Pesan Moral dalam novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja Karya Andi Zulfikar: Tinjauan Sosiologi Sastra

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep
Konsep diartikan sebagai unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan
arah pemikiran si peneliti. Dengan demikian, berikut beberapa defenisi dari istilahistilah yang terkait sebagai referensi fokus penelitian ini.
2.1.1 Novel
Waluyo (2002: 36) mengatakan Istilah novel berasal dari bahasa Latin novellas
yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Kata ini kemudian
diadaptasikan dalam bahasa Inggris menjadi istilah novel. Perkataan baru ini dikaitkan
dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi (fiction) yang muncul
belakangan dibandingkan dengan cerita pendek (short story) dan roma.
Nurgiyantoro (1994: 9) berpendapat bahwa istilah novella dan novelle
mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet (Inggris: novellet),
yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang,
namun juga tidak terlalu pendek. Senada dengan pendapat tersebut, Abrams menyatakan
bahwa sebutan novel dalam bahasa Inggris dan yang kemudian masuk ke Indonesia
berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah
novella berarti "Sebuah barang baru yang kecil", dan kemudian diartikan sebagai cerita
pendek (short story) dalam bentuk prosa.


8
Universitas Sumatera Utara

Atar Semi (1993: 32) menyatakan bahwa novel mengungkapkan suatu
konsentrasi kehidupan pada suatu saat tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas.
Novel merupakan karya fiksi yang mengungkap aspek kemanusiaan yang lebih
mendalam dan disajikan dengan halus. Henry Guntur Tarigan (2003: 164) dalam “The
American Colege Dictionary” mengatakan bahwa novel merupakan prosa fiksi dengan
panjang tertentu, yang isinya antara lain: melukiskan para tokoh, gerak serta adegan
peristiwa kehidupan nyata representatif dengan suatu alur atau suatu keadaan yang
kompleks.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa novel
merupakan jenis cerita fiksi yang muncul paling akhir jika dibandingkan dengan cerita
fiksi yang lain. Novel mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih
mendalam dan halus. Selain tokoh-tokoh, serangkaian peristiwa dan latar ditampilkan
secara tersusun hingga bentuknya lebih panjang dibandingkan dengan prosa rekaan
yang lain.
Fungsi novel pada dasarnya untuk menghibur para pembaca. Novel pada
hakikatnya adalah cerita dan apa yang terkandung didalamnya bertujuan memberikan
hiburan kepada pembaca, sebagaimana yang dikatakan Wellek dan Warren (dalam

Nurgiyantoro, 1994: 3), membaca sebuah karya fiksi adalah menikmati cerita,
menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin.
Novel merupakan ungkapan serta gambaran kehidupan manusia pada suatu
zaman yang dihadapkan pada berbagai permasalahan hidup. Permasalahan hidup
manusia yang kompleks dapat melahirkan suatu konflik dan pertikaian. Melalui novel,

9
Universitas Sumatera Utara

pengarang dapat menceritakan tentang aspek kehidupan manusia secara mendalam
termasuk berbagai perilaku manusia. Novel memuat tentang kehidupan manusia dalam
menghadapi permasalahan hidup, novel dapat berfungsi untuk mempelajari tentang
kehidupan manusia pada zaman tertentu.
Abrams

(dalam

Nurgiyantoro,

1994:


11)

menyatakan

bahwa

novel

mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih
rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih
komplek.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah cerita narasi fiktif
yang relatif panjang dan dapat dibaca berulang-ulang dalam waktu yang relatif panjang
serta mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang
disekelilingnya.
2.1.2 Pesan Moral
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 856), pesan adalah perintah,
nasihat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain. Penyampaian pesan
sering disampaikan pengarang secara tersirat.

Moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 745), moral adalah 1)
ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
dsb; akhlak; budi pekerti; susila; 2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani,
bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana
terungkap dl perbuatan; 3) ajaran kesusilaan yang ditarik dari suatu cerita.

10
Universitas Sumatera Utara

Moral menurut Derajat (dalam Kamaruddin, 1985 :9) adalah kelakuan yang
sesuai ukuran (nilai-nilai) masyrakat yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar,
yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut. Tindakan ini
haruslah mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Menurut Lillie (dalam Budiningsih 2004: 24), kata moral berasal dari mores
(bahasa Latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey (dalam
Budinigsih 2004: 24) mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan
dengan nilai-nilai susila. Hal ini membuktikan bahwa moral berfungsi untuk menilai
baik buruknya perilaku seseorang. Semakin sesuai perilaku seseorang dengan moral
yang ditetapkan dalam masyarakat maka semakin tinggi moralitasnya.
Moral merupakan sesuatu keinginan yang disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya dan makna yang
disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2007: 322). Moral dalam cerita menurut Kenny
(dalam Nurgiyantoro 1995:3 22) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil
(dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan
“petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun
pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan
modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita
itu lewat tokoh-tokohnya.

11
Universitas Sumatera Utara

Dari pengertian yang diberikan terhadap kata moral, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa moral, sebagaimana dikatakan Sudarsono (1993:592), “Berhubungan
dengan norma-norma perilaku yang baik/benar dan salah menurut keyakinan-keyakinan
etis pribadi atau kaidah-kaidah sosial, ajaran mengenai baik perbuatan dan kelakuan”.
Secara deskriptif, pengertian kata moral dijelaskan oleh Magnis-Suseno (1988 :19)
berikut ini.

“Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Jadi
bukan mengenai baik buruknya saja, misalnya sebagai dasar, tukang masak, pemain
bertingkah atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang
kehidupan manusia dilihat dari segi kebiasaannya sebagai manusia. Norma-norma moral
adalah tolak ukur untuk menentukan benar salahnya sebagai manusia dan bukan sebagai
pelaku perasaan tertentu dan terbatas.”
Pengertian pesan moral dari kesimpulan pengertian secara terpisah di atas adalah
amanat yang ingin disampaikan mengenai perbuatan, sikap, kewajiban yang baik dan
buruk berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Pada penelitian ini, permasalahan pesan moral yang diambil dari novel Lelaki
yang Setia Mencumbui Senja mengenai: kejujuran, kesabaran, penolong, rajin belajar,

ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua, dan penyesalan.
Kejujuran dalam KBBI (2007: 479) adalah (keadaan) jujur; ketulusan (hati);
kelurusan (hati). Kejujuran adalah melakukan tindakan sesuai hati nurani. Hati nurani
selalu membuat yang terbaik untuk dilaksanakan. Bila tidak sesuai hati nurani maka kita
telah berbohong. Jujur memang mudah untuk dibicarakan namun sulit untuk dilakukan.

12
Universitas Sumatera Utara


Bersikap jujur dapat diartikan menjaga amanah. Jujur merupakan salah satu sifat
manusia yang mulia dan biasanya mendapat kepercayaan orang lain. Jujur adalah sikap
yang tidak mudah dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat
ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran saat ini menjadi barang langka. Hal
ini disebabkan semakin menurunnya moral pada setiap anggota masyarakat, semua
berlomba-lomba saling menjatuhkan dengan cara memfitnah sesamanya untuk
mendapatkan keuntungan sendiri.
Kejujuran adalah harga diri yang harus dijaga karena kejujuran adalah harga
mati yang harus dipegang sampai mati pula. Miskin materi tidak mengapa asalkan kita
masih punya nilai kejujuran karena di saat kita tiada materi tiada berguna karena tidak
dibawa sampai mati.
Pesan moral berikutnya adalah kesabaran. Kesabaran merupakan sebuah
keutamaan yang menghiasi diri seorang manusia, di mana orang itu mampu mengatasi
berbagai kesusahan dan tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan
dan cobaan itu begitu dahsyat (Abdillah, 2005: 57). Sebagai seorang manusia yang baik
harus senantiasa bersabar dan mengharap kuasa Allah serta berdoa untuk memiliki
kesabaran menghadapi segala cobaan.
Kesabaran merupakan ketenangan hati dalam menghadapi cobaan. Tanpa
kesabaran sedikit kesulitan akan membuat sesorang emosional, gegabah, dan melakukan

kesalahan. Sedikit kegagalan membuat kita frustasi, sepatah kata hinaan membuat diri
sakit hati, balas dendam, akibatnya hidup memiliki banyak musuh. Jadi kesabaran
merupakan moral yang harus kita miliki dan terus kita jaga dalam hidup bermasyarakat.

13
Universitas Sumatera Utara

Penolong merupakan suatu sifat yang mulia dan salah satu moral yang
hendaknya dimiliki setiap orang. Oktava (2011 : 56) mengatakan bahwa tolong
menolong, saling menghargai, menghormati, dan dapat menjaga perasaan antara yang
satu dengan yang lainnya mungkin hidup akan terasa damai. Manusia sebagai makhluk
sosial tidak bisa hidup sendiri meskipun telah memiliki segalanya pastilah
membutuhkan orang lain. Dalam hal tersebut tidak hanya sebagai teman dalam
kesendirian, tetapi juga rekan dalam melakukan sesuatu. Entah itu aktivitas ekonomi,
sosial, budaya, politik maupun amal perbuatan yang terkait dengan ibadah kepada
Tuhan. Dalam hal tercipta hubungan untuk saling tolong menolong antara manusia satu
dengan yang lain. Saling berbagi terhadap sesama merupakan suatu kebutuhan sebagi
manusia.
Mengenai pesan moral rajin belajar Slameto (2010: 2) menyatakan dalam
bukunya bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai pengalaman
individu itu sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya. Selain itu Sardiman (2010:
20) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Jadi rajin belajar adalah usaha dilakukan
individu secara berlanjut untuk memperoleh perubahan pada dirinya menjadi lebih baik
dengan cara membaca, mengamati, mendengarkan dan sebagainya.
Pesan moral berikutnya adalah ketaatan dalam beribadah. Salam (2000: 193)
mengemukakan bahwa itu merupakan salah satu dari 12 (dua belas) dimensi kewajiban
manusia dalam kristalisasi akhlak yang baik. Atas segala rahmat-Nya manusia jelas

14
Universitas Sumatera Utara

berutang budi yang besar, Dialah yang wajib diibadahi dan ditaati oleh segenap manusia
maka sudah sepatutnya apabila manusia berterima kasih atas segala pemberian-Nya
dengan salah satu cara diantaranya, yaitu taat.
Salam (2000:194) menjelaskan tentang taat, yaitu berarti melaksanakan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sebagaimana difirmankan.
Taat ini juga dimaksudkan sebagai takwa, yakni memelihara diri agar selalu berada

pada garis dan jalan-Nya yang lurus.
Pesan moral yang selanjutnya yaitu tentang ketaatan terhadap orang tua, hal
inipun masih termasuk ke dalam 12 (dua belas) dimensi kewajiban manusia dalam
kristalisasi akhlak yang baik menurut Salam. Orang tua adalah orang yang paling
berjasa dalam kehidupan anak-anaknya, merawat dengan seluruh kasih sayang dan
memenuhi kebutuhan anaknya. Jadi sebagai seorang anak sudah sepatutnya kita taat
kepada orangtua untuk membalas budi mereka.
Pesan moral berikutnya adalah penyesalan. Wulandari (2011: 32) mengatakan
bahwa penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang merasa bersalah atau
melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin kembali ke masa saat melakukan
kesalahan tersebut, dan memperbaikinya pada masa yang telah lalu. Penyesalan adalah
perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang
berpikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi
kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan diperbuat sesorang
setelah merasa menyesal.

15
Universitas Sumatera Utara

Menyesal jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan kesalahan itu beban yang

sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi.
Seseorang akan berpikir, lalu melakukan perenungan, kemudian timbullah tekad untuk
menjadi lebih baik lagi.
2.2 Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra. Sosiologi
sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu sosiologi dan sastra.
keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meski objek
kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada perbedaan dalam hal memandang
persoalannya. Sosiologi lebih cenderung kepada hal yang bersifat objektif dan faktual,
sementara sastra adalah kebalikannya, yaitu bersifat subjektif dan rekaan.
Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam
masyarakat, telaah tentang lembaga, dan proses sosial (Damono, 1978: 6). Hal ini
sejalan dengan pendapat Semi (1984: 52) bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif
dan ilmiah tentang manusia, masyarakat dan proses sosial. Sosiologi menelaah
mengenai bagaimana masyarakat itu tumbuh dan berkembang. Dengan mempelajari
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah yang ada di dalam masyarakat.
Ratna (2003: 1) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu mengenai asal-usul
dan pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan
jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan
empiris. Sosiologi meneliti hubungan individu dengan kelompok dan budayawan

16
Universitas Sumatera Utara

sebagai unsur yang bersama-sama membentuk kenyataan kehidupan masyarakat dan
kenyataan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hubungannya dengan proses
sosial termasuk pada perubahan sosial.
Ratna (2003: 1) menyatakan bahwa sastra berasal dari akar kata sas (Sansekerta)
berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran tra berarti
alat, sarana. Jadi secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku
petunjuk atau buku pengajaran yang baik, seperti silpasastra (buku petunjuk arsitektur),
kamasastra (buku petunjuk percintaan). Dalam perkembangan berikut kata sastra sering

dikombinasikan dengan awalan 'su' , sehingga menjadi susastra , yang diartikan sebagai
hasil ciptaan yang baik dan indah, sedangkan Teeuw (dalam Atar Semi, 1993: 9)
mengatakan sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya.
Perspektif sosiologi sastra yang juga perlu diperhatikan adalah pernyataan Levin
(Suwardi Endraswara, 2003: 79), literature is not only the effect of social causes but
also the cause of social effect yang memberikan arah bahwa penelitian sastra dapat

kearah hubungan pengaruh timbal balik antara sosiologi dan sastra. Yang keduanya
akan saling mempengaruhi dalam hal-hal tertentu yang pada gilira nnya menarik
perhatian peneliti.

17
Universitas Sumatera Utara

Saraswati (2003: 3) mengatakan perbedaan yang ada antara keduanya adalah
bahwa sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra mencoba
memahami setiap kehidupan sosial dari relung perasaan yang terdalam. Damono
menambahkan (dalam Saraswati, 2003: 3) yang satu beranjak dari hasil pemikiran
sedangkan yang satu lagi beranjak dari hasil pergulatan perasaan yang merupakan dua
kutub yang berbeda, seandainya ada dua orang sosiologi mengadakan penelitian atas
satu masyarakat yang sama, hasil penelitian itu besar kemungkinan menunjukkan
persamaan juga, sedangkan seandainya ada dua orang novelis menulis tentang suatu
masyarakat yang sama, hasilnya cenderung berbeda sebab cara-cara manusia
menghayati masyarakat dengan perasaannya itu berbeda-beda menurut pandangan
seseorang.
Menurut Damono (1984: 129), sosiologi sastra adalah salah satu cabang ilmu
sastra

yang

mendekati

sastra

dari

hubungannya

dengan

kenyataan

sosial.

Memperhatikan baik pengarang, proses penulisan maupun pembaca (sosiologi
komunikasi teks) serta teks sendiri (penaksiran teks secara sosiologis). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah pendekatan dalam menganalisis karya sastra
yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakaan untuk mengetahui makna totalitas.
Sosiologi sastra berusaha untuk menemukan keterjalinan antara pengarang, pembaca,
kondisi sosial budaya, dan karya sastra itu sendiri.
Dalam pandangan Wollf (dalam Suwardi Endraswara, 2003: 77) sosiologi sastra
merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari
sejumlah studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak general, yang
masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semua berurusan dengan

18
Universitas Sumatera Utara

hubungan sastra dengan masyarakat, sedangkan Faruk (1994: 1) berpendapat bahwa
sosiologi merupakan gambaran mengenai cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan
ditentukan oleh masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosiologi, proses
belajar secara kultural, individu dialokasikan pada dan menerima peranan tertentu
dalam struktur sosial itu.
Endraswara (2003: 77) menyatakan bahwa sosiologi sastra adalah cabang
penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang
ingin meneliti sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat karenanya. Asumsi dasar
penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial.
Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil
atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya.
Sosiologi sastra adalah sebuah cabang dari kajian sastra yang membahas
hubungan antara karya sastra dan konteks sosialnya, termasuk pola pembahasan, jenis
penikmat, gaya penerbitan dan penyajian dramatis, dan posisi kelas sosial penulis dan
pembaca. Berawal pada abad ke-19 di Perancis dengan karya-karya Mme de Stael dan
Hippolyte Taine, sosiologi sastra muncul kembali dalam dunia yang menggunakan
bahasa Inggris dengan kemunculan suatu kajian seperi The Long Revolution oleh
Raymond Wiliams (1961), dan ini paling sering dikaitkan dengan pendekatan Marxisme
terhadap analisa kebudayaan.
Ian Watt Sapardi (dalam Faruk, 1994: 4) juga mengklasifikasikan sosiologi
menjadi tiga bagian, yaitu: konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat,
dan fungsi sosial masyarakat.

19
Universitas Sumatera Utara

1) Konteks sosial pengarang, hal ini berhubungan dengan posisi sosial sastrawan
dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam pokok ini
termasuk pula faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai
perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Yang terutama
harus diteliti dalam ini adalah: (a) bagaimana pengarang mendapatkan mata
pencahariannya, (b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya
pendekatan sebagai suatu profesi, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh
pengarang,
2) Sastra sebagai cermin masyarakat, sehingga yang terutama mendapatkan
perhatian adalah: (a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu
karya sastra itu ditulis, (b) sejauh mana sifat pribadi pengarang mempengaruhi
gambaran masyarakat yang ingin disampaikannya, (c) sejauh mana genre sastra
yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili seluruh masyarakat.
3) Fungsi sosial sastra, terdapat tiga hubungan yang perlu menjadi perhatian: (a)
sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakat, (b) sejauh
mana sastra dapat berfungsi sebagai penghibur masyarakat saja, (c) Sejauh mana
terjadi sintetis antara kemungkinan (a) dengan (b).
Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sosiologi

sastra

adalah

pendekatan

dalam

menganalisis

karya

sastra

yang

memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Demikian
beberapa teori tentang sosiologi sastra serta hubungan antara karya sastra dengan
masyarakat yang dipakai dalam analisis sosiologi sastra terhadap novel Lelaki yang
Setia Mencumbui Senja karya Andi Zulfikar.

20
Universitas Sumatera Utara

Sosiologi sastra memiliki defenisi yang sangat beragam tetapi defenisi yang
paling mendekati dengan penelitian ini adalah pemahaman terhadap totalitas karya yang
disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya. Sosiologi
sastra akan meneliti sastra sebagai (1) ungkapan historis, ekspresi suatu waktu, sebagai
sebuah cermin, (2) karya sastra memuat aspek sosial dan budaya yang memiliki fungsi
sosial berharga. Aspek fungsi sosial sastra berkaitan dengan cara manusia hidup
bermasyarakat (Endraswara 2011: 20).
Dari uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa sosiologi sastra merupakan
teori terhadap sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan, mempunyai
sikap yang luas, beragam dan rumit, yang menyangkut tentang pengarang, karyanya
serta pembaca dan kajian yang tepat untuk penelitian ini. Teori sosiologi sastra yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Ratna.
Ratna (2003: 340) dengan pertimbangan bahwa pendekatan sosiologi sastra
adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis
yang dapat dilakukan meliputi tiga macam, antara lain: (1) menganalisis masalahmasalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri, kemudian
menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut
sebagai aspek ekstrinsik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi; (2) sama dengan
di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek
tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika; (3) menganalisis karya
dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.
Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan penelitian karya sastra sebagai
cermin atau refleksi sosial.

21
Universitas Sumatera Utara

2.2 Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian.
Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui
relevansinya.
Teori sosiologi sastra banyak dipergunakan dalam mengkaji skripsi, tetapi
penelitian yang menjadikan novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja sebagai objek
kajian baru pertama kali dilakukan. Penelitian ini berfokus pada pesan moral yang
terkandung dalam novel. Setelah peneliti melakukan pencarian di perpustakaan
Departemen Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara (USU) dan juga melalui
media internet diantaranya ditemukan beberapa skripsi yang kajiannya relevan dengan
penelitian kali ini. Adapun beberapa skripsi yang pernah mengangkat aspek moral dan
amanat sebagai rumusan masalah diantaranya adalah :
Fuad (1997) dalam skripsinya berjudul “Pergolakan karya Wildan Yatim:
Analisis Moralitas Keberadaan Tokoh Cerita”. Skripsi ini membicarakan tentang
strukturalisme dan moralitas terhadap novel Pergolakan: novel ini membahas masalahmasalah moralitas dengan tema

keterbelakangan dan kebodohan masyarakat desa.

Peristiwa secara umum dilakukan di kota dan desa yang dipergunakan kebanyakan
berada di Sumatera yang dikisahkan secara kronologis menggunakan alur maju yang
diselingi teknik sorot balik. Nilai-nilai moral yang ingin diungkapkan oleh pengarang
adalah persoalan tentang bagaimana kemampuan tokoh dalam usaha melepaskan diri

22
Universitas Sumatera Utara

dari keterbelakangan dan kebodohan yang membelenggu kehidupan masyarakat
desanya.
Pranata (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Novel Orang-orang Proyek
Karya Ahmad Tohari : Analisis Sosiologi Sastra”, peneliti menganalisis tentang unsurunsur yang membangun sebuah karya sastra yang meliputi: alur, penokohan, gaya
bahasa, latar pusat pengesahan dan tema. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi
dalam pengkajiannya dan berfokus pada batasan masalah berikut ini: 1. Pada bagianbagian yang memegang peranan penting dalam tubuh novel Orang-orang Proyek, yaitu
: latar, alur, penokohan, dan tema. 2. Penelitian ini juga menganalisis nilai-nilai sosial
yang terkandung dalam novel Orang-orang Proyek, seperti: nilai budaya, nilai politik,
dan nilai percintaan.
Sihaloho (1987) dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Amanat yang
Terdapat dalam Novel Maut dan Cinta Karya Mochtar Lubis”, pokok pembicaraan
dalam skripsi ini mencoba melihat amanat yang disampaikan pengarang kepada publik
pembaca. Amanat yang disampaikan oleh pengarang dalam karyanya tersebut amat
jarang kita jumpai dalam bentuk tersurat. Amanat itu disampaikan pengarang melalui
dialog tokoh yang satu pada tokoh yang lain serta melalui komentar pengarang terhadap
tokoh-tokoh ceritanya.
Peneliti

melakukan

tinjauan

pustaka

terhadap

beberapa

skripsi

yang

pembahasannya relevan dengan penelitian ini dan melihat perbedaan yang terdapat pada
skripsi yang sudah ada sebelumnya dengan pembahasan penelitian ini, diantaranya
terletak pada objek yang berbeda, kemudian aspek yang ditinjau oleh peneliti, misal

23
Universitas Sumatera Utara

pada penelitian Fuad ia menjelaskan tentang nilai-nilai moralitas sebagai inti penelitian.
Analisis pada penelitiannya adalah nilai dan norma moral, moral tokoh cerita, moral
gender tokoh cerita, dan ketertinggalan moralitas tokoh cerita serta mengunakan analisis
struktural dalam memahami isi novel. Sedangkan

penelitian ini tidak membahas

moralitas secara luas, peneliti hanya fokus pada pesan moral yang ada dalam novel
Lelaki yang Setia Mencumbui Senja yang cenderung pada penyampaian moral baik.

Skripsi Pranata membahas tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam
novel Orang-orang Proyek, Pranata membatasi nilai sosial yang dibahasnya dengan
nilai-nilai budaya, nilai-nilai politik, dan nilai-nilai percintaan. Berbeda dengan
penelitian ini, meski pesan moral merupakan nilai sosial tetapi peneliti tidak membahas
unsur nilai politik dan nilai percintaan. Beberapa penelitian di atas cenderung
menganalisis unsur struktural dari masing-masing karya yang diteliti, tetapi untuk
penelitian ini tidak dituliskan secara mendetail karena peneliti telah terlebih dahulu
telah menganalisis unsur struktural dalam novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja.

24
Universitas Sumatera Utara