ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN DI PT. SEMESTA RAYA ABADI JAYA, GRESIK.

ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN
DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN
DI PT. SEMESTA RAYA ABADI J AYA, GRESIK

SKRIPSI

Oleh :

EDWYN DWI DEFRIANTO
NPM : 1032010034

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN
DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN
DI PT.SEMESTA RAYA ABADI J AYA,GRESIK
Disusun oleh :
EDWYN DWI DEFRIANTO
NPM : 1032010034
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 23 Desember 2014
Tim Penguji :
1.

Pembimbing :
1.

Ir. Budi Santoso, MMT
NIP. 19561205 198703 1 001
2.


Ir. Nisa Masruroh, MT
NIP. 19630125 198803 2 001
2.

Ir. Sumiati, MT
NIP. 19601213 199103 2 001

Farida Pulansari, ST, MT
NIP.37902 090 201 1

Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Surabaya

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


SKRIPSI
ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN
DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN
DI PT.SEMESTA RAYA ABADI J AYA,GRESIK
Disusun oleh :
EDWYN DWI DEFRIANTO
NPM : 1032010034
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 23 Desember 2014

Tim Penguji :
1.

Pembimbing :
1.

Ir. Budi Santoso, MMT

NIP. 19561205 198703 1 001
2.

Ir. Nisa Masruroh, MT
NIP. 19630125 198803 2 001
2.

Ir. Sumiati, MT
NIP. 19601213 199103 2 001

Farida Pulansari, ST, MT
NIP.37902 090 201 1

Mengetahui
Ketua J urusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Surabaya

Dr. Ir. Minto Waluyo, MM

NIP. 19611130 199003 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
berkenan memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :
ANALISI KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN
DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN
DI PT.SEMESTA RAYA ABADI J AYA
Penyusunan tugas akhir

ini guna memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Ir Minto Waluyo, MM, selaku Ketua Program Studi Tenik Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu. Ir Nisa Masruroh, MT, selaku Dosen Pembimbing I.
5. Ibu Farida Pulansari, ST. MT., selaku Dosen Pembimbing II.
6. Bapak Wahyu bagian PPC di PT. Semesta Raya Abadi Jaya yang telah
membantu saya dalam proses pengumpulan data di lapangan.
7. Segenap Karyawan PT. Semesta Raya Abadi Jaya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya selama penulis melaksanakan
penelitian.
8. Orangtua tercinta yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materi
kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan balasan atas amal perbuatan
dan segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis
berharap semoga hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini banyak
bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya.

Surabaya,2 November 2014
Penulis

Edwyn Dwi Defrianto
NPM: 1032010034

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
LEMBAR J UDUL

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ………………..……………………………………...

iii

DAFTAR ISI ………………..……………………………………………..…

v

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………

iix

ABSTRAKSI ………………..……………………………………………..…

i

BAB I

1


BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah ………………………………

1

1.2

Perumusan Masalah ………….. ……………………...

2

1.3


Batasan Masalah ……………………….……………..

2

1.4

Asumsi ………………………….………………….....

3

1.5

Tujuan ………………………………………………...

3

1.6

Manfaat Penelitian …………………………………....


3

1.7

Sistematika Penulisan ………………………………...

4

TINJ AUAN PUSTAKA

6

2.1

Kualitas…………… …………………………………...

6

2.2

Pengendalian kualitas ………………………………….

8

2.3

Six sigma……………..…………………………………..

11

2.4

Penentuan Kapabilitas……….…………………………

16

2.5

DMAIC…………………………………………………

25

2.5.1 Define(Merumuskan)…………………………...

25

2.5.2 Measure(Mengukur)……………………………

26

2.5.3 Analyse(Menganalisa)………………………….

27

2.5.4 improve(Memperbaiki)………………………..

29

2.5.5 control(Mengendalikan)………………………..

31

2.6

Seven tools…………………………………….……………

32

2.7

Brainstroming………………………………………

38

2.8

Metode Kaizen…………………………………………

39

2.9

Peneliti Terdahulu…………………………………….

45

METODOLOGI PENELITIAN

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

48

BAB IV

BAB V

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian ………………………...

48

3.2

Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ……....

48

3.2.1 Identifikasi Variabel............. …………………

48

3.2.2 Definisi operasinal variabel..............……….....

49

3.3

Metode Pengumpulan Data …………………………...

50

3.4

Metode Pengolahan Data………………………….......

51

3.5

Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah

53

HASIL DAN PEMBAHASAN

59

4.1

Jumlah Produksi dan Defect……….……………….....

59

4.2

Define………………………………………………..

60

4.3

Measure...........................…….....................................

61

4.4

Analyse…………………………….…………………

65

4.5

Improve…………………. …………………………….

68

KESIMPULAN DAN SARAN

106

5.1

Kesimpulan ……...........................................................

74

5.2

Saran …….....................................................................

75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN
DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN
DI PT.SEMESTA RAYA ABADI J AYA,GRESIK
EdwynDwiDefr ianto
JurusanTeknikIndustri
FakultasTeknologiIndustri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur
Jl. RungkutMadya Surabaya 60294
Email :edwyndwi20@gmail.com
Abstraksi
Penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan gelas
kaca PT. Semesta Raya Abadi Jaya, yaitu sering terjadinya produk cacat atau
defect.Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibuatlah penelitian ini dengan
menggunakan metode DMAIC dan kaizen. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui faktor –faktor penyebab defect dan memberikan usulan perbaikan untuk
menurunkan defect. Data dari penelitian ini diambil berdasarkan jumlah defect
selama bulan Januari 2014 – Juni 2014. Dan objek dalam penelitian ini adalah gelas
kaca tipe crown. Variabel-variabel yang digunakan terbagi menjadi 3 variabel bebas,
antara lain data produksi, data kecacatan, jenis kecacatan. Sedangkan variabel
terikatnya adalah peningkatan kualitas. Dengan pendekatan DMAIC kemudian
dilakukan pengendalian dengan menganalisa penyebab kecacatan dengan fishbone
diagram didapat faktor faktor penyebab defect ada 5 faktor yaitu faktor manusia,
faktor mesin, faktor metode, faktor material,dan faktor lingkungan dan berdasarkan
pengolahan data didapat defect paling banyak terjadi pada bulan januari dan CTQ
paling banyak defect adalah Gupil.dan nilai DPMO paling besar tedapat pada bulan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

februari yaitu 2,111 yang dikonversikan kenilai sigma sebesar 4,3611 dan usulan
perbaikan untuk menurunkan defect adalah kaizen five M checklist dan kaizen five
step plan.
Kata Kunci :CTQ, DPMO, Six Sigma, DMAIC, Kaizen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISIS KUALITAS PRODUK GELAS KACA CROWN
DENGAN METODE DMAIC DAN KAIZEN
DI PT.SEMESTA RAYA ABADI J AYA,GRESIK
EdwynDwiDefr ianto
JurusanTeknikIndustri
FakultasTeknologiIndustri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur
Jl. RungkutMadya Surabaya 60294
Email :edwyndwi20@gmail.com
Abstrack
This research was made based on the existing problems in the glass company
PT. Abadi Jaya Raya universe, namely the frequent occurrence of product defects or
problems it defect.Berdasarkan made this study by using the DMAIC method and
kaizen. The purpose of this study was to determine the factors causing defect and
propose improvements to reduce defects. Data from this study were drawn based on
the number of defects during the month of January 2014 - June 2014. And the object
of this research is a type of crown glass. The variables used are divided into 3
independent variables, including production data, the data of disability, type of
disability.
While the dependent variable is the increase in quality. With DMAIC
approach then be controlled by analyzing the causes of disability with fishbone
diagram obtained factors cause defects there are 5 factors, human factors, factors
machines, factor method, material factors, and environmental factors and based on
the obtained data processing defects occur most commonly in January and CTQ most
defects are Gupil.dan DPMO greatest value artifacts in February that 2,111 were
converted kenilai sigma at 4.3611 and the proposed improvements to reduce the
defect is kaizen kaizen five M checklist and five step plan.
Keywords: CTQ, DPMO, Six Sigma, DMAIC, Kaizen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan keistimewaan dari suatu

produk atau jasa yang dihasilkan dari kemampuan produk atau jasa untuk
memuaskan sebagian atau secara keseluruhan kebutuhan dari konsumen.
Konsumen sebagai pemakai produk semakin kritis dalam memilih atau memakai
produk, keadaan ini mengakibatkan peranan kualitas semakin penting. Berbagai
macam metode dikembangkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang ideal dalam
sebuah proses produksi yaitu zero defect atau tanpa cacat.
PT.Semesta Raya Abadi Jaya adalah perusahaan manufaktur yang
memproduksi berbagai jenis kebutuhan rumah tangga salah satunya gelas dari
bahan kaca yang mampu menghasilkan 102.558 buah gelas selama bulan januari juni, PT.Semesta Raya Abadi Jaya sering mengalami kecacatan dalam
memproduksi gelas kaca dengan jumlah 1061 buah dengan nilai prosentase10,61
%.
Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode
DMAIC. Metode DMAIC digunakan untuk mereduksi defect, serta digunakan
untuk mengukur tingkat kapabilitas proses, dan juga perbaikan untuk mencapai
hasil yang mendekati sempurna.
Metode ini disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian yang
sederhana, dimana di dalam metode six sigma ini terdapat cara penyelesaian
masalah

yaitu:

(menganalisa),

define
improve

(merumuskan),
(meningkatkan/

measure

(mengukur),

memperbaiki),

dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

analyze
control

(Mengendalikan) yang menggabungkan bermacam-macam perangkat statistik
serta pendekatan perbaikan proses lainnya. Sedangkan metode kaizen adalah suatu
metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas produksi atau jasa dengan
cara mengurangi atau menambah alat penunjang sehingga didapatkan hasil yang
maksimal. Adapun alat implementasi kaizen yaitu: kaizen five step plan dan
kaizen M checklist.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Upaya untuk
mengurangi kecacatan Gelas kaca, menggunakan metode DMAIC serta
melakukan perbaikan dengan Metode kaizen di PT. Semesta Raya Abadi Jaya”.

1.3

Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian hanya di lakukan pada produk gelas kaca tipe crown.
2. Data proses produksi dan data kecacatan produk yang diambil pada bulan
Januari 2014 – Juni 2014.
3. Tahap Improve hanya sekedar usulan pada pihak perusahaan.
4. Penelitian tidak memperhitungkan biaya yang ditimbulkan.
5. Tahap control hanya dilakukan oleh perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.4

Asumsi
Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Produksi berjalan normal selama penelitian berlangsung.
2. Karyawan bekerja sesuai dengan Standart Operating Process (SOP) yang
ditetapkan oleh perusahaan.

1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:
1. Mengetahui Nilai Sigma dari gelas kaca crown
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya defect pada pembuatan produk
gelas kaca crown.
3. Memberikan usulan perbaikan agar jumlah defect dapat diminimalkan.
1.6

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
1. Manfaat Bagi perusahaan:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan atau
bahan pertimbangan bagi pihak manajemen produksi khususnya yang berkaitan
dengan pengendalian mutu dan perusahaan dalam pengendalian mutu produk
dan dapat mengetahui kendala-kendala yang dialami pada proses produksi
dengan menggunakan metode DMAIC pada PT. Semesta Raya Abadi Jaya.

2. Manfaat Bagi Universitas:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pertimbangan
ilmu pengetahuan berkaitan dengan pengendalian proses produksi dengan
menggunakan metode DMAIC dan kaizen dan bermanfaat bagi mahasiswa
yang mengadakan penelitian dengan permasalahan yang serupa dan penelitian
lebih lanjut dimasa yang akan datang.
3. Manfaat bagi Mahasiswa
Dapat memenuhi persyaratan kelulusan program pendidikan S1 di UPN
Veteran Jatim dan mengetahui pengunaan teori- teori yang telah diperoleh
selama kuliah di dunia industri dan menambah pengetahuan tentang quality
control pada suatu produk dan pemahaman peneliti terhadap materi-materi
perkuliahan yang telah diperoleh selama ini.

1.7 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah:
BAB I

PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan dan
manfaat tugas akhir, ruang lingkup sistematika penulisan.

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang landasan terori-teori yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian sebagai penunjang untuk mengelolah dan
menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun tidak
langsung yaitu teori tentang DMAIC dan Kaizen.

BAB III

METODE PENELITIAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Bab ini berisikan tentang langkah-langkah dalam melakukan
penelitian, mulai dari lokasi pencarian data, metode pengambilan data,
identifikasi variabel, dan pengolahan data, yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dari penelitian selama pelaksanaan penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang data-data yang telah terkumpul, kemudian diolah
dengan menggunakan metode yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang ada.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan dan saran
mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan
suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun perbaikan bagi pihak
perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas
Menurut Montgomery (2002), ada dua segi umum tentang kualitas yaitu
kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Semua barang dan jasa dihasilkan dalam
berbagai tingkat kualitas. Kualitas rancangan adalah istilah teknik terkait dengan
perbedaan dalam variasi tingkat kualitas yang memang disengaja meliputi jenis
bahan,daya tahan, keandalan, misalnya semua mobil mempunyai tujuan dasar
memberikan angkutan yang aman bagi konsumen, tetapi mobil–mobil berbeda dalam
ukuran, penentuan, rupa, dan penampilan.Perbedaan–perbedaan ini adalah hasil
perbedaan rancangan yang disengaja antara jenis–jenis mobil itu, jenis bahan yang
digunakan dalam pembuatan, daya tahan dalam proses pembuatan, keandalan yang
diperoleh melalui pengembangan teknik mesin dan bagian–bagian penggerak, dan
perlengkapan atau alat-alat yang lain.
Kualitas kecocokan menurut Montgomery (2002) adalah seberapa baik produk
yang sesuai dengan spesifikasi dan kelonggaran yang diisyaratkan oleh rancangan.
Kualitas kecocokan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pemilihan proses
pembuatan, latihan dan pengawasan angkatan kerja, jenis sistem jaminan kualitas
(pengendalian proses, uji, aktivitas pemeriksaan) yang digunakan, seberapa jauh
prosedur jaminan kualitas ini diikuti, dan motivasi angkatan kerja untuk mencapai
kualitas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Berikut ini akan diberikan definisi kualitas menurut beberapa sumber :
Menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Muhtosin Arif (2006:117), arti kata
kualitas dalam The American Society for Quality Control diartikan sebagai totalitas
fitur dan karakteristik produk atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan maupun implisit. Hal ini berarti fitur produk yang
ditawarkan juga menentukan mutu yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen.
Produsen dikatakan telah menyampaikan mutu jika produk atau yang ditawarkannya
sesuai atau melampaui ekspektasi pelanggan.
Pengertian kualitas produk menurut Juran (2004: 40), kualitas produk adalah
kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas lima ciri utama,
yaitu:
a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status
c. Waktu, yaitu kehandalan
d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan
e. Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur
Menurut Nasution (2004:40), Kecocokan dalam menggunakan suatu produk
adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya yang lama, produk
yang

digunakan

akan

meningkatkan

citra

atau

status

konsumen

yang

menggunakannya, produk tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality
assurance) dan sesuai etika bila digunakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Crosby, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah
conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau di
standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas
yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi, dan
produk jadi.
Feigenbaum, dalam M. Nasution (2004: 41), menyatakan bahwa kualitas adalah
kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk
berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu
sesuai dengan apa yang diharapakan konsumen atas suatu produk.
Garvin dan Davis, dalam M. Nasution (2004:41), menyatakan bahwa kualitas
adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga
kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan atau konsumen.
Dari beberapa definisi kualitas diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa kualitas adalah kesesuaian antara produk yang dihasilkan oleh perusahaan
dengan spesifikasi atau permintaan yang diinginkan oleh pelanggan.

2.2 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas menurut Feigebaum (2000) didefinisikan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari pemeriksaan atau pengujian analisis dan tindakan-tindakan
yang harus diambil dengan memanfaatkan kombinasi seluruh peralatan dan teknikteknik, guna mengendalikan kualitas produk dengan ongkos minimal. Dalam istilah
“Kendali Kualitas”, mengandung pengertian bahwa “Kualitas” bukan berarti terbaik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

di dunia industri melainkan kata itu berarti “terbaik dalam memuaskan kebutuhan
pelanggan tertentu”.
Feigenbaum mengemukakan 2 hal penting dari kebutuhan konsumen yaitu
fungsi dan harga produk, dua syarat ini tercemin dalam beberapa kondisi-kondisi
produk, diantaranya :
1. Kondisi Spesifikasi dimensi dan karakteristik.
2. Umur produk dan keandalan.
3. Standar yang relevan.
4. Biaya rekayasa, pembuatan dan mutu.
5. Pembuatan (persyaratan produksi).
6. Fungsi, pemeliharaan dan pemasangan di lapangan.
7. Biaya-biaya operasi dan pemakaian konsumen.
Berdasarkan hal diatas jelaslah kualitas tidak hanya berkaitan dengan mutu
teknis produk, tetapi juga nilai ekonomisnya, sehingga kualitas menjadi faktor dasar
keputusan konsumen dalam produk dan jasa.
Sedangkan menurut Gasperz(2001), tentang pengendalian kualitas adalah:Salah
satu ciri dari pengendalian kualitas modern adalah bahwa di dalamnya terdapat
aktifitas yang berorientasi pada tindakan pencegahan kerusakan, dan bukan berfokus
pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja. Kualitas melalui inspeksi saja tidak
cukup dan hal itu terlalu mahal. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk
melakukan beberapa inspeksi singkat atau audit terhadap produk akhir, tetapi usaha
pengendalian kualitas dari perusahaan seharusnya lebih difokuskan pada tindakan
pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melakukan aktifitas secara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan suatu aktifitas. Dengan
melaksanakan prinsip ini, usaha peningkatan kualitas akan mampu mengurangi
ongkos produksi. Berkaitan dengan hal ini perlu dibangun suatu sistem pengendalian
proses sebagai implementasi dari tindakan prefentif.
Tujuan pelaksanaan pengendalian kualitas adalah :
1. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara effesien
2. Perbaikan hubungan manusia
3. Peningkatan moral karyawan
4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja
Dengan mengarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan diatas akan terjadi
peningkatan produktivitas dan probabilitas usaha. Secara khusus dapat pula
diungkapkan bahwa tujuan pengendalian kualitas adalah :
1. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan
2. Penurunan ongkos kualitas secara keseluruhan
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya terdiri dari 4 langkah yaitu :
1. Menetapkan standar, yaitu standar kualitas biaya, standar kualitas prestasi kerja,
standar kualitas keamanan dan standar kualitas keandalan yang diperlukan untuk
suatu produk
2. Menilai kesesuaian antara produk yang dibuat dengan standar
3. Mengambil tindakan bila diperlukan, yaitu mencari penyebab timbulnya masalah
dan mencari pemecahan masalah
4. Perencanaan peningkatan, berupa pengembangan usaha-usaha yang continue untuk
memperbaiki standar-standar biaya, prestasi keamanan dan keandalan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Kegiatan pengendalian kualitas yang menunjang tercapainya standar kualitas
tertentu tersebut, melibatkan unsur–unsur manusia, mesin, peralatan, spesifikasi dan
metode pengujian.
Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang
muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada tujuan yang dicapai. Oleh
karena itu fungsi pengendalaian kualitas ini harus dilaksanakan sebelum maupun
pada saat pekerjaan pembuatan dilakukan.

2.3. Six Sigma
Sigma ( σ ) adalah sebuah abjad yunani yang menotasikan standar deviasi atau
simpangan baku suatu proses. Standar deviasi mengukur varisi atau jumlah
persebaran suatu rata–rata proses. Tingkat kualitas Sigma biasanya juga dipakai untuk
menggambarkan output dari suatu proses, semakin tinggi tingkat Sigma maka
semakin kecil toleransi yang diberikan pada kecacatan, semakin tinggi kapabilitas
proses oleh karena itu semakin baik.
Six Sigma Motorola merupakan suatu metode atau teknik pengendalian
Peningkatan kualitas dramatik yang diterapkan oleh perusahaan motorola sejak tahun
1986, yang merupakan terobosan baru dalam bidang manajemen kualitas. Banyak
ahli manajemen kualitas menyatakan bahwa metode Six Sigma Motorola
dikembangkan dan diterima secara luas oleh dunia industri, karena manajemen
industri frustasi terhadap sistem manajemen kualitas yang ada, yang tidak mampu
melakukan peningkatan kualitas secara dramatik menuju tingkat kegagalan (zero
defect).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Defect adalah kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh
pelanggan, dalam hal ini ada beberapa defect dalam konsep Six Sigma yaitu:
1. Defect Per Opportunity (DPO)
Ukuran kegagalan yang dihitung dalam program peningkatan kualitas Six Sigma,
yang menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan persatu kesempatan, untuk
menghitung menggunakan formula
DPO

=

Banyaknya cacat atau kegagalan yang ditemukan
(Banyaknya unit yang diperiksa x banyaknya kegagalan)
Rumus Defect per opportunity (DPO)…………….. (2.1)

Contoh:
misalnya , dari 500 pesanan yang diterima diketahui bahwa terdapat 12 pesanan
yang dikembalikan dan/ dikeluhkan karena 9 hal defect dengan nilai DPO = 12/
(500 x 9) = 0,002667
2. Defect Per Million Opportunities (DPMO)
Ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, yang
menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan, untuk menghitung menggunakan
formula
DPMO

= DPO x 1.000.000

Rumus Defect Per Million Opportunities (DPMO)…… (2.2)
Selanjutnya jika ingin mengetahui tingkat kegagalan per satu juta kesempatan
(DPMO), dalam Microsoft Excel menggunakan formula berikut :
DPMO

= 1.000.000-normdist (– 1,5 + Nilai Sigma) x 1.000.000

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Pemahaman terhadap DPMO ini sangat penting dalam pengukuran keberhasilan
dalam pengukuran keberhasilan aplikasi penigkatan kualitas Six Sigma.
Sedangkan menurut Gaspersz(2002) Six Sigma merupakan suatu visi
peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO)
untuk setiap transaksi produk (barang dan jasa) upaya giat menuju kesempurnaan
(zero defect).
Hasil–hasil dari peningkatan kualitas dramatik di atas , yang diukur berdasarkan
persentase antara COPQ (cost of poor quality) terhadap penjualan ditunjukkan dalam
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Manfaat Dari Pencapaian Beberapa Tingkat Sigma
COPQ ( Cost of Poor Quality )
Tingkat

DPMO

Pencapaian

(defect per million opportunities)

COPQ

Sigma
1 – sigma

691.462

(sangat tidak kompetitif)

Tidak dapat dihitung

2 – sigma

308.538

(rata–rata industri Indonesia )

Tidak dapat dihitung

3 – sigma

66.807

4 – sigma

6.210

5 – sigma

233

6 – sigma

3,4

25-40% dari penjualan
(rata – rata industri USA)

15-25% dari penjualan
5-15% dari penjualan

(Industri kelas dunia)

< 1% dari penjualan

Setiap peningkatan atau pergeseran 1- sigma akan memberikan peningkatan keuntungan
sekitar 10 % dari penjualan

Sumber :Gaspersz,2002.
Pada dasarnya pelanggan akan puas apabila menerima nilai sebagaimana yang
diharapkan. Apabila produk (barang / jasa) di proses pada tingkat kualitas Six Sigma,
perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan persejuta kesempatan (DPMO) atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

mengharapkan bahwa 99,99% dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam
produk ini. Dengan demikian six sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem
industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok
(industri) dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma yang dicapai, kinerja
sistem industri akan semakin baik.
Six Sigma juga dapat dianggap sebagai strategi terobosan yang memungkinkan
perusahaan melakukan peningkatan luar biasa (dramatic) di tingkat bawah. Six
Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri berfokus pada
pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability).
Six Sigma tidak hanya sekedar metodologi perbaikan saja, melainkan sebuah
sistem manajemen yang bertujuan mengadakan perbaikan yang menguntungkan bagi
semua elemen konsumen, pemegang saham, dan elemen perusahaan itu sendiri,
pengukuran tingkat kapabilitas proses, dan juga perbaikan untuk mencapai hasil yang
mendekati sempurna.
Terdapat 6 aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep Six
Sigma yaitu :
1. Idetifikasi pelanggan
2. Identifikasi Produk
3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan
4. Definisikan Proses
5. Hindari kesalahan dalam proses dan hilangkan semua pemborosan yang ada
6. Tingkatkan proses secara terus – menerus menuju target Six Sigma

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Pendekatan pengendalian proses

6-sigma Motorola (Motorola’s Six Sigma

process control) mengizinkan adanya pergeseran nilai rata-rata (mean) setiap CTQ
individu dari proses industri terhadap nilai spesefikasi target (T) sebesar ± 1,5–
sigma sehingga menghasilkan 3,4 DPMO (defect per million opportunities). Dengan
demikian berdasarkan konsep Six Sigma Motorola, berlaku penyimpangan :(mean–
Target ) = (µ − T ) = ± 1 , 5 σ atau µ = T ± 1,5σ . Disini µ (mu) merupakan nilai
rata–rata (mean) dari proses, sedangkan σ (sigma) merupakan variasi proses.
Proses Six Sigma dengan distribusi normal yang mengizinkan nilai
rata–rata (mean) proses bergeser 1,5–sigma dari nilai spesifikasi target kualitas (T)
yang diinginkan oleh pelanggan, ditunjukkan dalam Gambar 2.1
T
U S L

L S L
- 1 ,5 s ig m a

- 6 s ig m a

- 3 sig m a

- 2 s ig m a

- 1 sig m a

+ 1 ,5 s ig m a

m ean

+

1 s ig m a

+

2 s ig m a

+

3 s ig m a

+ 6 s ig m a

Keterangan : sigma dalam bagan menunjukkan ukuran variasi dari proses yang stabil
mengikuti distribusi normal
Gambar 2.1 Konsep Six sigma Motorola dengan Distribusi Normal
bergeser 1,5–Sigma.
Sumber : Gaspersz,2002.
Konsep Six Sigma Motorola dengan pergeseran nilai rata – rata (mean) dari
proses yang diizinkan sebesar 1,5 –sigma (1,5 x standard deviasi maksimum ) adalah
berbeda dari konsep Six Sigma dalam distribusi normal yang umum dipahami selama

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

ini yang tidak mengizinkan pergeseran dalam nilai rata – rata (mean) dari proses.
Perbedaan itu ditunjukkan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan True 6–Sigma dengan Motorola’s 6–Sigma
True 6 – Sigma Process
(Normal Distribusi Centered)
Batas
Presentase
DPMO
spesifikasi
yang
(kegaglan/
(LSL - USL) memenuhi
cacat per
spessifikasi
sejuta
(LSL - USL)
kesempatan

Motorola’s 6 – Sigma Process
(Normal Distribusi Shifted 1,5 – Sigma )
Batas
Presentase
DPMO
spesifikasi (LSL yang
(kegagalan/
- USL)
memenuhi
cacat per
spesifikasi
sejuta
(LSL-USL)
kesempatan

±1 − sigma 68,27%
± 2 − sigma 95,45%

±1 − sigma
± 2 − sigma
± 3 − sigma
± 4 − sigma
± 5 − sigma
± 6 − sigma

± 3 − sigma
± 4 − sigma

99,73%
99,9937%
99,999943%
99,99999998%

317.300
45.500
2.700
63
0,57
0,002

30,8538%
69,1462%
93,3193%
99,3790%
99,9767%
99,99966%

691.462
308.538
66.807
6.210
233
3,4

± 5 − sigma

± 6 − sigma
Sumber : Gasperz,2002

2.4

Penentuan Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses adalah perangkat untuk mengukur variabilitas yang terdapat

dalam proses manufaktur. Pengukuran kapabilitas meliputi:
Keberhasilan implementasi program peningkatan Six Sigma ditunjukan melalui
peningkatan kapabilitas proses dalam menghasilkan produk menuju tingkat kegagalan
nol (zero defect). Konsep perhitungan kapabilitas proses menjadi sangat penting
untuk dipahami dalam implementasi program Six Sigma. Teknik penentuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

kapabilitas proses yang berhubungan dengan CTQ (critical to quality) untuk data
variabel dan atribut.
Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak dan dalam konteks
pengendalian proses statistika dikenal dua jenis data yaitu :
1. Data atribut ( Attributes Data) merupakan data kualitatif yang dihitung
mengunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan
analisis. Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada
kemasan produk,banyaknya jenis cacat pada produk.
2. Data Variabel (Variables Data) merupakan data kuantitatif yang diukur
menggunakan alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis.
Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk
kayu lapis, berat semen dalam kantong, ukuran-ukuran berat, panjang, lebar,
tinggi, diameter, volume merupakan data variabel.
Adapun pengukuran kapabilitas proses meliputi:
1) Stabilitas, yaitu keadaan di mana data hasil pengukuran dalam keadaan stabil,
suatu kondisi di mana tidak terdapat data berada di luar kendali dan tidak terdapat
sebab-sebab khusus dalam pola data. Jika sebaliknya, maka penyebab harus
dihilangkan agar bisa dilakukan kapabilitas, atau langsung dihitung cacat per
sejuta bagian dan diterjemahkan ke dalam nilai sigma.
2) Normalitas, apabila data diasumsikan berdistribusi normal maka harus dilakukan
uji kenormalan data melalui plot probabilitas dan uji hipotesis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

1 Plot probabilitas, adalah memplot data ke dalam bentuk distribusi komulatif.

Apabila data mengikuti distribusi normal maka ia akan mendekati bentuk garis
linier
2 Uji hipotesis, yaitu pengujian anggapan bahwa data berdistribusi normal.

Pengujian H0: µ = µ0 dan H1: µ ≠ µ0. Penghitungan menggunakan rumus
Z=

x −µ
untuk mendapatkan nilai-P (P-value). Nilai-P adalah peluang untuk
σ

mendapatkan adalah peluang untuk mendapatkan suatu nilai Z sebesar atau
lebih besar daripada Zhitung bila memang µ = µ0. Bila nilai-P lebih besar
daripada galat jenis I maka anggapan awal diterima.
3. Penghitungan nilai indeks kapabilitas, potensial dan aktual. Kapabilitas
potensial adalah variabilitas pada suatu saat dan kapabilitas aktual adalah
variabilitas setiap saat. Indeks kapabilitas:
• Potensial (Cp, Cpk, Cpm)
• Aktual (Pp, Ppk)
Cp dan Pp adalah indeks kapabitas umum, Cpk dan Ppk dilakukan untuk
mengetahui kecenderungan dan lokasi proses. Penghitungan Cpk merupakan
nilai minimum antara indeks CPU dan CPL, yaitu penghitungan rentang salah
satu batas spesifikasi dan rata-rata proses proses (µ) terhadap sebaran proses
(σ).. Sedangkan Cpm menghitung penyimpangan rata-rata proses terhadap
target. Jika nilai Cp = Cpk = Cpm, maka proses dikatakan berada pada target
capable.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

4. Menghitung nilai sigma yang dihasilkan. Dalam metode six sigma, setiap
pengukuran diterjemahkan ke dalam nilai sigma sebagai ukuran performansi.
5. Menghitung jumlah peluang bagian yang berada di luar spesifikasi ke dalam
nilai bagian per sejuta (PPM = part per million).
Adanya peningkatan kapabilitas proses dalam mnghasilkan produk menuju
tingkat kegagalan nol (zero) menunjukkan bahwa pelaksanaan program peningkatan
kualitas six sigma telah berhasil. Oleh karena itu, konsep perhitungan kapabilitas
proses menjadi sangat penting untuk dipahami dan implementasi program six sigma.
Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Berdasarkan data,
kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan mengambil tindakan yang tepat
berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua
jenis data, yaitu data atribut dan data variabel.
1. Penentuan Kapabilitas Proses untuk Data Atr ibut
Data Atribut merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar
pencacahan atau tally untuk keperluan pencacatan dan analisis. Data atribut
bersifat diskrit. Jika suatu catatan hanya merupakan suatu ringkasan atau
klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan persyaratan yang telah ditetapkan.
Contoh data atribut karakteristik kualitas adalah : ketiadaan label pada kemasan
produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis
cacat pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena corelap, dan
lain-lain. Penentuan kapabilitas proses untuk data atribut adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Tabel 2.3: Cara Memperkirakan Kapabilitas Proses untuk Data Atribut
Langkah

Tindakan

Persamaan

1

Proses apa yang ingin anda ketahui?

-

2

Berapa
unit
transaksi
dikerjakan melalui proses?

-

3

Berapa banyak unit transaksi yang
gagal?

4

Hitung tingkat cacat (kesalahan)
berdasarkan pada langkah 3.

5
6

7
8

Hasil Perhitungan
Billing dan charging

yang
1.283
-

145

= (langkah 3) /
(langkah 2)

Tentukan banyaknya CTQ potensial
yang dapat mengakibatkan cacat =banyaknya
(kesalahan)
karakteristik
CTQ
Hitung peluang tingkat cacat
(kesalahan) per karakteristik CTQ
=(langkah4)/
(langkah 5)
Hitung kemungkinan cacat per satu
=(langkah6)x
juta kesempatan (DPMO)
1.000.000

0,113
24

0,004708
4.708

Konversi DPMO (langkah 7) ke
dalam

nilai

sigma

(lihat

tabel

-

4,09 – 4.10

lampiran 5)
9
Buat kesimpulan

Kapabilitas sigma
adalah 4,10 (rata – rata
kinerja industri di
Amerika Serikat)

Catatan : CTQ = critical-to-quality; DPMO = defect per million opportunities
Sumber:Gaspersz,2002.
Contoh CTQ: kesalahan pengisian formulir, ketiadaan bukti-bukti keuangan,
kesalahan pemasukan input ke dalam computer, keterlambatan pemrosesan,dll.
Sedangkan untuk mengukur kinerja sekarang pada tingkat proses, output atau
outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja pada awal proyek six sigma.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Beberapa cara untuk meghitung dan mengekspresikan ukuran-ukuran berbasis
peluang defect, yaitu :
a. Defect per Opportunity (DPO)
Menunjukkan proporsi

defect atas jumlah total peluang dalam sebuah

kelompok.
Total defect
Formula : Tingkat defect =

Total produk
Tingkat defect

Peluang defect =
CTQ
b. Defect per Million Opportunities (DPMO)
Mengindikasikan berapa banyak defect akan muncul jika ada 1 juta peluang.
Formula : DPO x 106
c. Ukuran Sigma
Dengan menerjemahkan ukuran defect – biasanya DPMO – dengan menggunakan
tabel konversi, namun jika nilai DPMO tidak terdapat pada tabel konversi maka
dilakukan interpolasi
2. Penentuan Kapabilitas Proses untuk Data Var iabel
Data variabel merupakan data kuantitatif yang dihitung menggunakan alat
pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data variabel
bersifat kontinyu. Jika suatu catatan dibuatberdasarkan keadaan aktual, diukur
secara langsung, maka karakteristik kualitas yang diukur itu disebut variable.
Contoh data variabel karakteristik kualitas adalah : diameter pipa, ketebalan
produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, konsentrasi elektrolit dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

persen, dll. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tingi, diameter, volume
merupakan variabel.
Teknik penentuan kapabilitas proses untuk data variabel adalah sebagai berikut
a. Menentukan proses yang ingin diukur.
b. Menentukan nilai batas spesifikasi atas dan batas spesifikasi bawah.
c. Menentukan nilai target yang ingin dicapai.
d. Menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi dari proses.
e. Menghitung nilai DPMO, dengan menggunakan formula sebagai berikut :
DPMO = [ P { Z ≥( USL – X-bar ) / S } x 1juta ]

+

[ P { Z ≤( LSL – X-bar ) / S } x 1juta ]
Dimana , USL

(2.1)

: Batas spesifikasi atas

LSL

: Batas spesifikasi bawah

X-bar

: Nilai rata-rata

S

: Standart deviasi

f. Mengkonversikan nilai DPMO kedalam nilai sigma.
g. Menghitung kemampuan proses didalam nilai sigma.
h. Menghitung kapabilitas proses didalam indeks kapabilitas proses, dengan formula
sebagai berikut :
Cpm = (USL – LSL) / {6√X-bar – T)² + S²}
Dimana, Cpm : Indeks kapabilitas proses
T

: Nilai spesifikasi target

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

(2.2)

23

Kriteria (rule of thumb) dari Cpm adalah :
1. Cpm ≥2,00; maka poses dianggap mampu dan kompetitif (perusahaan berkelas
dunia)
2. Cpm antara 1,00-1,99; maka proses dianggap cukup mampu, namun perlu upayaupaya giat untuk peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas dunia
yang memiliki tingkat kegagalan sangat kecil menuju nol (zero defect oriented).
Persusahaan yang memiliki nilai Cpm yang berada diantara 1,00-1,99 memiliki
kesempatan terbaiki dalam melakukan program peningkatan kualitas Six sigma.
3. Cpm < 1,00; maka proses dianggap tidak mampu dan tidak kompetitif untuk
bersaing dipasar global.
Beberapa keuntungan penggunaan indeks Cpm menurut Gasperz (2002) :
a. Indeks Cpm dapat diterapkan pada suatu interval spesifikasi yang tidak simetris
(asymetrical spesification interval), dimana nilai spesifikasi target kualitas (T)
tidak berada tepat ditengah nilai USL dan LSL.
b. Indeks Cpm dapat dihitung untuk type distribusi apa saja, tidak mensyaratkan data
harus berdistribusi normal.
Bersamaan dengan penggunaan indeks Cpm, juga digunakan indeks Cpmk
yang mengukur tingkat pada mana output proses itu berada dalam batas-batas
toleransi (batas-batas spesifikasi atas dan bawah, USL dan LSL) yang diinginkan oleh
pelanggan. Indeks Cpmk dapat dihitung dengan menggunakan formula :
Cpmk = Cpk / √1 + {(X-bar – T) / S}²

(2.3)

Dimana, Cpk = minimum {(X-bar – LSL) / 3S ; (USL – X-bar) / 3S}

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

(2.4)

24

Menurut Gasperz (2002) Kriteria (rule of thumb) dari indeks Cpmk :
1. Cpmk ≥ 2,00; maka proses dianggap mampu memenuhi batas-batas toleransi
(batas spesifikasi bawah dan atas, LSL dan USL) dan kompetitif (perusahaan
berkelas dunia)
2. Cpmk antara 1,00 dan 1,99; maka proses dianggap cukup mampu, namun perlu
upaya-upaya giat untuk peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas
dunia yang memiliki tingkat kegagalan sangat kecil menuju nol (zero defect
oriented). Dalam hal ini proses harus disesuaikan terus-menerus agar mendekat
kenilai spesifikasi target kualitas (T). Perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai
Cpmk yang berada diantara 1,00-1,99 memiliki kesempatan terbaik dalam
melakukan program peningkatan kualitas Six Sigma.
3. Cpmk < 1,00; maka proses dianggap tidak mampu memenuhi batas-batas toleransi
(batas spesifikasi atas dan bawah, USL dan LSL) dan tidak kompetitif untuk
bersaing dipasar global.

2.5

DMAIC(Define, Measure, Analyze, Improve ,Control)
DMAIC menurut Gasperz (2002) merupakan proses untuk peningkatan terus–

menerus menuju target Six Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan
ilmu pengetahuan dan fakta. Proses ini menghilangkan langkah–langkah proses yang
tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran–pengukuran baru, dan menetapkan
teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target Six Sigma.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

DEFINE
CONTROL

MEASURE

IMPROVE

ANALYSE

(Sumber:Gaspersz,2002).
2.5.1 Define (Mer umuskan)
Merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan kualitas
Six Sigma. Pada tahap ini, yang paling penting untuk dilakukan adalah:
1. Kriteria Pemilihan Six Sigma
Pemilihan proyek Six Sigma adalah prioritas, artinya kita harus menetapkan
prioritas utama tentang masalah–masalah dan / atau kesempatan–kesempatan
peningkatan kualitas mana yang akan ditangani terlebih dahulu.
2. Pernyataan Tujuan Six Sigma
Pernyataan tujuan proyek harus ditetapkan untuk setiap proyek Six Sigma yang
terpilih. Pernyataan tujuan yang benar adalah apabila mengikuti prinsip SMART
sebagai berikut :
a. Spesific: Tujuan peningkatan kualitas Six Sigma bersifat spesifik.
b. Measureable: Tujuan peningkatan kualitas Six Sigma harus dapat diukur
menggunakan

indikator

pengukuran

yang

tepat

guna

mengevaluasi

keberhasilan, peninjauan ulang dan tindakan perbaikan di waktu mendatang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

c. Achiveable: Tujuan peningkatan kualitas Six Sigma harus dapat dicapai.
d. Result–Oriented: Tujuan peningkatan kualitas Six Sigma harus berfokus pada
hasil – hasil berupa pencapaian target – target kualitas yang ditetapkan.
e. Time–Bound: Tujuan peningkatan kualitas Six Sigma harus menetapkan batas
waktu pencapaian tujuan itu dan tepat waktu.

2.5.2 Measure (Mengukur )
Tahap ini merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Terdapat 3 hal pokok yang harus dilakukan dalam tahap Measure,
yaitu :
1. Menetapkan karakteristik kualitas (CTQ) kunci yang berhubungan langsung
dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.
2. Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data
Pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan dengan menggunakan data
variabel dan data atribut :
a. Data Variabel : data kuantitatif yang diukur dengan menggunakan alat
pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis.
b. Data Atribut : data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar pencacahan
atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis.
3. Mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses, output dan
atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja (performance baseline)
pada awal obyek penelitian Six Sigma.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Oleh karena proyek–proyek peningkatan kualitas Six Sigma yang ditetapkan
akan berfokus kepada upaya–upaya dalam peningkatan kualitas menuju kegagalan
nol (zero defect), maka kita harus mengetahui tingkat kinerja yang sekarang (current
performance) atau dalam terminologi Six Sigma disebut sebagai baseline kinerja.
Baseline kinerja dalam proyek Six Sigma biasanya ditetapkan menggunakan satuan
pengukuran

Defects Per Millon Opportunities (DPMO) atau tingkat kapabilitas

sigma (sigma level).

2.5.3 Analyze (Menganalisa)
Analyze merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Pada tahap ini, perlu dilakukan beberapa hal berikut :
1. Menganalisa kapabilitas