Penatalaksanaan Mola Hidatidosa (Studi Pustaka).
ABSTRAK
PENATALAKSANAAN
MOLA HIDATIDOSA
Rita Arrianty, 2005. Pembimbing : Sri Nadya Saanin, dr., MKes
Mola hidatidosa adalah keadaan patologi dari korion, bersifat jinak dan
ditandai oleh adanya; degenerasi kistik viIi dan perubahan hidrofik, tidak ada
pembuluh darah janin, dan proIiferasi trofoblas. Penyakit ini memiliki agresivitas
yang tinggi menuju keganasan. Tercatat sebanyak :~ - 3% keganasan yang berawal
dari kasus mola hidatidosa, sehingga bila penanganannya tidak intensif penderita bisa
kehilangan fungsi reproduksinya.
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat ditegakkan
diagnosa secara dini sehingga mendukung penatalaksanaan
yang tepat yang
mencegah terjadinya kompIikasi, maka pada akhirnya angka mortaIitas dapat ditekan.
Gejala kIinik mola hidatidosa terjadi pada waktu kehamilan 18 minggu
pertama oleh karena pada minggu-minggu tersebut umumnya terjadi perdarahan
pervaginam yang tidak disertai rasa nyeri, dan diagnosa pasti mulai dapat ditegakkan
bila gelembung-gelembung mola telah lahir.
Melalui pembahasan mengenai mola hidatidosa ini, diharapkan masyarakat
lebih mengenal dan dapat melakukan upaya preventif dengan cara melakukan
pemeriksaan dini, sehingga kompIikasi yang berakibat buruk terhadap penderita dapat
dicegah.
IV
ABSTRACT
THE PROTOCOL OF HYDATIDIFORM
MOLE
Rita Arrianty, 2005. Pembimbing : Sri Nadya Saanin, dr., MKes
HydatidUorm mole is a common benign chorionic pathology, which is shown by
villi degenerative cysts and hydropic d(f{erentiatioll, there is no fetal vessel and a
trophoblastic pro l(jera tion. This is an aggressive disease and it can turn into
malignant condition. About 2 - 3% from hydatid({orm mole become malignant. So ({
the patient don't intensively treated they will loss their reproductive function.
The aim of this paper is to get an early diagnose of hydatid({orm mole so that we
can give the absolute treatment of the patient which can prevent the possibility of the
complications to happen. Finally the rate of mortality can be reduced.
The symptom of hydatid(fhrm mole occurs in the .first 18 weeks of pregnancy
because in the early weeks painless vaginal bleeding usually happens and the .final
diagnose can be reached ({ the bubble ofmole has been delivered.
Through the explanation of this hydatidUonn mole, it is expected that the
community will understand much about this, so the fatal eI{ect of the complication
can be prevented by an early examined.
v
DAFT AR ISI
Halaman
JUDUL
..
I
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
...
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
iii
iv
.v
ABSTRACT
KAT A PENGANT AR
vi
DAFT AR ISI
viii
DAFT AR TABEL
x
DAFT AR GAMBAR
Xl
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi Masalah
1
1.3. Maksud dan Tujuan
2
1.4. Manfaat Penelitian
2
BAB II TINJAUAN PUS TAKA
2.1 Anatomi-Fisiologi
Uterus
...
2.1.1. Anatomi-Histologi...
...
3
...
3
2.1.2. Fisiologi
2.1.3. Keadaan
6
Patologi
8
2.2 Mola hidatidosa
9
2.2.1 Klasifikasi
9
2.2.2 Patogenesis
...
...
...
12
2.2.3. Insidensi
13
2.2.4. Etiologi
14
2.2.5. Morfologi
...
VlII
...
14
18
2.2.6. Gejala Klinis
24
2.2.7. Komplikasi
...
2.2.8. Prognosis
27
2.2.9. Diagnosis
32
2.2.10. Diagnosis Banding
...
2.2.11. Penatalaksanaan
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
27
...
...
33
...
38
43
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
43
4.2. Saran
44
DAFT AR PUST AKA
45
RIW A Y AT HIDUP
47
IX
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.2. Gambaran Perbedaan Mala Hidatidosa Komplit dan Mala
Hidatidosa Parsial (Cunningham dkk, 1997)
x
... ., . .., ... .. ... ... ... ...
11
DAFT AR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Uterus dan Bagian-Bagiannya
(Rustam, 1998)
3
Gambar 2.2. Vaskularisasi Uterus (Gray & Henry, 2000)
5
Gambar 2.3 Diagram Perubahan Dam Endometrium (Sandritter & Thomas, 1988)
6
Gambar 2.4. Skema Genetika Mola Hidatidosa (Moore & Lissa, 2004)
12
Gambar 2.5. Gross Mola Hidatidosa (Evans & Jill, 2(02)
16
Gambar 2.6. Histologi Mola Hidatidosa (Sandritter & Thomas, 1988)
17
Gambar 2.7. Mola Hidatidosa Komplet dan Mola Hidatidosa Parsial
(David & Pillai, 1996)
Gambar 2.8. Uterus yang Membesar (17 minggu) dan Perubahannya
Dilakukan
18
...
Setelah
Pengosongan Mola Lewat Suction (Cunningham dkk, 1995)
Gambar 2.9. Histologi Koriokarsinoma
Koriokarsinoma
20
Villosum (kiri) & Mola Hidatidosa
Non-Villosum (kanan) (Keiser dkk, 2004)
27
Gambar 2.10. Gambaran Snow Flake Pattern Pad a Penderita Mola Hidatidosa
(Ward dkk, 1994)
...
Gambar 2.11. Gambaran Arteriogram Pelvis (Keiser dkk, 2004)
.
30
31
Gambar 2.12. Potongan Transversal (kiri) dan Potongan Sagital (kanan),
MRl pada Uterus Penderita Mola Hidatidosa (Keiser dkk, 2004)
Xl
32
47
RIWAYATHIDUP
Data Pribadi
Nama
: Rita Arrianty
Tempat, TanggaIIahir
: Bandung, 16 Mei 1982
Alamat
: JIn. Leuwi Panjang, Komp. Leuwi Anyar H-7
Bandung 40234
Riwayat Pendidikan
1994, Lulus SDN. Babakan Tarogong III Bandung
1997 , Lulus SMPN 3 Bandung
2000 , Lulus SMUN 5 Bandung
2001
,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mola hidatidosa didefinisikan
Penyakit
ini biasanya
sebagai suatu tumor jinak (benigna) dari korion.
dikaitkan
berbeda (Asia Tenggara
dengan;
sosioekonomi
rendah,
letak geografis
dan Mexico dengan insidensi yang banyak),
malnutrisi
(konsumsi protein rendah, asam folat rendah, dan karoten rendah), dan usia 40 tahun.
Prevalensi
mola hidatidosa
1/1500 di USA dan 1/25 terdistribusi
di Mexico.
Kejadian pada wanita Asia lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan) daripada wanita
di negara-negara
barat (1 kasus dari 2000 kehamilan).
(Benson & Pemoll's,
1994;
Hanifa W, 1999).
Banyaknya
penyulit pada kasus mola hidatidosa, memperburuk
penyakit ini, seperti: preeklampsia,
tirotoksikosis,
prognosis
dari
anemia, dan hipotensi (Anna dkk,
2001). Apabila penanganan pada penyakit ini kurang baik tidak jarang menimbukan
kematian.
Dengan adanya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, mola hidatidosa beserta pola
penyakitnya
dapat diketahui
dan diharapkan
masyarakat
waspada terhadap gejala-gejala
yang menyertainya
rutin terhadap
Dengan
kandungannya.
mengetahui
dan melaksanakan
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana patogenesis mola hidatidosa?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyulit mola hidatidosa?
mola hidatidosa?
lebih
pemeriksaan
deteksi dini maka angka kematian
ditekan semaksimal mungkin.
3. Bagaimana penatalaksanaan
juga
dapat
2
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud
dari penulisan
Karya
Tulis
Ilmiah
ini adalah
untuk
mengetahui
patogenesis serta komplikasi mola hidatidosa secara lebih mendalam, dengan tujuan
agar mengetahui progresifitas dari penyakit mola hidatidosa itu sendiri.
Tujuan dari penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat ditegakkan
diagnosis
secara dint dan penatalaksanaan
terjadinya
komplikasi
yang tepat sehingga
dan dapat menurunkan
angka mortalitas
dapat mencegah
dari kasus mola
hidatidosa.
1.4. Manfaat
Khusus: untuk kalangan medis diharapkan dengan adanya penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini pengetahuan
predisposisi
terhadap
mengenai
kasus
etiologi, patogenesis,
mola
hidatidosa
dapat
gejala klinis, dan faktor
dipahami,
sehingga
dapat
ditegakkan diagnosis secara dini.
Umum:
mengenal
untuk
penyakit
masyarakat
mola
luas
diharapkan
hidatidosa,
memeriksakan kandungannya secara rutin.
sehingga
dapat
menambah
wanita
yang
pengetahuan
sedang
hamil
43
BABIV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
.
Patogenesis
dari
mola
hidatidosa
Dimana pada mola hidatidosa
yang
kemudian
dapat
sebagai berikut:
berhubungan
dengan
genetika.
komplet, ovum dibuahi oleh sperma haploid
mengadakan
duplikasi
kromosomnya
sendiri
setelah
terjadinya proses miosis. Kromosom ini dapat tidak terlihat atau tampak tidak
aktif. Semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas, dan kadang-kadang
pola kromosom pada mola hidatidosa komplet bisa 46 XV, keadaan ini terjadi
apabila dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung
Sedangkan
pada mola hidatidosa
dengan mola hidatidosa
komplet,
parsial
pada dasarnya
akan tetapi kariotipe
kromosom.
prosesnya
mirip
yang dihasilkannya
khas, yaitu berupa triploid, bisa 69 XXV, atau 69 XYY, dengan komplemen
satu maternal tapi bisa juga dengan dua komponen
.
Faktor-faktor
haploid paternal.
penyulit pada kehamilan mola hidatidosa dapat berupa:
Anemia
Pre-ekl amp si aJekl am psi a
Disfungsi kelenjar tiroid
Emboli
Ekspulsi spontan
.
Penatalaksanaan mola hidatidosa adalah sebagai berikut:
Langkah awal penanganan mola hidatidosa adalah dengan memperbaiki
keadaan
umum
paslen,
apabila
pasien
mengalami
anemIa
atau
tirotoksikosis, maka keadaan ini harus ditanggulangi terlebih dahulu.
Pengeluaran jaringan mola, tindakan evakuasi ini bisa dengan tindakan
vakum kuretase ataupun histerektomi.
Pemberian preparat sitostatika. Gbat pilihan pada kemoterapi ini biasanya
menggunakan
preparat
methotrexate
atau
actinomycin
D.
Lama
pengobatan menggunakan sitostatika ini sekitar 5 hari apabila kondisi
44
umum pasien baik, akan tetapi bila kondisi umum pasien buruk lebih baik
dirujuk ke dokter spesialis onkologi.
Tahap akhir penanganan
kasus mola hidatidosa adalah pemeriksaan
tindak
lanjut, yang memiliki tujuan untuk mendeteksi dini setiap perubahan
menunjukkan
kemungkinan
ini meliputi
pencegahan
menderita
ke arah malignansi. Pemeriksaan
kehamilan
minimal
penyakit mola hidatidosa,
I tahun
pemeriksaan
yang
tindak lanjut
setelah
pasien
kadar hCG setiap dua
minggu sekali. Apabila kadar hCG sudah normal, dilakukan
pemeriksaan
rutin setiap bulan selama 6 bulan dan dua bulan sekali pada 6 bulan
berikutnya,
sehingga
total
1 tahun
kadar
hCG pasien
normal,
maka
pengobatan dapat dihentikan dan pasien boleh hamil kembali.
4.2. Saran
Diperlukan
pemeriksaan
rutin pada wanita hamil dan terutama pasca-abortus
dilakukan
pemeriksaan
secara
kehamilan
12 minggu dilakukan
kehamilan pasien. Mengingat
puskesmas
sebagai
Pengadaan
alat USG juga
kelainan
pengetahuan
dan pemahaman
meningkatnya
lain
masyarakat
yang mendukung
memungkinkan
pada
USG, untuk mengetahui
kasus mola hidatidosa,
masyarakat
memiliki
kandungan
maka usaha preventifterhadap
Apabila
pemeriksaan
sarana kesehatan
mendeteksi
dan faktor-faktor
intensif.
banyak,
keuntungan
selain
mola
yaitu
hidatidosa.
alat USG.
dapat
mola hidatidosa
juga
Hendaknya
mengenai berbagai faktor-faktor
terjadinya
kondisi
paling tidak
memiliki
lainnya,
usia
resiko
lebih baik lagi,
kasus mola hidatidosa dapat ditingkatkan.
45
DAFTAR
Abdul,B.S.,Hendra,U,.
PUSTAKA
Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
2000.
(Bagian I). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2001. Gambaran Epidemiologi
Anna,F.,Djamheor,M.,Supriadi,G.
Kasus Mola Hidatidosa Komplit dan Mola Hidatidosa Parsialis
Klinis Pada
Yang Dirawat
di RSUP Hasan Sadikin Bandung Periode 1 Januari 1993 - 31 Desember
1997.
Volume 33 No.1. Bandung: MKB. 24,26,43,45.
Bagian Obstetri
& Ginekologi
Universitas
Pajajaran
1984. Obstetri
Bandung.
Patologi. Bandung: Elstar.38.
Benson,R.C.,Pernoll,M.L.
United States: McGraw-Hill.
Chalik,TMA.
Handbook of Obstetrics and Gynecology.
1994.
553-555.
1998. Hemoragi Utama Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika. 39.
1992. Segi Praktis, Ilmu Kebidanan
Christopher,S.,Beverly,J.
dan Kandungan
untuk Pemula. Jakarta: Binarupa Aksara. 70,71.
Cunningham,
MacDonald,
Gant.
1995. Obstetri
Williams. Edisi 18. Jakarta:
EGC. 636-638,642-646.
David .K.,Pillai. 1996. Atlas Bantu Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Evans,
Jill. 2002. Gross of Hydatidiform
/subi ect -Iisting/hydatidiformmo
Mole.
Http://brisbio..ac.uk/ROADS
Ie.html.
Gray, Henry. 2000. Gray's Anatomy On-line. Edisi 20. Http://education.yahoo
.com.
Heller, Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC. 22.
Jonathan,S.B.,Eli, Y.A.,Paula,A.
Pennsylvania:
Keiser,
Vincent.,
1996.
Novak's,
Gynecology.
Edisi
12.
Rose Tree Corporate Center. 1264-1267.
& Herbender,
Thomas.
2004. Diagnose
of Hydatid?form
Mole. Http://www.uhrad.com/mamarc/mam028.htm.
Lawrence
.M, Stephen
.J, dan Maxine .A. 2004. Current Medical Diagnosis
Treatment. Edisi 43. United States: McGraw-Hill.
738,739.
&
46
Leeson,C.R.,Leeson,T.S.,Paparo,A.A.
1992.
Buku Ajar Histologi.
Edisi 5.
Jakarta: EGC. 491,492,493.
Martaadisoebrata,
Selaput
Djamhoer.
Janin.
Dalam:
1997. Penyakit
Hanifa,W.,
serta Kelainan
Abdul,B.S.,Trijatmo,R.,
Plasenta
editor:
dan
Ilmu
Kehidanan Edisi 4. Jakarta: Gramedia. 342-348.
Mochtar,
Rustam.
1998. Sino psis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. 5,8,9,13,35,36.
Moore, Lissa. 2004. Hydatidtform
Muzayyanah.
Mole. Http://www.emedieine.eom.
2002. Mola Hidatidosa.
Volume
2 nO.l. Yogyakarta:
Mutiara
Medika. 53,55-57.
Sandritter,W.,Thomas,C.
1988. Histopatologi,
Buku
Teks dan Atlas
untuk
Pelajaran Patologi Umum dan Khusus. Edisi 10. Jakarta: EGC. 224,225.
Sarwono,P.,Hanifa,W.
Hanifa,W.,
1999. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:
Abdul,RS.,Trijatmo,R.,
editor: Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Edisi 2. Jakarta:
262-266.
Stern , Jeffrey. 2004. Trophoblastic Disease. http://womanseaneereenter.eom
/info / types/ mole.html
Sylvia,A.,Lorraine,M.
1995.
Pat~fisiologi.
Konsep
Klinis
Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC. 1138.
Rein,
Daniel.
2003. Hydatidtform
health! hydatidiform-mole-symptoms.
Robbins,S. T.,Kumar,
Mole Symptoms.
Http://health.allrefer.eom/
html.
V. 1995. Buku Ajar Patologi
II. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
399,400,401.
Ward,
Valleri.,
& Frates,
Http://brighamrad.
Marry.
1994. Ultrasonography
Harvard. edu/ edueation/ted/ted.
html.
Hydatidiform
Mole.
PENATALAKSANAAN
MOLA HIDATIDOSA
Rita Arrianty, 2005. Pembimbing : Sri Nadya Saanin, dr., MKes
Mola hidatidosa adalah keadaan patologi dari korion, bersifat jinak dan
ditandai oleh adanya; degenerasi kistik viIi dan perubahan hidrofik, tidak ada
pembuluh darah janin, dan proIiferasi trofoblas. Penyakit ini memiliki agresivitas
yang tinggi menuju keganasan. Tercatat sebanyak :~ - 3% keganasan yang berawal
dari kasus mola hidatidosa, sehingga bila penanganannya tidak intensif penderita bisa
kehilangan fungsi reproduksinya.
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat ditegakkan
diagnosa secara dini sehingga mendukung penatalaksanaan
yang tepat yang
mencegah terjadinya kompIikasi, maka pada akhirnya angka mortaIitas dapat ditekan.
Gejala kIinik mola hidatidosa terjadi pada waktu kehamilan 18 minggu
pertama oleh karena pada minggu-minggu tersebut umumnya terjadi perdarahan
pervaginam yang tidak disertai rasa nyeri, dan diagnosa pasti mulai dapat ditegakkan
bila gelembung-gelembung mola telah lahir.
Melalui pembahasan mengenai mola hidatidosa ini, diharapkan masyarakat
lebih mengenal dan dapat melakukan upaya preventif dengan cara melakukan
pemeriksaan dini, sehingga kompIikasi yang berakibat buruk terhadap penderita dapat
dicegah.
IV
ABSTRACT
THE PROTOCOL OF HYDATIDIFORM
MOLE
Rita Arrianty, 2005. Pembimbing : Sri Nadya Saanin, dr., MKes
HydatidUorm mole is a common benign chorionic pathology, which is shown by
villi degenerative cysts and hydropic d(f{erentiatioll, there is no fetal vessel and a
trophoblastic pro l(jera tion. This is an aggressive disease and it can turn into
malignant condition. About 2 - 3% from hydatid({orm mole become malignant. So ({
the patient don't intensively treated they will loss their reproductive function.
The aim of this paper is to get an early diagnose of hydatid({orm mole so that we
can give the absolute treatment of the patient which can prevent the possibility of the
complications to happen. Finally the rate of mortality can be reduced.
The symptom of hydatid(fhrm mole occurs in the .first 18 weeks of pregnancy
because in the early weeks painless vaginal bleeding usually happens and the .final
diagnose can be reached ({ the bubble ofmole has been delivered.
Through the explanation of this hydatidUonn mole, it is expected that the
community will understand much about this, so the fatal eI{ect of the complication
can be prevented by an early examined.
v
DAFT AR ISI
Halaman
JUDUL
..
I
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
...
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
iii
iv
.v
ABSTRACT
KAT A PENGANT AR
vi
DAFT AR ISI
viii
DAFT AR TABEL
x
DAFT AR GAMBAR
Xl
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Identifikasi Masalah
1
1.3. Maksud dan Tujuan
2
1.4. Manfaat Penelitian
2
BAB II TINJAUAN PUS TAKA
2.1 Anatomi-Fisiologi
Uterus
...
2.1.1. Anatomi-Histologi...
...
3
...
3
2.1.2. Fisiologi
2.1.3. Keadaan
6
Patologi
8
2.2 Mola hidatidosa
9
2.2.1 Klasifikasi
9
2.2.2 Patogenesis
...
...
...
12
2.2.3. Insidensi
13
2.2.4. Etiologi
14
2.2.5. Morfologi
...
VlII
...
14
18
2.2.6. Gejala Klinis
24
2.2.7. Komplikasi
...
2.2.8. Prognosis
27
2.2.9. Diagnosis
32
2.2.10. Diagnosis Banding
...
2.2.11. Penatalaksanaan
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
27
...
...
33
...
38
43
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
43
4.2. Saran
44
DAFT AR PUST AKA
45
RIW A Y AT HIDUP
47
IX
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.2. Gambaran Perbedaan Mala Hidatidosa Komplit dan Mala
Hidatidosa Parsial (Cunningham dkk, 1997)
x
... ., . .., ... .. ... ... ... ...
11
DAFT AR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Uterus dan Bagian-Bagiannya
(Rustam, 1998)
3
Gambar 2.2. Vaskularisasi Uterus (Gray & Henry, 2000)
5
Gambar 2.3 Diagram Perubahan Dam Endometrium (Sandritter & Thomas, 1988)
6
Gambar 2.4. Skema Genetika Mola Hidatidosa (Moore & Lissa, 2004)
12
Gambar 2.5. Gross Mola Hidatidosa (Evans & Jill, 2(02)
16
Gambar 2.6. Histologi Mola Hidatidosa (Sandritter & Thomas, 1988)
17
Gambar 2.7. Mola Hidatidosa Komplet dan Mola Hidatidosa Parsial
(David & Pillai, 1996)
Gambar 2.8. Uterus yang Membesar (17 minggu) dan Perubahannya
Dilakukan
18
...
Setelah
Pengosongan Mola Lewat Suction (Cunningham dkk, 1995)
Gambar 2.9. Histologi Koriokarsinoma
Koriokarsinoma
20
Villosum (kiri) & Mola Hidatidosa
Non-Villosum (kanan) (Keiser dkk, 2004)
27
Gambar 2.10. Gambaran Snow Flake Pattern Pad a Penderita Mola Hidatidosa
(Ward dkk, 1994)
...
Gambar 2.11. Gambaran Arteriogram Pelvis (Keiser dkk, 2004)
.
30
31
Gambar 2.12. Potongan Transversal (kiri) dan Potongan Sagital (kanan),
MRl pada Uterus Penderita Mola Hidatidosa (Keiser dkk, 2004)
Xl
32
47
RIWAYATHIDUP
Data Pribadi
Nama
: Rita Arrianty
Tempat, TanggaIIahir
: Bandung, 16 Mei 1982
Alamat
: JIn. Leuwi Panjang, Komp. Leuwi Anyar H-7
Bandung 40234
Riwayat Pendidikan
1994, Lulus SDN. Babakan Tarogong III Bandung
1997 , Lulus SMPN 3 Bandung
2000 , Lulus SMUN 5 Bandung
2001
,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mola hidatidosa didefinisikan
Penyakit
ini biasanya
sebagai suatu tumor jinak (benigna) dari korion.
dikaitkan
berbeda (Asia Tenggara
dengan;
sosioekonomi
rendah,
letak geografis
dan Mexico dengan insidensi yang banyak),
malnutrisi
(konsumsi protein rendah, asam folat rendah, dan karoten rendah), dan usia 40 tahun.
Prevalensi
mola hidatidosa
1/1500 di USA dan 1/25 terdistribusi
di Mexico.
Kejadian pada wanita Asia lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan) daripada wanita
di negara-negara
barat (1 kasus dari 2000 kehamilan).
(Benson & Pemoll's,
1994;
Hanifa W, 1999).
Banyaknya
penyulit pada kasus mola hidatidosa, memperburuk
penyakit ini, seperti: preeklampsia,
tirotoksikosis,
prognosis
dari
anemia, dan hipotensi (Anna dkk,
2001). Apabila penanganan pada penyakit ini kurang baik tidak jarang menimbukan
kematian.
Dengan adanya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, mola hidatidosa beserta pola
penyakitnya
dapat diketahui
dan diharapkan
masyarakat
waspada terhadap gejala-gejala
yang menyertainya
rutin terhadap
Dengan
kandungannya.
mengetahui
dan melaksanakan
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana patogenesis mola hidatidosa?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyulit mola hidatidosa?
mola hidatidosa?
lebih
pemeriksaan
deteksi dini maka angka kematian
ditekan semaksimal mungkin.
3. Bagaimana penatalaksanaan
juga
dapat
2
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud
dari penulisan
Karya
Tulis
Ilmiah
ini adalah
untuk
mengetahui
patogenesis serta komplikasi mola hidatidosa secara lebih mendalam, dengan tujuan
agar mengetahui progresifitas dari penyakit mola hidatidosa itu sendiri.
Tujuan dari penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat ditegakkan
diagnosis
secara dint dan penatalaksanaan
terjadinya
komplikasi
yang tepat sehingga
dan dapat menurunkan
angka mortalitas
dapat mencegah
dari kasus mola
hidatidosa.
1.4. Manfaat
Khusus: untuk kalangan medis diharapkan dengan adanya penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini pengetahuan
predisposisi
terhadap
mengenai
kasus
etiologi, patogenesis,
mola
hidatidosa
dapat
gejala klinis, dan faktor
dipahami,
sehingga
dapat
ditegakkan diagnosis secara dini.
Umum:
mengenal
untuk
penyakit
masyarakat
mola
luas
diharapkan
hidatidosa,
memeriksakan kandungannya secara rutin.
sehingga
dapat
menambah
wanita
yang
pengetahuan
sedang
hamil
43
BABIV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
.
Patogenesis
dari
mola
hidatidosa
Dimana pada mola hidatidosa
yang
kemudian
dapat
sebagai berikut:
berhubungan
dengan
genetika.
komplet, ovum dibuahi oleh sperma haploid
mengadakan
duplikasi
kromosomnya
sendiri
setelah
terjadinya proses miosis. Kromosom ini dapat tidak terlihat atau tampak tidak
aktif. Semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas, dan kadang-kadang
pola kromosom pada mola hidatidosa komplet bisa 46 XV, keadaan ini terjadi
apabila dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung
Sedangkan
pada mola hidatidosa
dengan mola hidatidosa
komplet,
parsial
pada dasarnya
akan tetapi kariotipe
kromosom.
prosesnya
mirip
yang dihasilkannya
khas, yaitu berupa triploid, bisa 69 XXV, atau 69 XYY, dengan komplemen
satu maternal tapi bisa juga dengan dua komponen
.
Faktor-faktor
haploid paternal.
penyulit pada kehamilan mola hidatidosa dapat berupa:
Anemia
Pre-ekl amp si aJekl am psi a
Disfungsi kelenjar tiroid
Emboli
Ekspulsi spontan
.
Penatalaksanaan mola hidatidosa adalah sebagai berikut:
Langkah awal penanganan mola hidatidosa adalah dengan memperbaiki
keadaan
umum
paslen,
apabila
pasien
mengalami
anemIa
atau
tirotoksikosis, maka keadaan ini harus ditanggulangi terlebih dahulu.
Pengeluaran jaringan mola, tindakan evakuasi ini bisa dengan tindakan
vakum kuretase ataupun histerektomi.
Pemberian preparat sitostatika. Gbat pilihan pada kemoterapi ini biasanya
menggunakan
preparat
methotrexate
atau
actinomycin
D.
Lama
pengobatan menggunakan sitostatika ini sekitar 5 hari apabila kondisi
44
umum pasien baik, akan tetapi bila kondisi umum pasien buruk lebih baik
dirujuk ke dokter spesialis onkologi.
Tahap akhir penanganan
kasus mola hidatidosa adalah pemeriksaan
tindak
lanjut, yang memiliki tujuan untuk mendeteksi dini setiap perubahan
menunjukkan
kemungkinan
ini meliputi
pencegahan
menderita
ke arah malignansi. Pemeriksaan
kehamilan
minimal
penyakit mola hidatidosa,
I tahun
pemeriksaan
yang
tindak lanjut
setelah
pasien
kadar hCG setiap dua
minggu sekali. Apabila kadar hCG sudah normal, dilakukan
pemeriksaan
rutin setiap bulan selama 6 bulan dan dua bulan sekali pada 6 bulan
berikutnya,
sehingga
total
1 tahun
kadar
hCG pasien
normal,
maka
pengobatan dapat dihentikan dan pasien boleh hamil kembali.
4.2. Saran
Diperlukan
pemeriksaan
rutin pada wanita hamil dan terutama pasca-abortus
dilakukan
pemeriksaan
secara
kehamilan
12 minggu dilakukan
kehamilan pasien. Mengingat
puskesmas
sebagai
Pengadaan
alat USG juga
kelainan
pengetahuan
dan pemahaman
meningkatnya
lain
masyarakat
yang mendukung
memungkinkan
pada
USG, untuk mengetahui
kasus mola hidatidosa,
masyarakat
memiliki
kandungan
maka usaha preventifterhadap
Apabila
pemeriksaan
sarana kesehatan
mendeteksi
dan faktor-faktor
intensif.
banyak,
keuntungan
selain
mola
yaitu
hidatidosa.
alat USG.
dapat
mola hidatidosa
juga
Hendaknya
mengenai berbagai faktor-faktor
terjadinya
kondisi
paling tidak
memiliki
lainnya,
usia
resiko
lebih baik lagi,
kasus mola hidatidosa dapat ditingkatkan.
45
DAFTAR
Abdul,B.S.,Hendra,U,.
PUSTAKA
Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
2000.
(Bagian I). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2001. Gambaran Epidemiologi
Anna,F.,Djamheor,M.,Supriadi,G.
Kasus Mola Hidatidosa Komplit dan Mola Hidatidosa Parsialis
Klinis Pada
Yang Dirawat
di RSUP Hasan Sadikin Bandung Periode 1 Januari 1993 - 31 Desember
1997.
Volume 33 No.1. Bandung: MKB. 24,26,43,45.
Bagian Obstetri
& Ginekologi
Universitas
Pajajaran
1984. Obstetri
Bandung.
Patologi. Bandung: Elstar.38.
Benson,R.C.,Pernoll,M.L.
United States: McGraw-Hill.
Chalik,TMA.
Handbook of Obstetrics and Gynecology.
1994.
553-555.
1998. Hemoragi Utama Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Widya
Medika. 39.
1992. Segi Praktis, Ilmu Kebidanan
Christopher,S.,Beverly,J.
dan Kandungan
untuk Pemula. Jakarta: Binarupa Aksara. 70,71.
Cunningham,
MacDonald,
Gant.
1995. Obstetri
Williams. Edisi 18. Jakarta:
EGC. 636-638,642-646.
David .K.,Pillai. 1996. Atlas Bantu Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates.
Evans,
Jill. 2002. Gross of Hydatidiform
/subi ect -Iisting/hydatidiformmo
Mole.
Http://brisbio..ac.uk/ROADS
Ie.html.
Gray, Henry. 2000. Gray's Anatomy On-line. Edisi 20. Http://education.yahoo
.com.
Heller, Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC. 22.
Jonathan,S.B.,Eli, Y.A.,Paula,A.
Pennsylvania:
Keiser,
Vincent.,
1996.
Novak's,
Gynecology.
Edisi
12.
Rose Tree Corporate Center. 1264-1267.
& Herbender,
Thomas.
2004. Diagnose
of Hydatid?form
Mole. Http://www.uhrad.com/mamarc/mam028.htm.
Lawrence
.M, Stephen
.J, dan Maxine .A. 2004. Current Medical Diagnosis
Treatment. Edisi 43. United States: McGraw-Hill.
738,739.
&
46
Leeson,C.R.,Leeson,T.S.,Paparo,A.A.
1992.
Buku Ajar Histologi.
Edisi 5.
Jakarta: EGC. 491,492,493.
Martaadisoebrata,
Selaput
Djamhoer.
Janin.
Dalam:
1997. Penyakit
Hanifa,W.,
serta Kelainan
Abdul,B.S.,Trijatmo,R.,
Plasenta
editor:
dan
Ilmu
Kehidanan Edisi 4. Jakarta: Gramedia. 342-348.
Mochtar,
Rustam.
1998. Sino psis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. 5,8,9,13,35,36.
Moore, Lissa. 2004. Hydatidtform
Muzayyanah.
Mole. Http://www.emedieine.eom.
2002. Mola Hidatidosa.
Volume
2 nO.l. Yogyakarta:
Mutiara
Medika. 53,55-57.
Sandritter,W.,Thomas,C.
1988. Histopatologi,
Buku
Teks dan Atlas
untuk
Pelajaran Patologi Umum dan Khusus. Edisi 10. Jakarta: EGC. 224,225.
Sarwono,P.,Hanifa,W.
Hanifa,W.,
1999. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:
Abdul,RS.,Trijatmo,R.,
editor: Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Edisi 2. Jakarta:
262-266.
Stern , Jeffrey. 2004. Trophoblastic Disease. http://womanseaneereenter.eom
/info / types/ mole.html
Sylvia,A.,Lorraine,M.
1995.
Pat~fisiologi.
Konsep
Klinis
Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC. 1138.
Rein,
Daniel.
2003. Hydatidtform
health! hydatidiform-mole-symptoms.
Robbins,S. T.,Kumar,
Mole Symptoms.
Http://health.allrefer.eom/
html.
V. 1995. Buku Ajar Patologi
II. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
399,400,401.
Ward,
Valleri.,
& Frates,
Http://brighamrad.
Marry.
1994. Ultrasonography
Harvard. edu/ edueation/ted/ted.
html.
Hydatidiform
Mole.