Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pencuiman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003)

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(2)

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyinpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplkasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapimasih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru dari informasi-informasi yang ada.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan


(3)

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(Notoatmodjo, 2003)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003). 3. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan

2) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pernyataan

3) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pernyataan

B. Konsep Karakteristik

1. Pengertian Karakteristik

Karakteristik adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Porwardiminata, 2001). Karakteristik adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan dengan yang lain (Kamus Umum Bahasa Indonesia).

Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nilai-nilai yang menjadi filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang konsisten terhadap nilai-nilai dengan mengenerasikan pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai (Notoadmojo, 2003).


(4)

Berdasarkan pengertian di atas, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat-sifat batiniah seseorang yang membedakan dengan orang lain. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya.

Jenis karakteristik dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan sosial ekonomi, umum dan lain sebagainya. Menurut Mathiue & Zajac (1990) menyatakan bahwa, karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian (Notoatmodjo, 2003).

Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita malalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun (Soedarsono, 2008).

2. Tinjauan Tentang Karakteristik Pemberian ASI Eksklusif a. Umur

Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap


(5)

masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan, dan nifas (Daneswari, 2012).

Umur berkembang sejalan dengan perkembangan biologis alat-alat tubuh dan kematangan intelektual.

a. <20 tahun : Merupakan masa reproduksi pra produktif

b. 20 –30 tahun : Merupakan masa reproduksi produktif dan merupakan kurun reproduksi sehat

c. 31 – 45 tahun : Merupakan masa reproduksi post produktif

(Prawirohardjo, 2003).

Di mana dengan bertambahnya umur seseorang biasanya diringi dengan berbagai macam pengalaman hidup yang dapat juga berupa dalam pemilihan makanan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Menurut E. B. Hurclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang akan berpikir dan bekerja, sehingga semakin tinggi umur ibu semakin tinggi pula pengetahuannya. Ibu dengan umur yang terlalu muda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kurang sehingga sering membuat seorang ibu cepat merasa ASI-nya kurang dan tetap merasa khawatir apakah bayinya sudah mendapat cukup ASI atau belum. Dengan tersedianya susu formula yang mudah diperoleh dan mudah memantau jumlah yang diminum bayi, maka para ibu memilih susu formula (Soehardjo, 2004).


(6)

b. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).

1. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

2. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).

3. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006).

Menurut Rochjati (2003), Paritas adalah jumlah keseluruhan yang telah lahir. Paritas ini dapat dibagi menjadi :

a. Paritas I : Anak yang telah lahir berjumlah 1 orang b. Paritas II : Anak yang telah lahir berjumlah 2 orang c. Paritas III : Anak yang telah lahir berjumlah 3 orang d. Data seterusnya.

Pada Paritas yang tinggi yaitu ibu pernah melahirkan anak 4 kali atau lebih akan menimbulkan resiko atau bahaya pada ibu dan bayi. Pada ibu


(7)

misalnya anemia, maka dengan keadaan ibu yang anemia produksi ASI yang akan dihasilkan juga berkurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan makanan bayi (Rochjati, 2003).

c. Pendidikan

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

John Dewey, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

Pendidikan terbagi atas dua yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur mempunyai jenjang/tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai ke Universitas dan tercakup disamping studi akademik umum juga berbagai program khususnya dan lembaga untuk latihan tehnis dan profesional, sedangkan pendidikan non formal adalah merupakan pendidikan pada umumnya pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu seperti pendidikan dasar atau keterampilan latihan khusus (Mulyana, 2005).


(8)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menafsirkan informasi sehingga menciptakan suatu hal yang baik, sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat penafsiran informasi seseorang terhadap objek-objek baru diperkenalkan (Mulyana, 2005).

Di dalam UU No.20 Tahun 2003 Jenjang pendidikan formal terdiri atas : a. pendidikan dasar

b. pendidikan menengah c. pendidikan tinggi

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.Pendidikan tinggi deselenggarakan dengan sistem terbuka, pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.Perguruan tinggi


(9)

berkewajiban menyekenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan vokasi.

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan seseorang dan kehidupan keluarga (Nursalam, 2008).

Hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas pekerjaan utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh anak, membersihkan rumah dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang seperti ini tidak terlalu melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menyusui pun dapat berjalan dengan baik (Supriyadi, 2008).

Untuk banyak hal seperti perekonomian keluarga yang tidak stabil atau karena dorongan emosional untuk meningkatkan ekonomi yang lebih baik, ibu-ibu disamping melaksanakan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga, juga mencari pekerjaan tambahan baik itu sebagai pegawai negeri sipil maupun berwiraswasta sehingga menyampingkan tugas-tugas dalam menyusui bayi atau pemberian ASI pada bayi dan digantikan dengan MP.ASI (Supriyadi, 2008).

Menurut Ruslina Suradi (1991), bahwa ibu yang bekerja ternyata juga mempengaruhi produksi ASI walaupun ibu telah dianjurkan bagaimana mempertahankan produksi ASI yaitu dengan memompa pada saat bekerja dan malam hari lebih sering menyusui, ternyata jumlah ibu yang ASI-nya masih cukup pada usia 6 bulan lebih sedikit, dibandingkan dengan ibu yang tidak


(10)

dapat dipertahankan produksinya ASI-nya. Ibu bekerja ternyata lebih cepat memberikan susu botol / formula, alasan yang dipakai adalah supaya membiasakan bayi menyusui dari botol bila ditinggal kerja (Soehardjo, 2004).

C. Konsep ASI Eksklusif 1. Pengertian

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2011)

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi asi saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air, the, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) (Kristiyanasari, 2011).

Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan (Widodo, 2011).

2. Manfaat ASI Eksklusif :

Memberikan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal sampai bayi berusia 2 tahun (Kristiyanasari, 2011). Dengan pemberian asi eksklusif, ibu bisa menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik ketimbang ASI (Prasetyono, 2009).


(11)

a. Bagi Bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, petumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.

2) Mengandung antibodi

Asi mengandung antibody yamg sangat baik bagi bayi sehingga dapat melawan dari berbagia penyakit.

3) Asi mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makananyang baik untuk bayi yaitu terdiri proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi disbanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi

6) Terhindar dari alergi

7) Asi meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat asi esklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari


(12)

rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

b. Bagi ibu

1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pascaa persalinan. Pemberian asi juga dapat mencegah terjadinya berbagi jenis penyakit.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui esklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula sepeti sebelum hamil.

4) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa banggaa dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Bagi keluarga 1) Aspek ekonomi


(13)

ASI tidak perlu dibeli, sehinga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

2) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

d. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi 2) Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Hal ini dikarenakan rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta biaya yang diperlukan untuk perawatan anak yang sakit.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus (Kristiyanasari, 2011). 3. Langkah – langkah menyusui yang benar

Terdapat berbagai posisi untuk menyusi namun posisi yang baik adalah dimana posisi kepala dan bayi berada pada garis yang lurus sehingga


(14)

bayi dapat menyusui dengan nayaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman.Cara menyusui yang benar adalah :

a. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dannke belakang dengan mudah

b. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan melekat sempurna dengan payudara

c. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan ibu jari

d. Bayi akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu

e. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan lingkaran gelap disekitar putting, putting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi

f. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari putting, dengan lembut letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan luka pada puting (Proverawati & Rahmawati, 2010).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan ASI Eksklusif a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif antara lain :


(15)

Bekerja bukan halangan untuk tetap memberikan ASI. Beberapa negara maju telah menyediakan ruangan bagi ibu yang bekerja untuk memberi ASI kepada bayinya.

Upaya untuk mencegah penurunan ASI : • Sebelum ibu berangkat bayi harus disusui

• Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari

• Bayi lebih sering disusui setelah ibu pulang bekerja dan pada malam hari • Tidak menggunakan susu formula

• Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan (Kristiyanasari, 2012).

2) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan para wanita lebih banyak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan agen-agen pengubah.

3) Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup mengenai menyusui khususnya awal menyusui, diharapkan akan membentuk sikap positif terhadap menyusui. Dengan sikap positif tersebut akan menimbulkan perilaku yang baik pula. 4) Sikap

Sikap merupakan sebagian bentuk operasional dari seseorang. Bila seseorang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu hal, diharapkan akan dapat mempunyai tindakan yang baik dan bereaksi terhadap sesuatu obyek dengan perasaan senang. Umumnya orang yang mempunyai sikap positif lebih berhasil dalam menyusui.


(16)

b. Faktor pendukung

b. Faktor pendukung dalam keberhasilan ASI Eksklusif adalah tersedianya sumber/fasilitas kesehatan.

c. Faktor pendorong

Selain faktor predisposisi dan faktor pendukung keberhasilan ASI Eksklusif juga di pengaruhi oleh faktor pendorong. Faktor pendorong keberhasilan ASI Eksklusif antara lain adalah petugas kesehatan (Kristiyanasari, 2012). Faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI antara lain :

(1) Perubahan sosial budaya

- Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnnya.

- Meniru teman, tetangga ataau orang terkemuka yang memberikan susu botol.

- Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. (2) Faktor psikologis

-Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita -Tekanan batin

d. Faktor fisik ibu

Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.

e. Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.

f. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

g. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng (Riksani, 2012).


(1)

a. Bagi Bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, petumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.

2) Mengandung antibodi

Asi mengandung antibody yamg sangat baik bagi bayi sehingga dapat melawan dari berbagia penyakit.

3) Asi mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makananyang baik untuk bayi yaitu terdiri proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi disbanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi

6) Terhindar dari alergi

7) Asi meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang


(2)

rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

b. Bagi ibu

1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pascaa persalinan. Pemberian asi juga dapat mencegah terjadinya berbagi jenis penyakit.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui esklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula sepeti sebelum hamil.

4) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa banggaa dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Bagi keluarga 1) Aspek ekonomi


(3)

ASI tidak perlu dibeli, sehinga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

2) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

d. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi 2) Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Hal ini dikarenakan rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta biaya yang diperlukan untuk perawatan anak yang sakit.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus (Kristiyanasari, 2011). 3. Langkah – langkah menyusui yang benar


(4)

bayi dapat menyusui dengan nayaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman.Cara menyusui yang benar adalah :

a. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dannke belakang dengan mudah

b. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan melekat sempurna dengan payudara

c. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan ibu jari

d. Bayi akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu

e. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan lingkaran gelap disekitar putting, putting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi

f. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari putting, dengan lembut letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan luka pada puting (Proverawati & Rahmawati, 2010).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan ASI Eksklusif a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif antara lain :


(5)

Bekerja bukan halangan untuk tetap memberikan ASI. Beberapa negara maju telah menyediakan ruangan bagi ibu yang bekerja untuk memberi ASI kepada bayinya.

Upaya untuk mencegah penurunan ASI : • Sebelum ibu berangkat bayi harus disusui

• Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari

• Bayi lebih sering disusui setelah ibu pulang bekerja dan pada malam hari • Tidak menggunakan susu formula

• Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan (Kristiyanasari, 2012).

2) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan para wanita lebih banyak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan agen-agen pengubah.

3) Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup mengenai menyusui khususnya awal menyusui, diharapkan akan membentuk sikap positif terhadap menyusui. Dengan sikap positif tersebut akan menimbulkan perilaku yang baik pula. 4) Sikap

Sikap merupakan sebagian bentuk operasional dari seseorang. Bila seseorang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu hal, diharapkan akan dapat mempunyai tindakan yang baik dan bereaksi terhadap sesuatu obyek dengan perasaan senang. Umumnya orang yang mempunyai sikap positif lebih berhasil dalam menyusui.


(6)

b. Faktor pendukung

b. Faktor pendukung dalam keberhasilan ASI Eksklusif adalah tersedianya sumber/fasilitas kesehatan.

c. Faktor pendorong

Selain faktor predisposisi dan faktor pendukung keberhasilan ASI Eksklusif juga di pengaruhi oleh faktor pendorong. Faktor pendorong keberhasilan ASI Eksklusif antara lain adalah petugas kesehatan (Kristiyanasari, 2012). Faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI antara lain :

(1) Perubahan sosial budaya

- Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnnya.

- Meniru teman, tetangga ataau orang terkemuka yang memberikan susu botol.

- Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. (2) Faktor psikologis

-Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita -Tekanan batin

d. Faktor fisik ibu

Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.

e. Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.

f. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

g. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng (Riksani, 2012).


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

5 76 84

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0- 12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

3 10 60

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA BAYI USIA 1-6 BULAN Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Akut Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta.

1 2 14

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada Bayi Usia 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan.

0 2 12

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 6

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 21

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 11

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA

0 0 11