ANALISIS EFEKTIVITAS MEKANISME TRANSMISI kebijakan

ANALISIS EFEKTIVITAS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER TERHADAP KEBIJAKAN SUKU BUNGA KREDIT
PERBANKAN
Alfiah Kusumaningrum
Mahasiswi Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus STAN Tahun 2014
Kelas 7C / 03
pbn.alfiahk@gmail.com
Abstract
As monetary subject, Bank Indonesia published BI-Rate every month.. Changing in monetary
policy brought to riil sector by a unique mechanism called Monetary Policy Transmission
Mechanism. This mechanism has several channel to deliver “the message” from Central Bank to
the economic environment. One of the channel is bank lending channel of monetary policy
transmission. Fluctuation of BI-Rate gives effect on commercial bank in deciding their interest
credit rate.
This paper made to analyze the the relationship between changing in BI-Rate as one of moneter
policy and its impact on the credit interest rate policy made by commercial bank as the lending
channel of monetary transmission.
Keywords: moneter policy, central bank, BI-Rate, credit interest rate

PENDAHULUAN
Sesuai dengan Undang-undang Nomor

23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang
diubah menjadi Undang-undang Nomor 3
Tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai
tujuan mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Bank Indonesia mempunyai tugas pokok :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter;
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran;
3. Mengatur dan mengawasi bank;
Tugas pokok pertama Bank Indonesia
adalah menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter. Kebijakan moneter yang
dilakukan oleh Bank Indonesia secara umum
merupakan usaha mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana (asumsi makro) yang
diinginkan dengan cara pengaturan jumlah
uang yang beredar dalam perekonomian yang

bertujuan untuk mengendalikan inflasi dan
menjaga kestabilan harga.

Kebijakan moneter adalah tindakan
yang dilakukan oleh penguasa moneter (bank
sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang
beredar dan kredit yang akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin,
1992:45). Berdasarkan pengertian kebijakan
moneter oleh Nopirin, penulis mengambil dua
aspek penting dalam uraian di atas, yaitu
kredit yang akan mempengaruhi kegiatan
masyarakat.
Kebijakan moneter Bank Indonesia
hanyah suatu kebijakan satu arah yang
dijalankan oleh pemerintah. Dampak secara
nasional diketahui melalui perilaku perilaku
obyek perantara yang pada akhirnya
menyentuh end user, yaitu masyarakat. Obyek
perantara yang akan “menyampaikan” pesan

kebijakan moneter Bank Indonesia salah
ssatunya adalah sektor perbankan dalam hal
ini bank umum. Proses penyampaian pesan
dari suatu hal yang berupa kebijakan,
misalnya penetapan BI-Rate, dan dampaknya
terhadap sektor riil ini melalui proses yang
disebut transmisi kebijakan moneter.

1

Mekanisme
Transmisi
Kebijakan
Moneter
adalah
mekanisme
yang
menggambarkan tindakan Bank Indonesia
melalui
perubahan-perubaan

instrumen
moneter dan targetnya operasionalnya untuk
mempengaruhi variabel ekonomi makro
lainnya sehingga tercapai tujuan akhir dari
kebijakan moneter tersebut, misalnya untuk
menurunkan
inflasi,
dan
sebagainya.
Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi
Bank Sentral, perbankan, sektor keuangan,
serta sektor riil.
MTKM selalu menimbulkan dua
pertanyaan mendasar terkait kebijakan
moneter, yaitu apakah kebijakan moneter
dapat mempengaruhi ekonomi riil dan melalui
jalur mekanisme transmisi apakah pengaruh
kebijakan moneter itu terjadi. Efektivitas
mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat
diukur dengan dua indikator, yaitu :

a. Tenggat waktu yang diperlukan (time lag)
b. Kekuatan variabel-variabel lain dalam
merespon adanya instrumen kebijakan
moneter (dalam hal ini misalnya :
penetapan BI-Rate) hingga terwujud
tujuan akhir kebijakan moneter.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter
pada awalnya hanya berdasarkan jalur uang
tetapi seiring dengan perkembangan ekonomi
maka jalur MKTM bertambah menjadi enam
jalur, yaitu :
1. MTKM melalui jalur suku bunga
2. MTKM melalui saluran uang
3. MTKM melalui saluran kredit
4. MTKM melalui saluran nilai tukar
5. MTKM melalui saluran harga aset
6. MTKM melalui saluran ekspektasi
Idealnya, transmisi kebijakan moneter
selalu memiliki hubungan positif dengan
sektor perbankan. Hal ini tercermin dalam

penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh
perbankan dalam merespon penetapan suku
bunga BI. Salah satu instrumen perbankan
yang secara langsung menyentuh sektor riil
adalah suku bung kredit. Suku bunga kredit
berdasarkan jenis penggunaannya dibagi
menjadi tiga macam, yaitu kredit konsumsi,
kredit modal kerja, dan kredit investasi.

Pada tulisan ini penulis akan
menganalisis efektivitas kebijakan moneter BI
secara lebih khusus yaitu penetapan BI-Rate
terhadap suku bunga kredit konsumsi (kredit
investasi dan kredit konsumsi).
Apakah perbankan merepson dengan
baik perubahan suku bunga Bank Indonesia
yang ditetapkan oleh Bank Sentral? Hasil
perhitungan akan menunjukkan efektivitas
kebijakan moneter, penetapan BI-Rate
terhadap suku bunga kredit tersebut.

Metode yang digunakan adalah regresi
linear berganda dengan satu variabel tetap (BIRate) dan tiga variabel bebas. Tiga variabel
bebas adalah : Suku bunga kredit konsumsi,
suku bunga kredit investasi, dan suku bunga
kredit modal kerja. Penulis menggunakan
software SPSS dalam melakukan perhitungan
nilai regresi.
Data yang digunakan adalah data BIRate, suku bunga kredit sejak tahun 2011:1
sampai dengan 2014:8
PEMBAHASAN
Berdasarkan perhitungan pada SPSS
sesuai dengan data BI-Rate tahun 2011:1
sampai dengan 2014:8 dihasilkan sebagai
berikut
Coefficientsa
Standa
rdized
Unstandardize Coeffic
d Coefficients
ients

Std.
B
Error
Beta
-3.489 1.557

t
-2.242

Sig.
.031

.579

3.383

.002

.531


3.461

.001

-.733

-8.764

.000

Model
1 (Constan
t)
modal
.770
.228
kerja
kredit
.952
.275

investasi
konsumsi
-.767
.088
a. Dependent Variable: bi rate

Berdasarkan hasil perhitungan regresi
di atas didapatkan rumus persamaan regresi
sebagai berikut
X = a + b1Y1 + b2Y2 + b3Y3

X = -3489 + 0,770Y1 + 0,952Y2 – 0,767Y3

2

Keterangan :
X = Expected BI-Rate
a = konstanta
b1, b2, b3 = koefisien regresi
y1 = suku bunga kredit modal kerja

y2 = suku bunga kredit investasi
y3 = suku bunga kredit konsumsi
Range nilai koefisien acuan adalah
sebagai berikut :
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0.599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Konstanta sebesar -3.489 artinya jika
suku bunga ketiga kredit tersebut adalah 0%
maka expected BI Rate nya adalah -3.89%
Koefisien regresi variabel suku bunga
kredit modal kerja (Y1) adalah 0,770. Nilai ini
berarti korelasi antara dua variabel adalah
kuat. Artinya jika variabel lainnya tetap dan
suku bunga kredit mengalami kenaikan 1 %
maka BI Rate diekspektasikan mengalami
penurunan sebesar 0,77%. Koefisien bernilai
positif mengindikasikan terdapat hubungan
positif antara fluktuasi suku bunga BI dengan
penetapan suku bunga kredit modal kerja. Jika
suku bunga BI naik, maka suku bunga kredit
modal kerja juga akan naik.
Koefisien untuk variabel suku bunga
kredit investasi (Y2) juga menghasilkan nilai
positif yaitu 0,952 (korelasi kuat). Hasil
perhitungan menunjukkan terdapat hubungan
positif antara perubahan suku bunga Bank
Indonesia dengan suku bunga kredit investasi
yang ditetapkan oleh bank umum.
Koefisien untuk variabel suku bunga
kredit konsumsi (y3) menghasilkan angka
negatif, yaitu -0,767. Hal ini menunjukkan
terdapat hubungan negatif antara BI Rate
dengan suku bunga kredit konsumsi. Artinya
kenaikan suku bunga BI akan direspon negatif
oleh perbankan, atau setiap perubahan BI
dengan angka signifikan ternyata tidak
direspon oleh perbankan secara berlebihan.
Hal ini terlihat dari data suku bunga konsumsi

yang hanya mengalami sedikit perubahan
(baik itu kenaikan maupun penurunan) ketika
BI-Rate berubah secara signifikan.
Penjelasan atas perbedaan penetapan
suku bunga kredit perbankan sebagai efek atas
penetapan BI rate dijelaskan dalam
mekanisme transmisi kebijakan moneter
melalui jalur suku bunga kredit. Transmisi
suku bunga kredit terjadi melalui perubahan
perilaku sektor perbankan sebelum menyentuh
sektor riil secara langsung.
MTKM melalui jalur suku
bunga
menekankan peranan perubahan struktur suku
bunga di sektor keuangan. Pengaruh
perubahan suku bunga jangka pendek
ditransmisikan kepada suku bunga kredit
menengah yang selanjutnya secara jangka
panjang dapat mempengaruhi permintaan
uang dan berpengaruh ke inflasi (Taylor,
1995) dan Bofinger, 2001.
Anomali dari kebijakan MTKM
melalui jalur suku bunga adalah sebagai
berikut :
Apabila perekonomian mengalami
kelesuan, Bank Indonesia dapat mengambill
kebijakan
moneter
ekspansif
yaitu
menurunkan suku bunga BI untuk mendorong
aktivitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI
seharusnya direspon oleh perbankan dengan
menurunkan suku bunga kreditnya. Disini
akan terlihat hubungan positif antara kenaikan
BI-Rate dan kenaikan suku bunga kredit.
Berdasarkan penelitian regresi hubungan
positif tercermin dari kenaikan suku bunga
investasi dan suku bunga modal kerja, tetapi
tidak untuk suku bunga kredit konsumsi.
Di sisi lain, penurunan suku bunga akan
mengakibatkan
peningkatan
aktifitas
konsumsi masyarakat. Masyarakat/ pengusaha
enggan untuk menabung atau meminjam uang
di bank karena suku bunga kredit investasi dan
modal
kerja
rendah.
Dampak
dari
meningkatnya aktivitas sektor riil adalah
permintaan aggregat akan naik. Jika hal ini
tidak sejalan dengan penawaran agregat maka
dapat terjadi gap output. Gap output salah
satunya adalah kelangkaan atas penawaran
barang (penawaran lebih kecil daripada
3

perminataan). Efek lebih lanjut harga barang
akan naik sehingga memicu terjadinya inflasi.
Salah satu kriteria mekanisme transmisi
kebijakan moneter adalah time lag. Oleh
karena itu terdapat hubungan negatif antara
kredit konsumsi dan suku bunga BI. Hal ini
disebabkan oleh jangka waktu konsep aksireaksi yang membutuhkan waktu cukup lama
bagi perbankan untuk beradaptasi merespon
perilaku pasar (masyarakat). Berdasarkan
tabel pada lampiran dapat dilihat fluktuasi
kredit konsumsi yang cenderung bergerak tipis
merespon suku bunga BI. Apabila perbankan
meliah resiko perekonomian cukup tinggi
maka reaksi perbankan terhadap penurunan BI
Rate pun akan sangat lambat.
Ketika inflasi naik (harga barang mulai
naik) maka perbankan akan menaikkan suku
bunga kredit konsumsinya untuk mencegah
inflasi yang berkepanjangan. Hal ini dilakukan
ketika suku bunga BI cenderung tetap atau
bahkan menurun.
Salah satu penyebab mengapa terdapat
hubungan negatif antara suku bunga kredit
konsumsi dengan suku bunga BI adalah
kondisi internal perbankan. Jika sektor
perbankan sedang melakukan konsolidasi
untuk
memperbaiki
permodalannya,
penurunan
suku
bunga
kredit
dan
meningkatnya permintaan kredit belum tentu
akan direspon positif dengan menaikkan
penyaluran kredit. Disisi lain, penurunan suku
bunga kredit perbankan juga belum tentu
direspon oleh meningkatknya permintaan
kredit masyarakat.
Sebuah studi oleh Wahyu Sudarmono
yang diuji ulang oleh Sri pada 2010 tentang
bank competition, membandingkan market
structure perbankan dengan pengaruh reaksi
perbankan terhadap dua sektor, yaitu sektor
pemerintah dalam hal ini bank sentral sebagai
pemegang kebijakan moneter serta market
power. Studi ini menggunakan Lerner Index
yang merupakan indeks acuan market power
dan acuan CR3 yang merupakan ukuran untuk
tingkat konsentrasi perbankan. Indeks ini
menunjukkan peningkatan sejak tahun 1999 –
2007. Kesimpulan dari studi market structure

adalah bahwa dalam jangka panjang sektor
keuangan perbankan tidak ada hubungannya
dengan transmisi kebijakan moneter. Artinya
bisa saja tidak ada korelasi sama sekali antara
kebijakan moneter dengan perilaku penetapan
suku bunga perbankan. Atau terdapat
hubungan negatif antara keduanya.

Lerner Index mengindikasikan market
power yang cenderung meningkat dari tahun
1999-2007. Concentration ratio, sebaliknya,
cenderung turun. Suku bunga kredit
cenderung turun mengikuti BI rate.
Berdasarkan grafik mulai dari titik
tahun 2005 ke kanan, selisih atau gap antara
BI rate dengan suku bunga kredit perbankan
nampak
semakin
besar. Hal
ini
mengindikasikan bahwa transmisi moneter
semakin kurang efektif selama lima tahun
terakhir karena market struktur.

Gambar di atas menunjukkan suku
bunga kredit perbankan sejak 2002
mempunyai gap yang besar dengan suku
bunga BI. Rata-rata selisih sekitar 4%. Studi
ini menyimpulkan jika transmisi kebijakan
moneter berjalan efektif maka seharusnya gap
4

antara suku bunga BI dengan suku bunga
kredit perbankan lebih kecil.
Membandingkan studi Sri (penelitian
sebelum 2011) dengan hasil perhitungan
dimana penulis menggunakan data tahun 2011
sampai dengan 2014, ternyata ditemukan
hubungan positif dengan studi sebelumnya.
Transmisi kebijakan moneter melalui sektor
perbankan semakin mengalami gap yang
besar. Berdasarkan data, gap antara suku
bunga bank BI dengan suku bunga kredit
perbankan mencapai 8%. Gap ini naik 4% dari
penelitian tahun 2007.

http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/data/Default.aspx - diakses 11
November 2014
http://kemalfasya.blogspot.com/2011/02/vbehaviorurldefaultvmlo.html - diakses
11 November 2014
Data SPI Agustus 2014, BI.

SIMPULAN
Terdapat hubungan negatif antara suku bunga
bank indonesia sebagai instrumen moneter
terhadap suku bunga kredit konsumsi
perbankan sebesar -0,767. Korelasi negatif ini
mengindikasikan beberapa hal, yaitu :
1. Adanya time lag sebagai akibat transmisi
kebijakan moneter yang direspon lambat
oleh perbankan
2. Kondisi
internal
sektor
keuangan,
perbankan, dan kondisi sektor riil sangat
berperan dalam menentukan efektif atau
tidaknya proses transmisi kebijakan moneter
sehingga tidak dapat dijamin 100% bahwa
kenaikan suku bunga BI akan menaikkan
suku bunga kredit, dan sebagainya.
3. Terdapat indikasi baru yaitu tidak efektifnya
transmisi kebijakan moneter terhadap
perbankan. Hal ini sesuai dengan studi
bahwa gap antara suku bunga BI dan suku
bunga
kredit
semakin
membesar
presentasenya dari tahun ke tahun. Gap saat
ini berkisar antara 7-8%.
DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Noor, dkk. 2006. Keuangan Publik :
Teori dan Aplikasi. LPKPAP. Jakarta
Wahyu Sudarmono, 2010. Bank Competition,
institution and economic development :
Evidence from Asia during 1999-2007.
Economics Bulletin, Vol 30
http://srikripik.wordpress.com/category/trans
misi-moneter/ - diakses 11 November
2014
5