Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Cagar Alam Dolok Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

11

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau
dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan
obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies
ilmiah

tumbuhan yang secara

telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang

berkhasiat obat dan pengunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis
dan, (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit
ditelusuri (Zuhud et al, 1994).

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional yang digunakan
masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu
diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 tahun 1992,
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya,
bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan
yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif

mudah

diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya
terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang

Universitas Sumatera Utara

12

menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya alternatif


pengobatan

(Zein, 2005).
Menurut Mursito (2003), ramuan obat yang berasal dari alam, terutama
yang berasal dari alam dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar
kecilnya dukungan ilmiah serta teknologi proses pembuatan ramuan, yaitu:
1. Jamu
Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses
secara sederhana. Khasiat jamu masih berdasarkan pengalaman dari
nenenk moyang dan belum di dukung oleh data ilmiah.
2. Obat ekstrak alam
Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman
yang disajikan setelah melalui berbagai proses ekstraksi. Pengujiannya
dilakukan melalui binatang percobaan.
3. Obat fitofarmaka
Obat fitofarmaka merupakan ramuan obat dari tanaman yang disajikan
setelah melalui berbagai proses. Khasiat obat tersebut telah dibuktikan
melalui proses percobaan pada penderita penyakit mengikuti kaidah
percobaan klinis.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Pengetahuan penggunaan tumbuhan sebagai obat telah diketahui sejak
lama di Indonesia, bukti adanya penggunaan bahan alam terutama tumbuhan
sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah lama pada daun lontar
“Husodo” (Jawa), “Usada” (Bali), “Lontarak pabbura” (Sulawesi Selatan), dan
dokumen lain seperti Serat Primbon Jambi, Serat racikan Boreh Wulang Dalem,

Universitas Sumatera Utara

13

dan juga pada dinding Candi Borobudur dengan adanya relief tumbuhan yang
menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai
bahan bakunya (Zuraida et al. 2009).
Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah
besar, baik industri obat tradisional meupun fitofarmaka memanfaatkannya
sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi
habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi
hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat
bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini,

spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah
spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu
sebanyak 717 spesies (40,58%).
Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai beikut:
1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)
Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang
digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Dalam upaya untuk
meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman
obat keluarga (toga).
2. Bahan baku obat tradisional
Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turuntemurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman
obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal
dengan istilah simplisia.

Universitas Sumatera Utara

14

3. Bahan baku fitofarmaka

Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang tela memenuhi
persyaratan yang berlaku di Indonesia. Tanaman obat yang sering
digunakan dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman
obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain
sudah mempunyai data uji praklinis maupun klinis.
Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, cagar alam adalah
kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan,
satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlansung secara alami.
Mengenai pemanfaatan cagar alam diatur juga dalam Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam, yaitu cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan :
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam;
c. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon; dan
d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.
Cagar Alam Dolok Saut ditetapkan menjadi cagar alam berdasarkan GB.
Nomor 36 Tanggal 4 Februari 1922 seluas 39 Ha dan direncanakan sebagai hutan
tutupan (lindung) berdasarkan Surat Nomor 637/70 tanggal 28 Juli 1922.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Sumatera Utara tahun 2003, kawasan
hutan Dolok Saut tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam. Dan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 44 tahun 2005 tentang

Universitas Sumatera Utara

15

Penunjukan Luas Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, CA Dolok Saut juga
tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam.
Kawasan CA. Dolok Saut berbatasan langsung dengan kawasan hutan
lindung Dolok Saut register 17. Pada bagian barat batas cagar alam dengan hutan
lindung Aek Raut. Letak geografis CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10”
Bujur Timur dan 01o54’45” Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360
mdpl. Secara administrasi pemerintah CA. Dolok Saut terletak di Desa Pansur
Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera
Utara.
Penataan batas Cagar Alam Dolok Saut berdasarkan hasil pengukuran
langsung di lapangan adalah sepanjang 1,4 km. Berdasarkan informasi dari Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan dan dari dokumen yang ada di

kawasan ini belum dilakukan penataan batas. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Dinas Kehutanan Tapanuli Utara bahwa proses verbal tentang pengumuman
batas-batas hutan yang telah dibuat diatur berdasarkan kebulatan mufakat pada
tangal 25 oktober 1935 dengan catatan bahwa terdapat 5 buah pal yaitu NM. 5,
namun dokumen tersebut saat ini belum ditemukan.

Universitas Sumatera Utara