Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2014

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial kultural (Adjie, 2013).
Millenium Development Goal 5 (MDG5) sampai sekarang masih menganut

pengertian kesehatan reproduksi yang ditetapkan oleh International Conference of
Population and Development di Kairo pada tahun 1994, yaitu kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,
tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi
serta prosesnya (WHO, 2014).
2.2. Remaja
2.2.1. Definisi Remaja
Menurut


WHO,

remaja

adalah

periode

dalam

pertumbuhan

dan

perkembangan manusia yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum
dewasa, dari umur 10 sampai 19 tahun. Masa remaja ini disebut juga masa
transisi. Transisi yang terjadi pada masa remaja mencakup pecepatan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (UNFPA, 2009).
2.2.2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja

Perubahan-perubahan yang terjadi ketika seorang anak menginjak masa remaja
dapat dilihat dari 3 dimensi, yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif, dan dimensi
moral dan sosial.
a. Dimensi Biologis dan Seksualitas
Pada saat anak menginjak remaja, di saat itu pula anak mengalami masa
pubertas. Tanda pubertas pertama yang dapat dilihat pada anak perempuan adalah
perkembangan tunas-tunas payudara, yang dimulai seawalnya pada usia 8 tahun.

Universitas Sumatera Utara

7

Tanda pertama pada anak laki-laki adalah pembesaran testis, yang dimulai
seawalnya usia 9,5 tahun. Pada masa ini pula untuk pertama kalinya anak
perempuan mengalami menstruasi (menarche) dan anak laki-laki mengalami
mimpi basah (spermarche) (Behrman et al, 2012) .
Menarche dan spermarche pada remaja perempuan dan laki-laki
menandakan bahwa sistem reproduksinya sudah mulai aktif. Selain mengalami
menarche, anak perempuan mengalami perubahan fisik, yaitu pertumbuhan
payudara, tumbuhnya rambut di kemaluan, panggul membesar, dan tumbuhnya

jerawat pada wajah. Sedangkan pada laki-laki mengalami perubahan seperti
pertambahan massa otot, pertambahan panjang dan besar pada penis, pembesaran
pada testis, tumbuhnya rambut pada kemaluan, tumbuh jerawat pada wajah
(Mannheim, 2013).
Seksualitas tidak hanya meliputi perilaku seksual, tetapi juga keinginan dan
fantasi, orientasi seksual, sikap terhadap seks, dan hubungannya dengan emosi,
dan kesadaran terhadap aturan dan adat istiadat yang ditentukan dalam kehidupan
sosial. Sebagian besar mempunyai beberapa informasi mengenai risiko kehamilan,
AIDS dan penyakit lain yang ditularkan secara seksual, akan tetapi informasi itu
tidak secara konsisten mengendalikan perilaku seksual (Behrman et al, 2012).
b. Dimensi Kognitif dan Moral
Dalam teori Piaget, remaja mengalami peralihan dari karakteristik
pemikiran operasional anak usia-sekolah yang nyata ke perbuatan logis yang
formal. Perbuatan formal meliputi kemampuan memanipulasi gagasan seperti
tanda-tanda aljabar, memberi alasan dari prinsip-prinsip yang diketahui,
mempertimbangkan berbagai sudut pandang sesuai dengan berbagai kriteria, dan
memikirkan mengenai proses pemikirannya itu sendiri (McGraw-Hill Education,
2006).
Berbagai ahli teori berdebat bahwa peralihan dari pelaksanaan nyata ke
formal mengikuti peningkatan kuantitatif pengetahuan, pengalaman dan efisiensi

kognitif, bukannya re-organisasi kualitatif pemikiran. Dari pandangan tersebut,
data-data menunjukkan peningkatan yang mantap dalam kecepatan pemrosesan

Universitas Sumatera Utara

8

kognitif dari masa kanak-kanak akhir sampai awal masa remaja (Behrman et al,
2012).
Perkembangan pemikiran moral secara kasar sejajar dengan perkembangan
kognitif. Kebanyakan anak praremaja melihat benar dan salah sebagai hal yang
mutlak dan tidak dapat dipertanyakan. Kemudian selama masa remaja akan timbul
pemikiran abstrak, mempertanyakan lebih banyak hal, terpusat pada diri sendiri,
kemudian akan terbentuk idealisme dan absolutisme (Raising Children Network,
2010).
c. Dimensi Sosial
Pubertas biasanya mengakibatkan hubungan yang tegang dan renggang
antara remaja dan orang tuanya. Pada awalnya, remaja meminta penambahan
kebebasan kepada orang tuanya dan lebih memilih untuk mendekatkan diri kepada
teman sebayanya. Selanjutnya melanjutkan usahanya untuk mendapatkan

autonomi yang lebih besar. Kelompok sebaya menjadi kurang penting dan lebih
mementingkan hubungannya dengan teman kencannya. Pada remaja akhir, sudah
memiliki kebebasan praktis , tetapi menganggap bahwa keluarga tetap yang paling
aman. Di dalam hal pertemanan, yang lebih penting adalah keakraban dan
mungkin janji (komitmen) dengan pasangan (Mannheim, 2013; Behrman et al,
2012; Raising Children Network, 2010).
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan
seksual pranikah, penyalahgunaan NAPZA, pengaruh media massa, akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang
harmonis antara remaja dengan keluarganya, penyakit menular seksual (PMS).
2.3.1. Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut
dalam merawat dan menjaga kebersihan alat genitalnya. Alat reproduksi yang
lembab dan basah akan meningkat keasaman dan memudahkan pertumbuhan
jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga

Universitas Sumatera Utara


9

kebersihan alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus
(Donggori, 2012).
2.3.2. Akses terhadap pendidikan kesehatan
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan
hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja berhak untuk mendapatkan informasi
yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari
sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat,
kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam
lingkungan keluarga (WHO, 2014).
Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan
reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ
reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia
sebagai upaya pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal
negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut
berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk


mencegah

dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi,
kanker mulut rahim, kehamilan di luar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa
depan yang suram dari remaja tersebut (Blum, 2004; Kurniawan, 2008).
2.3.3. Hubungan seksual pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang
lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20
tahun. Remaja putri yang hamil pada usia kurang dari 16 tahun mempunyai risiko
kematian dan mengalami komplikasi pada saat hamil dan melahirkan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan wanita yang lebih dewasa. Komplikasi tersebut
antara lain obstruksi jalan lahir, partus preterm, dan abortus spontan, serta masih
banyak lagi komplikasi lain. (Mbizvo, 2010).
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan
aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan
bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah

Universitas Sumatera Utara

10


kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang
disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada
mereka yang lebih tua. 5 juta remaja di seluruh dunia yang berada pada usia 15 –
18 tahun pernah melakukan aborsi yang tidak aman setiap tahunnya dan 70.000 di
antaranya berakibat kematian (UNFPA, 2009).
Komplikasi dari aborsi yang tidak aman, antara lain:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer ).
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer ).
9. Kanker hati (Liver Cancer ).
10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa ) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya.

11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis) (Facts of Life dalam buku
Peyempuan, 2013)

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan efek samping dalam
perkembangan mental. Efek samping yang berpotensial dalam hal ini, antara lain:
penyesalan, kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, merasa terasingkan, kehilangan
kepercayaan diri, insomnia, mimpi buruk, percobaan bunuh diri, gangguan pola
makan, depresi, dan ansietas (American Pregnancy Association, 2013).
2.3.4. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi,

Universitas Sumatera Utara

11

ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam
tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa
nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan
NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA
akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA
jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV
dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Joit, 2014).
2.3.5. Pengaruh media massa dan internet
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup
berarti untuk memberikan informasi yang benar mengenai cara menjaga kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang
dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan
dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Akan tetapi penggunaan
internet pengawasan orang tua karena banyak informasi yang tidak layak bagi
remaja (Azriani et al, 2011).
2.3.6. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif
dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah
sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan
akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan
konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan

mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga
dapat

melakukan

tindakan

pengobatan

apabila

remaja

sudah

terlanjur

mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya
seperti penyakit menular seksual (Sentosa, 2010).
2.3.7. Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan
perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang
masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan
yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat

Universitas Sumatera Utara

12

lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua
mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani
kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu
dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi
awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja (Blum, 2004).
2.3.8. Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genitalgenital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga
kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah
genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular
seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu penggunaan peralatan pribadi
yang bersamaan, seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu
penyakit menular seksual juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya ketika di
dalam kandungan dan melalui jalan lahir apabila kelahirannya pervaginam
(Donggori, 2012).
Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain:
gonorrhea, chlamydia, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis,
limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Kurniawan, 2008).

2.4. Anatomi Organ Reproduksi
2.4.1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu organ reproduksi
eksternal dan organ reproduksi internal.
Organ reproduksi eksternal wanita terdiri dari:
1.

Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis yang

terdiri dari jaringan lemak. Setelah pubertas, bagian ini akan ditutupi oleh
rambut kemaluan (pubes).
2.

Labia mayora terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,

terisi oleh jaringan lemak yang serupa yang ada pada mons pubis. Labia

Universitas Sumatera Utara

13

mayora sinistra dan dekstra bersatu di sebelah belakang membentuk
commisura posterior (frenulum) dan merupakan batas bagian depan
perineum. Labia mayor homolog dengan skrotum pada laki-laki.

3.

Labia Minora merupakan lipatan tipis di sebelah medial dari labia mayora .

Kedua lipatan tersebut bertemu di bagian atas klitoris membentuk prepotium
clitoris dan bagian bawah klitoris membentuk frenulum clitoris. Di bagian

belakang, labia minor mengelilingi orificium vaginea dan membentuk fossa
naviculare.

4.

Klitoris kira-kira sebesar biji kacang hijau, tertutup oleh preputium clitoris

dam terdiri dari glans clitoridis, corpus clitoridis, dan dua krurayang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans clitoridis terdiri atas jaringan
yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitive.
Klitoris analog dengan penis laki-laki.

5.

Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia
minora , anterior oleh klitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat

muara dari 4 kelenjar, yaitu: 2 dari kelenjar Bartholini dan 2 dari kelenjar
Skene.

6.

Glandula vestibularis mayoris Bartholini merupakan kelenjar terpenting pada

daerah vulva. Berfungsi untuk mengeluarkan secret mukus terutama pada
waktu koitus.
7.

Hymen merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus
vaginae. Biasanya ukuran lubang hymen sebesar ujung jari, sehingga getah

dari genetalia interna dan darah haid dapat mengalir keluar. Hymen yang
tertutup sama sekali disebut hymen occlusivum. Setelah partus, hanya
tertinggal sisa-sisa dari pinggir introitus yang disebut carunculae myrtiformis.
Organ reproduksi internal wanita terdiri dari:
1.

Vagina merupakan suatu saluran musculo-membranosa yang menghubungkan
uterus dengan vulva . Terletak di antara kandung kemih dan rectum. Pada

dinding vagina terdapat lipatan-lipatan sirkular yamg disebut rugae. Setelah
melahirkan, sebagian rugae tersebut akan menghilang. Pada puncak vagina
menonjol ujung dari serviks. Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina

Universitas Sumatera Utara

14

disebut portio. Vagina berfungsi sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat
mengalirkan darah waktu haid dan sekret keluar dari uterus, sebagai alat
persetubuhan, dan sebagai jalan lahir saat partus.
2.

Uterus merupakan organ yang berongga dan berbentuk seperti bola lampu

yang gepeng dan terdiri dari dua bagian, yaitu: corpus uteri yang berbentuk
segitiga dan serviks yang berbentuk silinder. Bagian atas dari corpus uteri
disebut dengan fundus uteri. Sebagian besar dari permukaan belakang uterus
tertutup peritoneum, sedangkan permukaan depan hanya pada bagian atasnya
saja. Bagian bawah dari permukaan depan melekat pada dinding belakang
vesika urinaria .

3.

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine

hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai
rongga uterus. Terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral
mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Tuba fallopi terdiri atas :
a. Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba .

b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
c. Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
d. Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1. Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2. Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3. Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4. Tempat terjadinya konsepsi.
5. Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
4.

Ovarium ada 2, terletak di kiri dan kanan uterus, yang dihubungkan oleh
ligamentum ovarii propium ke uterus dan dihubungkan ke dinding panggul

Universitas Sumatera Utara

15

oleh ligamentum ifundibulo-pelvicum. Ovarium terletang di dinding lateral
panggul pada sebuah lekukan yang disebut fossa ovarica Waldeyeri. Ovarium
terdiri dari bagian korteks dan medulla. Pada korteks terdapat folikel-folikel
primordial dan pada medulla terdapat pembuluh darah, saraf, dan pembuluh
limfe.
5.

Parametrium merupakan jaringan ikat yang terdapat di antara kedua lembar
ligamentum latum. Bagian atas ligamentum latum yang mengandung tuba

disebut dengan mesosalphinx dan bagian caudalnya yang berhubungan
dengan uterus disebut mesometrium. Pada sisi depannya berjalan ligamentum
teres uteri, pada permukaan belakang ligamentum ovarii propium
(Cuningham et al, 2005; Prawiharjo, 2011, Moore, 1999).

Gambar 2.1. Organ Reproduksi Wanita
Sumber: http://www.mydr.com.au/womens-health/female-reproductive-organs
2.4.2. Anatomi Organ Reproduksi Pria
Organ reproduksi pria juga dibagi menjadi dua, yaitu organ reproduksi
eksternal dan organ reproduksi internal.
Organ reproduksi eksternal pria terdiri dari:
1. Penis merupakan organ genetalia luar pada sistem reproduksi pria yang
berfungsi sebagai saluran keluar urine, cairan semen, dan sebagai alat untuk
bersenggama. Struktur penis terdiri dari akar (radix) penis yang menempel
pada dinding perut, badan (corpus) penis yang merupakan bagian tengaj dari
penis, dan glans penis atau ujung penis yang berbentuk seperti kerucut. Pada

Universitas Sumatera Utara

16

ujung glans penis terdapat meatus utrethra yang merupakan jalan keluar dari
urine dan cairan semen. Penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan
spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons corpus
cavernosum. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan

spons corpus spongiosum, yang membungkus urethra. Uretra pada penis
dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung
pembuluh darah dan ujung-ujung saraf. Bila ada suatu rangsangan, rongga
tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan
mengembang (ereksi).
2. Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis.
Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada
wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora . Skrotum berjumlah sepasang,
yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum
kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (musculus
dartos).

Musculus

dartos berfungsi

sebagai

termoregulator

agar

spermatogenesis dapat berjalan dengan normal. Otot ini berfungsi untuk
menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur. Otot
mengerut dan menarik testis mendekati tubuh yang hangat bila suhu
lingkungan dingin dan mengendur serta menjauhkan testis dari tubuh apabila
suhu lingkungan naik. Perbedaan suhu tubuh dan suhu di testis agar
spermatogenesis dapat berjalan dengan lancar sekitar 5 – 7 oC. Di dalam
skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik
dinding perut yang disebut otot kremaster (musculus cremaster ).
Organ reproduksi internal pria terdiri dari:
1. Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng dengan
panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2.5 cm. Testis berada didalam
skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis.
Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis menghasilkan
Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga

hormon testosterone. Testis berfungsi untuk :

Universitas Sumatera Utara

17

1. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di tubulus
seminiferus.

2. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.
2. Epidididimis merupakan sebuah saluran yang berasal dari testis dan bermuara
ke vas deferens. Epididimis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu caput epididimis
yang bertautan langsung dengan testis, corpus epididimis, dan cauda epididimis
yang bermuara ke vas deferens. Epididimis berfungsi sebagai tempat
transportasi, konsentrasi, pematangan, dan penyimpanan spermatozoa.
3. Vas deferens merupakan saluran transportasi spermatozoa dari cauda
epididymis menuju urethra. Ujung vas deferens menebal dan membesar
membentuk ampula ductus deferens. Ujung ampula terdapat muara vesika
seminalis. Setelah muara vesika seminalis ini, vas deferens diberi ductus
ejaculatorii. Duktus ini menembus prostat.

4. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi bagian
tengah dari urethra. Cairan yang dihasilkan kelenjar prostat banyak
mengandung enzim yang berfungsi untuk membersihkan dan menetralisir
urethra dari bekas urine dan kotoran-kotoran lain sebelum ejakulasi. pH cairan
ini berkisar antara 7,5 – 8,2.
5. Vesika seminalis merupakan saluran panjang dan berkelok-kelok yang terletak
di bagian posterior kelenjar prostat. Sekeret kelenjar pada saluran ini berupa
cairan encer kekuning-kuningan dan mengandung banyak zat termasuk
globulin, asam askorbat, fruktosa, dan prostaglandin. Fruktosa penting untuk
nutrisi spermatozoa, dan prostaglandin dapat membantu fertilisasi dengan cara
mempengaruhi saluran reproduksi wanita. pH cairan ini berkisar antara 5,7 –
6,2.
6. Kelenjar bulbourethral disebut juga kelenjar Cowper, adalah struktur seukuran
kacang yang terletak di sisi uretra tepat di bawah kelenjar prostat. Kelenjar ini
menghasilkan cairan licin bening yang bermuara langsung ke dalam uretra.
Cairan ini berfungsi untuk melumasi uretra dan menetralisir keasaman yang
mungkin hadir karena sisa urin dalam uretra (Moore, 1999; BKKBN 2007).

Universitas Sumatera Utara

18

Gambar 2.2. Organ Reproduksi Pria
Sumber:
http://www.infertilitybooks.com/onlinebooks/malpani/images/02c_malereproducti
vesystem_side.jpg
2.5. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (KBBI,
2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior ). Pengalaman dan penelitian yang
didasarkan oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Nanda (2005) dalam Pramuditha (2010), pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
1. Keterpaparan terhadap informasi,
2. Daya ingat,
3. Interpretasi informasi,
4. Kognitif,
5. Minat belajar, dan
6. Kefamiliaran akan sumber informasi.

Universitas Sumatera Utara

19

2.5.1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja
Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja adalah segala sesuatu yang
diketahui remaja mengenai kesehatan reproduksinya. Kesehatan reproduksi
remaja merupakan suatu keadaan sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak sematamata bebas dari penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga mencakup sehat mental
dan sosiokultural (Adjie, 2013).
Menurut BKKBN tahun 2007, hal-hal yang perlu diketahui dalam kesehatan
reproduksi remaja, antara lain:
1. Organ reproduksinya beserta dengan kegunaan atau fungsinya,
2. Seksualitas, yaitu segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual
serta orientasi seksual.
3. Pubertas, yaitu perubahan struktur tubuh dari anak-anak menuju dewasa dan
diikuti dengan perubahan psikis. Masa puber anak perempuan biasanya lebih
awal jika dibandingkan dengan dengan anak laki-laki. Akan tetapi selain faktor
jenis kelamin, faktor seperti gizi, kesehatan, dan lingkungan keluarga juga
mempunyai peran penting dalam masa puber ini.
4. Menstruasi, yaitu proses peluruhan lapisan endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina yang terjadi secara
berkala dan tergantung dengan siklusnya.
5. Mimpi basah, yaitu keluarnya cairan sperma tanpa adanya rangsangan pada
saat tidur, biasanya terjadi pada saat mimpi tentang seks. Jika tidak terjadi
pengeluaran, sperma ini akan diserap kembali oleh tubuh.
6. Kehamilan, yaitu suatu proses di mana bertemunya sel telur wanita dengan sel
sperma laki-laki yang akan membentuk zigot yang merupakan cikal bakal
janin. Zigot ini akan menempel dan berkembang di dalam rahim sampai
akhirnya akan dilahirkan sebagai neonates/bayi.
7. Risiko hubungan seksual pra nikah. Yang mencakup dalam hal ini adalah
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual.
8. HIV dan AIDS, cara penularannya dan cara pencegahannya. HIV adalah
human immunodeficiency virus, merupakan virus yang menyerang sistem

Universitas Sumatera Utara

20

kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya dapat menyebabkan AIDS. AIDS
adalah acquired immune deficiency syndrome, yaitu kumpulan berbagai gejala
penyakit akibat melemahnya atau rusaknya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Cara penularan HIV dan AIDS adalah hubungan seskual
yang tidak aman (tidak menggunakan kondom) dengan orang yang sudah
terinfeksi, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan/atau bergantian,
transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV, dan penularan dari ibu ke bayi
yang dikandungnya, serta dari pemberian ASI dari ibu yang sudah terinfeksi ke
bayinya. Cara pencegahannya, yaitu memilih untuk tidak berhubungan seksual,
setia kepada pasangan, penggunaan kondom secara konsisten dan benar, tidak
menggunakan NAPZA, dan tidak menggunakan jarum suntik secara
bergantian.
9. Pengetahuan tentang NAPZA.
2.5.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

Universitas Sumatera Utara

21

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

Universitas Sumatera Utara