T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Pengaruh Metode Think Pair and Share (TPS) dan Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran
PERBEDAAN PENGARUH METODE THINK PAIR AND SHARE (TPS)
DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR
PPKn SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Jurnal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Gelar Sarjana Pendidikan Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh :
Diah Nur Anisah
(172013011)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ii
iii
iv
v
vi
PERBEDAAN PENGARUH METODE THINK PAIR AND SHARE (TPS)
DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR
PPKn SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Diah Nur Anisah (172013011)
Program Studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode TPS dan TSTS
terhadap hasil belajar PPKn aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen, dengan desain penelitian Quasi Eksperimental
Design. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas XI SMA N 1 Ambarawa, yang
terdiri dari 10 kelas. Sampel dalam penelitian ini kelas XI MIPA 2 (kelas
eksperimen) dan kelas XI MIPA 3 (kelas kontrol). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah tes (aspek kognitif) dan non tes (aspek afektif).
Setelah memenuhi uji prasyarat analisis data (uji normaitas dan uji homogitas)
dilakukan uji hipotesis dengan Uji-T dengan bantuan SPSS 16.00. Uji hipotesis
hasil belajar aspek kognitif menunjukkan signifikansi sebesar 0.0070.05 berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar PPKn aspek afektif siswa kelas eksperimen dan
kontrol. Hasil penelitian ini disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil
belajar aspek kognitif dan tidak ada perbedaan hasil belajar aspek afektif siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
Saran bagi kepala sekolah dapat menambah wawasan dalam melaksanakan
supervisi akademik sehingga para guru dapat menggunakan metode TPS guna
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa, serta bagi guru PPKn diharapkan
dapat menggunakan metode TPS yang mampu membangkitkan kerjasama dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif dan Afektif PPKn, Think Pair Share
(TPS), Two Stay Two Stray (TSTS).
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang
belajar mengajar guru harus mampu
sangat penting dalam pembentukan
menguasai berbagai metode, agar
karakter, pribadi, dan baik buruknya
siswa dapat belajar secara efektif dan
manusia. Di sekolah (pendidikan
efisien.
formal) usaha pendidikan dilakukan
Roger, dkk (dalam Huda, 2011:
melalui proses pembelajaran dari
29)
berbagai mata pelajaran yang salah
kooperatif
satunya
pembelajaran
adalah
kewarganegaraan.
pendidikan
Mata
menyatakan
pembelajaran
merupakan
aktivitas
kelompok
yang
pelajaran
diorganisir oleh suatu prinsip bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pembelajaran harus didasarkan pada
salah satu mata pelajaran yang
perubahan informasi secara sosial
mempunyai
diantara
tujuan
untuk
kelompok-kelompok
menumbuhkan kesadaran berbangsa
pembelajaran
dan
setiap
bernegara
demokratis
(Bakry,
serta
yang
2009:3).
berjiwa
berkeadaban
Tujuan
yang
di
pembelajaran
dalamnya
bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri
mata
dan didorong untuk meningkatkan
Pendidikan
pembelajaran anggota-anggota yang
tersebut
lain. Penelitian dan review yang
menunjukkan bahwa siswa tidak
dilakukan oleh Johnson, dkk (dalam
hanya
aspek
Huda,
kognitifnya tetapi lebih kepada aspek
bahwa
afektif atau sikap.
Berdasarkan
(cooperative learning) merupakan
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
metode pengajaran efektif dalam
tersebut maka diperlukan guru yang
meningkatkan prestasi dan sosialisasi
mampu
mempunyai
siswa sekaligus turut berkontribusi
menerapkan
bagi perbaikan sikap dan persepsi
berbagai metode pembelajaran yang
mereka tentang begitu pentingnya
dapat
tersebut.
belajar dan bekerja sama, termasuk
Menurut M. Firdaus Zarkasi (dalam
bagi pemahaman mereka tentang
Asmani, 2011: 25), dalam proses
teman-temannya yang berasal dari
pelajaran
Kewarganegaraan
dikembangkan
atau
keterampilan
untuk
mencapai
tujuan
2
2011:
17)
pembelajaran
menunjukkan
kooperatif
latar belakang etnis yang berbeda.
kognitif
Melalui
dilakukan melalui tes tertulis, tes
hasil
pembelajaran
belajar
siswa
kooperatif
baik
lisan,
aspek
peserta
da
didik
dapat
penugasan
(Majid,
kognitif maupun aspek afektif dapat
2014:83). Sedangan aspek afektif ini
ditingkatkan.
dapat di lakukan dalam proses
pembelajaran,
Menurut Sudjana (2010: 22),
misalnya
hasil belajar adalah kemampuan-
terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa
terhadap guru, sikap terhadap proses
setelah
pembelajaran,
menerima
pengalaman
belajarnya. Hasil belajar merupakan
materi
sikap
pelajaran,
dan
sikap
sikap
yang
berkaitan dengan nilai dan norma.
Robert
sesuatu yang diperoleh siswa sebagai
Slavin
dan
rekan-
konsekuensi dari upaya yang telah
rekannya mengenalkan pembelajaran
dilakukan sehingga terjadi perubahan
kooperatif di lingkungan pendidikan
perilaku baik perilaku dalam bidang
melalui metode metodenya yang
kognitif,
terkenal,
afektif,
maupun
seperti
Jigsaw,
Team-
psikomotorik (Sanjaya, 2010: 257).
Game-Tournament (TGT), Student
Menurut Bloom (dalam Supridjono,
Teams
2011: 6) hasil belajar mencakup ini
(STAD), Learning Together, Think
kemampuan kognitif (pengetahuan),
Pair Share (TPS), dan sebagainya
afektif (sikap), dan psikomotorik
(Tukiran, 2012:56). Dalam penelitian
(ketrampilan).
ini
Hasil
belajar
aspek
Achievement
peneliti
akan
Divisions
mencoba
kognitif
membandingkan hasil belajar siswa
menekankan
pada
pengembangan
yang diajar dengan menggunakan
kemampuan
dan
keterampilan
metode Think-Pair-Share (TPS) dan
intelektual. Sedangkan hasil belajar
Two Stay Two Stray (TSTS).
dengan
Model TPS dan TSTS sama-sama
pengembangan perasaan, sikap nilai,
bertujuan meningkatkan hasil belajar
dan emosi (Majid, 2014:45). Seorang
siswa baik aspek kognitif maupun
pendidik perlu melakukan penilaian
aspek
untuk mengetahui pencapaian hasil
(TPS) (dalam Trianto, 2011:81),
belajar peserta didik. Penilaian aspek
merupakan
aspek
afektif
berkaitan
3
afektif.
Think-Pair-Share
metode
pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk
menambah materi yang belum di
berfikir, bekerja sendiri dan bekerja
ungkapkan para siswa.
sama dengan orang lain. Metode ini
Menurut Lie (2005:57) kelebihan
pertama kali dikembangkan oleh
metode TPS ini memberi siswa
Frang Lyman dan koleganya di
kesempatan untuk bekerja sendiri
Universitas
serta bekerja sama dengan orang lain
Maryland.
Dalam
pembelajaran dengan menggunakan
dan
metode TPS merupakan suatu cara
siswa. Sedangkan Two Stay Two
efektif
Stray (TSTS) (dalam Lie, 2002:60)
untuk
suasana
membuat
variasi
kelas.
Adapun
diskusi
mengoptimalkan
memberikan
partisipasi
kesempatan
kepada
langkah - langkah metode Think Pair
kelompok untuk membagikan hasil
Share (TPS) menurut Frank Lyman
dan informasi dengan kelompok lain.
(dalam Mulyadi dan Risminawati,
Sejalan dengan pendapat Hartina
2005:221)
(2008:
adalah:
menyampaikan
(1)
inti
Guru
materi
19)
kelebihan
pembelajaran
dan
TPS
metode
ini
yaitu
kompetenis yang ingin dicapai; (2)
memungkinkan
Siswa
merumuskan
dan
mengajukan
pertanyaan,
terlatih
menerapkan
diminta
mekanisme
memperhatikan
pembelajaran
yang
siswa
untuk
dijelaskan gur; (3) Siswa diminta
konsep bertukar pendapat dengan
untuk
temannya, siswa lebih aktif, siswa
berfikir
tentang
materi/permasalahan
yang
memperoleh
kesempatan
untuk
disampaikan guru; (4) Siswa diminta
mempresentasikan hasil diskusi, serta
berpasangan (kelompok 2 orang) dan
memungkinkan guru untuk lebih
mengutarakan
banyak
hasil
memantau
pemikiranmasing-masing; (5) Guru
proses pembelajaran.
memimpin diskusi, tiap kelompok
Pembelajaran
siswa
kooperatif
dalam
Two
mengemukakan hasil diskusi; (6)
Stay Two Stray (TSTS) merupakan
Berawal
dari
kegiatan
teknik belajar kerjasama antar siswa
tersebut
mengarahkan
pembicara
dalam kelompoknya yang saling
pada
pokok
kegiatan
permasalahan
bergantung satu sama lain, dimana
dan
keberhasilan kelompok ditentukan
4
oleh
jawab
individu
satu
kelompoknya.
Metode
kelompok
tanggung
anggota
siswa
dari
masing-masing
memulai
dengan
belajar mengajar Two Stay Two Stray
memberikan
adalah metode yang dikembangkan
pemikirannya mengenai tugas yang
oleh Spencer Kagan. Metode Two
sedang mereka kerjakan; (8) Siswa
Stay Two Stray (TSTS) merupakan
berikutnya lalu ikut memberikan
salah satu metode diskusi yang
kontribusi
berbasis cooperative learning (Lie,
Demikian seterusnya. Giliran bicara
2002: 61). Adapun langkah-langkah
bisa
metode Two Stay Two Stray dapat
perputaran jarum jam atau dari kiri
dilihat pada tahap-tahap berikut ini
ke kanan. Menurut Huda (2011: 140)
(Huda, 2011: 141) : (1) Siswa
kelebihan dari metode ini adalah
bekerja sama dengan kelompok (4
dapat diterapkan untuk semua mata
orang); (2) Guru memberikan tugas
pelajaran
pada
kemudian juga memungkinkan setiap
setiap
kelompok
didiskusikan
dan
untuk
dari
kelompok
diminta
kelompoknya
bertamu
dan
kedua
(9)
menurut
dan
arah
tingkatan
untuk
saling
usia
berbagi
informasi dengan kelompok lain.
bersama; (3) Setelah selesai, 2
anggota
dan
pemikirannya;
dilaksanakan
kelompok
dikerjakan
pandangan
Berdasarkan
masing-masing
kompetensi
meninggalkan
inti
analisis
dan
dari
kompetensi
masing-masing
dasar PPKn SMA Kelas XI pada
anggota
materi
dari
“Menapaki
Jalan
Terjal
kelompok lain; (4) Dua orang yang
Penegakan Hak Asasi Manusia di
“tinggal” dalam kelompok bertugas
Indonesia”
mensharing informasi dan hasil kerja
tujuan pembelajaran dalam KI dan
mereka ke tamu mereka; (5) “Tamu”
KD
mohon diri dan kembali ke kelompok
mengembangkan
yang semula dan melaporkan apa
berperilaku jujur, disiplin, tanggung
yang mereka temukan dari kelompok
jawab, gotong royong, serta toleran.
lain;
Sedangkan pada aspek kognitif yaitu
(6)
Setiap
kelompok
lalu
pada
membandingkan dan membahas hasil
menerapkan,
pekerjaan mereka semua; (7) Salah
pengetahuan
5
menunjukkan
aspek
afektif
sikap
bahwa
yaitu
untuk
menganalsis
faktual,
konseptual,
rasa
belajar siswa, dengan rata-rata nilai
ingintahu tentang ilmu pengetahuan.
kelas metode TSTS lebih tinggi
Dari hasil analisis menunjukkan
dibandingkan kelas metode Ceramah.
bahwa metode Think Pair and Share
Peneltian ini dilaksanakan di
prosedural
berdasarkan
(TPS) dan Two Stay Two Stray
SMA
(TSTS)
merupakan
dapat
mencapai
tujuan
N
1
Ambarawa
salah
satu
yang
lembaga
pembelajaran yang tertera dalam KI
pendidikan formal. Dalam upaya
dan KD, dikarenakan kedua metode
meningkatkan
ini sama-sama menuntut siswa untuk
peserta didik SMA N 1 Ambarawa
dapat
mengadakan berbagai inovasi baru
aktif
dalam
proses
mutu
pembelajaran sehingga hasil belajar
salah
pada aspek kognitif maupun afektif
penerapan
dapat ditingkatkan.
Menurut informasi yang diperoleh
Sejumlah
penelitian
satunya
pendidikan
berkaitan
metode
dengan
pembelajaran.
dari wakil kepala kurikulum SMA N
menunjukkan bahwa model TPS dan
1
TSTS
menggunakan metode pembelajaran
efektif
digunakan
untuk
Ambarawa,
inovatif,
(2015),
adanya
menggunakan metode pembelajaran
penggunaan
konvensional sehingga siswa sudah
metode Team Game Tournament
terbiasa dengan pembelajaran yang
dan Think Pair Shared terhadap
tidak
hasil
siswa, dengan nilai
tanggal 1 Juni 2016). Berdasarkan
rata-rata kelas metode Think Pair
uraian diatas bahwa guru telah
Shared lebih tinggi daripada kelas
menggunakan metode pembelajaran
metode Team Game Tournament.
inovatif dan siswa sudah terbiasa
Begitu
penelitian
dengan pembelajaran yang tidak
Prihatini (2013) yang menunjukkan
konvensional maka peneliti memilih
ada
SMA N 1 Ambarawa sebagai tempat
perbedaan
pengaruh
belajar
juga
perbedaan
signifikan
dengan
pengaruh
antara
yang
sebagian
telah
pembelajaran. Hasil penelitian Ayu
menunjukkan
namun
guru
konvensional
masih
(wawancara
penelitian.
metode
pembelajaran kooperatif tipe TSTS
Untuk mengetahui apakah ada
dan metode Ceramah terhadap hasil
perbedaan pengaruh yang signifikan
6
antara
metode
TPS
dan
TSTS
Sesuai rumusan masalah yang
terhadap hasil belajar pada mata
telah dirumuskan, maka penelitian
pelajaran PPKn di jenjang SMA,
ini bertujuan untuk:
maka peneliti mengadakan penelitian
1. Menguji ada tidaknya perbedaan
dengan judul: Perbedaan Pengaruh
pengaruh yang signifikan antara
Metode Think Pair And Share (TPS)
metode Think Pair and Share
dan Two Stay Two Stray (TSTS)
(TPS) dan Two Stay Two Stray
Terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa
(TSTS) terhadap hasil belajar
Kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa
aspek kognitif PPKn siswa kelas
Tahun Pelajaran 2016/2017.
XI
Berdasarkan latar belakang diatas
SMA
Semester
maka masalah dalam penelitian ini
N
1
1
Tahun
Ambarawa,
Pelajaran
2016/2017.
adalah :
2. Menguji ada tidaknya perbedaan
pengaruh
pengaruh yang signifikan antara
yang signifikan antara metode
metode Think Pair and Share
Think Pair Share (TPS) dan Two
(TPS) dan Two Stay Two Stray
Stay Two Stray (TSTS) terhadap
(TSTS) terhadap hasil belajar
hasil belajar aspek kognitif PPKn
aspek kognitif PPKn siswa kelas
siswa kelas XI SMA N 1
XI
Ambarawa, Semester 1 Tahun
Semester
Pelajaran 2016/2017 ?
2016/2017.
1. Adakah
perbedaan
SMA
N
1
1
Tahun
Ambarawa,
Pelajaran
Manfaat penelitian ini adalah
2. Adakah perbedaan pengaruhyang
signifikan antara metode Think
sebagai berikut :
Pair Share (TPS) dan Two Stay
1. Manfaat
teoritis
:
Secara
hasil
penelitian
Two Stray (TSTS) terhadap hasil
teoritis
belajar aspek afektif PPKn siswa
diharapkan dapat menambah
kelas XI SMA N 1 Ambarawa,
bahan kajian tentang bukti
Semester
pegaruh metode pembelajaran
1
Tahun
Pelajaran
2016/2017 ?
Think Pair and Share (TPS)
dan Two Stay Two Stray
(TSTS) terhadap hasil belajar
7
aspek kognitif dan afektif
akademik sehingga para guru
dalam mata pelajaran PPKn.
dapat
Disamping itu hasil penelitian
memilih
ini juga diharapkan dapat
pembelajaran
digunakan
bahan
dalam mata pelajaran PPKn
penelitian
sedangkan bagi guru hasil
acuan
sebagai
bagi
disarankan
metode
penelitian
selanjutnya.
untuk
yang
ini
tepat
diharapkan
memberi pertimbangan bagi
2. Manfaat praktis : Bagi kepala
sekolah hasil penelitian ini
guru dalam
diharapkan dapat menambah
menggunakan
wawasan atau bahan dalam
pembelajaran inovatif dalam
melaksanakan
mata pelajaran PPKn.
supervisi
memilih
dan
metode
METODE PENELITIAN
Pair Share) dan kelompok kontrol
Dalam
penelitian
ini
jenis
diberi perlakuan dengan metode
penelitian yang digunakan adalah
TSTS
penelitian eksperimen dengan desain
(Two
Stay
Two
Stray).
Sesudah selesai perlakuan kedua
atau rancangan Quasi Experimental
kelompok diberi tes lagi sebagai
Design atau desain eksperimental
postes (O2 dan O4).
semu dengan bentuk Nonequivalent
Nonequivalent Control Group
Control Group Design. Dalam model
Design
ini sebelum dimulai perlakuan kedua
kelompok
(kelompok
O1
O3
eksperimen
dan kelompok kontrol) diberi tes
awal
Selanjutnya
(O1
pada
dan
O2
O4
(Sugiyono,2015:116)
awal atau pretest untuk mengukur
kondisi
X
Keterangan:
O3).
kelompok
X
:Perlakuan
O1
:Pretes hasil belajar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
eksperimen
diberi perlakuan (X). Kelompok
O2
eksperimen diberi perlakuan dengan
:Postest
hasil
kelompok eksperimen
metode pembelajaran TPS (Think
8
belajar
O3
O4
:Pretes hasil belajar kelompok
digunakan untuk mengambil data
kontrol
hasil belajar pada kelas sampel yaitu
:Postest
hasil
belajar
melalui
:Penentuan
validitas
dan
uji
reliabilitas dengan bantuan program
kelompok kontrol
---
uji
sampel
komputer SPSS 16.00.
tidak
Berdasarkan hasil uji validitas
dilakukan secara random
ini,
50 soal pilihan ganda terdapat 22
populasinya adalah seluruh siswa
soal yang valid, namun hanya 20 soal
kelas XI SMA N 1 Ambarawa
yang
Semester Ganjil Tahun Pelajaran
mempermudah memberi nilai. Dalam
2016/2017 yang terdiri dari 10 kelas
penelitian ini uji validitas hanya
yaitu XI MIPA 1, XI MIPA 2, XI
untuk soal tes hasil belajar aspek
MIPA 3, XI MIPA 4, XI MIPA 5, XI
kognitif. Sebagai persyaratan pokok
IIS 1, XI IIS 2, XI IIS 3, XI IIS 4 dan
kedua dari instrumen pengumpulan
XI IBB. Sampel dalam penelitian ini
data adalah reliabilitas. Menurut
adalah siswa kelas XI MIPA 2
Sugiyono (2015: 173) instrumen
sebagai kelas eksperimen dan XI
yang reliabel adalah instrumen yang
MIPA 3 sebagai kelas kontrol.
bila digunakan beberapa kali untuk
Dalam
penelitian
digunakan
karena
untuk
Tenik yang digunakan untuk
mengukur obyek yang sama, akan
memperoleh data dalam penelitian
menghasilkan data yang sama. Hasil
ini adalah teknik tes berupa soal
uji reliabilias dalam penelitian ini
pilihan ganda (untuk memperoleh
nilai
data hasil belajar aspek kognitif) dan
0.717, karena diantas 0.6 maka dapat
non tes berupa lembar penilaian
disimpulkan
sikap (untuk memperoleh data hasil
penelitian ini dapat diterima.
belajar
aspek
dlaksanakan
afektif)
sebelum
da
Cronbach’s
Dalam
yang
sikap
setelah
Alpha
alat
penilaian
ukur
sebesar
dalam
kompetensi
menggunakan skala Sangat
penerapan metode TPS dan TSTS.
Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
Dalam hal ini instrumen penelitian
dan Kurang
harus
sebagai
permendikbud No. 81A Tahun 2013
sebelum
kriteria penilaian kompetensi sikap
memenuhi
instrumen
yang
syarat
baik,
9
(K). Sesuai dengan
peserta didik adalah sebagai berikut
Menurut Priyatno (2010:76) sebagai
(Majid, 2014:178): Sangat Baik (SB)
kriteria pengujian adalah jika nilai
apabila memperoleh skor 3,33 – 4,00
signifikansi lebih dari 0,05 maka
; Baik (B) apabila memperoleh skor
dapat dikatakan bahwa varian dari
2,33 – 3,33; Cukup (C) apabila
dua atau lebih kelompok data adalah
memperoleh skor 1,33 – 2,33; dan
homogen.
Uji hipotesis merupakan metode
Kurang (K) apabila memperoleh skor
< 1,33.
pengambilan
didasarkan
Uji prasyarat analisis data dalam
penelitian
ini
yaitu
dengan
keputusan
uji
dari
yang
analisis
data.
Pengujian hipotesis penelitian ini
normalitas, uji homogenitas, serta uji
menggunakan
hipotesis
Sample T test digunakan untuk
16.00.
denganbantuan
SPSS
mengetahui
Uji normalitas digunakan
T-tes.
ada
Independent
atau
tidaknya
untuk mengetahui apakah populasi
perbedaan
rata-rata
antara
data berdistribusi normal atau tidak
kelompok
sampel
yang
(Priyatno,
berhubungan.
2010:
71).
Data
dua
tidak
Pengambilan
dinyatakan berdistribusi normal jika
keputusan terhadap uji hipotesis
nilai signifikan lebih besar dari 0,05.
adalah jika signifikan > 0,05 maka
Disamping pengujian terhadap
Ho
diterima,
sedangkan
jika
nilai,
signifikan
diberi perlakuan dengan metode
0.05) dan taraf signifikansi kelas
TSTS mempunyai nilai rata-rata
kontrol adalah 0.063 (0.063 > 0.05)
7.016 dengan nilai maksimal 8.5 dan
yang
nilai minial 5.0. Data hasil belajar
normal. Sedangkan taraf signifikansi
siswa aspek afektif kelas eksperimen
uji normalitas hasil belajar aspek
menunjukkan rata-rata 3.168 yang
afektif
masuk dalam kategori baik (B)
0.200 (0.200 > 0.05) dan taraf
dengan nilai maksimal 3.5 dan
signifikansi
minimal 2.4. Sedangkan hasil belajar
(0.200 > 0.05) yang berarti data
siswa aspek afektif kelas kontrol
berdistribusi normal.
menunjukkan rata-rata 3.119 yang
masuk dalam kategori baik (B)
uji
aspek
berarti
kelas
data
berdistribusi
eksperimen
kelas
kontrol
adalah
0.200
Hasil Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini pengujian
dengan nilai maksimal 3.9 dan
homogenitas
minimal 2.3.
Levene Statistic. Berdasarkan hasil
menggunakan
uji
Hasil Uji Normalitas
uji homogenitas taraf signifikansi
Uji normalitas digunakan untuk
hasil belajar aspek kognitif kelas
mengetahui apakah populasi data
eksprimen dan kontrol adalah 0.258
12
(0.258
>
0.05)
yang
dapat
berarti
disimpulkan
bahwa
ada
mempunyai varian yang homogen.
perbedaan pengaruh yang signifikan
Sedangkan taraf signifikansi hasil
hasil
belajar aspek afektif kelas eksprimen
antara kelas eksperimen dan kelas
dan kontrol adalah 2.055 (2.055 >
kontrol.
0.05) yang berarti mempunyai varian
Independent Samples T-Test terhadap
yang homogen.
hasil belajar aspek afektif diketahui
nilai
Analisis Uji T-test
belajar
siswaaspek
Sedangkan
signifikansi
Sig.
kgnitif
hasil
uji
(2-tailed)
uji
adalah 0.375 (0.375 < 0.05), berarti
Independent Samples T-Test terhadap
Ho diterima dan Ha ditolak yang
hasil belajar aspek kognitif diketahui
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
nilai
perbedaan
Berdasarkan
signifikansi
hasil
Sig.
(2-tailed)
yang
signifikan
hasil
adalah 0.007 (0.007 < 0.05), berarti
belajar siswa aspek afektif antara
Ho ditolak dan Ha diterima yang
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 3
Uji Independent Sample T-Test Hasil Belajar Aspek Kognitif (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F
Nilai
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
.330
Sig.
.568
T
Sig. (2tailed)
Df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower Upper
2.783
62
.007
.78125
.28072 .22010
1.3424
0
2.783
61.674
.007
.78125
.28072 .22004
1.3424
6
(Sumber: Data Penelitian Diolah)
13
Tabel 4
Uji Independent Sample T-Test Hasil Belajar Aspek Afektif (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F
Equal
variances
assumed
Nilai
Sig.
6.18
6
t
.016
Equal
variances not
assumed
Sig. (2tailed)
Df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower Upper
.895
62
.374
.08219
.09185
.26579
.10142
.895
51.466
.375
.08219
.09185
.26654
.10217
(Sumber: Data Penelitian Diolah)
adalah 0.007 (0.007 < 0.05) yang
Berdasarkan pengujian hipotesis,
dapat
diketahui
perbedaan
bahwa
yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
terdapat
signifikan
Namun
hasil
dari
hasil
pengujian
belajar PPKn aspek kognitif siswa
hipotesis hasil belajar PPKn aspek
kelas XI antara kelas eksperimen (XI
afektif
MIPA 2) yang menggunakan metode
perbedaan yang signifikan antara
pembelajaran TPS
kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
yang
Hal ini dtunjukkan pada hasil uji
menggunakan metode pembelajaran
Independent Sample T-test terhadap
TSTS. Hal tersebut ditunjukkan pada
hasil belajar PPKn aspek afektif
uji Independent Sample T-test postes
dengan nilai signifkansi Sig. (2-
dengan bantuan SPSS 16.00, dengan
tailed) adalah 0.375 (0.375 < 0.05)
nilai
yang erarti Ho diterima dan Ha
kontrol
(XI
dengan
MIPA
signifikansi
3)
Sig.
(2-tailed)
siswa
tidak
terdapat
ditolak.
Pembahasan
Secara
teoritis
merupakan
metode
yang
memberikan
metode
TPS
banyak
kepada
siswa
pembelajaran
memikirkan
waktu
tentang apa yang dijelaskan atau
lebih
14
secara
untuk
mendalam
dialami (Suyatno, 2009:54). Metode
secara
TPS ini melibatkan seluruh peserta
Sedangkan pada kelas kontrol yang
didik karena masing-masing siswa
menggunakan metode TSTS hasilnya
dituntut untuk mengemukakan ide
kurang baik karena dalam proses
dan pendapat secara individu, serta
diskusi dan menyampaikan hasil
melibatkan seluruh peserta didik.
diskusi pada kelompok lain hanya
Sedangkan secara teoritis metode
didominasi oleh beberapa siswa saja.
TSTS
Kemudian
merupakan
pembelajaran
metode
yang
individu
dalam
dan
kelompok.
menyampaikan
memberi
hasil diskusi kepada tamu beberapa
kesempatan kepada kelompok untuk
kelompok tidak menggunakan waktu
membagikan hasil diskusi kepada
untuk berdiskusi dengan baik dan
kelompok
ada beberapa siswa dalam kelompok
lain
(Komalasari,
2013:69).
yang acuh dan hanya mengandalakan
jawaban teman tanpa berfikir ulang.
Hasil penelitian di SMA N 1
belajar
ranah
Guru disini juga kesulitan dalam
ekperimen
yang
pengelolaan kelas karena terdapat
menggunakan metode TPS lebih baik
langkah yang mengharuskan siswa
dibanding
yang
bertamu ke kelompok lain, hal ini
TSTS.
menyebabkan suasana kelas menjadi
Ambarawa,
kognitif
hasil
kelas
kelas
menggunakan
kontrol
metode
Keunggulan kelas ekperimen yang
kurang
menggunakan metode TPS seluruh
membutuhkan banyak persiapan baik
siswa dapat belajar aktif karena
materi, tenaga dan dana.
tenang,
guru
juga
diharuskan
Dilain pihak hasil belajar ranah
mengemukakan ide dan pendapatnya
afektif kelas eksperimen dan kelas
dalam menjawab soal yang diberikan
kontrol tidak terdapat perbedaan
guru. Masing-masing gagasan dan
yang signifikan dan keduanya masuk
pendapat
kepada
dalam kategori baik (B). Menurut
kemudian
Sudjana (2010: 30) hasil belajar
untuk
ranah afektif ini tampak pada siswa
mendapat satu kesimpulan jawaban.
dalam berbagai tingkah laku seperti
Dengan begitu siswa dapat bekerja
perhatian
masing-masing
siswa
disampaikan
pasangannya
yang
didiskusikan
kembali
15
terhadap
pelajaran,
disiplin,
kebiasaan
belajar,
berbeda
pendapat,
bersedia
menghargai guru dan teman, dan
melaksakana tugas sesuai dengan
hubungan sosial. Hasil penelitian di
kesepakatan, serta menghormati guru
SMA N 1 Ambarawa menunjukkan
dan teman sebaya. Berdasarkan hasil
bahwa antara kelas eksperimen dan
analisis data hasil belajar aspek
kelas kontrol masuk dalam kategori
afektif baik hasil pretes maupun
baik. Hal ini terlihat pada saat
postes menunjukkan bahwa kedua
terjadinya kegiatan belajar mengajar
kelas tidak ada perbedaan sama
dimana
kelas
sekali. Hal ini dikarenakan adanya
eksperimen dan kelas kontrol taat
faktor lain yaitu di sekolah siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas yang
telah ditanamakan kedisiplinan dan
diberikan guru, melaksanakan tugas
tanggung jawab sesuai dengan tata
individu dan kelompok dengan baik,
tertib sekolah yang berlaku di SMA
mau bekerja sama dengan siswa yang
N
siswa
baik
di
1
Ambarawa.
SIMPULAN DAN SARAN
Share (TPS) lebih baik/tinggi yaitu
Simpulan
Berdasarkan
hasil
sebesar 7.797, dibandingkan nilai
penelitian
yang sudah dilakukan di SMA N 1
rata-rata
Ambarawa pada
menggunakan metode Two Stay Two
mata pelajaran
kelas
kontrol
yang
Stray (TSTS) yaitu sebesar 7.016.
PPKn, materi “Penegakkan HAM di
Sedangkan hasil analisis data
Indonesia” dan pada analisis data
dapat
penilaian aspek afektif menunjukkan
terdapat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
perbedaan pengaruh yang signifikan
signifikan hasil belajar afektif siswa
antara
TSTS
kelas XI SMA N 1 Ambarawa yang
terhadap hasil belajar aspek kognitif
diajar dengan metode TPS dan
siswa kelas XI SMA N 1 Ambarawa.
TSTS.
Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-
eksperimen
rata
masuk dalam kategori baik (B) dan
serta
pembahasan,
disimpulkan
metode
kelas
maka
bahwa
TPS
dan
eksperimen
yang
menggunakan metode Think Pair
16
Nilai
rata-rata
sebesar
3.168
kelas
yang
kelas kontrol sebesar 3.119 yang
Think
masuk dalam kategori baik (B).
meningkatkan
Pair
Share
hasil
(TPS)
guna
belajar
dan
keaktifan siswa dalam mata pelajaran
Saran
PPKn. Saran bagi guru PPKn SMA
Peneliti memberikan saran bagi
N 1 Ambarawa dan Guru PPKn
kepala sekolah selaku pemimpin
dapat
menambah
wawasan
lainnya
atau
diharapkan
dapat
menggunakan metode pembelajaran
bahan dalam melaksanakan supervisi
Think Pair Share (TPS) yang mampu
akademik sehingga para guru dapat
membangkitkan
menggunakan metode pembelajaran
kerjasama
dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips
Noor MS, Bakry. 2009. Pendidikan
Aplikasi Pakem. Jogjakarta: DIVA
Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Press.
Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative
Priyatno, Dwi. 2010. Paham Analisis
Learning. Yogyakarta: PUSTAKA
Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
PELAJAR.
Mediakom
Lie,
Anita.
2002.
Cooperative
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran
Mempraktikkan
dalam Implementasi Kurikulum
Cooperative Learning di Ruang-
Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Learning:
Ruang
Kelas.
Jakarta:
PT
Kencana.
Sudjana,
Gramedia Widiasana Indonesia.
Majid,
Abdul.
Autentik
2014.
Proses
Bandung:
Hasil
Belajar . Bandung: PT REMAJA
di
PT
REMAJA
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Mulyadi dan Risminawati. 2012.
Inovatif
Penilaian
ROSDAKARYA.
ROSDAKARYA
Model-Model
2010.
Hasil Proses Belajar Mengajar .
Penilaian
dan
Nana.
Pendidikan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D .
Pembelajaran
Sekolah
Pendekatan
Dasar .
Bandung: Alfabeta.
Surakarta: FKIP UMS.
17
Supridjono, Agus. 2009. Cooperative
Think
Pair
Share
Learning Teori dan Aplikasi
Terhadap
Pakem.
Sosiologi Siswa Kelas XI IPS
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Taniredja,
Tukiran,
Model-Model
dkk.
2011.
Hasil
(TPS)
SMA
Negeri
Tahun
Pelajaran
Belajar
Kebakkramat
2014/2015.
Skripsi Diterbitkan di Surakarta:
Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pendidikan. Universitas Sebelas
Pembelajaran
Inovatif-
Progresif.
Kencana
Jakarta:
Maret Surakarta.
Prihatini dan Nani Mediatati. 2013.
Premada Media Group.
Perbedaan
Pengaruh
Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe
KARYA ILMIAH
Hartina.
2008.
TSTS (Two Stay Two Stray) dan
Pengaruh
Metode
model
Ceramah
Terhadap
pembelajaran kooperatif Tipe
Hasil Belajar Pkn Pada Siswa
Think Pair Share terhadap hasil
Kelas X Sma Negeri 1 Pabelan
belajar kimia kelas XI IPA SMA
Kecamatan Pabelan Kabupaten
Negeri 5 Makassar (Studi pada
Semarang
materi
laju
reaksi).
Diterbitkan Di Salatiga: Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Nur, Dyah Ayu. 2015. Komparasi
Team
Ganjil
Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal
Skripsi.
Makassar: UNM.
Metode
Semester
Universitas
Group
Wacana.
Tournament (TGT) dan Metode
18
Kristen
Satya
DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR
PPKn SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Jurnal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Gelar Sarjana Pendidikan Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh :
Diah Nur Anisah
(172013011)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
i
ii
iii
iv
v
vi
PERBEDAAN PENGARUH METODE THINK PAIR AND SHARE (TPS)
DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) TERHADAP HASIL BELAJAR
PPKn SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBARAWA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Diah Nur Anisah (172013011)
Program Studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode TPS dan TSTS
terhadap hasil belajar PPKn aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen, dengan desain penelitian Quasi Eksperimental
Design. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas XI SMA N 1 Ambarawa, yang
terdiri dari 10 kelas. Sampel dalam penelitian ini kelas XI MIPA 2 (kelas
eksperimen) dan kelas XI MIPA 3 (kelas kontrol). Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah tes (aspek kognitif) dan non tes (aspek afektif).
Setelah memenuhi uji prasyarat analisis data (uji normaitas dan uji homogitas)
dilakukan uji hipotesis dengan Uji-T dengan bantuan SPSS 16.00. Uji hipotesis
hasil belajar aspek kognitif menunjukkan signifikansi sebesar 0.0070.05 berarti tidak terdapat perbedaan
yang signifikan hasil belajar PPKn aspek afektif siswa kelas eksperimen dan
kontrol. Hasil penelitian ini disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil
belajar aspek kognitif dan tidak ada perbedaan hasil belajar aspek afektif siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
Saran bagi kepala sekolah dapat menambah wawasan dalam melaksanakan
supervisi akademik sehingga para guru dapat menggunakan metode TPS guna
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa, serta bagi guru PPKn diharapkan
dapat menggunakan metode TPS yang mampu membangkitkan kerjasama dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif dan Afektif PPKn, Think Pair Share
(TPS), Two Stay Two Stray (TSTS).
1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang
belajar mengajar guru harus mampu
sangat penting dalam pembentukan
menguasai berbagai metode, agar
karakter, pribadi, dan baik buruknya
siswa dapat belajar secara efektif dan
manusia. Di sekolah (pendidikan
efisien.
formal) usaha pendidikan dilakukan
Roger, dkk (dalam Huda, 2011:
melalui proses pembelajaran dari
29)
berbagai mata pelajaran yang salah
kooperatif
satunya
pembelajaran
adalah
kewarganegaraan.
pendidikan
Mata
menyatakan
pembelajaran
merupakan
aktivitas
kelompok
yang
pelajaran
diorganisir oleh suatu prinsip bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pembelajaran harus didasarkan pada
salah satu mata pelajaran yang
perubahan informasi secara sosial
mempunyai
diantara
tujuan
untuk
kelompok-kelompok
menumbuhkan kesadaran berbangsa
pembelajaran
dan
setiap
bernegara
demokratis
(Bakry,
serta
yang
2009:3).
berjiwa
berkeadaban
Tujuan
yang
di
pembelajaran
dalamnya
bertanggung
jawab atas pembelajarannya sendiri
mata
dan didorong untuk meningkatkan
Pendidikan
pembelajaran anggota-anggota yang
tersebut
lain. Penelitian dan review yang
menunjukkan bahwa siswa tidak
dilakukan oleh Johnson, dkk (dalam
hanya
aspek
Huda,
kognitifnya tetapi lebih kepada aspek
bahwa
afektif atau sikap.
Berdasarkan
(cooperative learning) merupakan
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
metode pengajaran efektif dalam
tersebut maka diperlukan guru yang
meningkatkan prestasi dan sosialisasi
mampu
mempunyai
siswa sekaligus turut berkontribusi
menerapkan
bagi perbaikan sikap dan persepsi
berbagai metode pembelajaran yang
mereka tentang begitu pentingnya
dapat
tersebut.
belajar dan bekerja sama, termasuk
Menurut M. Firdaus Zarkasi (dalam
bagi pemahaman mereka tentang
Asmani, 2011: 25), dalam proses
teman-temannya yang berasal dari
pelajaran
Kewarganegaraan
dikembangkan
atau
keterampilan
untuk
mencapai
tujuan
2
2011:
17)
pembelajaran
menunjukkan
kooperatif
latar belakang etnis yang berbeda.
kognitif
Melalui
dilakukan melalui tes tertulis, tes
hasil
pembelajaran
belajar
siswa
kooperatif
baik
lisan,
aspek
peserta
da
didik
dapat
penugasan
(Majid,
kognitif maupun aspek afektif dapat
2014:83). Sedangan aspek afektif ini
ditingkatkan.
dapat di lakukan dalam proses
pembelajaran,
Menurut Sudjana (2010: 22),
misalnya
hasil belajar adalah kemampuan-
terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa
terhadap guru, sikap terhadap proses
setelah
pembelajaran,
menerima
pengalaman
belajarnya. Hasil belajar merupakan
materi
sikap
pelajaran,
dan
sikap
sikap
yang
berkaitan dengan nilai dan norma.
Robert
sesuatu yang diperoleh siswa sebagai
Slavin
dan
rekan-
konsekuensi dari upaya yang telah
rekannya mengenalkan pembelajaran
dilakukan sehingga terjadi perubahan
kooperatif di lingkungan pendidikan
perilaku baik perilaku dalam bidang
melalui metode metodenya yang
kognitif,
terkenal,
afektif,
maupun
seperti
Jigsaw,
Team-
psikomotorik (Sanjaya, 2010: 257).
Game-Tournament (TGT), Student
Menurut Bloom (dalam Supridjono,
Teams
2011: 6) hasil belajar mencakup ini
(STAD), Learning Together, Think
kemampuan kognitif (pengetahuan),
Pair Share (TPS), dan sebagainya
afektif (sikap), dan psikomotorik
(Tukiran, 2012:56). Dalam penelitian
(ketrampilan).
ini
Hasil
belajar
aspek
Achievement
peneliti
akan
Divisions
mencoba
kognitif
membandingkan hasil belajar siswa
menekankan
pada
pengembangan
yang diajar dengan menggunakan
kemampuan
dan
keterampilan
metode Think-Pair-Share (TPS) dan
intelektual. Sedangkan hasil belajar
Two Stay Two Stray (TSTS).
dengan
Model TPS dan TSTS sama-sama
pengembangan perasaan, sikap nilai,
bertujuan meningkatkan hasil belajar
dan emosi (Majid, 2014:45). Seorang
siswa baik aspek kognitif maupun
pendidik perlu melakukan penilaian
aspek
untuk mengetahui pencapaian hasil
(TPS) (dalam Trianto, 2011:81),
belajar peserta didik. Penilaian aspek
merupakan
aspek
afektif
berkaitan
3
afektif.
Think-Pair-Share
metode
pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk
menambah materi yang belum di
berfikir, bekerja sendiri dan bekerja
ungkapkan para siswa.
sama dengan orang lain. Metode ini
Menurut Lie (2005:57) kelebihan
pertama kali dikembangkan oleh
metode TPS ini memberi siswa
Frang Lyman dan koleganya di
kesempatan untuk bekerja sendiri
Universitas
serta bekerja sama dengan orang lain
Maryland.
Dalam
pembelajaran dengan menggunakan
dan
metode TPS merupakan suatu cara
siswa. Sedangkan Two Stay Two
efektif
Stray (TSTS) (dalam Lie, 2002:60)
untuk
suasana
membuat
variasi
kelas.
Adapun
diskusi
mengoptimalkan
memberikan
partisipasi
kesempatan
kepada
langkah - langkah metode Think Pair
kelompok untuk membagikan hasil
Share (TPS) menurut Frank Lyman
dan informasi dengan kelompok lain.
(dalam Mulyadi dan Risminawati,
Sejalan dengan pendapat Hartina
2005:221)
(2008:
adalah:
menyampaikan
(1)
inti
Guru
materi
19)
kelebihan
pembelajaran
dan
TPS
metode
ini
yaitu
kompetenis yang ingin dicapai; (2)
memungkinkan
Siswa
merumuskan
dan
mengajukan
pertanyaan,
terlatih
menerapkan
diminta
mekanisme
memperhatikan
pembelajaran
yang
siswa
untuk
dijelaskan gur; (3) Siswa diminta
konsep bertukar pendapat dengan
untuk
temannya, siswa lebih aktif, siswa
berfikir
tentang
materi/permasalahan
yang
memperoleh
kesempatan
untuk
disampaikan guru; (4) Siswa diminta
mempresentasikan hasil diskusi, serta
berpasangan (kelompok 2 orang) dan
memungkinkan guru untuk lebih
mengutarakan
banyak
hasil
memantau
pemikiranmasing-masing; (5) Guru
proses pembelajaran.
memimpin diskusi, tiap kelompok
Pembelajaran
siswa
kooperatif
dalam
Two
mengemukakan hasil diskusi; (6)
Stay Two Stray (TSTS) merupakan
Berawal
dari
kegiatan
teknik belajar kerjasama antar siswa
tersebut
mengarahkan
pembicara
dalam kelompoknya yang saling
pada
pokok
kegiatan
permasalahan
bergantung satu sama lain, dimana
dan
keberhasilan kelompok ditentukan
4
oleh
jawab
individu
satu
kelompoknya.
Metode
kelompok
tanggung
anggota
siswa
dari
masing-masing
memulai
dengan
belajar mengajar Two Stay Two Stray
memberikan
adalah metode yang dikembangkan
pemikirannya mengenai tugas yang
oleh Spencer Kagan. Metode Two
sedang mereka kerjakan; (8) Siswa
Stay Two Stray (TSTS) merupakan
berikutnya lalu ikut memberikan
salah satu metode diskusi yang
kontribusi
berbasis cooperative learning (Lie,
Demikian seterusnya. Giliran bicara
2002: 61). Adapun langkah-langkah
bisa
metode Two Stay Two Stray dapat
perputaran jarum jam atau dari kiri
dilihat pada tahap-tahap berikut ini
ke kanan. Menurut Huda (2011: 140)
(Huda, 2011: 141) : (1) Siswa
kelebihan dari metode ini adalah
bekerja sama dengan kelompok (4
dapat diterapkan untuk semua mata
orang); (2) Guru memberikan tugas
pelajaran
pada
kemudian juga memungkinkan setiap
setiap
kelompok
didiskusikan
dan
untuk
dari
kelompok
diminta
kelompoknya
bertamu
dan
kedua
(9)
menurut
dan
arah
tingkatan
untuk
saling
usia
berbagi
informasi dengan kelompok lain.
bersama; (3) Setelah selesai, 2
anggota
dan
pemikirannya;
dilaksanakan
kelompok
dikerjakan
pandangan
Berdasarkan
masing-masing
kompetensi
meninggalkan
inti
analisis
dan
dari
kompetensi
masing-masing
dasar PPKn SMA Kelas XI pada
anggota
materi
dari
“Menapaki
Jalan
Terjal
kelompok lain; (4) Dua orang yang
Penegakan Hak Asasi Manusia di
“tinggal” dalam kelompok bertugas
Indonesia”
mensharing informasi dan hasil kerja
tujuan pembelajaran dalam KI dan
mereka ke tamu mereka; (5) “Tamu”
KD
mohon diri dan kembali ke kelompok
mengembangkan
yang semula dan melaporkan apa
berperilaku jujur, disiplin, tanggung
yang mereka temukan dari kelompok
jawab, gotong royong, serta toleran.
lain;
Sedangkan pada aspek kognitif yaitu
(6)
Setiap
kelompok
lalu
pada
membandingkan dan membahas hasil
menerapkan,
pekerjaan mereka semua; (7) Salah
pengetahuan
5
menunjukkan
aspek
afektif
sikap
bahwa
yaitu
untuk
menganalsis
faktual,
konseptual,
rasa
belajar siswa, dengan rata-rata nilai
ingintahu tentang ilmu pengetahuan.
kelas metode TSTS lebih tinggi
Dari hasil analisis menunjukkan
dibandingkan kelas metode Ceramah.
bahwa metode Think Pair and Share
Peneltian ini dilaksanakan di
prosedural
berdasarkan
(TPS) dan Two Stay Two Stray
SMA
(TSTS)
merupakan
dapat
mencapai
tujuan
N
1
Ambarawa
salah
satu
yang
lembaga
pembelajaran yang tertera dalam KI
pendidikan formal. Dalam upaya
dan KD, dikarenakan kedua metode
meningkatkan
ini sama-sama menuntut siswa untuk
peserta didik SMA N 1 Ambarawa
dapat
mengadakan berbagai inovasi baru
aktif
dalam
proses
mutu
pembelajaran sehingga hasil belajar
salah
pada aspek kognitif maupun afektif
penerapan
dapat ditingkatkan.
Menurut informasi yang diperoleh
Sejumlah
penelitian
satunya
pendidikan
berkaitan
metode
dengan
pembelajaran.
dari wakil kepala kurikulum SMA N
menunjukkan bahwa model TPS dan
1
TSTS
menggunakan metode pembelajaran
efektif
digunakan
untuk
Ambarawa,
inovatif,
(2015),
adanya
menggunakan metode pembelajaran
penggunaan
konvensional sehingga siswa sudah
metode Team Game Tournament
terbiasa dengan pembelajaran yang
dan Think Pair Shared terhadap
tidak
hasil
siswa, dengan nilai
tanggal 1 Juni 2016). Berdasarkan
rata-rata kelas metode Think Pair
uraian diatas bahwa guru telah
Shared lebih tinggi daripada kelas
menggunakan metode pembelajaran
metode Team Game Tournament.
inovatif dan siswa sudah terbiasa
Begitu
penelitian
dengan pembelajaran yang tidak
Prihatini (2013) yang menunjukkan
konvensional maka peneliti memilih
ada
SMA N 1 Ambarawa sebagai tempat
perbedaan
pengaruh
belajar
juga
perbedaan
signifikan
dengan
pengaruh
antara
yang
sebagian
telah
pembelajaran. Hasil penelitian Ayu
menunjukkan
namun
guru
konvensional
masih
(wawancara
penelitian.
metode
pembelajaran kooperatif tipe TSTS
Untuk mengetahui apakah ada
dan metode Ceramah terhadap hasil
perbedaan pengaruh yang signifikan
6
antara
metode
TPS
dan
TSTS
Sesuai rumusan masalah yang
terhadap hasil belajar pada mata
telah dirumuskan, maka penelitian
pelajaran PPKn di jenjang SMA,
ini bertujuan untuk:
maka peneliti mengadakan penelitian
1. Menguji ada tidaknya perbedaan
dengan judul: Perbedaan Pengaruh
pengaruh yang signifikan antara
Metode Think Pair And Share (TPS)
metode Think Pair and Share
dan Two Stay Two Stray (TSTS)
(TPS) dan Two Stay Two Stray
Terhadap Hasil Belajar PPKn Siswa
(TSTS) terhadap hasil belajar
Kelas XI SMA Negeri 1 Ambarawa
aspek kognitif PPKn siswa kelas
Tahun Pelajaran 2016/2017.
XI
Berdasarkan latar belakang diatas
SMA
Semester
maka masalah dalam penelitian ini
N
1
1
Tahun
Ambarawa,
Pelajaran
2016/2017.
adalah :
2. Menguji ada tidaknya perbedaan
pengaruh
pengaruh yang signifikan antara
yang signifikan antara metode
metode Think Pair and Share
Think Pair Share (TPS) dan Two
(TPS) dan Two Stay Two Stray
Stay Two Stray (TSTS) terhadap
(TSTS) terhadap hasil belajar
hasil belajar aspek kognitif PPKn
aspek kognitif PPKn siswa kelas
siswa kelas XI SMA N 1
XI
Ambarawa, Semester 1 Tahun
Semester
Pelajaran 2016/2017 ?
2016/2017.
1. Adakah
perbedaan
SMA
N
1
1
Tahun
Ambarawa,
Pelajaran
Manfaat penelitian ini adalah
2. Adakah perbedaan pengaruhyang
signifikan antara metode Think
sebagai berikut :
Pair Share (TPS) dan Two Stay
1. Manfaat
teoritis
:
Secara
hasil
penelitian
Two Stray (TSTS) terhadap hasil
teoritis
belajar aspek afektif PPKn siswa
diharapkan dapat menambah
kelas XI SMA N 1 Ambarawa,
bahan kajian tentang bukti
Semester
pegaruh metode pembelajaran
1
Tahun
Pelajaran
2016/2017 ?
Think Pair and Share (TPS)
dan Two Stay Two Stray
(TSTS) terhadap hasil belajar
7
aspek kognitif dan afektif
akademik sehingga para guru
dalam mata pelajaran PPKn.
dapat
Disamping itu hasil penelitian
memilih
ini juga diharapkan dapat
pembelajaran
digunakan
bahan
dalam mata pelajaran PPKn
penelitian
sedangkan bagi guru hasil
acuan
sebagai
bagi
disarankan
metode
penelitian
selanjutnya.
untuk
yang
ini
tepat
diharapkan
memberi pertimbangan bagi
2. Manfaat praktis : Bagi kepala
sekolah hasil penelitian ini
guru dalam
diharapkan dapat menambah
menggunakan
wawasan atau bahan dalam
pembelajaran inovatif dalam
melaksanakan
mata pelajaran PPKn.
supervisi
memilih
dan
metode
METODE PENELITIAN
Pair Share) dan kelompok kontrol
Dalam
penelitian
ini
jenis
diberi perlakuan dengan metode
penelitian yang digunakan adalah
TSTS
penelitian eksperimen dengan desain
(Two
Stay
Two
Stray).
Sesudah selesai perlakuan kedua
atau rancangan Quasi Experimental
kelompok diberi tes lagi sebagai
Design atau desain eksperimental
postes (O2 dan O4).
semu dengan bentuk Nonequivalent
Nonequivalent Control Group
Control Group Design. Dalam model
Design
ini sebelum dimulai perlakuan kedua
kelompok
(kelompok
O1
O3
eksperimen
dan kelompok kontrol) diberi tes
awal
Selanjutnya
(O1
pada
dan
O2
O4
(Sugiyono,2015:116)
awal atau pretest untuk mengukur
kondisi
X
Keterangan:
O3).
kelompok
X
:Perlakuan
O1
:Pretes hasil belajar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
eksperimen
diberi perlakuan (X). Kelompok
O2
eksperimen diberi perlakuan dengan
:Postest
hasil
kelompok eksperimen
metode pembelajaran TPS (Think
8
belajar
O3
O4
:Pretes hasil belajar kelompok
digunakan untuk mengambil data
kontrol
hasil belajar pada kelas sampel yaitu
:Postest
hasil
belajar
melalui
:Penentuan
validitas
dan
uji
reliabilitas dengan bantuan program
kelompok kontrol
---
uji
sampel
komputer SPSS 16.00.
tidak
Berdasarkan hasil uji validitas
dilakukan secara random
ini,
50 soal pilihan ganda terdapat 22
populasinya adalah seluruh siswa
soal yang valid, namun hanya 20 soal
kelas XI SMA N 1 Ambarawa
yang
Semester Ganjil Tahun Pelajaran
mempermudah memberi nilai. Dalam
2016/2017 yang terdiri dari 10 kelas
penelitian ini uji validitas hanya
yaitu XI MIPA 1, XI MIPA 2, XI
untuk soal tes hasil belajar aspek
MIPA 3, XI MIPA 4, XI MIPA 5, XI
kognitif. Sebagai persyaratan pokok
IIS 1, XI IIS 2, XI IIS 3, XI IIS 4 dan
kedua dari instrumen pengumpulan
XI IBB. Sampel dalam penelitian ini
data adalah reliabilitas. Menurut
adalah siswa kelas XI MIPA 2
Sugiyono (2015: 173) instrumen
sebagai kelas eksperimen dan XI
yang reliabel adalah instrumen yang
MIPA 3 sebagai kelas kontrol.
bila digunakan beberapa kali untuk
Dalam
penelitian
digunakan
karena
untuk
Tenik yang digunakan untuk
mengukur obyek yang sama, akan
memperoleh data dalam penelitian
menghasilkan data yang sama. Hasil
ini adalah teknik tes berupa soal
uji reliabilias dalam penelitian ini
pilihan ganda (untuk memperoleh
nilai
data hasil belajar aspek kognitif) dan
0.717, karena diantas 0.6 maka dapat
non tes berupa lembar penilaian
disimpulkan
sikap (untuk memperoleh data hasil
penelitian ini dapat diterima.
belajar
aspek
dlaksanakan
afektif)
sebelum
da
Cronbach’s
Dalam
yang
sikap
setelah
Alpha
alat
penilaian
ukur
sebesar
dalam
kompetensi
menggunakan skala Sangat
penerapan metode TPS dan TSTS.
Baik (SB), Baik (B), Cukup (C),
Dalam hal ini instrumen penelitian
dan Kurang
harus
sebagai
permendikbud No. 81A Tahun 2013
sebelum
kriteria penilaian kompetensi sikap
memenuhi
instrumen
yang
syarat
baik,
9
(K). Sesuai dengan
peserta didik adalah sebagai berikut
Menurut Priyatno (2010:76) sebagai
(Majid, 2014:178): Sangat Baik (SB)
kriteria pengujian adalah jika nilai
apabila memperoleh skor 3,33 – 4,00
signifikansi lebih dari 0,05 maka
; Baik (B) apabila memperoleh skor
dapat dikatakan bahwa varian dari
2,33 – 3,33; Cukup (C) apabila
dua atau lebih kelompok data adalah
memperoleh skor 1,33 – 2,33; dan
homogen.
Uji hipotesis merupakan metode
Kurang (K) apabila memperoleh skor
< 1,33.
pengambilan
didasarkan
Uji prasyarat analisis data dalam
penelitian
ini
yaitu
dengan
keputusan
uji
dari
yang
analisis
data.
Pengujian hipotesis penelitian ini
normalitas, uji homogenitas, serta uji
menggunakan
hipotesis
Sample T test digunakan untuk
16.00.
denganbantuan
SPSS
mengetahui
Uji normalitas digunakan
T-tes.
ada
Independent
atau
tidaknya
untuk mengetahui apakah populasi
perbedaan
rata-rata
antara
data berdistribusi normal atau tidak
kelompok
sampel
yang
(Priyatno,
berhubungan.
2010:
71).
Data
dua
tidak
Pengambilan
dinyatakan berdistribusi normal jika
keputusan terhadap uji hipotesis
nilai signifikan lebih besar dari 0,05.
adalah jika signifikan > 0,05 maka
Disamping pengujian terhadap
Ho
diterima,
sedangkan
jika
nilai,
signifikan
diberi perlakuan dengan metode
0.05) dan taraf signifikansi kelas
TSTS mempunyai nilai rata-rata
kontrol adalah 0.063 (0.063 > 0.05)
7.016 dengan nilai maksimal 8.5 dan
yang
nilai minial 5.0. Data hasil belajar
normal. Sedangkan taraf signifikansi
siswa aspek afektif kelas eksperimen
uji normalitas hasil belajar aspek
menunjukkan rata-rata 3.168 yang
afektif
masuk dalam kategori baik (B)
0.200 (0.200 > 0.05) dan taraf
dengan nilai maksimal 3.5 dan
signifikansi
minimal 2.4. Sedangkan hasil belajar
(0.200 > 0.05) yang berarti data
siswa aspek afektif kelas kontrol
berdistribusi normal.
menunjukkan rata-rata 3.119 yang
masuk dalam kategori baik (B)
uji
aspek
berarti
kelas
data
berdistribusi
eksperimen
kelas
kontrol
adalah
0.200
Hasil Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini pengujian
dengan nilai maksimal 3.9 dan
homogenitas
minimal 2.3.
Levene Statistic. Berdasarkan hasil
menggunakan
uji
Hasil Uji Normalitas
uji homogenitas taraf signifikansi
Uji normalitas digunakan untuk
hasil belajar aspek kognitif kelas
mengetahui apakah populasi data
eksprimen dan kontrol adalah 0.258
12
(0.258
>
0.05)
yang
dapat
berarti
disimpulkan
bahwa
ada
mempunyai varian yang homogen.
perbedaan pengaruh yang signifikan
Sedangkan taraf signifikansi hasil
hasil
belajar aspek afektif kelas eksprimen
antara kelas eksperimen dan kelas
dan kontrol adalah 2.055 (2.055 >
kontrol.
0.05) yang berarti mempunyai varian
Independent Samples T-Test terhadap
yang homogen.
hasil belajar aspek afektif diketahui
nilai
Analisis Uji T-test
belajar
siswaaspek
Sedangkan
signifikansi
Sig.
kgnitif
hasil
uji
(2-tailed)
uji
adalah 0.375 (0.375 < 0.05), berarti
Independent Samples T-Test terhadap
Ho diterima dan Ha ditolak yang
hasil belajar aspek kognitif diketahui
dapat disimpulkan bahwa tidak ada
nilai
perbedaan
Berdasarkan
signifikansi
hasil
Sig.
(2-tailed)
yang
signifikan
hasil
adalah 0.007 (0.007 < 0.05), berarti
belajar siswa aspek afektif antara
Ho ditolak dan Ha diterima yang
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 3
Uji Independent Sample T-Test Hasil Belajar Aspek Kognitif (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F
Nilai
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
.330
Sig.
.568
T
Sig. (2tailed)
Df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower Upper
2.783
62
.007
.78125
.28072 .22010
1.3424
0
2.783
61.674
.007
.78125
.28072 .22004
1.3424
6
(Sumber: Data Penelitian Diolah)
13
Tabel 4
Uji Independent Sample T-Test Hasil Belajar Aspek Afektif (Postes)
Kelas Eksperimen dan Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F
Equal
variances
assumed
Nilai
Sig.
6.18
6
t
.016
Equal
variances not
assumed
Sig. (2tailed)
Df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower Upper
.895
62
.374
.08219
.09185
.26579
.10142
.895
51.466
.375
.08219
.09185
.26654
.10217
(Sumber: Data Penelitian Diolah)
adalah 0.007 (0.007 < 0.05) yang
Berdasarkan pengujian hipotesis,
dapat
diketahui
perbedaan
bahwa
yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
terdapat
signifikan
Namun
hasil
dari
hasil
pengujian
belajar PPKn aspek kognitif siswa
hipotesis hasil belajar PPKn aspek
kelas XI antara kelas eksperimen (XI
afektif
MIPA 2) yang menggunakan metode
perbedaan yang signifikan antara
pembelajaran TPS
kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
yang
Hal ini dtunjukkan pada hasil uji
menggunakan metode pembelajaran
Independent Sample T-test terhadap
TSTS. Hal tersebut ditunjukkan pada
hasil belajar PPKn aspek afektif
uji Independent Sample T-test postes
dengan nilai signifkansi Sig. (2-
dengan bantuan SPSS 16.00, dengan
tailed) adalah 0.375 (0.375 < 0.05)
nilai
yang erarti Ho diterima dan Ha
kontrol
(XI
dengan
MIPA
signifikansi
3)
Sig.
(2-tailed)
siswa
tidak
terdapat
ditolak.
Pembahasan
Secara
teoritis
merupakan
metode
yang
memberikan
metode
TPS
banyak
kepada
siswa
pembelajaran
memikirkan
waktu
tentang apa yang dijelaskan atau
lebih
14
secara
untuk
mendalam
dialami (Suyatno, 2009:54). Metode
secara
TPS ini melibatkan seluruh peserta
Sedangkan pada kelas kontrol yang
didik karena masing-masing siswa
menggunakan metode TSTS hasilnya
dituntut untuk mengemukakan ide
kurang baik karena dalam proses
dan pendapat secara individu, serta
diskusi dan menyampaikan hasil
melibatkan seluruh peserta didik.
diskusi pada kelompok lain hanya
Sedangkan secara teoritis metode
didominasi oleh beberapa siswa saja.
TSTS
Kemudian
merupakan
pembelajaran
metode
yang
individu
dalam
dan
kelompok.
menyampaikan
memberi
hasil diskusi kepada tamu beberapa
kesempatan kepada kelompok untuk
kelompok tidak menggunakan waktu
membagikan hasil diskusi kepada
untuk berdiskusi dengan baik dan
kelompok
ada beberapa siswa dalam kelompok
lain
(Komalasari,
2013:69).
yang acuh dan hanya mengandalakan
jawaban teman tanpa berfikir ulang.
Hasil penelitian di SMA N 1
belajar
ranah
Guru disini juga kesulitan dalam
ekperimen
yang
pengelolaan kelas karena terdapat
menggunakan metode TPS lebih baik
langkah yang mengharuskan siswa
dibanding
yang
bertamu ke kelompok lain, hal ini
TSTS.
menyebabkan suasana kelas menjadi
Ambarawa,
kognitif
hasil
kelas
kelas
menggunakan
kontrol
metode
Keunggulan kelas ekperimen yang
kurang
menggunakan metode TPS seluruh
membutuhkan banyak persiapan baik
siswa dapat belajar aktif karena
materi, tenaga dan dana.
tenang,
guru
juga
diharuskan
Dilain pihak hasil belajar ranah
mengemukakan ide dan pendapatnya
afektif kelas eksperimen dan kelas
dalam menjawab soal yang diberikan
kontrol tidak terdapat perbedaan
guru. Masing-masing gagasan dan
yang signifikan dan keduanya masuk
pendapat
kepada
dalam kategori baik (B). Menurut
kemudian
Sudjana (2010: 30) hasil belajar
untuk
ranah afektif ini tampak pada siswa
mendapat satu kesimpulan jawaban.
dalam berbagai tingkah laku seperti
Dengan begitu siswa dapat bekerja
perhatian
masing-masing
siswa
disampaikan
pasangannya
yang
didiskusikan
kembali
15
terhadap
pelajaran,
disiplin,
kebiasaan
belajar,
berbeda
pendapat,
bersedia
menghargai guru dan teman, dan
melaksakana tugas sesuai dengan
hubungan sosial. Hasil penelitian di
kesepakatan, serta menghormati guru
SMA N 1 Ambarawa menunjukkan
dan teman sebaya. Berdasarkan hasil
bahwa antara kelas eksperimen dan
analisis data hasil belajar aspek
kelas kontrol masuk dalam kategori
afektif baik hasil pretes maupun
baik. Hal ini terlihat pada saat
postes menunjukkan bahwa kedua
terjadinya kegiatan belajar mengajar
kelas tidak ada perbedaan sama
dimana
kelas
sekali. Hal ini dikarenakan adanya
eksperimen dan kelas kontrol taat
faktor lain yaitu di sekolah siswa
dalam mengerjakan tugas-tugas yang
telah ditanamakan kedisiplinan dan
diberikan guru, melaksanakan tugas
tanggung jawab sesuai dengan tata
individu dan kelompok dengan baik,
tertib sekolah yang berlaku di SMA
mau bekerja sama dengan siswa yang
N
siswa
baik
di
1
Ambarawa.
SIMPULAN DAN SARAN
Share (TPS) lebih baik/tinggi yaitu
Simpulan
Berdasarkan
hasil
sebesar 7.797, dibandingkan nilai
penelitian
yang sudah dilakukan di SMA N 1
rata-rata
Ambarawa pada
menggunakan metode Two Stay Two
mata pelajaran
kelas
kontrol
yang
Stray (TSTS) yaitu sebesar 7.016.
PPKn, materi “Penegakkan HAM di
Sedangkan hasil analisis data
Indonesia” dan pada analisis data
dapat
penilaian aspek afektif menunjukkan
terdapat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
perbedaan pengaruh yang signifikan
signifikan hasil belajar afektif siswa
antara
TSTS
kelas XI SMA N 1 Ambarawa yang
terhadap hasil belajar aspek kognitif
diajar dengan metode TPS dan
siswa kelas XI SMA N 1 Ambarawa.
TSTS.
Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-
eksperimen
rata
masuk dalam kategori baik (B) dan
serta
pembahasan,
disimpulkan
metode
kelas
maka
bahwa
TPS
dan
eksperimen
yang
menggunakan metode Think Pair
16
Nilai
rata-rata
sebesar
3.168
kelas
yang
kelas kontrol sebesar 3.119 yang
Think
masuk dalam kategori baik (B).
meningkatkan
Pair
Share
hasil
(TPS)
guna
belajar
dan
keaktifan siswa dalam mata pelajaran
Saran
PPKn. Saran bagi guru PPKn SMA
Peneliti memberikan saran bagi
N 1 Ambarawa dan Guru PPKn
kepala sekolah selaku pemimpin
dapat
menambah
wawasan
lainnya
atau
diharapkan
dapat
menggunakan metode pembelajaran
bahan dalam melaksanakan supervisi
Think Pair Share (TPS) yang mampu
akademik sehingga para guru dapat
membangkitkan
menggunakan metode pembelajaran
kerjasama
dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips
Noor MS, Bakry. 2009. Pendidikan
Aplikasi Pakem. Jogjakarta: DIVA
Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Press.
Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative
Priyatno, Dwi. 2010. Paham Analisis
Learning. Yogyakarta: PUSTAKA
Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
PELAJAR.
Mediakom
Lie,
Anita.
2002.
Cooperative
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran
Mempraktikkan
dalam Implementasi Kurikulum
Cooperative Learning di Ruang-
Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Learning:
Ruang
Kelas.
Jakarta:
PT
Kencana.
Sudjana,
Gramedia Widiasana Indonesia.
Majid,
Abdul.
Autentik
2014.
Proses
Bandung:
Hasil
Belajar . Bandung: PT REMAJA
di
PT
REMAJA
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Mulyadi dan Risminawati. 2012.
Inovatif
Penilaian
ROSDAKARYA.
ROSDAKARYA
Model-Model
2010.
Hasil Proses Belajar Mengajar .
Penilaian
dan
Nana.
Pendidikan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D .
Pembelajaran
Sekolah
Pendekatan
Dasar .
Bandung: Alfabeta.
Surakarta: FKIP UMS.
17
Supridjono, Agus. 2009. Cooperative
Think
Pair
Share
Learning Teori dan Aplikasi
Terhadap
Pakem.
Sosiologi Siswa Kelas XI IPS
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Taniredja,
Tukiran,
Model-Model
dkk.
2011.
Hasil
(TPS)
SMA
Negeri
Tahun
Pelajaran
Belajar
Kebakkramat
2014/2015.
Skripsi Diterbitkan di Surakarta:
Pembelajaran
Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pendidikan. Universitas Sebelas
Pembelajaran
Inovatif-
Progresif.
Kencana
Jakarta:
Maret Surakarta.
Prihatini dan Nani Mediatati. 2013.
Premada Media Group.
Perbedaan
Pengaruh
Metode
Pembelajaran Kooperatif tipe
KARYA ILMIAH
Hartina.
2008.
TSTS (Two Stay Two Stray) dan
Pengaruh
Metode
model
Ceramah
Terhadap
pembelajaran kooperatif Tipe
Hasil Belajar Pkn Pada Siswa
Think Pair Share terhadap hasil
Kelas X Sma Negeri 1 Pabelan
belajar kimia kelas XI IPA SMA
Kecamatan Pabelan Kabupaten
Negeri 5 Makassar (Studi pada
Semarang
materi
laju
reaksi).
Diterbitkan Di Salatiga: Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Nur, Dyah Ayu. 2015. Komparasi
Team
Ganjil
Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal
Skripsi.
Makassar: UNM.
Metode
Semester
Universitas
Group
Wacana.
Tournament (TGT) dan Metode
18
Kristen
Satya