Akibat Melemahnya Nilai Tukar rupiah
JURNAL EKONOMI MAKRO I
AKIBAT MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP DOLAR
DISUSUN OLEH :
- Arief Danuary
- Wahyu Yulio
- M. Wisnu Wicaksono - Shavinia Fitri
- Christina Wulandari
- Mala Hayati
- Nabilla Frimalita
- Malinda Ambar Pratiwi
- Muhammad Asef Saifuddin
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI
PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ABSTRAK
Penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dolar merupakan dua hal yang saling terkait.
Melemahnya nilai rupiah terhadap tukar dolar AS membuat banyak pihak merugi. Setiap tahunya
nilai tukar rupiah terhadap dolar setiap waktunya akan berubah. Nilai tukar rupiah yang semakin
melemah terhadap dolar as lantas tidak bisa dibiarkan terus melemah sebab, kondisi tersebut
berdampak negatif terhadap perekonomian nasional. kelemahan nilai tukar akan meningkatkan
kembali inflasi, saat harga barang-barang melonjak naik daya beli masyrakat akan tertekan,
dampaknya kemiskinan akan bertambah. Apabila nilai mata uang rupiah semakin melemah maka
kepercayaan para investor juga akan semakin menurun. Tercatat berdasarkan data 2011-2015,
terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
yaitu pada tahun 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar 9279.49 (nilai dari USD 1 dalam
rupiah) dan tahun 2015 nilai tukar rupiah terhadap dolar 13396.58(nilai dari USD 1 dalam
rupiah). Semakin nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, maka semakin anjloklah
perekonomian negara, semakin banyaknya kesenjangan sosial, dan semakin sengsaralah rakyat
Indonesia.
I.
PENDAHULUAN
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap
orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern,
uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat
pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta
untuk pembayaran hutang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda
pembayaran.
Keberadaan
daripada barter yang
uang
menyediakan
lebih
kompleks,
alternatif
tidak
efisien,
transaksi
dan
yang
kurang
lebih
cocok
mudah
digunakan
dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama
untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan
dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga
kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran
Banyak sekali fungsi uang yang dapat di gunakan salah satunya sebagai alat tukar
Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, hubungan ekonomi
antarnegara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan
barang maupun uang serta modal antarnegara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara
lain, secara tidak langsung akan berdampak pada indikator suatu negara.
Dengan
diberlakukannya
sistem
nilai
tukar
mengambang
penuh/bebas
(freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak masa itu naik turunnya
nilai tukar (fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya system nilai tukar
mengambang terus mengalami kemerosotan. Pada bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah
terhadap US$ sebesar Rp3.035/US$, terus mengalami tekanan sehingga pada Desember 1997
nilai tukar rupiah terhadap US$ tercatat sebesar Rp4.650/US$. Memasuki tahun 1998, nilai tukar
rupiah melemah menjadi sebesar Rp10.375/US$, bahkan pada bulanJuni 1998 nilai tukar rupiah
sempat menembus level Rp14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang
sejarah nilai tukar rupiah terhadap US$. Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 1999 melakukan
recovery menjadi sebesar Rp7.810/US$, tahun 2000 kembali melemah sebesar Rp8.530/US$,
tahun 2001 melemah lagi menjadi Rp10.265/US$, tahun 2002 kembali menguat menjadi
Rp9.260/US$, tahun 2003 menguat menjadi Rp8.570/US$ dan pada tahun 2004 sebesar
Rp8.985/US$. Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat menembus
level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya
permintaan valuta asing sebagai konsekuensi Negara pengimpor minyak. Kondisi ini
menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US$ dan berada kisaran Rp9.200 sampai
Rp10.200 per US$. Nilai tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait
dengan besaran APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi
dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan pinjaman dan
pembayaran hutang luar negeri, penerimaan minyak dan pemberian subsidi BBM.
II.
PEMBAHASAN
Dampak perubahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika
dalam perekonomian indonesia sudah menjadi isu –isu yang sering di beritakan oleh mediamedia dan di bahas oleh ahli ekonomi serta pemerintah saat ini. Melemahnya nilai rupiah
terhadap tukar dolar AS membuat banyak pihak merugi. Sampai saat ini (27/5/2015) nilai tukar
rupiah terhadap dolar masih mencapai angka 13.395,00.
Nilai tukar rupiah akan berubah setiap waktu berdasarkan keadaan ekonomi suatu
wlayah. Nilai mata uang akan cenderung miningkat apabila permintaan lebih besar dari
persediaan yang ada, sedangkan nilai mata uang akan menurun apabila permintaan kurang dari
prsediaan yang ada. Faktor- faktor yang menyebabkan nilai mata uang berfluktuasi adalah antara
lain tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca perdagangan, tingkat rasio ekspor impor, tingkat
pengangguran, tingkat pendapatan dan stabilisasi ekonomi serta politik.
Setiap tahunya nilai tukar rupiah terhadap dolar setiap waktunya akan berubah, berdasarkan data
yang tersedia dari Bank Indonesia, tercatat perubahan nilai tukar rupiah secara pertahun berubah
– ubah. Sebagai contoh mulai dari tahun 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar 9.279,46,
angka itu naik scara terus meneus dan berkala hingga puncaknya pada tahun 2015 sebesar
13.396,56. Angka itu bisa terus meningkat atau bisa turun tergantung pada banyak hal.
Periode
Nilai dari USD 1 dalam
Rupiah
2015
13396.58
2014
12378.30
2013
10951.37
2012
9880.39
2011
9279.49
(Sumber : http://www.bi.go.id/id/moneter)
Dengan melemahnya rupiah, salah satu akibatnya tentu akan mempengaruhi daya beli
masyarakat. Nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap dolar as lantas tidak bisa
dibiarkan terus melemah sebab, kondisi tersebut berdampak negatif terhadap perekonomian
nasional. Selain itu kelemahan nilai tukar akan meningkatkan kembali inflasi, saat harga barangbarang melonjak naik daya beli masyrakat akan tertekan, dampaknya kemiskinan akan
bertambah. Selanjutnya adalah tekanan Inflasi yang tinggi atas impor bahan baku. Pengusaha
yang mengimpor bahan bakunya akan lebih banyak lagi menggunakan dolar sehingga baiaya
pembuatan produk tinggi, jika rupiah terus dibiarkan melemah, bisa jadi pelaku usaha akan
mengurangi impor tetapi kondisi ini akan butuh waktu yang panjang bila kelemahan nilai tukar
rupiah terus dibiarkan, maka pada akhirnya akan, yang berdampak buruk pada perekonomian
indonesia. Bahkan , akan terjadi penuruan daya beli masyarakat, yang nntinya mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi indonesia. Daya beli masyarakat suatu negara menjadi komponen yang
sangat penting untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan negara tersebut. Indonesia adalah
satu negara yang banyak mengimpor barang modal maupun barang konsumsi, perubahan kurs
akan sangat mempengaruhi pada daya beli masyarakat yang akan berimbas pada pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Akibat lain adalah mengenai beban anggaran negara. Sektor utang luar negeri pasti akan
mengalami kenaikan, sehingga hal ini berdampak pada APBN. Setiap depresi Rp100 per 1 USD,
biaya utang negara naik Rp207 milyar, atau sebesar Rp 2 Triliun jika rupiah menurun Rp1.000.
Selain itu, berdasarkan data Kemetrian Keuangan, jika rupiah melemah Rp100, maka defisit
anggaranbertambah Rp940,4 milyar- Rp1,21 Triliun. Jadi, jika melemah Rp1.000 maka akan
terjadi defisit anggaran sebesar Rp9-12 Triliun. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan fiskal
untuk mengoptimalkan penerimaan APBN.
Disisi lain, apabila nilai mata uang rupiah semakin melemah maka kepercayaan para investor
juga akan semakin menurun. Dampaknya sulit bagi Indonesia untuk dapat suntikan dana modal
sebagai faktor pembangunan ekonomi nasional.
Yang menjadi pembahasan kali ini adalah penyebab turunnya kurs rupaih terhadap usd
yang mencapai 13.396.58 (mei 2015). Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan terkait
menurunnya dolar belakangan ini:
1. Pembahasan suku bunagn The Fed ( bank sentral as) akan mengadakan pertemuan
pembahasan suku bunag. Atasa pernaytaan tersebut muncul ketidakpastian apakah
suku buanga akan dinaikan atau tidak. Halntersebut pada akhirnya membuat spekulas
terseniri bagi para pemilik modal di Indonesia. Banyak dari mereka yang berekspetasi
atas naiknya suku bunga di Amerika, yang kemudian berencana mengambil
investasinya atau menarik modalnya di Indonesia, sehingga nilai tukar rupiah
indonesia turun. Isu pembahasan suku bunga oleh The Fed ini juga akhirnya
mengumcang berbagai nilai mata uang negara lain, jadi buka hanya indonesia saja
yang terkena imbasnya.
2. Pembayaran utang luar negeri
menurut SULNI (statistik Utang Luar Negeri
Indonesia), pada akhir tahun 2014 direncanakan akan membayar utang luar negeri
sebear USD 1.898 juta. Pembayaran utang luar negeri tersebut berpengaruh terhadap
nilai tukar mata uang, dikarenakan pada saat pembayaran, permintaan atas dolar
meningkat, sehingga menurunkan nilai mata uang rupiah. Selain itu, waktu ini
merupakan masa pembayaran
dividen dalam bentuk dolar kepada perusahan
bermodal asing.
Faktor lain yang membuat melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing adalah
impor bahan bakar minyak (BBM ) yang terlalu besar, sehingga indonesia mengalami defisit
neraca pembayaran yang tak kunjung menunjukan angka surplus. Tidak hanya impor bahan
bakar minyak saja yang menjadi penyumbang jatuhnya nilai mata uang rupiah, tetapi juga karna
tingginya impor bahan pangan. Meskipun indonesia merupakan negara agraris, namun indonesia
masih saja banyak mengimpor bahan pangan dari luar negeri guna memenuhi konsumsi
masyarakat, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 28 bahan pangan seperti (beras, jagung,
kedelai, tepung terigu, dll) masih di impor dan bahan pangan yang palih banyak diimpor adalah
gula, tebu, jagung dengan volume impor masing masing sebesar 1,85 milyar dan 1,29 milyar kg,
yang sebenarnya semua bahan pangan tersebut dimiliki oleh indonesia tanpa perlu
mengimpornya dari luar.
Impor indonesai yang masih tinggi mengahasilkan defisit neraca transaksi perdagangan,
yang bermakna indonesia harus mengeluarkan banyak rupiah untuk ditukarkan pada mata uang
asing demi mengimpor barang yang berasal dari negara asing tersebut sehingga nilai mata uang
rupiah menjadi kurang berharga (devaluasi) yang bedampak pada kenaikan inflasi.
Untuk itu, guna mengatasi penurunan kurs yang berdampak pada dya beli masyarakat
maka pemerintah dalam kebijakan dapat melakukan cara seperti:
1.
Pemerintah harus melakukan interfensi agar nilai mata uang rupiah tetap stabil sehingga
daya beli masyarakat juga akan stabil.
2. Perlunya perbaikan nerca perdagangan, karna terlihat masih besarnya impor minyak, dan
perbaikan terhadap neraca pangan, infrastruktur, tingkat kemandirian ekonomi nasioanal
3. Meneyempurnakan sistem pembiayann ekonomi secara nasiaonal.
4. Pemerinath harus melakikan kebijakan yang selektif.
5. Memperkuat modal idustri berbahan baku domestik untuk mengoptimalkan ekspor
III. KESIMPULAN
Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Tukar Dollar AS membuat meruginya
beberapa pihak. Setiap tahunnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS berubah-ubah,5 tahun
terakhir ini Nilai Tukar Rupiah terus anjlok. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca perdagangan, tingkat rasio ekspor impor, tingkat
pengangguran, tingkat pendapatan dan stabilisasi ekonomi serta politik.
Apabila dibiarkan secara terus menerus maka anjloknya Rupiah akan berdampak buruk
terhadap perekonomian masyarakat Indonesia. Contohnya, menurunnya daya beli masyarakat,
daya beli masyarakat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari sisi impor-pun
akan menyebabkan defisit keuangan yang cukup besar terhadap negara kita, karena kita masih
mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dan juga bahan pangan. Dengan melemahnya Rupiah
kita memerlukan rupiah yang banyak untuk ditukar dengan Dollar AS.
Untuk mengatasi hal ini,Pemerintah perlu melakukan beberapa kebijakan yang selektif.
Diantaranya, menstabilkan perekonomian negara, menginterfensi nilai mata uang Rupiah,
memaksimalkan ekspor daripada Impor dan meningkatkan daya beli masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
ttp://www.bps.go.id/
www.bi.go.id/id/Default.aspx
http://danisaintan.blogspot.com (melemahnya-nilai-tukar-rupiah)
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/21/2/196189/Pelemahan-RupiahMampu-Tekan-Impor-untuk-Jangka-Panjang
http://www.tribunnews.com/bisnis/
http://www.infobanknews.com
Pengantar Ekonomi Makro, N. Georgy Mankiw
JURNAL DAMPAK PERUBAHAN KURS TERHADAP TUJUH KELOMPOK INDEKS HARGA
KONSUMEN DI INDONESIA oleh noer Azam Achsani dan herry Frenky Nababan
AKIBAT MELEMAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP DOLAR
DISUSUN OLEH :
- Arief Danuary
- Wahyu Yulio
- M. Wisnu Wicaksono - Shavinia Fitri
- Christina Wulandari
- Mala Hayati
- Nabilla Frimalita
- Malinda Ambar Pratiwi
- Muhammad Asef Saifuddin
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI
PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
ABSTRAK
Penurunan nilai mata uang rupiah terhadap dolar merupakan dua hal yang saling terkait.
Melemahnya nilai rupiah terhadap tukar dolar AS membuat banyak pihak merugi. Setiap tahunya
nilai tukar rupiah terhadap dolar setiap waktunya akan berubah. Nilai tukar rupiah yang semakin
melemah terhadap dolar as lantas tidak bisa dibiarkan terus melemah sebab, kondisi tersebut
berdampak negatif terhadap perekonomian nasional. kelemahan nilai tukar akan meningkatkan
kembali inflasi, saat harga barang-barang melonjak naik daya beli masyrakat akan tertekan,
dampaknya kemiskinan akan bertambah. Apabila nilai mata uang rupiah semakin melemah maka
kepercayaan para investor juga akan semakin menurun. Tercatat berdasarkan data 2011-2015,
terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
yaitu pada tahun 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar 9279.49 (nilai dari USD 1 dalam
rupiah) dan tahun 2015 nilai tukar rupiah terhadap dolar 13396.58(nilai dari USD 1 dalam
rupiah). Semakin nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, maka semakin anjloklah
perekonomian negara, semakin banyaknya kesenjangan sosial, dan semakin sengsaralah rakyat
Indonesia.
I.
PENDAHULUAN
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap
orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern,
uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat
pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta
untuk pembayaran hutang.Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda
pembayaran.
Keberadaan
daripada barter yang
uang
menyediakan
lebih
kompleks,
alternatif
tidak
efisien,
transaksi
dan
yang
kurang
lebih
cocok
mudah
digunakan
dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama
untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan
dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga
kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran
Banyak sekali fungsi uang yang dapat di gunakan salah satunya sebagai alat tukar
Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, hubungan ekonomi
antarnegara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan
barang maupun uang serta modal antarnegara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara
lain, secara tidak langsung akan berdampak pada indikator suatu negara.
Dengan
diberlakukannya
sistem
nilai
tukar
mengambang
penuh/bebas
(freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak masa itu naik turunnya
nilai tukar (fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya system nilai tukar
mengambang terus mengalami kemerosotan. Pada bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah
terhadap US$ sebesar Rp3.035/US$, terus mengalami tekanan sehingga pada Desember 1997
nilai tukar rupiah terhadap US$ tercatat sebesar Rp4.650/US$. Memasuki tahun 1998, nilai tukar
rupiah melemah menjadi sebesar Rp10.375/US$, bahkan pada bulanJuni 1998 nilai tukar rupiah
sempat menembus level Rp14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang
sejarah nilai tukar rupiah terhadap US$. Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 1999 melakukan
recovery menjadi sebesar Rp7.810/US$, tahun 2000 kembali melemah sebesar Rp8.530/US$,
tahun 2001 melemah lagi menjadi Rp10.265/US$, tahun 2002 kembali menguat menjadi
Rp9.260/US$, tahun 2003 menguat menjadi Rp8.570/US$ dan pada tahun 2004 sebesar
Rp8.985/US$. Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat menembus
level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya
permintaan valuta asing sebagai konsekuensi Negara pengimpor minyak. Kondisi ini
menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US$ dan berada kisaran Rp9.200 sampai
Rp10.200 per US$. Nilai tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait
dengan besaran APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi
dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan pinjaman dan
pembayaran hutang luar negeri, penerimaan minyak dan pemberian subsidi BBM.
II.
PEMBAHASAN
Dampak perubahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika
dalam perekonomian indonesia sudah menjadi isu –isu yang sering di beritakan oleh mediamedia dan di bahas oleh ahli ekonomi serta pemerintah saat ini. Melemahnya nilai rupiah
terhadap tukar dolar AS membuat banyak pihak merugi. Sampai saat ini (27/5/2015) nilai tukar
rupiah terhadap dolar masih mencapai angka 13.395,00.
Nilai tukar rupiah akan berubah setiap waktu berdasarkan keadaan ekonomi suatu
wlayah. Nilai mata uang akan cenderung miningkat apabila permintaan lebih besar dari
persediaan yang ada, sedangkan nilai mata uang akan menurun apabila permintaan kurang dari
prsediaan yang ada. Faktor- faktor yang menyebabkan nilai mata uang berfluktuasi adalah antara
lain tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca perdagangan, tingkat rasio ekspor impor, tingkat
pengangguran, tingkat pendapatan dan stabilisasi ekonomi serta politik.
Setiap tahunya nilai tukar rupiah terhadap dolar setiap waktunya akan berubah, berdasarkan data
yang tersedia dari Bank Indonesia, tercatat perubahan nilai tukar rupiah secara pertahun berubah
– ubah. Sebagai contoh mulai dari tahun 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar 9.279,46,
angka itu naik scara terus meneus dan berkala hingga puncaknya pada tahun 2015 sebesar
13.396,56. Angka itu bisa terus meningkat atau bisa turun tergantung pada banyak hal.
Periode
Nilai dari USD 1 dalam
Rupiah
2015
13396.58
2014
12378.30
2013
10951.37
2012
9880.39
2011
9279.49
(Sumber : http://www.bi.go.id/id/moneter)
Dengan melemahnya rupiah, salah satu akibatnya tentu akan mempengaruhi daya beli
masyarakat. Nilai tukar rupiah yang semakin melemah terhadap dolar as lantas tidak bisa
dibiarkan terus melemah sebab, kondisi tersebut berdampak negatif terhadap perekonomian
nasional. Selain itu kelemahan nilai tukar akan meningkatkan kembali inflasi, saat harga barangbarang melonjak naik daya beli masyrakat akan tertekan, dampaknya kemiskinan akan
bertambah. Selanjutnya adalah tekanan Inflasi yang tinggi atas impor bahan baku. Pengusaha
yang mengimpor bahan bakunya akan lebih banyak lagi menggunakan dolar sehingga baiaya
pembuatan produk tinggi, jika rupiah terus dibiarkan melemah, bisa jadi pelaku usaha akan
mengurangi impor tetapi kondisi ini akan butuh waktu yang panjang bila kelemahan nilai tukar
rupiah terus dibiarkan, maka pada akhirnya akan, yang berdampak buruk pada perekonomian
indonesia. Bahkan , akan terjadi penuruan daya beli masyarakat, yang nntinya mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi indonesia. Daya beli masyarakat suatu negara menjadi komponen yang
sangat penting untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan negara tersebut. Indonesia adalah
satu negara yang banyak mengimpor barang modal maupun barang konsumsi, perubahan kurs
akan sangat mempengaruhi pada daya beli masyarakat yang akan berimbas pada pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Akibat lain adalah mengenai beban anggaran negara. Sektor utang luar negeri pasti akan
mengalami kenaikan, sehingga hal ini berdampak pada APBN. Setiap depresi Rp100 per 1 USD,
biaya utang negara naik Rp207 milyar, atau sebesar Rp 2 Triliun jika rupiah menurun Rp1.000.
Selain itu, berdasarkan data Kemetrian Keuangan, jika rupiah melemah Rp100, maka defisit
anggaranbertambah Rp940,4 milyar- Rp1,21 Triliun. Jadi, jika melemah Rp1.000 maka akan
terjadi defisit anggaran sebesar Rp9-12 Triliun. Pemerintah hendaknya membuat kebijakan fiskal
untuk mengoptimalkan penerimaan APBN.
Disisi lain, apabila nilai mata uang rupiah semakin melemah maka kepercayaan para investor
juga akan semakin menurun. Dampaknya sulit bagi Indonesia untuk dapat suntikan dana modal
sebagai faktor pembangunan ekonomi nasional.
Yang menjadi pembahasan kali ini adalah penyebab turunnya kurs rupaih terhadap usd
yang mencapai 13.396.58 (mei 2015). Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan terkait
menurunnya dolar belakangan ini:
1. Pembahasan suku bunagn The Fed ( bank sentral as) akan mengadakan pertemuan
pembahasan suku bunag. Atasa pernaytaan tersebut muncul ketidakpastian apakah
suku buanga akan dinaikan atau tidak. Halntersebut pada akhirnya membuat spekulas
terseniri bagi para pemilik modal di Indonesia. Banyak dari mereka yang berekspetasi
atas naiknya suku bunga di Amerika, yang kemudian berencana mengambil
investasinya atau menarik modalnya di Indonesia, sehingga nilai tukar rupiah
indonesia turun. Isu pembahasan suku bunga oleh The Fed ini juga akhirnya
mengumcang berbagai nilai mata uang negara lain, jadi buka hanya indonesia saja
yang terkena imbasnya.
2. Pembayaran utang luar negeri
menurut SULNI (statistik Utang Luar Negeri
Indonesia), pada akhir tahun 2014 direncanakan akan membayar utang luar negeri
sebear USD 1.898 juta. Pembayaran utang luar negeri tersebut berpengaruh terhadap
nilai tukar mata uang, dikarenakan pada saat pembayaran, permintaan atas dolar
meningkat, sehingga menurunkan nilai mata uang rupiah. Selain itu, waktu ini
merupakan masa pembayaran
dividen dalam bentuk dolar kepada perusahan
bermodal asing.
Faktor lain yang membuat melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing adalah
impor bahan bakar minyak (BBM ) yang terlalu besar, sehingga indonesia mengalami defisit
neraca pembayaran yang tak kunjung menunjukan angka surplus. Tidak hanya impor bahan
bakar minyak saja yang menjadi penyumbang jatuhnya nilai mata uang rupiah, tetapi juga karna
tingginya impor bahan pangan. Meskipun indonesia merupakan negara agraris, namun indonesia
masih saja banyak mengimpor bahan pangan dari luar negeri guna memenuhi konsumsi
masyarakat, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 28 bahan pangan seperti (beras, jagung,
kedelai, tepung terigu, dll) masih di impor dan bahan pangan yang palih banyak diimpor adalah
gula, tebu, jagung dengan volume impor masing masing sebesar 1,85 milyar dan 1,29 milyar kg,
yang sebenarnya semua bahan pangan tersebut dimiliki oleh indonesia tanpa perlu
mengimpornya dari luar.
Impor indonesai yang masih tinggi mengahasilkan defisit neraca transaksi perdagangan,
yang bermakna indonesia harus mengeluarkan banyak rupiah untuk ditukarkan pada mata uang
asing demi mengimpor barang yang berasal dari negara asing tersebut sehingga nilai mata uang
rupiah menjadi kurang berharga (devaluasi) yang bedampak pada kenaikan inflasi.
Untuk itu, guna mengatasi penurunan kurs yang berdampak pada dya beli masyarakat
maka pemerintah dalam kebijakan dapat melakukan cara seperti:
1.
Pemerintah harus melakukan interfensi agar nilai mata uang rupiah tetap stabil sehingga
daya beli masyarakat juga akan stabil.
2. Perlunya perbaikan nerca perdagangan, karna terlihat masih besarnya impor minyak, dan
perbaikan terhadap neraca pangan, infrastruktur, tingkat kemandirian ekonomi nasioanal
3. Meneyempurnakan sistem pembiayann ekonomi secara nasiaonal.
4. Pemerinath harus melakikan kebijakan yang selektif.
5. Memperkuat modal idustri berbahan baku domestik untuk mengoptimalkan ekspor
III. KESIMPULAN
Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Nilai Tukar Dollar AS membuat meruginya
beberapa pihak. Setiap tahunnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS berubah-ubah,5 tahun
terakhir ini Nilai Tukar Rupiah terus anjlok. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
tingkat suku bunga, tingkat inflasi, neraca perdagangan, tingkat rasio ekspor impor, tingkat
pengangguran, tingkat pendapatan dan stabilisasi ekonomi serta politik.
Apabila dibiarkan secara terus menerus maka anjloknya Rupiah akan berdampak buruk
terhadap perekonomian masyarakat Indonesia. Contohnya, menurunnya daya beli masyarakat,
daya beli masyarakat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari sisi impor-pun
akan menyebabkan defisit keuangan yang cukup besar terhadap negara kita, karena kita masih
mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dan juga bahan pangan. Dengan melemahnya Rupiah
kita memerlukan rupiah yang banyak untuk ditukar dengan Dollar AS.
Untuk mengatasi hal ini,Pemerintah perlu melakukan beberapa kebijakan yang selektif.
Diantaranya, menstabilkan perekonomian negara, menginterfensi nilai mata uang Rupiah,
memaksimalkan ekspor daripada Impor dan meningkatkan daya beli masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
ttp://www.bps.go.id/
www.bi.go.id/id/Default.aspx
http://danisaintan.blogspot.com (melemahnya-nilai-tukar-rupiah)
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/21/2/196189/Pelemahan-RupiahMampu-Tekan-Impor-untuk-Jangka-Panjang
http://www.tribunnews.com/bisnis/
http://www.infobanknews.com
Pengantar Ekonomi Makro, N. Georgy Mankiw
JURNAL DAMPAK PERUBAHAN KURS TERHADAP TUJUH KELOMPOK INDEKS HARGA
KONSUMEN DI INDONESIA oleh noer Azam Achsani dan herry Frenky Nababan