Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KARAKTERISTIK IBU

DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

USIA 6-12 BULAN di KELURAHAN PERSIAKAN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PABATU

KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2013

FANNY SASBUHKY DAULAY

125102134

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KTI

NAMA : Fanny Sasbuhky Daulay NIM : 125102134

JUDUL : Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6 - 12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013”.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas disetujui untuk mengikuti ujian sidang hasil Karya Tulis Ilmiah

Medan, 29 Juni 2013

Pembimbing

(Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns., M.Kep) NIP. 1978 2003 2005012 003


(4)

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi

Tahun 2013 ABSTRAK Fanny Sasbuhky Daulay

Latar belakang: Masa setelah melahirkan merupakan masa penting bagi seorang ibu. Sebab, saat itulah, ibu menyusui anaknya. Pada masa modern seperti saat ini, sebagian ibu muda merasa enggan menyusui anaknya.

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi tahun 2013.

Metode Peneletian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 di kelurahan Persiakan. Jumlah sampel adalah total populasi yaitu 62 orang.

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013 dengan hasil p value < dari α 5 % (0,05), terdapat hubungan antara karakterisktik ibu berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013 dimana hasil p value < dari α 5 % (0,05), namun tidak terdapat hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif dimana hasil p value < dari α 5 % (0,05).

Kesimpulan dan saran : Ada hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan. Sebaiknya petugas kesehatan meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan manfaatnya serta perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Kata kunci : ASI eksklusif, pengetahuan, dan karakteristik ibu.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya serta kesempatan kepada penullis sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6 -12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menemukan banyak sekali hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.kep selaku ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep, Ns, M.kep selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh Staf Dosen pengajar & Pegawai Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Kepala Puskesmas Pabatu yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam mencari data serta melakukan penelitian awal.

6. Kepada Ibu Yuslinawati selaku bidan kelurahan persiakan yang telah berkenan membantu peneliti dalam memperoleh data.


(6)

7. Terkhusus untuk kedua orang tua saya tersayang yang telah memberikan motivasi dan senantiasa mendukung saya dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini saya mengucapkaan terima kasih yang sebesar-besarnya juga keluarga tersayang, kakak, abang, dan adik-adikku tersayang.

8. Sahabat-sahabat saya sesama mahasiswa D IV bidan pendidik yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2013

Fanny Sasbuhky Daulay NIM. 125102134


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pengetahuan ... 7

1. Pengertian pengetahuan ... 7

2. Tingkat Pengetahuan ... 7

B.Konsep Karakteristik ... 9

1. Pengertian Karakteristik ... 9

2. Tinjauan tentang karakteristik pemberian ASI Eksklusif ... 10

a. Umur ... 10

b. Paritas ... 12

c. Pendidikan ... 13

d. Pekerjaan ... 15

C. Konsep ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif... 17

2. Manfaat ASI Eksklusif ... 17

3. Langkah – langkah menyusui yang benar………..20

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif ... 21

BABIII KERANGKAKONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 24

B. Hipotesa Penelitian. ... 24


(8)

BABIV METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Tempat Penelitian ... 27

D. Waktu Penelitian ... 28

E. Etika Penelitian ... 28

F. Alat Pengumpulan Data ... 28

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 29

I. Analisis Data ... 30

BABV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 38

C. Keterbatasan Penelitian ... 45

BABVI KESIMPULANN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……….25 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan karakteristik Umur, Paritas,

Pendidikan, dan Pekerjaan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2013………..33 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi

Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013……….33

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013……….34

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Bayi Usia 6-12 Bulan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013……….34

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wiayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013………….36

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wiayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013………….37

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wiayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013………….37

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wiayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013………….38


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar kuesioner

Lampiran 4 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi


(12)

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi

Tahun 2013 ABSTRAK Fanny Sasbuhky Daulay

Latar belakang: Masa setelah melahirkan merupakan masa penting bagi seorang ibu. Sebab, saat itulah, ibu menyusui anaknya. Pada masa modern seperti saat ini, sebagian ibu muda merasa enggan menyusui anaknya.

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi tahun 2013.

Metode Peneletian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 di kelurahan Persiakan. Jumlah sampel adalah total populasi yaitu 62 orang.

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013 dengan hasil p value < dari α 5 % (0,05), terdapat hubungan antara karakterisktik ibu berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013 dimana hasil p value < dari α 5 % (0,05), namun tidak terdapat hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif dimana hasil p value < dari α 5 % (0,05).

Kesimpulan dan saran : Ada hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan. Sebaiknya petugas kesehatan meningkatkan pemahaman ibu tentang pemberian ASI eksklusif dan manfaatnya serta perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Kata kunci : ASI eksklusif, pengetahuan, dan karakteristik ibu.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa setelah melahirkan merupakan masa penting bagi seorang ibu. Sebab, saat itulah, ibu menyusui anaknya. Pada masa modern seperti saat ini, sebagian ibu muda merasa enggan menyusui anaknya. Sebenarnya, gejala tersebut sudah membudaya sekian lama, terutama di kota-kota besar. Semula, hal itu dilakukan oleh para ibu muda di Eropa dan Amerika pada awal abad ke-20. Tindakan ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya tahan tubuhnya lemah (Prasetyono, 2009).

Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi ibu itu sendiri demi keselamatan dari bayi dikemudian hari. Sejak seorang wanita memasuki kehidupan keluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan ”Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu “. Sayang sekali keyakinan diatas, khususnya di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI, yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan (Daneswari, 2012).

Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif sampai bayi umur 6 bulan sangat menguntungkan karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit penyebab kematian bayi. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi kehilangan darah pada saat haid mempercepat pencapaian berat


(14)

badan sebelum hamil, mengurangi risiko kanker payudara, dan kanker rahim. Meskipun menyusui dan ASI sangat bermanfaat, diperkirakan 85 persen ibu-ibu di dunia tidak memberikan ASI secara optimal. Hal ini tampak bahwa pemberian ASI eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO (2002) masih jarang dipraktikan oleh ibu-ibu di berbagai negara, karena berbagai faktor, seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik (Widodo, 2011).

Di Indonesia, anjuran pemberian ASI eksklusif dipertegas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Tapi nyatanya, realisasi dari peraturan pemerintah tersebut masih kurang. Berdasarkan data Susenas 2010, menunjukkan bahwa baru 33,6% bayi di Indonesia mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian di negara lain di Asia Tenggara (Harnowo, 2011)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dr Kustina, pemberian ASI eksklusif di Sumut sendiri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup lumayan. Tahun 2005 lalu, angka menyusui ASI eksklusif terhadap bayi di Sumut mencapai 32 persen dan untuk tahun 2010, persentasenya naik hingga mencapai 34 persen, akan tetapi hal ini masih jauh dari target yang diharapkan oleh Dinkes Provinsi Sumatera Utara bahwa untuk tahun 2014, pencapaian pemberian ASI eksklusif harus sebesar 80 persen (Daneswari, 2012).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, cakupan pemberian ASI eksklusif paling rendah terdapat di kecamatan padang hulu, dari 7 kelurahan yang merupakan wilayah kerja puskesmas Pabatu paling


(15)

rendah cakupan pemberian ASI ekslusif terdapat di kelurahan persiakan yaitu hanya 31,5 % (Profil Dinkes Tebing Tinggi, 2012).

Dari survey awal yang dilakukan, data yang diperoleh peneliti dari bidan kelurahan di kelurahan persiakan kecamatan padang hulu kota Tebing Tinggi pada bulan Desember 2012 tercatat 86 bayi berusia 0-12 bulan dan bayi yang berusia 6 – 12 bulan terdapat 62 bayi dan cakupan pemberian asi eksklusifnya sebesar 59,5 %.

Fenomena yang terjadi khususnya di kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja dikantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang banyak menyita waktu diluar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka. Hal lainnya yang menimpa para ibu dalam keluarga sederhana yang hidupnya serba kekurangan (Prasetyono, 2009).

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI (Azwar, 2003).

Dalam pemberian ASI Eksklusif pengalaman sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sehingga ibu yang telah pernah melahirkan lebih dari satu kali dan pernah memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya cenderung akan memberikan lagi ASI ekslusif kepada bayinya pada kelahiran selanjutnya (Suryani, 2008).

Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga


(16)

tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya (Satoto, 2009).

Menurut penelitian Dodik Briawan tahun 2004 pada saat ini banyak ibu-ibu yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja. Demikian pula jika perusahaaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan : “Adakah hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013.


(17)

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

b. Mengidentifikasi karakteristik ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

c. Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

d. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

e. Mengetahui hubungan umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

f. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

g. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013


(18)

h. Mengetahui hubungan pekerjan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 –12 bulan di Kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013

D. Manfaat

1. Bagi petugas kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu meyusui agar setiap ibu yang menyusui memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian dapat menjadi masukan atau evaluasi pada masyarakat di Kelurahan Persiakan Kota Tebing Tinggi sehingga dapat menindak lanjuti hasil penelitian ini.

2. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan hubungan tingkat pengetahuan dan karakteristik ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, pencuiman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003)

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(20)

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyinpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplkasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapimasih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru dari informasi-informasi yang ada.Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu didasarkan


(21)

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

(Notoatmodjo, 2003)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003). 3. Kategori Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1) Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan

2) Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pernyataan

3) Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pernyataan

B. Konsep Karakteristik

1. Pengertian Karakteristik

Karakteristik adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Porwardiminata, 2001). Karakteristik adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan dengan yang lain (Kamus Umum Bahasa Indonesia).

Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nilai-nilai yang menjadi filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang konsisten terhadap nilai-nilai dengan mengenerasikan pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai (Notoadmojo, 2003).


(22)

Berdasarkan pengertian di atas, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat-sifat batiniah seseorang yang membedakan dengan orang lain. Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya.

Jenis karakteristik dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan sosial ekonomi, umum dan lain sebagainya. Menurut Mathiue & Zajac (1990) menyatakan bahwa, karakteristik personal (individu) mencakup usia, jenis kelamin, masa kerja, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan kepribadian (Notoatmodjo, 2003).

Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita malalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku kita. Jadi, karena karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai instrinsik dalam diri kita, tentu karakter tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun (Soedarsono, 2008).

2. Tinjauan Tentang Karakteristik Pemberian ASI Eksklusif a. Umur

Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap


(23)

masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan, dan nifas (Daneswari, 2012).

Umur berkembang sejalan dengan perkembangan biologis alat-alat tubuh dan kematangan intelektual.

a. <20 tahun : Merupakan masa reproduksi pra produktif

b. 20 –30 tahun : Merupakan masa reproduksi produktif dan merupakan kurun reproduksi sehat

c. 31 – 45 tahun : Merupakan masa reproduksi post produktif (Prawirohardjo, 2003).

Di mana dengan bertambahnya umur seseorang biasanya diringi dengan berbagai macam pengalaman hidup yang dapat juga berupa dalam pemilihan makanan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Menurut E. B. Hurclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang akan berpikir dan bekerja, sehingga semakin tinggi umur ibu semakin tinggi pula pengetahuannya. Ibu dengan umur yang terlalu muda akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kurang sehingga sering membuat seorang ibu cepat merasa ASI-nya kurang dan tetap merasa khawatir apakah bayinya sudah mendapat cukup ASI atau belum. Dengan tersedianya susu formula yang mudah diperoleh dan mudah memantau jumlah yang diminum bayi, maka para ibu memilih susu formula (Soehardjo, 2004).


(24)

b. Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).

1. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

2. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009).

3. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006).

Menurut Rochjati (2003), Paritas adalah jumlah keseluruhan yang telah lahir. Paritas ini dapat dibagi menjadi :

a. Paritas I : Anak yang telah lahir berjumlah 1 orang b. Paritas II : Anak yang telah lahir berjumlah 2 orang c. Paritas III : Anak yang telah lahir berjumlah 3 orang d. Data seterusnya.

Pada Paritas yang tinggi yaitu ibu pernah melahirkan anak 4 kali atau lebih akan menimbulkan resiko atau bahaya pada ibu dan bayi. Pada ibu


(25)

misalnya anemia, maka dengan keadaan ibu yang anemia produksi ASI yang akan dihasilkan juga berkurang, sehingga untuk memenuhi kebutuhan makanan bayi (Rochjati, 2003).

c. Pendidikan

Menurut UU No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

John Dewey, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

Pendidikan terbagi atas dua yaitu pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur mempunyai jenjang/tingkat dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai ke Universitas dan tercakup disamping studi akademik umum juga berbagai program khususnya dan lembaga untuk latihan tehnis dan profesional, sedangkan pendidikan non formal adalah merupakan pendidikan pada umumnya pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu seperti pendidikan dasar atau keterampilan latihan khusus (Mulyana, 2005).


(26)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi seseorang dalam pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menafsirkan informasi sehingga menciptakan suatu hal yang baik, sebaiknya pendidikan yang kurang akan menghambat penafsiran informasi seseorang terhadap objek-objek baru diperkenalkan (Mulyana, 2005).

Di dalam UU No.20 Tahun 2003 Jenjang pendidikan formal terdiri atas : a. pendidikan dasar

b. pendidikan menengah c. pendidikan tinggi

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.Pendidikan tinggi deselenggarakan dengan sistem terbuka, pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.Perguruan tinggi


(27)

berkewajiban menyekenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan vokasi.

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan seseorang dan kehidupan keluarga (Nursalam, 2008).

Hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas pekerjaan utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh anak, membersihkan rumah dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang seperti ini tidak terlalu melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menyusui pun dapat berjalan dengan baik (Supriyadi, 2008).

Untuk banyak hal seperti perekonomian keluarga yang tidak stabil atau karena dorongan emosional untuk meningkatkan ekonomi yang lebih baik, ibu-ibu disamping melaksanakan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga, juga mencari pekerjaan tambahan baik itu sebagai pegawai negeri sipil maupun berwiraswasta sehingga menyampingkan tugas-tugas dalam menyusui bayi atau pemberian ASI pada bayi dan digantikan dengan MP.ASI (Supriyadi, 2008).

Menurut Ruslina Suradi (1991), bahwa ibu yang bekerja ternyata juga mempengaruhi produksi ASI walaupun ibu telah dianjurkan bagaimana mempertahankan produksi ASI yaitu dengan memompa pada saat bekerja dan malam hari lebih sering menyusui, ternyata jumlah ibu yang ASI-nya masih cukup pada usia 6 bulan lebih sedikit, dibandingkan dengan ibu yang tidak


(28)

dapat dipertahankan produksinya ASI-nya. Ibu bekerja ternyata lebih cepat memberikan susu botol / formula, alasan yang dipakai adalah supaya membiasakan bayi menyusui dari botol bila ditinggal kerja (Soehardjo, 2004). C. Konsep ASI Eksklusif

1. Pengertian

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari, 2011)

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi asi saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air, the, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) (Kristiyanasari, 2011).

Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan (Widodo, 2011).

2. Manfaat ASI Eksklusif :

Memberikan ASI pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal sampai bayi berusia 2 tahun (Kristiyanasari, 2011). Dengan pemberian asi eksklusif, ibu bisa menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik ketimbang ASI (Prasetyono, 2009).


(29)

a. Bagi Bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, petumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.

2) Mengandung antibodi

Asi mengandung antibody yamg sangat baik bagi bayi sehingga dapat melawan dari berbagia penyakit.

3) Asi mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makananyang baik untuk bayi yaitu terdiri proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.

4) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi disbanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi

6) Terhindar dari alergi

7) Asi meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat asi esklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari


(30)

rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf otak.

8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

b. Bagi ibu

1) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

2) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pascaa persalinan. Pemberian asi juga dapat mencegah terjadinya berbagi jenis penyakit.

3) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui esklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula sepeti sebelum hamil.

4) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa banggaa dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Bagi keluarga 1) Aspek ekonomi


(31)

ASI tidak perlu dibeli, sehinga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

2) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

d. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi 2) Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Hal ini dikarenakan rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta biaya yang diperlukan untuk perawatan anak yang sakit.

4) Peningkatan kualitas generasi penerus (Kristiyanasari, 2011). 3. Langkah – langkah menyusui yang benar

Terdapat berbagai posisi untuk menyusi namun posisi yang baik adalah dimana posisi kepala dan bayi berada pada garis yang lurus sehingga


(32)

bayi dapat menyusui dengan nayaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman.Cara menyusui yang benar adalah :

a. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dannke belakang dengan mudah

b. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan melekat sempurna dengan payudara

c. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan ibu jari

d. Bayi akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu

e. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan lingkaran gelap disekitar putting, putting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi

f. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari putting, dengan lembut letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan luka pada puting (Proverawati & Rahmawati, 2010).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan ASI Eksklusif a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif antara lain :


(33)

Bekerja bukan halangan untuk tetap memberikan ASI. Beberapa negara maju telah menyediakan ruangan bagi ibu yang bekerja untuk memberi ASI kepada bayinya.

Upaya untuk mencegah penurunan ASI : • Sebelum ibu berangkat bayi harus disusui

• Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari

• Bayi lebih sering disusui setelah ibu pulang bekerja dan pada malam hari • Tidak menggunakan susu formula

• Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan (Kristiyanasari, 2012).

2) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan para wanita lebih banyak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan agen-agen pengubah.

3) Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup mengenai menyusui khususnya awal menyusui, diharapkan akan membentuk sikap positif terhadap menyusui. Dengan sikap positif tersebut akan menimbulkan perilaku yang baik pula. 4) Sikap

Sikap merupakan sebagian bentuk operasional dari seseorang. Bila seseorang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu hal, diharapkan akan dapat mempunyai tindakan yang baik dan bereaksi terhadap sesuatu obyek dengan perasaan senang. Umumnya orang yang mempunyai sikap positif lebih berhasil dalam menyusui.


(34)

b. Faktor pendukung

b. Faktor pendukung dalam keberhasilan ASI Eksklusif adalah tersedianya sumber/fasilitas kesehatan.

c. Faktor pendorong

Selain faktor predisposisi dan faktor pendukung keberhasilan ASI Eksklusif juga di pengaruhi oleh faktor pendorong. Faktor pendorong keberhasilan ASI Eksklusif antara lain adalah petugas kesehatan (Kristiyanasari, 2012). Faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI antara lain :

(1) Perubahan sosial budaya

- Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnnya.

- Meniru teman, tetangga ataau orang terkemuka yang memberikan susu botol.

- Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. (2) Faktor psikologis

-Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita -Tekanan batin

d. Faktor fisik ibu

Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.

e. Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI.

f. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

g. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng (Riksani, 2012).


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian mengenai “hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 - 12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013” yaitu:

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1 : Kerangka konsep

B. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013.

Pengetahuan

Pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6 – 12 bulan Karakteristik Ibu :

1. Umur 2. Paritas 3. Pendidikan 4. Pekerjaaan


(36)

C.Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel Defenisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur Independent :

Pengetahuan

Pengetahuan adalah Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan mengenai ASI Eksklusif serta pemberiannya

Kuesioner Menggunakan lembar kuesioner

1.Baik: bila responden menjawab benar

76-100% (11-15

pertanyaan) dari seluruh pertanyaan

2.Cukup: bila responden

menjawab benar 56-75 % (6-10 pertanyaan) dari seluruh pertanyaan. 3.Kurang :bila responden

menjawab benar <56 % (1-5 pertanyaan) dari seluruh pertanyaan

Ordinal

Karakteristik ibu:

1. Umur

Ciri – ciri atau

karakter yang dimiliki oleh seseorang yang membedakannya dengan yang lain Usia atau lamanya ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan

Persiakan hidup dari sejak lahir sampai saat ini

Kuesioner Mengisi Lembar kuesioner

1. Umur <20 tahun 2. Umur 20 – 35 tahun 3. Umur >35 tahun

Ordinal

2. Paritas Banyaknya jumlah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan melahirkan,baik yang lahir hidup ataupun tidak.

Kuesioner Mengisi Lembar kuesioner

1. Primipara ( 1 kali) 2. Multipara ( > 1 kali) 3. Grandemultipara ( >

5 kali )

Ordinal 3.Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan merupakan suatu jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh ibu yang

memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan

Kuesioner Mengisi lembar kuesioner Tinggi : Apabila responden berpendidikan sampai tingkat pendidikan tinggi Ordinal


(37)

Persiakan. (diploma,sarjana,spesial is,doktor) Sedang : apabila responden berpendidikan sampai tingkat pendidikan menengah (SMA,MA, SMK,MAK, sederajat lainnya) Rendah : apabila responden berpendidikan sampai tingkat pendidikan dasar (SD,MI,SMP, MTs,sederajat lainnya) 4. Pekerjaan Pekerjaan adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan dalam kehidupannya sehari-hari

Kuesioner Mengisi lembar kuesioner

 Tidak bekerja/IRT  Swasta  PNS Ordinal Dependent : Pemberian ASI secara Eksklusif Memberikan ASI ekslusif yaitu, memberikan ASI saja

kepada bayi tanpa memberikan makanan tambahan apapun, seperti, susu formula, air putih, jeruk, bubur, dsb.

Kuesioner Mengisi lembar kuesioner

1 = Ya:apabila

responden memberikan ASI eksklusif kepada bayinya 0=Tidak: apabila responden tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya Nominal


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Desain ini digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan, dimana pengumpulan data atau observasi terhadap variabel diamati pada waktu yang sama dengan menyebarkan kuesioner pada responden penelitian (Suyanto & Salamah, 2008).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi yaitu sebanyak 62 bayi.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi dimana teknhik pengambilan sampelnya yaitu total sampling sebanyak 62 bayi.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 dengan beberapa alasan yaitu :


(39)

2. Lokasi penelitian merupakan daerah dengan pemberian ASI eksklusif paling rendah jika dibandingkan dengan daerah lain

D. Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan datanya direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2013.

E. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi. Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai menyebarkan kuesioner kepada responden, sebelumnya responden diminta untuk membaca dan mengisi lembar persetujuan responden (informed consent), apabila responden setuju lalu peneliti menyuruh responden untuk mengisi lembar kuesioner dengan tetap menjaga kerahasiaan data responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap responden pada lembar kuesioner.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner untuk pengetahuan, kuesioner untuk karakteristik ibu, dan kuesioner pemberian ASI Ekslusif. Pernyataan untuk pengetahuan sebanyak 15 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri dari pilihan jawaban : benar dan salah. Jika jawaban benar maka diberi nilai 1 (skor = 1), dan jika jawaban salah maka diberi nilai nol ( skor = 0), untuk karakteristik responden mengisi pilihan pada kolom yang telah dibuat sesuai dengan kondisi responden untuk kategori umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan yang telah ditentukan, dan untuk


(40)

kuesioner pemberian ASI Eksklusif responden mengisi pilihan yang telah ditentukan dengan tanda checklist pada kolom yang telah dibuat.

Menentukan skor kategori

Pengetahuan ibu menyusui akan diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kategori yaitu : Baik (76%-100%), Cukup (56%-75%), dan Kurang ( ≤56%).

����������������ℎ

������������� � 100 %

• Kurang = Jika responden menjawab < 6 pertanyaan dengan benar. • Cukup = Jika responden menjawab 6-10 pertanyaan dengan benar. • Baik = Jika responden menjawab >10 pertanyaan dengan benar. Untuk kuesioner umur dibagi menjadi 3 kategori yaitu : umur < 20 tahun, 20 – 35 tahun, dan > 35 tahun, untuk kuesioner paritas dibagi menjadi 3 kategori yaitu : Primipara (1 kali), Multipara (>1 kali), Grandemultipara > 5 kali), untuk kuesioner tingkat pendidikan dibagi menjadi 3, yaitu : tingkat pendidikan dasar (SD, MI, SMP, MTs, dan sederajat lainnya), tingkat pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, MAK, dan sederajat lainnya) dan tingkat pendidikan tinggi (diploma, sarjana, spesialis dan doktor, untuk kuesioner pekerjaan dibagi, serta pekerjaan dibagi menjadi 3 yaitu : tidak bekerja/IRT, Swasta, dan PNS.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini diadopsi dari peneliti sebelumnya, atas nama Nuraini Sitorus yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan hasil nilai alpha cronbach yaitu 0,86.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini, yaitu :


(41)

a. Mendapatkan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari program D IV Bidan Pendidik

b. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Puskesmas Persiakan Kota Tebing Tinggi

c. Menyatakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela

d. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)

e. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan

f. Peneliti mendampingi reponden dalam pengisian untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan yang kurang jelas dalam pengisian kuesioner

g. Setelah kuesioner diisi, dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi.

I. Analisis Data

Pengolahan data terkumpul dari hasil pengumpulan data dalam sebuah penelitian, maka dilakukan tahap pengelolaan yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut (Suyanto & Salamah, 2009).

1. Cleaning

Cleaning adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.


(42)

3. Skoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode hasil observasi sehingga setiap hasil observasi dapat diberikan skor.

4. Entering

Memasukkan data yang telah diskor kedalam format kolom mengunakan cara manual atau kedalam computer (Suyanto & Salamah, 2009).

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan, umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan pemberian ASI Eksklusif.

b. Analisis Bivariat

Analisa ini dilakukan dengan menggunakan uji chi square untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif, dan hubungan karakterisitk ibu berdasarkan umur, paritas, pendidikan, pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013


(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Karaktersitik Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6 - 12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013”, dengan jumlah responden sebanyak 62 orang.

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif peneliti menggunakan lembar kuesioner yang berisikan 15 (lima belas) pertanyaan tentang pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, dan untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif peneliti mengunakan lembar kuesioner yang berisikan umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Berikut ini akan dijabarkan hasil dari penelitian tersebut yaitu pengetahuan responden dan karakteristik responden di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi.

1. Analisa Data a. Analisa Univariat

Setelah data di olah, dilakukan analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi pengetahuan, karaktersitik ibu, dan pemberian ASI Eksklusif.


(44)

1) Karakteristik

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan karakteristik Umur, Paritas, Pendidikan, dan Pekerjaan di Kelurahan Persiakan Wilayah

Kerja Puskesmas Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2013

Variabel F %

Umur <20 th 20-35 th >35 th Paritas

Primi (1 kali) Multi (>3 kali) Grande (>5 kali) Pendidikan PT SMA SMP SD Pekerjaan PNS Swasta/Wiraswasta IRT/Tidak Bekerja 4 35 23 15 32 15 15 29 11 7 10 31 21 6,5% 56,5% 37,1% 24,2% 51,6% 24,2% 24,2% 46,77% 17,1% 11,29% 16,1% 50% 33,9% Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 20-35 tahun sebanyak 35 orang (56,5%) , memiliki paritas Multipara (> 3 kali) sebanyak 32 orang (51,6%), berpendidikan SMA sebanyak 29 orang (46,77%), dan memiliki pekerjaan Swasta/wiraswasta sebanyak 31 orang (50%). 2) Pengetahuan

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas

Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 18 29,0

2 Cukup 39 62,9

3 Kurang 5 8,1


(45)

Hasil penelitian pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 39 orang (62,9 %).

3) Pemberian ASI

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas

Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

No Memberikan

ASI Eksklusif

Frekuensi %

1 Ya 38 61,3

2 Tidak 24 38,7

Jumlah 62 100

Hasil penelitian pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 38 orang (61,3 %).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara pengetahuan dan karakteristik ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi tahun 2013 sebagai berikut, dengan menggunakan tabel silang 3 x 3 sebagai berikut :


(46)

1) Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Bayi Usia 6-12 Bulan Dengan Pemberian ASI Ekslusif

Di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

NO Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Total Ya Tidak

F % F % F %

1 Baik 11 17,74 7 11,29 18 29,03

2 Cukup 27 43,54 12 19,36 39 62,90

3 Kurang 0 0 5 8,06 5 8,07

Total 38 61,29 24 38,71 62 100

Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 39 orang (62,90%), diantaranya memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 27 orang (43,54%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 12 orang (19,36%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,011 nilai P value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi 2013.

2) Hubungan karakteristik ibu berdasarkan umur dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 No Pendidikan Pemberian ASI Eksklusif Total

Ya Tidak

F % F % F %

1 <20 tahun 1 1,61 3 4,84 4 6,45

2 20 – 35 tahun 18 32,26 17 27,42 35 56,45 3 >35 tahun 19 30,65 4 6,45 23 37,1


(47)

Hasil penelitian pada Tabel 5.5 bahwa mayoritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya memiliki umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (56,45%), diantaranya yang memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 18 orang (32,26%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17 orang (27,42%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,018, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi 2013.

3) Hubungan karakteristik ibu berdasarkan paritas dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 NOParitas Pemberian ASI Eksklusif Total

Ya Tidak

F % F % F % 1 Primipara (1 kali) 9 14,52 6 9,68 15 24,19 2 Multipara (>3kali) 16 25,81 16 25,81 32 51,62 3 Grandemultipara

(>5 kali)

13 20,96 2 3,22 15 24,19 Total 38 61,29 24 38,71 62 100

Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya memiliki paritas multipara (>1 kali) yaitu sebanyak 32 orang (51,6%), diantaranya yang memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 16 orang (25,81%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang (25,81%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,055 nilai p value lebih besar dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan tidak ada hubungan yang


(48)

signifikan antara paritas ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi 2013

4) Hubungan karakteristik ibu berdasarkan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wiayah Kerja

Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 NOPendidikan Pemberian ASI Eksklusif Total

Ya Tidak

F % F % F %

1 Tinggi 14 22,58 1 1,61 15 24,19

2 Menengah 20 32,26 16 25,81 35 56,45

3 Rendah 4 6,45 7 11,29 12 19,35

Total 43 61,29 19 38,71 62 100

Hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya memiliki pendidikan menengah yaitu sebanyak 35 orang (58,06%), diantaranya yang memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 20 orang (32,26%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang (25,81%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,007, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi 2013.


(49)

5) Hubungan karakteristik ibu berdasarkan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Persiakan Wiayah Kerja

Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 NO Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Total

Ya Tidak

F % F % F %

1 PNS 9 14,52 1 1,61 10 16,13

2 Swasta/Wiraswasta 10 16,13 15 24,19 25 40.32 3 Tidak bekerja/IRT 19 24,19 8 12,90 27 43,55 Total 38 61,29 24 38,71 62 100

Hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya memiliki pekerjaan tidak bekerja/IRT yaitu sebanyak 27 orang (43,55%), diantaranya yang memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 19 orang (24,19%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 8 orang (12,90%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,010, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi 2013.

B. Pembahasan

1. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian, dari 62 responden yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi diketahui berpengetahuan “baik” yaitu sebanyak 18 orang (29,03%),diantaranya memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sebanyak 11 orang (17,74%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya


(50)

sebanyak 7 orang (11,29%), berpengetahuan “cukup” yaitu sebanyak 39 orang (62,90%), diantaranya memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 27 orang (43,54%) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 12 orang (19,36%), berpengetahuan “kurang” yaitu sebanyak 5 orang (8,06%), diantaranya memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya sebanyak 0 orang (0%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sebanyak 5 orang (8,06%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,011, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi maka semakin tinggi pula cakupan pemberian ASI Eksklusif, sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang maka semakin rendah pula cakupan pemberian ASI eksklusifnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purwanti (2008), yang mengatakan bahwa pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Kemungkinan pada saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI Eksklusif, kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian jika tidak memberikan ASI Eksklusif.


(51)

2. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi diketahui bahwa ibu yang memiliki usia “< 20 tahun” yaitu sebanyak 4 orang (6,42%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang (1,61%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 3 orang (4,84%), memiliki umur “20-35 tahun” yaitu sebanyak 35 orang (56,45%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 18 orang (32,26%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17 orang (27,42%), dan memiliki umur “>35 tahun” sebanyak 23 orang (37,1 %), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 19 orang (30,65) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 orang (6,45%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,018, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013.

Hal tersebut sesuai dengan kurun waktu reproduksi sehat yang dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan, dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu, yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik, mental, dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan, serta pemberian ASI. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada


(52)

bayinya dan juga dapat meningkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan, dan nifas (Daneswari, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susita (2007), mengatakan bahwa semakin bertambah umur ibu semakin besar proporsi menyusui ASI eksklusif. Proporsi terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun yaitu 69,5% tetapi proporsi menyusui ASI eksklusif pada umur 41 tahun atau lebih proporsinya cukup besar 64,4%. Jadi tampak keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu-ragu bagi ibu-ibu yang relatif tua umurnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulita (2011) di peroleh bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI Ekkslusif pada bayi, dimana dengan bertambahnya usia ibu maka tingkat pemahaman ibu tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif akan semakin baik dan ibu akan semakin termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Di kelurahan persiakan ibu-ibu yang memiliki usia semakin matang banyak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dikarenakan lingkungan di daerah kelurahan persiakan masih mudah terjangkau oleh petugas kesehatan dan jaraknya tidak jauh dari daerah perkotaan, sehingga akses untuk memperoleh pengetahuan dan pelayanan kesehatan cukup terjangkau dan mudah untuk didapatkan

b. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi diketahui bahwa ibu yang memiliki paritas primipara (1 kali) yaitu sebanyak 15 orang (24,19%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 9 orang (14,52%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 6 orang (9,68%),


(53)

memiliki paritas multipara (>1 kali) yaitu sebanyak 32 orang (51,62%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang (25,81%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang (25,81%), dan memiliki paritas Grandemultipara (>5 kali) sebanyak 15 orang (38,71%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 13 orang (20,96) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 2 orang (3,22%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,055, nilai p value lebih besar dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suryanita (2008), yang mengatakan bahwa di dalam pemberian ASI Eksklusif pengalaman sangat mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif sehingga ibu yang telah pernah memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya cenderung akan memberikan lagi ASI ekslusif kepada bayinya pada kelahiran selanjutnya

Menurut Proverawati,dkk (2009), bahwa faktor emosional dan sosial menunjang keberhasilan pemberian ASI. Salah satu faktor yang dapat disebutkan diantaranya adalah nasehat dan pengalaman selama masa kehamilan, persalinan, terutama pengalaman menyusui pertamanya.

Dari hasil penelitian Anggraini (2009), menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi, dimana semakin banyaknya jumlah paritas ibu maka akan semakin banyak pula ibu akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, sedangkan di kelurahan persiakan diketahui dari hasil penelitian paritas ibu tidak ada hubungan paritas dengan pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan pernyataan yang diperoleh dari ibu – ibu


(54)

yang memiliki bayi usia 6-12 bulan yang memiliki paritas tinggi tetapi tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya mengatakan bahwa mereka tidak memberikan ASI Eksklusif karena faktor lain yaitu : Produksi ASI yang tidak baik, tidak dapat mengeluarkan ASI, Bayi tidak mau menyusui, Ibu tidak memahami tentang pemberian ASI Ekslusif.

c. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi diketahui bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan “tinggi” yaitu sebanyak 15 orang (24,19%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 14 orang (22,58%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang (1,61%), memiliki tingkat pendidikan “menengah” yaitu sebanyak 35 orang (56,45), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 20 orang (32,26%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16 orang (225,81%), dan memiliki tingkat pendidikan “rendah” sebanyak 12 orang (19,35%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 4 orang (6,45%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 7 orang (11,29%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,07 nilai P value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi maka semakin tinggi pula cakupan pemberian ASI Eksklusifnya.


(55)

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan soehardjo (2005) yang mengatakan bahwa, dengan pendidikan seseorang mengetahui sesuatu hal, seseorang yang mempunyai pendididkan tinggi lebih cendrung mengetahui manfaat ASI di bandingkan dengan yang berpendidikan lemah, sebab dengan pendidikan seseorang dapat lebih mengetahui sesuatu hal.

Dari hasil penelitian Soeparmanto (2004) mengatakan bahwa, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh ibu-ibu serta berpendidikan SD belum tamat dan tamat mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan ibu yang baik tidak tamat atau tamat SD. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang dapat mempenggaruhi tingkah laku manusia. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka mereka yang tidak berpendidikaan, karena mereka yang berpendidikan tinggi mampu menghadapi tantangan dengan rasional.

d. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dari 62 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dikelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi diketahui bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya memiliki pekerjaan “PNS” yaitu sebanyak 10 orang (16,13%), diantaranya yang memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 9 orang (14,52%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 1 orang (1,61%), memiliki pekerjaan “Swasta/Wiraswasta” sebanyak 25 orang (40,32%), diantaranya memberikan ASI Eksklusif sebanyak 10 orang (16,13%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 15 orang (24,19%), dan memiliki pekerjaan “tidak


(56)

bekerja/IRT” yaitu sebanyak 27 orang (43,55%), diantaranya yang memberikan ASI Ekslusif yaitu sebanyak 19 orang (24,19%) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 8 orang (12,90%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,010 nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi 2013. Dari data diatas dapat dilihat bahwa ibu yang memilik bayi usia 6-12 bulan

di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu yang tidak memiliki pekerjaan/IRT lebih banyak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki pekerjaan sebagai PNS dan Swasta/Wiraswasta.

Hal tersebut terjadi dikarenakan hampir semua ibu rumah tangga melaksanakan aktifitas pekerjaan utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh anak, membersihkan rumah dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga lainnya yang menjadi tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan yang seperti ini tidak terlalu melelahkan tenaga dan pikiran ibu sehingga proses menyusui pun dapat berjalan dengan baik (Supriyadi, 2002).

Menurut penelitian Anggraini (2005), mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan ibu-ibu juga mempunyai hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Proporsi menyusui ASI eksklusif pada ibu rumah tangga lebih besar dibandingkan ibu yang mencari nafkah dan membantu mencari nafkah. Aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan ibu terkadang melupakan ibu bahkan tidak dapat meluangkan sedikit waktu untuk menyusui bayinya.


(57)

Pekerjaan terkadang mempengaruhi keterlambatan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Secara teknis hal itu dikarenakan kesibukan ibu sehingga tidak cukup untuk memperhatikan kebutuhan ASI. Pada hakekatnya pekerjaan tidak boleh menjadi alasan ibu untuk berhenti memberikan ASI secara eksklusif. Untuk menyiasati pekerjaan maka selama ibu tidak dirumah, bayi mendapatkan ASI perah yang telah diperoleh satu hari sebelumnya (Satoto, 2009).

Fenomena yang terjadi khususnya di kota-kota besar, para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti bekerja dikantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang banyak menyita waktu diluar rumah, memilih untuk menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka (Prasetyono, 2009).

C. Keterbatasan Penelitian

Penyebaran kuisioner ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi langsung kerumah responden, pada waktu pengisian kuesioner kemungkinan responden tidak mengisi kuesioner sesuai dengan pengetahuan dan keadaannya, bisa saja responden mengisi kuisioner tidak sesuai dengan kemampuan dan keadaannya agar cepat selesai karena mungkin ada kesibukan dan keperluan lainnya. Selain itu peneliti disini hanya mengambil 2 variabel yaitu pengetahuan dan karakteristik, sementara tidak menutup kemungkinan faktor-faktor yang lain juga bisa mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Jumlah sampel juga bisa mempengaruhi dari hasil penelitian dimana peneliti hanya mengambil 62 sampel dalam penelitian tersebut. Dalam proses


(58)

pengolahan data bisa saja kemungkinan terjadi kesalahan dalam perhitungan dengan menggunakan rumus chi square.


(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian “hubungan pengetahuan dan karakteristik Ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013”, yang dilakukan terhadap 62 responden, maka dapat disimpulkan :

1. Mayoritas ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 39 orang (62,9%)

2. Mayoritas Ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 35 orang (56,5%), memiliki paritas Multipara (>1 kali) sebanyak 32 orang (51,6%), berpendidikan Menengah (SMP, SMA) sebanyak 36 orang (58,1%), dan memiliki pekerjaan Tidak bekerja/IRT sebanyak 27 orang (43,5%)

3. Mayoritas ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 43 orang (69,4%)

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013dengan nilai p = 0,011, nilai P value lebih kecil dari α 5 % (0,05)


(60)

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 dengan nilai p = 0,018, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05)

6. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 dengan nilai p = 0,055, nilai p value lebih besar dari α 5 % (0,05)

7. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan dengan nilai p = 0,007, nilai p value lebih besar dari α 5 % (0,05)

8. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu kota Tebing Tinggi Tahun 2013 dengan nilai p = 0,010, nilai p value lebih kecil dari α 5 % (0,05).


(61)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, ada beberapa hal yang dapat disarankan penulis, yaitu :

1. Bagi pelayanan kebidanan

Hendaknya sebagai pemberi pelayanan kebidanan memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat melalui penyuluhan khususnya pada ibu hamil pentingya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, karena manfaatnya tidak hanya bagi kesehatan bayi, juga bagi ibu, bagi keluarga dan bagi negara. Petugas pelayanan kebidanan lebih meningkatkan kualitas pelayanan bagi ibu terlebih semasa hamil agar diinformasikan kepada ibu hamil tentang ASI Eksklusif sehinggu ibu sudah mempersiapkan diri dari waktu hamil untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya nanti. karena dengan pelayanan yang berkualitas akan mendorong ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

2. Bagi perkembangan ilmu kebidanan

Setiap tahunnya terjadi perkembangan atau perubahan tentang ilmu kebidanan, diharapkan agar perkembangan ilmu kebidanan dapat membawa perubahan yang baik bagi kondisi kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil, bersalin, dan nifas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang ASI Eksklusif.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. (2005). Aktivitas Mempengaruhi Pemberian ASI. Diunduh pada tanggal 02 Maret 2013 dari http://anggraini.blogspot.com/2012/11/Pemberian-Asi-Indonesia.html.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: EGC .

Asfryati, A. (2003). Ibu dan Peranannya Dalam Kehidupan. Jakarta: EGC.

Azwar,E. (2003).Pentingnya ASI Eksklusif. Diunduh pada tanggal 4 november 2012 dari

Daneswari, P. (2012). Pemberian ASI Eksklusif di Sumatera Utara Masih Rendah. Diunduh pada tanggal 4 november 2012 dari

http://pppakb.grobogan.go.id/berita/61-pentingnya-asi-eksklusif-bagi-ibu-dan-anak.html

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Harnowo, P.A. (2012). Hanya 33,6% Bayi di Indonesia yang Dapat ASI Eksklusif. Diunduh pada tanggal 19 September 2012 dari

Hidayat, A. A. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Kristiyanasari, W. (2011). Asi Menyusui & Sadari. Yogkarta: Muha Medika.

Mulana,P. (2011). Tingkat Pendidikan di Indonesia. Diunduh pada tanggal 02 Maret 2013 dari

Sanjaya, A. (2012). Pengertian Minat Menurut Para Ahli. Diunduh pada tanggal 23 Desember 2012 dari

http://mulana.blogspot.com/2010/11/pendidikan-Indonesia.html. Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Proverawati, A. & Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta Asi dan Menyusui.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Prasetyono, D.S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press. Prawirohardjo, S., Saifuddin,B.A, (2009).Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka.


(1)

Umur * pemberian ASI Crosstabulation

pemberian ASI

Total

Tidak Ya

Umur < 20 tahun Count 3 1 4

Expected Count 1.5 2.5 4.0

20-35 tahun Count 17 18 35

Expected Count 13.5 21.5 35.0

> 35 tahun Count 4 19 23

Expected Count 8.9 14.1 23.0

Total Count 24 38 62

Expected Count 24.0 38.0 62.0

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 8.061a 2 .018 .017

Likelihood Ratio 8.517 2 .014 .019

Fisher's Exact Test 8.057 .014

Linear-by-Linear Association

7.908b 1 .005 .007 .004 .003

N of Valid Cases 62

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.55. b. The standardized statistic is 2.812.


(2)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Paritas * pemberian ASI 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%

Paritas * pemberian ASI Crosstabulation

pemberian ASI

Total

tidak Ya

Paritas Primipara Count 6 9 15

Expected Count 5.8 9.2 15.0

Multipara Count 16 16 32

Expected Count 12.4 19.6 32.0

Grandemultipara Count 2 13 15

Expected Count 5.8 9.2 15.0

Total Count 24 38 62

Expected Count 24.0 38.0 62.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 5.801a 2 .055 .064

Likelihood Ratio 6.430 2 .040 .050

Fisher's Exact Test 5.901 .050

Linear-by-Linear Association

2.212b 1 .137 .192 .096 .050

N of Valid Cases 62

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.81. b. The standardized statistic is 1.487.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat pendidikan * pemberian ASI


(3)

Tingkat pendidikan * pemberian ASI Crosstabulation

pemberian ASI

Total

tidak Ya

Tingkat pendidikan Tinggi Count 1 14 15

Expected Count 5.8 9.2 15.0

Menengah Count 16 20 36

Expected Count 13.9 22.1 36.0

Rendah Count 7 4 11

Expected Count 4.3 6.7 11.0

Total Count 24 38 62

Expected Count 24.0 38.0 62.0

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 9.871a 2 .007 .008

Likelihood Ratio 11.532 2 .003 .005

Fisher's Exact Test 10.427 .004

Linear-by-Linear Association

9.179b 1 .002 .002 .002 .001

N of Valid Cases 62

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.26. b. The standardized statistic is -3.030.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pekerjaan * pemberian ASI 62 10

0.0%

0 .0% 62 100.0%

Pekerjaan * pemberian ASI Crosstabulation

pemberian ASI

Total

Tidak Ya

Pekerjaan PNS Count 1 9 10

Expected Count 3.9 6.1 10.0

Swasta Count 15 10 25


(4)

Tidak Bekerja/IRT Count 8 19 27

Expected Count 10.5 16.5 27.0

Total Count 24 38 62

Expected Count 24.0 38.0 62.0

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 9.189a 2 .010 .010

Likelihood Ratio 9.794 2 .007 .012

Fisher's Exact Test 8.907 .011

Linear-by-Linear Association

.023b 1 .881 1.000 .513 .140

N of Valid Cases 62

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.87. b. The standardized statistic is -.150.


(5)

Frequencies

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 18 29.0 29.0 29.0

Cukup 39 62.9 62.9 91.9

Kurang 5 8.1 8.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 tahun 4 6.5 6.5 6.5

20-35 tahun 35 56.5 56.5 62.9

> 35 tahun 23 37.1 37.1 100.0

Total 62 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Primipara 15 24.2 24.2 24.2

Multipara 32 51.6 51.6 75.8

Grandemultipara 15 24.2 24.2 100.0

Total 62 100.0 100.0

Tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 15 24.2 24.2 24.2

Menengah 36 58.1 58.1 82.3

Rendah 11 17.7 17.7 100.0

Total 62 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 10 16.1 16.1 16.1

Swasta 25 40.3 40.3 56.5

Tidak Bekerja/IRT 27 43.5 43.5 100.0


(6)

Pemberian ASI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 24 38.7 38.7 38.7

Ya 38 61.3 61.3 100.0


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0- 12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

3 10 60

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA BAYI USIA 1-6 BULAN Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Akut Pada Bayi Usia 1-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit Surakarta.

1 2 14

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi pada Bayi Usia 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan.

0 2 12

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 6

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 16

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 21

Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Kelurahan Persiakan Wilayah Kerja Puskesmas Pabatu Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

0 0 11

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA

0 0 11