Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Genetika
BIOEDUKASI
ISSN: 1693-2654
23
Herry
Maurits
–
Keterampilan
Metakognitif
dan
Berpikir
Tingkat
Tinggi
Volume 4, Nomor 2
Agustus
2011
Halaman 23-39
Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
dalam Pembelajaran Genetika
(Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris)
Herry Maurits Sumampouw a
a
FMIPA Universitas Negeri Manado, Email: [email protected]
Diterima 18 Juni 2011, disetujui 08 Agustus 2011
ABSTRACT- Metacognition skill is regarded as higher order thinking. It is important to
assure the success of achieving particular learning goal as it guarantees the improvement
of student’s ability iof thinking towards particular given concept. Building metacognition
skill has been commonly used in learning Genetics. One example of method within metacognition is Reading, Questioning and Answering (RQA model. Theoritically, this model
is able to facilitate student to improve his higher order thinking and therefore, metacognition skill in Genetics can be raised through this model.
Keywords: Metacognition skill, higher order thinking
Pendahuluan
Kualitas pendidikan ditentukan
oleh kualitas lulusan dari satu institusi
pendidikan. Kualitas lulusan ditentukan
oleh seberapa besar pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di institusi
pendidikan yang berguna bagi dirinya
untuk menghadapi kehidupan dan memenangkan persaingan di era globalisasi.
Agar dapat memenangkan persaingan
dan untuk berhasil dalam kehidupan,
maka seseorang harus memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Untuk
dapat meningkatkan kualitas pendidikan
maka pembelajaran yang diterapkan di
institusi hendaknya pembelajaran yang
mengembangkan keterampilan metakognitif yang pada giliran selanjutnya akan
memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Susantini (2005) menyatakan
bahwa dengan metakognitif siswa mampu
menjadi pebelajar mandiri, menum-
buhkan sikap jujur, berani mengakui
kesalahan dan akan meningkatkan hasil
belajar secara nyata.
Genetika merupakan salah satu
dari mata kuliah yang harus diikuti dan
dipelajari oleh pebelajar dalam menempuh pendidikan di intitusi dalam kelompok sains lebih khusus lagi biologi.
Genetika dewasa ini merupakan penunjang untuk berkembangnya ilmu-limu
lain. Seperti yang dikemukakan Zubaidah
(2011) bahwa hampir atau tidak satupun
ilmu biologi yang dapat berkembang
tanpa konsep genetika, dengan kata lain
genetika
adalah
ilmu
biologi
yang
melingkupi seluruh ilmu hayati. Selanjutnya Ayala (1986) mengemukakan
bahwa
genetika
memiliki
peranan
penting dalam struktur ilmu biologi
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
24
sebagaimana yang diungkapkan oleh
pebelajar memiliki motivasi untuk bela-
Theodosius Dobzhansky bahwa nothing
jar genetika.
in biology is understandable except in the
Pengetahuan
tentang
konsep-
light of genetic. Premis tersebut mem-
konsep genetika akan membantu pema-
berikan penegasan bahwa genetika mem-
haman tentang cabang-cabang ilmu bi-
iliki kaitan erat dengan cabang-cabang
ologi
ilmu biologi lainnya. Dewasa ini genetika
strategi pembelajaran yang tepat untuk
terus tumbuh dan berkembang sangat
membelajarkan konsep-konsep genetika.
spektakuler. Sehubungan dengan hal
Penelitian terkait dengan pembelajaran
tersebut seperti yang dikemukakan oleh
genetikan di perguruan tinggi secara
Russel (1992) dalam Corebima (2007)
umum, khususnya
bahwa banyak aplikasi dan terbukti bah-
Tenaga Kependidikan (LPTK) masih
wa genetika mempengaruhi kehidupan
jarang ditemui, sehingga rujukan-rujukan
sehari-hari. Berdasarkan hal-hal yang
yang secara spesifik memberikan pene-
dikemukakan di atas maka
gasan
genetika
lainnya,
sehingga
terhadap
diperlukan
Lembaga Penghasil
penggunaan
strategi
bukan sekedar pada hal pewarisan sifat
pembelajaran tertentu dalam pembelaja-
tapi seperti apa yang dikemukakan oleh
ran genetika juga jarang, atau bahkan
Corebima (2009) bahwa Genetika meru-
tidak dijumpai. Atas dasar fakta itu, maka
pakan
diperlukan
berbagai
penelitian
yang
cabang
mempelajari
ilmu
materi
biologi
genetik,
yang
tentang
pengkajian
dapat
dan
mengungkap
strukturnya, reproduksinya, kerjanya (ek-
strategi
pembelajaran
spresinya), perubahan, keberadaannya
efektif
untuk
dalam populasi, serta perekayasaannya.
mengembangkan kemampuan berpikir
Venville (2002) menjelaskan bahwa be-
mahasiswa.
berapa hal penting dalam mempelajari
Model
genetika
yang
memberdayakan
dan
pembelajaran
genetika
genetika saat ini adalah pembelajaran ge-
yang diterapkan pada Jurusan Biologi
netika harus diubah dengan berpindah
UM secara spesifik tidak menunjuk pada
dari bayang-bayang Mendel hubungan di
salah satu strategi pembelajaran tertentu.
antara konsep menuju pada bagian ting-
Jika diperhatikan berdasarkan karakteris-
kat
representatif, artinya membuat
tik pembelajaran maka akan terlihat
genetika yang bukan lagi menyajikan ba-
bahwa pembelajaran genetika di Jurusan
gian yang terfragmentasi, tetapi menjadi
Biologi
suatu
metakognitif. Hal ini sesuai dengan
konsep yang utuh dan kompre-
hensif yang dapat bermakna sehingga
Flavel
UM
(1993),
berpola
pembelajaran
Livingstone
(1997)
25
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
mendefinisikan
metakognitif
sebagai
pebelajar
(mahasiswa)
ditugaskan
thinking about thinking atau berpikir
membaca materi pembelajaran tertentu.
tentang berpikir. Dengan demikian, tipe
Selanjutnya, atas dasar pemahaman ter-
pembelajaran
dapat
hadap bacaan itu, para pebelajaran dimin-
meningkatkan kemampuan berpikir ting-
ta membuat pertanyaan secara tertulis
kat tinggi mahasiswa. Tulisan ini secara
dan menjawabnya sendiri. Substansi
spesifik
karakteristik
yang ditanyakan adalah yang penting
pembelajaran genetika di jurusan Biologi
atau sangat penting dan terkait dengan
UM yang berbasis metakognitif untuk
materi bacaan, sedangkan jumlah pertan-
memberdayakan
yaan disesuaikan dengan keadaan. Per-
semacam
akan
ini
mengkaji
kemampuan
berpikir
tingkat tinggi.
tanyaan dan jawaban yang dibuat secara
Strategi Pembelajaran Genetika di
kelompok, dipresentasikan dan ditanggapi oleh pebelajar lainnya. Corebima
Biologi UM
(2007) menyatakan bahwa dengan dePengembangan
pembelajaran
genetika di jurusan biologi UM tidak
merujuk pada suatu pendekatan atau
strategi
pembelajaran
tertentu
tetapi
memperlihatkan pola pembelajaran yang
relevan
dengan
beberapa
strategi
pembelajaran sekaligus. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Khairil (2009)
memperlihatkan
perkuliahan
pola
bahwa
genetika
pembelajaran
struktur
memperlihatkan
yaitu
mahasiswa
diwajibkan membaca kemudian membuat
pertanyaan dan jawaban secara mandiri
berdasarkan
materi
pembelajaran
ini
bacaan.
Pola
telah
lama
dikembangkan oleh Corebima dan diberi
nama strategi pembelajaran Reading,
Questioning
and
Answering
(RQA).
Corebima (2009) menjelaskan bahwa
pada strategi pembelajaran RQA, para
mikian maka aktivitas bertanya mahasiswa meningkat baik kualitas maupun
kuantitasnya. Peningkatan aktivitas bertanya mahasiswa ternyata sebanding
dengan capaian hasil belajar mereka pada akhir perkuliahan semua mahasiswa
dinyatakan lulus. Hasil belajar ini merupakan hasil yang sangat baik, karena pada tahun-tahun sebelumnya belum pernah
dicapai hasil belajar seperti ini. Selanjutnya Thoe dalam Corebima (2007) menyatakan bahwa pertanyaan merupakan
alat yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif pebelajar
dan dapat dicapai dengan berbagai
rangsangan pertanyaan. Dengan aktivitas
bertanya maka pencapaian hasil belajar
kognitif akan optimal.
Selain dengan strategi RQA, pembelajaran genetika di jurusan biologi UM
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
26
juga dengan membuat summary atau
terpisah
ringkasan
komplementasi. Hasil penelitian Khairil
terhadap
bahan
bacaan.
tetapi
memliki
fungsi
Sekalipun tidak merujuk pada strategi
(2009)
pembelajaran tertentu dari jenis-jenis
praktikum genetika di jurusan biologi
pembelajaran kooperatif, pola pembelaja-
UM
ran yang dikembangkan pada perkuliahan
konstruktivisme, yaitu masing-masing
genetika
kelompok
juga
memperlihatkan
pola
menjelaskan
dilakukan
bahwa
pola
dengan
melaksanakan
azas
kegiatan
pembelajaran kooperatif karena berpusat
praktikum yang pada awalnya mahasiswa
pada keaktifan mahasiswa (student cen-
tidak diberitahu tentang fenomena dari
tered) dan bekerja dalam kelompok.
kegiatan praktikum yang akan dilakukan.
Corebima (2009) memberikan gambaran
Penjelasan Corebima (2009) dan hasil
bahwa kegiatan praktikum genetika di
observasi Khairil (2009) memberikan
jurusan biologi UM telah dilakukan sejak
gambaran bahwa pada proses praktikum
tahun
genetika,
1989
praktikum,
dengan
karakteristik
tingkat
ketepatan
dan
dilaksanakan dalam pola
kecermatan
pengamatan
sangat
proyek dan klasikal, dikerjakan dalam
menentukan
keberhasilan
dalam
kelompok
mengungkap fenomena yang teramati
dan
setiap
kelompok
berjumlah dua sampai tiga mahasiswa.
Dijelaskan
lebih
lanjut
Corebima (2009) bahwa
oleh
praktikum
dan
menyusunnya
menjadi
konsep.
Konsep yang didapat pebelajar akan
sangat
membantu
pemahamannya
genetika dilaksanakan sebagai kegiatan
tentang genetika yang dapat digunakan
kelompok untuk menemukan konsep dan
dalam perkuliahan genetika itu sendiri
hasil
dan mata kuliah lain dalam biologi.
praktikum
dilaporkan
sebagai
laporan penelitian yang dipresentasikan
dalam forum seminar kelas. Konsep-
Arti, Ruang Lingkup Dan Strategi
Metakognitif
konsep yang ditemukan melalui kegiatan
praktikum tidak diikutkan menjadi materi
perkuliahan teori dan sebaliknya materi
perkuliahan teori juga tidak merupakan
konsep yang akan ditemukan melalui
kegiatan praktikum. Penjelasan Corebima
(2009) di atas memberikan gambaran
bahwa pelaksanaan perkulian teori dan
praktikum merupakan dua kegiatan yang
Secara terminologis metakognitif
berasal dari kata “meta” dan “cognition”,
awalan kata “meta” disini bukan dimaksudkan untuk menunjuk ke makna yang
fundamental seperti kata metafisika atau
metamemori, melainkan seperti yang
ditegaskan Lawson (1984), ”…the meta
prefix refers to a reflective of cognitive
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
27
processes and of cognition…” yang
seseorang tentang berfikirnya dan ket-
memaknai meta sebagai refleksi proses
erampilannya esensial seseorang dalam
kognitif dan kontrol kognitif. Selanjutnya
belajar untuk belajar.
kata kognitif itu sendiri didefinisikan
Metakognitif didefinisikan secara
secara sempit sebagai kesadaran dan
berbeda-beda misalnya “kognisi daripada
secara luas didefinisikan sebagai proses
kognisi” (Carrell, Pharis, dan Liberto
mental yang lebih tinggi seperti kecer-
1989 dalam Henia, 2006), “ kesadaran
dasan, penalaran, kreativitas, ingatan,
disengaja
pemecahan masalah dan persepsi Murray
(Bernhardt 1991, dalam Henia, 2006),
& Morsberg (1982) dalam Corebima
dan
(2007) menyatakan metakognitif pertama
(Wenden 1998, dalam Henia, 2006).
kali dipergunakan oleh Ann Brown dan
Selanjutnya
John Flavel pada awal tahun 1970
kesadaran dan kontrol terhadap proses
(Schneider, 2008). Saat ini, terdapat
kognitif (Eggen dan Kauchak, 1996),
berbagai pengertian metakognisi yang
atau proses mengetahui dan memonitor
disampaikan oleh ahli yang berbeda.
proses berpikir atau proses kognitif
Flavel mendefinisikan sebagai penge-
sendiri (Arends, 1998). Metakognitif juga
tahuan tentang proses kognitif Flavel
dideskripsikan oleh Donald Meichen-
(1979)
(2008).
baum dan koleganya sebagai People’s
Metakognisi berarti ”Thinking about
awareness of their own cognitive ma-
thinking” Livingston, 1997, Anderson,
chinery and how the machinery works
2002 dalam Rasekh dan Ranjbary (2003)
(Woolfolk,
berpikir tentang berpikir.
menunjuk kepada kecakapan siswa sadar
dalam
Schneider,
Metakognitif berarti
dari
proses
“pengetahuan
kognitif”
tentang
metakognisi
1998).
belajar”
berarti
Metakognitif
”thinking
dan memonitor proses pembelajarannya
about one’s own thinking” (Darling,
(Peters, 2000). Metakognitif mengarah
tanpa
tentang
pada siswa berpikir tentang berpikirnya
berpikirnya pribadi sendiri. Metakognisi
mereka dan kemampuan mereka untuk
berarti pengetahuan tentang belajarnya
menggunakan strategi belajar tertentu
diri sendiri ( Flavell, 1985; Garner dan
dengan tepat (Arends 2001). Selanjutnya
Alexander, 1989 dalam Nur, 2004), atau
definisi lengkap dari John Flavel 1985,
pengetahuan tentang bagaimana belajar.
dalam Arends (2001) metacognition is
Huiit (1997) mendefinisikan metakogni-
one’s knowledge concerning one’s own
tif
seseorang
cognitive processes….Metacognitive re-
berfikir
fers, among other things, to the active
tahun)
sebagai
tentang
atau
berpikir
pengetahuan
sistem
kognitifnya,
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
28
monitoring and consequent regulation
(or strategies).
and orchestration of these processes in
adalah pengetahuan seseorang tentang
relation to the cognitive objective on
unsur
which they bear, usually in the service of
kognitif dan hasil proses kognitifnya
some
objec-
sendiri. Secara garis besar meliputi ; 1)
tive….Selanjutnya O’ Niel & Brown
pribadi yang mengacu pada apa yang
(1997)
pengertian
diyakini seseorang tentang keberadaan
metakognitif sebagai proses seseorang
pikirannya sendiri termasuk disini adalah
berpikir tentang berpikir mereka sendiri
cerdas, 2) tugas (task) berkenaan dengan
dalam rangka membangun strategi untuk
hal
memecahkan masalah.
sifatnya seperti sulit/mudah, 3) strategis
concrete
goal
mengemukakan
or
yang
Pengetahuan kognitif
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang
jalannya
tentang
Memahami berbagai pengertian
berkaitan tentang pengetahuan seseorang
dikemukakan
maka
untuk mengerjakan sesuatu kegiatan
metakognitif berhubungan dengan ber-
seperti tepat/kurang tepat. Dalam pem-
pikirnya pebelajar berpikirnya sendiri
belajaran
dan
dapat
yang dimiliki oleh pebelajar berkaitan
menggunakan dan mengaplikasikan da-
dengan keyakinan dirinya tentang kecer-
lam strategi-strategi belajar yang tepat,
dasan,
seperti seseorang dengan tipe belajarnya
tahuannya akan tingkat kesulitan tugas
sendiri (misalnya dengan peta konsep,
yang dikerjakan dengan caranya sendiri
visual),
dianggap
yang
kemampuan
di
atas
pebelajar
sangat menyadari bahwa
dengan tipe/karakternya belajar merupa-
pengetahuan metakognitif
seberapa kesadaranya, penge-
terbaik
untuk
dapat
me-
nyelesaikannya.
kan cara terbaik baginya untuk mengerti,
Pengalaman metakognitif meru-
memahami bahkan mengingat sejumlah
pakan
besar informasi-informasi terkait konsep
kegiatan intelektual pebelajar. Pengala-
yang sedang ia pelajari atau informasi
man yang diintegrasikan dengan penge-
baru yang diperoleh.
tahuan metakognitif, strategi kognitif dan
Metakognitif
dapat
pengalaman
yang
mengikuti
dipandang
tugas seperti yang dikemukakan Flavel
sebagai bagian model monitoring kogni-
(1993) dapat melahirkan self-monitoring
tif seperti yang dikemukakan oleh Flavel
dan self-regulation.
(1993) yang menunjukkan hubungan
takognitif
dinamis antara empat komponen yaitu
kinan-keyakinan berkedudukan sebagai
metacognitive knowledge, metakognitive
rujukan dan referensi pengalaman me-
experience, goals (or taks), dan actions
takognitif. Pengalaman metakognitif di
Pengetahuan me-
didalamnya termuat keya-
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
29
dan
sendiri di samping pengetahuan tentang
keingintahuan yang berkedudukan se-
berbagai strategi belajar yang digunakan
bagai pemantau dan pengarah proses.
dalam
dalamnya
terdapat
perasaan
Slavin dalam Nur (2004) menya-
suatu
tertentu.
situasi
pembelajaran
lanjut
menyatakan
Lebih
takan kebanyakan para ahli sependapat
komponen kedua metakognitif, pemon-
bahwa
itoran kognitif, adalah kemampuan siswa
metakognitif
memiliki
dua
komponen: pengetahuan tentang kognitif,
untuk
memilih,
dan mekanisme pengendalian diri seperti
memonitor strategi-strategi belajar yang
pengendalian dan pemonitoran kognitif,
cocok,
pengetahuan tentang kognisi terdiri dari
metakognitif, merupakan salah satu dari
informasi dan pemahaman yang dimiliki
empat jenis strategi kognitif. Untuk
seorang siswa tentang proses berpikirnya
jelasnya dapat di lihat pada tabel 1.
...dan
menggunakan,
seterusnya.
dan
Strategi
Tabel 1. Empat Kategori Strategi Kognitif
Strategi
Mengulang
Elaborasi
Organisasi
Metakognisi
Definisi
Menghafal bahan-bahan ke dalam ingatan
dengan cara mengulang-ulang bahan
tersebut
Menambahkan rincian pada informasi baru
dan menciptakan hubungan
Mengenali atau mengambil ide-ide pokok
dari kumpulan banyak informasi
Berpikir tentang berpikir dan pemonitoran
pemrosesan informasi
Contoh
Mengulang-ulang nomor telepon
Menggunakan teknik-teknik mnemonics dan
menambah rincian seperti menghubungkan nomor
telepon baru dengan nomor kartu penduduk.
Membuat
kerangka
garis
besar
atau
menggarsibawahi
Menentukan bahwa strategi terbaik untuk
memahami suatu bacaan baru adalah menciptakan
kerangka garis besar ide-ide pokok
Sumber: Nur 2004
Komponen-komponen
merupakan
bentuk
di
atas
pengetahuan
Livingstone
strategi
(1997),
kognitif
bahwa
digunakan
strategiuntuk
deklaratif, prosedural dan kondisional,
membantu mencapai suatu tujuan khusus.
yang dapat diajarkan kepada siswa.
Sementara
Dimana pengetahuan deklaratif adalah
digunakan untuk memastikan bahwa
pengetahuan yang dimiliki siswa tentang
tujuan telah dicapai. Kadang-kadang
sesuatu, dan pengetahuan prosedural
strategi belajar disebut juga strategi
adalah pengetahuan yang dimiliki siswa
kognitif. Proses-proses ini digunakan
tentang bagaimana melakukan sesuatu,
untuk
serta
bagaimana belajar” (learn how to learn),
pengetahuan
kondisional
strategi
membantu
metakognisi
siswa
“belajar
merupakan pengetahuan tentang kapan
yaitu
dan mengapa menggunakan pengetahuan
menyimpan, dan mengingat kembali
deklaratif atau pengetahuan prosedural
keterampilan dan informasi. Kardi dan
bagaimana
memahami,
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
30
Sugianto dalam Nur (2004) menyatakan
strategi metakognisi merupakan proses-
bahwa
proses yang berurutan yang digunakan
strategi-strategi
metakognitif
melibatkan proses-proses regulasi atau
untuk
peraturan eksekutif yang diarahkan pada
kognitif dan memastikan bahwa tujuan
regulasi tentang langkah pemikiran. HaI
kognitif telah dicapai. Proses-proses ini
itu meliputi keputusan-keputusan akan
terdiri dari perencanaan (planning) dan
membantu (1) mengalokasikan sumber-
pemantauan
sumber yang dimiliki untuk mengerjakan
aktivitas
tugas, (2) menentukan langkah-langkah
(evaluating) terhadap hasil aktivitas-
penyelesaian tugas, dan (3) menentukan
aktivitas
intensitas, atau kecepatan dimana kita
perencanaan seperti menentukan tujuan
harus mengerjakan/menyelesaikan tugas
dan
tersebut (Livingstone, 1997). Menurut
mengaktivasi pengetahuan yang relevan
O’Malley dan Chamot (1990) dalam
sehingga
Henia
sasian dan pemahaman materi pelajaran.
(2006),
mencakup
tugas,
strategi
perhatian
selektif
perencanaan,
pengevaluasian
diterapkan
metakognisi
spesifikasian
(monitoring)
kognitif
serta
ini.
analisis
aktivitasevaluasi
Aktivitas-aktivitas
tugas
mempermudah
membantu
pengorgani-
Aktivitas-aktivitas pemantauan meliputi
pemonitorandiri,
perhatian seseorang ketika ia membaca,
Sebagaimana
dan membuat pertanyaan atau pengujian
bacaan,
ini
aktivitas-aktivitas
kepada
diri.
pada
metakognitif
mengontrol
strategi
diri. Aktivitas-aktivitas ini membantu
pen-
siswa dalam memahami materi dan
memerlukan
tujuan
membaca,
mengintegrasikannya
dengan
penge-
merencanakan bagaimana suatu teks
tahuan awal. Aktivitas-aktivitas penga-
yang akan dibaca, pemonitoran diri
turan meliputi penyesuaian dan perbaikan
terhadap kekeliruan dalam pemahaman
aktivitas-aktivitas
membaca,
diri
Aktivitas-aktivitas ini membantu pening-
seberapa baik keseluruhan obyek-obyek
katan prestasi dengan cara mengawasi
itu bisa dipenuhi, yang memungkinkan
dan mengoreksi perilakunya pada saat ia
mengambil
menyelesaikan tugas Pintrich (1991)
dan
pengevaluasian
ukuran
pembetulan
jika
pemahaman tidak tercapai.
Menurut
dalam
kognitif
siswa.
dalam Masuro (2009).
Flavell dan Brown
Livingstone, (1997)
Gagne
dalam Masuro
(2009)
bahwa
mengemukakan strategi kognitif adalah
metakognitif
cara seseorang mengatur perilakunya
melibatkan strategi-strategi metakognitif
sendiri dalam memperhatikan belajar,
atau pengaturan metakognitif. Strategi-
mengingat dan berpikir.
pengalaman-pengalaman
Memahami
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
31
materi
ajar
meliputi;
1)
strategi
paling
utama.
Proses
berpikir
juga
menggaris bawahi atau menandai ide-ide
merupakan suatu kegiatan mental yang
penting, 2) strategi pembuatan catatan
disadari dan diarahkan untuk maksud
pinggir,
pembuatan
tertentu. Maksud yang mungkin dicapai
rangkuman. Strategi dalam memecahkan
dari berpikir selain untuk membangun
masalah merupakan cara yang dianggap
dan
efektif. Mengenai pengaruh keterampilan
untuk mengambil keputusan, membuat
menggunakan strategi atau siasat belajar
perencanaan, memecahkan masalah, serta
terhadap
untuk menilai tindakan (Liputo, 1996).
3)
hasil
strategi
belajar
seperti
yang
dijelaskan Winkel (1996) menyatakan
bahwa
pebelajar
yang
memperoleh
pengetahuan,
juga
Berpikir merupakan suatu proses
pandai
yang mempengaruhi penafsiran terhadap
menemukan sendiri siasat-siasat belajar
rangsangan-rangsangan yang melibatkan
mereka, karena hasil belajar yang lebih
proses sensasi, persepsi, dan memori
baik bersumber pada cara belajar yang
(Sobur, 2003). Pada saat seseorang
penuh kesadaran, sistematis dan penuh
menghadapi persoalan, pertama-tama ia
refleksi diri. Strategi ini membawa
melibatkan
ke arah peningkatan belajar secara nyata.
menangkap tulisan, gambar, ataupun
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
proses
sensasi,
yaitu
suara. Selanjutnya ia mengalami proses
persepsi, yaitu membaca, mendengar,
Pembelajaran
yang
tidak
menekankan pada upaya pengembangan
keterampilan
cenderung
berpikr
tingkat
tinggi
mengkondisikan
pebelajar
dalam belajar hafalan (rote
learning),
oleh sebab itu sangatlah penting dan
utama
dalam
pembelajaran
mengembangkan keterampilan
berpikir
tingkat tinggi. Kemampuan manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungan
untuk
mempertahankan
hidupnya
sangat
kelangsungan
bergantung
pada
kemampuan berpikirnya. Hal inilah yang
disebutkan oleh Purwanto (1998) bahwa
berpikir merupakan daya saing yang
dan memahami apa yang diminta dalam
persoalan tersebut. Pada saat itu pun,
sebenarnya ia melibatkan proses memorinya untuk memahami istilah-istilah
baru yang ada pada persoalan tersebut,
ataupun melakukan recall dan recognition ketika yang dihadapinya adalah
persoalan yang sama pada waktu lalu
Matlin (1994) dalam Melati (2005).
Dalam proses berpikir, termuat juga
kegiatan seperti meragukan dan memastikan, merancang, menghitung (kalkulasi), mengukur (menaksir), mengevaluasi
(assess),
membandingkan
(mengkomparasi), , memilah-milah atau
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
membedakan,
menafsirkan,
menghubungkan,
melihat
32
berpikir
dalam
pembelajaran
maka
kemungkinan-
pelatihan dan penggunaan strategi dalam
kemungkinan yang ada, menganalisis,
kemampuan berpikir tingkat tinggi perlu
sintesis, menalar atau
menarik kes-
dilakukan dan diimplementasikan dalam
impulan dari premis yang ada, men-
belajar termasuk menyampaikan materi
imbang, dan memutuskan
dan sekaligus dalam kehidupan kesehar-
(Sobur,
2003).
iannya.
DePorter dan Hernacki (1999)
mengelompokkan cara berpikir manusia
ke dalam beberapa bagian, yaitu: berpikir
vertikal, berpikir kritis, berpikir analitis,
Model
Pembelajaran
Berbasis
Genetika
Metakognitif
Memberdayakan
Untuk
Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi.
berpikir strategis, berpikir tentang hasil,
Pengembangan
dan berpikir kreatif. Sementara itu,
Presseisen (Angeli, 1997; Liliasari, 1996)
membedakan
kemampuan
berpikir
menjadi dua bagian, yakni kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang merupakan perpaduan
antara beberapa kemampuan berpikir
dasar.
Presseisen
menyebutkan
bahwa
(Liliasari,
yang
1996)
termasuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemecahan masalah
(problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kreatif
(creative thinking), dan berpikir kritis
(critical thinking). Masing-masing tipe
berpikir tersebut dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Semua kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang diungkapkan
di atas dapat dikembangkan melalui
berpikir
telah
menjadi
tujuan pendidikan akhir-akhir ini. Selanjutnya Sumampouw (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran keterampilan
berpikir adalah memperbaiki keterampilan berpikir tingkat tinggi pebelajar dan
menyiapkan agar berhasil menghadapi
kehidupan. Dengan pembelajaran seperti
ini
pengalaman
memperoleh
dan
mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi sangat diperlukan dan akan
terwujud serta berhasil dam kehidupan.
Di banyak negara, berpikir kritis
menjadi satu kompetensi dari tujuan
pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan umunya.
Hal tersebut dilatar
belakangi
kajian-kajian
oleh
menunjukkan
bahwa
berpikir
yang
kritis
merupakan keterampilan berpikir tingkat
pembelajaran.
Memastikan
keterampilan
pembelajaran
bahwa
pebelajar
memahami secara benar keterampilan
tinggi dan telah diketahui berperan dalam
perkembangan
moral,
perkembangan
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
33
sosial, perkembangan mental, perkem-
tingkat tinggi mereka. Faisal (1997)
bangan kognitif dan perkembangan sains
dalam Marzuki, (2005) juga menjelaskan
secara umum Hashemi (2010). Dengan
bahwa
demikian
yang
mengajukan pertanyaan merupakan salah
tingkat
satu proses berpikir kritis siswa untuk
tinggi seyogianya dapat dikembangkan
menemukan dan menggali informasi,
dalam
Keterampilan
karena siswa mempunyai rasa ingin tahu
berpikir tingkat tinggi adalah potensi
yang besar dalam memperoleh berbagai
intelektual yang dapat dikembangkan
informasi. Menurut Brown dan Walton
melalui proses pembelajaran.
(1995), strategi menyusun pertanyaan
kemampuan
ditunjukkan
dengan
berpikir
berpikir
pembelajaran.
kegiatan
menyusun
atau
Pembelajaran genetika di jurusan
memiliki dua tahap kognitif yaitu tahap
biologi UM sejalan dengan penjelasan
menerima (accepting) dan tahap menan-
yang dikemukakan oleh Marzano dalam
tang
Corebima (2007) bahwa terdapat 3 upaya
membaca informasi pada situasi yang
utama yang dapat dilakukan untuk
ada, maka pada saat tersebut ia akan
meningkatkan
melakukan
kemampuan
berpikir
(challenging).
tahap
Ketika
kognitif
siswa
yaitu
siswa, yaitu 1) melaui teknik bertanya, 2)
accepting, sedangkan pada tahap kognitif
teknik
strategi
chalengging ditunjukan ketika siswa
Strategi
akan menyusun pertanyaan (soal). Proses
pembelajaran genetika yang dirangkum
kognitif accepting memungkinkan siswa
menjadi strategi pembelajaran RQA jelas
untuk menempatkan suatu informasi pada
memperlihatkan
suatu
menulis,
pemrosesan
dan
3)
informasi.
pola
pemberdayaan
jaringan
struktur
kognitif
ketrampilan metakognitif. Sesuai dengan
sedangkan proses kognitif challenging
namanya, strategi pembelajaran RQA
dapat memungkinkan jaringan yang ada
diawali
pada diri siswa akan semakin kuat
dengan
kemudian
membaca
mahasiswa
materi,
diharuskan
membuat pertanyaan berdasarkan materi
hubungannya (Marzuki, 2005).
Sejalan dengan itu, Eggen dan
yang dibaca serta mencari jawabannya.
Kauchak
Alindada (1998) menjelaskan bahwa
pengembangan kecakapan metakognitif
pertanyaan merupakan suatu cara yang
pada para siswa adalah suatu tujuan
paling mudah untuk menantang pola-pola
pendidikan
berpikir kreatif. Menurut Marzano (1993)
kecakapan itu dapat membantu mereka
dengan
dapat
menjadi self-regulated learners. Self-
berpikir
regulated learner bertanggung jawab
bertanya
meningkatkan
siswa
kemampuan
(1996)
yang
menyatakan
berharga,
bahwa
karena
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
34
terhadap kemajuan belajarnya sendiri dan
penting agar pebelajaran berhasil, dan
mengadaptasi
menegaskan
strategi
belajarnya
bahwa
aktivitas-aktivitas
mencapai tuntutan tugas. Pendapat Eggen
seperti
dan
mendekati sebuah tugas belajar tertentu,
Kauchak
(1996),
memberikan
merencanakan
bagaimana
gambaran bahwa metakognitif berperan
memantau
penting dalam menunjang keberhasilan
perkembangan
belajar. Menurut Rivers (2001), Schraw
sebuah tugas memiliki sifat metakognitif.
(1998) pebelar yang terampil melakukan
Strategi metakognitif adalah suatu cara
penilaian terhadap diri sendiri adalah
dalam pembelajaran untuk meningkatkan
siswa yang sadar akan kemampuannya.
kesadaran
Peter
bahwa
keterampilan berpikir atas bimbingan
memung-
guru melalui proses yang digunakan
kinkan pebelajar berkembang sebagai
siswa dalam mengamati belajar diri
pebelajar
pebelajar
sendiri, mengontrol aktivitas kognitif,
didorong menjadi penilai atas pemikiran
dan untuk memastikan bahwa sebuah
dan
tujuan kognitif terpenuhi.
(2000)
keterampilan
berpendapat
metakognitif
mandiri,
karena
pembelajarannya
sendiri.
pemahaman,
menuju
dan
dan
menilai
penyelesaian
memberdayakan
Keterampilan metakognitif diperlukan
Menurut Costa (1985) dalam
pebelajar untuk memahami bagaimana
proses pembelajaran ada tiga pengajaran
tugas itu dilaksanakan Rivers (2001) dan
berpikir, yakni teaching of thinking,
Schraw (1998).
teaching for thinking, dan teaching about
Eggen
dan
Kauchak
(1996)
thinking.
Pada
kenyataan
dalam
mengemukakan bahwa berpikir tingkat
pelaksanaan pembelajaran tidak mungkin
tinggi dan berpikir kritis mencakup
melepaskan tiga
kombinasi
teaching
antara
pemahaman
yang
of
aspek itu, antara
thinking,
teaching
for
mendalam terhadap topik-topik tertentu
thinking, dan teaching about thinking
yang
terkait sangat erat, bahkan tak dapat
bersifat
menggunakan
khusus,
proses
kecakapan
kognitif
dasar
dipisahkan (Sanjaya, 2006). Jika ketiga
secara efektif, pemahaman dan kontrol
aspek
terhadap
dasar
pembelajaran, maka dapat memfasilitasi
serta
kemampuan berpikir, di antaranya untuk
proses
(metakognitif),
kognitif
maupun
sikap
pembawaan.
Livingston (1997) mengemuka-
itu
mempelajari
Corebima
dilaksanakan
biologi.
(2007)
Phillips
dalam
dalam
menyatakan
kan metakognitif memegang salah satu
kemampuan berpikir yang diperlukan
peranan dalam berpikir kritis yang sangat
pada
era
globalisasi
adalah
terkait
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
35
kemampuan
berpikir
proses
menyatakan pula bahwa pembelajara
berpikir yang melibatkan berpikir tingkat
kooperatif mengembankan kemampuan
tinggi dan dikenal dengan metakognitif.
pemecahan
Eggen dan Kauchak (1996) menyatakan
macam tipe pembelajaran kooperatif,
bahwa berpikir tingkat tinggi termasuk
berpotensi memberdayakan kemampuan
berpikir
kritis.
berpikir tingkat tinggi sepert dinyatakan
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat
oleh Corebima (2011) bahwa tipe-tipe
diberdayakan dengan memberdayakan
Student Team Achievement Devision
keterampilan metakognitif. Keterampilan
(STAD), Jigsaw, Group Investigation
metakognitif terkait strategi maupun
(GI), Tournament Games Team (TGT),
pelatihan
dapat
Numbered Head Together (NHT), Think
pembelajaran
Pair Share (TPS), terkait dan berpotensi
kreatif
tentang
dan
berpikir
metakognitif
dikembangkan
kooperatif
dan
melalui
(Green,
Mc
Donald,
masalah.
Warouw
(2009)
Pada
pebelajar
yang
kooperatif
dapat
berbagai
pemberdayaan berpikir tingkat tinggi.
O’Donnell, dalam Dansereau, 1994).
pembelajaran
Dari
menyatakan
difasilitasi
bahwa
dengan
dikembangkan keterampilan metakognitif
strategi
pembelajaran
karena pada pembelajaran kooperatif
reciprocal
teaching
terjadi komunikasi, di antara anggota
metakognitif dan kombinasi cooperatif
kelompok (Abdurrahman, 1999 dalam
scrip
Supriyono 2009). Komunikasi di antara
menunjukkan
anggota kelompok kooperatif terjadi
berpikirnya
dengan baik karena adanya keterampilan
dengan apabila difasilitasi sendiri-sendiri
mental, adanya aturan kelompok, adanya
atau dengan pembelajaran konvensional.
upaya belajar setiap anggota kelompok,
Selanjutnya
dan adanya tujuan yang harus dicapai.
menyatakan pula bahwa pebelajar yang
Lord
(2001)
dalam
Marsuro
dengan
kombinasi
dengan
strategi
strategi
metakognitif
bahwa
kemampuan
lebih
tinggi
dibanding
Maasawet
(2009)
difasilitasi pembelajaran dengan strategi
(2009) menyatakan bahwa pembelajaran
snowballing
kooperatif
meningkatkan
Together (NHT) mengalami peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Selanjutnya
kemampuan berpikir kritis pebelajar dan
Jonson & Smith (1991) mengemukakan
lebih baik dibandingkan dengan pebelajar
bahwa dengan pembelajaran kooperatif
yang
dapat
penalaran
konvensional. Berbagai penelitian seperti
pebelajar. Sedangkan Kulik & Kulik
yang dikemukakan di atas merupakan
(1997)
sedikit contoh dari upaya peningkatan
dapat
mengembangkan
dalam
Marsuro
(2009)
dan
difasilitasi
Numbered
dengan
Head
strategi
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
kemampuan berpikir kritis dan berpikir
tingkat tinggi yang terintegrasi bersama
pembelajaran.
Kesimpulan
Kajian-kajian
yang
telah
dikemukakan di atas, terlihat bahwa
pembelajaran genetika di Jurusan Biologi
UM memiliki karakteristik pembelajaran
yang
berbasis
metakognitif.
Model
pembelajaran tersebut dapat diterapkan
secara luas di perguruan tinggi yang ada
matakuliah genetika khsususnya pada
perguruan
tinggi
meningkatkan
tingkat
tinggi
pembelajaran
Biologi
LPTK
kemampuan
berpikir
mahasiswa.
Strategi
genetika
UM
untuk
pada
jurusan
memperlihatkan
pola
pembelajaran yang berbasis metakognitif
karena
menerapkan
RQA.
strategi
Dengan
karakteristik
pembelajaran
genetika
berbasis
metakognitif,
pembelajaran
dilakukan
dengan
menekankan pembelajaran pada proses
berpikir
sehingga
mahasiswa
dapat
mencapai proses berpikir tingkat tinggi
dalamn menunjang keberhasilan belajar
genetika,
sehingga
memiliki
pola
pengelolaan diri (self organization)
Daftar Pustaka
Alindada, F. S. 1998. Encouranging and
Developing Pupils Creativity.
Journal of Classroom Teacher.
Jlid I. Bill. 1. Mac.
36
Angeli, C.M. 1997. Examining the
Effects of Context-Free and
Context-Situated
Instructional
Strategies on Learner’s Critical
Thinking. 25/01/2009
Arends, R.I. 2001. Learning to Teach,
Fifth
edition.
New
York:
McGraw-Hill Company, Inc.
Ayala, F. J & kiger, J. A. 1986. Modern
Genetics. Menlo Prk California:
The Benyamin Comings Company Inc.
Brown, A. L., & Walton, M.I. 1995.
Problem Posing: Reflection and
Aplication.
New
Jersey:
Lawrences Elbow Association
Ltd.
Corebima, A. D. 2006. Metakognitif:
Suatu
Ringkasan
Kajian.
(Makalah
disajikan
dalam
Pelatihan Strategi Metakognitif
pada pembelajaran biologi untuk
guru-guru biologi SMA, Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPKM) UNPAR, Palangkaraya,
23 Agustus)
Corebima, A, D. 2007. Pemberdayaan
Kontruktivisme
dan
strategi
Metakognitif pada Perkuliahan
Genetika Di Jurusan Biologi UM.
(Laporan
Teaching
Grant.
Universitas Negeri Malang)
Corebima, A.D. 2009. Pengalaman
Berupaya
Menjadi
Guru
Profesional, Pidato Pengukuhan
Guru Besar Dalam Bidang
Genetika.
Malang.
FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Corebima, A.D. 2011. Pembelajaran
Biologi Yang Memberdayakan
Kemampuan Berpikir. (Makalah
disajikan pada pelatihan Guruguru di Sulawesi Utara. 21 Januari)
Corebima, A, D 2011. Jadikan Peserta
Didik
Pebelajar
Mandiri.
(Makalah disajikan pada pelatihan Guru-guru se Sulawesi Utara.
21 Januari)
37
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
Costa, L.A, 1985 Developing Minds, A
Resource Book for Teaching
Thinking. Virginia: Association
for Supervision and Curriculum
Development (ASCD).
Dansereau, D. F. 1985. Learning Strategy Research. In J. W. Segal, S. F.
Chipman, & R. Glaser (Eds.),
Thinking and Learning Skills:
Vol. 1, Relating Instruction to
Research. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar.
Jakarta. Erlangga.
DePorter, B., dan Hernacki, M. 1999.
Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Eggen, P. D. & Kauhack, D. P. 1996.
Strategies for Teachers: Teaching
Content and Thingking Skills.
Boston: Allyn and Bacon.
Faisal, M. 1997. Pengembangan Kreatififitas Menulis Siswa Melalui
Pembelajaran Ketrampilan menulis Terpadu. Jurnal Pendidikan
Humaniora dan Sains. Tahun 3.
No. 1 April, 1997.
Flavel, J.H. 1993. Metacognition and
Cognitive Monitoring. A New
Area of Cogniteve-Development
Inquiry, Boston, Allyn and
Bacon.
Hashemi, S.A. Naderi,, Naraghi, M, S.
& Mehrabi. 2010. Science
Productions
In
Educational
System By the Use Of Critical
Thingking. International Journal
of Instruction. Januari 2010. Vol.
3. No.1.
Henia,
D,
N.
2006.
Applyng
Metacogniteve
Strategy
to
Skimming Researce Article In
ESP Context. English Teaching
Forum. Number 1.
Huiit. Wiliam 1997. Metacognitive.
Retrived.
From
htp//tip.psycology org/-meta html,
diakses 8 Oktober 2009.
Johnson, E. B & Smith 2001. Contextual
Teaching
and
Learning.
Thousand
Oaks
California:
CorwinsPress, INC
Khairil. 2009. Model Pembelajaran
Genetika Memberdayakan Metakognisi, Berpikir Kritis di Jurusan Biologi FMIPA UM. (Tidak
Diterbitkan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang)
Lawson, A.E. 1992. The Development
of Reasoning Among college
Biology Students- A Review of
Reseach. Journal Of College Science Teaching. XXI (6).
Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An
Overview.http://www.gse.buffalo.edu/f
as/shuell/cep564/Metacog.htm.
11/03/2006
Liliasari, Permanasari, A & Reshana.
2008. Program For Critical
Thinking Skill Teaching And
Learning. (Proceeding Seminar
International Science Education
UPI 18 Oktober)
Liputo, F., M. 1997. Pengembangan
Kreativitas Menulis Siswa melalui Pembelajaran Keterampilan
Berpikir Terpadu. Jurnal Pendidikan Humaniora dan Sains.
Tahun 3, No.1 April 1997.
Marsuro, U. 2009. Efektif Model belajar
Langsung
dengan
Pelatihan
Metakognitif di SMP Negeri
Lamongan. (Tidak diterbitkan.
Pascasarjana UNESA. Surabaya)
Maasawet, E. 2009. Pengaruh Etrategi
Pembelajaran Kooperatife Snowbolling Dan Numbered Head
Together pada Sekolah Multietnis
Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis di Samarinda. (Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana
Universitas Negeri malang)
Marzano, R. J., Brandt, R. S., & Ges, C.
S. 1988. Dimension of Thinking A
Framework For Currículo and
Instruction. Alexandra, Virginia :
Assosiation For Supervisoons and
Curriculum
Development
(ASCD).
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
Marzuki M. R. E. 2005. Implementation
of Reciprocal Teaching Strategy
in Jigsaw Model in order to
Improve
Competence
and
Response of Students on Learning
of Concept of Human Reproduction System in Grade II of SMAN
10 Malang. Program of Study
Biologi Education. Postgraduate
Program. Malang State University.
Matlin, M,W. 2003. Cognition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Melati, R. 2005. Pengembangan Penalaran dan Hasil Belajar Melalui
Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan di SMP Negeri
22 Malang. (Tesis tidak diterbitkan. Pascasarjana UM)
Nur, M. 2004. Strategi Belajar. Surabaya
Unesa. Pusat Sains dan Matematika Sekolah.
Nur M. Wikandari, P.R., dan Sugiarto, B.
1998.
Teori
Pembelajaran
Kognitif.
Buku
ajar
yang
dikembangkan dalam rangka
penelitian
berjudul
Restrukturisasi Kurikulum PBM
dan Peningkatan Hubungan IKIP
Surabaya dengan Sekolah dan
Universitas di Luar Negeri. Surabaya:Unesa
O’niel J. R & Bown, R,S. 1997. Defferential Effect of Quistion Format
Assesment on Metacognitive and
Affect. Los Angels. CRESS-CSE.
University of California.
Peters, M. 2000. Does Constructivist
Epistemology Have a Place in
Nurse Education. Journal of
Nursing Education 39, no. 4: 166170.
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada.
Schraw, G. & Dennison, R. S. 1994.
Assessing Metacognitive Aware-
38
ness. Contemporary Educational
Psycology 19 no 4. 460-475
Schraiwdr, G. 2008. Promoting General
Metaconitive
Awarenss.
Insteruktional Science 26. No 4:
Slavin, S.E. 2000.Educational Psychology, Theory and Practice. Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon
Publishers
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia.
Susantini, E. 2004, Memperbaiki Kualitas Proses Belajar Genetika Melalui Strategi Metakognitif dalam
Pembelajaran Koopertif. (Disertasi tidak diterbitkan. Pascasarjana Universitas Negeri Malang)
Susantini, E.
Rahayu,S. Indana, S.
Corebima, D. 2008. Efectiveness
of Biology Material Resources
Using Metacognitve Strategy on
Conitive
Achievment.
(Proceedings Seminar International on Science Education.
Seminar di UPI 18 Oktober)
Susantini, E. 2009. The Development Of
Biology Material Reseurces By
Metacognitive Strategy. Jurnal
Ilmu Pendidikan. Jilid 16 No. 2
Juni 2009.
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumampouw, H, M. 2010. Pembelajaran
Genetika berbasis Metakognitif.
Makalah Disajikan Pada Seminar
Nasional di FMIPA UM. Tema
Peran MIPA dalam Mengembangkan Teknologi dan Pendidikan Karakter. 10 Nopember.
Sumampouw, H, M. 2011. Pembelajaran
Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi
dalam
Perkuliahan
Genetika di Jurusan Biologi
FMIPA UM. (Makalah Disajikan
Pada Seminar Nasional FMIPA
UNESA
Tema
Menyiapkan
39
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
Generasi Muda Bangsa Berkarakter
Melalui Pendidikan Biosains. 23
Juni 2011)
Rasekh, S, E & Ranjbary, R. 3003.
Metacogniteve Strategy Training
for Vicablary Leraning. TSEL-EL.
1007 Vol 7 No.2.
Trianto. 2007, Model-model pembelajaran
inovatif
Berorientasi
Konstruktivisme. Jakarta Prestasi
Pustaka.
Venville & Traegust, 2002. Teaching
Abaut the Gene in the Genetics
Information Age. Australian Science Teachers. 18Juni.
Warouw, Z. 2009. Pengaruh Pembelajaran Metakognitif Dengan Strategi
Kooperatif Scrip Dan Reciprocal
Teaching
pada
Kemampuan
Akademik Berbeda dan kemampuan berpikir Kritis. Hasil Belajar
Cognitif di SMA Manado.
(Disertasi
tidak
diterbitkan.
Program
Pascasarjana
UM.
Malang)
Woolfolk,
A.
1998.
Educational
Psychology. Seventh Edition.
Boston: Allyn and Bacon A
Viacom Company.
Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta; Gramedia.
Zubaidah, S. 2010. Berpikir kritis:
Kemampuan berpikir tingkat
Tinggi Yang dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran
Sains. (Makalah Seminar Nasional Sains dengan Tema Optimalisasi Sains untuk memberdayakan
Manusia. Pascasarjana Unesa, 16
Januari)
Zubaidah, S. 2011. Integrasi Pendekatan
Morfologi dan Molekuler DNA
dalam
Taksonomi.
(Pidato
Pengukuhan Guru Besar dalam
Bidang Genetika Di Universitas
Negeri Malang. 8 Juni)
ISSN: 1693-2654
23
Herry
Maurits
–
Keterampilan
Metakognitif
dan
Berpikir
Tingkat
Tinggi
Volume 4, Nomor 2
Agustus
2011
Halaman 23-39
Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
dalam Pembelajaran Genetika
(Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris)
Herry Maurits Sumampouw a
a
FMIPA Universitas Negeri Manado, Email: [email protected]
Diterima 18 Juni 2011, disetujui 08 Agustus 2011
ABSTRACT- Metacognition skill is regarded as higher order thinking. It is important to
assure the success of achieving particular learning goal as it guarantees the improvement
of student’s ability iof thinking towards particular given concept. Building metacognition
skill has been commonly used in learning Genetics. One example of method within metacognition is Reading, Questioning and Answering (RQA model. Theoritically, this model
is able to facilitate student to improve his higher order thinking and therefore, metacognition skill in Genetics can be raised through this model.
Keywords: Metacognition skill, higher order thinking
Pendahuluan
Kualitas pendidikan ditentukan
oleh kualitas lulusan dari satu institusi
pendidikan. Kualitas lulusan ditentukan
oleh seberapa besar pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh di institusi
pendidikan yang berguna bagi dirinya
untuk menghadapi kehidupan dan memenangkan persaingan di era globalisasi.
Agar dapat memenangkan persaingan
dan untuk berhasil dalam kehidupan,
maka seseorang harus memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Untuk
dapat meningkatkan kualitas pendidikan
maka pembelajaran yang diterapkan di
institusi hendaknya pembelajaran yang
mengembangkan keterampilan metakognitif yang pada giliran selanjutnya akan
memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Susantini (2005) menyatakan
bahwa dengan metakognitif siswa mampu
menjadi pebelajar mandiri, menum-
buhkan sikap jujur, berani mengakui
kesalahan dan akan meningkatkan hasil
belajar secara nyata.
Genetika merupakan salah satu
dari mata kuliah yang harus diikuti dan
dipelajari oleh pebelajar dalam menempuh pendidikan di intitusi dalam kelompok sains lebih khusus lagi biologi.
Genetika dewasa ini merupakan penunjang untuk berkembangnya ilmu-limu
lain. Seperti yang dikemukakan Zubaidah
(2011) bahwa hampir atau tidak satupun
ilmu biologi yang dapat berkembang
tanpa konsep genetika, dengan kata lain
genetika
adalah
ilmu
biologi
yang
melingkupi seluruh ilmu hayati. Selanjutnya Ayala (1986) mengemukakan
bahwa
genetika
memiliki
peranan
penting dalam struktur ilmu biologi
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
24
sebagaimana yang diungkapkan oleh
pebelajar memiliki motivasi untuk bela-
Theodosius Dobzhansky bahwa nothing
jar genetika.
in biology is understandable except in the
Pengetahuan
tentang
konsep-
light of genetic. Premis tersebut mem-
konsep genetika akan membantu pema-
berikan penegasan bahwa genetika mem-
haman tentang cabang-cabang ilmu bi-
iliki kaitan erat dengan cabang-cabang
ologi
ilmu biologi lainnya. Dewasa ini genetika
strategi pembelajaran yang tepat untuk
terus tumbuh dan berkembang sangat
membelajarkan konsep-konsep genetika.
spektakuler. Sehubungan dengan hal
Penelitian terkait dengan pembelajaran
tersebut seperti yang dikemukakan oleh
genetikan di perguruan tinggi secara
Russel (1992) dalam Corebima (2007)
umum, khususnya
bahwa banyak aplikasi dan terbukti bah-
Tenaga Kependidikan (LPTK) masih
wa genetika mempengaruhi kehidupan
jarang ditemui, sehingga rujukan-rujukan
sehari-hari. Berdasarkan hal-hal yang
yang secara spesifik memberikan pene-
dikemukakan di atas maka
gasan
genetika
lainnya,
sehingga
terhadap
diperlukan
Lembaga Penghasil
penggunaan
strategi
bukan sekedar pada hal pewarisan sifat
pembelajaran tertentu dalam pembelaja-
tapi seperti apa yang dikemukakan oleh
ran genetika juga jarang, atau bahkan
Corebima (2009) bahwa Genetika meru-
tidak dijumpai. Atas dasar fakta itu, maka
pakan
diperlukan
berbagai
penelitian
yang
cabang
mempelajari
ilmu
materi
biologi
genetik,
yang
tentang
pengkajian
dapat
dan
mengungkap
strukturnya, reproduksinya, kerjanya (ek-
strategi
pembelajaran
spresinya), perubahan, keberadaannya
efektif
untuk
dalam populasi, serta perekayasaannya.
mengembangkan kemampuan berpikir
Venville (2002) menjelaskan bahwa be-
mahasiswa.
berapa hal penting dalam mempelajari
Model
genetika
yang
memberdayakan
dan
pembelajaran
genetika
genetika saat ini adalah pembelajaran ge-
yang diterapkan pada Jurusan Biologi
netika harus diubah dengan berpindah
UM secara spesifik tidak menunjuk pada
dari bayang-bayang Mendel hubungan di
salah satu strategi pembelajaran tertentu.
antara konsep menuju pada bagian ting-
Jika diperhatikan berdasarkan karakteris-
kat
representatif, artinya membuat
tik pembelajaran maka akan terlihat
genetika yang bukan lagi menyajikan ba-
bahwa pembelajaran genetika di Jurusan
gian yang terfragmentasi, tetapi menjadi
Biologi
suatu
metakognitif. Hal ini sesuai dengan
konsep yang utuh dan kompre-
hensif yang dapat bermakna sehingga
Flavel
UM
(1993),
berpola
pembelajaran
Livingstone
(1997)
25
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
mendefinisikan
metakognitif
sebagai
pebelajar
(mahasiswa)
ditugaskan
thinking about thinking atau berpikir
membaca materi pembelajaran tertentu.
tentang berpikir. Dengan demikian, tipe
Selanjutnya, atas dasar pemahaman ter-
pembelajaran
dapat
hadap bacaan itu, para pebelajaran dimin-
meningkatkan kemampuan berpikir ting-
ta membuat pertanyaan secara tertulis
kat tinggi mahasiswa. Tulisan ini secara
dan menjawabnya sendiri. Substansi
spesifik
karakteristik
yang ditanyakan adalah yang penting
pembelajaran genetika di jurusan Biologi
atau sangat penting dan terkait dengan
UM yang berbasis metakognitif untuk
materi bacaan, sedangkan jumlah pertan-
memberdayakan
yaan disesuaikan dengan keadaan. Per-
semacam
akan
ini
mengkaji
kemampuan
berpikir
tingkat tinggi.
tanyaan dan jawaban yang dibuat secara
Strategi Pembelajaran Genetika di
kelompok, dipresentasikan dan ditanggapi oleh pebelajar lainnya. Corebima
Biologi UM
(2007) menyatakan bahwa dengan dePengembangan
pembelajaran
genetika di jurusan biologi UM tidak
merujuk pada suatu pendekatan atau
strategi
pembelajaran
tertentu
tetapi
memperlihatkan pola pembelajaran yang
relevan
dengan
beberapa
strategi
pembelajaran sekaligus. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Khairil (2009)
memperlihatkan
perkuliahan
pola
bahwa
genetika
pembelajaran
struktur
memperlihatkan
yaitu
mahasiswa
diwajibkan membaca kemudian membuat
pertanyaan dan jawaban secara mandiri
berdasarkan
materi
pembelajaran
ini
bacaan.
Pola
telah
lama
dikembangkan oleh Corebima dan diberi
nama strategi pembelajaran Reading,
Questioning
and
Answering
(RQA).
Corebima (2009) menjelaskan bahwa
pada strategi pembelajaran RQA, para
mikian maka aktivitas bertanya mahasiswa meningkat baik kualitas maupun
kuantitasnya. Peningkatan aktivitas bertanya mahasiswa ternyata sebanding
dengan capaian hasil belajar mereka pada akhir perkuliahan semua mahasiswa
dinyatakan lulus. Hasil belajar ini merupakan hasil yang sangat baik, karena pada tahun-tahun sebelumnya belum pernah
dicapai hasil belajar seperti ini. Selanjutnya Thoe dalam Corebima (2007) menyatakan bahwa pertanyaan merupakan
alat yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan kognitif pebelajar
dan dapat dicapai dengan berbagai
rangsangan pertanyaan. Dengan aktivitas
bertanya maka pencapaian hasil belajar
kognitif akan optimal.
Selain dengan strategi RQA, pembelajaran genetika di jurusan biologi UM
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
26
juga dengan membuat summary atau
terpisah
ringkasan
komplementasi. Hasil penelitian Khairil
terhadap
bahan
bacaan.
tetapi
memliki
fungsi
Sekalipun tidak merujuk pada strategi
(2009)
pembelajaran tertentu dari jenis-jenis
praktikum genetika di jurusan biologi
pembelajaran kooperatif, pola pembelaja-
UM
ran yang dikembangkan pada perkuliahan
konstruktivisme, yaitu masing-masing
genetika
kelompok
juga
memperlihatkan
pola
menjelaskan
dilakukan
bahwa
pola
dengan
melaksanakan
azas
kegiatan
pembelajaran kooperatif karena berpusat
praktikum yang pada awalnya mahasiswa
pada keaktifan mahasiswa (student cen-
tidak diberitahu tentang fenomena dari
tered) dan bekerja dalam kelompok.
kegiatan praktikum yang akan dilakukan.
Corebima (2009) memberikan gambaran
Penjelasan Corebima (2009) dan hasil
bahwa kegiatan praktikum genetika di
observasi Khairil (2009) memberikan
jurusan biologi UM telah dilakukan sejak
gambaran bahwa pada proses praktikum
tahun
genetika,
1989
praktikum,
dengan
karakteristik
tingkat
ketepatan
dan
dilaksanakan dalam pola
kecermatan
pengamatan
sangat
proyek dan klasikal, dikerjakan dalam
menentukan
keberhasilan
dalam
kelompok
mengungkap fenomena yang teramati
dan
setiap
kelompok
berjumlah dua sampai tiga mahasiswa.
Dijelaskan
lebih
lanjut
Corebima (2009) bahwa
oleh
praktikum
dan
menyusunnya
menjadi
konsep.
Konsep yang didapat pebelajar akan
sangat
membantu
pemahamannya
genetika dilaksanakan sebagai kegiatan
tentang genetika yang dapat digunakan
kelompok untuk menemukan konsep dan
dalam perkuliahan genetika itu sendiri
hasil
dan mata kuliah lain dalam biologi.
praktikum
dilaporkan
sebagai
laporan penelitian yang dipresentasikan
dalam forum seminar kelas. Konsep-
Arti, Ruang Lingkup Dan Strategi
Metakognitif
konsep yang ditemukan melalui kegiatan
praktikum tidak diikutkan menjadi materi
perkuliahan teori dan sebaliknya materi
perkuliahan teori juga tidak merupakan
konsep yang akan ditemukan melalui
kegiatan praktikum. Penjelasan Corebima
(2009) di atas memberikan gambaran
bahwa pelaksanaan perkulian teori dan
praktikum merupakan dua kegiatan yang
Secara terminologis metakognitif
berasal dari kata “meta” dan “cognition”,
awalan kata “meta” disini bukan dimaksudkan untuk menunjuk ke makna yang
fundamental seperti kata metafisika atau
metamemori, melainkan seperti yang
ditegaskan Lawson (1984), ”…the meta
prefix refers to a reflective of cognitive
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
27
processes and of cognition…” yang
seseorang tentang berfikirnya dan ket-
memaknai meta sebagai refleksi proses
erampilannya esensial seseorang dalam
kognitif dan kontrol kognitif. Selanjutnya
belajar untuk belajar.
kata kognitif itu sendiri didefinisikan
Metakognitif didefinisikan secara
secara sempit sebagai kesadaran dan
berbeda-beda misalnya “kognisi daripada
secara luas didefinisikan sebagai proses
kognisi” (Carrell, Pharis, dan Liberto
mental yang lebih tinggi seperti kecer-
1989 dalam Henia, 2006), “ kesadaran
dasan, penalaran, kreativitas, ingatan,
disengaja
pemecahan masalah dan persepsi Murray
(Bernhardt 1991, dalam Henia, 2006),
& Morsberg (1982) dalam Corebima
dan
(2007) menyatakan metakognitif pertama
(Wenden 1998, dalam Henia, 2006).
kali dipergunakan oleh Ann Brown dan
Selanjutnya
John Flavel pada awal tahun 1970
kesadaran dan kontrol terhadap proses
(Schneider, 2008). Saat ini, terdapat
kognitif (Eggen dan Kauchak, 1996),
berbagai pengertian metakognisi yang
atau proses mengetahui dan memonitor
disampaikan oleh ahli yang berbeda.
proses berpikir atau proses kognitif
Flavel mendefinisikan sebagai penge-
sendiri (Arends, 1998). Metakognitif juga
tahuan tentang proses kognitif Flavel
dideskripsikan oleh Donald Meichen-
(1979)
(2008).
baum dan koleganya sebagai People’s
Metakognisi berarti ”Thinking about
awareness of their own cognitive ma-
thinking” Livingston, 1997, Anderson,
chinery and how the machinery works
2002 dalam Rasekh dan Ranjbary (2003)
(Woolfolk,
berpikir tentang berpikir.
menunjuk kepada kecakapan siswa sadar
dalam
Schneider,
Metakognitif berarti
dari
proses
“pengetahuan
kognitif”
tentang
metakognisi
1998).
belajar”
berarti
Metakognitif
”thinking
dan memonitor proses pembelajarannya
about one’s own thinking” (Darling,
(Peters, 2000). Metakognitif mengarah
tanpa
tentang
pada siswa berpikir tentang berpikirnya
berpikirnya pribadi sendiri. Metakognisi
mereka dan kemampuan mereka untuk
berarti pengetahuan tentang belajarnya
menggunakan strategi belajar tertentu
diri sendiri ( Flavell, 1985; Garner dan
dengan tepat (Arends 2001). Selanjutnya
Alexander, 1989 dalam Nur, 2004), atau
definisi lengkap dari John Flavel 1985,
pengetahuan tentang bagaimana belajar.
dalam Arends (2001) metacognition is
Huiit (1997) mendefinisikan metakogni-
one’s knowledge concerning one’s own
tif
seseorang
cognitive processes….Metacognitive re-
berfikir
fers, among other things, to the active
tahun)
sebagai
tentang
atau
berpikir
pengetahuan
sistem
kognitifnya,
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
28
monitoring and consequent regulation
(or strategies).
and orchestration of these processes in
adalah pengetahuan seseorang tentang
relation to the cognitive objective on
unsur
which they bear, usually in the service of
kognitif dan hasil proses kognitifnya
some
objec-
sendiri. Secara garis besar meliputi ; 1)
tive….Selanjutnya O’ Niel & Brown
pribadi yang mengacu pada apa yang
(1997)
pengertian
diyakini seseorang tentang keberadaan
metakognitif sebagai proses seseorang
pikirannya sendiri termasuk disini adalah
berpikir tentang berpikir mereka sendiri
cerdas, 2) tugas (task) berkenaan dengan
dalam rangka membangun strategi untuk
hal
memecahkan masalah.
sifatnya seperti sulit/mudah, 3) strategis
concrete
goal
mengemukakan
or
yang
Pengetahuan kognitif
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang
jalannya
tentang
Memahami berbagai pengertian
berkaitan tentang pengetahuan seseorang
dikemukakan
maka
untuk mengerjakan sesuatu kegiatan
metakognitif berhubungan dengan ber-
seperti tepat/kurang tepat. Dalam pem-
pikirnya pebelajar berpikirnya sendiri
belajaran
dan
dapat
yang dimiliki oleh pebelajar berkaitan
menggunakan dan mengaplikasikan da-
dengan keyakinan dirinya tentang kecer-
lam strategi-strategi belajar yang tepat,
dasan,
seperti seseorang dengan tipe belajarnya
tahuannya akan tingkat kesulitan tugas
sendiri (misalnya dengan peta konsep,
yang dikerjakan dengan caranya sendiri
visual),
dianggap
yang
kemampuan
di
atas
pebelajar
sangat menyadari bahwa
dengan tipe/karakternya belajar merupa-
pengetahuan metakognitif
seberapa kesadaranya, penge-
terbaik
untuk
dapat
me-
nyelesaikannya.
kan cara terbaik baginya untuk mengerti,
Pengalaman metakognitif meru-
memahami bahkan mengingat sejumlah
pakan
besar informasi-informasi terkait konsep
kegiatan intelektual pebelajar. Pengala-
yang sedang ia pelajari atau informasi
man yang diintegrasikan dengan penge-
baru yang diperoleh.
tahuan metakognitif, strategi kognitif dan
Metakognitif
dapat
pengalaman
yang
mengikuti
dipandang
tugas seperti yang dikemukakan Flavel
sebagai bagian model monitoring kogni-
(1993) dapat melahirkan self-monitoring
tif seperti yang dikemukakan oleh Flavel
dan self-regulation.
(1993) yang menunjukkan hubungan
takognitif
dinamis antara empat komponen yaitu
kinan-keyakinan berkedudukan sebagai
metacognitive knowledge, metakognitive
rujukan dan referensi pengalaman me-
experience, goals (or taks), dan actions
takognitif. Pengalaman metakognitif di
Pengetahuan me-
didalamnya termuat keya-
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
29
dan
sendiri di samping pengetahuan tentang
keingintahuan yang berkedudukan se-
berbagai strategi belajar yang digunakan
bagai pemantau dan pengarah proses.
dalam
dalamnya
terdapat
perasaan
Slavin dalam Nur (2004) menya-
suatu
tertentu.
situasi
pembelajaran
lanjut
menyatakan
Lebih
takan kebanyakan para ahli sependapat
komponen kedua metakognitif, pemon-
bahwa
itoran kognitif, adalah kemampuan siswa
metakognitif
memiliki
dua
komponen: pengetahuan tentang kognitif,
untuk
memilih,
dan mekanisme pengendalian diri seperti
memonitor strategi-strategi belajar yang
pengendalian dan pemonitoran kognitif,
cocok,
pengetahuan tentang kognisi terdiri dari
metakognitif, merupakan salah satu dari
informasi dan pemahaman yang dimiliki
empat jenis strategi kognitif. Untuk
seorang siswa tentang proses berpikirnya
jelasnya dapat di lihat pada tabel 1.
...dan
menggunakan,
seterusnya.
dan
Strategi
Tabel 1. Empat Kategori Strategi Kognitif
Strategi
Mengulang
Elaborasi
Organisasi
Metakognisi
Definisi
Menghafal bahan-bahan ke dalam ingatan
dengan cara mengulang-ulang bahan
tersebut
Menambahkan rincian pada informasi baru
dan menciptakan hubungan
Mengenali atau mengambil ide-ide pokok
dari kumpulan banyak informasi
Berpikir tentang berpikir dan pemonitoran
pemrosesan informasi
Contoh
Mengulang-ulang nomor telepon
Menggunakan teknik-teknik mnemonics dan
menambah rincian seperti menghubungkan nomor
telepon baru dengan nomor kartu penduduk.
Membuat
kerangka
garis
besar
atau
menggarsibawahi
Menentukan bahwa strategi terbaik untuk
memahami suatu bacaan baru adalah menciptakan
kerangka garis besar ide-ide pokok
Sumber: Nur 2004
Komponen-komponen
merupakan
bentuk
di
atas
pengetahuan
Livingstone
strategi
(1997),
kognitif
bahwa
digunakan
strategiuntuk
deklaratif, prosedural dan kondisional,
membantu mencapai suatu tujuan khusus.
yang dapat diajarkan kepada siswa.
Sementara
Dimana pengetahuan deklaratif adalah
digunakan untuk memastikan bahwa
pengetahuan yang dimiliki siswa tentang
tujuan telah dicapai. Kadang-kadang
sesuatu, dan pengetahuan prosedural
strategi belajar disebut juga strategi
adalah pengetahuan yang dimiliki siswa
kognitif. Proses-proses ini digunakan
tentang bagaimana melakukan sesuatu,
untuk
serta
bagaimana belajar” (learn how to learn),
pengetahuan
kondisional
strategi
membantu
metakognisi
siswa
“belajar
merupakan pengetahuan tentang kapan
yaitu
dan mengapa menggunakan pengetahuan
menyimpan, dan mengingat kembali
deklaratif atau pengetahuan prosedural
keterampilan dan informasi. Kardi dan
bagaimana
memahami,
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
30
Sugianto dalam Nur (2004) menyatakan
strategi metakognisi merupakan proses-
bahwa
proses yang berurutan yang digunakan
strategi-strategi
metakognitif
melibatkan proses-proses regulasi atau
untuk
peraturan eksekutif yang diarahkan pada
kognitif dan memastikan bahwa tujuan
regulasi tentang langkah pemikiran. HaI
kognitif telah dicapai. Proses-proses ini
itu meliputi keputusan-keputusan akan
terdiri dari perencanaan (planning) dan
membantu (1) mengalokasikan sumber-
pemantauan
sumber yang dimiliki untuk mengerjakan
aktivitas
tugas, (2) menentukan langkah-langkah
(evaluating) terhadap hasil aktivitas-
penyelesaian tugas, dan (3) menentukan
aktivitas
intensitas, atau kecepatan dimana kita
perencanaan seperti menentukan tujuan
harus mengerjakan/menyelesaikan tugas
dan
tersebut (Livingstone, 1997). Menurut
mengaktivasi pengetahuan yang relevan
O’Malley dan Chamot (1990) dalam
sehingga
Henia
sasian dan pemahaman materi pelajaran.
(2006),
mencakup
tugas,
strategi
perhatian
selektif
perencanaan,
pengevaluasian
diterapkan
metakognisi
spesifikasian
(monitoring)
kognitif
serta
ini.
analisis
aktivitasevaluasi
Aktivitas-aktivitas
tugas
mempermudah
membantu
pengorgani-
Aktivitas-aktivitas pemantauan meliputi
pemonitorandiri,
perhatian seseorang ketika ia membaca,
Sebagaimana
dan membuat pertanyaan atau pengujian
bacaan,
ini
aktivitas-aktivitas
kepada
diri.
pada
metakognitif
mengontrol
strategi
diri. Aktivitas-aktivitas ini membantu
pen-
siswa dalam memahami materi dan
memerlukan
tujuan
membaca,
mengintegrasikannya
dengan
penge-
merencanakan bagaimana suatu teks
tahuan awal. Aktivitas-aktivitas penga-
yang akan dibaca, pemonitoran diri
turan meliputi penyesuaian dan perbaikan
terhadap kekeliruan dalam pemahaman
aktivitas-aktivitas
membaca,
diri
Aktivitas-aktivitas ini membantu pening-
seberapa baik keseluruhan obyek-obyek
katan prestasi dengan cara mengawasi
itu bisa dipenuhi, yang memungkinkan
dan mengoreksi perilakunya pada saat ia
mengambil
menyelesaikan tugas Pintrich (1991)
dan
pengevaluasian
ukuran
pembetulan
jika
pemahaman tidak tercapai.
Menurut
dalam
kognitif
siswa.
dalam Masuro (2009).
Flavell dan Brown
Livingstone, (1997)
Gagne
dalam Masuro
(2009)
bahwa
mengemukakan strategi kognitif adalah
metakognitif
cara seseorang mengatur perilakunya
melibatkan strategi-strategi metakognitif
sendiri dalam memperhatikan belajar,
atau pengaturan metakognitif. Strategi-
mengingat dan berpikir.
pengalaman-pengalaman
Memahami
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
31
materi
ajar
meliputi;
1)
strategi
paling
utama.
Proses
berpikir
juga
menggaris bawahi atau menandai ide-ide
merupakan suatu kegiatan mental yang
penting, 2) strategi pembuatan catatan
disadari dan diarahkan untuk maksud
pinggir,
pembuatan
tertentu. Maksud yang mungkin dicapai
rangkuman. Strategi dalam memecahkan
dari berpikir selain untuk membangun
masalah merupakan cara yang dianggap
dan
efektif. Mengenai pengaruh keterampilan
untuk mengambil keputusan, membuat
menggunakan strategi atau siasat belajar
perencanaan, memecahkan masalah, serta
terhadap
untuk menilai tindakan (Liputo, 1996).
3)
hasil
strategi
belajar
seperti
yang
dijelaskan Winkel (1996) menyatakan
bahwa
pebelajar
yang
memperoleh
pengetahuan,
juga
Berpikir merupakan suatu proses
pandai
yang mempengaruhi penafsiran terhadap
menemukan sendiri siasat-siasat belajar
rangsangan-rangsangan yang melibatkan
mereka, karena hasil belajar yang lebih
proses sensasi, persepsi, dan memori
baik bersumber pada cara belajar yang
(Sobur, 2003). Pada saat seseorang
penuh kesadaran, sistematis dan penuh
menghadapi persoalan, pertama-tama ia
refleksi diri. Strategi ini membawa
melibatkan
ke arah peningkatan belajar secara nyata.
menangkap tulisan, gambar, ataupun
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
proses
sensasi,
yaitu
suara. Selanjutnya ia mengalami proses
persepsi, yaitu membaca, mendengar,
Pembelajaran
yang
tidak
menekankan pada upaya pengembangan
keterampilan
cenderung
berpikr
tingkat
tinggi
mengkondisikan
pebelajar
dalam belajar hafalan (rote
learning),
oleh sebab itu sangatlah penting dan
utama
dalam
pembelajaran
mengembangkan keterampilan
berpikir
tingkat tinggi. Kemampuan manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungan
untuk
mempertahankan
hidupnya
sangat
kelangsungan
bergantung
pada
kemampuan berpikirnya. Hal inilah yang
disebutkan oleh Purwanto (1998) bahwa
berpikir merupakan daya saing yang
dan memahami apa yang diminta dalam
persoalan tersebut. Pada saat itu pun,
sebenarnya ia melibatkan proses memorinya untuk memahami istilah-istilah
baru yang ada pada persoalan tersebut,
ataupun melakukan recall dan recognition ketika yang dihadapinya adalah
persoalan yang sama pada waktu lalu
Matlin (1994) dalam Melati (2005).
Dalam proses berpikir, termuat juga
kegiatan seperti meragukan dan memastikan, merancang, menghitung (kalkulasi), mengukur (menaksir), mengevaluasi
(assess),
membandingkan
(mengkomparasi), , memilah-milah atau
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
membedakan,
menafsirkan,
menghubungkan,
melihat
32
berpikir
dalam
pembelajaran
maka
kemungkinan-
pelatihan dan penggunaan strategi dalam
kemungkinan yang ada, menganalisis,
kemampuan berpikir tingkat tinggi perlu
sintesis, menalar atau
menarik kes-
dilakukan dan diimplementasikan dalam
impulan dari premis yang ada, men-
belajar termasuk menyampaikan materi
imbang, dan memutuskan
dan sekaligus dalam kehidupan kesehar-
(Sobur,
2003).
iannya.
DePorter dan Hernacki (1999)
mengelompokkan cara berpikir manusia
ke dalam beberapa bagian, yaitu: berpikir
vertikal, berpikir kritis, berpikir analitis,
Model
Pembelajaran
Berbasis
Genetika
Metakognitif
Memberdayakan
Untuk
Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi.
berpikir strategis, berpikir tentang hasil,
Pengembangan
dan berpikir kreatif. Sementara itu,
Presseisen (Angeli, 1997; Liliasari, 1996)
membedakan
kemampuan
berpikir
menjadi dua bagian, yakni kemampuan
berpikir dasar dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang merupakan perpaduan
antara beberapa kemampuan berpikir
dasar.
Presseisen
menyebutkan
bahwa
(Liliasari,
yang
1996)
termasuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan pemecahan masalah
(problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kreatif
(creative thinking), dan berpikir kritis
(critical thinking). Masing-masing tipe
berpikir tersebut dapat dibedakan berdasarkan tujuannya. Semua kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang diungkapkan
di atas dapat dikembangkan melalui
berpikir
telah
menjadi
tujuan pendidikan akhir-akhir ini. Selanjutnya Sumampouw (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran keterampilan
berpikir adalah memperbaiki keterampilan berpikir tingkat tinggi pebelajar dan
menyiapkan agar berhasil menghadapi
kehidupan. Dengan pembelajaran seperti
ini
pengalaman
memperoleh
dan
mengembangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi sangat diperlukan dan akan
terwujud serta berhasil dam kehidupan.
Di banyak negara, berpikir kritis
menjadi satu kompetensi dari tujuan
pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan umunya.
Hal tersebut dilatar
belakangi
kajian-kajian
oleh
menunjukkan
bahwa
berpikir
yang
kritis
merupakan keterampilan berpikir tingkat
pembelajaran.
Memastikan
keterampilan
pembelajaran
bahwa
pebelajar
memahami secara benar keterampilan
tinggi dan telah diketahui berperan dalam
perkembangan
moral,
perkembangan
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
33
sosial, perkembangan mental, perkem-
tingkat tinggi mereka. Faisal (1997)
bangan kognitif dan perkembangan sains
dalam Marzuki, (2005) juga menjelaskan
secara umum Hashemi (2010). Dengan
bahwa
demikian
yang
mengajukan pertanyaan merupakan salah
tingkat
satu proses berpikir kritis siswa untuk
tinggi seyogianya dapat dikembangkan
menemukan dan menggali informasi,
dalam
Keterampilan
karena siswa mempunyai rasa ingin tahu
berpikir tingkat tinggi adalah potensi
yang besar dalam memperoleh berbagai
intelektual yang dapat dikembangkan
informasi. Menurut Brown dan Walton
melalui proses pembelajaran.
(1995), strategi menyusun pertanyaan
kemampuan
ditunjukkan
dengan
berpikir
berpikir
pembelajaran.
kegiatan
menyusun
atau
Pembelajaran genetika di jurusan
memiliki dua tahap kognitif yaitu tahap
biologi UM sejalan dengan penjelasan
menerima (accepting) dan tahap menan-
yang dikemukakan oleh Marzano dalam
tang
Corebima (2007) bahwa terdapat 3 upaya
membaca informasi pada situasi yang
utama yang dapat dilakukan untuk
ada, maka pada saat tersebut ia akan
meningkatkan
melakukan
kemampuan
berpikir
(challenging).
tahap
Ketika
kognitif
siswa
yaitu
siswa, yaitu 1) melaui teknik bertanya, 2)
accepting, sedangkan pada tahap kognitif
teknik
strategi
chalengging ditunjukan ketika siswa
Strategi
akan menyusun pertanyaan (soal). Proses
pembelajaran genetika yang dirangkum
kognitif accepting memungkinkan siswa
menjadi strategi pembelajaran RQA jelas
untuk menempatkan suatu informasi pada
memperlihatkan
suatu
menulis,
pemrosesan
dan
3)
informasi.
pola
pemberdayaan
jaringan
struktur
kognitif
ketrampilan metakognitif. Sesuai dengan
sedangkan proses kognitif challenging
namanya, strategi pembelajaran RQA
dapat memungkinkan jaringan yang ada
diawali
pada diri siswa akan semakin kuat
dengan
kemudian
membaca
mahasiswa
materi,
diharuskan
membuat pertanyaan berdasarkan materi
hubungannya (Marzuki, 2005).
Sejalan dengan itu, Eggen dan
yang dibaca serta mencari jawabannya.
Kauchak
Alindada (1998) menjelaskan bahwa
pengembangan kecakapan metakognitif
pertanyaan merupakan suatu cara yang
pada para siswa adalah suatu tujuan
paling mudah untuk menantang pola-pola
pendidikan
berpikir kreatif. Menurut Marzano (1993)
kecakapan itu dapat membantu mereka
dengan
dapat
menjadi self-regulated learners. Self-
berpikir
regulated learner bertanggung jawab
bertanya
meningkatkan
siswa
kemampuan
(1996)
yang
menyatakan
berharga,
bahwa
karena
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
34
terhadap kemajuan belajarnya sendiri dan
penting agar pebelajaran berhasil, dan
mengadaptasi
menegaskan
strategi
belajarnya
bahwa
aktivitas-aktivitas
mencapai tuntutan tugas. Pendapat Eggen
seperti
dan
mendekati sebuah tugas belajar tertentu,
Kauchak
(1996),
memberikan
merencanakan
bagaimana
gambaran bahwa metakognitif berperan
memantau
penting dalam menunjang keberhasilan
perkembangan
belajar. Menurut Rivers (2001), Schraw
sebuah tugas memiliki sifat metakognitif.
(1998) pebelar yang terampil melakukan
Strategi metakognitif adalah suatu cara
penilaian terhadap diri sendiri adalah
dalam pembelajaran untuk meningkatkan
siswa yang sadar akan kemampuannya.
kesadaran
Peter
bahwa
keterampilan berpikir atas bimbingan
memung-
guru melalui proses yang digunakan
kinkan pebelajar berkembang sebagai
siswa dalam mengamati belajar diri
pebelajar
pebelajar
sendiri, mengontrol aktivitas kognitif,
didorong menjadi penilai atas pemikiran
dan untuk memastikan bahwa sebuah
dan
tujuan kognitif terpenuhi.
(2000)
keterampilan
berpendapat
metakognitif
mandiri,
karena
pembelajarannya
sendiri.
pemahaman,
menuju
dan
dan
menilai
penyelesaian
memberdayakan
Keterampilan metakognitif diperlukan
Menurut Costa (1985) dalam
pebelajar untuk memahami bagaimana
proses pembelajaran ada tiga pengajaran
tugas itu dilaksanakan Rivers (2001) dan
berpikir, yakni teaching of thinking,
Schraw (1998).
teaching for thinking, dan teaching about
Eggen
dan
Kauchak
(1996)
thinking.
Pada
kenyataan
dalam
mengemukakan bahwa berpikir tingkat
pelaksanaan pembelajaran tidak mungkin
tinggi dan berpikir kritis mencakup
melepaskan tiga
kombinasi
teaching
antara
pemahaman
yang
of
aspek itu, antara
thinking,
teaching
for
mendalam terhadap topik-topik tertentu
thinking, dan teaching about thinking
yang
terkait sangat erat, bahkan tak dapat
bersifat
menggunakan
khusus,
proses
kecakapan
kognitif
dasar
dipisahkan (Sanjaya, 2006). Jika ketiga
secara efektif, pemahaman dan kontrol
aspek
terhadap
dasar
pembelajaran, maka dapat memfasilitasi
serta
kemampuan berpikir, di antaranya untuk
proses
(metakognitif),
kognitif
maupun
sikap
pembawaan.
Livingston (1997) mengemuka-
itu
mempelajari
Corebima
dilaksanakan
biologi.
(2007)
Phillips
dalam
dalam
menyatakan
kan metakognitif memegang salah satu
kemampuan berpikir yang diperlukan
peranan dalam berpikir kritis yang sangat
pada
era
globalisasi
adalah
terkait
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
35
kemampuan
berpikir
proses
menyatakan pula bahwa pembelajara
berpikir yang melibatkan berpikir tingkat
kooperatif mengembankan kemampuan
tinggi dan dikenal dengan metakognitif.
pemecahan
Eggen dan Kauchak (1996) menyatakan
macam tipe pembelajaran kooperatif,
bahwa berpikir tingkat tinggi termasuk
berpotensi memberdayakan kemampuan
berpikir
kritis.
berpikir tingkat tinggi sepert dinyatakan
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat
oleh Corebima (2011) bahwa tipe-tipe
diberdayakan dengan memberdayakan
Student Team Achievement Devision
keterampilan metakognitif. Keterampilan
(STAD), Jigsaw, Group Investigation
metakognitif terkait strategi maupun
(GI), Tournament Games Team (TGT),
pelatihan
dapat
Numbered Head Together (NHT), Think
pembelajaran
Pair Share (TPS), terkait dan berpotensi
kreatif
tentang
dan
berpikir
metakognitif
dikembangkan
kooperatif
dan
melalui
(Green,
Mc
Donald,
masalah.
Warouw
(2009)
Pada
pebelajar
yang
kooperatif
dapat
berbagai
pemberdayaan berpikir tingkat tinggi.
O’Donnell, dalam Dansereau, 1994).
pembelajaran
Dari
menyatakan
difasilitasi
bahwa
dengan
dikembangkan keterampilan metakognitif
strategi
pembelajaran
karena pada pembelajaran kooperatif
reciprocal
teaching
terjadi komunikasi, di antara anggota
metakognitif dan kombinasi cooperatif
kelompok (Abdurrahman, 1999 dalam
scrip
Supriyono 2009). Komunikasi di antara
menunjukkan
anggota kelompok kooperatif terjadi
berpikirnya
dengan baik karena adanya keterampilan
dengan apabila difasilitasi sendiri-sendiri
mental, adanya aturan kelompok, adanya
atau dengan pembelajaran konvensional.
upaya belajar setiap anggota kelompok,
Selanjutnya
dan adanya tujuan yang harus dicapai.
menyatakan pula bahwa pebelajar yang
Lord
(2001)
dalam
Marsuro
dengan
kombinasi
dengan
strategi
strategi
metakognitif
bahwa
kemampuan
lebih
tinggi
dibanding
Maasawet
(2009)
difasilitasi pembelajaran dengan strategi
(2009) menyatakan bahwa pembelajaran
snowballing
kooperatif
meningkatkan
Together (NHT) mengalami peningkatan
kemampuan berpikir siswa. Selanjutnya
kemampuan berpikir kritis pebelajar dan
Jonson & Smith (1991) mengemukakan
lebih baik dibandingkan dengan pebelajar
bahwa dengan pembelajaran kooperatif
yang
dapat
penalaran
konvensional. Berbagai penelitian seperti
pebelajar. Sedangkan Kulik & Kulik
yang dikemukakan di atas merupakan
(1997)
sedikit contoh dari upaya peningkatan
dapat
mengembangkan
dalam
Marsuro
(2009)
dan
difasilitasi
Numbered
dengan
Head
strategi
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
kemampuan berpikir kritis dan berpikir
tingkat tinggi yang terintegrasi bersama
pembelajaran.
Kesimpulan
Kajian-kajian
yang
telah
dikemukakan di atas, terlihat bahwa
pembelajaran genetika di Jurusan Biologi
UM memiliki karakteristik pembelajaran
yang
berbasis
metakognitif.
Model
pembelajaran tersebut dapat diterapkan
secara luas di perguruan tinggi yang ada
matakuliah genetika khsususnya pada
perguruan
tinggi
meningkatkan
tingkat
tinggi
pembelajaran
Biologi
LPTK
kemampuan
berpikir
mahasiswa.
Strategi
genetika
UM
untuk
pada
jurusan
memperlihatkan
pola
pembelajaran yang berbasis metakognitif
karena
menerapkan
RQA.
strategi
Dengan
karakteristik
pembelajaran
genetika
berbasis
metakognitif,
pembelajaran
dilakukan
dengan
menekankan pembelajaran pada proses
berpikir
sehingga
mahasiswa
dapat
mencapai proses berpikir tingkat tinggi
dalamn menunjang keberhasilan belajar
genetika,
sehingga
memiliki
pola
pengelolaan diri (self organization)
Daftar Pustaka
Alindada, F. S. 1998. Encouranging and
Developing Pupils Creativity.
Journal of Classroom Teacher.
Jlid I. Bill. 1. Mac.
36
Angeli, C.M. 1997. Examining the
Effects of Context-Free and
Context-Situated
Instructional
Strategies on Learner’s Critical
Thinking. 25/01/2009
Arends, R.I. 2001. Learning to Teach,
Fifth
edition.
New
York:
McGraw-Hill Company, Inc.
Ayala, F. J & kiger, J. A. 1986. Modern
Genetics. Menlo Prk California:
The Benyamin Comings Company Inc.
Brown, A. L., & Walton, M.I. 1995.
Problem Posing: Reflection and
Aplication.
New
Jersey:
Lawrences Elbow Association
Ltd.
Corebima, A. D. 2006. Metakognitif:
Suatu
Ringkasan
Kajian.
(Makalah
disajikan
dalam
Pelatihan Strategi Metakognitif
pada pembelajaran biologi untuk
guru-guru biologi SMA, Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPKM) UNPAR, Palangkaraya,
23 Agustus)
Corebima, A, D. 2007. Pemberdayaan
Kontruktivisme
dan
strategi
Metakognitif pada Perkuliahan
Genetika Di Jurusan Biologi UM.
(Laporan
Teaching
Grant.
Universitas Negeri Malang)
Corebima, A.D. 2009. Pengalaman
Berupaya
Menjadi
Guru
Profesional, Pidato Pengukuhan
Guru Besar Dalam Bidang
Genetika.
Malang.
FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Corebima, A.D. 2011. Pembelajaran
Biologi Yang Memberdayakan
Kemampuan Berpikir. (Makalah
disajikan pada pelatihan Guruguru di Sulawesi Utara. 21 Januari)
Corebima, A, D 2011. Jadikan Peserta
Didik
Pebelajar
Mandiri.
(Makalah disajikan pada pelatihan Guru-guru se Sulawesi Utara.
21 Januari)
37
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
Costa, L.A, 1985 Developing Minds, A
Resource Book for Teaching
Thinking. Virginia: Association
for Supervision and Curriculum
Development (ASCD).
Dansereau, D. F. 1985. Learning Strategy Research. In J. W. Segal, S. F.
Chipman, & R. Glaser (Eds.),
Thinking and Learning Skills:
Vol. 1, Relating Instruction to
Research. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar.
Jakarta. Erlangga.
DePorter, B., dan Hernacki, M. 1999.
Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Eggen, P. D. & Kauhack, D. P. 1996.
Strategies for Teachers: Teaching
Content and Thingking Skills.
Boston: Allyn and Bacon.
Faisal, M. 1997. Pengembangan Kreatififitas Menulis Siswa Melalui
Pembelajaran Ketrampilan menulis Terpadu. Jurnal Pendidikan
Humaniora dan Sains. Tahun 3.
No. 1 April, 1997.
Flavel, J.H. 1993. Metacognition and
Cognitive Monitoring. A New
Area of Cogniteve-Development
Inquiry, Boston, Allyn and
Bacon.
Hashemi, S.A. Naderi,, Naraghi, M, S.
& Mehrabi. 2010. Science
Productions
In
Educational
System By the Use Of Critical
Thingking. International Journal
of Instruction. Januari 2010. Vol.
3. No.1.
Henia,
D,
N.
2006.
Applyng
Metacogniteve
Strategy
to
Skimming Researce Article In
ESP Context. English Teaching
Forum. Number 1.
Huiit. Wiliam 1997. Metacognitive.
Retrived.
From
htp//tip.psycology org/-meta html,
diakses 8 Oktober 2009.
Johnson, E. B & Smith 2001. Contextual
Teaching
and
Learning.
Thousand
Oaks
California:
CorwinsPress, INC
Khairil. 2009. Model Pembelajaran
Genetika Memberdayakan Metakognisi, Berpikir Kritis di Jurusan Biologi FMIPA UM. (Tidak
Diterbitkan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang)
Lawson, A.E. 1992. The Development
of Reasoning Among college
Biology Students- A Review of
Reseach. Journal Of College Science Teaching. XXI (6).
Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An
Overview.http://www.gse.buffalo.edu/f
as/shuell/cep564/Metacog.htm.
11/03/2006
Liliasari, Permanasari, A & Reshana.
2008. Program For Critical
Thinking Skill Teaching And
Learning. (Proceeding Seminar
International Science Education
UPI 18 Oktober)
Liputo, F., M. 1997. Pengembangan
Kreativitas Menulis Siswa melalui Pembelajaran Keterampilan
Berpikir Terpadu. Jurnal Pendidikan Humaniora dan Sains.
Tahun 3, No.1 April 1997.
Marsuro, U. 2009. Efektif Model belajar
Langsung
dengan
Pelatihan
Metakognitif di SMP Negeri
Lamongan. (Tidak diterbitkan.
Pascasarjana UNESA. Surabaya)
Maasawet, E. 2009. Pengaruh Etrategi
Pembelajaran Kooperatife Snowbolling Dan Numbered Head
Together pada Sekolah Multietnis
Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis di Samarinda. (Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana
Universitas Negeri malang)
Marzano, R. J., Brandt, R. S., & Ges, C.
S. 1988. Dimension of Thinking A
Framework For Currículo and
Instruction. Alexandra, Virginia :
Assosiation For Supervisoons and
Curriculum
Development
(ASCD).
BIOEDUKASI Vol. 4, No.2, hal. 23-39
Marzuki M. R. E. 2005. Implementation
of Reciprocal Teaching Strategy
in Jigsaw Model in order to
Improve
Competence
and
Response of Students on Learning
of Concept of Human Reproduction System in Grade II of SMAN
10 Malang. Program of Study
Biologi Education. Postgraduate
Program. Malang State University.
Matlin, M,W. 2003. Cognition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Melati, R. 2005. Pengembangan Penalaran dan Hasil Belajar Melalui
Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan di SMP Negeri
22 Malang. (Tesis tidak diterbitkan. Pascasarjana UM)
Nur, M. 2004. Strategi Belajar. Surabaya
Unesa. Pusat Sains dan Matematika Sekolah.
Nur M. Wikandari, P.R., dan Sugiarto, B.
1998.
Teori
Pembelajaran
Kognitif.
Buku
ajar
yang
dikembangkan dalam rangka
penelitian
berjudul
Restrukturisasi Kurikulum PBM
dan Peningkatan Hubungan IKIP
Surabaya dengan Sekolah dan
Universitas di Luar Negeri. Surabaya:Unesa
O’niel J. R & Bown, R,S. 1997. Defferential Effect of Quistion Format
Assesment on Metacognitive and
Affect. Los Angels. CRESS-CSE.
University of California.
Peters, M. 2000. Does Constructivist
Epistemology Have a Place in
Nurse Education. Journal of
Nursing Education 39, no. 4: 166170.
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada.
Schraw, G. & Dennison, R. S. 1994.
Assessing Metacognitive Aware-
38
ness. Contemporary Educational
Psycology 19 no 4. 460-475
Schraiwdr, G. 2008. Promoting General
Metaconitive
Awarenss.
Insteruktional Science 26. No 4:
Slavin, S.E. 2000.Educational Psychology, Theory and Practice. Sixth
Edition. Boston: Allyn and Bacon
Publishers
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum.
Bandung: Pustaka Setia.
Susantini, E. 2004, Memperbaiki Kualitas Proses Belajar Genetika Melalui Strategi Metakognitif dalam
Pembelajaran Koopertif. (Disertasi tidak diterbitkan. Pascasarjana Universitas Negeri Malang)
Susantini, E.
Rahayu,S. Indana, S.
Corebima, D. 2008. Efectiveness
of Biology Material Resources
Using Metacognitve Strategy on
Conitive
Achievment.
(Proceedings Seminar International on Science Education.
Seminar di UPI 18 Oktober)
Susantini, E. 2009. The Development Of
Biology Material Reseurces By
Metacognitive Strategy. Jurnal
Ilmu Pendidikan. Jilid 16 No. 2
Juni 2009.
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumampouw, H, M. 2010. Pembelajaran
Genetika berbasis Metakognitif.
Makalah Disajikan Pada Seminar
Nasional di FMIPA UM. Tema
Peran MIPA dalam Mengembangkan Teknologi dan Pendidikan Karakter. 10 Nopember.
Sumampouw, H, M. 2011. Pembelajaran
Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi
dalam
Perkuliahan
Genetika di Jurusan Biologi
FMIPA UM. (Makalah Disajikan
Pada Seminar Nasional FMIPA
UNESA
Tema
Menyiapkan
39
Herry Maurits – Keterampilan Metakognitif dan Berpikir Tingkat Tinggi
Generasi Muda Bangsa Berkarakter
Melalui Pendidikan Biosains. 23
Juni 2011)
Rasekh, S, E & Ranjbary, R. 3003.
Metacogniteve Strategy Training
for Vicablary Leraning. TSEL-EL.
1007 Vol 7 No.2.
Trianto. 2007, Model-model pembelajaran
inovatif
Berorientasi
Konstruktivisme. Jakarta Prestasi
Pustaka.
Venville & Traegust, 2002. Teaching
Abaut the Gene in the Genetics
Information Age. Australian Science Teachers. 18Juni.
Warouw, Z. 2009. Pengaruh Pembelajaran Metakognitif Dengan Strategi
Kooperatif Scrip Dan Reciprocal
Teaching
pada
Kemampuan
Akademik Berbeda dan kemampuan berpikir Kritis. Hasil Belajar
Cognitif di SMA Manado.
(Disertasi
tidak
diterbitkan.
Program
Pascasarjana
UM.
Malang)
Woolfolk,
A.
1998.
Educational
Psychology. Seventh Edition.
Boston: Allyn and Bacon A
Viacom Company.
Winkel, W. S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta; Gramedia.
Zubaidah, S. 2010. Berpikir kritis:
Kemampuan berpikir tingkat
Tinggi Yang dapat Dikembangkan melalui Pembelajaran
Sains. (Makalah Seminar Nasional Sains dengan Tema Optimalisasi Sains untuk memberdayakan
Manusia. Pascasarjana Unesa, 16
Januari)
Zubaidah, S. 2011. Integrasi Pendekatan
Morfologi dan Molekuler DNA
dalam
Taksonomi.
(Pidato
Pengukuhan Guru Besar dalam
Bidang Genetika Di Universitas
Negeri Malang. 8 Juni)