DESKRIPSI CAMPUR KODE DALAM MAJALAH OTO TREND EDISI BULAN MARET 2013 Deskripsi Campur Kode Dalam Majalah Oto Trend Edisi Bulan Maret 2013.

DESKRIPSI CAMPUR KODE DALAM MAJALAH OTO TREND
EDISI BULAN MARET 2013

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Oleh:
Tutus Aris Subekti
A 310 090 138
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1-Pabelan, Kartasura Telp (0271) 717417 Fax : 715448 Surakarta 57102


Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :
Nama

: Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum

NIP/NIK

: 472

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa :
Nama

: TUTUS ARIS SUBEKTI

NIM

: A 310 090 047


Program Studi

: PBSID

Judul Skripsi

: DESKRIPSI CAMPUR KODE DALAM MAJALAH
OTO TREND EDISI BULAN MARET 2013

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 30 Oktober 2013
Pembimbing,

Dra. Atiqa Sabardila, M.Hum
NIP/NIK.472

DESKRIPSI CAMPUR KODE DALAM MAJALAH OTO TREND EDISI

BULAN MARET 2013

Tutus Aris Subekti
A310090138
[email protected]
Mulyaharjo Rt 03/ Rw 05 Jepara
Fakultas Keguruan Dan Ilmu pendididkan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jalan A. Yani Tromol Pos1 Surakarta 57102
Telp. 0271-717417 psw327

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Mengidentifikasi wujud
campur kode majalah oto trend. 2) Memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi
adanya campur kode pada majalah oto trend edisi bulan maret 2013.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik simak
catat. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
padan dan agih.
Adapun bentuk campur kode pada majalah oto trend edisi bulan Maret 2013
terdiri dari bahasa gaul anak muda sekarang. Bahasa gaul dengan berbagai macam

bahasa, yaitu ragam bahasa formal atau Indonesia, daerah, dan asing.
Hasil peelitian terdapat 3 data yang termasuk campur kode kata benda, 5
campur kode kata sifat, 13 campur kode keterangan, 12 campur kode frasa verba,
2 campur kode frasa nominal. Jadi, keseluruhan data yang diperoleh berjumlah 35
data yang dianggap mewakili keseluruhan data yang ada.

Kata Kunci: campur kode, majalah oto trend

1

PENDAHULUAN
Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling membutuhkan satu sama
yang lainnya, interaksi sosial merupakan suatu hal yang harus di lakukan manusia
dalam menjalani hidup di dunia. Dengan berinterakasi dengan baik dan benar
maka manausia akan menemukan arti kehidupan di dunia. Bahasa merupakan alat
yang penting untuk melakukan interaksi tersebut, interaksi yang berupa pengertian
apa yang harus kita lakuan, jalani, dan pahami antar interaksi lawan pembicara.
Dengan adanya bahasa yang baik dan benar, manusia akan mendapatkan
pemahaman yang lebih jelas. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan
untuk berinterakasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa memiliki peran

penting bagi kehidupan manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak
hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bahasa juga diperlukan
untuk menjalankan segala aktivitas hudup manusia. Seperti penelitian,
pentuluhan, pemberitaaan bahkan untuk menyampaikan pikiran, pandangan serta
perasaan. Bidang-bidang ilmu pengetahuan yang lainnya rupanya jaga
memerlukan

peran

bahasa.

Karena

dengan

bahasa,

manusia

mampu


mengkomunikasikan segala hal. Bahasa mungkin bukan satu-satunya alat
komunukasi manusia, selain juga dikenal isyarat, aneka simbol, kode, bunyi,
semua itu akan bermakna setelah diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat di
mengerti manusia.
Berbahasa yang baik dan benar seperti dianjurkan pemerintah bukanlah
berati selalu menggunakan bahasa yang baku atau bahasa resmi dalam setiap
kesempatan, waktu, dan tempat; melainkan harus menggunakan satu ragam
bahasa tertentu yang sesuai dengan fungsi ragam tersebut untuk satu situasi dan
keperluan tertentu. Dalam keperluan dan situasi resmi , seperti dalam pendidikan
di sekolah, dalam rapat dinas, haruslah menggunakan ragam bahasa baku atau
ragam bahasa resmi. Tetapi untuk keperluan dan situasi tidak resmi, seperti
percakapan keluarga, percakapan antar teman akrab, dan surat-nenyurat pribadi
tidaklah perlu menggunakan ragam bahasa baku itu; malah sebaliknya harus
digunakan salah satu raga bahasa non baku.

2

Dalam masyarakat tutur tertentu dalam budaya atau kelompok tertentu,
terutama yang mengenal tingkatan sosial bahasa, ada alih kode yang terjadi tidak

secara dramatis atau tidak sesuai dengan bahasa resmi yng dianjurkan pemerintah.
Dalam masyarakat tutur bahasa Jawa, seperti dilaporkan Soewito dalam (Abdul
Chaer dan Leonie Agustina,1995:150) lazim terjadi, umpamanya, kalau remaja
Jawa, putra dan putri baru pertama kali bertemu dan berkenalan, mula-mula kedua
pihak menggunaan bahasa krama inggil. Kemudian sesudah berkenalan keduanya
bertambah akrab, maka mereka akan beralih kode ke ragam Madya, atau sepotong
krama. Kata sapaan yang digunakan menjadi tidak jelas biasanya hanya
“berkonon-konoan aja.
Berbicara mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan
mengenai campur kode. Kedua peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat
bilingual atau masyarakat tertentu ini mempunyai kesamaan yang besar, sehingga
seringkali sukar dibedakan dalam pemahaman anatara campur kodw dan alih
kode. Seperti yang di katakan oleh Malah Hill dan Hill dalam (Abdul Chaer dan
Leonie Agustina,1995:151) dalam penilitian mereka mengenai masyarakat
bilingual Spanyol dan Nahuatl di kelompok Indian Meksiko, mengatakan bahwa
tidak ada harapan untuk dapat membedakan antara ailih kode dan campur kode.
Kesamaan yang ada antara alih kode dan campur kode adalah digunakanya
dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam masyarakat tutur.
Banyak ragam pendapat mengenai beda keduanya. Namun, yang jelas, kalau
dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih

memiliki fungsi otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar dan sengaja
dengan sebab-sebab tertentu seperti yang sudah dibicarakan di atas. Sedangkan
dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan
memiliki fungsi otonominya, sedangkan kode-kode yang lain terlibat peristiwa
tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau
keotonomian sebagai sebuah kode.
Thelander 1976 dalam (Abdul Chaer dan Leonie Agustina,1995:152)
mecoba menjelaskan perbedaan alih kode dan campur kode. Katanya , biala di

3

dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke
klausa bahasa lain , maka peristiwa terjadi adalah alih kode. Tetapi apabila di
dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan
terdiri dari dari klausa dan frase campuran, dan masing-masing klausa atau frase
tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah
campur kode. Fasold 1984 dalam (Abdul Chaer dan Leonie Agustina,1995:150)
dalam menawarkan kriteria gramatial untuk membedaan campur kode dari alih
kode. Kalau seorang menggunakan satu kata atau frase dari satu bahasa, dia telah
melakukan campur kode. Tetapi apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur

gramatikal satu bahasa, dan lausa berikutnya disusun menurut struktur gramatika
bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode.
Berdasarkan latar belakang penelitian ini memiliki satu rumusan masalah,
yakni bagaimana deskripsikan campur kode dalam tuturan acara Sentilan-Sentilun
episode Pimpinan Teladan dan Dewan Gadungan?
Sesuai dengan latar belakang masalah, tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan campur kode dalam tuturan acara Sentilan-Sentilun episode
Pimpinan Teladan dan Dewan Gadungan.
Adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi, yakni manfaat teoritis dan
manfaat paktis. Manfaat teoritis adalah diharapkan hasil penelitian ini memperluas
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang campur kode. Sedangkan
manfaat praktisnya adalah dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan
penelitian lain yang meneliti objek yang sama, yakni campur kode.

HASIL DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Asep Yudhi Kristanto (2008) “Campur kode dalam iklan acara di radio RRI
Surakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam bahasa dan
peristiwa campur kode dalam acara di radio RRI Surakarta. Pengunpulan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik simak dan catat. Sampel yang
ditentukan adalah teks atau naskah iklan acara di radio RRI Surakarta. Data yang


4

diperoleh terdiri atas 16 buah judul iklan dengan 232 dialog. Berdasarkan analisis
dapat disimpulkan bahwa ragak bahasa yangt terdapat dalam iklan acara di radio
RRI Surakarta banyak menggunakan ragam informal, penuh dengan improvisasi
yang dikemas dalam bentuk humor. Hal ini tidak terlepas dari faktor sosiokultural
dan sitiasional yang terwujud dalam campur kode serta bentuk-bentuk tinda tutur
unik . adanya penggunaan campur kode terutama campur kode kata
dilatarbelakangi oleh daerah dan budaya penutur dan pendengar serta untuk
menegaskan maksud. Kekhasan ragam bahasa dala iklan acara iklan radio RRI
Surakarta banyak diwarnai dengan permainan kata-kata, penggunaan idean serta
dimunculkannya bentuk pesetan.
Eko Saputra (2011) “Variasi Akronim dan Campur Kode dalam Ribrik
“Kriiing” koran harian Solopos edisi Juni 2011”. Tujuan penelitian ini untuk
memaparkan variasi akronim, campur kode, dan tema dalam Rubrik Kriiing koran
harian Solopos edisi Juni 2011. Data dalam penelitian ini berupa akronim, campur
kode, dan tema dalam Rubrik Kriiing koran harian Solopos. Sumber data
penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung Akronom, Campur kode,
dan menggambarkan tema pada Rubrik Kriiing kloran harian Solopos. Metode

yang digunakan adalah metode Padan. Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini 1) teknik simak, 2)teinik catat. Teknik nyimak pemakaian Akronim , Campur
Kode, dan wujud tema dalam Rubrik Kriiing. Hasil penelitian pertama, terdapat 7
bentuk Akronim yaitu, 1) Pengekalan huruf pertama tiap komponen, 2)
Penyekotan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan, 3) Pengekalan
tiga huruf pertama tiap komponen, 4) Pengekalan huruf pertama dan tiga huruf
pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen ke dua, 5)
Pengekalan huruf pertama tiap komponen dengan pelesapan konjungsi, 6)
Pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan dua huruf pertama
kmponen ke dua, 7) Pengekalan suku kata terahir tiap komponen. Hasil penelitian
yang ke dua, ada bentuk campur kode yaitu, 1) Campur kode kata, 2) Campur
kode frasa, 3) Campur kode klausa, 4) Campur kode perulangan kata. Ketiga ada
4 tema yaitu, 1) Permohonan terhadap suatu lembaga, 2) Berita kehilangan, 3)
Tagih janji terhadap suatu badan usaha, 4) Kritik sosial.

5

Lilis Ambarwiranti (2011) “Anallisis kategori Campur kode pada wacana “
Lha... dalah!” diharian umum Joglo Semar edisi Desember 2010”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi wujud campur kode pada wacana lha... dalah!
Di harian umum Joglo Semar. Penyediaan data digunakan metode pustaka,
metode simak, dan catat. Analisis data digunakan metode agih lesap, memebaca
naskah dan metode Padan Referensial. Metode Agih lesap digunakan untuk
menganalisis bahasa yang digunakan dalam wacana lha... penyajian informasi.
Hasil penelitian ditemukan pemakain campur kode pada wacana lha... dalah! Di
harian umu Joglo Semar memiliki variasi yang cukup banya yaitu, campur kode
kata kerja, kata sifat, kata sambung, kata keterangan, kada benda, frasa verba,
frasa nomina, frasa objektif, klausa verba, klausa numerial, klausa odjektif,
perulangan kata. Adapun jumlah data struktur campur kode keseluruhan
berjumlah 104 data yang terdiricampur kode kata berjumlah 50, campur kode
frasa 6, klausa 13, perulanagan kata 24. Jumlah data wujud campur kode yang
terdiri dari camur kode kata erja yang berjumlah 19, kata sifat 9, kata benda 4,
kata sambung 1. Campur kode frasa verba berjumlah 8, frasa nomina 5, frasa
adjektif 2, campur kode klausa verba berjumlah 4, klausa adjektif 4.
Andoko (2011) “Penggunaan Campur Kode dalam bahasa politik diacara
democrazy”. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan bentuk kalimat
campur kode yang digunakan dalam bahasa debat pada acara democrazy dan 2)
mendeskripsikan jenis campur kodedalam bahasa debat pada acara democrazy.
Data pada penelitian ini adalah dialog dari partiipan yang mendukung campur
kode. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan dialog
yang mengandung campur kode daam acara debat politik democrazy di televisi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka dan
catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode padan intralingual dan
metode ekstralingual. Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan bentuknya
ditemukan 6 campur kode yang digunakan pada bahasa debat diacara democrazy
atau sekitar 75% dari jumlah keseluruhan data.terdapat pula 3 campur kode
metapharikan yang di gunakan dalam bahasa debat. Penggunaan campur kode
situasional lebih dominan di dalam bahasa debat diacara democrazy, hal itu

6

disebabkan karena di dalamnya terdiri dari orang-orang dengan beragam
pendidikan tinggi, segingga mereka pandai mengatur gaya bahasa meraka untuk
menunjukkan kemampuan mereka dalam debat. Di dalam campur kode dalam
acara debat democrazy berdasarakan faktor peggunaannya

terdapat 5 campur

kode needfeeling mative atau sekitar 50% dan ada 5 campur kode prustigefeeling
motive atau sekitar 5%. Dalam hala ini menunjukan ketidakseimbangan dalam
menggunakan campur kode berdasarka faktor penggunanya lebih banyak need
feeling motive.

METODE PENELITIAN
Hasil penelitian ini untuk perbedaan dan persamaan Kristanto dengan
peneliti adalah terdapatnya wujud campur kode dan perbedaanya terdapat pada
subjek yang diteliti. Subjek penelitian Kristanto terdapat pada iklan acara radio
RRI Surakarta, sedangkan saya tengtang subjek yang saya teliti pada majalah
Oto Trend. Hasil kekhasan ragam bahasa yang diteliti Kristanto banyak diwarnai
permainan kata-kata, penggunaan idiom, dan dimunculkan bentuk plesetan.
Berbeda dengan kekhasan bahasa yang dipakai banyak menggunakan bahasa
gaul dan istilah bahasa otomotif untuk menarik perhatian pembaca.
Penelitian ini berbeda pula dengan Andoko, hasil peneliti yang di dapat
adalah terdapatnya wujud campur kode dan perbedaanya terdapat pada subjek
yang diteliti. Subjek penelitian Andoko terdapat pada acara Democrazy ,
sedangkan saya tentang subjek yang saya teliti pada majalah Oto Trend. Hasil
kekhasan ragam bahasa yang diteliti Andoko banyak menggunakan campur kode
situasional di dalamnya terdiri berbagai ragam orang berpendidikan tinggi.
Berbeda dengan hasil penelitian yang saya teliti banyak menggunakan bahasa
gaul dan istilah bahasa otomotif untuk menarik perhatian pembaca.
Untuk persamaan Saputra dengan peneliti adalah terdapatnya wujud
campur kode dan perbedaanya terdapat pada subjek yang diteliti. Subjek
penelitian Saputra terdapat pada Rubrik “Kriiing” koran harian Solopos,
sedangkan saya tentang subjek yang saya teliti pada majalah Oto Trend.

7

Adapun

persamaan Ambarwati dengan peneliti adalah terdapatnya

wujud campur kode dan perbedaanya terdapat pada subjek yang diteliti. Subjek
penelitian Ambarwati terdapat pada harian Umum Joglo Semar , sedangkan saya
tengtang subjek yang saya teliti pada majalah Oto Trend.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Campur Kode Kata Benda
Kata benda adalah kata-kata yang dapat yang diikuti dengan frasa
yang...atau yang sangat... di sebut kata benda selain itu yang disebut kata
benda turunan atau bentukan dapat dikenali dari bentuknya, yang
mungkin berawalan pe-, berakhiran –an, berakhiran –nya, berimbuhan
gabung pe - an , berimbuhan gabung ke – an (Chaer, 2006: 86-87).

(1) Tak lupa, sokongan silencer custom yang siap melingking,
menyalakan suara nyaring dari engine yang sudah dikorek harian.
(oto trend/ 615/ 08)
Data (1) di atas terdapat dua campur kode kata bahasa asing yaitu silencer
custom dan engine.
Dengan bahasa Indonesia data (1) di atas berubah menjadi kalimat
(1a) sebagai berikut.
(1a) Tak lupa, sokongan silencer custom (knalpot) yang siap melingking,
menyalakan suara nyaring dari engine (mesin) yang sudah dikorek harian.
Faktor penyebab terjadinya campur kode pada penggalan wacana (1)
yaitu komponen otomotiv untuk mendapat kenyamanan para konsumen
saat menggunakan komponen tersebut.
2) Campur kode kata sifat
Kata sifat adalah kata- kata yang dapat diikuti dengan kata
keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan
gabungan SE-NYA. Tempat kata sifat pada tingkat frase adalah di

8

belakang kata benda yang disifatinya. Dalam gabungan kata yang berupa
idiom (dalam arti kiasan) kata sifat ini dapat menduduki posisi awl atau di
mua kata benda. Begitu juga dalam gabungan kata yang bermakna
‘perbandingan’, kata sifat berada di muka kata benda. Pada tingkat klausa
atau kalimat kata sifat dapat menduduki kata predikat. Apabila predikat
sebuah klausa atau kalimat berupa kata sifat maka sebaiknya subjeknya
bersifat tertentu, sebab apabila tidak tertentu mka kontruksinya bisa
ditafsirkan sebagai sebuah frase (Chaer, 2006: 103-104).
(6) Dengan klep yang ringan, power terasa responsif.
(oto trend/ 615/ 22)
Terdapat satu campur kode kata yaitu power.
Dengan bahasa Indonesia data (7) di atas berubah menjadi kalimat
(7a) sebagai berikut.
(7a) Dengan klep yang ringan, (tenaga) terasa responsif.
Kata power sudah tidak menjadi kata asing di telinga orang
Indonesia, karena itu penulis memakai kata tersebut untuk menarik oleh
pembaca.
3) Campur kode kata keterangan
Kata keterangan adalah kata-kata yang digunakan untuk memberi
penjelasa pada kalimat atau bagian kalimat lain yang sifatnya tidak
menerangkan keadaan atau sifat.
(8) Agar warna kuning nampak fress maka cat dasar merunjuk
warna putih. (oto trend/ 615/ 02)
Terdapat satu campur kode kata bahasa asing yaitu fress.
Dengan bahasa Indonesia data (8) di atas berubah menjadi kalimat
(8a) sebagai berikut.
(8a) Agar warna kuning nampak (segar) maka cat dasar merujuk warna
putih.
Sudah

banyak

berbagai

iklan

masyarakat

maupun

wacana

menggunakan kata fress, jadi penulis juga ikut serta dalam menyampaikan
dengan kata tersebut agar terlihat menarik pembaca.

9

4) campur kode frasa
Campur kode dalam anallisis ini diklasifikasikan ke dalam dua kelas kata,
antara lain frase verba dan frase nominal.
Berangkat dari beberapa kelas tersebut, dapat dideskrepsikan di bawah ini.
a) Frasa verba
Frasa verba adalah frasa yang mengisi atau menduduki fungsi
predikat pada sebuah kalausa (Chaer, 2009: 138).
(22) Pewarnaan tersebut digrafis full dari bodi hingga kaki-kaki.
(oto trend/ 615/ 02)
Terdapat satu campur kode frasa bahasa asing yaitu digrafis full.
Dengan bahasa Indonesia data (22) di atas berubah menjadi
kalimat (22a) sebagai berikut.
(22a) pewarnaan tersebut (digambar penuh) dari bodi hingga kaki-kaki.
Faktor penyebab terjadinya campur kode pada penggalan wacana
(22) yaitu tuntutan daya tarik untuk menggunakan bahasa Inggris ketika
mengucapkan digrafis full yang berarti ‘digambar penuh’ agar dapat
menarik konsumen.
b) Frasa nominal
Frase nominal adalah frase yang dapat mengisi fungsi subjek atau
objek di dalam klausa (Chaer, 2009:121).
(34)

Dibantu all cru-nya mulai merubak matic.
(oto trend/ 615/ 05)

Terdapat satu campur kode frasa bahasa asing yaitu all cru-nya.
Dengan bahasa Indonesia data (34) di atas berubah menjadi
kalimat (34a) sebagai berikut.
(34a) Dibantu semua anggota-nya mulai merubak matic.
Data (34) menunjukkan campur kode frasa nominal yang ditandai
dengan kata all cru (dalam bahasa Inggris) yang berarti semua anggota. all
cru merupakan frasa nominal karena penggalan wacana tersebut all cru
merupakan semua anggota.

10

KESIMPULAN
Bentuk campur kode pada majalah oto trend edisi bulan Maret 2013 terdiri
dari bahasa gaul anak muda sekarang. Bahasa gaul dengan berbagai macam
bahasa, yaitu ragam bahasa formal atau Indonesia, daerah, dan asing. Ada 3 data
yang termasuk campur kode kata benda, 5 campur kode kata sifat, 13 campur
kode keterangan, 12 campur kode frasa verba, 2 campur kode frasa nominal. Jadi,
keseluruhan data yang diperoleh berjumlah 35 data yang dianggap mewakili
keseluruhan data yang ada. Hal tersebut dilakukan mengingat adanya sejumlah
data yang menunjukan kesamaan.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwiranti, Lilis. 2011. “Anallisis Kategori Campur Kode pada wacana “
Lha... dalah!” diharian umum Joglo Semar Edisi Desember 2010”. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Andoko. 2011. “Penggunaan Campur Kode dalam Bahasa Politik di Acara
Democrazy”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Cher, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Kristanto, Asep Yudhi. 2008. “Campur Kode dalam Iklan Acara di Radio RRI
Surakarta”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saputra, Eko. 2011. “Variasi Akronim dan Campur Kode dalam Ribrik “Kriiing”
Koran harian Solopos Edisi Juni 2011”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.