KOMUNIKASI POLITIK KIAI DALAM PENYAMPAIAN PESAN POLITIK KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SITUBONDO (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013).

KOMUNIKASI POLITIK KIAI DALAM PENYAMPAIAN PESAN POLITIK
KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SITUBONDO
(Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul
Arifin Dalam Pemilihan Gubernur J awa Timur 2013)

SKRIPSI

OLEH :

KHAIRUL AFIF B.P.
NPM. 09 43010 043

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


J udul Penelitian

: KOMUNIKASI
POLITIK
KIAI
DALAM
PENYAMPAIAN
PESAN
POLITIK
KEPADA
MASYARAKAT KABUPATEN SITUBONDO (Studi
Deskriptif Kualitatif Komunikasi Politik Kiai Cholil
As’ad Syamsul Arifin Dalam Pemilihan Guber nur J awa
Timur 2013)

Nama Mahasiswa : KHAIRUL AFIF B.P.
NPM

: 09 43010 043


J urusan

: Ilmu Komunikasi

Fakultas

: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP)

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,

PEMBIMBING UTAMA

Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si
NIP. 1 95812 251990 011 001

Mengetahui,
DEK AN


Dra. Ec. HJ . SUPAWARTI, M,Si
NIP. 1 95597 181983 022 001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KOMUNIKASI POLITIK KIAI DALAM PENYAMPAIAN PESAN POLITIK
KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SITUBONDO
(Studi Deskr iptif Kualitatif Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul Ar ifin Dalam

Pemilihan Guber nur J awa Timur 2013)

Oleh:
KHAIRUL AFIF B.P.
NPM. 09 43010 043
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur
Pada Tanggal 24 Desember 2013

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Tim Penguji:
1. Ketua

Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si
NIP. 195812 251990 011 001

Ir. H. DIDIEK TRANGGONO, M.Si
NIP. 195812 251990 011 001
2. Sekretaris

Dr s, SAIFUDIN ZUHRI, M.Si
NPT. 37006 94 00351
3. Anggota

Dra. DIANA AMALIA. M. Si
NIP. 196309 071991 032 001


Mengetahui,
DE K AN

DRA. Ec. HJ. SUPARWATI, M.Si
NIP. 1 95597 181983 022 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul ”KOMUNIKASI
POLITIK KIAI DALAM PENYAMPAIAN PESAN POLITIK KEPADA
MASYARAKAT KABUPATEN SITUBONDO“ (Studi Deskriptif Kualitatif
Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin Dalam Pemilihan
Guber nur J awa Timur 2013) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. H. Didiek Tranggono,
M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual
maupun materil. Untu itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN
“Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si. Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi
UPN “Veteran” Jawa Timur.

4.


Papa, Mama dan keluarga tercinta terima kasih atas segala doa, bimbingan dan
dukungannya selama ini.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.

Sahabat sejati seperjuangan Michael Mardian, Erick Setiawan, Ryan
Vergiawan, Arindio Afrilian, Angga Kurniawan dan masih banyak lagi yang
belum bisa penulis sebut satu-satu, terima kasih atas dukungannya.

6.

Tak lupa juga dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang selama ini
telah banyak memberikan ilmu bermanfaat dan berharga selama penulis belajar
di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat


kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki semoga skripsi ini dapat bermafaat bagi semua pihak
umumnya dan penulis pada khususnya.

Surabaya, 24 Desember 2013
Penulis

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN J UDUL .........................................................................

i


HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ...........................

ii

HALAMAN PENGESAHAN DAN PERSETUJ UAN SKRIPSI

iii

KATA PENGANTAR .......................................................................

iv

DAFTAR ISI .......................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................

x


DAFTAR GAMBAR ..........................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

xii

ABSTRAK ..........................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................

1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................

1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................

9

1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................

10

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................

10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ............................................................

11

2.1 Penelitian Terdahulu..........................................................

11

2.2 Landasan Teori ..................................................................

18

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1 Definisi Komunikasi ...............................................

18

2.2.2 Fungsi Komunikasi .................................................

21

2.2.3 Tujuan Komunikasi .................................................

22

2.2.4 Hambatan Komunikasi............................................

23

2.2.5 Komunikasi Yang Efektif .......................................

25

2.3 Politik Dan Kiai ................................................................

27

2.3.1 Definisi Politik ........................................................

27

2.3.2 Definisi Kiai ...........................................................

29

2.4 Teori Komunikasi .............................................................

35

2.5 Komunikasi Politik Dan Pesan Politik ............................

40

2.5.1 Komponen Komunikasi Politik .............................

46

2.5.2 Komunikasi Politik Kiai Pada Masyarakat Paternalistik

51

2.5.3 Pesan Politik ............................................................

55

2.6 Komunikasi Interpersonal ................................................

60

2.6.1 Definisi Komunikasi Interpersonal .......................

60

2.6.2 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal .......................

62

2.6.3 Proses Komunikasi Interpersonal ..........................

64

2.7 Komunikasi Kelompok .....................................................

65

2.7.1 Definisi Komunikasi Kelompok ............................

65

2.7.2 Pengaruh Kelompok Dalam Perilaku Komunikasi

67

2.8 Kerangka Pemikiran ..........................................................

68

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................

70

3.1 Jenis Penelitian ..................................................................

70

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ...........................................

71

3.3 Fokus Penelitian.................................................................

71

3.3.1 Operasionalisasi Konsep .........................................

72

3.4 Informan Dan Teknik Penarikan Informan ......................

73

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................

74

3.6 Teknik Analisa Data ..........................................................

78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................

81

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................

81

4.2 Masyarakat Situbondo Dan Pesantren Wali Songo ........

83

4.3 Penyajian Data ..................................................................

86

4.3.1 Informan Penelitian ................................................

86

4.4 Analisis Data .....................................................................

87

4.4.1 Kedudukan Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin
Dalam Masyarakat Situbondo ...............................

87

4.4.2 Komunikasi Interpersonal Dan Komunikasi Kelompok
Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin Terhadap Masyarakat
Situbondo ...............................................................

90

4.4.3 Kiai CholilAs’ad Syamsul Arifin Sebagai Elit Politik
Di Kabupaten Situbondo .......................................
viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

92

4.5 Pembahasan .......................................................................
4.5.1 Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin

97
97

4.5.2 Sarana Dan Saluran Komunikasi Politik Kiai Cholil
As’ad Syamsul Arifin ............................................
4.5.3 Perubahan Sosial Politik Di Kabupaten Situbondo

100
103

4.5.4 Proses Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul
Arifin ......................................................................

104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................

110

5.1 Kesimpulan .......................................................................

110

5.3 Saran ..................................................................................

111

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

113

LAMPIRAN ........................................................................................

116

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Informan Penelitian .............................................................

74

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Situbondo per Kecamatan .......

82

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ............................................

69

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Situbondo .............................................

83

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Interview Guide...............................................................

116

Lampiran 2. Hasil Interview ...............................................................

118

xii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
KHAIRUL AFIF B.P. 0943010043. KOMUNIKASI POLITIK KIAI DALAM
PENYAMPAIAN
PESAN
POLITIK
KEPADA
MASYARAKAT
KABUPATEN SITUBONDO (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Politik
Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin Dalam Pemilihan Gubernur J awa Timur
2013)

Fenomena Kiai dan politik menarik untuk di teliti, karena pada saat ini
para kiai yang berada di Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo ini tidak hentihentinya melakukan komunikasi politik di kalangan masyarakat. Komunikasi
politik di sini adalah untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan politik rakyat
yang menjadi input sistem politik dan pada waktu yang sama ia juga akan
menyalurkan kebijakan yang diambil atau out put sistem politik tersebut. Melalui
komunikasi politik rakyat memberikan dukungan, menyampaikan aspirasi dan
melakukan pengawasan terhadap sistem politik. Melalui itu pula masyarakat
mengetahui apakah dukungan, aspirasi dan pengawasan itu tersalur atau tidak
sebagaimana dapat mereka simpulkan dari berbagai kebijakan politik yang
diambil. Tujuan dari hasil penelitian ini untuk mengetahui bahwa kiai memiliki
pengaruh yang dapat menimbulkan kepatuhan masyarakat dalam menentukan
sikap pada objek politik tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Model penelitian ini juga menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara
peneliti dengan informan. Fokus penelitian ini adalah individu, setelah individu
maka pengumpulan data di pusatkan di sekitarnya seperti warga yang bertempat di
lingkungan Pondok Pesantren Wali Songo yang ada di Kelurahan Mimbaan
Kabupaten Situbondo, orang-orang dekat Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin dan
beberapa orang pelajar yang ada di Kabupaten Situbondo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Dalam proses komunikasi politik,
kiai memiliki pengaruh yang dapat menimbulkan kepatuhan masyarakat dalam
menentukan sikap pada objek politik tertentu, ditumbuhkan dalam hubungan kiai
dengan masyarakat Situbondo diantaranya, hubungan tarbiyah (hubungan
pengajaran agama), hubungan barokah, hubungan ekonomi, dan hubungan politik.
Sikap dan perilaku politik masyarakat Situbondo, terlihat jelas pada kasus
perilaku dan sikap politik masyarakat Situbondo.
Kata kunci: Komunikasi Politik, Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin,
Masyarakat

xiii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
KHAIRUL AFIF B.P. 0943010043. SUBMISSION OF POLITICAL
COMMUNICATION KIAI
POLITICAL
MESSAGE
TO
THE
SITUBONDO’S COMMUNITY (Qualitative Descriptive Study of Political
Communication Kiai Cholil As'ad Syamsul Arifin at Gubernatorial Elections
in East J ava 2013)
Kiai and political phenomena interesting to study, because at this time the
scholars who are in the District Flag, this Situbondo endlessly in political
communication in the community. Political Communication here is to convey the
aspirations and political interests of the people who become political system input
and at the same time it will also distribute the measures taken or the out put of the
political system. Through the support of the people of political communication,
aspirations, and oversight of the political system. Through the public to know
whether it also support, aspirations and supervision that can be channeled or not
as they conclude from a variety of policy taken. The purpose of this research to
know that kiai influence adherence can cause people to take a stand on certain
political objects.
The method used in this study is a qualitative method. This study also
presents a model of direct nature of the relationship between researcher and
informant. The focus of this study is the individual, after the individual data
collection concentrated around as residents were housed in the Pondok Pesantren
Wali Songo in the Village Mimbaan Situbondo, people close Kiai As'ad Syamsul
Arifin Cholil and some existing students in Situbondo.
The results showed that, in the process of political communication, kiai
influence adherence can cause people to take a stand on certain political object,
grown in association with public kiai Situbondo them, tarbiyah relationship (the
relationship of religious teaching), blessed relationship, economic relations, and
political relations. Political attitudes and behavior Situbondo community, evident
in the case of political behavior and attitudes of society Situbondo.
Keywords: Communication Politics, Kiai As'ad Syamsul Arifin Cholil, Society

xiv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai pemimpin informal, kiai adalah orang yang diyakini masyarakat
mempunyai otoritas yang sangat besar dan kharismatik. Kiai dipandang
mempunyai kelebihan-kelebihan luar biasa yang membuat kepemimpinannya
diakui secara umum. Hal tersebut tentu saja tidak pernah terlepas dari teks-teks
keagamaan yang membuat posisi ahli agama (kiai, ulama), pada segala kondisi
dan situasi, seolah-olah berada di atas manusia lain. Ungkapan “Ulama adalah
pewaris para Nabi” menegaskan bahwa para kiai/ ulama adalah orang-orang
qualified yang bisa menjawab semua persoalan. Namun ini tidak seluruhnya benar
karena ada ungkapan lain yang membedakan antara posisi kiai sebagai pewaris
Nabi dan posisi kiai sebagai manusia biasa. Misalnya ketika Nabi disodori satu
permasalahan dunia yang mana beliau kurang mengetahui hakekat permasalahan
tersebut, beliau menegaskan: “Kamu semua lebih mengerti urusan duniamu”.
Menurut asal-usulnya, perkataan kiai dalam bahasa jawa dipakai untuk
tiga jenis gelar yang saling berbeda. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi
benda-benda yang dianggap keramat; “Kiai Garuda Kencana” umpamanya
dipakai untuk menyebut kereta emas yang ada di Keraton Yogyakarta. Kedua,
sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai
gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada
para santrinya (Dhofier, 1984:85).
Bagi kebanyakan masyarakat Islam tradisional di jawa, kiai yang menjadi
pengasuh pondok pesantren dianggap sebagai figur sentral yang mempunyai
wewenang dan otoritas mutlak (the absolute power and authority). Kedudukan
yang dipegang kiai adalah kedudukan ganda, yakni sebagai pengasuh dan
sekaligus pemilik pesantren. Secara kultural kedudukan ini sama dengan
kedudukan bangsawan feodal. Kehidupan di pesantren yang diwarnai oleh
asketisme dan kesediaan melakukan segala perintah kiai guna memperoleh
barokahnya tentu saja memberikan bekas yang mendalam pada jiwa seorang
santri, dan bekas inilah yang pada gilirannya nanti akan membentuk sikap
hidupnya. Para santri selalu berharap dan berpikir bahwa kiai yang dianutnya
merupakan orang yang percaya penuh pada dirinya sendiri (self confident) baik
dalam bidang kekuasaan dan manajemen pesantren.
Kharisma kiai yang memperoleh dukungan dan kedudukan di tengah
kehidupan masyarakat terletak pada kemantapan sikap dan kualitas yang
dimilikinya, sehingga melahirkan etika kepribadian penuh daya tarik. Proses ini
bermula dari kalangan terdekat kemudian mampu menjalar ke tempat berjauhan.
Kiai tidak hanya dikategorikan sebagai elit agama. Dalam konteks kehidupan
pesantren, kiai juga menyandang sebutan elit pesantren yang memiliki otoritas
tinggi dalam menyimpan dan menyebarkan pengetahuan keagamaan.
Secara sosiologis, kiai dapat digolongkan sebagai symbolic leader,
pemimpin yang memiliki visi tersendiri tentang kehidupan masyarakat dan hanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

didukung oleh massa atau tidak didukung oleh pimpinan lain, maupun sebagai
visible leader, pemimpin yang menentukan pilihan-pilihan politik massa dan
didukung oleh massa dan pendukung lain. Rahasia keberhasilan para kiai dalam
mengembangkan sistem organisasi yang kuat dan stabil terletak pada
kebijaksanaan dan kesadaran mereka bahwa struktur manusia mana pun lebih
mempercayai general consensus ketimbang persetujuan yang dipaksakan atau
sistem organisasi yang rumit.
Studi-studi sosial tentang pemimpin-pemimpin Islam di Indonesia
menunjukkan bahwa kiai adalah tokoh yang mempunyai posisi strategis dan
sentral dalam masyarakat. Posisi sentral mereka itu terkait dengan kedudukannya
sebagai orang yang terdidik dan kaya akan ilmu pengetahuan di tengah-tengah
kehidupan masyarakatnya. Sebagai pemimpin Islam informal, kiai adalah orang
yang diyakini penduduk desa mempunyai otoritas yang sangat besar dan
kharismatik.
Hubungan yang kuat antara ulama (kiai) dan umat Islam tampak jelas
dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Islam. Peran sosial
kemasyarakatan ulama (kiai) di tengah-tengah kehidupan masyarakat baik
menyangkut aspek sosial, politik, kebudayaan maupun yang lebih spesifik adalah
bidang keagamaan, paling tidak telah menjadikan kiai sebagai sosok dan figur
terpandang dalam masyarakat.
Dinamika politik Indonesia menunjukkan bahwa fenomena keterlibatan
kiai dalam kancah politik praktis merupakan kenyataan politik yang terjadi dari
tingkat nasional hingga daerah. Di daerah, keterlibatan kiai dalam politik dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

diidentifikasi dari banyaknya kiai yang menjadi pengurus partai, terutama partai
yang berasaskan agama, atau partai yang mengusung spirit keagamaan Islam.
Umumnya, fenomena keterlibatan kiai dalam kancah politik di daerah dapat
dijumpai dalam masyarakat dengan kultur tradisi keagamaan, tempat dimana kiai
mendapatkan pengakuan dan keistimewaan dalam masyarakat. Apalagi di
Kabupaten Situbondo khususnya di Kecamatan Panji yang merupakan tempat
dijadikan lokasi penelitian, merupakan daerah yang notabene sebagian besar dari
masyarakatnya berada dalam ruang lingkup pesantren ataupun bersinggungan
langsung dengan para kiai. Jadi, apa-apa yang menjadi keluh kesah
masyarakatnya baik itu dalam bidang agama ataupun kehidupan sosial lainnya,
tidak jarang mereka mengadukannya terhadap kiainya.
Keterlibatan kiai dalam politik praktis merupakan hal yang lazim
ditemukan dalam kehidupan politik kontemporer di Indonesia. Meskipun gerakan
politik kiai di Indonesia memiliki akar sejarah yang sangat panjang, akan tetapi
pada zaman pemerintahan orde baru, gerakan politik yang dilakukan oleh kiai
seolah hilang dari konstelasi politik Indonesia. Baru pada masa reformasi politik
yang terjadi pada tahun 1997 yang mengakibatkan tumbangnya rezim
pemerintahan orde baru, peran kiai dalam politik praktis di Indonesia kembali
menjadi fenomena yang hangat diperbincangkan.
Seperti halnya dalam kasus pemilu ataupun pilkada kebanyakan dari
masyarakat desa memilih parpol atau calon kepala daerah bukan atas dasar hati
nuraninya sendiri, melainkan atas perintah atau anjuran sang kiai. Samson
(Turmudi, 2004:98) mengungkapkan bahwa persetujuan kiai dapat menjamin

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

dukungan masyarakat pada partai politik tertentu, karena kiai pada umumnya
diyakini sejak lama menggunakan kekuasaan secara sah karena mereka
melakukan demi Tuhan. Fenomena ini banyak kita temukan di daerah-daerah
tapal kuda di Jawa Timur. Di Kabupaten Situbondo misalnya, banyak dari
kalangan masyarakatnya yang memilih atau memberikan suaranya terhadap
parpol-parpol ataupun calon kepala daerah atas dasar restu kiai.
Proses memilih atau dukungan suara terhadap parpol atau calon kepala
daerah yang di dalamnya terdapat atau bertengger nama kiai yang mereka segani
bukan atas dasar ketundukan rasional, melainkan ketundukan irrasional. Dengan
kata lain apa yang dilakukan pemimpinnya atau dalam hal ini kiai, baik atau buruk
cenderung diikuti oleh pengikutnya (Nurudin, 2005:172).
Tidak heran jika sebagian dari parpol-parpol dalam pemilu menggunakan
jasa kiai dalam berkampanye. Akan tetapi, munculnya sosok atau figur kiai di
tengah-tengah kancah politik di Indonesia saat ini, cukup menimbulkan ironi
tersendiri bagi kalangan umat Islam. Ahmad Sobary (Boy, 2005: 242) mengatakan
bahwa secara internal dalam diri para kiai sendiri tengah terjadi keretakan yang
disebabkan oleh perbedaan artikulasi dan aspirasi sosial politik yang
dikembangkan dan diajarkan agama. Cara pandang yang berbeda inilah yang
sering menyebabkan timbulnya ketegangan-ketegangan antara satu kelompok kiai
dengan kelompok kiai yang lainnya.
Peta kekuatan politik di Kabupaten Situbondo menunjukkan bahwa
masyarakat dengan basis pesantren maupun daerah yang memiliki kedekatan
tradisi warganya dengan pesantren merupakan medan bagi berlangsungnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

komunikasi politik kiai. Di Kabupaten Situbondo pada saat pemilihan Gubernur
dan wakil gubernur Jawa Timur, pasangan Karsa yang didukung oleh Kiai Cholil
As’ad Syamsul Arifin, mendapat perolehan suara yang cukup signifikan di
Kabupaten Situbondo.
Namun, terlepas dari itu semua peran kiai khususnya di Kabupaten
Situbondo akan terus mengundang kontroversi bagi sebagian besar pengikutnya.
Dengan kata lain, kiai kini sudah terjerembab ke dalam kekuasaan-kekuasaan
politik bangsa ini. Artinya apakah budaya patuh yang sejak lama sudah tertanam
di benak pengikutnya, serta nilai kharismatik dan otoritasnya sebagai panutan
umat masih tetap terjaga di kalangan pengikutnya atau santrinya. Seperti hanya
penelitian yang dilakukan oleh Patoni di Kediri (2007:14) bahwa penelitiannya
berangkat dari sebuah fenomena terjunnya kiai dalam partai politik, di mana hal
ini menurutnya merupakan sebuah gejala yang merata. Artinya banyak kiai
pesantren yang mestinya tugas pokoknya adalah mendidik dan mengasuh santri,
lalu berbelok dan memasuki dunia yang berbeda dengan habitatnya. Penelitian
Patoni ini merupakan sebuah indikasi bahwa ada gejala bergesernya peran kiai
dalam lingkungan sosialnya. Maka dari itu, fenomena kiai dalam kancah politik
ini tentunya perlu penelitian serta pengkajian lebih dalam mengenai peranannya
dalam membangun prestise dalam kehidupan masyarakat. Apakah masyarakat
yang berada di lingkungan kiai ini akan tetap menjaga budaya patuhnya atau
mereka lebih memilih kiai sebagai sosok yang telah hengkang dari nilai-nilai
agama, karena pandangan masyarakat sebelum menganggap kiai adalah figur
penting dalam memberikan siraman rohani keagamaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Komunikasi merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari aktivitas
keseharian manusia di berbagai bidang. Termasuk di bidang politik, komunikasi
memainkan peranan yang penting. Komunikasi bukan sekedar penerusan
informasi dari suatu sumber kepada publik, ia lebih mudah dipahami sebagai
penciptaan kembali gagasan-gagasan informasi oleh publik jika diberikan
petunjuk oleh simbol, slogan, atau tema pokok. Komunikasi adalah hubungan
antar manusia dalam rangka mencapai saling pengertian (mutual understanding)
(Heryanto, 2010:3).
Komunikasi politik kiai dalam setting daerah menggunakan atribut
keagamaan sebagai otoritas yang membentuk kiai sebagai tokoh politik dalam
komunikasi politik. Hal tersebut juga tampak di Kecamatan Panji dalam melihat
kiai sebagai seorang komunikator politik yang menggunakan atribut keagamaan
dalam melakukan komunikasi politiknya. Agama dijadikan sebagai penopang
dalam komunikasi politik yang dilakukan oleh kiai dalam mempengaruhi perilaku
politik warga masyarakat. Dalam Religion and Political Development, Donald E
Smith menggambarkan model politik negara berkembang yang menggunakan
agama sebagai sistem politik tradisionalnya. Agama memberikan kerangka makna
dan pengalaman umum bagi masyarakat, sehingga dengan sosialisasi sederhana
melalui simbol agama, ritual, kharisma orang suci, fatwa halal-haram, dan lainlain masyarakat tradisional dapat disatukan dalam format tertentu (Syaiful, 2004).
Penelitian-penelitian tentang kiai dan politik ini telah banyak dilakukan
oleh para peneliti, seperti Endang Turmudi dengan disertasinya yang berjudul Kiai
dan Perselingkuhan Kekuasaan melakukan kajian terhadap peran sosial politik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

kiai di daerah Jombang Jawa Timur, serta Achmad Patoni dengan penelitiannya
yang berjudul Peran Kiai Pesantren Dalam Partai Politik (Patoni, 2007:16).
Namun, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, tidak ada
yang spesifik menguraikan tentang dinamika peran kiai dalam komunikasi politik.
Maka dari itu, fenomena ini menarik untuk di teliti, karena pada saat ini
para kiai yang berada di Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo ini tidak hentihentinya melakukan komunikasi politiknya di kalangan masyarakat. Di mana
komunikasi politik ini merupakan salah satu fungsi dalam sistem politik yang
paling penting. Komunikasi politik di sini adalah untuk menyalurkan aspirasi dan
kepentingan politik rakyat yang menjadi input sistem politik dan pada waktu yang
sama ia juga akan menyalurkan kebijakan yang diambil atau out put sistem politik
tersebut (Rauf, 1993:3). Melalui komunikasi politik rakyat memberikan
dukungan, menyampaikan aspirasi dan melakukan pengawasan terhadap sistem
politik. Melalui itu pula masyarakat mengetahui apakah dukungan, aspirasi dan
pengawasan itu tersalur atau tidak sebagaimana dapat mereka simpulkan dari
berbagai kebijakan politik yang diambil.
Aktivitas komunikasi politik kiai ini biasanya dilakukan melalui dakwah
dan pengajian-pengajian umum yang dilaksanakan oleh Kiai As’ad Syamsul
Arifin, di berbagai tempat. Komunikasi politik yang sering dilakukan oleh Kiai
As’ad Syamsul Arifin adalah pada saat pengajian rutin hari Senin malam selasa
yang diadakan dihalaman Pondok Pesantren Wali Songo Kecamatan Panji,
Kabupaten Situbondo. Di mana dalam pertemuan tersebut selalu mendatangkan
figur kiai yang agendanya adalah untuk menggalang kekuatan politik Islam serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

membangun masyarakat yang madani. Artinya melalui forum tersebut para kiai
mencoba untuk menggalang dukungan serta membangun kekuatan politiknya.
Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian terhadap peran
komunikasi politik kiai tersebut. Adapun yang menjadi ketertarikan dalam
melakukan penelitian ini juga adalah apakah dalam diri masyarakat khususnya
yang berada/tinggal dalam lingkungan para kiai ini, akan selalu patuh atau
menganggap kiai sebagai pemimpin agama atau hanya sekedar tokoh yang
terjerembab dalam lubang kekuasaan politik. Di samping itu juga, peneliti
melakukan penelitian ini juga untuk mengetahui kinerja atau peran kiai dalam
komunikasi politik, serta menelaah bagaimana masyarakat Kabupaten Situbondo
yang dulunya sangat patuh terhadap kiainya akan tercermin sampai saat sekarang
ini. Adapun yang menjadi kata kunci dalam penelitian ini adalah Kiai dan
Komunikasi Politik.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana komunikasi politik Kiai Cholil
As’ad Syamsul Arifin dalam penyampaian pesan politik pada saat Pemilihan
Kepala Daerah Jawa Timur Di Kabupaten Situbondo ?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini, adalah untuk mengetahui respon masyarakat terhadap proses
komunikasi politik Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin dalam penyampaian pesan
politik pada saat Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa
komunikasi berkaitan dengan kajian komunikasi politik kiai serta perannya dalam
politik nasional. Khususnya bagi mahasiswa dan pihak jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, hasil penelitian ini
dapat dijadikan stimuli untuk mengkaji lebih jauh mengenai fenomena
komunikasi politik yang berkembang di Indonesia saat ini, serta bagi peneliti
lanjutan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai rujukan atau tambahan
referensi.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberi wawasan
mengenai komunikasi politik bagi masyarakat dan diharapkan bisa memberi
sumbangsi terhadap peranan kiai dalam konteks kehidupan sosial serta dalam
komunikasi politik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Berkaitan dengan penelitian mengenai Komunikasi Politik Kiai Dalam
Penyampaian Pesan Politik Kepada Masyarakat (Studi Deskriptif Kualitatif
Komunikasi Politik Kiai Cholil As’ad Syamsul Arifin Di Kabupaten Situbondo).
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan

dan dapat dijadikan

landasan empiris dalam mengembangkan penelitian ini, antara lain :
1.

Hamidi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 13, No. 1, Januari-Juni 2010, Guru
Besar

pada

Fakultas

Muhammadiyah

Ilmu

Malang,

di

Sosial

dan

dalam

Ilmu

Politik,

penelitiannya

yang

Universitas
berjudul

“KOMUNIKASI POLITIK DAN PERILAKU PEMIMPIN”.
Warga negara Indonesia dewasa ini di beberapa daerah sudah dan akan
menentukan pilihan,

terlibat

dalam suatu

proses menentukan jalannya

pemerintahan. Pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) merupakan salah
satu aplikasi komunikasi politik. Intensitas komunikasi politik dalam bentuk
pemilihan umum mempunyai sejumlah fungsi bagi warga negara.
Aspirasi apa saja yang hendak disalurkan agar pejabat yang terpilih
kemudian mempunyai kebijakan atau program seperti yang dikehendaki. Melalui
pemilihan umum itulah rakyat juga akan menentukan kepada kandidat atau partai
mana nantinya yang akan memegang tampuk pemerintahan di daerahnya. Di
samping itu pemilihan umum bagi rakyat berfungsi sebagai media pelepasan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

ketegangan emosional dalam mengekspresikan kesetiaan kepada komunitas atau
regim. Karena itu pemilihan umum sebenarnya memiliki dimensi yang terkait erat
dengan kepercayaan, nilai dan harapan rakyat terhadap pemerintah.
Hasil suatu pemilihan umum baik langsung atau tidak, besar atau kecil
selalu mempunyai pengaruh terhadap semua bidang kehidupan setiap warga
negara. Pemilihan umum selain hendak menentukan calon kepala daerah atau
presiden mana nantinya yang akan memerintah, juga memilih anggota badanbadan perwakilan yang memenuhi prinsip-prinsip keterwakilan, akuntabilitas dan
legitimasi. Kepada merekalah warga negara atau pemilih memberikan mandat
yang selanjutnya mereka merumuskan kebijakan, program dan peraturanperaturan
yang nantinya harus ditaati oleh atau mengikat warga negara. Konsekuensinya
adalah pelaksanaan kewajiban dalam meningkatan kesejahteraan, bertambahnya
kecerdasan, penegakan keadilan dan kualitas kemakmuran warga negara yang
secara terencana harus diupayakan oleh pemerintah.
Dengan demikian pemilihan umum bukan hanya sebagai ritual lima
tahunan tanpa memiliki arti penting bagi upaya peningkatan kualitas kehidupan.
Kesadaran dan pengetahuan mayoritas warga negara pemberi suara terhadap
esensimakna pemilihan umumbahwawarga negara sebenarnya menyerahkan
nasibnya kepada sejumlah orang belum memadai, sehingga belum betulbetul
terpilih putra-putra bangsa yang cerdas, amanah, komunikatif dan berakhlak
terpuji.
Beberapa pemilu yang pernah dilaksanakan oleh bangsa ini baik secara
nasional maupun lokal sebagai salah satu bentuk komunikasi politik telah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

melahirkan wakil-wakil rakyat dan pejabat pemerintahan yang masih banyak
mengundang ekspresi publik berupa kritik, koreksi dan ketidakpuasan yang cukup
berarti, karena para penyelenggara negara masih terlalu sibuk mempertahankan
kekuasaan yangtercermin darikeputusan-keputusan yanglemah rasionalitasnya
bagi tercapainya proses kemajuan bangsa. Penanggulangan krisis dalam berbagai
bidang kehidupan masih sedang bergumul melawan pernyataan-pernyataan dan
praktik-praktik korupsi, baik dalam bentuk persekongkolan antarkelompok
maupun kolusi internal dalam satu kelompok, baik yang secara terang-terangan
maupun yang tersembunyi. Di samping itu pelaksanaan pemilu masih melahirkan
sumber daya pemimpin dan kepemimpinan yang masih rendah baik secara
intelektualmaupunmoral,

sehinggamasih

seringmelahirkan

sikapsikap

dan

keputusan-keputusan dan perilaku politik yang sifatnya tidak terbuka, manipulatif,
tidak jelas orientasi publiknya.

2.

Lely Arrianie, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 3, No. 5, Juni 2010, Dosen Ilmu
Komunikasi (FISIP) Universitas Bengkulu, di dalam penelitiannya yang
berjudul “Panggung Politik dan Komunikasi Politik DPR RI Periode 19992004”.
Suasana reformasi telah memberikan dampak luar biasa terutama dalam

kehidupan perpolitikan di tanah air. Kebungkaman yang terbelenggu selama tiga
puluh dua tahun pemerintahan Orde Baru yang represif terlepas sudah, dari rakyat
secara pribadi, kelompok kepentingan serta organisasi massa, pemuda mahasiswa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

maupun organisasi partai politik serta merta meneriakkan aspirasi, tuntutan dan
agenda mereka ke panggung-panggung politik.
Asosiasi Parlemen Indonesia (API) melaporkan melalui Panduan Parlemen
Indonesia bahwa, fenomena yang terlihat dari banyaknya tuntutan masyarakat
yang diajukan ke dewan tidak terlepas dari langkah awal demokratisasi di
Indonesia. Pemilu 1999 yang relatif dianggap sebagai pemilu paling fair
sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia setelah pemilu 1955, dan dianggap telah
melahirkan institusi pemerintahan paling legitimate.
Kehadiran politisi di panggung politik DPR RI juga di apresiasi dengan
beragam argumen, sama seperti politisi lain yang manggung di panggung politik
di daerah-daerah, wajah-wajah baru menghiasi teater politik dan melakonkan
adegan politik dengan intensitas dan kegamangan politik yang beragam pula.
Sementara rakyat menanti hasil kerja mereka dengan antusiasme yang
relatif besar, banyaknya aspirasi dan tingginya ekspektasi rakyat terhadap dewan
merefleksikan peran lembaga legislatif sebagai dokter ahli yang harus dapat
segera menyembuhkan berbagai macam penyakit pasien. Tingginya ekspektasi
rakyat tentu harus diimbangi dengan kinerja anggota dewan yang perlu di dukung
oleh para experts, yang terdiri atas para peneliti yang handal dalam bidangnya,
karena anggota dewan bukanlah kumpulan orang yang serba tahu, yang selalu
menguasai seluruh permasalahan rakyat, pemerintahan dan kenegaraan (Panduan
Parlemen Indonesia, 2001:476).
Di sisi lain, berdasarkan hasil penelitian tergambar bahwa harapan rakyat
terhadap anggota dewan ternyata telah diapresiasi secara berlebihan oleh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

kebanyakan anggota dewan. Tampilan politisi yang memukau tidak hanya
diperlihatkan dengan simbol keanggotaan yang serba memukau pula, bahkan
Tamrin Amal Tamagola dari Universitas Indonesia pernah menyatakan bahwa:
“Dengan berjalannya waktu politisi profesional membentuk suatu kelompok
eksklusif mulai dari bahan pembicaraan yang diangkat, jenis kendaraan yang
digunakan, jenis koran yang dibaca, membuat peryataan tidak hanya politik tapi
juga sosial budaya.” Jadi mereka bahkan bukan tidak dianggap menguasai seluruh
permasalahan rakyat melainkan merekalah yang menganggap bahwa mereka
memang lebih tahu semua permasalahan rakyat. Jadi ada sejenis perasaan
narsisme yang dipagut oleh sebagian besar anggota dewan di berbagai pelosok
tanah air.
Apa yang diungkapkan itu, muncul dari pengamatan panjang mengikuti
perjalanan politisi sampai ke ranah pinggiran, tidak hanya di panggung depan tapi
juga di panggung belakang. Bahkan peneliti menemukan panggung tengah
sebagai

sarana

komunikasi

politik

politisi

yang

dipertukarkan dengan

komunikator politik atau pelaku komunikasi politik lainnya.
Artikel ini adalah cuplikan hasil penelitian untuk disertasi penulis di
Program Doktor Universitas Padjajaran tahun 2006. Untuk keperluan penelitian,
nama-nama narasumber yang diwawancarai sengaja disamarkan dengan nama
lain. Penelitian ini dilakukan sepanjang tahun 2003 sampai menjelang pergantian
anggota dewan tahun 2004, dengan mengobservasi, mengamati dan sekaligus
mewawancarai para politisi DPR dan politisi representasi parpol di parlemen yang
terlibat langsung dalam penyampaian pesan-pesan politik di DPR RI, para

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

profesional pemerintahan dan pengamat politik, para aktivis dan para jurnalis dan
kelompok masyarakat yang sehari-hari terlibat dalam proses komunikasi politik di
DPR RI secara langsung maupun tidak langsung.
Ternyata di DPR tidak ada satu model komunikasi politik teoritis apapun
yang diterapkan. Komunikasi politik terjadi di DPR dan dilakukan oleh politisi
masih sering didominasi oleh pemimpin, suasana komunikasi politik penuh intrik
juga masih kentara dan sangat acak namun tidak mengikuti gaya komunikasi
model Laswell yang populer dengan model liniernya. Melainkan lebih bersifat,
interaksional dan transaksional, meski kadangkala juga menimbulkan persepsi
yang keliru bagi peserta komunikasinya.
Meski menurut Novel Ali (1999:133) seharusnya; kajian aras praksis
komunikasi politik itu seharusnya tidak lagi bermuara dari konsep ilmuwan politik
Harold Laswell (1948), ketika ia bermaksud menjelaskan tindakan komunikasi.
Kini komunikasi politik tidak lagi berkaitan dengan proses “Who says what, whit
what channel to whom with what effect” (siapa mengatakan apa, dengan saluran
apa, kepada siapa dan dengan akibat apa), tetapi komunikasi politik itu lebih
bermuara sharing (berbagi) simbol, gagasan, maksud, kepentingan dan sebagainya
diantara sejumlah pihak. Itulah sebabnya Dan Nimmo (1989) menguraikan
cakupan komunikasi politik terdiri atas unsur komunikator politik, pesan politik,
media politik dan akibat-akibat komunikasi politik.
Menurut pengamatan peneliti, bisa saja model komunikasi politik itu
dikembangkan dengan model yang lebih bermakna sehingga sesuai dengan fungsi
yang melekat pada setiap politisi baik yang berangkat dari fungsi parpol yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

mengusungnya yaitu; pendidikan politik, rekruitmen pemimpin dan agregasi
kepentingan rakyat serta sejumlah hak yang melekat kepada mereka yang
didukung secara kelembagaan dapat memberikan pembelajaran politik yang
memadai kepada rakyat dengan melihat bukan pada siapa yang berbicara, tapi
melihat simbol (content) apa yang dibicarakan.
Prakteknya yang ternyata terjadi dan berlaku di Indonesia memang masih
berkisar dan bergulir di seputar prinsip yang sama dari waktu ke waktu. Novel Ali
menamakannya dengan “ketimpangan komunikasi politik di Indonesia.” Disinilah
dapat peneliti lihat bahwa dari waktu ke waktu kita masih menyaksikan
bagaimana komunikator politik, baik politisi, profesional maupun aktivis selalu
mengidentikkan suatu pesan politik apakah akan dipersepsi sama apabila ia tahu
siapa yang berbicara apa yang ia bicarakan dan dalam konteks apa. Karena itulah
maka pada rapat yang dihadiri oleh pucuk pimpinan suatu lembaga atau
departemen bisanya rapat atau sidang di DPR selalu akan lebih ramai
dibandingkan dengan rapat yang digelar dan dihadiri oleh pimpinan setingkat
direktur.
Meski demikian nampak juga bahwa effek yang timbul dalam komunikasi
politik itu sedikit bergeser. Satu pesan bisa dipersepsi sama oleh pelaku
komunikasi yang sama tapi juga bisa dipersepsikan berbeda meski oleh pelaku
komunikasi yang sama. Sama disini maksudnya, kesamaan dalam kelompok
partai misalnya. Sehingga muncul pula preposisi bahwa satu partai bisa beda
pendapat dan beda partai bisa satu pendapat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Komunikasi
Pengertian komunikasi dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal
mengandung kesamaan makna antara kedua belah pihak yang terlibat. Dikatakan
minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya berupa informatif, yakni agar
orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
dan yang lain-lain.
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan
politik sudah disadari oleh cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan
tahun sebelum masehi. Akan tetapi studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika
dalam lingkungan kecil. Baru pada pengalaman abad ke-20 , ketika dunia
dirasakan semakin kecil akibat revolusi perdagangan dan sebagainya, dan
pesatnya penemuan-penemuan, maka secara perlahan mulai disadari pentingnya
komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan menjadi ilmu. Dari sekian banyak ahliahli yang menaruh minat pada komunikasi adalah Carl Hovland, menurutnya ilmu
komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Effendy,
1995 : 10).
Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan obyek studi
ilmu

komunikasi

bukan

saja

penyampaian

informasi,

melainkan

juga

pembentukan pendapat umum (Public Opinion) dan sikap publik (Public attitude)
yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian
komunikasi sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (Communication is the process to modify the
behavior of the other individuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang
komunikatif seperti diuraikan diatas untuk memahami pengertian komunikasi
sehingga dapat dilancarkan secara efektif. Para peminat komunikasi seringkali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya
“The Structure And Function Communication In society”. Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
sebagai berikut : Who Says What In Which Channel In Whom With What Channel
To Whom Why Effect ?.
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5
unsur sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan , yakni :
1. Komunikator (Communicator, Source, Sender)
2. Pesan ( Message )
3. Media ( Channel, Media )
4. Komunikan ( Communicant, Receiver)
5. Efek/ Effect ( Impact, Influence )
Jadi

berdasarkan

paradigma

tersebut,

komunikasi

adalah

proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1995 : 10 ).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang (Komunikator). Pikiran bisa merupakan gagasan informasi opini dan
lain-lain yang muncul dari dalam benaknya. Komunikasi akan berhasil apabila
pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya
komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran perasaan tidak
terkontrol. Pikiran dan perasaan yang akan disampaikan itu dinamakan Picture in
our head oleh Walter Lippman. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana agar
“Gambaran dalam benak” dan “Isi kesadaran” pada komunikator itu dapat
dimengerti, diterima, bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 1995 : 11).
Adapun beberapa definisi komunikasi menurut para pakar, sebagai berikut
1. Komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa,
dengan cara apa, kepada siapa, dengan efek apa (Lasswell)
2. Komunikasi adalah proses dimana seorang individu atau komunikator
mengoperkan stimulant biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal
maupun non-verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl
Hovland)
3. Komunikasi adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau
emosi dari seseorang kepada orang lain terutama melalui smbol-simbol
(Theodorson dan Thedorson)
4. Kommunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide-ide dan sikap
seseorang kepada orang lain (Edwin Emery)
5. Komunikasi adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara
sesama manusia (Delton E, Mc Farlan)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

6. Komunikasi adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan / lambang