Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Remaja adalah generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Masa
depan bangsa ditentukan dengan bagaimana kondisi dari remaja bangsa pada masa
kini. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Menurut WHO, yang dikatakan remaja adalah mereka yang berusia 12 –
24 tahun. Berbagai studi tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia, remaja
adalah mereka yang berusia 15 – 24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), remaja adalah yang berusia 10 – 24
tahun. Sementara Departemen Kesehatan RI dalam program kerjanya bahwa
remaja adalah yang berusia 10 – 19 tahun. UU RI No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak mengatakan bahwa remaja terletak antara usia 10 – 18 tahun.
Dan masyarakat mendefinisikan remaja adalah mereka yang masih SMP dan
SMA atau yang berusia 13 – 17 tahun (Dhamayanti, 2013).
Pada masa remaja inilah sistem reproduksi mulai kehidupannya dan
berkembang. Alat reproduksi mulai berfungsi dan ciri-ciri seks sekunder mulai
terlihat. Masa ini pula yang merupakan masa transisi aspek kehidupan, mulai dari

transisi

emosional,

sosialisasi,

agama,

hubungan

kerja,

dan

moralitas

(Soetjiningsih, 2004 dalam Suhud, 2009).
Terdapat satu fenomena menarik yang terjadi pada masa remaja yaitu
mereka lebih senang mendekatkan diri dengan teman sebayanya dan menjauhi
orang tua. Pada masa ini pula dimulai ketertarikan terhadap lawan jenis dan

meningkatnya dorongan untuk berhubungan seksual (Santrok, 2003; Behrman et
al, 2012 ).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia sampai
dengan tahun 2012 adalah sekitar 240 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2012 adalah 13.215.401 jiwa. Dan
jumlah penduduk Kabupaten Deli Serdang, yang ibukotanya Lubuk Pakam,

Universitas Sumatera Utara

2

sampai dengan tahun 2012 adalah 1.845.615 jiwa. Menurut BKKBN pada tahun
2012, jumlah remaja di Indonesia berkisar 27,6% atau setara dengan 64 juta jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2012).
Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress)
(Dhamayanti, 2013).
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau

pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity
diffusion/confusion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved. Karakteristik
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering
menimbulkan masalah pada diri remaja (Santrok, 2003).
Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sejahtera fisik, mental, dan sosial
yang utuh dan menyangkut segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan
sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Sehat di sini bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, tetapi juga
menyangkut sehat mental dan sosiokultural (Adjie, 2013).
Kebutuhan akan kesehatan reproduksi pada remaja berbeda dengan yang
dewasa. Karena pada masa remaja ini baru dimulai fungsi reproduksi, perubahan
bentuk dan perkembangan tubuh yang signifikan, dan pembentukan identitas
seksual. Pencapaian kesehatan reproduksi membutuhkan lebih dari sekadar
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual (PMS),
tetapi juga mencakup perkembangan kemampuan dalam membentuk dan
mempertahankan hubungan yang berarti dengan orang lain dan dengan tubuhnya
sendiri. Faktor psikologi, sosial, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi,
memegang peran penting dalam hal ini (Schwarz, 2010).

Yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja antara lain kebersihan
alat genital, peranan orang tua dan hubungan antara remaja dan orang tua,

Universitas Sumatera Utara

3

informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi remaja, seksual pra nikah,
akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang terjangkau, media
massa, penyalahgunaan NAPZA, penyakit menular seksual (PMS) (Azriani et al,
2011, Mbizvo, 2010).
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada remaja di dunia adalah
konsumsi alkohol, merokok, penyalahgunaan obat-obatan terlarang (NAPZA),
dan kehamilan. Angka kejadian kehamilan pada remaja usia 15 – 19 tahun adalah
49 per 1000 remaja perempuan. Lebih dari 30% remaja perempuan di Negara
berpendapatan rendah dan sedang, menikah sebelum usia 18 tahun dan sekitar
14% sebelum usia 15 tahun (WHO, 2014)
Masalah yang sering terjadi pada remaja di Indonesia adalah kawin di usia
muda, melakukan hubungan seksual pra nikah, menggunakan NAPZA, serta
terinfeksi HIV dan AIDS. Menurut data hasil penelitian Depkes di 4 kota besar

(Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya) 39,5% remaja mengaku temannya
pernah melakukan hubungan seksual. Remaja yang menggunakan NAPZA
tercatat 51.986 atau sekitar 45% dari total pengguna NAPZA. Serta tercatat 45,9%
remaja hidup dengan AIDS (BKKBN, 2012).
Angka kehamilan perempuan yang berusia 10 – 54 tahun adalah 2,68%,
terdapat kehamilan pada umur kurang dari 15 tahun sebanyak 0,02%, dan
kehamilan pada umur remaja (15 – 19 tahun) sebesar 1,97%. Apabila tidak
dilakukan pengaturan kehamilan, maka akan mempengaruhi angka fertilitas di
Indonesia (Riskesdas, 2013).
Sekolah merupakan salah satu tempat untuk memperoleh informasi yang
tepat dan benar mengenai kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan reproduksi
remaja diajarkan mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA). Topik yang diajarkan, antara lain: tentang puberitas,
konsep kehamilan, HIV/ AIDS, penyakit menular seksual, dan abstinesia sebagai
upaya utama dalam pencegahan kehamilan (Mbizvo, 2010).
Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah remaja pertengahan yang
berusia 14 – 16 tahun. Siswa SMA Negeri 1 Lubuk Pakam memenuhi kriteria ini.
Pemilihan tempat ini juga karena lokasi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam berdekatan

Universitas Sumatera Utara


4

dengan Desa Sekip, yang terkenal rentan akan penyalahgunaan dan peredaran
gelap NAPZA (Medan Bisnis, 2014). Selain itu SMA ini belum pernah dilakukan
penelitian mengenai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan
lokasinya mudah dijangkau.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri
1 Lubukpakam tentang kesehatan reproduksi remaja tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
siswa – siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam tentang kesehatan reproduksi remaja.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1.


Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1
Lubuk Pakam tentang pubertas.

2.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1
Lubuk Pakam tentang kehamilan.

3.

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1
Lubuk Pakam tentang penyakit menular seksual (PMS).

1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk
Pakam tentang kesehatan reproduksi.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah mengenai gambaran tingkat
pengetahuan siswa-siswi tentang kesehatan reproduksi remaja.

3. Sebagai bahan masukan bagi orang tua agar lebih peduli dalam memberikan
pendidikan seksual dimulai dari usia remaja.

Universitas Sumatera Utara

5

4. Untuk menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.
5. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
tentang gambaran tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja.

Universitas Sumatera Utara