PERAN SISTEM PENGAWASAN KINERJA KONSTRUK

Manajemen Konstruksi

PERAN SISTEM PENGAWASAN KINERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK
APARTEMENDI JAKARTA SELATAN (STUDI KASUS PADA PROYEK
APARTEMAN THE KENCANA)
(019K)
Manlian Ronald. A. Simanjuntak, Andreas. K. Djukardi, Leonard
Jurusan Teknik Sipil – Program Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Pelita Harapan

ABSTRAK
Konteks persaingan dalam bisnis konstruksi saat ini sangat ketat dan melatarbelakangiusaha suatu
proyek konstruksi untuk melakukanpengawasan kinerja proyek tersebut.Namun disisi lain
pengukuran kinerja dalam proyek konstruksi masih sangat jarang ditemukan sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengawasan kinerja dalam proses konstruksi.Banyaknya
sistem pengawasan kinerja dalam dunia manajemen proyek memungkinkan proyek mengadaptasi
salah satu dari sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan sistem pengawasan dengan pendekatan
BalancedScorecard yang akan dicoba untuk diaplikasikan dalam proyek apartemen “The Kencana”
di Jakarta Selatan. Dalam pendekatanBalanced Scorecard, penjabaran strategi perusahaanmenjadi
menjadi pekerjaan merupakan masalah penting. Strategi ini akan menghasilkan Key Performance
Factor(KPF) yang kemudian menghasilkan Key Performance Indicator(KPI). Untuk mengatasi

kesulitan mengimplementasikan strategi menjadi pekerjaan, kemudian digunakan kuisioner yang
diberikan kepada Project Manager. Dari hasil kuisioner, diperoleh faktor yang dianggap penting
untuk proyek “The Kencana” dan merumuskan indikator yang penting. KPF dan KPI yang
dirumuskan, diukur dan dihitung dalam bentuk persentase. Persentase bobot tiap KPF dan KPI
menjadi tools pengukuran kinerja pelaksanaan konstruksi. Hasil penelitian ini menunjukkan peran
pengawasan berperan penting dalam mendukung proses konstruksi yang berkualitas.
Kata Kunci : Pengawasan kinerja, Balanced Scorecard, Key Performance Factor,Key Performance
Indicator

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia. Seiring dengan berkembangnya jaman maka
diperlukan pembangunan infrastruktur yang memadai, agar menjadi salah satu pelopor untuk memajukan
perekonomian bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, didukung dengan sumber daya alam dan manusia
yang memadai, menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu aspek ekonomi yang berkembang dengan
sangat pesat. Berkembangnya banyak kota besar sebagai kota metropolitan serta pembangunan di daerah-daerah,
ditunjang perkembangan penduduk menjadikan pembangunan di Indonesia sebagai salah satu motor kemajuan
bangsa.
Dengan banyak proyek pembangunan infrastuktur, menjadikan persaingan antar pihak-pihak terkait (pemberi tugas,
konsultan, kontraktor) semakin tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan persaingan yang ketat. Adanya

persaingan yang ketat tersebut menghasilkan suatu seleksi alam dimana semua pihak berusaha untuk tetap eksis
dalam bidangnya. Dalam persaingan yang ketat tersebut diperlukan nilai lebih yang diberikan dari pembangunan
sebuah proyek infrastuktur termasuk gedung bertingkat. Nilai tambah tersebut dapat bervariatif, tetapi bila ditinjau
dari sudut pandang manajemen konstruksi, sebuah proyek yang bernilai tambah adalah proyek yang memiliki
kinerja yang baik, bila dikaitkan dengan 3 aspek yaitu biaya (cost), mutu (quality), dan waktu (time).
Proyek memiliki kinerja yang baik bila memiliki biaya yang rendah, mutu yang sesuai dengan spesifikasi pemberi
tugas, dan diselesaikan dalam waktu yang sesuai dengan jadwal. Agar tercapainya ketiga hal tersebut maka
dibutuhkan mekanisme yang selaras antara semua komponen yang terkait dan terlibat dalam proyek tersebut.
Dimulai dari pemberi tugas, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok, hingga pekerja, harus berkerjasama
untuk mencapai suatu produktivitas yang baik. Produktivitas inilah yang menjadi akar dari target kinerja yang akan
dicapai bersama oleh semua pihak dalam sebuah proyek, dimana tujuan akhir dari pengawasan kinerja ini adalah
peningkatan keuntungan dari proyek.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

K - 31

Manajemen Konstruksi

Terkait dengan kinerja, dalam ilmu dasar manajemen yang biasa diterapkan pada perusahaan manufaktur maupun

jasa, memiliki banyak sekali teori pengukuran kinerja kerja yang mengukur kinerja perusahaan, seperti Balanced
Scorecard, Integrated Performance Measurement System,Performance Prisem, dll. Semua metode pengukuran
kinerja ini sudah diterapkan oleh banyak perusahaan baik manufaktur ataupun jasa, dan teruji dalam mengukur
kemampuan dan produktivitas yang dituju dalam berbagai macam kasus. Semakin ketatnya persaingan saat ini
membuat kebutuhan akan aplikasi dan perkembangan ilmu pengukuran kinerja ini semakin besar. Setiap perusahaan
akan berusaha untuk mencari metode yang terbaik bagi perusahaan mereka agar dapat mencapai kinerja yang
tertinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan global yang ada.
Sebaliknya dalam manajemen konstruksi pada Teknik Sipil pembahasan mengenai peningkatan kinerja proyek tidak
banyak disinggung. Padahal kinerja proyek seperti yang telah dijelaskan didepan, menentukan untuk dapat bersaing
pada persaingan global yang ketat. Oleh sebab itu maka diperlukan substitusi ilmu pengukuran kinerja dari luar
Teknik Sipil untuk dapat memonitor kinerja tersebut.
Secara umum, sistem manajemen Teknik Sipil sama dengan sistem manajemen yang biasanya dipakai dalam
perusahaan manufaktur ataupun jasa, terutama dalam hal tujuan perusahaan yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis
internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan proses pengolahan
data manajemen, hal ini terbukti dengan adanya salah satu bidang peminatan dalam Teknik Sipil yaitu Manajemen
Konstruksi. Dengan adanya kesamaan ini maka ingin dicapai sebuah pembelajaran mengenai penerapan salah satu
ilmu pengukuran kinerja yang ada di dalam dunia manajemen pada sebuah proyek konstruksi teknik sipil melalui
aplikasi ilmu manajemen konstruksi.
Dengan adanya kesamaan tersebut, secara hipotesis pengaplikasian salah satu teori pengukuran kinerja dari
pembelajaran manajemen dapat digunakan pada pembangunan infrastruktur termasuk gedung bertingkat. Hal ini

yang menjadi latar belakang dari Tugas Akhir, sehingga Tugas Akhir ini dapat menghubungkan aplikasi teori
monitor kinerja yang sudah sukses di dalam dunia manajemen yaitu Balanced Scoredcard ke dalam kinerja proyek
pada manajemen konstruksi Teknik Sipil.

1.2.

Permasalahan Penelitian

Rumusanpermasalahan penelitian ini, yaitu:
1 Indikator kinerja proyek apa yang dipakai dalam pengukuran yang berimbang?
2 Strategi pekerjaan apa yang dapat dimengerti oleh seluruh anggota organisasi untuk pencapaian target yang
diinginkan?
3 Bagaimana menterjemahkan strategi menjadi pekerjaan?

2. LANDASAN TEORI
2.1. Siklus Proyek Konstruksi
Menurut buku Professional Construction Management oleh Donald S Barrie dan Boyd C Paulson, ada 6 tahapan
dasar dari sebuah konstruksi. Berikut adalah tahapan yang dimaksud:
1. Studi konsep dan kelayakan.
2. Rekayasa dan Desain

Pada tahap rekayasa dan desain terdapat dua tahapan yaitu: (1) rekayasa dan desain awal; (2) rekayasa dan desain
terperinci. Kedua tahapan di atas saling berkesinambungan.
3. Pengadaan
4. Konstruksi
5. Memulai dan Penerapan
6. Operasi dan Pemanfaatan

2.2. Definisi Dasar Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara ekstensif
dalam bisnis dan industri, pemerintah, dan organisasi nirlaba di seluruh dunia untuk kegiatan usaha untuk
menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal, dan memantau kinerja
organisasi terhadap strategis tujuan.Sementara menurut Anthony, Banker, Kaplan, dan Young mendefinisikan
Balanced Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen dan pengukuran yang melihat kinerja bisnis dari empat
perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.

A. Prinsip Dasar Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem yang berorientasi pada strategi perusahaan, dimana pemimpin
perusahaan menjabarkan visi, misi dan strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Balanced
Scorecard memberikan kerangka untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi dengan cara yang konsisten
dan berwawasan. Pada dasarnya Balanced Scorecard diterapkan untuk memonitor kinerja agar tetap berorientasi

pada strategi perusahaan, dimana diharapkan visi, misi perusahaan dapat tercapai.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

K - 32

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Manajemen Konstruksi

B. Aspek-Aspek Dalam Balanced Scorecard
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang melihat
dalam 4 perspektif. Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara pengukuran
keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Berikut akan
dijelaskan mengenai aspek-aspek penting dalam Balanced Scorecard.

1. Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth,
sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda
pula.
 Growth

: Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan memiliki produk atau jasa yang
secara siknifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik.
 Sustain
: Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan
mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.
 Harvest
: Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap
sebelumnya.

2. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value
propositions.
1. Customer core measurement, terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok ini:
 Market share, mengukur bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada
 Customer retention, mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen
 Customer acquisition, mengukur suatu unit bisnis dalam menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru
 Customer satisfaction, tingkat kepuasan pelanggan terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan
 Customer profitability, mengukur laba bersih yang diperoleh perusahaan dari suatu target atau sekmen pasar
yang dilayani
2. Customer value proposition, merupakan pemicu kerja yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan

perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang tinggi. Atribut yang
digunakan perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
 Product/service attributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas
konsumen bisa berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat
waktu dan harga terjangkau.
 Customer relationship, meliputi pengiriman produk dan jasa kepada pelanggan, termasuk dimensi waktu dan
respon pelanggan dan apa yang dirasakan pelanggan saat membeli produk dari perusahaan.
 Image and reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk
berhubungan dngan perusahaan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Kaplan dan Norman membagi proses bisnis internal ke dalam tiga proses: inovasi, operasi dan layanan purna
jual.Proses inovasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau
jasa memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Proses operasimerupakan tahap aksi dimana perusahaan secara nyata
berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan
mereka.Proses pelayanan purna jualmerupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa
tersebut dilakukan.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif ini, perusahaan memiliki tolak ukur: employee capabilities, information system capabilities, dan

motivation, empowerment, and alignment.
a. Employee capabilities
Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan diotomatisasi, maka pekerjaan yang
sama yang dilakukan secara terus-menerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama, tidak lagi
cukup bagi tercapainya keberhasilan oleh karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus.
b. Information systems capabilities
Bagaimanapun juga, walaupun motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian tujuan-tujuan
perusahaan, masih diperlukan informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang
memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu
dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

K - 33

Manajemen Konstruksi

c. Motivation, empowerment,and alignment
Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana ukuran ini menangkap partisipasi

karyawan yang sedang berlangsung dalam memperbaiki kinerja perusahaan dan tingkat kualitas partisipasi
karyawan dalam memberikan saran untuk perbaikan.

2.3.

Hasil Penelitian yang Relevan

Dari beberapa hasil penelitian yang relevan, ada beberapa inti yang berguna untuk mendukung penelitian ini. Ada 5
jurnal yang dibahas dan menjadi referensi sebagai hasil penelitian yang relevan. Pengambilan beberapa jurnal
sebagai referensi dilakukan untuk lebih memvalidasi hasil penelitian ini. Berikut hal – hal yang dimaksud:
Tabel 2.1. Inti Relevan dari Jurnal untuk Permasalahan Penelitian
Jurnal

Inti yang relevan untuk penelitian

Performance Management
In Construction : A
Conceptual Framework

dampak dari pengukuran kinerja sebuah organisasi dapat diperiksa dan dianalisa

mengindikasikan area yang berpotensi untuk dikembangkan
mengidentifikasi beberapa area yang dapat digunakan sebagai validasi proses kerangka
kerja
pengukuran kinerja dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam proses konstruksi
balanced scorecard sukses dalam mengukur kinerja proses industri
penerjemahan strategi yang sederhana agar dapat dimengerti oleh setiap pihak

Analisis Balanced
Scorecard Sebagai Alat
Ukur Kinerja pada PT
Sepatu Asia

pengukuran terhadap perspektif keuangan tidak lagi cukup untuk menentukan tingkat
kinerja suatu perusahaan

Analisis Balanced
Scorecard Sebagai Alat
Pengukuran Kinerja
Perusahaan
Key Performance
Indicators yang
Digunakan Untuk
Mengukur Kesuksesan
Proyek Konstruksi
Mapping The Construction
Engineering and
Management Discipline

menentukan karakteristik pengukuran kinerja yang sesuai dengan perusahaan
pengendalian diperlukan dalam sebuah proses industri skala besar
faktor yang menjadi pembatas indikator pengukuran
penyederhanaan indikator yang digunakan khusus dalam dunia konstruksi
hasil dari pengukuran tergantung dari tujuan perusahaan
pentingnya kedisiplinan dalam dunia konstruksi
kinerja yang baik tak akan terjadi tanpa disiplin semua pihak
manajemen yang baik menghasilkan kinerja kerja yang baik
pentingnya manajemen konstruksi dalam keberhasilan sebuah proyek

3.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Proses Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses guna mengarahkan penelitian agar tetap fokus pada tujuan
utama. Berikut prosesnya mulai dari awal hingga akhir:
Perumusan
masalah

Hipotesis

Penentuan
pekerjaan
penelitian

Key Performance
Indicator

Rasio/bobot Key
Performance
Factor

Key Performance
Factor

Sistem
pengukuran dan
pengendalian

Kesimpulan dan
saran

Gambar 3.1. Proses Penelitian
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

K - 34

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Manajemen Konstruksi

3.2. Metode Analisis Data Penelitian
Penelitian ini bertujuan akhir untuk menghasilkan sebuah alat atau tools pengawasan dan pengukuran kinerja. Oleh
karena itu pada bagian ini akan dibahas strategi peneliti dalam melakukan penelitian untuk secara efisien dan tepat
sasaran dapat memenuhi tujuan utama tersebut. Berikut diagram proses metode analisis data penelitian:

Studi literatur dan wawancara
dengan ahli (KPF PM)

Kuisioner I (KPF
PM)

Studi literatur dan
wawancara dengan ahli (KPI
PM dan Tim kerja)

Kuisioner II (KPI PM dan
Tim kerja)

Penentuan rumus tiap indikator
Pembuatan tabulasi (tools)
Pengukuran dan Pengawasan
Gambar 3.2.Diagram Proses Metode Analisis Data Penelitian
Dengan diagram ini dijelaskan bawah dilakukan proses studi literatur untuk mencari setiap KPF yang akan
digunakan dalam penelitian kali ini, pada proses ini KPF juga dikelompokkan seperti perspektif pada teori Balanced
Scorecard, setelah proses pengumpulan KPF telah selesai maka dibuat kuisoner untuk diberikan kepada PM proyek,
ini dikarenakan setiap proyek memiliki prioritas yang berbeda-beda sehingga memiliki KPF yang berbeda pula.
Setelah diperoleh KPF yang diinginkan PM maka dilanjutkan lagi dengan studi literatur untuk KPI tiap KPF yang
telah dipilih PM, setelah terkumpul KPI akan dibuat dalam kuisioner dan kembali di berikan kepada PM untuk
dipilih, setelah selesai maka masuk ketahap penentuan rumus untuk tiap indikator yang dipilih PM, rumus yang
dihasilkan disesuaikan dengan KPI yang ditentukan. Setelah rumus selesai dibuat maka masuk kedalam tahap
pembuatan tabel atau toolsyang nantinya akan menjadi alat pengawasan dan pengukuran kinerja. Setelah tabel
selesai dibuat dengan setiap indikator dan rumus yang dipakai maka toolssiap untuk digunakan untuk melakukan
pengukuran dan pengawasan kinerja pada proyek bersangkutan.

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1.

Research Findings

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data melalui kuisioner dan wawancara dengan ahli sebagai salah satu
sumber data penelitian. Dari semua data yang sudah diperoleh, dihasilkan sebuah tabel atau tools untuk pengawasan
kinerja yang terdiri dari 76 indikator. Berikut adalah sebagian dari tabel tersebut.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

K - 35

Manajemen Konstruksi

Tabel 4.1. Tabel/Tools pengawasan kinerja

4.2.

Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah melakukan pertemuan dengan Project Manager pada proyek yang diteliti didapatkan strategi pengerjaan
untuk proyek tersebut, yaitu sesuai dengan moto yang dimiliki perusahaan tersebut yaitu memberikan hasil terbaik
kepada para end user dengan komitmen yang lebih baik tiap harinya. Setelah itu disimpulkan bahwa target dari moto
itu adalah untuk pencapaian pendapatan yang lebih tinggi. Sehingga untuk mencapai target tersebut strategi tersebut
diterjemahkan menjadi pekerjaan yang merupakan hasil dari kuisioner yang telah diberikan dengan indikator yang
diperoleh dari studi literatur dan wawancara dengan para ahli. Dari indikator yang dihasilkan kemudian dibuat
sebuah tabulasi atau tools pengawasan dan pengukuran kinerja.
#8