Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Soal Ujian Nasional Kimia

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ANI SYAHIDA

NIM. 109016200008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah jni,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

..f.rp.st....P-rs)-p....$.L.tt.!....Q1.,.111.t...Ng.:.!.?.t:.:t..l....llrLtr.g

:1.

Dedt ltu:andi,

1t4 5,'

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan

saya bertanggung j awab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

7t:

tf

z. ..l.l:t.r.h.s.n.c.d.tt....0?:.9.!.?.,...M.,.

H.

NIM.

/3lall:2DDoc2,

A Jakarta

!

ie?tember


(3)

Ujian Nasional Kimia disusun oleh Ani Syahida, NIM. 109016200008, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikaa Kimia, Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang

berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 2 September 2014

Yang mengesahkan,

Pembimbing

II

Burhanudin Milama. M.Pd NIP. 19770201 200801 1011

t

Pembimbing I


(4)

Skipsi yang berjudul "ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT

TINGGI

PADA SOAL UJIAN

NASIONAL

KIMIA"

disusun oleh ANI

SYAHIDA,NIM.l09016200008,diajukankepadaFakultasIlmuTarbiyahdan

Keguruan Universitas Islam Negeri

syarif

Hidayatullah Jakarta dinyatakan

LULUS pada ujian munaqasyah tanggal 26 September 2014 di hadapan Dewan

penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta,

I

Oktober 2014 Panitia Uj ian MunaqasYah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua

Dedi Lwandi. M.Si

NIP 19710528200003 1002 Penguji I,

Tonih Feronika" M.Pd

NIP. 19760107 200501 1 007

Penguji II,

Nanda Saridewi. M.Si

NrP. 19841021 200912 2 004

/\^,\.-!1Nlr:::f

%1,

lztLi

" /,,

-

rr',

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

lv

ah Jakarta

,-'''-UIN Syarif HidaYatullah


(5)

v

TINGGI PADA SOAL UJIAN NASIONAL KIMIA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas soal Ujian Nasional (UN) Kimia SMA pada tahun 2011/2012 dan 2012/2013 ditinjau dari proporsi keterampilan berpikir tingkat tinggi yang ditanyakan pada masing-masing ujian. Kategori keterampilan berpikir tingkat tinggi pada penelitian ini didasarkan pada tiga jenjang dimensi proses kognitif teratas pada Taksonomi Bloom Revisi (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen. Pemilihan sampel sumber data dilakukan melalui teknik purposive sampling. Sampel sumber data

pada penelitian ini adalah dokumen soal UN Kimia SMA tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas soal UN Kimia pada tahun ajaran 2011/2012 (92,5%) maupun 2012/2013 (85%) menuntut keterampilan berpikir tingkat rendah siswa. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diujikan pada soal-soal tersebut hanya mewakili jenjang kognitif

menganalisis. Sub kategori menganalisis yang dikembangkan pada soal UN

Kimia tahun 2011/2012 dan 2012/2013 tersebut hanya meliputi proses kognitif membedakan dan mengorganisasi. Berdasarkan jenjang kognitif yang dikembangkan pada masing-masing ujian, kuantitas pertanyaan yang menuntut jenjang kognitif menganalisis lebih banyak terdapat pada soal yang ditanyakan dalam UN Kimia tahun ajaran 2012/2013 (15%) dibandingkan pada soal yang ditanyakan dalam UN Kimia tahun ajaran 2011/2012 (7,5%). Dengan demikian, ditinjau dari perbandingan kuantitas soal yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada masing-masing ujian, kualitas soal UN Kimia tahun ajaran 2012/2013 lebih baik dibandingkan soal UN Kimia tahun ajaran 2011/2012. Soal-soal yang menuntut tiga jenjang dimensi proses kognitif teratas pada Taksonomi Bloom Revisi sebaiknya lebih ditingkatkan lagi jumlahnya pada ujian-ujian, seperti Ujian Nasional Kimia. Hal itu dikarenakan ketiganya merupakan salah satu indikator untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Kata Kunci : Soal Ujian Nasional Kimia, Taksonomi Bloom Revisi, Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.


(6)

vi

SKILLS OF CHEMISTRY NATIONAL EXAMINATION QUESTIONS”.

The aim of this study is to find out the difference of quality of chemistry national examinations questions of senior high school in 2011/2012 and 2012/2013 according to higher order thinking skills proportion were asked on each exam. The category of higher order thinking skills on this study is based on the top three of the level cognitive process dimensions of Bloom’s Taxonomy revised (analyze, evaluate, and create). The method that was used on this study is document

analysis. Selection of source data samples was conducted through purposive sampling technique. Source data samples of this study were the documents of chemistry national examinations questions of senior high school in 2011/2012 and 2012/2013. The result of the study showed that the majority questions of both chemistry national examinations in 2012 (92,5%) and 2013 (85%) required

students’ low order thinking skills. Higher order thinking skills that were tested on such questions represent only a cognitive level analyzes. Sub-category of

analyzing developed at about the chemistry national examination in 2011/2012 and 2012/2013 are only included differentiate and organize cognitive processes. Based on the cognitive level analyzes that developed in each test, the quantity of

the questions that required cognitive level of analyzes more asked on chemistry national examination questions in 2012/2013 (15%) than on chemistry national examination questions in 2011/2012 (7,5%). Thus, according to comparison of quantity of the questions that required students’ higher order thinking skills on each exam, the quality of chemistry national examination questions in 2012/2013 is better than chemistry national examination questions in 2011/2012. The quantity of questions that required students’ high order thinking skill should be increased in examinations, such as in national examination of chemistry. It’s

because they are one of the aspects for measuring students’ high order thinking.

Keywords : Chemistry National Examination Questions, Bloom’s Taxonomy Revised, Lower Order Thinking Skills, Higher Order Thinking Skills.


(7)

vii Bismillaahirrahmaanirrahiim.,

Segala puji bagi Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Soal Ujian Nasional Kimia” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah mengantarkan umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang kaya akan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih serta rasa hormat kepada seluruh pihak yang telah mendukung, membimbing, dan membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih dan rasa hormat tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.


(8)

viii

6. Sahabat seperjuangan, Iis Shaliha, Ira Isnawati, Sarah Hanifa Purnomo, Sri Wahyuni, Amiroh Adilah, Dyah Aminatun, Nurqur’ani Cahyaning Pertiwi, Rini Suhartini, dan Septiani Resmalasari yang terus memberikan dukungan, motivasi, dan masukan kepada penulis pada proses pengerjaan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, semangat, perhatian, masukan, dan do’a kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, baik dalam segi bahasa penulisan maupun aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk proses perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, 1 September 2014


(9)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS ... 8

A. Hakikat Evaluasi ... 8

1. Pengertian Evaluasi dalam Bidang Pendidikan ... 8

2. Tujuan Evaluasi ... 10

3. Fungsi Evaluasi ... 11

4. Prinsip-prinsip Evaluasi ... 13

B. Hakikat Pengukuran dan Instrumennya ... 14

1. Pengertian Pengukuran ... 14

2. Tes sebagai Instrumen Pengukuran ... 14


(10)

x

E. Tingkatan Ranah Kognitif ... 35

1. Tingkatan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom ... 35

2. Tingkatan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 35

F. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill) ... 46

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 48

H. Kerangka Berpikir ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A. Waktu Penelitian ... 54

B. Metode dan Desain Penelitian ... 54

C. Sampel Sumber Data ... 57

D. Teknik Pengumpulan Data ... 57

E. Instrumen Penelitian ... 60

F. Uji Keabsahan Data ... 60

G. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

B. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(11)

xi

Tabel 2.2 Kisi-kisi Soal UN Kimia SMA/MA Tahun Ajaran 2011/2012 .... 28 Tabel 2.3 Kisi-kisi Soal UN Kimia SMA/MA Tahun Ajaran 2012/2013 ... 29 Tabel 2.4 Kategori dan Subkategori Dimensi Proses Kognitif ... 42 Tabel 3.1 Format Instrumen untuk Analisa Jenjang Dimensi Proses

Kognitif ... 60

Tabel 3.2 Format Lembar Validasi Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 61

Tabel 3.3 Format Lembar Validasi Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 61

Tabel 3.4 Format Gabungan Data Hasil Pengamatan antara Pengamat I

dan Pengamat II pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 62

Tabel 3.5 Format Gabungan Data Hasil Pengamatan antara Pengamat I dan Pengamat II pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 62

Tabel 3.6 Format Tabel Kontingensi Kesepakatan Pengamatan pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 63

Tabel 3.7 Format Lain Tabel Kontingensi Kesepakatan Pengamatan pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi .. 63

Tabel 4.1 Nilai Koefisien Kesepakatan (KK) Pengamatan untuk Data dari Soal UN Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 yang Dianalisis . 68

Tabel 4.2 Distribusi Item-item Soal UN Kimia Tahun Ajaran 2011/2012

dan 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 69


(12)

(13)

xiii

Gambar 2.2 Tingkatan Tujuan Ranah Kognitif Hasil Revisi ... 36 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 53 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 56 Gambar 4.1 Proporsi Soal UN Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 dan

2012/2013 Berdasarkan Sub Kategori Jenjang Kognitif Menganalisis ... 71

Gambar 4.2 Proporsi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi yang Diukur

pada Soal UN Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 Ditinjau dari Jenjang Kognitif Menganalisis ... 72


(14)

xiv

Ajaran 2011/2012 ... 92

Lampiran 2 Dokumen Soal Ujian Nasional Kimia SMA/MA Tahun

Ajaran 2012/2013 ... 106

Lampiran 3 Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran

2011/2012 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 122

Lampiran 4 Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran

2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 175

Lampiran 5 Gabungan Data Hasil Pengamatan antara Pengamat I dan Pengamat II pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 229

Lampiran 6 Gabungan Data Hasil Pengamatan antara Pengamat I dan

Pengamat II pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 246

Lampiran 7 Tabel Kontingensi Kesepakatan Pengamatan pada

Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi

Bloom Revisi ... 264

Lampiran 8 Format Lain Tabel Kontingensi Kesepakatan Pengamatan

pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 266

Lampiran 9 Format Lain Tabel Kontingensi Kesepakatan Pengamatan pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 267

Lampiran 10 Perhitungan Koefisien Kesepakatan (KK) Pengamatan pada Kategorisasi Item Soal Ujian Nasional Kimia Tahun Ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 Berdasarkan Jenjang Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom Revisi ... 268


(15)

xv

Lampiran 13 Surat Pernyataan Validator ... 282

Lampiran 14 Surat Pernyataan Pengamat I ... 283 Lampiran 15 Surat Pernyataan Pengamat II ... 284


(16)

1

A. Latar Belakang

Mulyasana mendefinisikan pendidikan sebagai proses pematangan kualitas hidup yang diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul dengan menitikberatkan pada proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan keimanan.1 Definisi pendidikan tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan yang telah dirumuskan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Di era globalisasi, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Oleh sebab itu, kualitas pendidikan suatu bangsa berpengaruh terhadap kualitas SDM yang dihasilkannya.

Di tingkat global, kualitas pendidikan Indonesia belum menunjukkan capaian yang menggembirakan. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih tertinggalnya kualitas pendidikan di Indonesia jika dibandingkan dengan di negara-negara lain, terutama jika dilihat dari kualitas SDMnya. Salah satu indikator masih tertinggalnya kualitas SDM Indonesia pada tingkat global ditunjukkan oleh data Human Development Index (HDI). Pada tahun

2012, nilai HDI Indonesia adalah 0,629, sehingga menempatkan Indonesia pada medium human development group. Namun demikian, nilai HDI ini

masih dibawah nilai rata-rata HDI untuk negara-negara pada medium human development group (0,640) serta negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik (0,683). Selain itu, jika ditinjau dari peringkat HDI nya, Indonesia menempati peringkat ke-121 dari 187 negara. Peringkat HDI Indonesia ini masih tertinggal jika dibandingkan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang

1

Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. I, h. 1


(17)

secara berturut-turut menempati peringkat ke-18, ke-30, ke-64, ke-103, dan ke-114.2

Dalam menyikapi rendahnya kualitas SDM Indonesia, perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan melalui kegiatan penjaminan mutu pendidikan. Pada Pasal 1 Ayat 2 Permendiknas No. 63 Tahun 2009 dijelaskan bahwa: “penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk

menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan”.3

Banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjamin mutu pendidikan, salah satunya adalah kegiatan evaluasi yang berupa Ujian Nasional (UN). UN diselenggarakan untuk mengukur dan menilai ketercapaian standar nasional pendidikan terkait dengan pencapaian standar kompetensi lulusan peserta didik secara nasional. Pada Pasal 1 Ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa: “standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.4 Namun demikian, dari ketiga aspek kemampuan tersebut, soal-soal UN lebih dominan mengukur aspek pengetahuan (kognitif) peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alawiyah tentang tujuan pelaksanaan UN yang salah satunya dimaksudkan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik.5 Aspek kognitif yang diukur pada soal UN mengacu pada tujuan pendidikan ranah kognitif Taksonomi Bloom. Aspek ini berhubungan dengan kemampuan intelektual

2

Human Development Report 2013–The Rise of the South: Human Progress in Diverse World (New York: United Nation Development Programme), p. 148 – 151

3Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No. 63 Tahun 2009, Tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1, Ayat 2, h. 2

4Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar

Nasional Pendidikan, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1, Ayat 4, h. 1

5

Faridah Alawiyah, Pelaksanaan Ujian Nasional Tahun 2012, Jurnal Aspirasi, Jakarta: Pusat Pengkajian Data dan Informasi, 4(9), Mei 2012, h. 10


(18)

dan kemampuan berpikir, seperti mengingat atau menyelesaikan suatu masalah.6

Alat pengumpul data pada UN adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Penggunaan tes jenis ini tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sebagai instrumen penilaian. Beberapa kelebihan tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda sebagaimana dijelaskan Surapranata antara lain, memuat banyak materi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, memiliki keandalan yang cenderung lebih tinggi dari pada soal uraian, dapat digunakan pada ujian dengan jumlah peserta yang sangat banyak dan menghendaki hasil yang cepat, serta memiliki sistem penskoran yang mudah, cepat, dan objektif.7

Suatu tes sebagai instrumen penilaian hasil belajar hendaknya mengukur keterampilan berpikir pada tingkatan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, mulai dari keterampilan berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Sehingga, dalam suatu tes perlu diperhatikan proporsi masing-masing jenjang keterampilan berpikir yang muncul pada setiap pertanyaan. Lebih mendominasinya soal-soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat rendah dapat mempengaruhi pola belajar peserta didik. Dalam hal ini peserta didik akan lebih menyukai teknik menghafal dan latihan soal dibandingkan dengan mengembangkan cara berpikirnya pada level yang lebih tinggi ketika hendak memecahkan suatu masalah.

Hasil UN SMA/MA tahun ajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa dari 628.667 jumlah peserta program IPA yang mengikuti UN, sebanyak 0,338% dari mereka tidak lulus ujian.8 Dengan demikian, persentase kelulusan peserta didik IPA yang mengikuti UN tersebut adalah 99,662%. Selain itu, perkembangan nilai rata-rata UN program IPA untuk pelajaran Kimia pada tahun pelajaran 2007/2008, 2008/2009, dan 2009/2010 secara berturut-turut

6Wina Sanjaya,

Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ed. 1, (Jakarta: Kencana,

2011), cet. 4, h, 125

7

Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 3, h. 178

8Badan Standar Nasional Pendidikan,

Laporan BSNP Tahun 2010, diakses tanggal 17

Mei 2014, h. 168, (http://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2012/04/Laporan-BSNP-2010.pdf)


(19)

adalah 7,76, 8,34, dan 8,05.9 Secara umum, nilai rata-rata UN Kimia pada tahun pelajaran 2007/2008 – 2009/2010 cenderung relatif baik. Meskipun capaian ini mengindikasikan mutu akademik peserta didik secara individual pada tingkat nasional, hal ini belum menggambarkan seberapa jauh daya saing akademik mereka pada tingkat global.

Kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui daya saing akademik peserta didik Indonesia secara global dilakukan melalui kegiatan penilaian berskala internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA). Hasil kegiatan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan daya saing sistem pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik sesuai kebutuhan dan dinamika perubahan kehidupan.

Berdasarkan hasil PISA pada tahun 2009 dan 2012, mutu akademik peserta didik Indonesia usia 15 tahun dalam bidang sains termasuk rendah. Pada tahun 2009, skor rata-rata peserta didik Indonesia pada mata pelajaran sains adalah 383 sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat ke-60 dari 65 negara partisipan.10 Sedangkan pada tahun 2012, skor rata-rata sainsnya adalah 382 sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64 dari 65 negara.11 Hasil ini menunjukkan bahwa soal-soal pada PISA menyulitkan peserta didik untuk dapat menjawabnya dengan benar.

Berdasarkan persentase kelulusan peserta didik program IPA tingkat SMA/MA pada tahun pelajaran 2009/2010, capaian prestasi sains peserta didik Indonesia pada UN menunjukkan hasil yang kontradiktif jika dibandingkan hasil PISA. Hasil penelitian Ramadhan dan Wasis menunjukkan bahwa jenjang kognitif yang diukur pada UN IPA-Fisika tingkat SMP/MTs masih rendah pada level tinggi seperti menganalisis dan mengevaluasi

9 Ibid. 10

PISA 2009 Result: What Students Know and Can Do –Student Performance In Reading,

Mathematics and Science, Volume 1, (OECD: 2010), p. 152

11

PISA 2012 Result in Focus: What 15-Year-Olds Know and What They Can Do with


(20)

dibandingkan pada soal-soal PISA.12 Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas soal UN ditinjau dari aspek keterampilan berpikir yang diukurnya belum menggambarkan secara optimal tujuan kognitif yang dibutuhkan peserta didik dalam menghadapi persaingan akademik tingkat global.

Sebagai salah satu bentuk kegiatan evaluasi yang mengukur kompetensi lulusan peserta didik dari aspek kognitif, kualitas UN terus ditingkatkan. Peningkatan kualitas UN menurut M. Nuh ditempuh dengan cara menaikkan derajat kesulitan soal atau dengan menaikkan standar kelulusan.13 Meningkatkan derajat kesulitan soal erat kaitannya dengan peningkatan jumlah item soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Mengingat peranan tes yang dapat menjadi motivasi dan tantangan untuk perbaikan mutu dan daya saing pendidikan, penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan kualitas soal UN Kimia tahun pelajaran 2011/2012 dan 2012/2013 ditinjau dari proporsi keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diukurnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada bagian latar belakang dan masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kualitas pendidikan Indonesia ditinjau dari aspek kualitas SDM nya masih

tertinggal dari negara-negara lain, terutama jika dilihat dari indikator HDInya .

2. Hasil yang kontradiktif ditunjukkan oleh capaian prestasi sains peserta didik Indonesia pada UN dan hasil PISA.

3. Soal UN ditinjau dari aspek kognitif yang diukurnya belum menggambarkan secara optimal tujuan kognitif yang dibutuhkan dalam menghadapi persaingan akademik tingkat global, yaitu terkait dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

12

Danny Ramadhan dan Wasis, Analisis Perbandingan Level Kognitif dan Keterampilan Proses Sains dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Nasional (UN), Soal (Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS), Dan Soal Programme For International Student Assessment (PISA), Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(1), 2013, h. 24

13Anonim, “Mendikbud: 2013, UN Akan Lebih Sulit”,

diakses tanggal 14 Mei 2014, (http://esq-news.com/2012/berita/06/05/mendikbud-2013-un-akan-lebih-sulit.html)


(21)

C. Pembatasan Masalah

Dalam rangka memfokuskan ranah yang akan diteliti, maka masalah penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Soal ujian nasional yang diteliti adalah Soal Ujian Nasional Kimia SMA/MA tahun pelajaran 2011/2012 dan 2012/2013.

2. Aspek kognitif yang dianalisis adalah enam kategori dimensi proses kognitif Taksonomi Bloom revisi yang tersusun secara hierarkis, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

3. Kategori keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dianalisis adalah tiga tingkatan kognitif teratas pada Taksonomi Bloom revisi, yaitu: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disebutkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah perbedaan kualitas soal UN Kimia SMA/MA tahun pelajaran 2011/2012 dan 2012/2013 ditinjau dari proporsi keterampilan berpikir tingkat tingginya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas soal UN Kimia SMA/MA tahun pelajaran 2011/2012 dan 2012/2013 ditinjau dari proporsi keterampilan berpikir tingkat tinggi.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru atau pendidik

Bagi guru atau pendidik, manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi tentang proporsi jenjang dimensi proses kognitif, proporsi kompleksitas tingkat kognitif (keterampilan berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi), dan perbedaan kualitas soal yang ditanyakan pada dua periode pelaksanaan UN (tahun 2012 dan 2013). Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan guru


(22)

dalam merumuskan dan mengembangkan soal ujian dengan melibatkan jenjang kognitif yang lebih kompleks atau paling tidak setara dengan tujuan pembelajaran yang menjadi standar penilaian dalam UN.

2. Bagi peneliti

Bagi peneliti, manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah menambah pengetahuan tentang analisis butir soal ditinjau dari jenjang aspek kognitif dan memperdalam pengetahuan serta keterampilan tentang cara menganalisis jenjang dimensi proses kognitif pada soal yang ditanyakan dalam ujian. Selain itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat dalam memberikan informasi tentang proporsi jenjang dimensi proses kognitif, proporsi kompleksitas tingkat kognitif (keterampilan berpikir tingkat rendah dan tingkat tinggi), dan perbedaan kualitas soal yang ditanyakan pada dua periode pelaksanaan UN (tahun 2012 dan 2013).


(23)

8 A. Hakikat Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi dalam Bidang Pendidikan

Dalam Bahasa Inggris, evaluasi dikenal dengan istilah evaluation.

Baumgartner, dkk., mendefinisikan evaluasi sebagai berikut: “evaluation is the use of measurement in making decision”.1 Artinya evaluasi

merupakan penggunaan pengukuran dalam membuat keputusan. Pembuatan suatu keputusan sering dilakukan dalam berbagai hal dan berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, evaluasi memainkan peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan.

Menurut Sudijono, evaluasi pendidikan merupakan kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan yang dilakukan untuk mengetahui mutu atau hasil-hasilnya.2 Di sisi lain, Wrightstone, dkk., dalam Purwanto,

mendefinisikan evaluasi pendidikan sebagai berikut: “Educational

evaluation is the estimation of the growth and progress of pupils toward objectives or values in the curriculum.”3 Artinya, evaluasi pendidikan merupakan penaksiran terhadap pertumbuhan dan progres siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum.

Salah satu ranah yang menjadi pusat perhatian kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan pokok bahasan evaluasi yang kegiatannya melingkupi kelas atau proses belajar mengajar. Bagi seorang guru, evaluasi pembelajaran merupakan media yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi seorang guru akan

1

Baumgartner, et al., Measurement for Evaluation in Physical Education and exercise

science, 8th ed., (New York: Mc-Graw-Hill, 2007), p. 3

2Anas Sudijono,

Pengantar Evaluasi Pendidikan, ed. 1, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),

cet. 12, h. 2

3

Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 17, h. 3


(24)

mendapatkan informasi tentang pencapaian hasil belajar peserta didik serta tentang tingkat kesukaran materi yang digunakan untuk diterima peserta didik (apakah materi yang telah disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran dapat dipahami peserta didiknya atau tidak).4

Menurut Gronlund, “from an instructional standpoint evaluation may be defined asa systematic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupils”.5 Artinya, dari segi

pengajaran evaluasi dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang sistematis untuk menetapkan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.

Dalam pengertian yang hampir sama dengan evaluasi pengajaran sebagaimana dikemukakan Gronlund, Oemar Hamalik mendefinisikan evaluasi hasil belajar sebagai keseluruhan aktivitas pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.6

Berdasarkan beberapa pengertian evaluasi di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan memiliki ruang lingkup yang relatif luas, yakni sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menentukan nilai dari proses pendidikan. Evaluasi pendidikan dilakukan melalui kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan yang meliputi aktivitas pengukuran, pengolahan, penafsiran dan pengambilan keputusan tentang sejauh mana proses pendidikan telah mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dari kegiatan evaluasi, mutu atau hasil pendidikan dapat diketahui tingkat pencapaiannya, sehingga informasi yang diperoleh berdasarkan kegiatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

4

Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, ed. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet. 6, h. 5

5Norman E. Gronlund,

Measurement and Evaluation in Teaching, ed. 4. (New York:

McMillan Publishing Company, 1981), p. 5.

6

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ed. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet. 12, h. 159


(25)

memperbaiki dan meningkatkan penyelenggaraan kegiatan pendidikan selanjutnya.

2. Tujuan Evaluasi

Sebagai sebuah kegiatan yang sistematis dalam proses penentuan nilai suatu pendidikan, evaluasi memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Victor H. Noll mendeskripsikan tujuan evaluasi sebagai berikut: “basically, the purpose of evaluation is to judge the worth of a program or procedur, usually in terms of how well it has achieved its objectives”.7

Artinya pada dasarnya, tujuan evaluasi adalah untuk menilai harga dari sebuah program atau prosedur, biasanya berhubungan dengan seberapa baik program atau prosedur tersebut telah mencapai tujuan-tujuannya.

Sudijono mengklasifikasikan tujuan evaluasi pendidikan ke dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum evaluasi pendidikan sebagaimana dijelaskan Sudijono, yaitu: (1) untuk mengumpulkan bahan-bahan informasi yang akan dijadikan bukti tentang taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu; dan (2) untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama krurun waktu tertentu.8 Adapun tujuan khususnya yaitu: (1) untuk menstimulasi kegiatan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan; dan (2) untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan solusinya.9

7Victor H. Noll,

Introduction to Educational Measurement, ed. 2, (Boston: Houghton

Mifflin Company, 1965), p. 14

8

Sudijono, op. cit., h. 16

9


(26)

Secara lebih khusus, Hamalik mendeskripsikan tujuan evaluasi hasil belajar untuk:10

a. memberikan informasi tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar.

b. memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar peserta didik lebih lanjut.

c. memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik, menentukan kesulitan-kesulitannya dan merekomendasikan kegiatan-kegiatan remedial.

d. memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memotivasi peserta didik dalam belajar.

e. memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku peserta didik, dengan demikian guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang bermutu.

f. memberikan informasi yang tepat untuk membimbing peserta didik dalam memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan keahlian, minat dan bakatnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang tujuan evaluasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai seberapa baik suatu program, prosedur, atau metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, memotivasi peserta didik untuk menjalani proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, serta memperoleh informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan dan penyempurnaan program, prosedur, atau metode yang digunakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Fungsi Evaluasi

Evaluasi pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan. Sudijono menyebutkan bahwa secara umum evaluasi pendidikan memiliki sedikitnya 3 macam fungsi inti, yaitu: mengukur kemajuan, menunjang

10


(27)

penyusunan rencana, dan melakukan perbaikan atau melakukan penyempurnaan kembali.11

Menurut Hamalik, sebagai bagian penting dari sistem instruksional, evaluasi mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi-fungsi pokok sebagai berikut:12

a. Fungsi edukatif

Sebagai subsistem dalam sistem pendidikan, evaluasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem dan/atau salah satu subsistem pendidikan.

b. Fungsi institusional

Evaluasi berfungsi mengumpulkan informasi yang akurat tentang input

dan output pembelajaran di samping proses pembelajaran itu sendiri. c. Fungsi diagnostik

Evaluasi berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kesulitan atau masalah-masalah yang sedang dialami peserta didik dalam proses belajarnya.

d. Fungsi administratif

Evaluasi berfungsi menyediakan data tentang kemajuan belajar peserta didik, yang selanjutnya berguna untuk memberikan sertifikat (tanda kelulusan) untuk melanjutkan studi lebih tinggi dan/atau untuk kenaikan kelas.

e. Fungsi kurikuler

Evaluasi berfungsi menyediakan data dan informasi yang akurat dan sangat berguna untuk pengembangan kurikulum (perencanaan, uji coba di lapangan, pelaksanaan, dan revisi).

f. Fungsi manajemen

Evaluasi merupakan bagian integral dalam sistem manajemen, sehingga hasil dari kegiatan ini sangat berguna bagi pimpinan untuk membuat keputusan manajemen pada semua jenjang manajemen.

11

Sudijono, op. cit., h. 7

12


(28)

4. Prinsip-prinsip Evaluasi

Evaluasi pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Agar evaluasi yang dilakukan dapat memberikan hasil yang baik, maka terdapat sedikitnya tujuh prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan evaluasi.13 Sudaryono menjelaskan ketujuh prinsip evaluasi sebagai berikut:14

a. Prinsip berkesinambungan (continuity)

Kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan secara berkelanjutan atau terus menerus.

b. Prinsip menyeluruh (comprehensive)

Kegiatan evaluasi hasil belajar yang baik adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan secara utuh dan menyeluruh, yakni meliputi keseluruhan aspek perilaku masing-masing peserta didik, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

c. Prinsip objektivitas (objectivity)

Alat evaluasi yang digunakan tidak dipengaruhi oleh unsur subjektifitas.

d. Prinsip validitas (validity) dan realibilitas (realibility)

Alat evaluasi yang digunakan harus valid dan reliabel. Alat evaluasi yang valid adalah alat evaluasi yang benar-benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan alat evaluasi yang reliabel adalah alat evaluasi yang ketika diberikan kepada peserta didik yang sama dalam waktu yang berlainan akan memberikan hasil yang menunjukkan ketetapan.

e. Prinsip penggunaan kriteria

Pada kegiatan evaluasi, penggunaan kriteria diperlukan pada saat memasuki pengukuran, baik pengukuran dengan menggunakan standar mutlak (penilaian acuan patokan) maupun pengukuran dengan standar relatif (penilaian acuan norma).

13Sudaryono,

Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, ed. 1, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2012), cet 1, h. 54

14


(29)

f. Prinsip kegunaan

Kegiatan evaluasi yang dilakukan sebaiknya bermanfaat bagi peserta didik maupun pelaksana.

B. Hakikat Pengukuran dan Instrumennya

1. Pengertian Pengukuran

Dalam Bahasa Inggris, pengukuran dikenal dengan istilah

measurement. Gronlund mendefinisikan pengukuran (measurement)

sebagai “the process of obtaining a numerical description of the degree to

which an individual possesses a particular characteristic”.15 Artinya

pengukuran merupakan proses dalam memperoleh gambaran numerik dari tingkat dimana seorang individu memiliki sebuah karakteristik khusus. Adapun Kusaeri dan Suprananto mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut atau dimensi dari sesuatu yang akan diukur dengan alat ukurnya.16

Berdasarkan pengertian-pengertian pengukuran menurut Gronlund serta Kusaeri dan Suprananto, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah sebuah proses untuk memperoleh gambaran numerik tentang tingkat pencapaian seseorang melalui proses membandingkan apa yang hendak diukur dengan alat ukurnya berdasarkan aturan-aturan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif.

2. Tes sebagai Instrumen Pengukuran a. Pengertian Tes

Sudijono mengartikan tes sebagai alat atau tata cara yang digunakan untuk pengukuran dan penilaian.17 Tes merupakan alat atau teknik penilaian yang biasa digunakan guru untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam pencapaian suatu kompetensi

15Norman E. Gronlund,

Measurement and Evaluation in Teaching, ed. 7, (United States

of America: Prentice Hall, Inc, 1995), p. 6

16Kusaeri dan Suprananto,

Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, jilid I, ed. 1,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet 1, h. 4

17


(30)

tertentu.18 Dalam Bahasa Inggris, tes dikenal dengan istilah test. Gronlund mendefinisikan tes (test) sebagai “An instrument or systematic procedure for measuring a sample of behavior by posing a set of questions in a uniform manner”.19 Artinya tes merupakan sebuah

alat atau cara sistematis untuk mengukur contoh tingkah laku dengan mengajukan seperangkat pertanyaan dalam cara yang sama.

Menurut Sudaryono, tes adalah kumpulan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau harus dikerjakan oleh setiap peserta didik guna mengukur tingkat penguasaan setiap peserta didik terkait materi yang disampaikan, terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan.20 Menurut Sudjana, tes sebagai alat penilaian merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta didik untuk mendapat jawaban dari mereka secara lisan (tes lisan), tulisan (tes tulisan), atau perbuatan (tes tindakan).21 Adapun Arifin mendefinisikan tes sebagai teknik atau cara sistematis yang digunakan pada kegiatan pengukuran, yang di dalamnya memuat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dilakukan atau dijawab peserta didik untuk mengukur aspek tingkah laku peserta didik.22

Berdasarkan beberapa definisi tentang tes, maka dapat disimpulkan bahwa tes merupakan sebuah alat atau prosedur yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam kegiatan pengukuran dan penilaian, terdiri atas seperangkat pertanyaan, pernyataan, atau tugas yang harus dilaksanakan dan dijawab oleh penempuh ujian (peserta didik) baik secara lisan, tulisan, maupun tindakan untuk mengukur perilaku peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.

18Wina Sanjaya,

Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ed

1, (Jakarta: Kencana, 2008), cet 4, h. 187

19

Norman E. Gronlund, Measurement and Evaluation in Teaching, ed. 7, loc. cit. 20Sudaryono,

op. cit., h. 101

21Nana Sudjana,

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 35

22

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 118


(31)

b. Fungsi Tes

Menurut Sudijono, secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu: (1) sebagai alat untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu; dan (2) sebagai alat untuk mengukur tingkat keberhasilan program pengajaran yang telah ditentukan.23

Terkait fungsinya sebagai alat untuk mengukur keberhasilan peserta didik, Arikunto menjelaskan bahwa tes dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.24 Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan penanganan yang tepat.25 Tes formatif merupakan tes yang diberikan pada akhir setiap program yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah menempuh program tertentu.26 Adapun tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar, contoh tes sumatif antara lain adalah ulangan umum pada tiap akhir semester.27

Dilihat dari fungsinya, Ujian Nasional (UN) dapat dikategorikan ke dalam tes sumatif, karena tes ini diberikan kepada peserta didik yang telah menyelesaikan sekolompok atau sebuah program pendidikan yang dilakukan pada tingkat dasar maupun menengah. Sebagai tes sumatif, kegiatan ini dilaksanakan pada akhir masa studi peserta didik pada masing-masing jenjang.

23

Sudijono, op. cit., h. 67

24Suharsimi Arikunto,

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, ed. 2, (Jakarta: Bumi Aksara,

2012), cet 1, h. 47

25

Ibid., h. 48

26

Ibid., h. 50

27


(32)

c. Karakteristik Tes yang Baik

Menurut Sudijono, suatu tes dinyatakan sebagai tes yang baik apabila tes tersebut paling sedikit memiliki empat karakteristik. Keempat karakteristik tes yang baik sebagaimana dikatakan Sudijono, yaitu: (1) valid; (2) reliabel; (3) obyektif; (4) praktis dan ekonomis.28 Sejalan dengan Sudijono, Arikunto juga memaparkan bahwa karakteristik dari sebuah tes yang baik sebagai alat ukur, yaitu memiliki: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4) praktikabilitas, dan (5) ekonomis.29

Sebagaimana diungkapkan Sudijono dan Arikunto, penjelasan mengenai karakteristik-karakteristik yang perlu dimiliki agar sebuah tes dikatakan baik adalah sebagai berikut:

1) Valid

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), valid adalah menurut cara yang semestinya; berlaku; sahih.30 Arikunto menjelaskan bahwa sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut mampu secara tepat mengukur apa yang hendak diukur.31 Tes hasil belajar menurut Sudijono dikatakan valid jika tes tersebut dengan secara tepat, benar, shahih, atau absah telah mampu mengukur dan mengungkap tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu.32

Dengan demikian, suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut sebagai alat ukur, dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan cara yang semestinya, berlaku, benar, tepat, shahih, atau absah.

28

Sudijono, op. cit., h. 93

29Arikunto,

op. cit., h. 72

30Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar

Bahasa Indonesia, ed. 2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. 9, h. 1116

31

Arikunto, op. cit., h. 73

32


(33)

2) Reliabel

Suatu tes dikatakan baik jika tes tersebut bersifat dapat dipercaya (reliabel). Arikunto menjelaskan bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut menunjukkan konsistensi, walaupun pengetesannya dilakukan berulangkali.33 Tes hasil belajar menurut Sudijono dinyatakan reliabel ketika hasil-hasil pengukuran dari tes tersebut selalu memperlihatkan hasil-hasil yang tetap sama atau bersifat ajeg dan stabil, walaupun pengetesannya terhadap subyek yang sama dilakukan secara berulang-ulang.34

Dengan demikian, sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran (skor) yang diperoleh dari penggunaan tes tersebut secara berulang-ulang kepada subyek sama adalah sama, ajeg, konsisten, atau bersifat stabil.

3) Objektif

Suatu tes dikatakan baik apabila tes tersebut bersifat objektif atau memiliki objektivitas. Arikunto menjelaskan bahwa suatu tes disebut memiliki objektivitas apabila dalam pelaksanaan tes tersebut tidak terdapat faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama pada sistem penskorannya.35 Menurut Sudijono, sebuah tes hasil belajar dikatakan objektif apabila disusun dan dilaksanakan menurut apa adanya, yakni menggunakan materi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan serta terhindar dari unsur subjektivitas penyusun tes, baik dalam hal pengoreksian, pemberian skor maupun penentuan nilainya.36

Dengan demikian, sebuah tes dikatakan objektif apabila pelaksanaan tes dilakukan tanpa ada unsur pribadi penyusun tes

33Arikunto,

op. cit., h. 74

34Sudijono,

op. cit., h. 95

35

Arikunto, op. cit., h. 75

36


(34)

yang mempengaruhi, terutama dalam hal proses penskoran dan penilaian serta dalam menentukan materi tes yang diberikan. 4) Praktis

Tes yang baik adalah tes yang bersifat praktis atau memiliki praktikabilitas. Tes yang praktis menurut Arikunto adalah tes yang mudah pelaksanaannya, mudah pemeriksaannya, serta dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.37 Tes hasil belajar menurut Sudijono dikatakan praktis apabila tes tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes tersebut bersifat sederhana dan lengkap. Suatu tes dikatakan bersifat sederhana apabila tes tersebut tidak membutuhkan peralatan yang banyak atau yang sulit cara mendapatkannya. Sedangkan suatu tes dikatakan lengkap apabila tes tersebut memiliki petunjuk tentang cara pengerjaan, kunci jawaban, pedoman penskoran serta penentuan nilainya.38

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tes dikatakan bersifat praktis apabila tes tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah, baik dalam proses pengadaannya, pelaksanaanya, maupun pemeriksaannya.

5) Ekonomis

Tes hasil belajar dikatakan bersifat ekonomis apabila tes tersebut tidak menghabiskan waktu yang lama dan tidak membutuhkan tenaga serta biaya yang banyak.39

d. Prinsip-prinsip Penyusunan Tes

Agar sebuah tes berfungsi sebaik mungkin dalam meyediakan informasi tentang sejauh mana peserta didik dan program pembelajaran telah mencapai tujuan yang telah ditentukan, maka pengadaan tes harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip dasar

37Arikunto,

op. cit., h. 77

38

Sudijono, op. cit., h. 97

39 Ibid.


(35)

penyusunan tes. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes adalah sebagai berikut:40

1) Mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan instruksional.

2) Mengukur sampel yang mewakili performance hasil belajar peserta

didik dan materi yang telah diajarkan.

3) Meliputi berbagai macam bentuk soal yang benar-benar relevan untuk mengukur hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4) Dirancang sesuai dengan kegunaannya sebagai alat evaluasi untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

5) Dibuat seandal mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.

6) Digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik dan cara mengajar guru.

e. Petunjuk dan Tahapan Pengembangan Tes

Pada kegiatan pengukuran dan penilaian pendidikan, tes memiliki peranan yang sangat penting dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat perkembangan dan kemajuan peserta didik. Oleh karena itu, agar tes yang diberikan mampu memberikan informasi yang akurat dan tepat guna, maka pembuat tes perlu mengkaji petunjuk-petunjuk dan tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan tes.

Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam pengembangan tes pengukur keberhasilan adalah sebagai berikut:41 1) Item tes diturunkan dari indikator hasil belajar.

2) Item tes harus berorientasi pada hasil belajar.

3) Item tes perlu menjelaskan dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditunjukkan.

40Purwanto,

op. cit., h. 23

41

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ed. 1, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 4, h, 237


(36)

4) Setiap indikator hasil belajar sebaiknya disusun lebih dari satu item tes.

Adapun tahapan-tahapan pengembangan tes, secara terurut disebutkan Surapranata sebagai berikut:42

1) Penentuan tujuan 2) Penyusunan kisi-kisi 3) Penulisan

4) Penelaahan dan perbaikan 5) Uji coba

6) Analisis 7) Perakitan 8) Penyajian 9) Skoring 10)Pelaporan 11)Pemanfaatan

f. Tes Standar (Standardized Test) dan Tes Buatan Guru (Teacher Made Test)

Sebagai alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan pengukuran keberhasilan peserta didik, apabila ditinjau dari cara penyusunannya, tes dibagi menjadi dua jenis, yakni tes standar (Standardized Test) dan tes buatan guru (Teacher-Made Test).

Purwanto mendefinisikan tes standar sebagai sebuah tes yang telah melalui proses standardisasi, yakni proses validasi dan keandalan sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi kelompok tertentu.43 Adapun tes buatan guru menurut Arifin adalah “tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan

tes tersebut”.44

42Sumarna Surapranata,

Panduan Penulisan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 3, h. 46

43

Purwanto, op. cit., h. 33

44


(37)

Perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Perbedaan Tes Standar dan Tes Buatan Guru45

Tes Standar Tes Buatan Guru

Didasarkan atas bahan dan tujuan-tujuan umum bagi sekolah-sekolah (yang sejenis) di seluruh negara atau daerah.

Didasarkan atas bahan dan tujuan-tujuan khusus bagi kelas atau sekolah di tempat guru itu mengajar.

Menyangkut aspek yang luas dari pengetahuan, keahlian, atau keterampilan, biasanya dengan hanya sejumlah item yang diperlukan untuk mengukur suatu skill atau topik tertentu.

Menyangkut topik, keahlian, atau keterampilan khusus dan tertentu, tetapi dapat juga menyangkut bagian-bagian yang lebih luas dari pengetahuan dan keterampilan.

Dikembangkan dengan bantuan penulis-penulis profesional, para ahli meriview, dan editor-editor soal tes.

Biasanya dikembangkan oleh seorang guru dengan sedikit atau tanpa bantuan dari luar.

Menggunakan item-item yang telah diujicobakan, dianalisis, dan direvisi sebelum menjadi bagian dari tes itu.

Menggunakan item-item yang jarang atau tidak pernah diujicobakan, dianalisis, atau direvisi sebelum menjadi bagian dari tes tersebut.

Memiliki reliabilitas yang tinggi.

Memiliki reliabilitas yang rendah atau sedang.

Memiliki ukuran-ukuran untuk

bermacam-macam kelompok

yang secara luas mewakili

performance seluruh negara

atau daerah.

Biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah sebagai kelompok pemakainya.

45


(38)

UN merupakan jenis tes yang termasuk ke dalam tes standar, alasannya adalah sebagai berikut:

1) Soal UN dikembangkan dan dirakit menurut kisi-kisi soal yang disusun berdasarkan SK dan KD dalam Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang berlaku secara nasional; 2) Soal UN yang berbentuk pilihan ganda memuat banyak materi

yang diujikan. Tes ini dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan, terutama dari aspek pengetahuan (kognitif); 3) Soal UN dikembangkan dan dirakit berdasarkan kisi-kisi soal yang

disusun oleh dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan.

4) Kisi-kisi yang menjadi acuan dalam pengembangan dan perakitan soal UN telah melalui validasi oleh dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan.

g. Tes Obyektif Pilihan Ganda (multiple choice test);

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objektif adalah mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.46 Menurut Arikunto, tes objektif merupakan tes yang pada proses pemeriksaannya dapat dilaksanakan secara objektif guna mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada tes yang berbentuk esai.47 Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah tes yang dalam kegiatan pemeriksaan tesnya tidak dipengaruhi oleh unsur subjektivitas pemeriksa, sehingga skor dari hasil pemeriksaan tesnya menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Ada beberapa bentuk soal jenis tes objektif, yang menurut Sudijono dibedakan menjadi lima golongan, yaitu: (1) tes objektif dengan bentuk soal benar-salah (true-false test); (2) tes objektif dengan

bentuk soal menjodohkan (matching test); (3) tes objektif dengan bentuk soal melengkapi (completion test); (4) tes objektif dengan

46

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op. cit., h. 699

47


(39)

bentuk soal isian (fill in test); dan (5) tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda (multiple choice item test).48

Tes objektif dengan bentuk soal pilihan ganda digunakan secara luas untuk berbagai macam keperluan, antara lain pada ulangan umum, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ujian akhir nasional, survei nasional, survei internasional seperti Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA), tes bahasa Inggris yang

diselenggarakan oleh lembaga testing di luar negeri seperti TOEFL,

IELTS, TOEIC, dan GRE, serta tes bakat skolastik.49

Menurut Kusaeri dan Suprananto, soal yang berbentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia.50 Penjelasan lebih lanjut mengenai soal pilihan ganda disampaikan oleh Noll sebagai berikut: “the multiple choice item usually consists of an incomplete declarative sentence followed by a number of possible responses, one of which is clearly correct or best”.51 Artinya soal pilihan ganda terdiri atas sebuah kalimat pernyataan tidak lengkap diikuti oleh sejumlah kemungkinan jawaban, satu dari kemungkinan jawaban tersebut adalah yang paling benar atau yang terbaik.

Sudaryono juga mengungkapkan bahwa tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian, yakni bagian keterangan (stem) dan bagian

kemungkinan jawaban atau alternatif (options).52 Berdasarkan stem

-nya, bentuk soal pilihan ganda dibedakan menjadi dua macam, yaitu: bentuk soal dengan stem yang berupa pertanyaan, dan bentuk soal

dengan stem yang berupa pernyataan.53 Options pada tes pilihan ganda

48

Sudijono, op. cit., h. 107

49Surapranata,

op. cit., h. 131

50Kusaeri dan Suprananto,

op. cit., h. 107

51Noll,

op. cit., h. 150

52

Sudaryono, op. cit., h. 110

53


(40)

terdiri atas satu jawaban benar yang disebut kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).54

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes obyektif pilihan ganda merupakan salah satu bentuk tes yang terdiri atas bagian keterangan tidak lengkap (stem) yang diikuti oleh sejumlah

kemungkinan jawaban (option), dimana satu diantara kemungkinan

jawaban tersebut adalah jawaban yang benar (kunci jawaban) dan yang lainnya adalah pengecoh (distractor).

h. Penyusunan Soal yang Menuntut Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Salah satu bentuk soal yang sangat luas penggunaannya untuk mengukur keberhasilan peserta didik adalah soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda merupakan soal yang mampu mengukur berbagai macam kemampuan, mulai dari kemampuan yang sederhana sampai dengan kemampuan yang kompleks. Salah satu keunggulan dari soal pilihan ganda adalah mampu mengukur berbagai tingkatan kemampuan kognitif (berpikir), yakni mulai dari tingkat ingatan sampai dengan tingkat evaluasi.55 Dengan demikian, penggunaan bentuk soal pilihan ganda pada kegiatan pengukuran dan penilaian, tidak hanya memungkinkan evaluator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah peserta didik, tetapi juga kemampuan berpikir tingkat tingginya.

Memungkinkannya penggunaan bentuk soal pilihan ganda dalam pengukuran kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik juga dikemukakan oleh Kubiszyn dan Borich sebagai berikut: “Multiple-choice items are unique among objective test items because, contrary to popular opinion, they enable you to measure behavior at the higher levels of the taxonomy of educational objectives”.56 Artinya

54Sudaryono, loc. cit. 55Surapranata,

op. cit., h. 178

56

Tom Kubiszyn and Gary Borich, Educational Testing & Measurement: Classroom


(41)

soal-soal pilihan ganda adalah unik di antara soal-soal tes objektif lainnya karena, berlawanan dengan pendapat umum, mereka memungkinkan kamu untuk mengukur tingkah laku pada tingkat yang lebih tinggi dari taksonomi tujuan-tujuan pendidikan.

Kusaeri dan Suprananto menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam penyusunan soal yang menuntut keterampilan berpikir lebih tinggi, yaitu:57

1) Materi tes tidak hanya mencakup aspek keterampilan berpikir yang berupa ingatan, tetapi juga mencakup berbagai aspek keterampilan berpikir lainnya, seperti: pemahaman, penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi.

2) Setiap item soal atau pernyataan perlu diberikan dasar pertanyaan. 3) Pertanyaan yang diberikan harus dapat mengukur keterampilan

berpikir kritis.

4) Pertanyaan yang diberikan harus dapat mengukur keterampilan pemecahan masalah.

C. Ujian Nasional

Ujian nasional (UN) merupakan bentuk penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai salah satu bentuk penilaian hasil belajar, pelaksanaan UN bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.58 Kegiatan ini ditujukan bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tingkat dasar dan menengah.59

Untuk menyelenggarakan kegiatan UN, Menteri Pendidikan Nasional membentuk suatu badan yang bersifat mandiri dan independen yang disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).60 Badan inilah yang mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai pedoman

57Kusaeri dan Suprananto,

op. cit., h. 151

58Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar

Nasional Pendidikan, BAB X. Standar Penilaian Pendidikan, Pasal 66, Ayat 1, h. 34

59

Ibid., Pasal 63, Ayat 1, h. 32

60


(42)

penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, baik pendidikan dasar dan menengah, maupun pendidikan nonformal. Hal itu

sesuai dengan pasal 27 ayat 2 PP No. 19 Tahun 2005, yaitu “Standar

kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.”61

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 2 Permendiknas No. 23 Tahun 2006, SKL sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan terdiri atas SKL minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.62 SKL minimal untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.63 Dengan demikian, Kimia, sebagai bagian dari rumpun mata pelajaran IPA yang menjadi salah satu muatan dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki tujuan umum yang sama, yaitu untuk mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.

Sebagai salah satu bentuk kegiatan penilaian, instrumen yang digunakan dalam UN adalah soal-soal UN. Penyusunan soal UN mengacu pada kisi-kisi soal UN yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang telah melalui validasi oleh dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan. Berikut adalah kisi-kisi soal UN Kimia SMA/MA (Program IPA) tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 yang telah ditetapkan oleh BSNP.

61

Ibid., Pasal 27, Ayat 2, h. 14

62Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No. 23 Tahun 2006, Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Pasal 1 Ayat 2, h. 341

63

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), h. 346


(43)

1. Kisi-kisi Soal UN Kimia SMA/MA (Program IPA) Tahun Ajaran 2011/2012

Tabel 2.2 Kisi-kisi Soal UN Kimia SMA/MA Tahun Ajaran 2011/201264

No. Kompetensi Indikator

1. Mendeskripsikan

struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia untuk menentukan struktur molekul, sifat-sifat unsur dan senyawa.

Menganalisis notasi unsur dan kaitannya dengan struktur atom, konfigurasi elektron, jenis ikatan kimia, rumus molekul, bentuk molekul dan sifat senyawa yang dapat dihasilkannya, serta letak unsur dalam tabel periodik.

Menganalisis jenis ikatan kimia atau gaya antar molekul dan sifat-sifatnya.

2. Menerapkan

hukum-hukum dasar kimia

untuk memecahkan

masalah dalam

perhitungan kimia.

Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia. Menganalisis persamaan reaksi kimia anorganik dan organik sederhana. 3. Mendeskripsikan

sifat-sifat larutan, metode

pengukuran dan

terapannya.

Mendeskripsikan daya hantar listrik. Mendeskripsikan konsep pH larutan. Mendeskripsikan titrasi asam basa. Menganalisis sifat larutan penyangga. Mendeskripsikan hidrolisis garam dan Ksp.

Mendeskripsikan sifat-sifat koligatif larutan.

Mendeskripsikan sistem dan sifat koloid serta penerapannya.

4. Mendeskripsikan

senyawa organik, gugus fungsi dan reaksinya,

benzena, dan

turunannya, dan

makromolekul.

Mendeskripsikan senyawa karbon termasuk identifikasi, reaksi dan kegunaannya.

Mendeskripsikan benzena dan

turunannya serta kegunaannya.

Mendeskripsikan makromolekul

termasuk identifikasi dan kegunaannya. 5. Mendeskripsikan

perubahan energi, cara

pengukuran dan

penerapannya.

Menyimpulkan peristiwa

eksoterm/endoterm pada termokimia. Menentukan kalor reaksi.

6. Mendeskripsikan

kinetika reaksi,

kesetimbangan kimia,

Menentukan laju reaksi.

Mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinetika reaksi dan

64Badan Standar Nasional Pendidikan,

Kisi-Kisi Ujian Nasional Tahun Pelajaran

2011/2012, h. 34, (


(44)

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

kesetimbangan kimia. Menentukan Kc/Kp.

7. Mendeskripsikan reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mendeskripsikan reaksi reduksi-oksidasi.

Mendeskripsikan diagram sel. Mengaplikasikan hukum faraday. Mendeskripsikan fenomena korosi. 8. Mendeskripsikan

unsur-unsur penting,

terdapatnya di alam,

pembuatan dan

kegunaannya.

Mendeskripsikan unsur-unsur penting yang ada di alam termasuk unsur radioaktif.

Mendeskripsikan cara memperoleh unsur dan kegunaannya.

2. Kisi-kisi Soal UN Kimia SMA/MA (Program IPA) Tahun Ajaran 2012/2013

Tabel 2.3 Kisi-kisi Soal UN Kimia SMA/MA Tahun Ajaran 2012/201365

No. Kompetensi Indikator

1. Mendeskripsikan

struktur atom, sistim periodik unsur dan ikatan kimia untuk mendeskripsikan

struktur molekul, sifat-sifat unsur dan senyawa.

Menentukan notasi unsur dan kaitannya dengan struktur atom, konfigurasi elektron, jenis ikatan kimia, rumus molekul, bentuk molekul dan sifat senyawa yang dapat dihasilkannya, serta letak unsur dalam tabel periodik.

Mendeskripsikan jenis ikatan kimia atau gaya antarmolekul dan sifat-sifatnya.

2. Menerapkan

hukum-hukum dasar kimia

untuk memecahkan

masalah dalam

perhitungan kimia.

Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia. Menjelaskan persamaan suatu reaksi kimia.

3. Mendeskripsikan sifat-sifat larutan,

metode pengukuran dan terapannya.

Mendeskripsikan daya hantar listrik. Mendeskripsikan konsep pH larutan. Menjelaskan titrasi asam basa

Mendeskripsikan sifat larutan penyangga.

Mendeskripsikan hidrolisis garam dan Ksp.

Mendeskripsikan sifat-sifat koligatif larutan.

65Badan Standar Nasional Pendidikan, Kisi-kisi Soal Ujian Nasional SMA/MA, h. 33,

( http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2012/11/Kisi-Kisi-SMP-SMASMK-PLB-tahun-2012-2013.pdf)


(45)

Mendeskripsikan sistem dan sifat koloid serta penerapannya.

4. Mendeskripsikan

senyawa organik dan makromolekul.

Mendeskripsikan struktur senyawa Benzena dan turunannya, serta kegunaannya.

Mendeskripsikan senyawa karbon termasuk identifikasi, reaksi dan kegunaannya.

Mendeskripsikan makromolekul

(Karbohidrat, Protein, Polimer) dan kegunaannya

5. Mendeskripsikan

perubahan energi, cara

pengukuran dan

penerapannya.

Mendeskripsikan reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.

Menentukan kalor reaksi. 6. Mendeskripsikan

kinetika reaksi,

kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

Menentukan laju reaksi.

Mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kinetika suatu reaksi dan kesetimbangannya

Menentukan Kc/Kp.

7. Mendeskripsikan reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mendeskripsikan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.

Mendeskripsikan diagram sel. Mengaplikasikan hukum faraday. Mendeskripsikan fenomena korosi dan Pencegahannya.

8. Mendeskripsikan unsur-unsur penting,

terdapatnya di alam, pembuatan dan kegunaannya.

Mendeskripsikan unsur-unsur penting yang ada di alam termasuk unsur radioaktif.

Mendeskripsikan cara memperoleh unsur-unsur penting dan kegunaannya. Lulus UN merupakan salah satu syarat bagi peserta didik agar dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah.66 Selain sebagai penentu kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan, hasil UN juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam memetakan mutu program dan/atau satuan pendidikan, menyeleksi calon peserta didik untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta

66


(46)

membina dan memberi bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.67

Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan perolehan nilai akhir (NA).68 NA merupakan gabungan antara nilai Ujian Sekolah/Madrasah (US/M) dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dan nilai UN yang diformulasikan dengan pembobotan 40% untuk nilai US/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk nilai UN.69 UN tahun 2011/2012 dan 2012/2013 memiliki kesamaan dalam tingkat standar kelulusan UN, yaitu mensyaratkan nilai rata-rata dari semua NA mencapai paling rendah 5,5 (lima koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol).70, 71

D. Taksonomi Tujuan Pembelajaran

Kusaeri dan Suprananto menyebutkan bahwa ada 3 karakteristik pokok tujuan pembelajaran, yaitu cakupan atau keluasan tujuan (scope), taksonomi tujuan pembelajaran atau domain (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan bentuk pembelajaran (behavior versus nonbehavior).72 Salah satu karakteristik tujuan pembelajaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah taksonomi tujuan pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan domain kognitif atau ranah keterampilan berpikir.

67

Ibid., Pasal 68, h. 34

68Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No. 59

Tahun 2011, Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional, BAB II. Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan, Pasal 6, Ayat 1.

69

Ibid., Pasal 6, ayat 2.

70Lampiran Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor:

0011/P/BSNP/XII/2011 tentang Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2011/2012, Bagian VII. Kelulusan Ujian Nasional, butir 8, h. 25.

71Lampiran Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0020/P/BSNP/I/2013

tentang Penyelenggaraan Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Sekolah Menengah Kejuruan, serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013, Bagian VII. Kelulusan Ujian Nasional, butir 8, h. 38.

72


(1)

6.

Ibid..,

h. 124

h

$

7. Sukmadinata, op. cit.,

h.221

A-

,1

#

8. Arifrn, op. cit.,

h.

171

a'

o Sugiyono, op. cit.,,

h.306

L.

'l

10.

Ibid., h.312

0,'

t

11. Ibid., h. 377

0)

I

12.

Suharsimi

Arikurto,

Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan

Praktik,

(Iakarta: Rineka Cipta, 2010),

cer.

14,h.244

k

#

13.

Ibid.,

h. 243

ef

(,

14.

Mousumi

Banerjee,

Beyond

Kappa:

A

review

of

interrater Agreement

Measures,

The

Canadian

Journal

of

statistic,y

o1.27,

No.

1, 1999, h. 6

0f

{

15.

Noeng

Muhadjir,

Metodologi P enelitian

Kualitatif:

Pendekatan Positivistik,

Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik: Telaah

Studi

Teks

dan

Penelitian Agama,

(Yogyakarta:

Rake Sarasin, 1996),

cel

T

,h.

104

r{

+

BAB IV HASIL

dAN

PEMBAHASAN

-TKrtu.ti

dan

Suprananto.

Pengukuran

dan

I

.

I

Penitaion Pendidikan. (Yogyakarta: Graha

llmu-I

zotzt,

ra.

l.Jilid

t.

cel

I.h.56-

A.-

f

2.

Wina

Sanjaya, Perencanaan

dan

Desain

Sistem

Pembelajaran, (Jakarta:

Kencana,

2011),

Ed.

1, Cet. 4,

h,

125

l{

$

J.

Lorin

W.

Anderson dan

David

R.

Krathwohl

(eds),

Kerangka Landasan

untuk

Pembelajaran,

Pengajaran,

dan

Asesmen: Revisi

Tal<sonomi

Pendidikan

Bloom,

Terj.

Agung

Prihantoro,

(Yoovakarla: Pustaka Pelaiar,

2010),

h.43

9r-

I

4.

Mor.l:-i

B-"rjee,

Beyond Kappa:

A

Review

of

Inter-Rater Agreement

Measures:

The

Canadian

.Iournal

ofstatislic,

Vol.

1,

No.

1, 1999, p. 6

A,

6

5.

Sulro.ri-i

Arikunto, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan

Praktik,

(lakata:

Rineka Cipta, 2010),

h.243

h/'

I


(2)

6. Anderson dan

Krathwohl

(eds), op.

cit., h.99

dr

{,

7.

Ibid., h.

103

h'

t,

8.

Ibid.,h.

10s

tr

6

9.

Ibid..h.

116

0'^

+

10.

Susan

M.

Brookhart,

How

to Asses

Higher-Order

Thinking

Skills

in

Your Clossroom,

(Virginia

USA:

ASCD,2010), p.

14

D(

tt

-[

11 Anderson dan

Krathwohl

(eds),

op

cit.,h.

120

f\-A-1

t

12.

David

Lazear, Higher-Order

Thinking:

The

Multiple

Intelligences Way, (Chicago:

Zephyr

Press, 2004),

p.

11

K

4

13. Anderson dan Krathwohl (eds). loc. cit.

5"'

fr

14.

Georgius Tsaparlis

and

Uri

Zoller,

Evaluation

of

Higher

Vs.

Lower-Order Cognitive

Skills-Type

Examinations

in

Chemistry:

Implication

for

University

in-Class Assessment and Examination.

University

Chemistry

Education,

Yol. 7,

2003, p. 56

K

{

15.

Wiyanto, dkk.,

Potret Pembelajaran Sains

di

SMP

dan

SMA,

Jurnal

Pend.

Fisika

Indonesia,

Yol.

4,

No. 2,

Juli

2006,h.64

hf

(

16.

Uri

Zoller

and

David

Pushkin,

Matching

Higher-Order Cognitive

Skills

(HOCS) Promotion

Goals

with

Problem-Based

Laboratory Practice

in

a Freshman

Organic

Chemistry

Course, Chemistry

Education

Research

and Practice,

8 (2),

2007, p.

154

k

#

17.

Asep Sjafrudin, Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional

MA

untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan, diakses

tanggal

27

Mei

2014,

t htt n://oerrd is.kcnrera s. uo.idr fi lerdokumert/a nalis it2008 04.odfl. lt. 8

(

18.

Siskha Sofiana, "Analisis Butir Soal Ulangan Kenaikan Kelas Mata Pelajaran

Kimia

Kelas

X

SMA Negeri 8

Surakarta

Taliun Ajaran

200912010",

Skripsi

pada Prograrr Studi Pendidikan

Kimia

Jurusan Pendidikan

Matematika Dan

llmu

Pengetahuan

Alam

Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 2010, diakses tanggal

4

Oktober

2013

( hfl n:

/eprint\.uns.ac.id/l47Oll1lll:2il22Q108fl2].t:

df). h. 62


(3)

19.

Danny

Ramadhan

dan

Wasis,

Analisis Perbandingan

Level Kognitif

dan

Keterampilan Proses

Sains dalam

Standar

Isi

(SI),

Soal

Uj ian

Nasional

(tN),

Soal

(Trends

in

International

Mathematics

and

Science

,Srzrdl

(TIMSS),

Dan

Soal

Programme

for

International

Student

Assessment

(PISA),

Jurnal

Inovasi

Pendidikan Fisika, Y ol. 02,

No.

01,

Tahtn

2013, h. 24

k

(

20.

Serhat Kocakaya

and

Selahattin G6nen, Analysis

of

Turkish

High-School

Physic-Examination Question

According

to

Bloom's

Taxonomy,

lsla-Pacific Forum

on Science Learning

And

Teaching,

Vol.

11, Issue 1,

Article

9, June 2010,

p.

10

M

+

21. Anderson dan

Krathwohl

(eds),

op cit.,h.

105

Ul

f

22.

Nazeem Edward,

An

Analysis of The

Alignment

of

The Grade

12 Physical Sciences Examination and The Core Curriculum

In

South Africa, South

Africa

Journal

of Education,

y

o1.30, 2010, p. 587

k

I

t

z).

Edith

R.

Dempster, Comparison

of

Exit-Level

Examinations

in

Four

African

Countries, J Soc Sci,

Vol.33, lssue |

.2012.

p. 66

el

(

NrP.

19710528 200003 1 002

Jakarta, 3 September 2014

Pembimbing

II

Burhanudin Milama. M.Pd

NrP.

19770201 200801 1011 Pembimbing

I


(4)

SURAT

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah rm:

:

Fitriyuni Miralda

Siregar, S.Pd

: Guru Mata Peiajaran

Kimia

:

MA

Pembangunan

UIN

Jakarta

Menyatakan telah memeriksa dan menelaah tahapan penyelesaian soal dan kunci

jawaban soal

Ujian

Nasional

Kimia

tahun

ajman

20ll/2012

dan 2Ol2/2O13 yang dibuat oleh mahasiswa:

Nama Jabatan Instansi

Nama

NIM

:

Ani

Syahida

:109016200008

Jurusan/Prodi : Pendidikan IPA,?endidikan

Kimia

Dan

dengan

ini

saya menyatakan bahwa tahapan penyelesaian

soal

dan kunci jawaban soal tersebut telah sesuai untuk digunakan mahasiswa yang bersangkutan

dalam penelitian yang akan dilakukannya.

Demikian pernyataan

ini

dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Ciputat,

7l

Januari 2014


(5)

SURATPERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama

: Evi SaPinatul Bahriah, M.Pd

Jabatan

: Dosen Mata Kuliah Kimia Dasar

Instansi

:

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Menyatakan telah menjadi pengamat (penyidik) dalam proses kategorisasi jenjang domain

kognitif

yang

diukur

pada soal

Ujian

Nasional

Kimia

tahun ajaran

2olll2ol2dan20l2l20l3yangmerupakanSalahsatutahapanpenelitiansklipsi

atas nama mahasiswa:

Nama :

Ani

Syahida

NIM

:109016200008

Jurusan/Prodi : Pendidikan lPAiPendidikan Kimia

Judul

:

Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat

Tinggi

pada Soal Ujian Nasional Kimia

Demikian pemyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya'

Cipru;tat,*\pril 201 4 Pengamat

I


(6)

SURAT

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah

ini:

Nama

:

Luki

Yunita, M.Pd

Jabatan

: Dosen Mata

Kuliah

Evaluasi Pembelajaran

Kimia

Instansi

:

UN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Menyatakan telah menjadi pengamat (penyidik) dalam proses kategorisasi jenjang

domain kognitif yang diukur

pada

soal Ujian Nasional

Kimia

tahun

ajaran

2OlI/2012

dan 201212013 yang merupakan salah satu tahapan penelitian skripsi atas nama mahasiswa:

Nama

NIM

JurusarVProdi Judul

Ani

Syahida 109016200008

Pendidikan IPA/Pendidikan

Kimia

Analisis

Keterampiian

Berpikir Tingkat

Tinggi

pada Soal

Ujian

Ciputat,a8April 2014 Pengamat

II

Luki

Yunita, M.Pd

Nasional

Kimia