Penatalaksanaan Osteoporosis (Studi Pustaka).

PENA TALAKSANAAN

OSTEOPOROSIS

Mega Melati Wibowo (0110139); Pembimbing: Prof DR. H. R. Muchtan S., dr.,
Sp. FK.

ABSTRAK

Osteoporosis adalah penyakit sistemik skeletal yang ditandai dengan massa
tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang dengan akibat
meningkatnya fragilitas tulang dan kerentanan teIjadinya fraktur.
Dengan bertambahnya umur, proses resorpsi akan lebih cepat terjadi dibanding
proses pembentukannya. Kehilangan massa tulang dapat mencapai 0,5

-

1% per

tahun pacta tulang wanita pasca menopause dan pada laki-Iaki usia 80 tahun atau
lebih. Prevalensi osteoporosis diperkirakan sebesar 24% pada umur 50 - 59 tahun

dan meningkat hingga 62% pada umur 60 - 70 tahun.
Osteoporosis

dapat di diagnosis pada pemeriksaan

seperti DXA (Dual X Ray Absorptiometry)
serum

estrogen,

digunakan

kalsium,

kalsitonin,

untuk osteoporosis,

penunjang yang spesifik


dan pemeriksaan laboratorium seperti
dan

hormon

yaitu: pemberian

paratiroid.

Terapi

estrogen, bifosfonat,

yang

etidronat,

alendronat, kalsitonin dan vitamin D.
Tujuan pencegahan osteoporosis


seperti masukan kalsium, vitamin D, protein,

latihan fisik yang teratur, gaya hidup yang sehat serta pemeriksaan densitas tulang
yang teratur diperlukan untuk meningkatkan puncak massa tulang dan pencegahan
kerusakan tulang masa menopause.

IV

MANAGEMENT

OF OSTEOPOROSIS

Mega Melati Wibowo (0110139); Tutor: Prof DR. H. R. Muchtan S., dr., Sp. FK.

ABSTRACT

Osteoporosis

is a !>ystemic skeletal disease characterized


and microarchitectural

deterioration

by low bone mass

o.lbone tissue with a consequent increase in

bone fragility and susceptibility to fracture.
With aging, resorption process is going faster than formation process. Loss of

hone mass can reach about 0,5

-

1%per year from post menopause women and

men at the age of80 or more. The prevalance of osteoporosis is estimated 24% in
the age of 50


-

59 years and increased ti1162% in the age of60

Osteoporosis could be diagnosedfrom
DXA (Dual X-Ray Ahsorptiometry)

70 years.

.spesific supporting examination such as

and laboratory examination such as: estrogen

serum, calcium, calcitonin and parathyroid
are estrogen replacement,

-

hormone. The therapy of osteoporosis


bipho.sphonate, etidronate, alendronate, calcitonin and

vitamin D.
For this purpose prevention
vitamin D, protein,
density

of osteoporosis such as daily intake of calcium,

regular physical exercise, healthy life style and regular bone

examination

should

aim to maximize

peak

bone mass and prevent


menopausal bone loss.

Key word: Osteoporosis, Management,

Bone, Diagnosis, Prevention, Therapy

v

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL

..

...

1


PERSETUJUAN PEMB1MBING

11

PERNY ATAAN MAHASISW A

iii

ABSTRAK

IV

ABST1?A(~T

...

V

PRAKA TA


...

VI

DAFT AR IS I

IX

DAFT AR GAMBAR

XI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

1

1.2. Identifikasi Masalah

2


1.3. Maksud dan Tujuan

2

1.4. Manfaat PenuIisan Karya Tulis Ilmiah

3

1.5. Metodologi

3

BAB II. TINJAUAN PUST AKA
2.1. Pemahaman Tentang Osteoporosis

4

2. 1.1. Definisi Osteoporosis


4

2.1.2. Klasifikasi Osteoporosis

5

2.2. Epidemiologi

6

2.3. Patofisiologi dan Patogenesis Osteoporosis

6

2.3.1. Tulang dan Densitas Massa Tulang

7

2.3.2. Patofisiologi fraktur pada osteoporosis

9

2.4. Faktor Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis

10

2.4.1. Faktor-Faktor

Yang Menyebabkan

2.4.2. Faktor-faktor Risiko Osteoporosis
2.5. Diagnosis Osteoporosis

Terjadinya Osteoporosis

10
11
13

IX

x

2.5.2. Diagnosis Klinis

13

2.5.3. Diagnosis Penunjang

14

2.5.4. Diagnosis Laboratorium

]5

2.6. Pencegahan Osteoporosis

16

2.7. Penatalaksanaan

17

Osteoporosis

BAB 111.PEMBAHASAN
BAB IV. KESIMPULAN

...

]9

DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

25

4.2. Saran

25

DAFT AR PUST AKA

26

RIW AYAT HIDUP PENULIS

28

DAFT AR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Osteoporosis Tulang

8

Gambar 2.2. Struktur Tulang

...

8

Gambar 2.3. Zona Tulang

10

Gambar 2.4. Rontgen Osteoporosis

...

Gambar 2.5. Metabolisme Vitamin D

14
23

Xl

RIW A YAT HIDUP PENULIS

Nama

: Mega Melati Wibowo

NRP

:0110139

TempatiTanggallahir

: Jakarta, 17 September 1983

Jenis Kelamin

: Wanita

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: JL. Wisnu Blok B/51 WHCE

Nama Ayah

: Frans Budianto Dwibowo

Nama lbu

: Yayu Asijah Slamet

Pendidikan

: Tahun 1989 lulus TK Katolik Strada Sanjaya, Jakarta
Tahun 1995 lulus SD Katolik Strada Sanjaya, Jakarta
Tahun 1998 lulus SMP Tarakanita 5, Jakarta
Tahun 2001 lulus SMU Tarakanita 1,Jakarta

28

BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Osteoporosis atau kerapuhan tulang merupakan penyakit tulang yang umum
terjadi pada populasi usia lanjut, bahkan merupakan penyebab morbiditas yang
penting pada usia lanjut. WHO mengelompokan usia lanjut atas tiga kelompok,

antara lain middle age (45 - 59 tahun), eldenfyage (60

-

74 tahun) dan old age

(lebih dari 60 tahun). Dengan semakin meningkatnya kualitas pelayanan
kesehatan dan berubahnya cara hidup, populasi usia lanjut akan semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Osteoporosis yang
meningkat secara bermakna dengan meningkatnya usia harapan hidup merupakan
masalah global. (Ridjab, Maria, 2004)
Menurut definisi, Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang
karakteristik dengan massa tulang rendah serta perubahan mikroarsitektur jaringan
tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan kerentanan terhadap
fraktur. (Budiman, 2003) Kebanyakan fraktur yang disebabkan oleh osteoporosis
terjadi pada pergelangan tangan, tulang belakang dan pinggang yang dapat
menyebabkan badan menjadi bongkok dan disertai rasa sakit pada punggung.
Dengan bertambahnya usia, proses perusakan tulang berjalan lebih cepat
dibandingkan

proses pembentukannya

sehingga semakin banyak penderita

osteoporosis yang ditandai dengan hilangnya massa tulang secara berIebihan dan
menyebabkan tulang menjadi lemah, tidak tahan terhadap tekanan sehingga
mudah patah. Hilangnya massa tulang ini lebih nyata terlihat pada wanita
dibanding pria karena keterkaitannya dengan hormon-hormon seks wanita
sehingga wanita berisiko lebih besar mengalami osteoporosis dibandingkan laki/

laki, terutama

wan ita pasca menopause

yang fisiologik

dimulai

pada usia 40

tahun. Hilangnya massa tulang dapat mencapai sekitar 0,5-1 % per tahun dari berat
tulang

pad a wanita

pasca menopause

dan pria berusia

ia 60-70 tahun adalah 62 %. (Rahman, Febiyanto, 2002)

1

lebih dari 80 tahun.

2

Prevalensi osteoporosis pada wanita usia 50-59 tahun adalah 24 %, sedang pada
usia 60-70 tahun adalah 62 %. (Rahman, Febiyanto, 2002)
Meskipun proses penuaan tidak dapat dihindari, tetapi penatalaksanaan
osteoporosis dalam usaha pencegahan dan pengobatan sangat penting untuk
memperiambat terjadinya osteoporosis dan risiko patah tulang.
Tujuan penatalaksanaan osteoporosis ini adalah mengakumulasikan puncak
massa tulang pada masa pertumbuhan dan mencegah atau modifikasi faktor risiko,
pencegahan kehilangan massa tulang pasca menopause dan pencegahan sekunder
kehilangan massa tulang lebih lanjut pada keadaan osteoporosis yang sudah
terjadi.
Saat ini pengobatan bagi penderita osteoporosis adalah dengan terapi
pengganti hormonal yang terdiri dari kombinasi estrogen dan progesteron bagi
wanita, serta testosteron bagi pria yang kadar testosteron dalam serumnya rendah.
1.2. Identifikasi Masalah
Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis?
1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud penulisan ini ialah untuk memberikan informasi secara lebih jelas
mengenai penatalaksanaan osteoporosis sehingga diharapkan dapat mencegah dan
mengobati kerusakan tulang lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup
dengan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan karena
kejadian patah tulang pada kelompok orang lanjut usia.
Tujuan penulisan ini ialah untuk mengetahui penatalaksanaan osteoporosis
dalam usaha pencegahan dan pengobatan untuk memperlambat terjadinya
kerusakan tulang lebih lanjut dan risiko patah tulang.

3

1.4. Manfaat Karya Tulis IImiab

Manfaat penulisan ini ialah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
bahaya osteoporosis dan mencegah terjadinya osteoporosis sedini mungkin
dengan penatalaksanaan yang tepat.

1.5. Metodologi

Studi Pustaka

BABIV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan

Penatalaksanaan osteoporosis yang tepat aclalah dengan pencegahan clan
pengobatan

osteoporosis sedini mungkin untuk memperlambat

terjadinya

kerusakan tulang lebih lanjut clanrisiko patah tulang

4.2. Saran
Meskipun

proses

penuaan

tidak

dapat

dihindari,

tetapi

kita dapat

memperIambat bahkan mencegah teIjadinya osteoporosis dan kejadian patah
tulang di usia lanjut dengan melakukan usaha pencegahan sedini mungkin dengan
cara:
1. Mempertahankan masukkan kalsium yang adekuat (1000-1500 mg per
hari) clanvitamin D 400 IV per hari
2. Melakukan aktivitas fisik secara teratur dan sesuai seperti olahraga.
3. Memperbaiki gaya hidup dan menghilangkan kebiasaan seperti merokok,
minum alkohol dan kopi
4. Diet rendah garam
5. Terapi hormon pengganti pada wanita yang sangat bermanfaat
6. Melakukan pemeriksaan densitas tulang dengan densitometer tulang secara
rutin

25

DAFT AR PUST AKA

Achmad Biben. 2003. Penatalaksanaan osteoporosis pada wanita pasca
menopause. Kumpulan Makalah r' Indonesian Course On Osteoporosis. p.1
Arif Rahman, Novian Febiyanto. 2002. Diagnosis Osteoporosis
dengan
Mengukur Kepadatan Ivlineral Tulang.
http://www.kompas.comlkompascetak/0209/02/iptek/diag36.htm.,
4 Mei 2004

Bambang Setiyohadi. 2003. Pendekatan klinis osteoporosis. Kumpulan Makalah
r'indonesian Course On Osteoporosis. p.l - 12.
BUPA's Health Information Team. 2003. Osteoporosis.
fact sheetslhtml/Osteoporosis.html.,4
Mei 2004.

httpj/hcd2.bupa.co.uk/

Compston
1.,
Thomas
MK.,
1998.
Vitamin
D metabolism.
http://courses.washington.edu/bonephvs/oDvitD.html#active.
24 Januari 2005
Cecilia Padang.
2004.
Osteoporosis
kedokteran atmajaya, 1(3): 71 - 75.
Denio

A.

Ridjab,

Rani Maria.

dan penatalaksanaannya.

2004.

Osteoporosis:

Majalah

Patofisiologi

dan

patogenesis. Majalah kedokteran atmajaya, 1(3): 65 - 69.
Eriksen EF., Melson F., Mosekilde L., 1995. Drug therapy formation-stimulating
regimens. In: Riggs, Melton:
Osteoporosis,
etiology, diagnosis, and
management. Philadelphia: Lippinocott-Raven.
p.403 - 420.
Faisal Yatim. 2000. Osteoporosis
Jakarta: Pustaka Populer Obor.

penyakit

kerapuhan

tulang pada manula.

Harrison. 1999. Pengantar ilmu kedokteran klinis. Dalam: Asdie AH: Harrison
prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, 13(1): 19. Jakarta: EGC.
Hendra Budiman. 2003. Kalsium, vitamin D dan osteoporosis.
Kedokteran Atma Jaya, 3(2): 213 - 221.

26

Majalah

27

Lindsay R. 1995. Estrogen deficiency. In: Riggs, Melton: Osteoporosis,
etiology, diagnosis, and management. Philadelphia: Lippinocott-Raven. p.133
-40.
Robbins S.L., Cotran R.S., Kumar V. 1999. Sistem rangka dan tumor-tumor
jaringan lunak. Dalam: Vivi Sadikin: Dasar patologi penyakit. Edisi 5.
Jakarta: EGC. p.725 - 763.

Schwartz, Seymour 1. 2000. Ortopedi. Dalam: Linda Chandranata:
prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC. p.643 - 671.

Intisari

Soelarto Reksoprodjo. 2000. Osteoporosis Geriatrik. Majalah Ortopedi Indonesia,
2(28): 20 - 25. Jakarta: FK-UI.
Syllabus.
2003.
Cartilage
and
http://www.orthoteers.co.uk/Nruip-ii331m10rthartcart.htm#
2005

Taruna Dibya. 2003.
shtmi., 4 Mei 2004.

Osteoporosis.

articular
Zones.

cartilages.
24 Januari

http://www.id.novartis.comlosteoporosis.

The Royal College of Physicians. 1999. Health osteoporosis treatment set for
overhaul. http://news.bbc.co.uk/1/hi/health/294818.stm., 4 Mei 2004
Willie Japaries. 1997. Tulang keropos bisa dihambat.http://www.indomedia.com
/intisari /1997/maret/tulang1.htm, 4 Mei 2004.