pincus dan Rock yang melakukan percobaan lapangan di

Puerto Rico. Pil tersebut mengandung progestin norethynodrel dan estrogen

mestranol, ternyata pil tersebut memiliki daya yang sangat tinggi untuk

mencegah kehamilan. Ini permulaan terciptanya pil kombinasi. Pil yang terdiri

dari kombinasi antara etinilestradiol atau mestranol dengan salah satu jenis

progestagen (progesteron sintetik) kini banyak digunakan untuk kontrasepsi.10

Kemudian, sebagai hasil penelitian lebih lanjut, ditemukan pil sekuensial, mini

pill, morning after pill, dan Depo-Provera yang diberikan sebagai suntikan.


(24)

menemukan suatu cara kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tinggi

dan dengan efek samping yang sekecil mungkin.10

2.2.3 Mekanisme kerja pil hormonal

Efek pil kontrasepsi untuk dapat mencegah kehamilan adalah merupakan

kerja aktif dari komponen-komponen yang ada dalam pil tersebut. Pada pil

kombinasi, komponen estrogen dan komponen progesteron bekerja sama untuk

menghambat terjadinya ovulasi. Aktifitas tersebut terjadi pada tingkat

hipotalamus, yaitu dengan menghambat GnRH (Gonadotropin Releasing

Hormone), sehingga pelepasan FSH dan LH yang berasal dari kelenjar hipofisa

anterior akan terhambat, dan hal tersebut akan menimbulkan hambatan pada

ovarium secara sekunder.10

Dikatakan bahwa estrogen memiliki dominansi untuk menekan FSH, sehingga

maturasi folikel dalam ovarium menjadi tehambat. Karena pengaruh estrogen

dari ovarium tidak ada, maka tidak terdapat pengeluaran LH. Ditengah-tengah

daur haid kurang terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH akan

menyebabkan ovulasi menjadi terganggu. Estrogen dalam dosis tinggi dapat

mempercepat perjalanan ovum, dan hal ini akan mempersulit terjadinya

implantasi dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.10

Komponen progesterone lebih banyak menghambat LH dan hanya sedikit

menghambat FSH. Fungsi dari progesterone dalam pil kombinasi adalah untuk

lebih memperkuat khasiat estrogen, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi

ovulasi. Progesteron sendiri dalam dosis tinggi dapat menghambat terjadinya


(25)

- Membuat lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi

penetrasi spermatozoa untuk masuk kedalam uterus.

- Kapasitasi spermatozoa yang perlu untuk memasuki ovum terganggu

- Beberapa jenis progesterone memiliki efek antiestrogenik terhadap

endometrium, sehingga menyulitkan implantasi ovum yang telah dibuahi.10 Efek progesteron dan estrogen bersama-sama dapat dilihat pada

endometrium, dimana endometrium menjadi sukar untuk mengalami implantasi

dan menjadi lebih tipis, yang mengakibatkan para pemakai pil kontrasepsi jarang

mengalami menstruasi. Dengan banyaknya modifikasi dalam rumus kimia dan

dosis dari progesterone dan estrogen, maka aktifitas biologik dari berbagai jenis

pil juga berbeda-beda. Untuk membandingkan khasiat farmakologi dari pil-pil

kombinasi, selain dilihat dosisnya, juga harus dilihat dari jenis hormon yang

terkandung dalam pil tersebut. Sebagai contoh, noretindron dan noretinodrel

memiliki kekuatan yang sama, sedangkan noretindron asetat dua kali lebih kuat

daripada noretindron, atau noretinodrel. Etinodiol diasetat 15 kali lebih kuat

daripada norgestrel dan kira-kira 30 kali lebih kuat daripada noretindron atau

noretinodrel. Etinil estradiol memiliki kekuatan 1,7 sampai 2 kali lebih kuat

daripada mestranol. Hal ini penting untuk diketahui, apabila akan memberikan pil

kontrasepsi, perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu tentang dosis dan jenis


(26)

2.3 Kontrasepsi Oral Kombinasi

2.3.1. Jenis Kontrasepsi Oral Kombinasi

Pada dasarnya sampai saat ini telah diketahui adanya beberapa jenis pil

kontrasepsi sebagai berikut : 10

1. Pil Kombinasi

Pil ini mengandung estrogen dan progesteron, diminum 1 tablet setiap hari,

dan harus dimulai pada hari ke 5 (lima) saat menstruasi, dan diminum selama

20 (dua puluh) atau 21 (dua puluh satu) hari. Dengan memakai pil kombinasi

maka pengeluaran LH (Luteinizing Hormone) akan dihambat, sehingga

ovulasi tidak terjadi. Disamping itu, motilitas tuba Fallopii dan uterus juga

ditinggkatkan, sehingga fertilisasi akan sulit terjadi. Efek yang lain terhadap

traktus urogenitalis adalah modifikasi pematangan endometrium sehingga

implantasi menjadi sukar, dan terjadi pula pengentalan dari lendir serviks uteri

sehingga pergerakan sel sperma menjadi terhalang.10

2. Pil Kontrasepsi 2 Fase

Pil ini terdiri dari 21 tablet, yang kesemuanya mengandung ethinyl-estradiol

35 Ug, tetapi 10 tablet pertama mengandung progesteron 0.5 mg, dan 11

tablet berikutnya mengandung progesteron sebesar 1 mg. Model pil ini lebih

mendekati siklus menstruasi yang normal, sehingga dapat lebih menurunkan

terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. Khasiat pil ini untuk mencegah

kehamilan tetap sama dengan pil lain yang mengandung jumlah estrogen


(27)

3. Pil Kontrasepsi Oral 3 Fase

Dalam pil kontrasepsi 3 fase, kadar estrogen dan progesteron bervariasi

sedemikian rupa, sehingga mirip sekali dengan keadaan alamiah dalam tubuh

penggunanya. Kadar hormon-hormon tersebut dalam pil adalah sebagai

berikut:

- 6 tablet berisi ethynilestradiol 30 Ug dan levonorgestrel 50 Ug

- 5 tablet berisi ethynilestradiol 40 Ug dan levonorgestrel 75 Ug

- 10 tablet berisi ethynilestradiol 30 Ug dan levonorgestrel 125 Ug

Pil kontrasepsi jenis ini memiliki efek samping yang paling minimal apabila

dibanding dengan jenis yang lain, tetapi efek untuk mencegah kehamilan

tetap sebanding.10

4. Pil Pasca Sanggama (post coital pill/morning after pill)

Pil ini hanya mengandung estrogen saja, namun dalam dosis yang besar.

Cara mengkonsumsi pil ini adalah diberikan selama 5 (lima) hari

berturut-turut, dan harus mulai deiberikan paling lama 72 (tujuh puluh dua) jam setelah

sanggama. Cara kerja pil ini adalah dengan menghambat terjadinya

implantasi/penempelan blastokist kedalam endometrium.10

5. Pil Berurutan (sequential pill)

Dosis pil ini merupakan campuran antara pil estrogen dan pil

kombinasi.Estrogen diberikan selama 15 hari pertama, selanjutnya diikuti

dengan pemberian pil kombinasi estrogen dan progesteron selama 5 hari

berikutnya. Khasiat pil ini sebagian besar tergantung pada komponen


(28)

Hormone), sehingga FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing

Hormone) tidak dikeluarkan. Akibatnya, proses ovulasi akan menjadi

terhambat.10

6. Mini Pil

Pil jenis ini merupakan pil tunggal yang hanya mengandung progesteron saja,

dan diberikan setiap hari. Cara kerja pil ini ialah dengan meningkatkan

kekentalan lerdir serviks uteri sehingga sperma menjadi sulit untuk bergerak.

Pil ini juga menyebabkan adanya perubahan pada endometrium, sehingga

implantasi dapat dihambat.10

7. Pil Kontrasepsi Untuk Pria

Saat ini telah ditemukan suatu bahan yang disebut Gosypol, yang ternyata

memiliki efek spermatisida (membunuh sel sperma), baik pada pemakaian

lokal maupun sistemik. Lebih lanjut, penggunaan obat ini masih dalam

penelitian para ahli, baik tentang farmakologinya maupun tentang

toksikologinya.10

2.3.2.Keuntungan Kontrasepsi Oral Kombinasi 10

Apabila diminum secara teratur, pil kontrasepsi memiliki efektifitas untuk

mencegah terjadinya kehamilan hampir mendekati 100%. Tidak ditemukan

adanya abortus spontan atau abnormalitas pada bayi yang dikandung, apabila

terjadi kehamilan selama pemakain pil tersebut. Pada wanita yang

menghentikan pemakaian pil kontrasepsi karena ingin hamil, ternyata tidak


(29)

hubungan antara besarnya angka kehamilan dengan lamanya pemakaian

kontrasepsi oral. Penggunaan pil kontrasepsi pada masa lalu ternyata juga

tidak mengganggu kehamilan yang terjadi kemudian setelah penghentian

pemakaian, dan tidak meningkatkan risiko kematian janin dalam rahim, tidak

meyebabkan prematuritas, kelainan kongenital dan kematian perinatal. Pada

beberapa penelitian menyebutkan bahwa penghentian penggunaan pil

kontrasepsi tidak akan menyebabkan bayi yang lahir memiliki berat badan lahir

rendah, namun ada yang menyebutkan akan terjadi kelahiran dengan berat

badan yang rendah apabila pil kontrasepsi masih digunakan pada kehamilan

usia dini sekali, yaitu saat-saat mendekati waktu konsepsi.

Selain itu, pil kontrasepsi juga memiliki kelebihan yang menguntungkan pada

pemakainya, yaitu:

a. Pencegahan terhadap infeksi/radang panggul (pelvic inflamatory disease)

dan penyakit menular seksual. Hal ini bisa terjadi disebabkan mengentalnya

lendir serviks uteri, sehingga mencegah masuknya kuman kedalam rahim.

b. Pencegahan terhadap terjadinya kehamilan ektopik

c. Pencegahan terhadap penyakit kanker ovarium, kanker endometrium, serta

pencegahan terhadap timbulnya tumor jinak payudara.

d. Mengurangi risiko terjadinya penyakit rheumatoid arthritis.

e.Memperbaiki kelainan-kelainan menstruasi, seperti haid tidak

teratur,dismenorhea, premenstrual tension, keluarnya darah haid yang

banyak, serta mencegah endometriosis.


(30)

Kontraindikasi penggunaan pil kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

kontraindikasi mutlak/absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi mutlak

meliputi penyakit trombofeblitis atau tromboemboli, penyakit serebrovaskuler,

dan juga penyakit jantung koroner. Penyakit tersebut diderita saat ini atau

pernah diderita pada saat lampau. Penyakti lain adalah kanker payudara serta

penyakit kanker lain yang dipengaruhi oleh estrogen, perdarahan pervaginam

abnormal yang tidak terdiagnosis, kehamilan dan gangguan faal hati.

Sedangkan kontra inidikasi relatif meliputi penyakit hipertensi, diabetes

melitus, perokok, umur lebih dari 35 tahun, penyakit kandung empedu,

gangguan faal hati ringan, gangguan faal ginjal dimasa lalu, epilepsi dan

mioma uteri.

2.3.4. Efek Samping kontrasepsi oral kombinasi 10,12

Efek samping yang paling ditakuti pada pemakaian pil kontrasepsi adalah

timbulnya penyakit pada sistem kardiovaskuler, terutama pada pemakai pil

yang berumur lebih dari 35 tahun dan perokok. Pemakaian pil kontrasepsi

juga akan meningkatkan risiko terkena penyakit-penyakit tromboemboli,

penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskuler, serta hipertensi. Risiko

yang lain adalah timbulnya tumor-tumor ginekologik, yaitu tumor mammae

dan serviks uteri, serta timbulnya tumor-tumor ditempat lain, seperti tumor

pada hati, melanoma dan tumor pada kelenjar hipofisa. Selain memungkinkan

timbul efek samping yang berat, pada pemakai kontrasepsi oral juga bisa

timbul efek samping yang lebih ringan, yang disebabkan oleh

komponen-komponen dalam pil tersebut. Dari komponen-komponen estrogen, akan memberikan


(31)

pada payudara, dan keputihan. Sedangkan komponen progesteron akan

menyebabkan efek samping ringan berupa perdarahan yang tidak teratur,

bertambahnya berat badan, payudara mengecil, keputihan, jerawat dan

kebotakan. Disamping itu, masih banyak efek samping yang lain, yang timbul

pada pemakai pil kontrasepsi, seperti misalnya adanya gangguan

penglihatan, gangguan metabolisme lemak (kegemukan), ganguan

metabolisme karbohidrat, gangguan pada sistem pembekuan darah, serta

gangguan metabolisme protein.

2.4. Berat Badan

2.4.1. Defenisi berat badan

Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam

keadaan normal, di mana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan anatara

konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua

kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau

lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar

memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini

mungkin guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan berat

badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu dievaluasi dalam

konteks riwayat berat badan yang meliputi gaya hidup maupun status berat

badan yang terakhir. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara


(32)

2.4.2. Pengukuran Berat Badan

1. Timbangan Injak

Timbangan injak biasa digunakan untuk mengetahui berat badan pada orang

normal remaja dan dewasa. Contoh timbangan injak :7

Gambar 2.1. Timbangan Injak

2. Timbangan Dengan Pengukur Tinggi Badan

Contoh timbangan yang lengkap dengan pengukur tinggi badan :7

Gambar 2.2. Timbangan dengan Pengukur Tinggi Badan

2.4.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa tubuh merupakan pengukuran yang membandingkan berat dan


(33)

diagnosa untuk mengetahui berat badan yang underweight, normal, overweight

dan obesitas.7

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengganti

dipakai Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu

perbandingan berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan

(dalam meter). Untuk usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria World Health

Organization (WHO) / International Association for the Study of Obesity (IASO)

/ International Obesity Task Force (IOTF) dalam The Asia-Pasific Perspective :

Redefining Obesity and Its Treatment (2000) seperti dikutip oleh Sugondo

(2007) untuk kawasan Asia Pasifik.7

Berikut dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT menurut

kriteria Asia Pasifik

No IMT Klasifikasi

1 < 18,5 Kurus (Kurang)

2 18,5 – 22,9 Normal (Ideal)

3 23 – 29,9 Kelebihan

(Overweight)

4 30 – 34,9 Kegemukan (Obesitas)

Tingkat I

5 35 – 39,9 Kegemukan (Obesitas)

Tingkat II

6 > 40 Kegemukan (Obesitas)


(34)

2.4.4 Overweight

Metabolisme energi di dalam tubuh manusia diatur oleh berbagai faktor, baik

yang menyebabkan meningkatnya penyimpanan energi, atau yang mendorong

pemakaian energi. Pemakaian energi tubuh diatur dalam keadaan seimbang.

Bila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar, kelebihan energi

tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak.7

Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan lemak pada

otot dan jaringan skeletal. Overweight dikatakan jika IMT ≥ 23. Secara ilmiah kelebihan berat badan (overweight) terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih

banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak

keseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini belum dapat

dijelaskan secara pasti.7

Faktor yang menyebabkan terjadinya overweight

1. Faktor Genetik

Kegemukan cenderung diturunkan sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Anggota keluarga tidak hanya berbagi gen tetapi juga makanan dan

kebiasaan gaya hidup, yang bias mendorong terjadinya kegemukan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan

pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. Menurut penelitian

Haines et al (2007) dalam Sartika (2011) Jika ayah dan/atau ibu menderita

overweight maka kemungkinan anaknya memiliki kelebihan berat badan

sebesar 40-50 %.7 2. Faktor Lingkungan

Lingkungan termasuk perilaku atau pola gaya hidup. Seseorang tidak dapat


(35)

aktivitasnya. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa anak-anak yang

disekitar sekolahnya terdapat restoran cepat saji atau fast food akan memiliki

kecenderungan untuk jarang mengomsumsi buah dan sayuran. Mereka lebih

sering makan jenis fast food dan minum-minuman bersoda bila terdapat satu

restoran cepat saji didekat sekolah mereka. Dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa restoran saji di sekitar sekolah akan memengaruhi pola

dan kebiasaan makan dari siswa di sekolah tersebut. Pada akhirnya

perubahan pola dan kebiasaan tersebut akan memengaruhi jumlah siswa

yang kelebihan berat badan atau overweight dan kegemukan atau obesitas.7

3. Faktor Pola Makan

Mengomsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, seperti gula,

fruktosa, soft drink, bir dan wine akan menyebabkan berat badan karena

karbohidrat. Jenis ini lebih muda diserap oleh tubuh. Para ahli menyebutkan

bahwa orang yang makan dalam jumlah sedikit dengan frekuensi 4-5 kali

sehari memiliki kadar kolesterol dan gula darah yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan frekuensi makannya kurang dari itu.7 4. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

makan. Orang gemuk sering kali mengatakan bahwa mereka cenderung

makan lebih banyak bila mereka tegang atau cemas. Dari hasil penelitian juga

membuktikan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam situasi


(36)

5. Faktor Aktivitas Fisik

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab

utama dari meningkatnya angka kegemukan di tengah masyarakat. Kurang

gerak atau olahraga menyebabkan seseorang kurang mengeluarkan energi.

Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor, yaitu tingkat aktivitas dan

olahraga secara umum dan angka metabolisme basal atau tingkat energi

yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Kurangnya

olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme

basal tubuh orang tersebut. Jadi, olahraga sangat penting dalam penurunan

berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena

dapat membantu mengatur fungsi metabolisme tubuh secara normal.7

2.5. Hubungan kontrasepsi hormonal dengan berat badan

Banyak wanita meyakini bahwa kegunaan kontrasepsi kombinasi (estrogen +

progesteron) berhubungan dengan kenaikan berat badan.13,14 Sebagaimana yang diuraikan oleh Hartanto, bahwa salah satu efek samping yang dapat ditimbulkan dari

penggunaan KB Hormonal adalah perbedaan berat badan yaitu secara umum

pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1-5 kg

dalam tahun pertama meskipun penyebab pertambahan tidak terlalu jelas. Hipotesa

para ahli menyebutkan bahwa kontrasepsi hormonal dapat merangsang pusat

pengendali nafsu makan hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih

banyak dari biasanya. Perubahan kenaikan berat badan merupakan kelainan

metabolisme yang paling sering dialami oleh manusia. Perubahan kenaikan berat

badan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor hormonal yang


(37)

Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa KB hormonal dapat meningkatkan

kenaikan berat badan pada akseptor yang relatif cepat, tahun pertahun.15

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pil

kontrasepsi kombinasi memiliki efek pada metabolisme lipid & karbohidrat, protein

hati dan koagulasi. Pengaruh pil kontrasepsi kombinasi pada tingkat lipid serum

tergantung pada konsentrasi estrogen dan konsentrasi + jenis progestogens.11 Penelitian yang dilakukan Coney dkk dengan menggunakan etinil estradiol dosis

rendah tidak menunjukkan adanya peningkatan berat badan.16

Mekanisme kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan peningkatan berat

badan masih belum jelas. Beberapa mekanisme yang mungkin menyebabkan

peningkatan berat badan : stimulasi mekanisme renin angiotensinogen,

meningkatkan retensi urine, perubahan metabolisme karbohidrat, dan perubahan

metabolisme otak yang menyebabkan peningkatan asupan cairan. Penekanan

kolesistokinen serum dengan penggunaan kontrasepsi oral kombinasi mungkin

berhubungan dengan peningkatan nafsu makan dan berat badan. Diduga juga

bahwa ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan

asupan energi total, pengguna kontrasepsi oral kombinasi yang mengkonsumsi

makanan yang lebih banyak mengandung lemak dan sedikit karbohidrat. Mungkin di

kemudian hari akan ada pil kontrasepsi yang mengandung progesteron anti

mineralokortikoid, drosperinone, yang menyebabkan sedikit penurunan berat badan

dan cocok untuk wanita yang rentan terhadap kenaikan berat badan.4

Secara teoritis, mekanisme biologis kenaikan berat badan sehubungan

dengan kontrasepsi bisa disebabkan oleh retensi cairan secara sekunder karena


(38)

peningkatan lemak subkutan secara sekunder karena secara hormonal

menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan makanan.17,18,19,20

Progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,

sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga

menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya

pemakaian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan peningkatan berat badan.9 Selain efek merugikan, estrogen yang terkandung dalam pil kontrasepsi

kombinasi mempunyai efek menguntungkan yaitu dapat mengubah profil lipoprotein

serum, peningkatan HDL dan penurunan LDL tetapi efek estrogen ini ditiadakan oleh

progestogen.11 Oleh karena itu, preparat yang dominan dengan estrogen lebih baik diberi untuk individu dengan peningkatan kolesterol serum. Kontrasepsi oral

kombinasi generasi ketiga berdampak kecil terhadap profil lipid.11 Peningkatan berat badan dengan kontrasepsi oral kombinasi juga dilaporkan pada penelitian

sebelumnya dengan kenaikan Body Mass Index (BMI) pada pengguna kontrasepsi

oral kombinasi.10

Kenaikan berat badan biasanya bersifat sementara, dan akan menghilang

dalam dua atau tiga bulan setelah penghentian pil kontrasepsi hormonal oral


(39)

2.6. Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep

Pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi

Levonorgestrel 150 mcg dan ethinyl estradiol 30 mcg

Stimulasi mekanisme renin angiotensinogen, peningkatan retensi urine,

perubahan metabolisme karbohidrat

Peningkatan Berat Badan

Faktor lain : -Genetik -Aktivitas fisik -Obat-obatan

Kontrasepsi Oral


(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, yang

menggunakan data sekunder dari rekam medis akseptor Keluarga Berencana

yang menggunakan kontrasepsi hormonal oral kombinasi selama minimal 12

bulan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Helvetia Kota Medan. Penelitian ini

dimulai pada bulan Desember 2014 – Januari 2015.

3.3. Objek penelitian

Data seluruh akseptor Keluarga Berencana yang menggunakan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi selama minimal 12 bulan di Puskesmas Helvetia Kota

Medan.

3.4. Besar Sampel


(41)

N1 = N2 =

(x1-x2)2

(Zα + Zβ)2 S2

= 59  60

Keterangan :

Zα = 1,96 Zβ = 0,84

S = Simpangan baku, diambil dari pustaka = 5,5

x1-x2 = Selisih rerata yang dianggap bermakna  2

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berat badan sebelum dan

sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi yang diperoleh dari

rekam medik yang diambil dari kartu kontrol akseptor Keluarga Berencana yang

menggunakan kontrasepsi hormonal oral kombinasi selama minimal 12 bulan di

Puskesmas Helvetia Kota Medan.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel bebas : Pil kontrasepsi


(42)

3.7. Kriteria Restriksi

1. Kriteria Inklusi

Seluruh akseptor Keluarga Berencana yang menggunakan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi selama minimal 12 bulan.

2. Kriteria Eksklusi

Akseptor Keluarga Berencana yang menggunakan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi kurang dari 6 bulan atau data rekam medik yang tidak lengkap

3.8. Definisi Operasional

1. Karakteristik objek penelitian yaitu karakteristik yang meliputi umur,

pendidikan, BMI (body mass index) yang tercatat dalam rekam medik.

Umur

Definisi : usia dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir subyek

penelitian pada saat penelitian.

Hasil Ukur :

- < 20 tahun

- 20 – 35 tahun

- > 35 tahun


(43)

Definisi : pendidikan formal subyek penelitian berdasarkan ijazah

terakhir.

Hasil Ukur :

- SD

- SMP

- SMA

- SARJANA

BMI

Definisi : nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan dan

tinggi badan seseorang

Hasil Ukur :

- Underweight : BMI < 18,5

- Normoweight : BMI 18,5 – 22,9

- Overweight : BMI ≥ 23,0 - Obesitas : BMI ≥ 30,0

2. Berat badan sebelum penggunaan adalah berat badan sebelum penggunaan

kontrasepsi hormonal oral kombinasi Levonorgestrel 150 mcg dan ethinyl estradiol 30 mcg yang tercatat dalam rekam medik diukur dengan timbangan injak yang dilakukan oleh bidan pelayanan KB Puskesmas Helvetia.


(44)

estradiol 30 mcg yang tercatat dalam rekam medik diukur dengan timbangan injak yang dilakukan oleh bidan pelayanan KB Puskesmas Helvetia.

3.9. Alur Penelitian

3.10. Analisa Data

Analisa data berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data sekunder yang

dikumpulkan melalui rekam medik pasien yang dientri dan ditabulasi menggunakan

perangkat computer. Data disajikan dalam bentuk bentuk tabel-tabel distribusi

frekuensi dan diagram. Untuk menganalisa perbandingan berat badan sebelum dan

sesudah penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi dilakukan uji statistik

Data Rekam Medik Akseptor KB Puskesmas Helvetia

Pencatatan karakteristik akseptor, berat badan sebelum, sesudah 6 bulan dan 12

bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi

Analisa deskriptif dan perbandingan berat badan sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi

Analisa data perbandingan tekanan darah sebelum, sesudah 6 bulan dan

12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi


(45)

t-test berpasangan dengan derajat kepercayaan 95% bila data berdistribusi normal

berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov. Bila tidak berdistribusi normal maka dilakukan


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK OBJEK PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan objek penelitian adalah data seluruh akseptor

Keluarga Berencana yang menggunakan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi

selama 12 bulan di Puskesmas Helvetia Kota Medan yang berjumlah 60 orang.

Gambaran karakteristik objek penelitian dapat di lihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi akseptor sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi berdasarkan karakteristiknya

Karakteristik ibu Frequency Percent Umur

< 20 tahun 0 0,0 20 - 35 tahun 30 50,0

> 35 tahun 30 50,0

Pendidikan

SD 1 1,6

SMP 10 16,6

SMA 31 51,6

SARJANA 18 30,0

BMI

Underweight 3 5,0 Normoweight 21 35,0

Overweight 34 56,6 Obesitas 2 3,3


(47)

Berdasarkan tabel diatas menggambarkan bahwa karakteristik subyek

penelitian berdasarkan umur maka kelompok umur 20 - 35 tahun dan umur diatas 35

tahun mempunyai jumlah persentase yang sama yaitu (50%)

Berdasarkan tingkat pendidikan maka subyek penelitian lebih banyak dengan

berpendidikan SMA (51,6%) diikuti dengan pendidikan sarjana (30%) dan yang

terendah adalah berpendidikan SD (1,6%). Hal ini menunjukkan bahwa umumnya

tingkat pendidikan subyek penelitian adalah relatif tinggi.

Berdasarkan Indeks Masa Tubuh menunjukkan sebagian besar subyek

penelitian adalah overweight (56,6%), diikuti normoweight (35%) dan terendah

adalah obesitas (3,3%).

4.2 HASIL PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI HORMONAL ORAL KOMBINASI

Hasil pengukuran berat badan dan BMI sebelum dan sesudah penggunaan pil

kontrasepsi hormonal oral kombinasi terhadap objek penelitian akseptor dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Rerata Berat Badan sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi

BERAT BADAN N Mean Std.

Deviation

Sebelum menjadi akseptor 60 57,358 8,7426 Setelah menjadi akseptor 6 bulan 60 58,00 8,608 Setelah menjadi akseptor 12 bulan 60 58,28 8,601


(48)

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa terjadi peningkatan rerata

berat badan sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi dibandingkan dengan berat badan sebelum penggunaan kontrasepsi.

Tabel 4.3 Rerata BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi

BMI N Mean Std.

Deviation

Sebelum menjadi akseptor 60 23,647 3,0565 Setelah menjadi akseptor 6 bulan 60 24,0338 3,28192 Setelah menjadi akseptor 12 bulan 60 24,142 3,2641

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa terjadi peningkatan rerata BMI

sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi

dibandingkan dengan BMI sebelum penggunaan kontrasepsi.

Tabel 4.4 Perbandingan rerata Berat Badan sebelum dan sesudah penggunaan

kontrasepsi hormonal oral kombinasi

Berat Badan Akseptor N Mean

Std.

Deviation Nilai p*

Berat Badan awal 60 57,358 8,7426

,001 Berat Badan setelah 6 bulan 60 58,00 8,608

Berat Badan awal 60 57,358 8,7426

,000 Berat Badan setelah 12 bulan 60 58,28 8,601

Berat Badan setelah 6 bulan 60 58,00 8,608

,000 Berat Badan setelah 12 bulan 60 58,28 8,601


(49)

*Uji t-test berpasangan

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rerata berat badan setelah 6

bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi lebih tinggi dibandingkan

dengan berat badan sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi dan

secara statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai p< 0,05 yang

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum dan

sesudah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Tabel di atas juga menjelaskan bahwa rerata berat badan setelah 12 bulan

penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi lebih tinggi dibandingkan dengan

berat badan sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi dan secara

statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai p< 0,05 yang menunjukkan

ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum dan sesudah 12 bulan

penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rerata berat badan setelah 12

bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi lebih tinggi dibandingkan

dengan berat badan setelah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi dan secara statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai p<0,05

yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sesudah 6

bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian

sebelumnya yang menyatakan terjadi kenaikan berat badan setelah penggunaan pil

kontrasepsi hormonal oral kombinasi. Dalam penelitian-penelitian lain menyatakan

terjadinya peningkatan berat badan akseptor adalah pada tahun pertama


(50)

sedangkan pada penelitian ini, terjadi peningkatan berat badan telah nampak

bermakna dalam 6 bulan pertama penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral

kombinasi.

Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan

selama penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi, yaitu :

1. Gaya hidup

Gaya hidup ini biasanya tergantung kebiasaan yang ada di dalam keluarga, yang mana gaya hidup bisa mempengaruhi berat badan sebesar 33%.

2. Pola makan

Pola makan ini tergantung lingkungan dimana dia berada. Pola makan ini dapat diubah. 3. Aktivitas fisik (termasuk olahraga)

Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kegemukan. Kurang gerak atau olahraga menyebabkan seseorang kurang mengeluarkan energi. Kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut.

4. Faktor psikis.

Banyak orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Dari hasil penelitian membuktikan kebenaran bahwa orang gemuk sering kali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak bila mereka merasa tegang atau cemas.

Untuk mengurangi faktor bias yang bisa merancukan hasil penelitian, para

akseptor pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi perlu mengontrol hal-hal tersebut,

sehingga kenaikan berat badan lebih murni disebabkan karena penggunaan pil


(51)

Tabel 4.5 Perbandingan rerata BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi

BMI Akseptor N Mean

Std.

Deviation Nilai p*

BMI awal 60 23,647 3,0565

,067 BMI setelah 6 bulan 60 24,0338 3,28192

BMI awal 60 23,647 3,0565

,019 BMI setelah 12 bulan 60 24,142 3,2641

BMI setelah 6 bulan 60 24,0338 3,28192

,001 BMI setelah 12 bulan 60 24,142 3,2641

*Uji t-test berpasangan

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rerata skor BMI setelah 6

bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi lebih tinggi dibandingkan

dengan skor BMI sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi,

namun secara statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai p> 0,05 yang

menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara skor BMI sebelum dan

sesudah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Tabel di atas juga menjelaskan bahwa rerata skor BMI setelah 12 bulan

penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi lebih tinggi dibandingkan dengan

skor BMI sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi dan secara

statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai p< 0,05 yang menunjukkan

ada perbedaan yang bermakna antara skor BMI sebelum dan sesudah 12 bulan

penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rerata skor BMI setelah 12


(52)

dengan skor BMI setelah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi

dan secara statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai p< 0,05 yang

menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara skor BMI sesudah 6 bulan dan

sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Tabel 4.6 Perubahan BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal

oral kombinasi dalam waktu 6 dan 12 bulan.

WAKTU BMI

N

awal Setelah 6 bulan Setelah 12 bulan

Normo weight

Over weight

Obesitas Normo weight

Over weight

Obesitas

Normoweight 21 15 (71%) 5 (24%) 1 (5%) 14 (67%) 6 (29%) 1 (5%)

Overweight 34 2 (6%) 31 (91%) 1 (3%) 2 (6%) 31 (91%) 1 (3%)

Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek penelitian sebelum penggunaan

kontrasepsi dengan BMI normoweight, setelah 6 bulan penggunaan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi tidak mengalami perubahan BMI sebanyak 71%, yang mengalami peningkatan menjadi overweight sebanyak 24% dan yang mengalami peningkatan menjadi obesitas sebanyak 5%. 6 bulan kemudian 1 orang yang normoweight mengalami peningkatan BMI menjadi overweight sedangkan lainnya dengan BMI yang relatif menetap.

Tabel di atas juga menunjukkan bahwa subjek penelitian sebelum

penggunaan kontrasepsi dengan BMI overweight, setelah 6 bulan penggunaan

kontrasepsi hormonal oral kombinasi tidak mengalami perubahan BMI sebanyak 91%, yang mengalami peningkatan menjadi obese sebanyak 3% dan yang


(53)

mengalami penurunan menjadi normoweight sebanyak 6%. Pengukuran 6 bulan kemudian skor BMI subjek penelitian relatif menetap.

4.3 Uji Hipotesa

Berdasarkan tabel 4.4 secara statistik dengan uji t-test berpasangan

didapatkan nilai p< 0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara

rerata berat badan sebelum dan sesudah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal

oral kombinasi. Jadi hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa adanya

perbedaan yang bermakna rerata berat badan sebelum dan sesudah 6 bulan

penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi diterima. Hasil ini memperjelas

hasil dari penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya peningkatan berat badan dalam 12 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi, dalam penelitian ini bahkan didapatkan peningkatan berat badan didapatkan dalam 6 bulan penggunaan.

Tabel 4.4 juga memperlihatkan secara statistik dengan uji t-test berpasangan

didapatkan nilai p< 0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara

rerata berat badan sebelum dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi. Berdasar hasil uji statistik, hipotesis penelitian yang

menyatakan bahwa adanya perbedaan yang bermakna rerata berat badan sebelum

dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi diterima.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya peningkatan berat badan dalam 12 bulan penggunaan pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi.


(54)

Berdasarkan tabel 4.4 secara statistik dengan uji t-test berpasangan

didapatkan nilai p< 0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara

rerata berat badan sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi. Berdasar hasil uji statistik, hipotesis penelitian yang

menyatakan bahwa adanya perbedaan yang bermakna rerata berat badan sesudah

6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi

diterima.

Berdasarkan tabel 4.5 dengan statistik uji t-test berpasangan didapatkan nilai

p> 0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara rerata skor

BMI sebelum dan sesudah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi. Jadi hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa adanya perbedaan

yang bermakna rerata skor BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi

hormonal oral kombinasi dalam waktu 6 bulan ditolak.

Tabel 4.5 juga secara statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan nilai

p< 0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara rerata skor BMI

sebelum dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa adanya perbedaan yang bermakna

rerata skor BMI sebelum dan sesudah penggunaan kontrasepsi hormonal oral

kombinasi dalam waktu 12 bulan diterima.

Secara statistik dengan uji t-test berpasangan didapatkan rerata skor BMI

setelah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi dibandingkan

dengan rerata skor BMI setelah 12 bulan penggunaan didapatkan nilai p< 0,05

yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara rerata skor BMI sesudah


(55)

Berdasarkan hasil uji statistik, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa adanya

perbedaan yang bermakna rerata skor BMI sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Terjadi peningkatan rerata berat badan dan BMI sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi dibandingkan dengan berat badan dan BMI sebelum penggunaan kontrasepsi.

2. Untuk perbandingan rerata berat badan didapatkan ada perbedaan yang bermakna antara rerata berat badan sebelum, sesudah 6 bulan dan 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi, dan ada perbedaan yang bermakna antara rerata berat badan sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi. Sedangkan untuk perbandingan rerata BMI didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara rerata skor BMI sebelum dan sesudah 6 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi, sementara ada perbedaan yang bermakna antara rerata skor BMI sebelum dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi, dan ada perbedaan yang bermakna antara rerata skor BMI sesudah 6 bulan dan sesudah 12 bulan penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi.

3. Pada akseptor dengan BMI normoweight dan overweight sebelum penggunaan kontrasepsi hormonal oral kombinasi, BMI relatif tidak mengalami perubahan setelah 6 bulan penggunaan. Pada penggunaan enam bulan selanjutnya BMI akseptor juga relatif menetap.


(57)

5.2 SARAN

1. Pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi dapat digunakan oleh ibu dengan mempertimbangkan salah satu efek pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi yaitu kenaikan berat badan baik setelah 6 bulan penggunaan, maupun 12 bulan penggunaan.

2. Pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi dapat digunakan oleh ibu karena sebagian besar kenaikan berat badan tidak mempengaruhi BMI awal ibu, baik yang berada pada kategori normoweight maupun overweight, setelah pemakaian 6 bulan maupun 12 bulan.

3. Untuk mempertahankan berat badan ideal, akseptor pil kontrasepsi hormonal oral kombinasi harus memperhatikan gaya hidup, pola makan, aktivitas fisik (termasuk olahraga), psikis dan gizi seimbang.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartanto, H. Keluarga Berencana. Pustaka Sinar Harapan. 2010.

2. Depkes RI. 2002.

3. BKKBN Provinsi Jawa Timur. 2010.

4. Gupta S. Weight Gain on the Combined Pill – Is it real ? Human Reproductive

update. 2000 ; 6 : 427-431.

5. Beksinska ME, Smit JA, Kleinschmidt I et al. Prospective Study of Weight

Change in New Adolescent Users of DMPA, NET-EN, COCs, Non-Users and

Discontinuers of Hormonal Contraception. Europe PubMed Central. 2009 ; 81 (1)

: 30-34.

6. Lindh I, Ellstrom AA, Milsom I. The Long-Term Influence of Combined Oral

Contraceptives on Body Weight. Human Reproduction. 2011 ; 0 : 1-8.

7. Samosir N. Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Kadar Gula darah. 2013.

8. Suratun et al. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.

Trans Info Media. 2013.

Diakses dari

9. Efek KB suntik DMPA terhadap berat badan ibu. Diakses dari

10. Widodo FY. Efek Pemakaian Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap Kadar

Glukosa Darah. Surabaya. 2013.

www.digilib.unimus.ac.id

11. Mohammad NS, Nazli R, Khan MA, et al. Effect of Combined Oral Contraceptive

pills on Lipid Profile, Blood Pressure and Body Mass Index in Women of Child


(59)

12. Spencer AL, bonnema R, McNamara M. Helping Women Choose Appropriate

Hormonal Contraception : Update on Risks, Benefits, and Indications. The

american journal of Medicine. 2009 ; 122 : 497-506.

13. Saleh MY. Pengaruh KB Hormonal dan Non Hormonal Terhadap Berat Badan

Akseptor di Puskesmas Kebayakan kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh

Tengah Tahun 2012. 2012.

14. Edelman A, Jensen JT, Bulechowsky M, Cameron J. Combined Oral

Contraceptives and Body Weight : Do Oral Contraceptives Cause Weight Gain ?

A Primate Model. Human Reproduction. 2010 ; 0 : 1-7.

15. Hicks R. The Contraceptive Pill and Weight Gain. WebMd. 2014.

16. Olatunbosun F. Birth Control Pills and Weight Gain. WebMd. 2013.

17. Salisbury-Afshar E. The Effects of Combination Contraceptives on Weight.

American Academy of Family Physicians. 2012 ; 86.

18. Berenson AB, Rahman M. Changes in Weight, Total Fat, Percent Body Fat, and

Central-To-Peripheral Fat Ratio Associated With Injectable and Oral

Contraceptive Use. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2009 ; 200 :

329.e1-8.

19. Coney P, Washenik K, Langley RGB, et al. Weight change and adverse event

incidence with a low-dose oral contraceptive: two randomized, placebo-controlled

trials. Contraception. 2001 ; 63: 297–302.

20. Gallo MF, Lopez LM, Grimes DA, et al. Combination Contraceptives : Effects on


(60)

(61)

(62)

LAMPIRAN

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

umur tinggi berat BMI

N 60 60 60 60

Normal Parametersa,b Mean 34,27 155,20 57,12 23,647

Std. Deviation 4,313 5,058 8,551 3,0565

Most Extreme Differences Absolute ,156 ,216 ,098 ,118

Positive ,092 ,216 ,098 ,084

Negative -,156 -,135 -,063 -,118

Kolmogorov-Smirnov Z 1,209 1,671 ,757 ,914

Asymp. Sig. (2-tailed) ,107 ,007 ,615 ,374

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

berat6 BMI6

N 60 60

Normal Parametersa,b Mean 58,00 24,0338

Std. Deviation 8,608 3,28192

Most Extreme Differences Absolute ,086 ,116

Positive ,086 ,116

Negative -,052 -,071

Kolmogorov-Smirnov Z ,668 ,901

Asymp. Sig. (2-tailed) ,763 ,391

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(63)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

berat12 BMI12

N 60 60

Normal Parametersa,b Mean 58,28 24,142

Std. Deviation 8,601 3,2641

Most Extreme Differences Absolute ,088 ,107

Positive ,088 ,107

Negative -,049 -,074

Kolmogorov-Smirnov Z ,678 ,831

Asymp. Sig. (2-tailed) ,747 ,495

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 BMI 23,647 60 3,0565 ,3946

BMI6 24,0338 60 3,28192 ,42369

Pair 2 BMI 23,647 60 3,0565 ,3946

BMI12 24,142 60 3,2641 ,4214

Pair 3 BMI6 24,0338 60 3,28192 ,42369


(64)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 BMI & BMI6 60 ,874 ,000

Pair 2 BMI & BMI12 60 ,875 ,000

Pair 3 BMI6 & BMI12 60 ,997 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 BMI - BMI6 -,38717 1,60815 ,20761 -,80260 ,02826

Pair 2 BMI - BMI12 -,4950 1,5898 ,2052 -,9057 -,0843

Pair 3 BMI6 - BMI12 -,10783 ,23968 ,03094 -,16975 -,04592

Paired Samples Test

t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 BMI - BMI6 -1,865 59 ,067

Pair 2 BMI - BMI12 -2,412 59 ,019


(65)

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 berat1 57,358 60 8,7426 1,1287

berat6 58,00 60 8,608 1,111

Pair 2 berat1 57,358 60 8,7426 1,1287

berat12 58,28 60 8,601 1,110

Pair 3 berat6 58,00 60 8,608 1,111

berat12 58,28 60 8,601 1,110

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 berat1 & berat6 60 ,986 ,000

Pair 2 berat1 & berat12 60 ,987 ,000

Pair 3 berat6 & berat12 60 ,998 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 berat1 - berat6 -,6417 1,4818 ,1913

Pair 2 berat1 - berat12 -,9250 1,4256 ,1840


(66)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 berat1 - berat6 -1,0245 -,2589 -3,354 59 ,001

Pair 2 berat1 - berat12 -1,2933 -,5567 -5,026 59 ,000

Pair 3 berat6 - berat12 -,434 -,132 -3,752 59 ,000

Means

Report

BMI

IMT1 Mean N Std. Deviation

Underweight 16,500 3 ,9849

Normoweight 21,548 21 1,1961

Overweight 25,076 34 1,3536

Obesitas 32,100 2 1,4142


(67)

Means

Report

BMI6

IMT6 Mean N Std. Deviation

Underweight 17,8333 3 ,40415

Normoweight 21,2412 17 1,30818

Overweight 24,9814 36 1,31860

Obesitas 32,0250 4 1,93628

Total 24,0338 60 3,28192

Means

Report

BMI12

IMT12 Mean N Std. Deviation

Underweight 17,967 3 ,3512

Normoweight 21,281 16 1,3775

Overweight 25,038 37 1,3951

Obesitas 31,925 4 2,0419


(1)

LAMPIRAN

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

umur tinggi berat BMI

N 60 60 60 60

Normal Parametersa,b Mean 34,27 155,20 57,12 23,647 Std. Deviation 4,313 5,058 8,551 3,0565 Most Extreme Differences Absolute ,156 ,216 ,098 ,118

Positive ,092 ,216 ,098 ,084

Negative -,156 -,135 -,063 -,118

Kolmogorov-Smirnov Z 1,209 1,671 ,757 ,914

Asymp. Sig. (2-tailed) ,107 ,007 ,615 ,374

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

berat6 BMI6

N 60 60

Normal Parametersa,b Mean 58,00 24,0338 Std. Deviation 8,608 3,28192 Most Extreme Differences Absolute ,086 ,116

Positive ,086 ,116

Negative -,052 -,071

Kolmogorov-Smirnov Z ,668 ,901

Asymp. Sig. (2-tailed) ,763 ,391


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

berat12 BMI12

N 60 60

Normal Parametersa,b Mean 58,28 24,142 Std. Deviation 8,601 3,2641 Most Extreme Differences Absolute ,088 ,107

Positive ,088 ,107

Negative -,049 -,074

Kolmogorov-Smirnov Z ,678 ,831

Asymp. Sig. (2-tailed) ,747 ,495

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 BMI 23,647 60 3,0565 ,3946

BMI6 24,0338 60 3,28192 ,42369

Pair 2 BMI 23,647 60 3,0565 ,3946

BMI12 24,142 60 3,2641 ,4214

Pair 3 BMI6 24,0338 60 3,28192 ,42369


(3)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 BMI & BMI6 60 ,874 ,000 Pair 2 BMI & BMI12 60 ,875 ,000 Pair 3 BMI6 & BMI12 60 ,997 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 BMI - BMI6 -,38717 1,60815 ,20761 -,80260 ,02826 Pair 2 BMI - BMI12 -,4950 1,5898 ,2052 -,9057 -,0843 Pair 3 BMI6 - BMI12 -,10783 ,23968 ,03094 -,16975 -,04592

Paired Samples Test

t df Sig. (2-tailed)

Pair 1 BMI - BMI6 -1,865 59 ,067 Pair 2 BMI - BMI12 -2,412 59 ,019 Pair 3 BMI6 - BMI12 -3,485 59 ,001


(4)

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 berat1 57,358 60 8,7426 1,1287

berat6 58,00 60 8,608 1,111

Pair 2 berat1 57,358 60 8,7426 1,1287

berat12 58,28 60 8,601 1,110

Pair 3 berat6 58,00 60 8,608 1,111

berat12 58,28 60 8,601 1,110

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 berat1 & berat6 60 ,986 ,000 Pair 2 berat1 & berat12 60 ,987 ,000 Pair 3 berat6 & berat12 60 ,998 ,000

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 berat1 - berat6 -,6417 1,4818 ,1913 Pair 2 berat1 - berat12 -,9250 1,4256 ,1840 Pair 3 berat6 - berat12 -,283 ,585 ,076


(5)

Paired Samples Test Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Pair 1 berat1 - berat6 -1,0245 -,2589 -3,354 59 ,001 Pair 2 berat1 - berat12 -1,2933 -,5567 -5,026 59 ,000 Pair 3 berat6 - berat12 -,434 -,132 -3,752 59 ,000

Means

Report BMI

IMT1 Mean N Std. Deviation

Underweight 16,500 3 ,9849

Normoweight 21,548 21 1,1961 Overweight 25,076 34 1,3536

Obesitas 32,100 2 1,4142


(6)

Means

Report BMI6

IMT6 Mean N Std. Deviation

Underweight 17,8333 3 ,40415 Normoweight 21,2412 17 1,30818 Overweight 24,9814 36 1,31860

Obesitas 32,0250 4 1,93628

Total 24,0338 60 3,28192

Means

Report BMI12

IMT12 Mean N Std. Deviation

Underweight 17,967 3 ,3512

Normoweight 21,281 16 1,3775 Overweight 25,038 37 1,3951

Obesitas 31,925 4 2,0419