Umum Daktilitas PENDAHULUAN A. Latar Belakang

terjadi leleh bahan langsung patah, sedangkan untuk bahan yang bersifat elasto- plastis, berarti bahan tersebut adalah liat atau disebut daktail. Asroni, 2003.

C. Pembebanan Struktur

Pedoman perhitungan struktur beton di Indonesia, dicantumkan dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847- 2002.

D. Beban Gempa

Dalam perencanaan struktur bangunan, beban gempa merupakan salah satu beban yang harus diperhitungkan, terutama untuk daerah rawan gempa. Pada perencanaan ini beban gempa dihitung dengan pedoman SNI 1726-2002.

BAB III LANDASAN TEORI

A. Perencanaan Struktur Atap Rangka Baja 1. Perencanaan gording

Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap, beban hidup dan beban angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin. Berdasarkan SNI 03-1729-2002, dikontrol terhadap tegangan dan lendutan. Di sini atap yang digunakan adalah jenis genteng.

2. Perencanaan kuda-kuda

Struktur atap pada perencanaan kuda-kuda, harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan berdasarkan Pasal 6.2.2 SNI 03-1729-2002.

3. Perencanaan sambungan

Kegagalan struktur secara keseluruhan dapat diakibatkan oleh kegagalan sambungan antar elemen-elemen di dalam struktur rangka. Perencanaan sambungan ini digunakan alat sambung moer baut, karena alat sambung ini mudah didapat di pasaran dan mudah dalam pelaksanaannya. Pada perencanaan sambungan batang kuda-kuda, digunakan sambungan tampang dua. Moer baut yang digunakan adalah baut hitam, yang terbuat dari baja karbon rendah A 307 dengan kuat tarik f u baut = 410 MPa.

B. Perencanaan Struktur Plat Lantai dan Tangga 1. Perencanaan plat

Plat merupakan struktur bidang datar tidak melengkung yang jika ditinjau secara 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.

2. Perencanaan tangga beton bertulang

Tangga adalah bagian dari bangunan gedung yang berfungsi sebagai alat penghubung dari tingkatan-tingkatan lantai bangunan gedung tersebut. Tangga berfungsi sebagai penghubung lantai tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain. Semakin datar suatu tangga akan semakin mudah untuk digunakan. Penentuan sudut kemiringan suatu tangga tergantung dari fungsikeperluan tangga yang akan dibangun. Sebagai pedoman dapat diambil ketentuan sebagai berikut Asroni, 2007: 1. Tangga mobil masuk garasi   max = 12,5  atau 1: 8 2. Tangga di luar bangunan   max = 20  atau 1: 5 3. Tangga gedung bangunan umum   max = 30  - 35 4. Tangga curam  41º, untuk basement   max = 45  untuk menara tandon air   max = 75  - 90

B. Perencanaan Balok Dengan Sistem Daktail Parsial 1. Perhitungan penulangan memanjang balok.

Hitungan tulangan memanjang balok dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut : 1a. Menghitung momen perlu M U balok dengan memilih nilai yang paling besar dari nilai M U. 1b. Menghitung jumlah tulangan.

2. Perhitungan momen rencana M

r balok 1. Menghitung luas tulangan tarik dan tekan A s dan A s ’ 2. Menghitung nilai a 3. Dihitung tegangan tulangan tekan f s ’

Dokumen yang terkait

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Hotel 4 Lantai + 1 Basement Dengan Prinsip Daktail Parsial Di Surakarta.

0 1 26

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAIDAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP Perencanaan Gedung Perhotelan Empat Lantai Dan Satu Basement Di Pacitan Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 25

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 25

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 19

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA.

0 1 4

PERENCANAAN GEDUNG SWALAYAN EMPAT LANTAI DENGAN BASEMENT DI SUKOHARJO DENGAN PRINSIP DAKTAIL PENUH.

0 0 3

PERENCANAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN EMPAT LANTAI DENGAN SATU BASEMENT PERENCANAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN EMPAT LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI YOGYAKARTA (Menggunakan Prinsip Daktilitas Tingkat 3).

0 0 20

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTADENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 21

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 14

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Sekolah 4 Lantai ( 1 Basement ) Dengan Prinsip Daktail Parsial Di Sukoharjo.

0 0 24