Terjemah Tafsir Al Munir Wahbah Zuhaili

A. Surah Al-Baqarah ayat 213:

















   
    
     

     















    
     

    


“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka
Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah
berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan
yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang
mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

1. Qira’at
Lafazh  Nafi’ membacanya dengan ‫النبيئين‬
Lafazh  Qunbul membacanya dengan ‫سراط‬

1

2. I’rab


   dinasabkan diatas hal.
3. Balaghah

    padanya ijazu
bilhazfi, artinya ada ia di atas agama yang satu, dan dia nya itu adalah iman,
dan berpegang pada kebenaran, dengan bahwa iman itu setengah, dan
kekufuran itu setengah.
4. Mufradat Lughah
Dalam Alquran, lafazh ummah terdiri dari beberapa makna
Al-Jama’ah : Yang dihimpun dalam himpunan yang satu, seperti



firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 181 dan surat Ali Imran ayat
110 :















  

Al-Millah : artinya Aqidah, dan asal-asal penetapan hukum,



seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya’ ayat 92, dan
surat Al-mu’minun ayat 52:















 




Az-Zamanu : seperti firman Allah dalam surat Hud ayat 8,
dan surat Yusuf ayat 45 :













  
2



Al-Imam : seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat
120

   
Artinya lelaki yang selalu menghimpun bagi kebaikan

Maksud dari padanya disini pada banyak pendapat para mufassir : almillah : artinya bahwa seluruh Nabi dan Rasul di atas agama yang satu, dan
pendapat yang lain menyebutkan, bahwa makna ummah pada ayat ini adalah
jama’ah.

(‫ )مبششرين‬orang-orang mu’min yang di surga. ((‫منذرين‬orang-orang kafir
yang di neraka. (‫ )الكتىب‬artinya kitab-kitab. ( ‫ت‬
‫ )البشيىن ت‬alasan yang jelas atas
ketauhidan. (‫ )من نعد‬yang berhubungan dangan perbedaan, bermula dianya
itu dan apa-apa yang ada sesudahnya itu terdahulu di atas pengecualian pada
makna. (‫ )نغييا‬pebuatan keji. (‫ )من الحشق‬dari penjelasan. (‫ )بإذنه‬dengan
izinNya.
5. Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul ayat ini tidak ada dalam kitab al-Munir.
6. Munasabah
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kaum mu’min untuk masuk islam
secara sempurna, dan menjadikan islam sebagai pedomannya, tanpa
mencampur adukkan antara islam dengan yang lainnya, dan mejadikan kedua
ayat ini kebutuhan kepada Rasul, dan bahwa sesungguhnya menunjuk dengan
petunjuk mereka itu membawa kemudaratan bagi alam. Dan barang siapa
yang percaya (beriman) dengan petunjuk para Nabi sungguh telah dijauhkan

dari siksaan yang pedih, dan bala, maka diatasnya dengan bersabar sehingga
Allah mengizinkan dengan kelapangan dan pertolongan, desakan mereka atas
kekafiran mereka adalah sebab mereka cinta dunia.
7. Tafsir dan Bayan
Adalah manusia (anak-anak adam) pada dasarnya membutuhkankepada
hidayah ketuhanan, maka Allah memberi nikmat kepada mereka dengan

3

mengutus Rasul kepada orang-orang mu’min dan orang-orang kafir yang
mengeluarkan mereka dari kegelapan ke terang-benderang. Dan diturunkan
pada sebagian Rasul itu kitab yang membawa mereka kepada kebenaran.
Apa ketetapan yang ada sebelum Nabi dan Rasul diutus?
Pebdapat para jumhur ulama : adalah ummat itu diatas petunjuk agama
yang satu, dan agama yang bersatu, aqidah yang satu, dan hukum yang satu,
dan dianya adalah agama islam, maka berselahan atau berselisih di antara
mereka, maka Allah mengutus para Nabi kepada orang-orang mu’min dan
orang-orang kafir. Dan Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu
Abbas, berkata ia : ((adalah di antara Nabi Nuh dan Nabi Adam itu jaraknya
10 abad, kesemua mereka itu diatas syari’ah yang benar, maka mereka

berselisih paham, kemudian Allah mengutus para Nabi untuk mereka))
berkata ia : dan yang demikian itu pada bacaan Abdullah Ibnu Mas’ud :
(( adalah manusia itu umat yang satu, kemudian mereka berselisih
paham/berpecah belah)). Dan memberi dalil juga atas membenarkan
pendapat mereka : bahwa sesungguhnya Adam’Alaihi Salam adalah seorang
Nabi, dan adapun anak-anaknya itu atas agama yang menunjuki orangorang yang diberi petunjuk, sehingga timbul rasa iri dan dengki di antara
anak-anaknya, dan saling membunuh satu sama lain.
Dan pendapat yang lain ( Ibnu Abbas, ‘Atha’, Hasan Basri) : bahwa
sesungguhnya ummat ini adalah ummat yang sesat yang tidak diberi petunjuk
dengan kebenaran, mereka tidak berhenti pada perbuatan sesatnya pada
batasan syari’ah, dan dalil mereka : apa apa yang ditetapkan pada mengutus
rasul, untuk menampakan kepentingan mereka yang masuk akal, dan untuk
menghukum perselisihanyang muncul di antara mereka pada rusaknya
aqidah, dan mengikuti keinginan berbuar sesat, kecuali belum ada keperluan
akan rasul.
Berkata Abu Muslim Al-Ashfahani dan qadhi Abu Bakar Al-Baqilani :
Makna : sudah fitrah nya manusia itu mengambil apa-apa yang menunjuki

4


kepaadanya aqal pada ‘itiqad dan perbuatan, akan tetapi manusia
membenarkan aqal nya dengan tanpa petunjuk Tuhan, dari pada barang yang
tidak menimbulkan perselisiha, maka banyak dari mereka pusing dengan apa
yang mereka pikirkan karena tidak adanya asal dengan apa yang mereka
maksud dari pada aqidah-aqidah, dan hukum-hukum.
Pengarang tafsir al-Manar memilih makna yang lain yaitu : sesungguhnya
manusia bermasyarakat dengan akhlak, artinya Allah menciptakan manusia
sebagai ummat yang satu, artinya dalam satu ikatan antara satu dan lainnya
dalam kehidupan, tidak mudah bagi seseorang untuk hidup di dunia ini
dengan qadar yang sudah ditetapkan oleh Allah, saling tolong menolong, dan
tidak mungkin bahwa ia memperkaya sebagiannya kepada sebagian yang lain.
Maka tidak boleh tidak dari pada mengikuti kuat yang lain kepada kuat nya,
dan ini seperti apa yang di’ibaratkan dari padanya dengan perkataan mereka “
orang-orang kota itu dengan salib”. Dan adalah makna bahwa manusia itu
diciptakan dan mereka mempunyai sifat berkumpul dan mngumpulkan, dan
yang emikian itu menunjuki kepada perseingan, perselisihan, dan perbedaan,
maka adalah mengutus seorang rasul itu untuk mencegah perselisihan di
antara manusia, dan menunjuki kepada kebenaran dan kebaikan, dan
mejelaskan kesesatan dan keburukan.
Jumlah Nabi pada keseluruhan adalah 124.000, dan Rasul 313, dan yang

disebutkan di dalam Alquran dengan nama itu 18, Rasul yang pertama itu
Adam, menurut pendapat pada hadits dari Abi Dzar, dan pendapat yang lain
dikatakan : Nuh, pada perkataan perantaraan yang dikatakan baginya manusia
padanya : kamu Rasul yang pertama, dan pendapat yang lain mengatakan
Idris.
Kemudian Allah menurun kitab (‫ )الكتاب‬: dan dianya itu ism jenis dengan
makna kitab (‫ )الكتب‬dan Thabariy berkata : alif dan lam pada kata kitab
untuk zaman, dan yang dimaksud adalah Taurat.

5

Dan pentingnya kata kitab dalam bentuk masdar untuk syariat, hukum, dan
pemisah di antara manusia dalam perbedaan, dan menunjuki manusia kepada
yang sebenar-benar aqidah, berbudi pekerti luhur, dan beramal shalih. Dan
menghindari mereka dari pada perbuatan buruk, dan merusak. Dan
menjauhkan mereka dari keinginan berbuat kebathilan, maka bermula dianya
itu yang berpakaian kebenaran selamanya. Dan ini sejalan dengan apa yang
dibaratkan pada ayat yang lainnya yang membicarakan tentang kebenaran
dalam surat Al-Hatsiyah ayat 29



   dan yang menjelaskan di dalam
Alquran

pada

surat

Al-Isra’


 

ayat

9

:

 

  

maka adalah kitab-kitab samawi itu benar, dan hukum yang mimisahkan

antara urusan dunia dan urusan agama. Dan mengi’tibarkan dengan kitabkitab dari pada kitab para Nabi-Nabi, dan bahwa banyaknya bilangan bagi
isyarat bahwa sesungguhnya zatnya kitab itu satu, dan mengandung atas
syari’at yang satu pada ushul (asal).
Kemudian Allah ta’ala menyebutkan bahwa sebagian ahli kitab
menjadikan kitab-kitab mereka sebagai sandaran untuk perselisihan,
berkelahi, dan bemusuh-musuhan pada kebenaran, maka berkata : sungguh
telah berselisih ketua-ketua, penasehat-penasehat, dan ulama-ulama agama
pada kitab yang diturunkan oleh Allah bagi kebenaran, setelah didatangkan
kepada mereka peringatan yang jelas dan dalil di atas kesejahteraan kitab dan
mencegahnya dari pada efeknya perselisihan dan bahwa sungguhnya ia untuk
memperstukan manusia, tidak untuk menjauhkan dam memisahkan di antara
mereka, dan tidak adalah perselisihan itu disebabkan oleh ahli ilmu yang
berpegang teguh atas agama yang menjaganya kitab ssetelah Rasul dan
menuntut dengan pengakuan apa apa yang ada padanya kecuali perbuatan
keji, dan mungkar dari pada mereka, dan melanggar bagi batasan agama yang
telah mendirikan hambatan bagi manusia. Akan tetapi kejahatan ini dari pada
6

ketua-ketua mereka di atas diri mereka sendiri dan manusia tidak memfitnah
pada petunjuk kitab yang benar, maka bukan aib padanya, dan sesungguhnya
yang berdiri di atas mereka.
8. Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
Kebutuhan akan Nabi dan Rasul dan kitab-kitab samawi akan tetap ada
dan kuat pada setiap zaman dan tempat, karena mereka menunjuki kepada
agama yang benar, i’tiqad yang benar, dan menjelaskan kepada manusia jalan
kehidupan yang benar, dan cara yang mulia di dunia dan akhirat, dan
meletakkan batasan yang jelas antara yang haq dan bathil, dan memisahkan
dengan adil pada pertikaian manusia.
Dan tidak cocok fitrah atau tabi’at dengan baru saja untuk hidayah dan
petunjuk, karna bahwa sungguhnya ia yang jahil, dan tidak tahu, dan tiada
teratur, sebagaimana barang yang tidak membenarkan akal manusia untuk
mejalani kehidupan, maka bermula dianya itu derajat atau kedudukan,
kadang-kadang sulit, lemah, dan susah dari pada menerima kebenaran, dan
apabila akal mampu menerima sebagian hukum jalan kebenaran dan
membicarakan hikmah, maka yang demikian itu terbatas pada katagori yang
sedikit dari pada manusia, dan titap tetap pendirian pada perkataan atau
menampakkan kebenaran yang terlihat diakui alam kecuali setelah berlalulah
pengalaman yang panjang, dan pembahasan yang panjang, pelajaran,
renungan, dan pemikiran, maka mendatangkan mudharat bagi manusia yang
menuggu hasil kebenaran perkataan atau hikmah hingga waktu yang lama
atau yang pendek, dan manakala manusia terpengaruh dengan keinginan dan
syahwat atau dengan manfaat dan kemaslahatan yang khusus, maka dia tidak
menulis bagi pendapat yang diterima, lagi di yang lulus.
Adapun hikmah dari Allah ta’ala fadhilahNya dan rahmatNya mengutus
para Nabi dan Rasul bagi menetapkan fitrah dan akal manusia kepada apa
yang baik bagi dunia dan akhirat, sebelum berlalu waktu dan jatuh dalam
perangkap, dan menunggu apa yang ditafsirkan dari padanya pengalaman dan

7

teori, dan mendukung yang benar dan yang adil, tanpa terpengaruh
kepedulian yang khusus.
Sungguh Allah telah membenarkan kesalahpahaman dan menjelaskan atau
menerangkan pendapat yang salah pada pemikirang yang tepat, dari pada
ilmu yang diberikan kepada mereka dan bisa menjelaskan (dalil-dalil di atas
kesucian kitab-kitab dari pada adanya perselisihan) dan dianya apa-apa yang
telah diterangkan dalam ayat (  )
dan mengingkari perbuatan sendiri : bahwasanya naluri manusia sendirinya,

bukan mengarahkan cara perbuatan mereka hingga apa-apa yang dapat
menyelamatkan mereka, maka harus bagi mereka bersepakat mempelajari
petunjuk yang lain beserta k ekuatan yang unggul bagi umpama mereka,
dianya itu kekuatan berpikir dan mencari, demikian petunjuk yang dipelajari
itu petunjuk rasul dari pada mereka, dan kitab yang diturunkan Allah di atas
mereka, beserta dalil yang kuat di atas ketiadaan Rasul dari pada berbohong,
dan kitab dari pada kesalahan, maka di atas manusia bahwa menggunakan
akal mereka pada memahami dalil-dalil atas kerasulan dan kebersihan dahulu,
dan apabila pemahamannya dipersiapkan semata-mata untuk membenarkan
dakwah Rasul. Dan apabila beriman dengan dakwah tersebut, dan
mengakalkan apa-apa yang didatangkan dengannya rasul, wajib atas mereka
bahwa mengikutinya, dan tidak menyesuaikan dari padanya.

B. Surah Al-Ikhlash

     

       
     

“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
8

1. Qira’at

 Hafs membaca dengan waw sedangkan para imam yang lain
membaca dengan hamzah ‫كفؤا‬.
2. I’rab

( 

    ) () adalah

dhamir sya’n dan hadits yang berkedudukan sebagai mubdata’, (

 ) : mubtada’ kedua, ( ) khabar bagi mubtada’ yang
kedua, dan kalimat dari pada keduanya itu khabar mubtada’ yang pertama,
dan tidak membuthkan tempat kembali yang kembali atas mubtada’ yang
pertama, karna bahwa sungguhnya dhamir sya’n apabila menjadi mubtada’
niscaya tidak kembali dari pada jumlah yang menjadi khabar dari pada nya
dhamir, karena bahwa sungguhnya jumlah setelahnya itu menjadi penjelas
baginya dhamir.
(   

) bentuk mubtada’ dan

khabar.

(       

     ) (   ) asal
katanya (‫ )ي يووللتد‬maka dibuang huruf waw karna jatuhnya huruf waw di antara
huruf ya dan baris kasrah seperti kata

‫يعد‬

dan

‫يزن‬

yang asalnya

‫ يوعد‬dan

‫ يوزن‬dan tidak dibuang ini pada kata (   ) karena jatuhnya waw di

antara huruf ya dan baris fath. Dan kata (  ) isem dari (  )
dan (  ) adalah khabarnya dan () yang brtkaitan
dengan

()

dan

didahulukan

di

atasnya

untuk

lebih

memperhatikannya, karna padanya terdapat dhamir ketuhanan, dan kira-kira

9

kalimatnya seperti : (‫له‬

‫ )ولم يكن أحد كفوا ي‬artinya yang setara dengannya,

maka dianya pada makna

maf’ul itu yang bersangkutan dengan

() dan diakhirkan kata () untuk menjaga keselarasan
akhir kalimat.

3. Balaghah
(   ) penyebutan nama Allah dengan dhamir sya’n untuk

mengagungkan dan memuliakan.

(   ) keduanya bentuk ma’rifah

bagi

faedah untuk mengkhususkan.
(    ) jinas naqish, karena adanya

perubahan bentuk dan sebagian huruf.

(   ) menetapkan penafian sekutu

dan anak, dan firman Allah (    

 ) pengkhususan setelah yang umum, melebihkan pada penegasan
dan penjelasan, terhadap apa yang dinamakan tajrid atau tafrid.
(), (), (  ), ()

adalah sajak murashsha’.
4. Mufradat Lughah

() satu dalam zatNya, tidak tersusu dari berbagai partikel materi
dan tidak pula dari selain materi. Kata itu juga penyifatan keesaan dan
penafian sekutu. () tempat bergantung dalam segala
kebutuhan secara permanen. ( ) tidak beranak karena dia
tidak membutuhkan sesuatu untuk menolongNya. Dia juga bebeda dengan
jenis selainNya dan ini merupakan penafian sesuatu yang menyerupai atau
10

sejenis denganNya. (  ) dan tidak diperanakkan, karna
Dia Maha Terdahulu, bukan sesuatu yang baru. Segala sifat baru tidak ada

padaNya. Dan disifati dengan qidam dan awwaliyah. () sekutu
atau serupa. Maksudnya adalah tiada seorang pun yang menyerupaiNya.

5. Asbabun Nuzul
Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ubay bin ka’ab
bahwasanya kaum musyrikin berkata kepada Nabi saw. “wahai Muhammad,
sifati Tuhanmu kepada kami!” lantas Allah SWT menurunkan surah alikhlash”.
Ibnu Jarir dan Tarmidzi berkata () zat tempat bergantung
yang tidak beranank dan tipula diperanakkan. Tidak ada sesuatu yang
dilahirkan melainkan dia akan mati dan tidak ada seusatu yang mati
melainkan diwarisi. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mati dan tidak akan
diwarisi. Tiada sekutu baginya.
Qatadah, Dhahhak, dan Muqatil berkata “ada sekelompok orang yahudi
datang kepada rasul dan berkata, sifati Tuhanmu kepada kami. Sesungguhnya
Allah menurunkan sifatNya dalam Taurat. Dia memberitahu kami dari mana
Dia berasal dan dari apa Dia dibuat? Apakan dari emas timah, atau perak?
Apakah Dia makan dan minum? Dari siapa Dia mewarisi dunia dan siapa
yang mewariskannya?” lantas Allah SWT menurunkan surah ini. Surah ini
adalah sifat khusus bagi Allah SWT.

6. Munasabah
Kesesuaian ayat ini dengan ayat sebelumnya sangat jelas. Surah al-Kafirun
betujuan untuk membebaskan hamba dari segala macam kekufuran dan
kesyirikan, sedangkan surah ini menetapkan ketauhidan kepada Allah SWT
11

yang memiliki sifat-sifat sempurna dan senantiasa menjadi tujuan serta tidak
mempunyai sekutu dan tandingan. Oleh karena itu, kedua surah ni sering
dibaca bersamaan ketika shalat, seperti dua rakaat shalat Fajar dan Thawaf,
Dhuha, sunnah Maghrib, dan shalat Musafir.

7. Tafsir dan Bayan
(   ) artinya katakanlah wahai Rasul

bagi siapa yang menanyakan kamu tentang sifat Tuhanmu dan sensbahNya :
Dialah Allah yang Maha Esa, artinya Esa pada sifat dan zatNya, tiada sekutu

bagiNya. Dan ini disifatkan dengan ketauhidan dan kenafian sekutu.
Maknanya adalah Dialah Allah yang kalian ketahui dan yakini bahwa Dia
adalah pencipta langit, bumi, dan menciptakan kamu. Dia Maha Esa dengan
sifat ketuhananNya dan tiada sekutu bagiNya dalam ketuhanan. Ini menafikan
berbilang zat.
(   ) zat yang dibuat bergantung dalam
segala kebuthan karna Dialah yang mampu untuk mewujudkannya. Makanya
Allah adalah zat tempat bergantung seluruh makhluk, tiada seorang pun yang
tidak membutuhkanNya, sedangkan Dia tidak membutuhkan mereka. Ini
merupakan bantahan atas keyakinan kaum musyrikin Arab dan orang-orang
semisal mereka akan adanya perantara dan zat selain Allah yang memberikan
pertolongan.
Ibnu Abbas berkata mengenai tafsiran dari kata (), “yaitu
Dialah yang dituju oleh seluruh makhluk dalam memenuhi kbutuhan dan
permintaan mereka.” Dia adalah Tuan yang telah sempurna kekuasaanNya,
zat Maha Mulia yang sempurna kemuliaanNya, zat Maha Agung yang
sempurna keagunganNya, zat Maha Lembut yang sempurna kelembutanNya,
zat Maha Mengetahui yang sempurna ilmuNya dan zat Maha Bijaksana yang
sempurna kebijaksanaanNya. Demikian juga Dialah zat yang telah sempurna

12

dalam segala kemuliaan dan kekuasaanNya, Dialah Allah SWT. Maha Suci
Allah yang Maha Esa dan Maha Menaklukkan.
(    ) tidak ada anak yang lahir

dariNya dan Dia tidak lahir dari apa pun. Dia tidak sejenis dengan apa pun.

Dia Maha Terdahulu tidak sesuatu yang baru. Tidak ada permulaan bagiNya
dan Dia bukan merupakan jisim. Ini merupakan penafian terhadap sekutu dan
jenis, serta penyifatan qadim dan awaliyah serta menafikan huduts. Dalam
kalimat pertama merupaka penafian adanya anak bagi Allah SWT dan
bantahankepada kaum musyrikin yang menyangka bahwa para malaikat
adalah putra-putri Allah. Bantahan juga terhadap orang-orang Yahudi yang
mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah dan terhadap orang-orang
Nasrani yang mengatakan bahwa al-Masih adalah putra Allah. Sementara itu,
pada kalimat kedua terdapat penafian adanya orang tua bagi Allah dan
penafian bahwa Allah SWT bermula dari ketiadaan.
(      ) tiada

seorangpun yang menyamaiNya, dan tiada seorangpun yang semisalNya. Ini
merupakan penafian terhadap adanya istri bagi Allah SWT dan bantahan
terhadap kaum musyrikin Arab yang meyakini bahwa Allah SWT mempunyai
tandingan dalam perbuatan-perbuatanNya, di mana mereka (kaum musyrikin)
menjadikan para malaikat sebagai sekut-sekutu Allah, dan berhala-berhala
serta patung-patung sebagai tandingan bagi Allah SWT. Surah ini mempunyai
kesamaan di dalam ayat-ayat yang lain, seperti firman Allah SWT dalam
surah al-An’am ayat 101, Maryam 92-95, dan surah al-Anbiya’ 26-27.

     
      

      
 

13

Yakni Dialah yang memiliki dan menciptakan sesuatu. Lantas bagaimana
mungkin ada makhluk yang menandingiNya? Dan firmanNya,

    

      

    
     
   

 

Dan firmanNya

  

     
   
    
Dalam Shaih Bukhari disebutkan “tidak ada yang paling sabar atas ucapan
yang menyakitkan yang melebihi kesabaran Allah. Mereka mengatakan
bahwa Allah mempunyai anak, tetapi Allah tetap memberikan rizki dan
memaafkan mereka. Dan Bukhari merwayatkan pula dan Abdul Razak dari
Abu Hurairah Nabi saw bersabda : “Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Anak
Adam mendustakanKu dan seharusnya tidak demikian. Dia juga mencelaKu,
dan seharusnya tidak demikian. Adapun pendustaannya kepadaKu adalah
perkataannya bahwa Aku tidak akan mampu mengembalikan (makhluk)
seperti sedia kala. Dan menciptakan tidak lebih mudah dari pada
mengembalikan. Adapun celaannya kepadaKu adalah pernyataannya bahwa
Allah menjadikan seorang anak, padahal Aku adalah Maha Esa dan tempat
bergantung, tidak beranak, dan tidak diperanakkan. Dan tiada seorangpun
menjadi sekutu bagiKu.
8. Fiqh kehidupan atau Hukum-Hukum
14

Surah pendek ini mengandung penetapan dan penafian sekaligus. Surah ini
telah mejelaskan bahwa Allah Esa dalam zay dan hakikatNya, terbebas dari
segala bentauk takrib. Surah ini menafikan segala bentuk keterbilangan dari
zat Allah SWT dengan firmanNya ( ).
Surah ini menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Kaya dengan zatNya lagi
mulia dan penyayang. Seluruh makhluk membutuhkanNya dalam memenuhi
kebutuhan mereka. Dia memiliki seluruh sifat kemuliaan dan kesempurnaan.
Dia tidak membutuhkan apa pun kepada yang lain dengan firmanNya (

  )
Surah ini juga menetapkan bahwa Allah adlah Maha Esa, tidak ada sesuatu
apa pun yang sejenis denganNya, tidak melahirkan seorangpun dan tidak ada
sekutu bagiNya. Surah ini juga menafikan dari Allah akan adanya jenis dan
sekutu, denga firmanNya ( ).
Demikian pula Dia adalah zat yang Maha Terdahulu, paling awal di zaman
azali tidak didahului dengan ketiadaan, tiada yang melahirkan dan
mendahuluiNya. Surah ini juga menafikan sifat huduts dari Allah SWT denga
firmanNya (  ).
Allah SWT tidak mempunyai tandingan dalam wujudNya, tidak ada sekutu
dan istri, dengan firmanNya (    

 ).
Segala hal yang ditetapkan dalam surah ini merupakan penetapak aqidah
islam yang berdiri tegak di atas tauhis, tanzih, dan taqdis. Segala hal yang
dinafikan dalam surah ini adlah bantahan terhadap orang-orang yang
memiliki aqidah sesat, seperti kaum pagan yang mengatakan bahwa ada dua
tuhan di alam ini, yaitu tuhan cahaya dan tuhan kegelapan. Kaum Nasrani
yang mengatakan adanya trinitas, kaum sha’ibah yang menyembah tata surya
dan bintang-bintang, kaum yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah

15

anak Allah dan kaum Musyrikin yang mengatakan bahwa para malaikat
adalah putra-putri Allah, semua dibantah oleh surah ini.
Firman Allah () merupakan bantahan terhadap kaum pagan,
firmanNya (   ) membantah keyakinan orang
yang menetapkan pencipta selain Allah. Jika ada pencipta selain Allah,
pastilah ia berhak untuk jadi tempat bergantung untuk memenuhi segala
kebutuhan. firmanNya ( 

  )

bantahan terhadap kaum Yahudi atas keyakinan mereka terhadap Uzair dan
kaum Nasrani atas keyakina mereka terhadap al-Masih, serta kaum musyrikan
atas keyakinan mereka bahwa malaikat adalah putra-putri Allah.
FirmanNya (      )

merupakan bantahan terhadap kaum Musyrikin yang menjadikan berhalaberhala sebagai tandingan dan sekutu bagi Allah.
Para ulama berkata, “surah ini dalam hak Allah SWT seperti surah alKautsar dalam hak Rasulullah saw.. Akan tetapi celaan dalam hak Rasulullah

saw. disebabkan mereka berkata bahwa beliau terputus tidak punya anak.
Dalam surah ini, celaan mereka disebabkan mereka menetapkan anak bagi
Allah. Tidak mempunyai anak dalam konteks manusia merupakan aib dan
adanya anak dalam konteks Allah SWT merupakan aib juga. Oleh karena itu,
Allah SWT berfirman dalam surah ini () untuk membela hak Allah,
sedangkan di surah al-Kautsar, Allah tidak berfirman (), tetapi Allah
berfirman secara langsung Allah membela Rasulullah saw.
C. Surah Al-Maidah ayat 44-45 :

    










   



16


























      


















    






  








      

      

    

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah,
oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi
saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga
yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”.
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan
hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan

17

perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orangorang yang zalim”.

1. Qiraat
Nafi’ membaca  dengan hamzah ‫النبيئون‬







    
 ada beberapa bacaan :
 Dengan nasab, atas sepakat pada kerja huruf (‫ )إن‬adalah bacaan


Nafi’, Hamzah, dan ‘Ashim.
Dengan rafa’, dari pada seperti meng’athaf jumlah di atas jumlah



adalah bacaan Kisa’iy.
Dengan
menasabkan

(),

(),

(),

(),

dan

merafa’kan

(), adalah bacaan Imam yang lain.





Nafi’

membaca

dengan

mensukunkan kedua huruf ‫ذ‬

2. I’rab

(  ) :
() sifat bagi kata Nabiyyuna atas jalan pujian, bukan
dengan makna yang masuk untuk membedakan di antara yang disifatkan dan
selainnya, karena sesungguhnya tidak mengihtimalkan bahwa adalah
() selain muslimin.
( ) dinasabkan dengan ‘athaf
atas isem

(‫)أ ي ش ين‬

dianya adalah pada kata (‫)النفس‬. Dan dibaca dengan rafa’
18

adalah dianya mubtada’ dan khabarnya () atau ma’thuf
atas dhamir marfu’ pada kata (‫ )بلالن ش يوفلس‬artinya kata nafs maqtulah dengan
nafs.

(   ) yang dinasabkan secara ‘athaf
atas manshub dengan

(‫)أ ي ش ين‬

seperti bahwa sungguhnya berkata : ‫و أشن الجروح‬

‫قصاصص‬, qari yang membaca dengan rafa’ bahwa adalah ianya itu sebagai
mubtada’ dan khabarnya (). (   
) dhamir yang kembali kepada kata qishash () artinya mempercayai.

3. Balaghah
(   ) perkataan bagi ulama yang
menunjuki dengan jalan memperhatikan dari pada yang gaib : ( 

) kepada perkataan.
4. Mufradat Lughah
() kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa
( ) dari pada kesesatan dengan pejelasan hukum-hukum
dan pembebanan hukum () pejelasan bagi asal-asal ketauhidan
Allah dan urusan kenabian (   )
dari pada Bani Israil. ( ) yang

berserah diri kepada Allah ( ) orang-orang
yahudi () mereka itu ulama’, hukama’, yang
mengurus urusan manusia dan kehidupan, yang ingin mencapai kepada
Tuhan, Dialah pencipta yang mengatur segala urusan raja yang memerintah,

19

yang mendidik menusia dengan ilmu. () ahli fiqih
yang bertaqwa lagi yang shalih, kata () jamak dari
pada kata

(‫)حبر‬

: dianya itu yang mengetahui gaya bahasa yang bagus

( ) dengan apa yang diperintahkan

kepada mereka untuk menjaganya dari kitab Allah dari orang-orang yang
merubahnya ( ) yang mengawal, menjaga, dan

menyaksikan bahwa sungguhnya kitab Allah itu benar.
(  ) wahai orang-orang yahudi
pada menampakkan apa-apa yang di sisi kamu dari pada sifat Nabi
Muhammad

SAW

dan

melaknat

()

pada

)

mengganti

dan

menyembunyikan

selain

keduanya

rahasianya

( 

(



) dari pada dunia yang mengambilnya di atas
merahasiakannya ( ) kami wajibkan (

) pada Taurat dianya qishash dan ini hukum jika diwajibkan
di

atas

mereka

dianya

itu

ditetapkan

pada

syari’at

kami

( ) artinya qishash, dengan bahwa ketetapan
dari darinya (   

    )
dengannya, dianya itu qishash dan selainnya () yang
menyampaikan kepada yang dhalim dan yang mendekatkan kepada

perselisihan dalam syariat Allah () yang keluar dari
pada keimanan, dan ta’at kepada Allah, dan melanggar hukum-hukum agama.

5. Asbabun Nuzul

20

Diturunkan ayat ( 

 

) pada kaum Yahudi yang mengganti hukum taurat pada rajam, maka mereka
menjadikan tempatnya sebagaimana yang terdahulu cambuk dan taskhim.
Meriwayatkan Muslin dari Bara’ bin ‘Azib dari Nabi saw bahwa sungguh
dia megrajam orang Yahudi yang laki-laki dan perempuan, kemudian beliau
besabda (Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir) (Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu
adalah orang-orang yang zalim) (Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang
yang fasik) ia berkata : diturunkan semua nya kepada orang-orang kafir.

6. Munasabah
Setelah bahwa Allah ta’ala menhukum orang Yahudi yang berpaling dari
hukum Taurat dengan rajam, dan meminta diringankan dan dimudahkan
hukum kepda Nabi saw, disebutkan apa-apa isi Taurat dari pada petunjuk
kepad Bani Israil dan pejelasan hukum-hukum agama. Maka pada ayat ini
Allah memperingatkan oran Yahudi yang inkar dari isi kitab-kitab mereka
dari pada mengrajam penzina dan qishash dari pada membunuh, dan mereka
menyetujui di atas perselisihan ahli fiqih yang terdahulu dan para Nabi yang
diutus kepada memreka.

7. Tafsir dan Bayan

21

Sesungguhnya kami turunkan taurat kepada musa itu lengkap, yang
menunjuki kepada pertunjuk : penjelas hukum-hukum dan taklif , dan
cahaya : asal-asal ‘itiqad dari pada ketauhidan kepada Allah dan urusan
kenabian dan akhirat, kami menurunkannya secara syari’ah dan hukum yang
mneghukum dengan para Nabi yang telah berserah diri kepada Allah orangorang yang ikhlas padanya agama, yang Allah mengutus mereka setelah Musa
kepada Bani Israil sampai Isa a.s.
Berkata

Ibnu

al-Anbari

:

kata

(

) : itu sifat bagi para Nabi yang bermakna pujian,
bukan pada makna sifat yang tamyiz maushuf dari pada selainnya. Karena
bahwa

sungguhnya

tidak

mengihtimalkan

bahwa

adalah

() itu selain orang muslim. Dan ini memalingkan kaum
Yahudi dan Nasrani dan menetapkan bahwa sesungguhnya para Nabi itu
adalah apa yang disifatkannya dengan kaum Yahudi dan bukan dengan kaum
Nasrani sebagaimana mereka berdalih, tetapi adalah orang Muslim itu yang
mengikuti hukum-hukum Allah.
Kata ( ) : artinya para Nabi menghukum

dangan dengan kitab Taurat yang diturunkan kepada Yahudi dan pada barang

yang di antara mereka, dianya itu syariat yang khusus kepada mereka bukan
umum, dan adalah Nabi Daud, Sulaiman, dan Musa menghukumkan
dengannya.
Dan menghukum dengan nya rabbaniyyun dan ahbar mereka itu orang
yang shalih dari pada anak Harun, dan yang di maksud dengan awwalin :
adalah ulama’, hukama’ dan bashra’ dengan hukum manusiadan menjaga
urusan mereka dan kemashlahatan mereka, dan arti kata ahbar adalah ulamaulama yang bertaqwa lagi yang shalih, yang menghukum dengan Taurat pada
masa-masa sebelum ada Nabi-Nabi, atau bersamaan dengan Nabi atas izin
Nabi, dengan sebab mereka menjaga kitab Allah, yaitu dengan sebab apa
yang mereka puji dari pekerjaannya, dan sungguh Allah telah memenuhi janji

22

atas ulama yang memjaga kitabNya pada dua pendapat : bahwa menjaganya
pada hatinya dan mengajarkannya, dan tidak bahwa memreka menaruh
hukum-hukumNya dan tidak membawa syari’at-syari’atNya.
Thabari berpendapat kata : () : bentuk jamak
dari kata

(‫)رشباني‬

dan mereka itu ulama’, hukama’, dan bashra’ dengan

hukum manusia dan menjaga urusan mereka, dan menegakkan dengan
kemaslahatan mereka. Dan kata () mereka itu ulama,
jamak dari kata

(‫)حبر‬

: dianya itu orang-orang yang mengetahui yang

dihukumkan bagi segala sesuatu.
(  ) artinya dan

adalah ulama yang shalih yang menyaksikan di atas kitab Allah dan pengawal

yang mengawal dari pada merubah dan menambahkan huruf, dan orang-orang
yang bersaksi bahwasanya kitab itu benar dari Allah, seumpama Abdullah bin
Salam yang bersaksi dengan hukum rajam pada Taurat dan menyembunyikan
rahasia dari sifat Nabi saw. dan isyarat dengannya.
Kemudian Allah berbucara dengan pemuka Yahudi yang semasa pada
zaman pemwahyuan Alquran yang diubah dan diganti, sesudah bahwa
ditegakkan di atas mereka syuhada dari pada salah satu mereka, maka Allah
berfirman

(

 

) artinya apabila terjadi sebagaimana yang disebutkan, janganlah kamu
takut kepada manusia wahai ahbar , maka tegakkanlah kebenaran, dari pada
sifat Nabi dan isyaratnya, mendesak kepentingan dunia secara tamak, dan
takutlah kepada Allah maka jangan kamu ubah kitabKu, ketakutan dari pada
manusia dan pemimpin, maka jatuhlah dari pada mereka batas kewajiban di
atas mereka. dan manakala adalah dampak dari pada ketakutan yang
bersangatan dari pada tamak mendahului Allah mengingatnya, maka Allah
berfirman (  )

23

Kemudia menyebutkan urusan tamak dan keinginan pada kepentingan,
maka Allah berfirman (   

 ) artinya jangan kamu mengubah ayatKu dan
hukum-hukumKu untuk mendesak kepentingan yang kamu ambil dari
manusia dari pada menyuap dan tamak pada harta atau kehormatan atau
peminpin yang bohong atau kepuasan yang lain, ketahuilah bahwa kehidupa
dunia itu hanya sesaat, dan penyuapan yang kamu ambil keharaman yang
tetap baginya, maka janganlah kamu letakkan dengannya agama dan
perhargaan yang permanen, jadi bagaimanakah kamu mengambil sedikit
kehilangan dengan banyak permanen?
Semua yang tidak menghkum dengan apa-apa yang diturunkan Allah,

seumpama menjadikan hukum jilid dan tayamum sabgai ganti hukum rajam,
dan merahasiakan sifat Nabi saw. dan mentakwilkannya di atas selainnya, dan
menetapkan pada sebagian hukum membunuh dengan diyat yang sempurna
dan pada sebagian mereka dengan setengah diyat, dan meninggalkan bagi
mereka itu hukum qishash, maka mereka itu orang-orang kafir yang
menyembunyikan kebenaran, orang-orang dhalim yang berlaku tidak adil,
dan orang-orang fasiq yang keluar dari ketetapan Allah, yang demikian itulah
gambaran mereka, digambarkan mereka-mereka itu pada kekufurannya ketika
mendhalimi ayat Allah dengan penghinaan, dan memaksa bahwa menghukum
dengan selainnya hukum Allah, hadits dari Ibnu Abbas radhiyaaalhu
‘anhuma sesungguhnya orang-orang kafir, orang-orang dhalim dan orangorang fasiq itu adalah ahli kitab. Dan ini adalah peringatan yang keras
maksud dari padanya itu ancaman kepada kaum Yahudi yang merubah hukum
taurat pada perzinaan dan qishash pad pembunuhan, maka jadilah mereka itu
orang kafir selain mukmin tidak dengan Nabi Musa dan Taurat dan tidak pula
dengan Nabi Muhammad dan Alquran.
Mentakhrijkan Ibnu Jarir ath-Thabariy dari pada Abi Shalih, ia berkata :
ada

tiga

tanda

yang

terdapat

24

dalam

surat

al-Maidah

(

     )

‫إلخ‬

adalah bukan dari pada golongan orang islam, dianya itu adalah orang

kafir. Ar-Razi berkata : ini adalah dha’if. Karena mengi’tibarkan dengan
keumuman lafazh bukan dengan khusus sebab. Kemudian dinukilkan dari
‘Akramah : firman Allah (  

   ) manakala ia sedang mengingkari dengan
hatinya dan benci dengan perkataannya, adapun orang yang mengetahui
dengan hatinya tanda hukum Allah dan mengakui dengan perkataannya tanda
hukum Allah, kecuali bahwa sungguh ia datang dengan apa yang
bertentangan dengannya, maka bermula dianya itu orang yang menghukum
dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala, akan tetapi ia
meninggalkan baginya, maka ia tidak termasuk pada ayat yang dimaksud. ArRazi berkata : dan bermula ini adalah jawaban yang benar, dan Allah yang
lebih mengetahui ( waAllahu a’alam ).
Ringksan : bahwa sesungguhnya orang kafir itu adalah orang yang
memperbolehkan hukum selain apa-apa yang diturunkan oleh Allah, dan
mengingkari denga hati, membenci dengan perkataan, maka ini dia kafir. Dan
ada pun orang yang tidak menghukum dengan apa yang diturunkan oleh
Allah, dia adalah orang yang bersalah dan berdosa, maka dia adalah orang
fasiq, yang diambil atas kepuasannya menghukum denga selain apa yang
Allah turunkan.
Manakala orang Yahudi menjadikan hukum diyat orang Nasrani
kebanyakan diyat peminjaman, dan dilarang membunuh dengannya yaitu
mengkishash dari padanya, orang-orang yang bertentangan dengan hukum
Taurat dan hukum Rasulullah saw. tatkala ia bertanya kepadanya,
diturunkannya ayat ini untuk menjelaskan hukum qishash (

 ).

25

Maksudnya kami wajibkan pada Taurat itu kesamaan dan persamaan pada
hukum qishash, maka menbunuh jiwa dibalas dengan jiwa, menyolok mata
dibalas dengan mata, memotong hidung dibalas dengan hidung, memotong
telinga dibalas dengan telinga, mencabut gigi dibalas dengan gigi, dan
menjalankan hukum qishash pada luka, artinya mengibaratkan kesamaan
pada kadar kesanggupan.
Maka ayat yang menunjuki pada pelaksanaan hukum qishash pada tiaptiap yang disebutkan, sungguh telah berpendapat Abu Hanifah :
sesungguhnya orang muslim itu membunuh dengan dzimiy. Dan berpendapat
jumhur : tidak membunuh orang muslim itu dengan dzimiy, karean bahwa
sungguhnya ayat itu disyariatkan dari pada sebelum kita, dan dianya bukan
syariat bagi kita pada pendapat syafi’iyah. Dan pada sabda Nabi saw. yang
diriwayatkan oleh Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar
(tidak membunuh orang muslim denga kafir). Dan maksud dari pada firman
Allah ( ) penambahan apa-apa
yang dimisalkan perbuatan pidana padanya, tanpa kesengajaan padanya,
maka mengambil mata sebelah kanan dibalas dengan mata sebelah kanan
jikalau ada, dan tidak mata sebelah kiri dibalas dengan mata sebelah kanan
dan jika meridhai si muqtash dari padanya. Dan yang demikian itu perbuatan
yang disengaja, adapun pada perbuatan kesalahan (tidak disengaja) pada satu
mata maka hukumnya setengah diyat, dan pada kedua belah mata itu
hukumnya diyat yang sempurna.
Apabila meledak menatap mata kanan, maka di atasnya itu berlaku hukum
qishash pada pendapat Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, diambil dengam
umumnya firman Allah Ta’ala ( )
berkata Ibnu ‘Arabi : dan berpendapat dengan umum Alquran itu lebih utama,
maka sesungguhnya iya telah islam di sisi Allah Ta’ala. Dan berkata Imam
Malik : jika berkehedak maka qishash dan jika tidak maka mengambil diyat

26

yang sempurna (‫العور‬

‫)دية عين‬

karena sesungguhnya dalil bagi barang

yang bertentangan sebaik korban atasnya.

27