Septiani Hayuning Tridinanti R1110029

(1)

commit to user

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL

DI RB MULIA KASIH DONOHUDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Septiani Hayuning Tridinanti R1110029

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan ... 5

2. Anemia …….. ... 10

B. Kerangka Konsep ... 17

C. Hipotesis... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 19


(3)

commit to user

ix

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 19

D. Definisi Operasional Variabel ... 21

E. Alat Pengumpul Data ... 22

F. Uji Validitas ... 22

G. Uji Reabilitas... 23

H. Cara Kerja ... 25

I. Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden ... 30

2. Cross Tabulation Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Anemia Dengan Kadar Hb Ibu Hamil ... 33

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 19

BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA


(4)

commit to user

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA DENGANKADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL

DI RB MULIA KASIH DONOHUDAN ABSTRAK

Septiani Hayuning. T1, Lilik Wijayanti,dr. M. Kes 2, Ika Sumiyarsi, S.SiT. M.Kes3 Latar Belakang: Kejadian anemi di Indonesia masih cukup tinggi. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb pada ibu hamil di RB Mulia Kasih Donohudan

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional

analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilansampel

secara teknik accidental sampling dengan sampel ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan ke RB Mulia Kasih Donohudan sebanyak 40 orang. Pengukuran pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil didapatkan dengan

menggunakan kuesioner sedangkan kadar Hb pada ibu hamil menggunakan

Cyanmethemoglobin. Pengolahan datanya menggunakan sistem komputerisasi

SPSS seri 16 dengan menggunakanteknik analisa Kendall Tau.

Hasil: Hasil analisis Kendall Tau diperoleh nilai thitung(0.652) > ttabel(0.185)

dengan tafar kesalahan 0.05 sehingga menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb pada ibu hamil.

Kesimpulan: ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb pada ibu hamil. Artinya semakin rendah tingkat pengetahuan ibu tentang anemia maka kadar Hb semakin rendah dan kejadian anemia pada ibu hamil semakin naik.

Kata kunci : Pengetahuan tentang anemia, kadar Hb

1

Mahasiswa Progran Studi DIV Kebidanan UNS.

2

Pembimbing utama, DIV Kebidanan UNS.

3


(5)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas dibidang kesehatan. Disamping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan keracunan kehamilan (Ridwanamirudin, 2007).

Kejadian anemia di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini terbukti menurut penelitian Chi, dkk dalam Ridwanamirudin (2007) menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain.

Badan kesehatan dunia (World Health Organization) melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, hal ini semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. Menurut penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Udayana di Bali menunjukkan 63,5% ibu hamil di Indonesia terkena anemia (Depkes, 2002). Kejadian anemia pada


(6)

commit to user

ibu hamil di Jawa Tengah sebesar 58,1 gr % (Amin, 2008). Anemia paling sering dijumpai pada ibu hamil disebabkan karena defisiensi zat besi (Manuaba, 2001).

Untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) harus dilalukan. Bila kadar Hb <11gr/dl pada kehamilan, dinyatakan anemia dan harus diberi suplemen zat besi yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat, diminum secara teratur 1 tablet/ hari selama 90 hari berturut – turut. Bila kadar Hb masih < 11gr/dl maka pemberian Fe dilanjutkan (Depkes, 2003).

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan melalui wawancara pada 10 responden yang telah dilakukan pemeriksaan Hb di Rumah Bersalin (RB) Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali, ditemukan 7 orang mengalami anemia dan 3 orang tidak anemia. Dari 10 responden sebagaian besar responden hanya sebatas tahu cara pencegahan anemia dengan minum obat dan makanan, tanpa mengetahui cara mengkonsumsi obat tersebut dengan benar dan makanan apa saja serta bagaimana cara mengolahnya.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Anemia Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil”.


(7)

commit to user B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disebutkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil di RB Mulia Kasih Donohudan?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb pada ibu hamil.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai anemia. 2) Untuk mengetahui kadar Hb ibu hamil.

3) Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb pada ibu hamil.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritik

Memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil.


(8)

commit to user b. Manfaat Aplikatif

1) Bagi Tenaga kesehatan

Menjadi bahan masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan pada masyarakat.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kebidanan untuk mengembangkan materi perkuliahan. 3) Bagi Institusi Kesehatan

Dapat dijadikan bahan informasi sehingga dapat diambil langkah-langkah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan tentang anemia dalam kehamilan.


(9)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1.Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif ada 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recell) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


(10)

commit to user 3) Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis kemapuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis (Synthesis) merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk menilai suatu materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ada atau kriteria yang ditentukan sendiri (Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan dapat diukur dengan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi suatu obyek yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Hai ini dilakukan untuk memberikan penilaian tingkat pengetahuan berdasarkan jawaban pada angket.


(11)

commit to user

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2007).


(12)

commit to user

Kriteria pengetahuan adalah sebagai berikut: baik bila 76-100% jawaban benar, cukup bila 56-75% jawaban benar, kurang bila <56% jawaban benar (Nursalam, 2008).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1) Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2) Intelegensi

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. 3) Lingkungan

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.


(13)

commit to user 4) Sosial budaya

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

6) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Hendra, 2008).


(14)

commit to user 2.Anemia

a. Pengertian

Anemia adalah penurunan massa sel darah merah atau total hemoglobin. Kadar hemoglobin normal pada wanita yang sudah menstruasi adalah 12gr/dl dan untuk wanita hamil 11gr/dl (Varney, 2004). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr/dl (Ayurai, 2009).

Hemoglobin (Hb) adalah metaloprotein (protein yang

mengandung zat besi) di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Hb juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul Hb terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein Hb mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia. Kadar Hb menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah (Alan,2011).

Anemia defisiensi besi adalah anemia karena turunnya cadangan besi dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar Hb dalam darah dengan berbagai akibatnya (Manuaba, 2001).


(15)

commit to user

b. Anemia dalam Kehamilan

Darah wanita hamil akan bertambah banyak yang biasanya disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah lebih sedikit dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah ini dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil. Tapi anemia dalam kehamilan yang berat bisa “potensial

danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak).

Oleh sebab itu, anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada masa yang akan datang (Prawiroharjo, 2007).

c. Etiologi

Anemia disebabkan oleh rendahnya produksi hemoglobin dan sel-sel darah atau tubuh kehilangan sel-sel darah merah dalam jumlah lebih dari biasanya. Penyebab Anemia pada umumnya adalah:

1) Kurang gizi (malnutrisi)

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi juga meningkat selama

kehamilan. Peningkatan diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, bertambah besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu.

Pada ibu hamil pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan. Pada trimester III energi tambahan digunakan untuk


(16)

commit to user

pertumbuhan janin dan plasenta, sedangkan kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe.

2) Kekurangan zat besi

Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurangnya masukan zat besi dalam makanan misalnya pada diet yang berkurang, faktor sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan yang kurang tentang gizi dan adanya tradisi atau kepercayaan tertentu dan bisa juga karena perdarahan.

3) Kehilangan darah yang banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.

Di awal kehamilan, Anemia yang disebabkan oleh perdarahan yang akut sering dijumpai pada kasus-kasus Abortus, KET dan

Molahidatidosa. Masa akhir kehamilan atau pada awal persalinan

yang menjadi sumber hilangnya darah yang serius sering dijumpai pada kasus-kasus Solusio Plasenta dan Plasenta Previa.

4) Penyakit-penyakit seperti TBC paru, Cacing Tambang, Malaria dan lain-lain

Sejumlah besar kelainan, khususnya infeksi kronis dan neoplasma, dapat menimbulkan anemia sedang kadang-kadang berat. Zat besi yang dilepaskan dari eritrosit yang menjadi tua tidak akan segera dikembalikan kedalam plasma untuk digunakan lagi, tetapi sebaliknya akan bertahan. Dengan demikian akan terjadi akibat penurunan eritrosit yang ditambah lagi dengan penghancuran eritrosit


(17)

commit to user

seperti penyakit cacing tambang atau malaria dan pada penyakit ginjal (Manuaba, 2001).

d. Klasifikasi Anemia

Menurut WHO dalam Yadi (2008) anemia dalam kehamilan dapat digolongkan sebagai berikut

1. Tidak anemia Hb >11gr/dl

2. Anemia ringan Hb 10-11 gr/dl

3. Anemia sedang Hb 7-9 gr/dl

4. Anemia berat Hb < 7gr/dl.

e. Tanda dan Gejala Anemia

Data Subjektif: ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, badan lemas dan susah bernafas. Data Objektif: konjungtiva, muka dan ujung-ujung kuku pucat. Pada anemia didapatkan Hb < 11 gr/dl (Yadi, 2008). f. Patofisiologi

Anemia sering dijumpai dalam kehamilan karena keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan- perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia/hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah, pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19% (Prawiroharjo, 2007).


(18)

commit to user

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil karena sebagai akibat hidremia cardiac output

meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah.

Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua,

pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Prawiroharjo, 2007).

g. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin 1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan antara lain:

a) Dapat terjadi abortus b) Persalian prematurus

c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

d) Perdarahan antepartum

2) Bahaya saat persalinan:

a) Gangguan his dan kekuatan mengejan

b) Persalinan dapat berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operatif

3) Bahaya saat nifas:


(19)

commit to user

b) Memudahkan infeksi

c) Pengeluaran ASI berkurang

d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan 4) Bahaya terhadap janin:

a) Abortus

b) Terjadi kematian intrauterine

c) Berat badan lahir rendah (BBLR) d) Kelahiran dengan anemia

e) Dapat terjadi cacat bawaan

f) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

g) Intelegensia rendah (Manuaba, 2001)

h. Standar Pelayanan Yang Dilakukan Oleh Bidan Dalam Pengelolaan Anemia

Standar pelayanan yang dilakukan oleh bidan, antara lain : menganjurkan ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya besi dan nabati, hati, daging, ayam, ikan, telur sebagai sumber zat besi hewani penyerapannya tinggi sekitar 10-30%. Sedangkan sayuran berwarna hijau tua, daun papaya, daun katuk, daun singkong dan lain-lain serta kacang-kacangan, kacang panjang, kecipir, tempe sebagai sumber zat besi nabati namun penyerapannya sangat rendah 1- 5%. Menganjurkan ibu hamil mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung Vitamin C seperti jambu, tomat, jeruk dan nanas.


(20)

commit to user

Menganjurkan ibu hamil minum tablet tambah darah secara teratur, selama kehamilan paling sedikit 90 tablet. Cara meminum Fe sebaiknya menggunakan air putih atau air jeruk supaya penyerapan Fe lebih baik, hindari meminum Fe dengan air teh atau kopi karena zat – zat yang terkandung di dalamnya dapat menghambat penyerapan zat besi. Bila Hb tetap kurang dari 11gr/dl teruskan pemberian tablet tambah darah. Ibu hamil dengan anemia berat akan dilakukan pemeriksakan lebih lanjut seperti pemeriksaan penyakit cacingan atau parasit lain, sekaligus pengobatannya segera dirujuk ke rumah sakit (Yadi, 2008).

i. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan

Kadar Hb

Pengetahuan ibu hamil tentang anemia adalah segala sesuatu hal yang diketahui ibu hamil tentang anemia, jika ibu hamil memiliki pengetahuan tentang anemia maka ibu hamil tersebut akan berusaha untuk mengatasi anemia dan bertindak positif dalam program pencegahan anemia. Namun, di masyarakat pedesaan masih ada beberapa makanan yang pantang dimakan oleh ibu hamil terutama makanan yang bergizi beberapa jenis ikan, sayuran, buah-buahan tertentu. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengertian ibu mengenai makanan bergizi bagi ibu hamil (Manuaba, 2001).

Selain itu, dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet besi meminumnya secara rutin, hal ini disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi dalam kehamilannya


(21)

commit to user

sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik. Oleh sebab itu, diperlukan adanya analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) ibu hamil yang ada di masyarakat (BKKBN, 2008).

B. Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Variabel Terikat Kerangka konseptual

Keterangan:

: Tidak diteliti : Diteliti

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia

Penyakit kronik seperti TBC,

Malaria Kadar Hb pada

ibu hamil Kehilangan

darah yang banyak

Perilaku tentang keteraturan mengkonsumsi Fe dan asupan


(22)

commit to user C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb pada ibu hamil di RB Mulia Kasih Donohudan.


(23)

commit to user BAB III METODOLOGI

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian observasional analitik, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel itu sehingga perlu disusun hipotesisnya. Penelitian cross sectional, yaitu peneliti melakukan observasi sesaat. Artinya subjek diobservasi satu kali saja dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan untuk mempelajari korelasi pengukuran variable independent dan

variable dependent pada saat pemeriksaan atau pengkajian data (Notoatmojo,

2002).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di RB Mulia Kasih Donohudan, Ngemplak, Boyolali dan berlangsung selama 2 minggu di bulan Juni 2011.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Samplig

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang datang ke RB Mulia Kasih Donohudan, Ngemplak, Boyolali.


(24)

commit to user

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil

yang datang ANC ke RB Mulia Kasih Donohudan, Ngemplak, Boyolali pada

bulan Juni tahun 2011 dan dilakukan pemeriksaan.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental

sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2007). Pada penelitian ini sampel diambil sebanyak 40 responden, sudah cukup untuk dilakukan penelitian dengan pertimbangan bahwa angka tersebut sudah lebih dari cukup. Seperti yang diungkapkan oleh Machfoedz (2005) jumlah responden yang memenuhi kaidah umum penelitian, merupakan batas antara sedikit dan banyak dan memiliki kurva yang mendekati kurva normal dengan pengertian bahwa kurva normal merupakan suatu fenomena universal mengenai ciri atau sifat alami yang normal adalah sejumlah 30 responden.

Kriteria inklusi :

Ibu hamil Trimester I, II, III yang ditemui peneliti sedang melakukan ANC

di RB Mulia Kasih Donohudan, Ngemplak, Boyolali bulan Juni tahun 2011.

Kriteria Ekslusi

a. Menderita suatu penyakit yang menyebabkan perdarahan seperti ambeyen.


(25)

commit to user

b. Mual muntah yang berlebihan (hiperemesis gravidarum)

c. Ibu yang tidak berkenan meluangkan waktu untuk menjadi sampel. D. Definisi Operasional.

1. Variabel Bebas (Independent)

Pengetahuan ibu hamil tentang anemia adalah hasil tahu yang dimiliki ibu hamil tentang anemia yang meliputi pengertian anemia, tanda dan gejala anemia, dampak anemia pada kehamilan dan pencegahan anemia. Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Dengan alat ukur kuesioner, yang diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah kemudian dipersentasikan yang meliputi pengetahuan.

Baik : 76-100% jawaban benar.

Cukup : 56-75% jawaban benar.

Kurang : <56% jawaban benar. 2. Variabel Terikat (Dependent)

Kadar Hb adalah banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Skala yang digunakan adalah skala ordinal. Dengan alat ukur

Cyanmethemoglobin. Dengan kriteria:

Tidak anemia Hb >11gr/dl

Anemia ringan Hb10-11gr/dl

Anemia sedang Hb 7 - 9gr/dl


(26)

commit to user E. Alat Pengumpul Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang anemia sedangkan alat yang

digunakan untuk mengukur kadar Hb adalah Cyanmethemoglobin yang

kemudian hasilnya dicatat dalam buku pemeriksaan Hb.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh pengumpul data. Data primer ini disebut juga sebagai data asli atau data baru. Data primer ini meliputi : karakteristik responden antara lain umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, paritas, pengetahuan tentang anemia dan kadar Hb pada ibu hamil. F. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur ( Ali, 2009 ).

Uji validitas dilakukan menggunakan uji korelasi Producs Moment

dengan bantuan program komputer Statiscal Product and Service Solutions

(SPSS) versi 16 for windows.

Adapun rumus Producs Moment adalah sebagai berikut:

(

) (

)( )

{

2

(

)

2

}

{

2

(

)

2

}

å

å

å

å

å

-

å

å

-= Y Y N X X N Y X XY N R Keterangan :


(27)

commit to user X : Skor tiap nomor pertanyaan

Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Jika nilai hitung r lebih besar (>) dari nilai tabel r, maka item instrumen dinyatakan valid. Penghitungan uji validitas pada variabel pengetahuan terdiri dari 35 item pertanyaan pada 20 responden didapatkan nilai rtabel (0.444). Pada pengujian ini terdapat 5 soal yang tidak valid

antara lain nomor 1, 4, 8, 23, 33. Soal yang tidak valid akan dibuang karena soal yang valid sebanyak 30 soal sudah memenuhi item dan indikator dari kisi – kisi kuesioner yang akan digukana dalam penelitian. G. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan (Ali, 2009). Penghitungan data menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.

Nilai-nilai untuk item-item tes bernilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah dengan jumlah soal ganjil, sehingga perhitungan reliabilitas yang dipergunakan adalah formula Kruder-Richardson – 20

sebagai berikut :

2 (1 )

~ 20 1

1 x

p p

k KR

k S

é - ù

é ù

=ê úê - ú

-ë û êë úû

å

k = banyaknya item dalam tes 2

x


(28)

commit to user

p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu banyaknya subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut (Azwar, 2007).

Hasil perhitungan validitas selanjutnya akan dihitung tingkat reliabilitasnya untuk item pertanyaan yang valid. Hasil uji reliabilitas kuesioner untuk variabel pengetahuan didapatkan rKR 0.991 > rtabel 0.361

maka disimpulkan kuesioner tersebut reliabel

KISI-KISI KUESIONER PENGETAHUAN

Indikator Aspek Yang Diungkap Jumlah

Soal

No Soal

C1 C2 C5 C4 C5 C6

Pengertian anemia > 6 1,2,5,11,17, 28,

Penyebab anemia pada kehamilan

> 5 9,14,16,20,30

Deteksi dini dan

pencegahan anemia

> 4 6,19,24,27

Tanda dan gejala anemia > 2 3,18,

Tablet besi dan cara minum

> 4 7,8,13,21

Makanan yang

mengandung zat besi

> 4 10,4,23,25

Waktu mengkonsumsi > 1 22

Jumlah zat besi selama kehamilan

> 2 15,29

Pengaruh anemia pada kehamilan

> 2 12,26

Total 30

Keterangan: C1 (Tahu), C2 (Memahami), C3 (Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi)


(29)

commit to user H. Cara Kerja

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan yang terdiri atas pertanyaan pilihan ganda. Kuesioner dibagikan kepada ibu hamil yang sedang melakukan ANC di RB Mulia Kasih Donohudan dan langsung menjawab semua pertanyaan dari kuesioner dengan cara memberi tanda chek ( √ ). Sedangkan untuk mengukur kadar Hb ibu hamil menggunakan alat yaitu Cyannmethemoglobin yang digunakan di sebuah laboratorium klinik (Promedis) dan dilakukan oleh petugas laboratorium.

Skema penelitian

Kuesioner tentang pengetahuan

Uji validitas dan reabilitas

Soal yang valid dan reabel

Pengambilan data pada responden

Kuesioner untuk pengetahuan ibu tentang anemia

Cyanmet hemoglobin

untuk kadar Hb ibu hamil

Hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan


(30)

commit to user I. Analisis Data

a.Teknik Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS versi 16 dan perhitungan persentase melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Editing

Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan kembali kelengkapan data yang telah dikumpulkan untuk memeriksa apakah pengisian kuesioner telah sesuai petunjuk pengisian kuesioner.

2) Coding

Coding dimaksudkan untuk mempermudah waktu mengadakan

tabulasi dan analisa. Pada proses ini dilakukan dengan

mengklasifikasikan data atau jawaban menurut katagorinya dan diberikan kode untuk mempermudah dalam pengolahan data. Dalam penelitian ini pemberian kode pada jawaban soal kuesioner dilakukan dengan cara:

1) Jawaban benar diberi skor 1 2) Jawaban salah diberi skor 0

Dari skor tersebut di persentasikan menggunakan rumus P = f / N x100%

Keterangan : P = persentase


(31)

commit to user

N = jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar Setelah persentase diketahui kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam kriteria:

Baik bila : 76 – 100% jawaban benar.

Cukup bila : 56 – 75% jawaban benar.

Kurang bila : ≤ 56% jawaban benar.

(Nursalam, 2008). Kadar Hb :

Pembagian menurut WHO (dalam Yadi, 2008) yaitu:

a. Tidak anemia jika Hb >11gr/dl

b. Anemia ringan jika Hb 10-11gr/dl

c. Anemia sedang jika Hb 7 - 9gr/dl

d. Anemia berat jika Hb < 7gr/dl

3) Tabulasi

Memproses data dengan memasukkan data responden dalam tabel sesuai skor jawaban kemudian dimasukkan pada tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai tujuan menggunakan bantuan program

SPSS versi 16.

b. Analisis Data 1) Uji Hipotesis

a) Analisa Univariat

Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan atau


(32)

commit to user

(hubungan pengetahuan ibu hamil tentang anemia) dan variabel terikat (kadar Hb ibu hamil). Pada kategori peringkasan data lainnya menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persentasi.

x n

f

=

R 100 %

Keterangan :

P : persentase yang dicari

f : frekuensi jawaban responden untuk setiap pertanyaan n : jumlah responden

b) Analisa bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2002). Dua variabel tersebut adalah pengetahuan ibu hamil tentang anemia (variabel independent) dan kadar Hb ibu hamil (variabel

dependent). Pengujian hubungan atau menguji hipotesis kedua

variabel menggunakan teknik korelasi Kendall Tau (τ) karena data dari kedua variabel adalah ordinal dan dalam jumlah sampel lebih dari 30 orang (Riwidikdo, 2008). Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

2

)

1

(

=

N

N

B

A

t

Di mana:


(33)

commit to user A : jumlah ranking atas

B : jumlah ranking bawah N : jumlah sampel

Rumus di atas menggunakan taraf kesalahan (5%) atau taraf kepercayaan (95%). Ha diterima bila thitung > ttabel (Sugiyono, 2007).

Tabel 3.1. Nilai koefisien korelasi

Interval Koefisien Klasifikasi

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,499 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(34)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2011 ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kadar Hb. Responden pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC ke RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali dan telah memenuhi kriteria inklusi.

Hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali pada 40 responden yang diteliti pada bulan Juni 2011 adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

a. Umur

<20 TH 20-35 15%

85%

Gambar 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali

Gambar 4.1 menunjukkan mayoritas responden berumur 21-35 tahun sebanyak 34 orang (85%), responden berumur <20 tahun sebanyak 6 orang (15%).


(35)

commit to user b. Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA PT

10% 7,5% 32,5%

50%

Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali

Grafik diatas menunjukkan mayoritas responden ber pendidikan SMP sebanyak 20 responden (50%), dan yang paling sedikit responden berpendidikan PT yaitu 3 responden (7.5%).

c. Jenis Pekerjaan

IRT PETANI SWASTA PNS

37%

25% 27,5%

10%

Gambar 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali

Gambar 4.3 menunjukkan responden paling banyak adalah ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 15 responden (37%), dan yang paling sedikit jenis pekerjaan sebagai PNS sebanyak 4 orang (10%).


(36)

commit to user

d. Kehamilan

1 2 3

62,5% 30%

7,5%

Gambar 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kehamilan di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali

Gambar diatas menunjukkan mayoritas responden baru hamil pertama kali sebanyak 25 responden (62.5%), dan paling sedikit hamil ke 3 yaitu 3 responden (3%).

e. Tingkat Pengetahuan tentang anemia

TINGGI SEDANG RENDAH

17,5%

27,5% 55%

Gambar 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah ibu hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi (baik) sebanyak 7 orang (17.5%), tingkat pengetahuan sedang (cukup) sebanyak 11 orang (27.5%),


(37)

commit to user

dan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah (kurang) sebanyak 22 orang (55%). Berdasarkan data tersebut sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan rendah tentang anemia.

f. Kadar Hb

TIDAK ANEMIA ANEMIA RINGAN ANEMIA SEDANG 30% 6% 22%

Gambar 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Hb di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang tidak menderita anemia sebanyak 12 responden (30%), yang mengalami anemia ringan sebanyak 22 responden (55%) dan yang mengalami anemia sedang sebanyak 6 responden (15%).

2. Analisis Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Anemia dengan Kadar Hb Pada

Ibu Hamil

Tabel 4.1. Cross Tabulation Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Anemia dengan Kadar Hb Ibu Hamil

Kadar Hb Pengetahuan Tidak anemia Anemia ringan Anemia sedang Total

f % f % f % f %

Tinggi 6 15% 1 2,5% 0 0% 7 17,5%

Sedang 6 15% 5 12,5% 0 0% 11 27,5%

Rendah 0 0% 16 40% 6 15% 22 55%


(38)

commit to user

Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kadar Hb selama kehamilan dapat didiskripsikan sebagai berikut:

a. Ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi dan tidak anemia sebanyak 6 responden (15%), ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi dan anemia ringan sebanyak 1 responden (2.5%) dan tidak ada ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi namun menderita anemia sedang.

b. Ibu dengan tingkat pengetahuan sedang dan tidak anemia sebanyak 6 responden (15%), ibu dengan tingkat pengetahuan sedang dan anemia ringan sebanyak 5 responden (12.5%) dan tidak ada ibu dengan tingkat pengetahuan sedang yang menderita anemia sedang.

c. Tidak ada ibu hamil yang berpengetahuan rendah tentang anemia yang tidak anemia. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah dan anemia ringan sebanyak 16 responden (40%), ibu dengan tingkat pengetahuan rendah dan menderita anemia sedang sebanyak 6 responden (15%).

Hasil uji korelasi dengan menggunakan Kendall Tau (t) didapatkan

nilai t 0.652, karena jumlah sampel ≤ 40, pengambilan keputusan diujikan

pada nilai-nilai kritis t Kendall Tau (t tabel), (t tabel) n =40 sebesar 0.185.

Hasil perhitungan menunjukkan thitung(0.652) > ttabel(0.185) maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kadar Hb. Besarnya nilai koefisien korelasi 0.652 termasuk kategori tingkat hubungan kuat (Sugiyono, 2007)


(39)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Menurut Hendra (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi, dan pengalaman.

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 34 orang (85%), pada usia ini ibu akan lebih matang dalam berfikir, sehingga secara psikologis akan berpengaruh pada kesiapan ibu dalam merawat janin yang dikandungnya. Ibu akan mengetahui pentingnya nutrisi bagi janinnya dan akan memberikan yang terbaik. Menurut teori Hurlock (dalam Nursalam, 2007) semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, kemampuan berpikir kreatif mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan. Namun dalam penelitian ini, responden diambil dari daerah pedesaan, sehingga akses informasinya kurang memadai untuk mengubah pola pikir individunya.

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 20 orang (50%). Menurut Hendra (2003) tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan


(40)

commit to user

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asumsi yang disampaikan Hendra adalah benar, hal ini berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang anemia, dimana tingkat pendidikan harus sejalan dengan tingkat pengetahuannya. Dalam penelitian ini responden yang berasal dari daerah pedesaan mempunyai minat yang kurang dalam memperluas pengetahuan. Tidak adanya media yang menarik seperti internet yang sarat akan informasi yang bisa secara cepat dan mudah menambah pengetahuan.

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15 orang (37.5%). Pekerjaan akan mempengaruhi ekonomi seseorang, menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk menambah wawasan seseorang. Sehingga pekerjaan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Disisi lain ibu yang tidak bekerja kemungkinan tidak mendapakan uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, termasuk dalam hal memenuhi nutrisi selama kehamilan. Standar pelayanan yang dilakukan oleh bidan, antara lain: menganjurkan ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya besi dan nabati, hati, daging, ayam, ikan, telur, susu sebagai sumber zat besi hewani penyerapannya tinggi sekitar 10-30%. Sedangkan sayuran berwarna hijau tua, daun papaya, daun katuk, daun singkong dan lain-lain serta kacang-kacangan, kacang panjang, kecipir, tempe sebagai sumber zat besi nabati namun penyerapannya sangat rendah 1- 5%. Sedangkan untuk memenuhi protein


(41)

commit to user

hewani membutuhkan biaya yang lebih banyak daripada pemenuhan protein nabati (Yadi, 2008).

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baru hamil pertama kali sebanyak 25 responden (62.5%). Ibu yang baru hamil pertama kali belum terlalu paham apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kehamilannya supaya selalu dalam keadaan sehat.

Pengetahuan tentang anemia yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Namun dalam hal ini, pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi, dan pengalaman. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003) perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Hasil penelitian pada Tabel 4.1 menunjukkan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden (17.5%), tidak anemia 6 responden (15%), dengan anemia ringan sebanyak 1 responden (2.5%) dan tidak ada yang menderita anemia sedang. Ibu yang berpengetahuan baik tentang anemia masih menderita anemia kemungkinan disebabkan karena ibu terlalu sibuk bekerja. Ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan kehamilannya.

Responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 11 responden (27.5%), tidak anemia 6 responden (15%), dengan anemia ringan 5 responden (12.5%) dan tidak ada yang menderita anemia sedang. Ibu yang memiliki pengetahuan sedang tetapi masih menderita anemia, mungkin dikarenakan ibu kurang memahami segala sesuatu tentang anemia dan cara pencegahannya.


(42)

commit to user

Seperti halnya cara meminum tablet Fe yang benar, yaitu dengan menggunakan air putih atau air yang mengandung vitamin C seperti jus jeruk.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Tip 1996 (dalam Yadi 2008) menyatahan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi anemia adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang anemia. Masih kurangnya pengetahuan meliputi ketidaktahuan tentang tanda – tanda dan gejala awal anemia. Selain itu, ibu tidak mengetahui bahwa asupan makanan saat hamil akan bertambah banyak untuk kebutuhan ibu dan bayinya, sehingga banyak ibu hamil yang tidak memperhatikan pola makan. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengertian ibu mengenai makan bergizi bagi ibu hamil (Manuaba, 2001).

Responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 22 responden (55%) mengalami anemia ringan 16 responden (40%) dan anemia sedang 6 responden (15%). Sesuai dengan penelitian Widyawatik (2009) menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan pencegahan anemia selama kehamilan. Dimana ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang anemia ibu akan melakukan pencegahan anemia selama kehamilan. Begitu pula sebaliknya, ibu yang berpengetahuan rendah tentang anemia maka ibu tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk mencegah anemia.

Manuaba (2001) mengatakan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang anemia maka ibu hamil tersebut akan berusaha untuk mengatasi anemia dan bertindak positif dalam program pencegahan anemia. Namun, di masyarakat pedesaan masih ada beberapa makanan yang pantang dimakan oleh ibu hamil terutama makanan yang bergizi beberapa jenis ikan, sayuran, buah-buahan


(43)

commit to user

tertentu. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengertian ibu mengenai makanan bergizi bagi ibu hamil.

Selain itu, dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet besi meminumnya secara rutin, hal ini disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi dalam kehamilannya sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik. Oleh sebab itu, diperlukan adanya analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) ibu hamil yang ada di masyarakat (BKKBN, 2008).

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2009) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Hasil uji statistik membuktikan adanya hubungan yang positif antara pengetahuan ibu tentang anamia dengan kadar Hb, analisis korelasi Kendall Tau

dengan taraf kesalahan 5% dengan N=40, didapatkan besarnya koefisien korelasi (τ) = 0.652.

Hasil penelitian lain yang serupa dengan oleh Ratnasari (2008) didapatkan hasil adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan anemia. Hasil penelitian sejenis pula oleh Jamilah (2007) didapat ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tablet besi dengan keteraturan mengkonsumsi tablet besi. Penelitian Syarif (2004) yang menghasilkan kesimpulan yaitu pengetahuan ibu hamil tentang gizi terbukti sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan terhadap terjadinya anemia gizi pada ibu hamil.


(44)

commit to user

Anemia gizi pada ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori rendah mempunyai risiko 2.39 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori tinggi.


(45)

commit to user BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia kadar Hb pada ibu hamil yang dilakukan di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang anemia dalam kehamilan yaitu sebanyak 22 orang (55%).

2. Sebagian besar ibu hamil menderita anemia ringan yaitu sebanyak 22 orang (55%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb selama kehamilan yang ditunjukkan dari hasil uji statistik dengan korelasi Kendall Tau dimana thitung (0.652) > ttabel (0.185).

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh serta pembahasan maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Responden (Ibu Hamil)

Bagi responden (ibu hamil) untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang anemia dalam kehamilan, masalah yang akan timbul bila menderita anemia dan nutrisi yang sebaiknya dikonsumsi selama hamil sehingga kehamilan bisa berjalan lancar dan janin bisa


(46)

commit to user

tumbuh dengan baik. Dengan cara lebih membuka diri untuk menerima saran dan nasehat dari tenaga kesehatan yang sedang memberikan konseling atau penyuluhan khususnya tentang anemia dalam kehamilan, aktif mencari informasi tentang anemia pada kehamilan di media massa dan media elektronik.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan (khususnya bidan) diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang pentingnya pencegahan anemia dalam kehamilan dengan melakukan kegiatan seperti penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi ibu hamil, pencegahan anemia, melakukan deteksi dini ibu hamil dengan melakukan pemeriksaan Hb, pemberian tablet tambah darah / Fe dan cara meminumnya dengan benar.


(1)

commit to user

hewani membutuhkan biaya yang lebih banyak daripada pemenuhan protein nabati (Yadi, 2008).

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baru hamil pertama kali sebanyak 25 responden (62.5%). Ibu yang baru hamil pertama kali belum terlalu paham apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjaga kehamilannya supaya selalu dalam keadaan sehat.

Pengetahuan tentang anemia yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Namun dalam hal ini, pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi, dan pengalaman. Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003) perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Hasil penelitian pada Tabel 4.1 menunjukkan responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 responden (17.5%), tidak anemia 6 responden (15%), dengan anemia ringan sebanyak 1 responden (2.5%) dan tidak ada yang menderita anemia sedang. Ibu yang berpengetahuan baik tentang anemia masih menderita anemia kemungkinan disebabkan karena ibu terlalu sibuk bekerja. Ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan kehamilannya.

Responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 11 responden (27.5%), tidak anemia 6 responden (15%), dengan anemia ringan 5 responden (12.5%) dan tidak ada yang menderita anemia sedang. Ibu yang memiliki pengetahuan sedang tetapi masih menderita anemia, mungkin dikarenakan ibu kurang memahami segala sesuatu tentang anemia dan cara pencegahannya.


(2)

commit to user

Seperti halnya cara meminum tablet Fe yang benar, yaitu dengan menggunakan air putih atau air yang mengandung vitamin C seperti jus jeruk.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Tip 1996 (dalam Yadi 2008) menyatahan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi anemia adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang anemia. Masih kurangnya pengetahuan meliputi ketidaktahuan tentang tanda – tanda dan gejala awal anemia. Selain itu, ibu tidak mengetahui bahwa asupan makanan saat hamil akan bertambah banyak untuk kebutuhan ibu dan bayinya, sehingga banyak ibu hamil yang tidak memperhatikan pola makan. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengertian ibu mengenai makan bergizi bagi ibu hamil (Manuaba, 2001).

Responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 22 responden (55%) mengalami anemia ringan 16 responden (40%) dan anemia sedang 6 responden (15%). Sesuai dengan penelitian Widyawatik (2009) menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan pencegahan anemia selama kehamilan. Dimana ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang anemia ibu akan melakukan pencegahan anemia selama kehamilan. Begitu pula sebaliknya, ibu yang berpengetahuan rendah tentang anemia maka ibu tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk mencegah anemia.

Manuaba (2001) mengatakan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang anemia maka ibu hamil tersebut akan berusaha untuk mengatasi anemia dan bertindak positif dalam program pencegahan anemia. Namun, di masyarakat pedesaan masih ada beberapa makanan yang pantang dimakan oleh ibu hamil terutama makanan yang bergizi beberapa jenis ikan, sayuran, buah-buahan


(3)

commit to user

tertentu. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengertian ibu mengenai makanan bergizi bagi ibu hamil.

Selain itu, dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet besi meminumnya secara rutin, hal ini disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi dalam kehamilannya sehingga menimbulkan dampak yang kurang baik. Oleh sebab itu, diperlukan adanya analisis cermat perubahan perilaku pada sasaran yang lebih dini, yaitu penilaian tiga bentuk operasional perilaku berupa pengetahuan, sikap dan praktek (PSP) ibu hamil yang ada di masyarakat (BKKBN, 2008).

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2009) bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Hasil uji statistik membuktikan adanya hubungan yang positif antara pengetahuan ibu tentang anamia dengan kadar Hb, analisis korelasi Kendall Tau

dengan taraf kesalahan 5% dengan N=40, didapatkan besarnya koefisien korelasi (τ) = 0.652.

Hasil penelitian lain yang serupa dengan oleh Ratnasari (2008) didapatkan hasil adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dalam pencegahan anemia. Hasil penelitian sejenis pula oleh Jamilah (2007) didapat ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tablet besi dengan keteraturan mengkonsumsi tablet besi. Penelitian Syarif (2004) yang menghasilkan kesimpulan yaitu pengetahuan ibu hamil tentang gizi terbukti sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan terhadap terjadinya anemia gizi pada ibu hamil.


(4)

commit to user

Anemia gizi pada ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori rendah mempunyai risiko 2.39 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori tinggi.


(5)

commit to user

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang anemia kadar Hb pada ibu hamil yang dilakukan di RB Mulia Kasih Donohudan Ngemplak Boyolali 2011 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang anemia dalam kehamilan yaitu sebanyak 22 orang (55%).

2. Sebagian besar ibu hamil menderita anemia ringan yaitu sebanyak 22 orang (55%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang anemia dengan kadar Hb selama kehamilan yang ditunjukkan dari hasil uji statistik dengan korelasi Kendall Tau dimana thitung (0.652) > ttabel (0.185).

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh serta pembahasan maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Responden (Ibu Hamil)

Bagi responden (ibu hamil) untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang anemia dalam kehamilan, masalah yang akan timbul bila menderita anemia dan nutrisi yang sebaiknya dikonsumsi selama hamil sehingga kehamilan bisa berjalan lancar dan janin bisa


(6)

commit to user

tumbuh dengan baik. Dengan cara lebih membuka diri untuk menerima saran dan nasehat dari tenaga kesehatan yang sedang memberikan konseling atau penyuluhan khususnya tentang anemia dalam kehamilan, aktif mencari informasi tentang anemia pada kehamilan di media massa dan media elektronik.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan (khususnya bidan) diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang pentingnya pencegahan anemia dalam kehamilan dengan melakukan kegiatan seperti penyuluhan dan konseling tentang pentingnya gizi ibu hamil, pencegahan anemia, melakukan deteksi dini ibu hamil dengan melakukan pemeriksaan Hb, pemberian tablet tambah darah / Fe dan cara meminumnya dengan benar.