paper proceeding snisip 2015 ismi

PROSIDING
Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (SNISIP) FISIP UNS dengan tema
Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia:
Perspektif Multidisiplin

PEMBICARA UTAMA:
1. Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. (Universitas Brawijaya, Malang)
2. Drs. Fathan (Anggota DPR RI)
3. Dr. Widodo Muktiyo, S.E., M.Kom. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta)
4. Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N., M.Si. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta)

EDITOR:
1. Dr. Sri Hidayati. M.Si. (Universitas Trunojoyo, Madura)
2. Dr. Rusdi, M.Hum. (IKIP Budi Utomo, Malang)
3. Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta)
4. Sri Hastjarjo, S.Sos., Ph.D. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta)
5. Siti Zunariyah, S.Sos., M.Si. (Universitas Sebelas Maret, Surakarta)

i

Dipublikasikan dan dicetak oleh UNS PRESS

Jl. Ir. Sutami, 36A Surakarta, Indonesia 57126
Anggota IKAPI
Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Hidayati, Sri, dkk.
Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
Hidayati, Sri, dkk., - Surakarta
UNS Press, 2015
xiii. 19 x 26 cm
ISBN: 978-979-498-972-2

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
All rights reserved

Isi di luar tanggung jawab percetakan

ii

Sambutan Selamat Datang Ketua Panitia
Marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang
Maha Kuasa. Atas berkah dan karunianya kita dapat saling bertemu

dalam acara yang indah ini.
Kami dengan senang hati menyelenggarakan Call for Papers
Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (SNISIP) dengan
tema “Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif
Multidisiplin” dalam rangka Dies Natalis UNS ke 39. Kami telah
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik.
Atas terselenggaranya kegiatan ini kami menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., Rektor
Universitas Sebelas Maret; Dr. Wisnu Untoro, M.S., Ketua Umum Dies natalis UNS ke 39,
Bapak Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D., Dekan FISIP UNS, semua pembicara, dan seluruh
peserta yang hadir dalam kesempatan yang bahagia ini.
Dalam kegiatan SNISIP 2015 ini dihadiri dari para akademisi, para pengamat sosial
politik, para pembuat kebijakan publik kurang lebih 200 orang.
Atas terselenggarannya kegiatan ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada
seluruh panitia dan seluruh mahasiswa yang terlibat di kapanitiaan.
Jika ada kurang lebihnya kami mohon maaf.
Selamat menikmati suasana seminar, dan menikmati kunjungan Surakarta yang tidak
terlupakan. Kami berharap akan ketemu lagi di acara SNISIP FISP UNS tahun yang akan
datang.
Surakarta, 22 April 2015

Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A.
Ketua Panitia Pelaksana

iii

Sambutan Dekan FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Selamat pagi
Assalamualaikum Warrohamtullahi Wabarokatuh
Yang saya hormati Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi,
M.S., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta;
seluruh Dekan di lingkungan Universitas Sebelas maret
Surakarta; seluruh pembicara: Ibu Prof. Dr. Keppi Sukesi
(Universitas Brawijaya, Malang), Bapak Drs. Fathan
Subchi (Anggota DPR RI), dan Ibu Prof. Dr. Ismi Dwi
Astuti Nurhaeni dari Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Yang saya hormati seluruh peserta seminar nasional
pada pagi hari ini.
Selamat datang di Kota Surakarta, kota yang penuh dengan dinamika untuk menuju kota
modern di tanah Jawa, dan sebagai kota dimana Universitas Sebelas Maret ini berada.

Selaku Dekan FISIP Universitas Sebelas Maret Kami sangat mendukung secara penuh
kegiatan seminar nasional pada pagi hari ini dengan tema “Gender Politik dan Pembangunan
di Indonesia: Perspektif Multidisiplin”
Kami berharap kegiatan-kegiatan seperti ini dapat lebih ditingkatkan kualitas dan
kuantitasnya untuk menjadikan Universitas Sebelas Maret menuju World Class University.
Kami berkomitmen untuk meningkatkan sarana dan prasana pendukung supaya kita
dapat berperan secara baik di hadapan universitas-universitas yang berlabel world class
university, antara lain kami dorong seluruh sivitas akademika di lingkungan FISIP UNS
untuk melakukan kegiatan penulisan yang terindek SCOPUS, dan juga mendorong kegiatan
ini dapat dipublikasikan dalam bentuk proceeding.
Kami mengucapakan terima kasih kepada seluruh panitia yang dikoordinir oleh Dr.
Ahmad Zuber, terima kasih atas semua perhatian dan kerja kerasnya sehingga seminar
nasional pada pagi hari ini dapat terselenggara dengan baik.
Saya berharap melalui seminar nasional ini tercipta ikatan yang kuat di antara para
profesional akademikus, para analis ilmu sosial dan ilmu politik, para pembuat kebijakan
publik, dan juga para wartawan bidang ilmu sosial dan ilmu politik.
Selamat berseminar dengan penuh perhatian dan kesungguhan. Semoga Tuhan YMK
memberkahi kita. Amin
Terima kasih.
Wassalamualaikum Warrohamtullahi Wabarokatuh

Surakarta, 22 April 2015
Prof. Drs.H. Pawito, Ph.D
Dekan FISIP, Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta, Indonesia

iv

Sambutan Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
Selamat pagi
Assalamualaikum Warrohamtullahi Wabarokatuh
Yang saya hormati seluruh Dekan di lingkungan
Universitas Sebelas maret Surakarta, secara khusus Bapak Prof.
H. Pawito, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret,
Yang saya hormati seluruh pembicara: Ibu Prof. Dr. Keppi
Sukesi (Universitas Brawijaya, Malang), Bapak Drs. Fathan
Subchi (Anggota DPR RI), Bapak Prof. H. Pawito, Ph.D. dan
Ibu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni dari Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Yang saya hormati seluruh peserta seminar nasional pada pagi hari ini.

Selamat datang di Kota Surakarta, kota yang penuh nuansa budaya Jawa, dan tempat
dimana Universitas Sebelas Maret ini berdiri tegak.
Sebagai Pimpinan Universitas Sebelas Maret kami berkomitmen Universitas Sebelas
Maret untuk menuju World Class University. Sebagai universitas yang bertaraf kelas dunia
kami mendorong kegiatan-kegiatan ilmiah sivitas akademika baik yang berskala nasional
maupun interansional. Untuk itu kegiatan seminar nasional ilmu sosial dan ilmu politik
dengan tema “Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin” ini
sangat penting.
Kami berharap dari kegiatan seminar nasional dengan tema “Gender Politik dan
Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin” ini dapat membuka wacana kepada kita
tentang persoalan gender, politik, dan pembanguan di Indonesia. Kemudian setelah itu kita
dapat memberikan resolusi yang tebaik berkaitan dengan persoalan gender, politik dan
pembangunan yang kita hadapi bersama di negeri Indonesia yang tercinta ini.
Bapak/ Ibu yang saya hormati,
Selamat mengikuti dan menikmati seminar nasional pada pagi hari ini.
Atas nama Universitas Sebelas Maret dan Panitia, secara resmi saya nyatakan dibuka
seminar nasional ilmu sosial dan ilmu politik dengan tema “Gender Politik dan
Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin.
Terima kasih.
Wassalamualaikum Warrohamtullahi Wabarokatuh

Surakarta, 22 April 2015
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta, Indonesia

v

Daftar ISI
Sambutan Selamat Datang Ketua Panitia
Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A
………………………….……
Sambutan Dekan FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito, Ph.D. ………………………………………..

iii

iv
Sambutan Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S.
……………… …………………

Daftar Isi
………………………………………………………
Susunan Panitia
…………………………………………………
1
2

1

2

3

4

5
6
7

8

9

Sesi Pleno (Pembicara Utama)
Keppi Sukesi
Gender dan Kemiskinan di Indonesia ......................................................
Ismi Dwi Astuti Nurhaeni; Rara Sugiarti; Sri Marwanti
ENGENDERING DEVELOPMENT: CASE STUDY ON ECO-TOURISM
(Menggenderkan Pembangunan: Studi Kasus pada Pembangunan Pariwisata
Ramah Lingkungan) ............................……………………...................
Sesi Paralel
Agus Naryoso
Mediasi Komunikasi Untuk Mengurai Problematika PSK Pasar Kembang
Yogyakarta ...................................................................................
Agustina Siahaan; Dimas Rizky Putranto; Nyphadear TSAP; Argyo Demartoto
Penggunaan Aplikasi I-Dating Bagi Komunitas Gay Di Surakarta sebagai
Aktualisasi Hak Atas Public Life
………………………………………
Ahmad Zuber
Perubahan Agraria di Masyarakat Pedesaan Indonesia: Faktor-Faktor dan
Strategi Penanganannya ...........................................................................

Aiddaris Budiah; Hardi Alunaza SD
Kepemimpinan Tri Rismaharini Sebagai Bentuk Partisipasi Perempuan Dalam
Politik Dan Pembangunan Di Era Digital .................................................
Andrik Purwasito
Mainstreaming Gender , Imageri Budaya and Bargaining Position ..........
Anif Fatma Chawa; Aris Setiawan
Perempuan Pekerja Home Industry dan Kesehatan ... …………………
Anna C. Suwardi
Partisipasi Politik Perempuan Aceh Pasca Konflik Ditinjau dari Aspek
Perdamaian Positif ...................................................................................

v
vi
viii

1

26

72


51

61

72
81
95

109

Annisa Setya Hutami
Sorotan Media Terhadap Women Leadership .........................................
Argyo Demartoto; RB. Soemanto; Siti Zunariyah
Menjadi Ibu Rumah Tangga Peduli Aids Melalui Pendidikan Kelompok
Sebaya Terstruktur ...............................................................................

118

129
vi

10

11

12

13

14
15

16

17
18

Ayu Kusumastuti
Jalan Ketiga Nasionalisasi dan Privatisasi: Ambivalensi Kebijakan Pengelolaan
Sumber Daya Air di Indonesia .............................................................
Ayusia Sabhita Kusuma
Strategi Pengarusutamaan Gender di Indonesia
dalam Tantangan Negara Pembangunan Berorientasi Pasar .....................
Bagus Haryono
Nasionalisme Kalangan Grass Root di Kota Surakarta: Mereduksi Ideologi
Dalam Simbol ........................................................................................
Budiarjo
Kesiapan Pemangku Kepentingan di Wilayah Perbatasan dalam Menyongsong
Masyarakat ASEAN ...............................................................................
Budiawati Supangkat; Johan Iskandar
Politik Perempuan Pedagang Di Pasar Tradisional Bandung ....................
Caroline Paskarina
Mengatur Kebahagiaan: Memaknai Indeks Kebahagiaan Sebagai Instrumen
Kebijakan Pembangunan .......................................................................
Chatia Hastasari; Paramstu Titis Anggitya; Erwin Kartinawati
Budaya “Klik Share” Pada Akun Facebook Sebagai Partisipasi Politik Di Era
Digital .....................................................................................................
Damar Sari Wulan
Peran “Gen Y Women” Dalam Pembangunan Indonesia Masa Depan ....
Dewi Gunawati
Menelisik Implementasi Program Reducing Emmision Deforestation
And Forest Degradation Dalam Pembangunan Hutan Lestari Di

Indonesia ................................................................................................
19

20

21

22
23

24

Diah Puspaningrum
Model Pembangunan Alternatif Berbasis Masyarakat Pada Taman Nasional
Meru Betiri .............................................................................................
Didik G. Suharto
Kesetaraan Dan Keadilan Gender Dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara
(Suatu Kajian Terhadap Uu Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara) ....................................................................................................
Dyah Retno Pratiwi; Rahmat Wisudawanto
Diskriminasi Gender Sebagai Refleksi Kekuasaan (Sebuah Studi Kasus Komunikasi
Antar Budaya dalam Film Anna And The King) ................................................................
Elly Malihah; Idrus Affandi; Diani Risda; Leni Anggraeni
Perempuan Dan Politik: Pengalaman Indonesia-Jepang ..................................
Faizatul Ansoriyah
Governance Dalam Pengelolaan Zakat (Suatu Tinjauan Terhadap UU No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat) .................................................
Firdastin Ruthnia Yudiningrum
Upacara Ritual Mahesa Lawung Keraton Surakarta: Media Komunikasi
Budaya ..................................................................................................

142

156

168

181
190

203

214
222

231

247

268

277
286

295

306

vii

25

26
27

28

29
30

31

32
33

34

35

36

37

38

39

George Mentansan
Dominasi Modernitas Dalam Masyarakat Adat Raja Ampat (Studi Kasus Di
Kota Waisai Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat) .....................
Grendi Hendrastomo; Nur Endah Januarti
Orientasi Dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula .....................................
I Ngurah Suryawan
Kitong Pu Tanah: Terbentuknya Elit Lokal Dalam Pemekaran Daerah Di
Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat ..............................
Ikma Citra Ranteallo
Mengurai Simpul Kekuasaan Internasional Pada Indigenous Knowledge
Berbasis Gender Dan Perubahan Iklim .....................................................
Imam Yuliadi; M. Chairul Basrun Umanailo
Mereduksi Multipartai Untuk Kestabilan Pembangunan Nasional .............
Indhar Wahyu Wira Harjo
Pengawasan Semu Perempuan Perkara Implementasi Kebijakan Pemerintah
Indonesia ..................................................................................................
Jefta Leibo1; Sri Yuliani2; Rahesli Humsona
Mengembangkan Kebijakan Mitigasi Bencana Berbasis Kebutuhan Gender :
Studi Di Kota Surakarta ............................................................................
Juliana Kurniawati
Partisipasi Politik Perempuan Melalui “Media Baru” Di Bengkulu ............
Ledyawati
Perubahan Infrastruktur Perempuan Pemulung Batubara (Studi Kasus
Perubahan Okupasi dari Pertanian ke Pertambangan di Desa Penanding
Bengkulu Tengah) ..................................................................................
Leni Winarni
Krisis Identitas Politik Kebangsaan, Pembangunanketahanan Nasional, Dan Isu
Radikalisme Islam Di Indonesia ...............................................................
Lestariningsih; Rahesli Humsona; Thomas Aquinas Gutama
Pengembangan Kebijakan Bantuan Tunai Model CCTs Untuk Mendukung
Efektivitaskebijakan Kompensasi BBM ..................................................
Lesti Heriyanti
Analisis Faktor Yang Melatar-Belakangi Partisipasi Perempuan Nelayan
Dalam Proses Pemilihan Umum ...............................................................
Linda Safitra
Pengarusutamaan Gender Versus Budaya Patriarki “Pembahasan Sosiologis
Tentang Keterlibatan Perempuan Dalam Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Di Nagari Batu Bulek, Kecamatan
Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat Tahun 2010 ...
Lukas Maserona Sarungu
New Media Dan Demokrasi Di Era Digital: Sebuah Tinjauan Kritis
Menggunakan Perspektif Fiske ...............................................................
Lukman Fahmi Djarwono
Gender Dan Reformasi Sektor Keamanan Di Indonesia Menjelang Asean
Community 2015 ...................................................................................

317
329

340

356
368

377

386
397

406

418

428

438

446

455

460
viii

40

41

42

43
44

45

46

47

48

49

50

51

52

53
54

Mara Densa Ahmad Nuh Siregar
Televisi Dan Personalisasi Politik Di Indonesia:
Iklan Politik, Upaya Dan Efek Terhadap Perilaku Memilih ……………….
Masduki
Media Dan Male-Politic: Independensi Newsroom Ditengah Oligarki
Media Pada Pemilu 2014 …………………………………………………..
Maya Sandra Rosita Dewi
Partisipasi Politik Perempuan Muda Dalam Memperjuangkan Wacana
Kesetaraan Gender ………………………………………………………….
Monika Sri Yuliarti
Twitter Dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Umum …
Rr Nanik Setyowati
Partisipasi Politik Di Era Digital Dalam Rangka Pembentukan Warga Negara
Yang Baik (Be A Good Citizen) …………………………………………..
Nazrina Zuryani
Partai Politik Di Bali: Kajian Wawasan Lokal-Regional Dalam Representasi
Perempuan Hasil Pemilu Legislatif 2014 ………………………………….
Ninik Sri Rahayu ……………………………………………………………
Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pasca Bencana: Studi Di Lereng
Merapi
Nurbayti
Perempuan Etnis Papua Di Ruang Publik (Minimnya Peranan Perempuan
Etnis Papua Pada Unit Kegiatan Mahasiswa Di Universitas Gajah Mada) ….
Nur Dyah Gianawati
Keterwakilan Politik Perempuan Yang Berkeadilan Dalam Praktek Demokrasi
Di Indonesia ………………………………………………………………..
Oksiana Jatiningsih
Stagnasi Transformasi Gender Menuju Egalitarian Di Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan ………………………………………………………
Pangeran P.P.A. Nasution
Berpenampilan Menarik (Sketsa Budaya Konsumerisme Dan Eksistensi
Perempuan Di Dunia Kerja) ………………………………………………..
Randhi Satria
Gender Dan Kriminal Peran Perempuan Dalam Dunia Peredaran Narkoba Di
Indonesia …………………………………………………………………….
Dhyah Ayu Retno Widyastuti; dan Ranggabumi Nuswantoro
Dinamika Politik Perempuan Di Era Digital Studi Deskriptif Praktek Politik &
Demokrasi Perempuan Dalam Komunitas Emak Blogger (Keb) …………
RB. Soemanto
Sektor Sosial Ekonomi Produktif Dan Perubahan Sosial Perempuan …….
Riris Ardhanariswari; Sofa Marwah
Political Will
Pemerintah Daerah Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Perempuan Perajin Batik Banjarnegara Melalui Rintisan Pendirian Koperasi
Batik …………………………………………………………………………

467

478

488
498

507

516
531

542

549

559

571

581

592
605

613

ix

55
56

57

58

59

60
61

62

63
64

65

66
67
68

69

Rr Sita Dewi Kusumaningrum
DESENTRALISASI FISKAL DAN PEMBANGUNAN GENDER DI INDONESIA ……
Rr Nanik Setyowati
Partisipasi Politik Di Era Digital Dalam Rangka Pembentukan Warga Negara
Yang Baik (Be A Good Citizen) ……………………………………………
Salieg Luki Munestri
Program Asi Eksklusif Sebagai Upaya Mewujudkan Tujuan Pembangunan
Milenium Bidang Kesehatan Anak Dan Permasalahan Pojok Asi: Studi Di
Kota Surakarta ………………………………………………………………
Septyanto Galan Prakoso; Mentari Dhea Arisanova; Wahyu Candra Dewi
Pengarusutamaan Gender sebagai Unsur Signifikan bagi Pemberdayaan
Sumber daya Manusia di Indonesia ……………………………………….
Sigit Pranawa
Mengurangi Dampak Pergeseran Okupasi Dari Sektor Pertanian Ke
Pertambangan Di Sekitar Pt Antam Pongkor ……………………………..
Sindung Haryanto
Rekonstruksi Maskulintas, Pemberdayaan Perempuan Dan Kesetaraan Gender
Siti Komariah
Implementasi Nawacita Dalam Pemberdayaan Perempuan Di Indonesia;
(Kajian Upaya Meningkatkan Peranan Dan Keterwakilan Perempuan Dalam
Politik) ……………………………………………………………………..
Siti Nurbayani K
Pemberdayaan Dalam Bidang Pendidikan Bagi Perempuan Pada Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu ………………………………….
Siti Zunariyah
Peranan Perempuan Dalam Pengelolaan Dan Pelestarian Sumberdaya Alam
Sofiah
Literasi Digital Dan Perlindungan Hak Anak (Pengembangan Literasi Digital
Oleh Radio Komunitas Difabel Tunanetra “Sahabat Mata” Untuk Memberi
Perlindungan Terhadap Hak Anak) ………………………………………….
Sri Endah Kinasih
Membangun Model Kemandirian Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan
Pada Keluarga Purna Buruh Migran Perempuan Di Jawa Timur ..................
Sri Herwindya Baskara Wijaya
Internet Meme Dan Visualisasi Politik Indonesia ………………………….
Sri Hilmi Pujihartati
Kepemimpinan Jokowi Diuji Di Awal Pemerintahannya ………………….

621

632

641

653

664
675

691

702
709

720

733
744
759

Sri Suwartiningsih
Hubungan Kolegeal Perempuan dan Laki-Laki dalam Arena Politik dan
768
Pembangunan ………………………………………………………………
Sri Yuliani; Rina Herlina Haryanti; Rahesli Humsona
Hambatan Dalam Mengembangkan Partisipasi Anak Dalam Perencanaan
Pembangunan Berbasis Human Governance : Kasus Forum Anak Di Kota
778
Surakarta …………………………………………………………………..
x

70

71
72
73
74

75
76
77
78

79
80

Sudarmo
Implikasi Pemilihan Alternatif Kebijakan Berbasis Kepentingan Elit Terhadap
Respon Para Stakeholder Dan Potensi Marginalisasi Pedagang Kaki Lima Di
Wilayah Perkotaan Kabupaten Klaten ………………………………………..
Surifah; Rahmawati
Pengaruh Board Governance Terhadap Efisiensi Perbankan Indonesia …….
Ucca Arawindha; Titi Fitrianita
Pemberdayaan Lsm Paramitra Pada Odha Perempuan Di Malang …………
Tiyas Nur Haryani
Perempuan, Bencana Dan Perubahan Iklim Dalam Bingkai Kebijakan Publik
Tri Susantari
Demokrasi Indonesia yang Tak Pernah Berhasil Implementasi Kebijakan
Pemerintah yang Bias Gender ………………………………………………
Trisni Utami
Pembangunan Perkotaan Berwawasan Lingkungan Menuju Eco-Society
Triyono Lukmantoro
“Bully Politis”, Dari Kerumunan Virtual Menuju Gerakan Sosial …………
Tutik Rachmawati; Resty Anggraeni
Partisipasi Politik Perempuan Di Kabupaten Toraja Utara …………………
Wasisto Raharjo Jati
Kelas Menengah sebagai Basis Pembangunan Telaah Perspektif Webberian

788
801
811
820

830
839
848
860
870

Lampiran 1
Susunan Acara dan Agenda
Lampiran 2
Power Point Pembicara

xi

Susunan Panitia Seminar Nasional FISIP UNS
Dalam Rangka Dies Natalis Uns Ke 39
tema “Gender, Politik, dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin”.
Aula FISIP UNS, Rabu, 22 April 2015
1.

Penanggung Jawab : Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D. (Dekan FISIP UNS).

2.

Ketua Pengarah (Steering Committee): Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N., M.Si.
Anggota:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Heni Prihutani, S.H.
Drs. Hamid Arifin, M.Si.
Dra. Hj. Suyatmi, M.S.
Drs. Is Hadri Utomo, M.Si.
Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D.
Dr. Drs. Bagus Haryono, M.Si.
Prof. Dr. Andrik Purwasito, D.E.A.

3.

Ketua Pelaksana (Organizing Committee): Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A.

4.

Sekretaris

: Siti Zunariyah, S.Sos., M.Si.



Bendahara

Ir. Tardi, M.M.



Seksi
SPJ
dan :
Konsumsi
Seksi
Persidangan :
Seksi
Akomodasi :
(Booking Hotel)
Seksi Publikasi dan :
Dokumentasi
(Pengumuman
web
site, Foto/ Video,
poster, Spanduk).
Seksi Perlengkapan, :
Dekorasi,
Sound
System, transportasi

Maryani, S.Sos.

Seksi
Pengadaan :
Seminar
Kit,
backdrop, sertifikat.

Sri Herwindya Baskara, S.Sos., M.Si.

Seksi Daftar Peserta, :
Daftar
Hadir
Pembicara,
Penjaga
Daftar Hadir, SPPD.
:
Seksi MC

Sugiyanto, S.Sos.
Maryani, S.Sos.










:

Firdastin Ruthnia Yudiningrum, S.Sos, M.Si.

Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D.

Aris Surjanto, S.Sos.
Suhardi, A.Md.

Ir. Sri Lucyani, M.M.
Daru Sasongko Kartika Aji, A.Md.

Monika Sri Yuliarti, S.Sos., M.Si.
xii






Seksi Moderator Sesi :
Pleno
Seksi Moderator Sesi :
Paralel



Seksi
Melibatkan :
Mahasiswa
:
Pembicara Utama



Moderator



Seksi Proceeding

:

Drs. H. Supriyadi SN., S.U.
Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D.
Asal Wahyuni Erlin M., S.Sos., MPA.
Dr. Didik G. Suharto, S.Sos., M.Si.
Dr. Argyo Demartoto, M.Si.
Dra. Hj. Suyatmi, M.S.
1. Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. (Universitas
Brawijaya, Malang)
2. Drs. Fathan Subchi (Anggota DPR RI)
3. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D (Universitas
Sebelas Maret, Surakarta)
4. Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti N., M.Si.
(Universitas Sebelas Maret, Surakarta)
Drs. H. Supriyadi Sn., S.U.
1. Dr. Ahmad Zuber, S.Sos., D.E.A.
2. Siti Zunariyah, S.Sos., M.Si.

xiii

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
ENGENDERING DEVELOPMENT: CASE STUDY ON ECO-TOURISM
(Menggenderkan Pembangunan: Studi Kasus pada Pembangunan Pariwisata
Ramah Lingkungan)
Ismi Dwi Astuti Nurhaeni; Rara Sugiarti; Sri Marwanti
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gender-Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Artikel ini menganalisis tentang bagaimana menggenderkan pembangunan (pada kasus
pembangunan pariwisata ramah lingkungan). Analisis dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu
strategis gender dalam pembangunan pariwisata ramah lingkungan, dilanjutkan dengan
merumuskan strategi menggenderkan pembangunan pariwisata ramah lingkungan. Penelitian
dilakukan di kawasan Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar yang ditetapkan secara purposif.
Dengan melakukan analisis gender terhadap isi dokumen kebijakan, dan diskusi terfokus
terhadap 18 informan kunci, disimpulkan bahwa isu-isu strategis gender dalam pembangunan
pariwisata ramah lingkungan mencakup: (1) Belum ada sinkronisasi dan operasionalisasi antara
kebijakan makro daerah terkait gender pada RPJMD dengan kebijakan renstra dan renja SKPD
yang menangani pembangunan pariwisata ramah lingkungan; (2) Belum ada sensitivitas gender
di kalangan stakeholder sehingga jaminan sistem judicial dan hukum yang memberikan
perlindungan terhadap status perempuan dan laki-laki pada program pembangunan pariwisata
ramah lingkungan tidak terimplementasi secara optimal; (3) Lemahnya peran kelembagaan
struktural dan fungsional PUG mengakibatkan strategi percepatan pengarusutamaan gender
melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender dalam pembangunan pariwisata
belum terimplementasi; (4) Representasi perempuan pada kelembagaan yang berperan strategis
dalam pengembangan pariwisata ramah lingkungan, yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan
(LMDH), tidak ada; (5) Belum ada tindakan affirmative action untuk memberikan layanan
pembangunan pariwisata yang responsif terhadap perbedaan kebutuhan perempuan dan lakilakI;
Strategi engendering development dilakukan dengan cara: (1) melakukan reformasi
kebijakan pembangunan pariwisata melalui dekonstruksi misi pembangunan pariwisata dan
lingkungan hidup serta perumusan Indikator Kinerja Utama pembangunan pariwisata responsif
gender; (2) melakukan reformasi institusional melalui revitaalisasi pokja PUG bidang
pariwisata, pembentukan gender focal point bidang pariwisata, melakukan capacity building
serta bimbingan teknis terhadap Lembaga Driver PUG, pengembangan kolaborasi antara
lembaga driver dengan PT dan LSM dalam menggenderkan pariwisata ramah lingkungan,
serta menetaapkan representasi perempuan minimal 30% sebagai pengurus LMDH (Lembaga
Masyarakat Desa Hutan); (3) reformasi anggaran, berupa integrasi gender dalam perencanaan
dan penganggaran pembangunan pariwisata ramah lingkungan.
Kata Kunci: affirmative action. Lingkungan, pariwisata, pengarusutamaan gender
Pendahuluan
Kesenjangan gender menghambat pembangunan, karena itu isu gender harus selalu
dimasukkan dalam setiap analisis, rancangan, dan implementasi kebijakan sehingga
penyelenggaraan pembangunan dapat lebih efektif (Rahardjo, ed.: 2005; Scheyvens, 2010; Hay,
26

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
2012; Jabeen, 2014). Memasukkan isu gender dalam setiap analisis, rancangan dan
implementasi kebijakan dikenal dengan istilah engendering development.
Pentingnya engendering development di Indonesia disebabkan karena hasil pembangunan
Indonesia untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender lebih rendah dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN, sementara itu Gender Inequality Index Indonesia lebih tinggi. Posisi
Indonesia dalam capaian Human Development Index (HDI) berada di bawah negara Singapura,
Malaysia, Sri Lanka, dan Thailand. Capaian Gender-related Development Index (GDI)
Indonesia di bawah negara Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan Philipina, dan
capaian Gender Inequality Index (GII) Indonesia lebih tinggi dibandingkan Singapura,
Malaysia, Sri Lanka, Thailand, Philipina, Vietnam, dan Myanmar.
Tabel 1: HDI, GDI dan GII di Negara-Negara ASEAN Tahun 2013
No
Negara
HDI
GDI
GII
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1
Singapura
0.901
0.967
0.090
2
Malaysia
0.773
0.935
0.210
3
Sri Lanka
0.750
0.961
0.383
4
Thailand
0.722
0.990
0.364
5
Indonesia
0.684
0.923
0.500
6
Philipina
0.660
0.989
0.406
7
Vietnam
0.638
0.322
8
Timor Leste
0.620
0.875
9
Kamboja
0.584
0.909
0.505
10
Bangladesh
0.558
0.908
0.529
11 Myanmar
0.524
0.430
Sumber: UNDP 2014
Engendering development sejalan dengan kebijakan-kebijakan di tingkat internasional
maupun nasional, diantaranya CEDAW, Beijing Declaration and Platforms for Action yang
menegaskan agar para pembuat kebijakan di negara-negara di dunia mengakhiri diskriminasi
dan menjamin persamaan hak perempuan serta melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
akses dan kontrol perempuan atas sumber daya ekonomi, politik sosial dan budaya. Di tingkat
nasional, telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 yang menegaskan bahwa
setiap kementerian, lembaga pemerintah non departemen, Gubernur dan Bupati/Walikota harus
mengintegrasikan gender di dalam perencanaan pembangunan nasional. Di tingkat daerah, telah
dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 yang menegaskan
perlunya integrasi gender di dalam perencanaan pembangunan di daerah dengan tujuan utama
memberikan manfaat pembangunan yang adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki.
Selanjutnya, pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia melalui Surat Edaran Bersama empat
Kementerian, yaitu Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak mengeluarkan Strategi Nasional Percepatan Pengarusutamaan Gender
melalui Perencanaan dan Penganggaran Repsonsif Gender (PPRG).
Meskipun engendering development memiliki landasan yuridis formal, namun
implementasinya masih menghadapi berbagai kendala, salah satunya dalam pembangunan
pariwisata. Pembangunan pariwisata ramah lingkungan yang mestinya melibatkan perempuan
dan laki-laki secara seimbang ternyata menunjukkan adanya marginalisasi perempuan, baik
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya (lihat Nurhaeni, 2014).
27

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
Temuan ini sejalan dengan studi-studi terdahulu dimana pembangunan pariwisata didominasi
oleh kelompok elit laki-laki dan lebih memberikan keuntungan kepada laki-laki daripada
perempuan. Terpinggirkannya perempuan dalam pembangunan pariwisata disebabkan karena
norma-norma tentang identitas peran dan relasi gender (Scheyvens, 2000; Tucker, 2007,
Hitchcock & Brandenburgh, 1990; Stonich, Sorensen, & Hundt, 1995 dalam Tucker & Brenda
Boonabaana, 2012).
Gender, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan saling berhubungan. Kemajuan dalam
satu atau lebih bidang ini sangat tergantung pada kemajuan yang dibuat dalam bidang yang lain.
Karena itu kita harus meninggalkan pendekatan feminist tradisional dan pendekatan perempuan
dan pembangunan kearah pendekatan yang akan membentuk inisiatif untuk mengurangi
kesenjangan gender dan sekaligus mempromosikan pembangunan berkelanjutan.
Artikel ini dimaksudkan untuk mengkaji tentang isu-isu strategis gender dalam
pembangunan pariwisata ramah lingkungan dan dilanjutkan dengan merumuskan strategi
engendering development dalam parisiwata ramah lingkungan. Pentingnya melakukan kajian
tentang gender dan lingkungan tidak hanya menyangkut isu kesetaraan saja, tetapi lebih dari itu
merupakan isu efisiensi karena melibatkan perempuan dan laki-laki akan mendorong terjadinya
peningkatan hasil, peningkatan biaya recovery, dan peningkatan sustainanblility. (Masika &
Baden, 1997 dalam Havet, Franka Braun & Birgit Gocht, 2007).
Kajian Pustaka
Engendering Development
Tantangan terpenting pembangunan saat ini adalah bagaimana memperdalam pemahaman
tentang kaitan antara gender, pembangunan dan kebijakan (Rahardjo, ed.: 2005; Scheyvens,
2010; Hay, 2012; Jabeen, 2014). Hal ini perlu dilakukan karena berbagai regulasi yang ada
mengharuskan setiap institusi pemerintah mengintegrasikan gender dalam kebijakankebijakannya.
Engendering development (memasukkan isu gender) dalam pembangunan merupakan
manifestasi dari reformasi kebijakan publik. Reformasi ini dilakukan karena perubahan
kebijakan yang mestinya terjadi secara otomatis sebagai akibat berlakunya regulasi yang
menjamin kesetaraan dan keadilan gender tidak berjalan.
Holzer & Kathe Callahan (1998) mengemukakan bahwa integrasi manajemen yang
berkualitas, pengembangan sumberdaya manusia, adaptasi teknologi, membangun kemitraan
dan mengukur kinerja kedalam kapasitas internal organisasi, dengan didukung oleh input
sumberdaya berupa uang, tenaga, energi dsb, akan menghasilkan peningkatan produktivitas
sektor publik, baik peningkatan dalam hal output maupun outcome. Dengan mengacu kepada
strategi percepatan PUG melalui PPRG, maka indikator output dan outcome pembangunan
harus dikoreksi dari semula netral gender menjadi responsif gender.
Dengan mengadopsi pada pendapat Holzer and Kathe Callahan (1998), maka produktivitas
sektor publik dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dapat meningkat jika:
1. sektor publik mengimplementasikan manajemen yang berkualitas, yaitu: (a) ada
dukungan dari manajemen puncak; (b) responsif terhadap customer; (c) memiliki
perencanaan strategis jangka panjang; (d) memiliki pegawai yang terlatih dan diakui;
(e) pemberdayaan pegawai dan kelompok kerja serta (f) ada jaminan kualitas.
2. dikembangkan manajemen sumberdaya manusia yang: (a) merekrut pegawai terbaik
dan tercerdas; (b) memberikan pelatihan sistemik; (c) mengakui keragaman; (d)
membangun layanan melalui tim; (e) menyediakan asistensi pegawai dan (f)
menyeimbangkan antara kebutuhan organisasi dengan karyawan.
28

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
3. melakukan adaptasi teknologi berupa: (a) adanya keterbukaan akses terhadap data; (b)
otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas; (c) memenuhi permintaan publik; (d)
aplikasi hemat biaya; (e) teknik cross-cutting.
4. membangun kemitraan, mencakup: (1) kemitraan dengan masyarakat; (2) kemitraan
dengan sektor publik; (3) kemitraan dengan sektor swasta; (4) tidak melakukan
kemitraan yang berorientasi kepada keuntungan.
5. melakukan pengukuran kinerja, mencakup (a) menetapkan tujuan dan mengukur
hasilnya; (b) mengestimasi dan menjustifikasi kebutuhan sumberdaya; (c)
mengalokasikan sumberdaya; (d) mengembangkan strategi peningkatan organisasi; (e)
memotivasi pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Model Holzer dan Kathe Callan
ini yang akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan reformasi administrasi publik
berupa engendering development dengan beberapa penyesuaian.
Pembangunan Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu industri andalan untuk meraih devisa, membuka
peluang usaha, dan menciptakan lapangan kerja. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan menyebutkan bahwa kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
serta memajukan kebudayaan. Dengan demikian, pembangunan pariwisata memiliki potensi
dalam menyumbang perekonomian suatu daerah dan mendukung perlindungan dan pelestarian
lingkungan hidup. Namun, di sisi lain, pembangunan pariwisata seringkali justru mendukung
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
perencanaan pengembangan pariwisata dengan melibatkan peran masyarakat (civil society), baik
laki-laki maupun perempuan, sehingga pembangunan pariwisata tidak cenderung merusak tetapi
justru mendukung kelestarian fungsi lingkungan.
Pembangunan pariwisata ramah lingkungan adalah pembangunan pariwisata yang
mendasarkan pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pariwisata ramah lingkungan
sering disebut sebagai pariwisata hijau, pariwisata lestari atau pariwisata berkelanjutan. Ghimire
& Upreti (2011) menggarisbawahi pentingnya partisipasi masyarakat di dalam pengembangan
pariwisata ramah lingkungan dan mengeksplorasi strategi penguatan partisipasi masyarakat
setempat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Sedangkan Farsari & Prastacos (tt) di
dalam penelitiannya mengembangkan indikator pariwisata ramah lingkungan dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip sustainable tourism, yang terdiri atas: using resource
sustainably, reducing over consumption and waste, maintaining diversity, integrating tourism
into planning, supporting local economies, involving local communities, consulting
stakeholders and the public, training staff, marketing tourism responsibly; dan undertaking
research.
Clements (2007) menyebutkan bahwa agar lebih efektif dalam mengimplementasikan
prinsip kesinambungan dalam pembangunan pariwisata, orientasi non-ekonomi perlu
ditingkatkan dengan memperhatikan tiga pilar utama, yakni konservasi (conservation),
partisipasi masyarakat setempat (local participation), dan usaha pariwisata (tourism business)
(Lihat Gambar 1).

29

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin

Gambar 1: Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan.

Sumber: Diadaptasikan dari Clements (2007).
Pariwisata ramah lingkungan bertujuan untuk menjaga keserasian antara unsurunsurnya, seperti kebutuhan pembangunan pariwisata, kelestarian fungsi lingkungan alam,
sosial dan budaya, mutu produk pariwisata, profesionalisme sumber daya manusia, serta
kepuasan wisatawan. Berbagai unsur tersebut harus dijaga keseimbangannya sehingga tidak
akan menimbulkan benturan antara satu unsur dengan lainnya. Pembangunan pariwisata
berkelanjutan perlu diaplikasikan secara konsekuen. Usaha untuk mencapai keberhasilan
pembangunan pariwisata berkelanjutan memang merupakan jalan yang panjang dan komplek
(Clements, 2007). Banyak tantangan dan kendala yang harus dihadapi dalam hal
mengimplementasikan konsep-konsep pariwisata berkelanjutan. Kendala tersebut antara lain
adalah jenis wisatawan yang beraneka ragam dengan tingkat kesadaran lingkungan yang
berbeda-beda, kurangnya penyampaian informasi mengenai pariwisata berkelanjutan dan
pentingnya menjaga lingkungan, orientasi kepada keuntungan ekonomis yang berlebihan, serta
kurangnya kerjasama antara pihak terkait.
Strategi Engendering Development
Ada dua strategi dalam melakukan engendering development, yaitu gender mainstreaming
dan affirmative action (Yamo, 2014). Gender mainstreaming merupakan suatu proses untuk
mewujudkan kesetaraan gender dengan menempatkan gender sebagai pusat dari semua area
kebijakan utama. Gender mainstreaming dilakukan dengan mengintegrasikan gender dalam
seluruh proses kebijakan (Bendel, Regine & Angelika Schmidt., 2013). Gender mainstreaming
adalah strategi untuk memasukkan isu gender sebagai dimensi integral dari desain,
implementasi, monitoring dan evaluasi kebijakan dan program di semua bidang pembangunan
sehingga perempuan dan laki-laki mendapatkan manfaat yang sama. Sementara itu affirmative
action merupakan pemberian preferensi/ perlakuan khusus kepada kelompok yang dianggap
kurang beruntung seperti etnis, gender, dan/atau ras. (Cuyler: 2013; Paynes, 2004: 102).
Affirmative action adalah pengembangan program khusus (pemberdayaan perempuan) dalam
rangka meningkatkan kesetaraan gender dalam bidang pekerjaan dan pembangunan (UNFPA,
KPPA dan BKKBN, 2004) Affirmative action bersifat sementara, sampai kelompok tersebut
dianggap sudah memiliki posisi dan kesempatan setara dengan kelompok lain atau kelompok
sosial minoritas. Penerapan tindakan-tindakan khusus sementara yang ditujukan untuk
mempercepat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan tidak dianggap sebagai diskriminasi
dan harus dihentikan bilamana tujuan kesetaraan telah dicapai. Affirmative action juga bisa
30

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
diartikan sebagai upaya percepatan peningkatan representasi perempuan di politik. Affirmative
action dilakukan sebagai usaha aktif untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender bagi
orang-oraang yang kurang beruntung.
Dalam konteks pembangunan pariwisata, gender mainstreaming dilakukan dengan
mengintegrasikan isu gender kedalam kebijakan/ program/ kegiatan pembangunan pariwisata.
Manifestasi integrasi ini mestinya tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah,
mulai dari RPJMD, renstra dan renja SKPD serta adanya analisis gender yang tertuang dalam
dokumen Gender Analysis Pathway (GAP) dan Gender Budget Statement (GBS) sebagai
dokumen yang tidak terpisahkan dari dokumen RKA. Dengan demikian ada jaminan bahwa
setiap kegiatan pembangunan pariwisata akan memberikan kemanfaatan yang adil dan setara
bagi laki-laki maupun perempuan. Sementara itu, affirmative action dilakukan melalui
pengembangan program/ kegiatan khusus yang ditujukan untuk memberdayakan perempuan
(jika yang tertinggal adalah perempuan) atau laki-laki (jika yang tertinggal adalah laki-laki)
dalam mengejar ketertinggalan mereka, melalui peningkatan kapasitas, kemandirian, serta
ketrampilan untuk membuat keputusan, menyuarakan aspirasi dan mentransformasi pilihannya
ke dalam suatu tindakan.
World Bank (2002) mengembangkan empat elemen kunci dari pemberdayaan, antara
lain: (1) akses terhadap informasi, (2) inklusi/ partisipasi, (3) akuntabilitas dan (4) kapasitas
organisasi lokal. Menurut Word Bank, informasi merupakan kekuatan. Masyarakat yang
mendapat informasi akan mendapatkan keuntungan berupa akses terhadap pelayanan,
mempraktekkan hak-haknya dan membuat aktor pemerintah maupun aktor non pemerintah
menjadi akuntabel. Selanjutnya, kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan merupakan hal yang kritis untuk menjamin adanya penggunaan sumber-sumber
publik yang terbatas. Untuk itu, pegawai publik maupun aktor-aktor swasta harus dijaga agar
mampu mempertanggungjawabkan kebijakan, tindakan dan penggunaan pendapatannya.
Secara administrasi maupun politik, agen-agen pemerintah maupun swasta harus mempunyai
mekanisme akuntabilitas horizontal, internal, maupun terhadap rakyat dan pelanggannya. Pada
akhirnya, organisasi lokal harus mempunyai kapasitas mengorganisir orang-orang untuk bekerja
bersama, dan memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi besama. Masyarakat yang terorganisasi harus dapat menyuarakan aspirasi dan
keinginannya agar dapat terpenuhi. Pemberdayaan tidak hanya membuka akses ke pengambilan
keputusan, tetapi juga harus mencakup proses yang menyebabkan orang mampu berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Oxaal & Sally Baden (1997: 3) menyatakan bahwa
pemberdayaan digambarkan sebagai kemampuan untuk membuat pilihan, sekaligus melibatkan
kemampuan untuk membuat pilihan yang ditawarkan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar,
Indonesia karena lokasi ini memiliki sejumlah daya tarik wisata alam yang rawan dampak
sehingga harus dikelola secara ramah lingkungan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yaitu menggambarkan isu-isu strategis gender dalam pembangunan pariwisata ramah
lingkungan dan strategi menggenderkan pembangunan pariwisawata ramah lingkungan.
Sumber data berupa informan, tempat dan peristiwa serta dokumen. Informan ditetapkan secara
purposif, terdiri atas unsur pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Karanganyar, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar, Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana), dan Perwakilan Kecamatan.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, focus group discussion, wawancara
31

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
mendalam, dan metode simak. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis isi terhadap
dokumen kebijakan dan hasil focus group discussion terhadap 18 informan kunci. Analisis
kualitatif menggunakan analisis interaktif yang menggaribawahi hubungan antar tiga komponen
utama, yakni reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berbagai istilah yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada definisi yang dibuat
oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS, Kementerian Keuangan,
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (2012) sebagai lembaga driver Percepatan Pengarusutamaan Gender melalui Perencanaan
dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG). Yang dimaksud dengan isu-isu strategis adalah
kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan
daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting,
mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di masa yang akan datang. Yang dimaksud dengan keadilan gender
(gender equity) adalah perlakuan adil bagi perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan proses
kebijakan pembangunan, yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan,
hambatan sebagai perempuan dan sebagai laki-laki untuk mendapat akses dan manfaat dari
usaha-usaha pembangunan; untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan serta dalam
memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya seperti dalam mendapatkan/
penguasaan keterampilan, informasi, pengetahuan, kredit dan lain-lain. Yang dimaksud dengan
responsif gender adalah perhatian dan kepedulian yang konsisten dan sistematis terhadap
perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat yang disertai upaya
menghapus hambatan-hambatan struktural dan kultural dalam mencapai kesetaraan gender.
Sensitif gender adalah kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasilhasil pembangunan serta relasi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan. Yang
dimaksud kebijakan/ program responsif gender adalah kebijakan/program yang responsif
gender berfokus kepada aspek yang memperhatikan kondisi kesenjangan dan kepada upaya
mengangkat isu ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin.
Operasionalisasi integrasi gender dalam kebijakan mengadopsi dari African Development
Bank Group (2009) tentang prioritas isu kesetaraan gender dalam Good Governance, yang
dalam penelitian ini dikaitkan dengan kebijakan/ program/ kegiatan pembangunan pariwisata
ramah lingkungan, antara lain:
1. Apakah kebijakan pariwisata dan implementasinya sudah menjamin kesetaraan bagi
perempuan dan laki-laki sebagai warga negara dalam melaksanakan tugas, hak dan
aksesnya terhadap pelayanan publik?
2. Apakah ada jaminan sistem judicial dan hukum yang ditujukan untuk memberikan
perlindungan terhadap status perempuan dan laki-laki dalam pembangunan pariwisata?.
3. Apakah ada anggaran publik yang merefleksikan tujuan untuk mewujudkan kesetaraan
gender dalam pembangunan pariwisata?
4. Apakah struktur dan proses penyelenggaraan pemerintahan serta proses pengambilan
keputusan menjamin partisipasi aktif perempuan dengan jumlah kritis pada institusi
kunci seperti parlemen dan pemerintah lokal (atau lembaga lokal)?
5. Apakah pemberian layanan pada sektor kunci pembangunan pariwisata responsif
terhadap kebutuhan spesifik perempuan maupun laki-laki sehingga mampu
meningkatkan pengambilan keputusan yang transparan, partisipatif, dan akuntabilitas
institusional?

32

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin
Pembahasan
Isu Strategis Gender dalam Pembangunan Pariwisata
Hasil riset menemukan bahwa jaminan untuk mewujudkan kesetaraan gender termaktub
dalam dokumen kebijakan RPJMD Kabupaten Karanganyar Tahun 2008-2013, khususnya pada
Misi ke-  Mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui keseimbangan pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan pembangunan yang bertumpu pada kemandiran, peningkatan kualitas
          
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kabupaten Karaanganyar dalam merumuskan Visi
dan Misinya, namun tidak diacu oleh Badan Lingkungan Hidup maupun Dinas Pariwisata yang
tugas pokok dan fungsinya terkait dengan pembangunan pariwisata ramah lingkungan. Visi
Badan Lingkungan Hidup adalah mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan tenteram dalam
semangat kemitraan. Sedangkan Visi Dinas Pariwisata adalah mewujudkan Kabupaten
Karanganyar sebagai pusat pariwisata dan kebudayaan yang mapan. Dengan demikian, hasil
penelitian ini menemukan belum adanya sinkronisasi dan operasionalisasi antara kebijakan pada
RPJMD dengan Renstra dan Renja SKPD.
Ketiadaan sinkronisasi dan operasionalisasi antara kebijakan RPJMD Kabupaten
Karanganyar, Indonesia dengan Renstra dan Renja Badan Lingkungan Hidup dan Dinas
Pariwisata menunjukkan bahwa persoalan 

Temuan penelitian ini diperkuat dengan hasil FGD sebagaimana disajikan pada tabel 2.

Visi pada RPJMD
Kabupaten Karanganyar
Terwujudnya Karanganyar Yang
Tenteram, Demokratis Dan Sejahtera

Misi ke-3 RPJMD Kabupaten
Karanganyar Tahun 2008  2013
Mewujudkan kesejahteraan rakyat
melalui keseimbangan pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan
pembangunan yang bertumpu pada
kemandiran, peningkatan kualitas
SDM dan penyetaraan gender

Visi pada RENSTRA BP3AKB
Mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang, kesetaraan gender dan
pemenuhan hak

Misi ke-2 RENSTRA BP3AKB
Tahun 2008  2013
Meningkatkan SDM dan penyetaraan
gender di semua bidang pembangunan

Gambar 1: Sinkronisasi dan Operasionalisasi Visi dan Misi

33

Gender Politik dan Pembangunan di Indonesia: Perspektif Multidisiplin

Tabel 2: Integrasi Gender Pada Pembangun