Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Cagar Alam Dolok Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Responden di Desa Pansur Natolu

No Nama Umur Jenis

kelamin Pekerjaan Keterangan 1 Jonson Nainggolan 45 Laki-laki Petani Kepala desa 2 Holong Nainggolan 32 Laki-laki Petani Masyarakat 3 Rosenti Panjaitan 37 Perempuan Petani Masyarakat 4 Sudirman Nainggolan 40 Laki-laki Petani Tokoh agama 5 Jonson Nainggolan 34 Laki-laki Petani Masyarakat 6 Daniel H. Nainggolan 38 Laki-laki Petani Masyarakat 7 Raune Gultom 55 Laki-laki Petani Masyarakat 8 Mantap Tambunan 43 Laki-laki Petani Masyarakat 9 Erikson Nainggolan 50 Laki-laki Petani Masyarakat 10 Mentesina N 46 Perempuan PNS/Guru Masyarakat 11 Amin Adat Pakpahan 60 Laki-laki Petani Masyarakat 12 Jonveri Nainggolan 44 Laki-laki Petani Masyarakat 13 Donal Enri Pakpahan 61 Laki-laki Petani Masyarakat 14 Balongsu Pakpahan 55 Laki-laki Petani Masyarakat 15 Dewi Septiani Pakpahan 27 Perempuan Petani Masyarakat 16 Herliana Nainggolan 49 Perempuan Pedagang Masyarakat 17 Jhon Patar Pakpahan 55 Laki-laki Petani Masyarakat 18 Pantas Pakpahan 42 Laki-laki Petani Masyarakat 19 Remon Sinaga 35 Laki-laki PNS Masyarakat 20 Jonner Pakpahan 25 Laki-laki Petani Masyarakat


(2)

Lampiran 2. Jumlah Tumbuhan Obat Per Plot Di Cagar Alam Dolok Saut Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon

1 Harimonting 5 √

2 Apus tutung 3 √

Sanduduk 5 √

3 Apus tutung 2 √

Sanduduk 4 √

4 Sanduduk 5 √

Hapas-hapas pohon 1 √

5 Hapas-hapas pancang 1 √

6 Harimonting 4 √

Bunga-bunga paet 3 √

7 Apus tutung 2 √

Rias 3 √

8 Sanduduk 6 √

9 Sanduduk 5 √

Rias 5 √

10 Hapas-hapas pohon 2 √

11

12 Hapas semai 1 √

Hapas tiang 2 √

13

14 Rias 4 √

15 Rias 5 √

16 Sanduduk 4 √

Simarbosi pancang 1 √

17 Apus tutung 2 √

Sanduduk 3 √

18 Apus tutung 2 √

19 Hapas-hapas pancang 2 √

Bunga-bunga paet 2 √

Hapas-hapas pohon 1 √

Kemenyan semai 1 √

20 Harimonting 4 √

Bunga-bunga paet 3 √

Sanduduk 3 √

21 Langge 3 √

Rias 3 V

22 Hapas-hapas pohon 2 √

Hapas-hapas pancang 1 √


(3)

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon

Hapas tiang 2 √

24 Apus tutung 3 √

Rias 2 √

25 Hapas semai 1 √

Hapas tiang 1 √

26 Apus tutung 3 √

27 Hapas-hapas pancang 2 √

Langge 3 √

28 Langge 4 √

Hapas-hapas pohon 2 √

29

30 Apus tutung 3 √

Hapas tiang 1 √

31 Cakar ayam 1 √

Simarbosi pancang 1 √

32 Rias 2 √

33

34 Apus tutung 2 √

Hapas semai 2 √

35 Langge 2 √

36 Apus tutung 3 √

Cakar ayam 1 √

37 Langge 4 √

38 Sanduduk 4 √

Hapas tiang 1 √

Tampar setan 3 √

39 Langge 4 √

Rias 1 √

Alang-alang 5 √

40 Harimonting 6 √

Bunga-bunga paet 3 √

Sanduduk 5 √

41

42 Apus tutung 2 √

Rias 2 √

Hapas semai 2 √

43 Hapas-hapas pancang 1 √

Simarbosi pohon 1 √

44 Hapas-hapas pancang 1 √

Hapas-hapas pohon 1 √


(4)

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon

46

47 Hapas-hapas pohon 2 √

48 Rias 6 √

49 Langge 2 √

Cakar ayam 1 √

50 Apus tutung 1 √

Cakar ayam 1 √

Hapas-hapas pohon 1 √

51

52 Apus tutung 1 √

53

Simarbosi pancang 1 √

54 Hapas semai 2 √

Simarbosi pohon 1 √

55 Simarbosi tiang 1 √

56 Hapas-hapas pancang 2 √

Hapas-hapas pohon 1 √

57

58 Langge 6 √

Rias 6 √

Hapas semai 1 √

Simarbosi pohon 1 √

59 Hapas-hapas pancang 3 √

Bunga-bunga paet 4 √

Tampar setan 8 √

60 Harimonting 5 √

Cakar ayam 1 √

61 Hapas-hapas pohon 2 √

62 Rias 3 √

Hapas-hapas pohon 1 √

63 Apus tutung 3 √

64 Hapas semai 1 √

Hapas tiang 1 √

Langge 6 √

65 Hapas-hapas pohon 2 √

66 Apus tutung 3 √

Cakar ayam 2 √

67 Cakar ayam 1 √

Hapas-hapas pancang 1 √

68


(5)

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon

Rias 4 √

70 Simarbosi tiang 1 √

71 Apus tutung 3 √

72 Hapas tiang 1 √

73 Hapas semai 2 √

Hapas tiang 2 √

74 Apus tutung 2 √

Simarbosi pohon 1 √

75

76 Apus tutung 2 √

Rias 3 √

77

78 Sanduduk 6 √

Hapas semai 3 √

Tampar setan 10 √

79 Bunga-bunga paet 7 √

Rias 2 √

Alang-alang 12 √

80 Harimonting 5 √

Bunga-bunga paet 4 √

Sanduduk 5 √

81 Harimonting 3 √

82 Langge 2 √

Rias 1 √

83 Apus tutung 2 √

Hapas-hapas pohon 1 √

84 Apus tutung 3 √

85

86 Apus tutung 4 √

Rias 2 √

87 Langge 5 √

Rias 7 √

88 Apus tutung 4 √

Cakar ayam 2 √

89

90 Rias 5 √

Hapas-hapas pancang 1 √

91 Hapas-hapas pancang 1 √

Simarbosi pohon 1 √

92


(6)

Plot Nama Tumbuhan Jumlah Semai Pancang Tiang Pohon

94

95 Hapas-hapas pohon 3 √

96

97 Apus tutung 2 √

98 Bunga-bunga paet 3 √

Sanduduk 3 √

Kemenyan pohon 1 √

Alang-alang 8 √


(7)

Lampiran 3. Dokumentasi

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar (a). Jalan masuk ke kawasan CA Dolok Saut, (b). Kondisi hutan CA Dolok Saut, (c). Papan Informasi CA Dolok Saut, (d). Informan kunci dan pemandu, (e). Kondisi di dalam Cagar Alam, (f). Wawancara dengan masyarakat Desa Pansur Natolu.


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Aliadi, A., dan H. S. Roemantyo. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Bogor

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara. 2011. Buku Informasi Kawasan Informasi. Medan.

Balitbangkes. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia Jilid 1. Pustaka Bunda. Jakarta.

_________, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia Jilid 3. Pustaka Bunda. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Departmen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Tumbuhan Obat Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Hapsoh dan Yaya, H. 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press. Medan.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi Kedua. ITB Press,Bandung. Hlm.5.

Hariana, H. A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1 Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasbah, O., A. A. Rahim, N. M. Isaa dan N. M. Bakhir. 2005

Ibrahim H, Setyowati FM, 1999. Etlingera. In: Plant Resources of South-East Asia No. 13: Spices. Leiden, The Netherlands: Backhuys Publisher, 123- 26.Krebs, C. Z. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Third Edition. Harper and Row Publisher Inc. New York. Indriyani, N.L.P, 2014. Karimunting, Si Kaya Manfaat. Balai Penelitian dan


(9)

Ludwig, J.A and J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: a Primer on Methods and Computing. New York : John Wiley and Sons

Marbun, E. R. 2014. Eksplorasi Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya (Studi Kasus Hutan Batang Toru Blok Barat, Tapanuli Utara). Skripsi Fakultas Kehutanan USU. Medan.

Mursito, B. 2003. Ramuan Tradisional untuk Pelangsing Tubuh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Pakpahan. 2014. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Humbang Hasundutan. Skripsi Fakultas Kehutanan. Medan.

Sasmuko, s. A., 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu Spesifik Andalan Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Himpunan Alumni-IPB HAPKA Fakultas Kehutanan IPB Wilayah Regional Sumatera. Medan.

Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Meningkatkan Pemeliharaan Kesehatan. USU Repository. Medan.

Zuhud EAM., Ekarelawan, Soedarsono R. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Didalam Zuhud EAM., Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).

Zuhud, E, A, M. 2008. Potensi Hutan Tropika Indonesia Sebagai Penyangga Bahan Obat Alam Untuk Kesehatan Bangsa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Zuraida, Agus L., Nuroniah H S. 2009. Perkembangan Biofarmaka Kehutanan. di dalam: Djaban T, Ari W, editor. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk Keunggulan Bangsa dan Negara. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. hlm 3-12.


(10)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Oktober 2015 - Desember 2015. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buku identifikasi tanaman obat, tally sheet, kantung plastik/stoples, kantung plastik besar/keranjang, dan label identifikasi.

Alat-alat yang digunakan di lapangan adalah meteran, pisau, kamera digital, tali rafia, parang, sekop tangan, sarung tangan, skala pengukuran, dan alat


(11)

tulis. Alat yang digunakan untuk pengkoleksian dan pengawetan jenis yang tidak dikenali guna identifikasi lebih lanjut adalah gunting, kertas koran, label.

Metode Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat pada kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Data diperoleh dari informan kunci yang ikut memandu dalam identifikasi tumbuhan obat.. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah orang yang bisa mengenali jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam hutan tersebut serta mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang bisa dijadikan tumbuhan obat. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan sampel di lapangan yang dilakukan secara transek yang diletakkan secara purpossive sampling

berdasarkan keberadaan tanaman yang mewakili kawasan tersebut. Intensitas sampling yang akan diambil adalah 10% atau seluas 3,9 hektar.

20 m

Desain Plot Pengamatan Tanaman Obat d

c b a


(12)

Keterangan:

a. = petak ukur semai 2x2 meter, yaitu anakan dengan tinggi <1,5 m dan tumbuhan bawah/semak/herba, termasuk di dalamnya liana, epifit, pandan dan palem. b. = petak ukur pancang 5x5 m, yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan diameter

batangnya < 10 cm.

c. = petak ukur tiang 10x10 meter, yaitu diameter batang < 20 cm.

d. = petak ukur pohon 20x20 meter, yaitu pohin yang diameter batangnya ≥ 20 cm. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan formulasi metode dengan petak untuk menghitung besarnya kerapatan (ind/ha), frekuensi dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, dengan rumus :

a. Kerapatan suatu jenis (K) K =

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR) KR =

c. Frekuensi suatu jenis (F) F =

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR) FR =

e. Dominansi (D) D =

f. Dominansi relatif (DR)

DR = x 100%

g. Indeks Nilai Penting (INP)

INP = KR + FR (Untuk tingkat semai dan pancang) INP = KR + FR + DR (Untuk tingkat tiang dan pohon)

∑ individu suatu jenis Luas petak contoh

K suatu jenis

∑K seluruh jenis × 100%

∑ Sub-petak ditemukan suatu jenis ∑Seluruh sub-petak

F suatu jenis

∑F seluruh jenis × 100%

Luas Bidang Dasar Suatu Spesies Luas Petak Contoh

Dominansi Suatu Spesies Dominansi Total Seluruh Jenis


(13)

h. Indeks keragaman Shannon – Wiener H’ = − [(ni/N)ln(ni/N)] Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener S = Jumlah jenis dalam petak utama

ni = jumlah individu jenis ke-i N = Total seluruh individu

Kriteria nilai H’ yang digunakan adalah : - H’ < 1, keanekaragaman tergolong rendah; - H’ 1-3, keanekaragaman tergolong sedang; dan

- H’ > 3, keanekaragaman tergolong tinggi (Odum, 1993).

� �=1


(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek pengetahuan lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui adanya jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di kawasan CA Dolok Saut. Sumber wawancara adalah juru kunci kawasan cagar alam tersebut dan masyarakat yang dapat dijumpai di sekitar kawasan tersebut yang memiliki pengetahuan tentang tumbuhan obat. Jumlah responden dari masyarakat berjumlah 20 orang (lampiran 1). Dari hasil survei, didapat jenis tumbuhan obat yang diketahui masyarakat yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat

No Nama Lokal Nama Ilmiah Pemanfaatan

Ya Tidak

1 Alang-alang Imperata cylindrica Raucsh. √

2 Apus tutung (Senduduk bulu)

Clidemia Hirta

3 Bunga-bunga paet (Boneset)

Eupatorium perfoliatum L. √

4 Cakar ayam Selaginella doedreleinii Hieron. √

5 Hapas-hapas

(Kapas-kapasan)

Exbucklandia populnea RW. √

6 Harimonting

(Kemunting)

Rhodomyrtus tomentosa W.Ait √

7 Kemenyan Styrax benzoin Dry. √

8 Langge

(Nampu)

Homalomena cordata Schott. √

9 Rias

(Kincung)

Etlingera elatior

10 Sanduduk Melastoma malabathricum Linn. √

11 Simarbosi-bosi Hymenodictyon orixense Mabb. √

12 Tampar setan (Pecut kuda)

Stachytarpheta indica Vahl. √

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa tidak semua jenis tumbuhan obat yang terdapat di kawasan cagar alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa Pansur Natolu. Dari ke-12 jenis tumbuhan obat yang didapat, hanya 8 jenis saja


(15)

yang dimanfaatkan. Pengetahuan masyarakat tentang ke-8 tumbuhan obat tersebut didapat secara turun-temurun. Alasan tidak dimanfaatkannya ke-4 tumbuhan obat tersebut karena masyarakat kurang mengetahui khasiat dari ke-4 tumbuhan tersebut.

Potensi Tumbuhan Obat

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dari 98 plot dengan luasan 3,9 ha, diperoleh 12 jenis tumbuhan obat yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 2. Komposisi Tumbuhan Obat di CA Dolok Saut

No Nama Lokal Nama Ilmiah Komposisi Tumbuham Obat Total

Semai Pancang Tiang Pohon

1 Alang-alang Imperata cylindrica

Raucsh.

25 25

2 Apus tutung Clidemia Hirta 57 57

3 Bunga-bunga

paet

Eupatorium perfoliatum L.

29 29

4 Cakar ayam Selaginella

doedreleinii Hieron.

10 10

5 Hapas-hapas Exbucklandia

populnea RW.

15 19 11 25 70

6 Harimonting Rhodomyrtus

tomentosa W.Ait

32 32

7 Kemenyan Styrax benzoin Dry. 1 1 2

8 Langge Homalomena cordata

Schott.

41 41

9 Rias Etlingera elatior 69 69

10 Sanduduk Melastoma

malabathricum Linn.

58 58

11 Simarbosi-bosi Hymenodictyon orixense Mabb.

0 3 2 5 10

12 Tampar setan Stachytarpheta indica

Vahl.

21 21

Total 358 22 13 31 424

Merujuk data Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah jenis tumbuhan obat yang ditemukan di CA Dolok Saut adalah sebanyak 12 jenis. Komposisi tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah pada tingkatan semai dengan jumlah 358 tumbuhan. Jenis tumbuhan yang paling banyak dijumpai yaitu jenis hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) dengan total 70. Dari hasil


(16)

pengamatan, jenis pohon ini memang mendominasi jenis tumbuhan pohon yang tumbuh di kawasan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan BBKSDASU (2011) yang menyatakan bahwa jenis tumbuhan pohon yang paling mendominasi di Cagar Alam Dolok Saut adalah pohon hapas-hapas (Exbucklandia populnea

RW.). Jenis tumbuhan yang paling sedikit dijumpai adalah kemenyan (Styrax benzoin Dry.) yang berjumlah 2. Hal ini disebabkan kemenyan merupakan tumbuhan yang dibudidayakan oleh masyarakat desa Pansur Natolu, sehingga hanya akan banyak dijumpai di daerah perkebunan masyarakat dan tumbuhan ini jarang dijumpai dijumpai di dalam hutan atau darah cagar alam.

Tabel 3. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Semai

NO Nama Lokal Nama Ilmiah Jlh

Ind

KR %

FR

% INP H’

1 Alang-alang Clidemia Hirta 25 6,25 2,83 9,81

2 Apus Tutung Imperata cylindrica

Raucsh.

57 14,25 21,69 37,62

3 Bunga-bunga

paet

Eupatorium perfoliatum L.

29 7,25 7,54 15,64

4 Cakar Ayam Selaginella

doedreleinii Hieron.

10 2,50 7,54 10,34

5 Hapas-hapas Exbucklandia populnea

RW.

15 3,75 8,49 12,68

6 Harimonting Rhodomyrtus

tomentosa W.Ait

32 8,00 6,60 15,54

7 Kemenyan Styrax benzoin Dry. 1 0,25 0,94 1,22

8 Langge Homalomena cordata

Schott.

41 10,25 10,37 21,83

9 Rias Etlingera elatior 69 17,25 18,86 38,14

10 Sanduduk Melastoma

malabathricum Linn.

58 14,50 12,26 28,46 11 Tampar setan Stachytarpheta indica

Vahl.

21 5,25 2,83 8,69

Total 358 100,00 100,00 200,00 2,17

Soegianto (1994) menyatakan bahwa spesies-spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi. Indeks nilai penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk


(17)

menyatakan tingkat dominansi atau pnguasaan spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Jadi, apabila komunitas tumbuhan tersebut rusak, akan mempengaruhi ekosistemnya.

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat semai adalah Etlingera elatior dengan INP sebesar 38,14. Nilai INP terendah adalah Styrax benzoin Dry. dengan INP 1,22. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat semai memiliki indeks keragaman jenis sebesar 2,17. Keanekaragaman jenis tingkat semai tergolong sedang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman 1-3 maka keanekaragamannya tergolong sedang.

Jenis yang paling banyak dijumpai pada tingkatan semai yaitu jenis rias (Etlingera elatior) dengan jumlah 69. Tumbuhan ini banyak dan mudah ditemukan karena tumbuhan ini berkoloni dan habitatnya banyak terdapat di daerah tropis dan tumbuh di bawah kanopi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibahim dkk. (1999) yang menyatakan bahwa spesies ini sangat banyak ditemukan di daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan ini juga menyebar dengan benih dan fragmen rimpang atau rhizoma yang membuat potensi untuk berkoloni sangat tinggi. Koloni tumbuhan ini sangat banyak ditemukan di bawah kanopi hutan alam.

Tabel 4. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pancang

No Nama Lokal Nama Ilmiah Jlh

Ind

KR FR INP H’

% %

1 Hapas-hapas Exbucklandia populnea

RW.

19 86,36 80,00 166,36

2

Simarbosi-bosi

Hymenodictyon orixense

Mabb.

3 13,63 20,00 33,63


(18)

Berdasarkan Tabel 3, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah

Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 166,36 Nilai INP terendah adalah Hymenodictyon orixense Mabb. dengan INP 33,63. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pancang memiliki indeks keragaman jenis sebesar 0,76. Keanekaragaman jenis tingkat semai tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman <1 maka keanekaragamannya tergolong rendah.

Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) berjumlah 19, sedangkan yang terendah yaitu simarbosi-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) berjumlah 3. Dalam tingkat pancang ini, hapas-hapas banyak ditemukan karena dalam BBKSDASU (2011) menyatakan, bahwa di CA Dolok Saut didominasi pohon hapas-hapas.

Tabel 5. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Tiang

No Nama Lokal Nama Ilmiah Jlh

Ind

KR FR DR

INP H’

% % %

1 Hapas-hapas Exbucklandia

populnea RW.

11 84,61 80,00 82,58 247,19

2

Simarbosi-bosi

Hymenodictyon orixense Mabb.

2 15,38 20,00 17,40 52,78

Total 13 100,00 100,00 100,00 300,00 0,43

Berdasarkan Tabel 4, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah

Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 247,19. Nilai INP terendah adalah Hymenodictyon orixense Mabb. dengan INP 52,78. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat tiang memiliki indeks keragaman jenis sebesar 0,43. Keanekaragaman jenis tingkat tiang tergolong


(19)

rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman <1 maka keanekaragamannya tergolong rendah.

Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) berjumlah 11, sedangkan yang terendah yaitu simarbosi-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) berjumlah 2. Sama halnya dengan jenis tingkat pancang, hapas-hapas banyak didapat karena tumbuhan ini mendominasi kawasan ini.

Tabel 6. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pohon

No Nama Lokal Nama Ilmiah Jlh

Ind

KR FR DR INP H’

% % %

1 Hapas-hapas Exbucklandia

populnea RW.

25 80,64 71,42 67,94 220,01

2 Kemenyan Styrax benzoin

Dry.

1 3,22 4,76 6,90 14,89

3 Simarbosi-bosi Hymenodictyon

orixense Mabb.

5 16,12 23,80 25,15 65,08

Total 31 100,00 100,00 100,00 300,00 0,58

Berdasarkan Tabel 5, diperoleh Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut. INP tertinggi pada tingkat pancang adalah

Exbucklandia populnea RW. dengan INP sebesar 220,01. Nilai INP terendah adalah Styrax benzoin Dry. dengan INP 14,89. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa tumbuhan obat pada tingkat pohon memiliki indeks keragaman jenis sebesar 0,58. Keanekaragaman jenis tingkat pohon tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993), mengenai parameter index Shannon-Wiener bahwa apabila indeks keragaman <1 maka keanekaragamannya tergolong rendah. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) berjumlah 25, sedangkan yang terendah yaitu kemenyan (Styrax benzoin Dry.) berjumlah 1.


(20)

Hasil analisis data semai sampai dengan pohon pada Tabel 3, 4, 5 dan 6, dapat dilihat bahwa tingkat kenekaragaman yang paling tinggi terdapat pada tumbuhan tingkat semai yaitu 2,17 dan yang paling rendah yaitu pada tingkat pancang, yaitu 0,39. Keanekaragaman tingkat semai yang lebih tinggi dari yang yang lainnya disebabkan karena jenis tumbuhan obat berupa semai yang didapat jumlahnya lebih banyak dari jenis tumbuhan obat pada tingkat pancang, tiang, dan pohon. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996), yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies, maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya, jika nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis.

Penggunaan Tumbuhan Obat

Penggunaan tumbuhan sebagai obat ada beberapa cara, yaitu dikonsimsi langsung dan secara tidak langsung dengan perlakuan tertentu sebelum digunakan. Cara penggunaan tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Cara Penggunaan Tumbuhan Obat

No Nama Lokal Nama Latin Kegunaan Bagian yang

Digunakan Cara Penggunaan 1 Alang-alang Imperata

cylindrica

Raucsh.

Obat sakit perut Akar Dikeringkan,direbus, diminum (Marbun, 2014)

2

Apus Tutung

Clidemia hirta Obat luka bakar Daun Ditumbuk, dioleskan

3

Bunga-bunga paet

Eupatorium perfoliatum L.

Obat sakit perut, luka bakar

Daun Direbus, diminum

Ditumbuk, dioleskan 4 Cakar Ayam Selaginella

doedreleinii Hieron. Obat batuk, radang pernafasaan Semua bagian Direbus, diminum (Dalimartha, 2008) 5 Hapas-hapas Exbucklandia

populnea RW.

Obat sakit perut Daun Direbus, dicampur gula merah, diminum 6 Harimonting Rhodomyrtus

tomentosa W.Ait

Obat diabetes dan luka

Daun Direbus, diminum

dan dioleskan (Indriyani, 2014)


(21)

No Nama Lokal Nama Latin Kegunaan Bagian yang

Digunakan Cara Penggunaan

7 Kemenyan Styrax benzoin

Dry.

Obat gatal-gatal

Getah Dibakar, ditambah

minyak goreng, dioleskan

8 Langge Homalomena

cordata Schott.

Obat keseleo Batang Direbus, dicampur

minyak goreng, dioleskan

9 Rias Etlingera elatior Disentri Batang Inti batang direbus,

dimakan, air diminum

10 Sanduduk Melastoma

malabathricum

Linn.

Obat sakit perut, luka bakar

Daun Direbus, diminum

Ditumbuk, dioleskan 11

Simarbosi-bosi

Hymenodictyon orixense Mabb.

Obat sakit perut, sakit pinggang

Daun Dikeringkan,

direbus, diminum

12 Tampar

setan

Stachytarpheta indica Vahl.

Obat radang tenggorokan

Daun Direbus, diminum

(Depkes RI, 1985) Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan

Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa penggunaan tumbuhan obat lebih banyak menggunakan daunnya. Ada 9 jenis tumbuhan obat yang daunnya dimanfaatkan sebagai obat, yaitu apus tutung, bunga paet, cakar ayam, hapas-hapas, harimonting, pinus, sanduduk, simarbosi-bosi, dan tampar setan.

Gambar 3. Proporsi bagian tumbuhan obat yang digunakan

Bagian tumbuhan banyak dimanfaatkan sebagai obat adalah daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harbone (1987), menyatakan bahwa pada daun banyak

67% 17% 8% 8% Daun Batang Akar Getah


(22)

terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang berguna sebagai obat, seperti tannin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya yang tersimpan di vakuola ataupun pada jaringan tambahan pada daun seperti trikoma. Perubahan kuantitatif kandungan minyak atsiri dan senyawa metabolit sekunder lainnya, sesuai dengan perjalanan waktu, dapat terjadi dengan baik dalam jaringan daun maupun jaringan buah. Dan dilihat dari segi praktis dan efisiensinya, daun merupakan bagian yang mudah diracik untuk dijadikan sebagai bahan obat.

Cara pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan masyarakat sekitar kawasah Cagar Alam Dolok Saut masih tergolong sederhana. Pengobatan menggunakan tumbuhan obat cukup dengan mengambil sari atau pati dari tumbuhan obat baik dengan cara merebus bagian tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat kemudian meminum air rebusannya, memakan langsung (tumbuhan obat yang bisa dimakan seperti daun muda, buah, dan biji) bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat maupun menghaluskan bagian tumbuhan kemudian menempelkannya pada bagian yang sakit.

Secara umum, pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat terbagi menjadi dua, yaitu digunakan sebagai obat luar dan obat dalam. Pemanfaatan tumbuhan obat sebagai obat luar digunakan dengan cara menghaluskan bagian tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat kemudian mengoleskan atau menempelkannya pada bagian yang sakit seperti bisul, luka, gatal-gatal, dan penyakit kulit lainnya. Sementara itu penggunaan tumbuhan obat sebagai obat dalam sebagian besar digunakan dengan cara merebus bagian tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai obat kemudian meminum air rebusannya.


(23)

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di CA Dolok Saut A. Jenis Pohon

1. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.)

Exbucklandia populnea RW. merupakan tumbuhan berupa pohon. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun berbentuk lebar dengan ujungnya yang meruncing sebanyak tiga, berwarna hijau, dan permukaan daunnya agak licin. Batang hapas-hapas berbentuk silindris, berwarna coklat gelap, dan kulit batangnya yang bersisik. Tinggi pohon ini mencapai 30 m. Pohon ini tumbuh tersebar banyak di cagar alam ini. Tumbuhan ini juga berbunga dan berbuah. Pohon ini tumbuh tersebar di dalam hutan dan mendominasi jenis tumbuhan pohon yang ada.

Pohon hapas-hapas sebagai tumbuhan obat digunakan sebagai obat untuk mengobati sakit perut. Cara pemakaiannya yaitu dengan merebus daunnya dan menambahkan gula merah lalu hasil rebusannya diminum.


(24)

2. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.)

Styrax benzoin Dry. merupakan tumbuhan berupa pohon yang termasuk anggota dari Stryracaceae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun berbentuk elips, permukaannya licin, pertulangan menyirip, dan ujungnya agak meruncing. Batangnya berwarna kecoklatan, berbentuk silindris, dan batangnya dapat mengeluarkan getah kemenyan yang sering dimanfaatkan.

Menurut Sasmuko (2003) , pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter antara 20-30 cm dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus, percabangannya sedikit dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan. Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Tempat tumbuh pohon kemenyan bervcariasi, yaitu pada ketinggian 600-2100 mdpl.

Pohon kemenyan sebagai tumbuhan obat dipakai sebagai obat gatal-gatal. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah getahnya. Cara penggunaannya yaitu dengan membakar getah kemenyan, lalu ditambahkan minyak goreng dan dioleskan ke kulit yang terasa gatal.


(25)

3. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.)

Hymenodictyon orixense Mabb. merupakan tumbuhan berupa pohon. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daunnya berbentuk elips memanjang dengan ujunngnya yang meruncing, berwarna hijau tua, strukturnya opposite atau berlawanan, daun biasanya berkumpul atau lebih banyak di ujung. Batangnnya berwarna coklat keabu-abuan, permukaan kulit halus. Simarbosi-bosi dapat tumbuh hingga mencapai 25 m. Tumbuhan ini memiliki bunga dan buah.

Simarbosi-bosi dimanfaatkan sebagai obat untuk sakit pinggang dan sebagai obat sakit perut. Bagian yang dimanfaatkan sebagai obat yaitu bagian daunnya. Cara penggunaanyan yaitu dengan mengeringkan daun kemudian merebus daun yang telah kering dan air rebusannya diminum.

Gambar 6. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) B. Jenis Semak

1. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.)

Imperata cylindrica Raucsh. merupakan tumbuhan berupa kelompok semak yang termasuk dalam anggota suku Poaceae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini tumbuh pada daerah yang terbuka dan daerah yang agak


(26)

kering. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Bentuk daunnya pita memanjang, berwarna hijau muda, ujung daunnya runcing, pertulangan daun yang sejajar, dan tepi daun yang rata dan tajam. Bentuk perakaran tumbuhan ini memiliki sistem akar serabut.

Menurut Marbun (2014), Imperata cylindrica Raucsh. sebagai tumbuhan obat digunakan untuk mengobati sakit perut. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan yaitu bagian akarnya. Cara meramunya adalah akar dikeringkan, kemudian direbus, lalu airnya diminum. Menurut Hariana (2008), akar alang-alang baik dalam kondisi segar maupun kering dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa permasalahan kesehatan dan penyakit seperti hepatitis akut menular, kencing berdarah, kencing nanah, muntah darah, mimisan, peluruh kencing dan radang ginjal akut. Penggunaannya dengan membuat minuman alang-alang yang berbentuk seperti minuman teh.

Gambar 7. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.) 2. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.)

Eupatorium perfoliatum L merupakan tumbuhan berupa semak yang termasuk anggota suku Astaceae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun


(27)

tumbuhan ini berbentuk meruncing membentuk seperti segitiga, sisi daun bergerigi, berwarna hijau muda. Tumbuhan ini memiliki bunga yang berwarna putih, bunganya bergerombol, dan letak bunganya berada di ujung ranting. Batangnya berwarna hijau kecoklatan dan memiliki percabangan yang banyak.

Eupatorium perfoliatum L. dapat tumbuh mencapai 2 meter. Tumbuhan ini tumbuh di daerah yang agak terbuka.

Eupatorium perfoliatum L. digunakan untuk mengobati sakit perut atau maag dan sebagai obat luka. Untuk mengobati maag, bagian yang dipergunakan adalah daunnya. Cara penggunaannya yaitu dengan merebus daunnya lalu air hasil rebusan diminum. Untuk mengobati luka, bagian yang digunakan adalah daunnya. Cara penggunaannya adalah dengan meremas atau menumbuk daun lalu dioleskan ke luka.

Gambar 8. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.) C. Jenis Herba

1. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.)

Selaginella doederleinii Hieron. merupakan tumbuhan yang termasuk dalam kelompok herba. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini


(28)

memiliki batang yang bersisik, percabangannya banyak. Daunnya terletak di sepanjang sisi batangnnya, ukuran daun yang sangat kecil. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Tumbuhan ini ditemukan di dekat aliran air. Hal ini sesuai dengan Dalimartha (2008), batang tumbuhan ini tegak, tingginya 15-35 cm, memilik daun yang kecil-kecil, ukuran daunnya 4-5 mm, bentuk jorong, ujunnya meruncing, daun tersusun di kiri kanan batang menyerupai cakar ayam dengan sisik-sisiknya. Habitus tumbuhan ini merayap dan sedikit tegak. Tumbuhan ini biasanya dijumpai di tepi-tepi sungai atau daerah yang basah.

Gambar 9. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.)

Menurut Hariana (2008), Selaginella doederleinii berpotensi untuk mengobati antipiretik, antitoksin, antikanker, menghentikan pendarahan, dan pembersih darah. Selain itu, menurut Dalimartha (2008), tumbuhan ini juga berkhasiat untuk mengobati batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, tulang patah, pendarahan, dan kanker. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat adalah semua bagian tumbuhan baik itu kondisi kering atau basah.


(29)

2. Langge (Homalomena cordata Schott.)

Homalomena cordata Schott. merupakan tumbuhan yang termasuk dalam kelompok herba. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini terlihat seperti talas, daun berwarna hijau tua di permukaan dan berwarna hijau muda di bagian bawah, daunnya berbentuk hati, jumlah daun 2-5 helai, ujung daun runcing, dan permukaan daunnya licin. Tinggi tumbuhan ini berkisar mencapai 0,5 meter. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di tempat yang lembab atau dekat dengan sumber air seperti pinggir sungai.

Homalomena cordata Schott. sebagai tumbuhan obat digunakan untuk mengobati keseleo. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah batangnya. Cara penggunaannya yaitu batan daun dipanaskan, kemudian diangkat dan dicampur dengan minyak goreng dan dioleskan ke bagian tubuh yang mengalami keseleo.

Gambar 10. Langge (Homalomena cordata Schott.) 3. Rias (Etlingera elatior)

Etlingera elatior merupakan tumbuhan yang termasuk kelompok herba. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun Etlingera elatior berbentuk lonjong panjang, saling berseling berlawanan, tersusun dalam dua baris per batang,


(30)

berwarna hijau, dan jumlahnya 15-20 helai daun. Etlingera elatior memiliki bunga yang berbentuk gasing. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Tumbuhan ini banyak dijumpai di dalam hutan yang tidak banyak menerima sinar matahari.

Gambar 11. Rias (Etlingera elatior)

Etlingera elatior sebagai tumbuhan obat digunakan untuk mengobati disentri. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah batangnya. Cara penggunaannya adalah dengan mengambil bagian tengah atau inti batang yang berwarna putih lalu direbus, dan bagian batang dimakan dan air hasil rebusannya juga dapat diminum langsung.

Menurut Hasbah dkk. (2005) dalam Sukandar, dkk. (2010), Etlingera elatior dapat dipakai untuk mengobati penyakit-penyakit yang tergolong berat yaitu kanker dan tumor. Bunga dari tanaman ini bisa digunakan sebagai bahan kosmetik alami dimana bunganya dipakai untuk ccampuran untuk campuran cairan pencuci rambut dan daun serta rimpangnya dipakai untuk bahan campuran bedak oleh penduduk lokal.


(31)

D. Jenis Perdu

1. Apus Tutung (Clidemia hirta)

Clidemia Hirta merupakan tumbuhan yang termasuk kelompok tumbuhan perdu dan anggota dari suku Melastomaceae. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daun Clidemia Hirta memiliki warna hijau tua, terdapat bulu di permukaanya, berbentuk oval, ujung daun lancip, tepi daun rata, daun tunggal. Walaupun apus tutung terlihat mirip dengan sanduduk, tetapi tumbuhan ini tumbuh di dalam hutan yang tertutup dan tidak berkelompok.

Clidemia hirta sebagai tumbuhan obat digunakan sebagai obat luka bakar. Bagian yang dipergunakan adalah bagian daunnya. Cara penggunaannya adalah dengan meremas atau menumbuk daun hingga halus dan berair lalu oleskan dan tempelkan ke bagian yang terkena luka bakar.

Gambar 12. Apus Tutung (Clidemia hirta) 2. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait)

Rhodomyrtus tomentosa W.Ait merupakan tumbuhan yang termasuk kelompok semak. Berdasarkan pengamatan di lapangan, Rhodomyrtus tomentosa

W.Ait tingginya bisa mencapai 2 m, memiliki bentuk daun yang oval,permukaannya agak licin, tepi rata, dan tidak terlalu besar. Rhodomyrtus


(32)

tomentosa W.Ait memiliki bunga berwarna merah muda dan buahnya berwarna hijau saat mentah dan berwarna ungu tua saat matang. Ukuran buahnya relatif kecil dan berwarna merah saat matang.

Gambar 13. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait)

Menurut Indriyani(2014),Rhodomyrtus tomentosa W.Ait digunakan untuk mengobati sakit diabetes dan obat luka. Bagian tumbuhan yang digunakan yaitu bagian daunnya. Daun tumbuhan ini direbus dengan air yang secukupnya lalu air hasil rebusan tersebut langsung diminum dan dioleskan untuk obat luka.

3. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.)

Melastoma malabathricum Linn. merupakan tumbuhan yang temasuk dalam kelompok perdu. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini tumbuh liar dengan cahaya matahari yang cukup atau biasanya tumbuh di tempat terbuka. Tumbuhan ini tumbuh secara berkelompok. Tinggi tumbuhan berkisar 1-2 meter, bentuk daun elips dengan ujung lancip, berdaun majemuk, tepi daun rata, dan permukaan daun terdapat berbulu tipis. Tumbuhan ini memiliki perbungaan yang biasanya terletak di ujung rantingnya dan berwarna ungu kemerahan. Buah


(33)

dari tumbuhan ini berwarna ungu kehitaman dan di dalamnya terdapat banyak bijinya yang kecil.

Melastoma malabathricum Linn. sebagai tumbuhan obat digunakan untuk mengobati sakit maag dan mengobati luka bakar. Untuk obat maag, cara penggunaannya adalah dengan merebus daunnya dan menambah gula merah ke dalam rebusan, lalu air rebusan diminum. Sebagai obat luka bakar, cara penggunaanya adalah denga meremas atau menumbuk daunnya lalu dioleskan ke luka bakar.Menurut Dalimartha (2000), mempunyai khasiat sebagai pereda demam (antipiretik), penghilang nyeri (analgesik), peluruh urin (diuretik), mengobati keputihan (leukorea), menghilangkan pembangkakan, darah haid yang berlebihan, dan mengobati luka bakar, radang dinding pembuluh darah disertai pembekuan darah di dalam salurannya.

Gambar 14. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.) 4. Tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.)

Stachytarpheta indica Vahl. merupakan tumbuhan yang termasuk kelompok semak. Berdasarkan pengamatan di lapangan, tumbuhan ini tumbuh tegak, tinggi mencapai 90 cm. Batang berkayu, bulat, bercabang, hijau keputihan.


(34)

Daun tunggal, berhadapan, bulat telur, ujung runcing, tepi bergerigi. Bunganya berwarna ungu. Bunganya terletak di batang tumbuhan yang meruncing ke atas.

Gambar 15. Tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.)

Menurut Depkes RI (1985), Stachytarpheta indica Vahl. digunakan sebagai obat radang amandel atau tengorokan dan batuk. Bagian yang dimanfaatkan yaitu bagian daunnya. Daun direbus kemudian air hasil rebusan langsung diminum.


(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Saut berjumlah 12 jenis, yaitu alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.), apus tutung (Clidemia Hirta), bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.), cakar ayam (Selaginella doederleinii Hieron.), kemenyan (Styrax benzoin Dry.), hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.), harimonting (Rhodomyrtus tomentosa

W.Ait), langge (Homalomena cordata Schott.), rias (Etlingera elatior), simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.), sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.), dan tampar Setan (Stachytarpheta indica Vahl.), dimana yang dimanfaatkan masyarakat hanya 8 jenis.

2. Jenis tumbuhan obat yang paling banyak dijumpai yaitu hapas-hapas (Exbucklandia populnea RW.) yang berjumlah 70 dan yang paling sedikit yaitu kemenyan (Styrax benzoin Dry.) yang berjumlah 2.

3. Tingkat keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut tingkat semai yaitu 2,17, tingkat pancang yaitu 0,39, tingkat tiang yaitu 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.

Saran

Perlu adanya upaya pelestarian tumbuhan obat oleh masyaraakat maupun instansi pemerintah yang terdapat di sekitar kawasan Cagar Alam Dolok Saut dengan teknik budidaya guna pelestarian spesies tersebut.


(36)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan pengunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis dan, (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri (Zuhud et al, 1994).

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional yang digunakan masyarakat yang saat ini disebut Herbal Medicine atau Fitofarmaka yang perlu diteliti dan dikembangkan. Menurut Keputusan Menkes RI No. 761 tahun 1992, Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan baku terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemilihan ini berdasarkan atas, bahan bakunya relatif mudah diperoleh, didasarkan pada pola penyakit di Indonesia, perkiraan manfaatnya terhadap penyakit tertentu cukup besar, memiliki rasio resiko dan kegunaan yang


(37)

menguntungkan penderita, dan merupakan satu-satunya alternatif pengobatan (Zein, 2005).

Menurut Mursito (2003), ramuan obat yang berasal dari alam, terutama yang berasal dari alam dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan besar kecilnya dukungan ilmiah serta teknologi proses pembuatan ramuan, yaitu:

1. Jamu

Jamu merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang diproses secara sederhana. Khasiat jamu masih berdasarkan pengalaman dari nenenk moyang dan belum di dukung oleh data ilmiah.

2. Obat ekstrak alam

Obat ekstrak alam merupakan ramuan obat yang berasal dari tanaman yang disajikan setelah melalui berbagai proses ekstraksi. Pengujiannya dilakukan melalui binatang percobaan.

3. Obat fitofarmaka

Obat fitofarmaka merupakan ramuan obat dari tanaman yang disajikan setelah melalui berbagai proses. Khasiat obat tersebut telah dibuktikan melalui proses percobaan pada penderita penyakit mengikuti kaidah percobaan klinis.

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Pengetahuan penggunaan tumbuhan sebagai obat telah diketahui sejak lama di Indonesia, bukti adanya penggunaan bahan alam terutama tumbuhan sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah lama pada daun lontar “Husodo” (Jawa), “Usada” (Bali), “Lontarak pabbura” (Sulawesi Selatan), dan dokumen lain seperti Serat Primbon Jambi, Serat racikan Boreh Wulang Dalem,


(38)

dan juga pada dinding Candi Borobudur dengan adanya relief tumbuhan yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Zuraida et al. 2009).

Potensi tanaman obat yang ada di hutan dan kebun/pekarangan sangatlah besar, baik industri obat tradisional meupun fitofarmaka memanfaatkannya sebagai penyedia bahan baku obat. Menurut Zuhud (2008), dilihat dari segi habitusnya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di berbagai formasi hutan Indonesia dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam yaitu : habitat bambu, herba, liana, pemanjat, perdu, pohon dan semak. Dari ke tujuh habitat ini, spesies tumbuhan obat yang termasuk kedalam habitat pohon mempunyai jumlah spesies dan persentase yang lebih tinggi dibandingkan habitat lainnya, yaitu sebanyak 717 spesies (40,58%).

Menurut Mursito (2003), pemanfaatan tanaman obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai beikut:

1. Bahan baku pengobatan sendiri (self medication)

Pengobatan ini dapat dilakukan di setiap rumah tangga. Tanaman yang digunakan biasanya dimanfaatkan dalam bentuk segar. Dalam upaya untuk meningkatkan dan memasyarakatkan dilakukan cara penanaman tanaman obat keluarga (toga).

2. Bahan baku obat tradisional

Obat-obatan yang berbahan baku tanaman maupun mineral secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Tanaman obat ini biasa dimanfaatkan dalam keadaan sudah dikeringkan atau dikenal dengan istilah simplisia.


(39)

3. Bahan baku fitofarmaka

Obat-obatan yang menggunakan tanaman obat yang tela memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. Tanaman obat yang sering digunakan dalam keadaan yang sudah dikeringkan. Persyaratan tanaman obat yang boleh digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka antara lain sudah mempunyai data uji praklinis maupun klinis.

Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, cagar alam adalah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlansung secara alami.

Mengenai pemanfaatan cagar alam diatur juga dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, yaitu cagar alam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan : a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; c. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon; dan

d. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.

Cagar Alam Dolok Saut ditetapkan menjadi cagar alam berdasarkan GB. Nomor 36 Tanggal 4 Februari 1922 seluas 39 Ha dan direncanakan sebagai hutan tutupan (lindung) berdasarkan Surat Nomor 637/70 tanggal 28 Juli 1922. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Sumatera Utara tahun 2003, kawasan hutan Dolok Saut tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 44 tahun 2005 tentang


(40)

Penunjukan Luas Kawasan Hutan Propinsi Sumatera Utara, CA Dolok Saut juga tetap dipertahankan sebagai kawasan suaka alam.

Kawasan CA. Dolok Saut berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Dolok Saut register 17. Pada bagian barat batas cagar alam dengan hutan lindung Aek Raut. Letak geografis CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10” Bujur Timur dan 01o54’45” Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360 mdpl. Secara administrasi pemerintah CA. Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Penataan batas Cagar Alam Dolok Saut berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan adalah sepanjang 1,4 km. Berdasarkan informasi dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan dan dari dokumen yang ada di kawasan ini belum dilakukan penataan batas. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Tapanuli Utara bahwa proses verbal tentang pengumuman batas-batas hutan yang telah dibuat diatur berdasarkan kebulatan mufakat pada tangal 25 oktober 1935 dengan catatan bahwa terdapat 5 buah pal yaitu NM. 5, namun dokumen tersebut saat ini belum ditemukan.


(41)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam megadiversitas, yaitu merupakan negara yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Depkes R.I (2007), menambahkan bahwa Indonesia merupakan pusat keragaman hayati dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia. Diperkirakan sekitar 25% aneka jenis di dunia ini berada di Indonesia, yang dari setiap jenis tersebut memuat ribuan plasma nuftah dalam kombinasi yang unik sehingga terdapat aneka gen dalam individu (Arief, 2001).

Sumber daya tumbuhan di hutan tropis Indonesia yang sangat kaya mendukung peluang pengembangan tanaman obat. Hal tersebut karena Indonesia memiliki 30.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, dan baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional. Kondisi ini membuka peluang pengembangan selebar-lebarnya bagi tanaman obat dan penggalian potensi spesies-spesies tumbuhan berkhasiat obat yang belum termanfaatkan (Hapsoh dan Yaya, 2011).

Suku-suku bangsa di Indonesia telah banyak memanfaatkan tumbuhan obat untuk kepentingan pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Salah satu perbedaan dapat dilihat dari perbedaan ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin beragam ramuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu, berarti peluang untuk menyembuhkan suatu penyakit menjadi semakin besar, karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk masing-masing orang. Hal ini menunjukkan keragaman


(42)

pengetahuan yang dimiliki suku-suku bangsa tersebut. Keragaman pengetahuan diatas merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus dipelihara untuk dikembangkan (Aliadi dan Roemantyo, 1994).

Penelitian memilih tempat di Kawasan Cagar Alam (CA) Dolok Saut berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung Dolok Saut register 17. Pada bagian barat batas cagar alam dengan hutan lindung Aek Raut. Letak geografis CA. Dolok saut berada di koordinat 99o11’10” Bujur Timur dan 01o54’45” Lintang Utara dan pada ketinggian 1.280 s/d 1.360 mdpl. Secara administrasi pemerintah CA. Dolok Saut terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan inventarisasi potensi tumbuhan obat di kawasan hutan lindung dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar cagar alam tersebut.

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi potensi tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut yang terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Sebagai informasi dalam pemanfaatan tanaman obat bagi semua pihak yang membutuhkan dan sebagai upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang terdapat di Cagar Alam Dolok Saut yang terletak di Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.


(43)

ABSTRAK

MARJUKI SIHOMBING. Potensi Tumbuhan Obat di Cagar Alam Dolok Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatam Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan YUNUS AFIFUDDIN.

Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di Cagar Alam Dolok Saut.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah

purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar 0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.


(44)

ABSTRACT

Marjuki Sihombing. Potential of Medical Plants in Dolok Saut Preserve, Pansur Natolu Village, Pangaribuan, Tapanuli Utara. Under supervied of IRAWATI AZHAR and YUNUS AFIFUDDIN.

Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in the preserve had not been documented, so that need to be done of research to analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve. The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November 2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with 20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12 species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38, and trees state was 0,58.


(45)

POTENSI TUMBUHAN OBAT DI CAGAR ALAM DOLOK

SAUT, DESA PANSUR NATOLU, KECAMATAN

PANGARIBUAN, KABUPATEN TAPANULI UTARA,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

Marjuki Sihombing

111201159/Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(46)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Hasil : Potensi Tumbuhan Obat Di Hutan Cagar Alam Dolok Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatan Pangaribuan,

Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara

Nama : Marjuki Sihombing

NIM : 111201159

Program studi : Kehutanan

Minat Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Irawati Azhar, S.Hut,.M.Si

Ketua Anggota

Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Si

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D


(47)

ABSTRAK

MARJUKI SIHOMBING. Potensi Tumbuhan Obat di Cagar Alam Dolok Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatam Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan YUNUS AFIFUDDIN.

Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di Cagar Alam Dolok Saut.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah

purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar 0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.


(48)

ABSTRACT

Marjuki Sihombing. Potential of Medical Plants in Dolok Saut Preserve, Pansur Natolu Village, Pangaribuan, Tapanuli Utara. Under supervied of IRAWATI AZHAR and YUNUS AFIFUDDIN.

Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in the preserve had not been documented, so that need to be done of research to analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve. The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November 2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with 20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12 species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38, and trees state was 0,58.


(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pargaulan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 Januari 1992 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari ayah bernama P. Sihombing dan ibu N. Sianipar.

Penulis memulai pendidikan formal dari sekolah dasar di SD Santa Maria Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada tahun 1998 dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjukan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Santa Lusia Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis diterima dan terdaftar di Program Studi Kehutanan, Program studi Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Pada semester VII tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa minat Teknologi Hasil Hutan.

Penulis telah melaksanakan kegiatan Paktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada tahun 2013 yang dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Raja pada tahun 2015 yang berlangsung selama 30 hari.

Di akhir tahun, penulis fokus mengerjakan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan.


(50)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitan... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat ... 3

Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 4

Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut ... 6

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

Alat dan Bahan Penelitian ... 8

Metode Penelitian... 9

Aspek Pengetahuan Lokal ... 9

Aspek Keanekaragaman ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Tumbuhan Obat ... 12

Aspek Pengetahuan Lokal ... 12

Penggunaan Tumbuhan Obat ... 19

Bagian Tumbuhan yang Digunakan ... 19

Deskripsi Tumbuhan Obat Yang Ditemukan di CA Dolok Saut ... 18

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN


(51)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 8

2. Lokasi CA Dolok Saut ... 13

3. Proporsi Bagian Tumbuhan yang Digunakan ... 20

4. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.) ... 22

5. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) ... 23

6. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) ... 24

7. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.) ... 25

8. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.) ... 26

9. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.) ... 27

10. Langge (Homalomena cordata Schott.) ... 28

11. Rias (Eltingera elatior) ... 29

12. Apus Tutung (Clidemia hirta) ... 30

13. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait) ... 31

14. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.) ... 32


(52)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat ... 12

2. Komposisi Tumbuhan Obat di CA Dolok Saut ... 13

3. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Semai ... 14

4. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pancang ... 15

5. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Tiang ... 16

6. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pohon ... 17


(1)

ABSTRAK

MARJUKI SIHOMBING. Potensi Tumbuhan Obat di Cagar Alam Dolok Saut, Desa Pansur Natolu, Kecamatam Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara. Dibimbing oleh IRAWATI AZHAR dan YUNUS AFIFUDDIN.

Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat. Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum seluruhnya terdokumentasi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan obat yang terdapat di Cagar Alam Dolok Saut.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman dan potensi tumbuhan obat di kawasan Cagar Alam Dolok Saut. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 sampai Desember 2015. Metode yang digunakan adalah

purposive sampling dengan petak ukur 20x20 m. Jenis tumbuhan obat yang didapatkan di lapangan diidentifikasi dan dicatat. Hasil identifikasi tumbuhan obat diperoleh 12 jenis tumbuhan obat. Keanekaragaman tumbuhan obat di Cagar Alam Dolok Saut pada tingkat semai yaitu sebesar 2,17, tingkat pancang sebesar 0,17, tingkat tiang sebesar 0,43, dan tingkat pohon sebesar 0,58.


(2)

ABSTRACT

Marjuki Sihombing. Potential of Medical Plants in Dolok Saut Preserve, Pansur Natolu Village, Pangaribuan, Tapanuli Utara. Under supervied of IRAWATI AZHAR and YUNUS AFIFUDDIN.

Dolok Saut Preserve as a part of protected forest has many forest products potency, especially medical plants. However, data of medical plants that grow in the preserve had not been documented, so that need to be done of research to analyze the biodiversity and potential of medical plants in Dolok Saut Preserve. The purpose of the research was to know the potential and biodiversity of medical plants in Dolok Saut Preserve. The research had been done in November 2015 to December 2015. The method that used is purposive sampling plots with 20x20 meter square width. The result of medical plants biodiversity showed 12 species of medical plants. The biodiversity of medical plants in Dolok Saut Preserve at seedling state was 2,17, saplings state was 0,43, poles state was 0,38, and trees state was 0,58.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pargaulan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 Januari 1992 sebagai anak keempat dari lima bersaudara, dari ayah bernama P. Sihombing dan ibu N. Sianipar.

Penulis memulai pendidikan formal dari sekolah dasar di SD Santa Maria Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara pada tahun 1998 dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjukan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Santa Lusia Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis diterima dan terdaftar di Program Studi Kehutanan, Program studi Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Pada semester VII tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa minat Teknologi Hasil Hutan.

Penulis telah melaksanakan kegiatan Paktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Hutan Pendidikan TAHURA Bukit Barisan Kabupaten Karo pada tahun 2013 yang dilaksanakan selama 10 hari. Penulis juga telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Toba Pulp Lestari Sektor Aek Raja pada tahun 2015 yang berlangsung selama 30 hari.

Di akhir tahun, penulis fokus mengerjakan skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitan... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Obat ... 3

Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 4

Kondisi Umum Cagar Alam Dolok Saut ... 6

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

Alat dan Bahan Penelitian ... 8

Metode Penelitian... 9

Aspek Pengetahuan Lokal ... 9

Aspek Keanekaragaman ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Tumbuhan Obat ... 12

Aspek Pengetahuan Lokal ... 12

Penggunaan Tumbuhan Obat ... 19

Bagian Tumbuhan yang Digunakan ... 19

Deskripsi Tumbuhan Obat Yang Ditemukan di CA Dolok Saut ... 18

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ... 8

2. Lokasi CA Dolok Saut ... 13

3. Proporsi Bagian Tumbuhan yang Digunakan ... 20

4. Hapas-Hapas (Exbucklandia populnea RW.) ... 22

5. Kemenyan (Styrax benzoin Dry.) ... 23

6. Simarboso-bosi (Hymenodictyon orixense Mabb.) ... 24

7. Alang-alang (Imperata cylindrica Raucsh.) ... 25

8. Bunga-bunga paet (Eupatorium perfoliatum L.) ... 26

9. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.) ... 27

10. Langge (Homalomena cordata Schott.) ... 28

11. Rias (Eltingera elatior) ... 29

12. Apus Tutung (Clidemia hirta) ... 30

13. Harimonting (Rhodomyrtus tomentosa W.Ait) ... 31

14. Sanduduk (Melastoma malabathricum Linn.) ... 32


(6)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jenis Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat ... 12

2. Komposisi Tumbuhan Obat di CA Dolok Saut ... 13

3. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Semai ... 14

4. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pancang ... 15

5. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Tiang ... 16

6. Nilai INP Tumbuhan Obat Tingkat Pohon ... 17