Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Menyusui Dalam Mencegah Bendungan ASI
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo. 2003).
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehssention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya).
(2)
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kritetia yang telah ada.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan a. Faktor Internal
- Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan, pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
(3)
- Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga, pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
- Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun, menurut Hurlock yang dikutip dari Nursalam (2003), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
b. Faktor Eksternal 1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan prilaku orang atau kelompok.
2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan Dewi. 2010. hlm. 18).
(4)
3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (ovent behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tindakan dapat diberikan menjadi tiga tingkatan menurut kuantitasnya yaitu :
a. Praktik terpimpin (guided response), apabila subjek atau seseorang telah melakukan suatu tetap masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanisme), apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu hal secara oromatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (adoption), adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas (Notoadmojo. 2005. hlm. 4).
4. Anatomi Payudara
Payudara atau mammae adalah perlengkapan organ reproduksi pada wanita yang mempersiapkan pembentukan air susu ibu pada saat menyusui kelak. Payudara merupakan kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain, payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke-enam, bentuknya cembung kedepan, bervariasi dan ditengahnya terdapat puting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil.
(5)
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah
Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya, dikalang payudara tersebut terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
3. Papilla Mammae
Terletak antara inter kosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi, pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus (Maryunani. 2010. hlm. 349-350).
5. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormone estrogen dan progestron yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan sebagainya.
Secara fisiologis, air susu ibu dialirkan dari alveoli ke duktus laktiferus yang kecil, kemudian ke duktus laktiferus yang besar dan membentuk ampula
(6)
sebagai timbunan air susu sebelum dikeluarkan ke permukaan puting susu (Maryunani. 2010. hlm. 351).
6. Jenis-Jenis Posisi Menyusui
Dapatkan posisi yang membuat ibu dan bayi merasa nyaman diantaranya yaitu: 1. Posisi Cradle hold
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan ibu, posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu, kepala bayi berada didalam dekapan, sokong kepala bayi berada didalam dekapan, sokong belakang badan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada dibagian sisinya.
2. Cross-cradle hold
Posisi ini mirip dengan Cradle kecuali pada lengan dan tangan yang berlawanan payudara yang ibu gunakan, kepada bayi terletak antara ibu jari dan jari telunjuk dan kembali berada ditangan ibu, posisi ini bagus untuk bayi yang pertama menyusui.
3. Posisi football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan “Caesar”, memiliki mpayudara yang besar, menyusui bayi premature atau bayi yang kecil ukurannya untuk menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan, sokong kepala bayi dengan tangan, gunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu.
4. Posisi lying down
Coba posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih, jika baru pulih dari pembedahan. Ini mungkin satu-satunya posisi yang bisa dicoba pada beberapa
(7)
hari pertama, sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas.
7. Cara Menyusui
1. Cara menyusui dengan sikap duduk. Posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada areola mammae dan papilla mammae, cara ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
3. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas pangkuan.
4. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola.
5. Beri bayi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
6. Segera setelah lahir membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan kemulut bayi, usahakan sebagian besar areola dimasukkan dalam mulut bayi sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola (Ambarwati.2009. hlm.39).
8. Fisiologi pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik dari bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI :
(8)
a. Pembentukan kelenjar payudara
Prolaktin merupakan hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan, prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum, pada masa ini pengeluaran kolostrum dihambat oleh estrogen dan progesterone tetapi jumlah prolaktin meningkat karena pembuatan kolostrum yang ditekan, kadar proklaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut prolaktin tidak akan ada peningkatan walau ada isapan bayi, namun pengeluaran susu tetap berlangsung.
b. Pembentukan Air Susu
Ibu yang menyusui dikenai 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :
1. Refleks Prolaktin
2. Refleks Letdown (Maryunani. 2010. hlm. 352-353).
9. Masalah yang sering muncul seputar Laktasi
Masalah-masalah yang sering terjadi dalam menyusui masa antenatal yaitu kuramg atau salah informasi, putting susu datar atau terbenam, dalam masa nifas dini yaitu puting susu nyeri, putting susu lecet, payudara bengkak (engorgement), mastitis atau abses payudara (Ambarwati. 2009. hlm. 47).
(9)
10. Bendungan ASI
1. Pengertian Bendungan ASI
a. Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu, keluhannya adalah panas, bengkak, keras, dan nyeri pada payudara (Anggraini. 2010. hlm. 28).
b. Bendungan ASI (payudara engorgement) adalah suatu kondisi dimana payudara terlalu penuh dengan susu dan melembung, engorgement sering terjadi ketika susu pertama masuk, biasanya 3 sampai 7 hari setelah kelahiran bayi (Rahmawati. 2010. hlm. 87).
2. Gejala Bendungan ASI
Gejala bendungan ASI yang biasa muncul pada engorgement yaitu wanita merasa berat dan penuh, kulit menegang dan mengkilat serta merah, payudara hangat, nyeri tekan, dan keras, kendati ada ibu yang mengalami gejala ringan, dan gejala berat, nyeri tekan selama 2-14 hari, pembengkakan terkadang disertai demam (Sinclair. 2010. hlm. 398).
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya bendungan ASI a. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah
Berada diposisi yang tidak nyaman dapat menyebabkan bayi memiliki waktu menyusui yang memaksa, ketika payudara tidak memproduksi ASI akan memaksa bayi untuk menghisap dengan keras dan akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri pada puting susu sehingga dapat mengakibatkan bendungan ASI.
(10)
b. Pemakaian BH yang terlalu ketat menyebabkan saluran ASI tersumbat dan menyebabkan bendungan ASI.
c. Tekanan jari ibu saat menyusui, dapat menyebabkan saluran ASI tersumbat dan mengakibatkan bendungan ASI.
d. Terlambat menyusui dapat menyebabkan mammae membengkak dan dapat menyebabkan bendungan ASI.
e. Waktu menyusui yang terbatas dapat menyebabkan bendungan ASI. f. Pengeluaran ASI yang jarang dapat menyebabkan susu yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga menyebabkan sumbatan dan mengakibatkan bendungan ASI.
4. Pencegahan bendungan ASI bisa dilakukan dengan beberapa tindakan :
a. Menyusui dini, pelekatan yang baik, menyusui “on demand”, bayi harus sering disusui, apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusui dengan baik. ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.
b. Menggunakan Bra yang menopang atau sesuai ukuran bentuk payudara, yang dapat menyangga payudara dengan baik, disarankan mengenakan penyangga payudara sepanjang waktu, pagi sampai malam, karena peningkatan berat payudara pada saat tersebut bisa menyebabkan peregangan jaringan pendukung.
c. Susukan bayi segera setelah lahir dan susukan bayi tanpa jadwal, usahakan payudara didekatkan selama 3 sampai 5 menit, antara 3 dan 6 kali 24 jam pertama, frekuensi kebutuhan bayi beragam ada bayi yang ingin disusui setiap 2 jam atau lebih dan ada juga yang menuntut setiap 4 jam (Llewellyn. 2002. hlm. 306).
(11)
d. Mencari posisi yang nyaman saat menyusui, menggunakan salah satu dari posisi setiap kali menyusui, karena jika tidak dalam posisi yang tepat bayi mungkin tidak mendapatkan cukup ASI dan menyedot dengan keras (Rahmawati. 2010. hlm. 96).
e. Lakukan kompres air hangat dingin untuk mengurangi oedema f. Sebelum disusukan, lakukan pengurutan terlebih dahulu
g. Kosongkan payudara dengan pompa atau diurut bila bayi malas menyusui, agar tidak terjadi bendungan ASI
(1)
sebagai timbunan air susu sebelum dikeluarkan ke permukaan puting susu (Maryunani. 2010. hlm. 351).
6. Jenis-Jenis Posisi Menyusui
Dapatkan posisi yang membuat ibu dan bayi merasa nyaman diantaranya yaitu: 1. Posisi Cradle hold
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan ibu, posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu, kepala bayi berada didalam dekapan, sokong kepala bayi berada didalam dekapan, sokong belakang badan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada dibagian sisinya.
2. Cross-cradle hold
Posisi ini mirip dengan Cradle kecuali pada lengan dan tangan yang berlawanan payudara yang ibu gunakan, kepada bayi terletak antara ibu jari dan jari telunjuk dan kembali berada ditangan ibu, posisi ini bagus untuk bayi yang pertama menyusui.
3. Posisi football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan “Caesar”, memiliki mpayudara yang besar, menyusui bayi premature atau bayi yang kecil ukurannya untuk menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan, sokong kepala bayi dengan tangan, gunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu.
4. Posisi lying down
Coba posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih, jika baru pulih dari pembedahan. Ini mungkin satu-satunya posisi yang bisa dicoba pada beberapa
(2)
hari pertama, sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas.
7. Cara Menyusui
1. Cara menyusui dengan sikap duduk. Posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada areola mammae dan papilla mammae, cara ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.
3. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas pangkuan.
4. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola.
5. Beri bayi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
6. Segera setelah lahir membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan kemulut bayi, usahakan sebagian besar areola dimasukkan dalam mulut bayi sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola (Ambarwati.2009. hlm.39).
8. Fisiologi pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik dari bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI :
(3)
a. Pembentukan kelenjar payudara
Prolaktin merupakan hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan, prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum, pada masa ini pengeluaran kolostrum dihambat oleh estrogen dan progesterone tetapi jumlah prolaktin meningkat karena pembuatan kolostrum yang ditekan, kadar proklaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut prolaktin tidak akan ada peningkatan walau ada isapan bayi, namun pengeluaran susu tetap berlangsung.
b. Pembentukan Air Susu
Ibu yang menyusui dikenai 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :
1. Refleks Prolaktin
2. Refleks Letdown (Maryunani. 2010. hlm. 352-353).
9. Masalah yang sering muncul seputar Laktasi
Masalah-masalah yang sering terjadi dalam menyusui masa antenatal yaitu kuramg atau salah informasi, putting susu datar atau terbenam, dalam masa nifas dini yaitu puting susu nyeri, putting susu lecet, payudara bengkak (engorgement), mastitis atau abses payudara (Ambarwati. 2009. hlm. 47).
(4)
10. Bendungan ASI
1. Pengertian Bendungan ASI
a. Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu, keluhannya adalah panas, bengkak, keras, dan nyeri pada payudara (Anggraini. 2010. hlm. 28).
b. Bendungan ASI (payudara engorgement) adalah suatu kondisi dimana payudara terlalu penuh dengan susu dan melembung, engorgement sering terjadi ketika susu pertama masuk, biasanya 3 sampai 7 hari setelah kelahiran bayi (Rahmawati. 2010. hlm. 87).
2. Gejala Bendungan ASI
Gejala bendungan ASI yang biasa muncul pada engorgement yaitu wanita merasa berat dan penuh, kulit menegang dan mengkilat serta merah, payudara hangat, nyeri tekan, dan keras, kendati ada ibu yang mengalami gejala ringan, dan gejala berat, nyeri tekan selama 2-14 hari, pembengkakan terkadang disertai demam (Sinclair. 2010. hlm. 398).
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya bendungan ASI a. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah
Berada diposisi yang tidak nyaman dapat menyebabkan bayi memiliki waktu menyusui yang memaksa, ketika payudara tidak memproduksi ASI akan memaksa bayi untuk menghisap dengan keras dan akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri pada puting susu sehingga dapat mengakibatkan bendungan ASI.
(5)
b. Pemakaian BH yang terlalu ketat menyebabkan saluran ASI tersumbat dan menyebabkan bendungan ASI.
c. Tekanan jari ibu saat menyusui, dapat menyebabkan saluran ASI tersumbat dan mengakibatkan bendungan ASI.
d. Terlambat menyusui dapat menyebabkan mammae membengkak dan dapat menyebabkan bendungan ASI.
e. Waktu menyusui yang terbatas dapat menyebabkan bendungan ASI. f. Pengeluaran ASI yang jarang dapat menyebabkan susu yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga menyebabkan sumbatan dan mengakibatkan bendungan ASI.
4. Pencegahan bendungan ASI bisa dilakukan dengan beberapa tindakan :
a. Menyusui dini, pelekatan yang baik, menyusui “on demand”, bayi harus sering disusui, apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusui dengan baik. ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.
b. Menggunakan Bra yang menopang atau sesuai ukuran bentuk payudara, yang dapat menyangga payudara dengan baik, disarankan mengenakan penyangga payudara sepanjang waktu, pagi sampai malam, karena peningkatan berat payudara pada saat tersebut bisa menyebabkan peregangan jaringan pendukung.
c. Susukan bayi segera setelah lahir dan susukan bayi tanpa jadwal, usahakan payudara didekatkan selama 3 sampai 5 menit, antara 3 dan 6 kali 24 jam pertama, frekuensi kebutuhan bayi beragam ada bayi yang ingin disusui setiap 2 jam atau lebih dan ada juga yang menuntut setiap 4 jam (Llewellyn. 2002. hlm. 306).
(6)
d. Mencari posisi yang nyaman saat menyusui, menggunakan salah satu dari posisi setiap kali menyusui, karena jika tidak dalam posisi yang tepat bayi mungkin tidak mendapatkan cukup ASI dan menyedot dengan keras (Rahmawati. 2010. hlm. 96).
e. Lakukan kompres air hangat dingin untuk mengurangi oedema f. Sebelum disusukan, lakukan pengurutan terlebih dahulu
g. Kosongkan payudara dengan pompa atau diurut bila bayi malas menyusui, agar tidak terjadi bendungan ASI