ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI asuhan keperawatan pada ny. l dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang srikandi rumah sakit jiwa daerah surakarta.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun oleh :
YENI RAHMAWATI
J200110005
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
(Yeni Rahmawati, 2014, 54 halaman)
ABSTRAK
Latar Belakang: Halusinasi pendengaran yang ditemukan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta dari dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan penyebab
adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, sering melamun dan
tidak mau bergaul dengan orang lain.
Tujuan: Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien halusinasi meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan
halusinasi pendengaran dapat terkontrol dengan cara menghardik, berbincangbincang dengan orang lain, membuat jadwal dan minum obat. Sedangkan yang
belum tercapai adalah dukungan dari keluarga, karena selama memberikan asuhan
keperawatan keluarga tidak datang.
Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien
sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi
terapeutik dapat mendorong klien lebih kooperatif, peran keluarga sangat penting
dalam merawat klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi.
Kata kunci: Halusinasi pendengaran, mendengar suara-suara, melamun, cara
mengontrol halusinasi.
1
NURSING CARE OF CLIENT Mrs. L
WITH SENSORY PERCEPTION DISORDER: AUDITORY
HALLUCINATIONS
IN THE MENTAL HOSPITAL DISTRICT SRIKANDI SURAKARTA
(Yeni Rahmawati, 2014, 54halaman)
ABSTRACT
Background : Auditory hallucinations are found at the Regional Psychiatric
Hospital Surakarta from year to year increasing to cause an unpleasant experience
from the past, often distracted and do not want to socialize with others.
Objectives: To determine the client’s nursing care hallucinations include
assessment, diagnosis, intervension, implementation and evaluation of nursing.
Results: After 3 x nursing care available 24 hours auditory hallucinations can be
controlled by way of rebuke, talk show, and taking medication. While not yet
achieved the support of family, as long as families do not provide nursing care to
come.
Conclusion: Cooperation between the health team and the client or the client’s
family is indispensable for the success of the client’s nursing care, therapeutic
communication can encourage a more cooperative client, the family is very
important role in treating clients interference with sensory perception:
hallucinations.
Key words: auditory hallucinations, hearing voices, daydreaming, way control
the hallunations.
2
3
Berdasarkan hasil laporan Rekam
PENDAHULUAN
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3
Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah
Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah
Surakarta, didapatkan data dari bulan
suatu keadaan yang memungkinkan
Januari sampai Februari 2014 tercatat
perkembangan
jumlah pasien rawat inap 403 orang.
emosional
seseorang
fisik,
secara
dan
intelektual,
optimal
perkembangan
dari
Sedangkan jumlah kasus yang ada pada
ini
semua pasien baik rawat inap maupun
rawat jalan kasus halusinasi mencapai
selaras dengan dengan orang lain.
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia,
5077 kasus, perilaku kekerasan 4074
sekitar 70% halusinasi yang dialami
kasus, isolasi sosial: menarik diri 1617
oleh pasien gangguan jiwa adalah
kasus, harga diri rendah 1087 kasus
halusinasi
dan defisit perawatan diri 1634 kasus.
pendengaran,
20%
Berdasarkan
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah
latar
halusinasi penghidu, pengecapan dan
masalah
perabaan. Angka terjadinya halusinasi
merumuskan
cukup
hasil
penatalaksanaan asuhan keperawatan
pengkajian di Rumah Sakit Jiwa
pada Ny. L dengan masalah utama
Medan ditemukan 85% pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi
kasus halusinasi. Menurut perawat di
pendengaran di ruang Srikandi Rumah
Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Istimewa Yogyakarta khususnya di
TINJAUAN PUSTAKA
tinggi.Berdasarkan
Perubahan
ruang kelas III rata- rata angka
halusinasi
mencapai
46,7%
ketidakmampuan
setiap
bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Halusinasi
pendengaran
tersebut
belakang
maka
penulis
bagaimana
persepsi
adalah
manusia
dalam
membedakan antara rangsangan yang
timbul dari sumber internal (pikiran,
adalah
klien mendengar suara-suara yang
perasaan)
tidak berhubungan dengan stimulasi
(Dermawan dan Rusdi, 2013).
nyata
yang
orang
lain
dan
Halusinasi
tidak
stimulus
adalah
manusia
eksternal
hilangnya
mendengarnya (Dermawan dan Rusdi,
kemampuan
dalam
2013)
membedakan rangsangan internal dan
rangsangan eksternal. Klien memberi
4
pendapat tentang lingkungan tanpa ada
dapat
objek atau rangsangan yang nyata,
terganggunya
misalnya klien mengatakan mendengar
seseorang,
suara padahal tidak ada orang yang
stimulus, individu merasa ada stimulus
berbicara (Kusumawati, 2010)
yang sebetulnya tidak ada, pasien
Terjadinya
gangguan
didefinisikan
sebagai
persepsi
dimana
sensori
tidak
terdapat
ini
merasa ada suara padahal tidak ada
dipengaruhi oleh faktor predisposisi
stimulus suara, bisa juga berupa suara-
dan
presipitasi.Menurut
suara bising dan mendengung, tetapi
Dermawan dan Rusdi (2013), faktor
paling sering berupa kata- kata yang
predisposisi
mempengaruhi
tersusun dalam bentuk kalimat yang
yaitu;
faktor
mempengaruhi tingkah laku klien,
psikologis,
faktor
sehingga klien menghasilkan respon
Stuart
tertentu seperti bicara sendiri. Suara
terjadinya
bisa berasal dari dalam diri individu
adalah faktor
atau dari luar dirinya. Isi suara tersebut
biologis, stress lingkungan, pemicu
dapat memerintahkan sesuatu pada
gejala dan sumber koping.
klien atau seringnya tentang perilaku
faktor
yang
masalah
halusinasi
biologis,
faktor
sosial
budaya.Menurut
(2007)faktor
presipitasi
gangguan halusinasi
Menurut Direja (2011) tanda dan
gejala
seseorang
halusinasi
yang
klien sendiri, klien merasa yakin
mengalami
pendengaran
bahwa suara itu dari Tuhan, sahabat
biasanya
dan musuh.
menunjukkan gejala yang khas yaitu
Pengelompokan
data
pada
bicara atau tertawa sendiri, marah-
pengkajian
marah
meliputi;identitas, keluhan utama dan
tanpa
sebab,
mengarahkan
kesehatan
jiwa
telinga ke arah tertentu dan menutup
alasan
telinga. Biasanya individu tersebut
faktor presipitasi, aspek fisik atau
mendengar
biologis,
suara
yang
mengajak
masuk,
faktor
aspek
psikososial,
bercakap- cakap dan mendengar suara
mental,
yang
pulang,mekanisme
menyuruh
untuk
melakukan
sesuatu yang berbahaya
Patofiologi
halusinasi
psikososial
yaitu
kebutuhan
5
status
persiapan
koping,masalah
dan
pengetahuan, aspek medik.
menurut Maramis (2004), halusinasi
predisposisi,
lingkungan,
Diagnosa
keperawatan
yang
TINJAUAN KASUS
mungkin muncul pada klien dengan
Pengkajian yang dilakukan pada
halusinasi pendengaran adalah:
tanggal 11-13 Maret 2014 didapatkan
a.
Resiko menciderai diri sendiri,
data namaklien: Ny. L, umur: 31 tahun,
orang
lingkungan
jenis kelamin: perempuan, alamat:
berhubungan dengan halusinasi
Ponorogo, agama: IslamPenanggung
pendengaran.
jawab Tn. A beliau adalah adik
b.
lain
dan
Gangguan
persepsi
halusinasi
sensori:
kandung dari klien berusia 24 tahun,
pendengaran
bertempat tinggal di Ponorogo Jawa
berhubungan dengan menarik diri.
Menurut
Azizah
rencana
tanggal 24 Januari 2014, alasan masuk
dengan
klien dibawa ke rumah sakit adalah
gangguan halusinasi adalah: Untuk
klien bicara terus, ngelantur, tidak jelas
klien, bina hubungan saling percaya,
dan sering marah- marah sendiri. 3 hari
bantu klien mengenal halusinasi, bantu
sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa
klien
pergi dari rumah dan ditemukan polisi,
tindakan
(2011)
Timur.Klien masuk rumah sakit pada
keperawatan
dengan
halusinasinya,
mengontrol
diskusikan
dengan
klien berjalan mondar- mandir.
keluarga (ketika keluarga berkunjung),
Diagnosa yang mucul pada kasus
beri program pengobatan kepada klien
ini adalah gangguan persepsi sensori:
secara optimal, dapat menyebutkan
halusinasi pendengaran, resiko perilaku
penyebab
kekerasan, gangguan isolasi sosial:
menarik
menyebutkan
diri,
dapat
keberuntungan
menarik
diri.Implementasi
berhubungan dengan orang lain, dapat
keperawatan pada Ny.L yaitu:
menyebabkan
tidak
1.
Membina hubungan saling percaya
berhubungan dengan orang lain, dapat
2.
Membantu
kerugian
melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap,
perasaannya
dapat
setelah
klien
mengenal
halusinasinya
mengungkapkan
3.
berhubungan
Membantu
klien
mengontrol
halusinasinya dengan menghardik
dengan orang lain.
4.
Membantu
halusinasi
klien
dengan
mengontrol
bercakap
cakap dengan orang lain
6
–
5.
Membantu
klien
mengontrol
jadwal harian, dan mengerti tentang
halusinasi dengan
melakukan
obat.
kegiatan terjadwal
A:
Evaluasi dari tindakan keperawatan
a. Klien mampu mengulang SP 1, 2, 3
pada Ny. L yaitu:
dan 4
S:
b. Klien belum mampu melaksanakan
SP 3 yaitu berkenalan dengan klien
1. Klien menjawab salam perawat dan
lain.
menyebutkan namanya yaitu Ny. L
suka
dipanggil
Ny.
L,
P:
klien
Intervensi dilanjutkan.
mengatakan mau diajak ngobrol.
2. Klien
mengatakan
mampu
PEMBAHASAN
menghardik
Menurut Dermawan dan Rusdi
yaitu tidak mau mendengar suara
(2013) salah satu faktor predisposisi
tersebut
yang menyebabkan halusinasi adalah
memperagakan
telinga
cara
dengan
dan
cara
menutup
mengatakan
faktor psikologis. Teori ini sesuai
pergi!
dengan apa yang dialami Ny. L karena
pergi!
3. Klien mengatakan sudah mencoba
sudah pernah 7 kali masuk di Rumah
cara 1,2 dan 3, klien mengatakan
Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan 4 kali
mengerti
di Rumah Sakit di daerah Malang
apa
yang
dijelaskan
dikarenakan pengobatan yang kurang
perawat tentang obat.
O:
berhasil, selain itu Ny. L pernah
1. klien terlihat mau bercerita, ada
mendapat penolakan dari laki- laki
mampu
yang disukainya dan pernah menjadi
mempraktekkan cara menghardik
pramuria, hal ini yang menyebabkan
halusinasi.
Ny. L mengalami gangguan psikologis.
kontak
2. 2.
mata,
klien
mempraktekkan
klien
tampak
kembali
Pada
mampu
faktor
presipitasi
diperoleh
halusinasi pada Ny. L dapat kambuh
cara
karena sering menyendiri, melamun
menghardik.
dan tidak mau bergaul dengan orang
3. 3. Klien mampu mempraktekkan
lain.
ulang cara 1 dan 2 dan telah
mengerti cara 3 yaitu membuat
7
Menurut
Keliat
dalam
dengan data subyektif yaitu Ny. L
pengkajian harus dijelaskan jenis dan
mengatakan sering mendengar suara-
isi
halusinasi, frekuensi, waktu dan
suara yang tidak ada wujudnya yang
situasi yang menyebabkan halusinasi
menyuruhnya membuang makanan dan
serta
hasil
jangan sholat, suara tersebut muncul
pengkajian didapatkan data Ny. L
setiap saat dalam sehari bisa sebanyak
mengalami
halusinasi
5 kali, biasanya suara tersebut muncul
pendengaran.Ny. L mengatakan sering
saat sendiri dan melamun, dan respon
mendengar suara- suara yang tidak ada
ketika ada suara tersebut Ny. L cuek.
wujudnya
Disini
respon
(2005)
klien.
Dari
gangguan
yang
menyuruhnya
penulis
membuang makanan dan jangan sholat,
diagnosa
suara tersebut muncul setiap saat dalam
pendengaran.
sehari bisa sebanyak 5 kali, biasanya
memprioritaskan
keperawatan
Penulis
tidak
halusinasi
menggunakan
suara tersebut muncul saat sendiri dan
Strategi
melamun, dan respon ketika ada suara
tahun 2014 karena rincian tindakan
tersebut Ny. L cuek.
keperawatan pada SP terbaru berbeda
Menurut Herdman (2011) batasan
karakteristik
halusinasi
dalam
Pelaksanaan
(SP)
pelaksanaanya,
yaitu
terbaru
harus
meliputi:
dibarengi dengan kegiatan, sedangkan
perubahan dalam perilaku, perubahan
kondisi klien belum memungkinkan
dalam
untuk melakukan kegiatan. Penulis
menyelesaikan
masalah,
perubahan dalam ketajaman sensori,
menggunakan
yang
denganpendekatan
termasuk
dalam
sensori
implementasi
Strategi
pendengaran yang ditandai dengan
Pelaksanaan (SP) yang ditulis oleh
pasien mendengar suara tanpa adanya
Direja (2011)
stimulus
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1):
dari
luar.
Berdasarkan
pengkajian pada Ny. L secara garis
membantu
besar ditemukan data subyektif dan
pada Ny. L dengan cara membina
data
menunjukkan
hubungan saling percaya dengan
gangguan
Ny. L, membantu klien mengenal
halusinasi
halusinasinya
obyektif
karakteristik
persepsi
yang
diagnosa
sensori:
pendengaran pada Ny. L yang ditandai
mengenal
mendiskusikan
8
halusinasi
dengan
isi
halusinasi,
frekuensi, waktu halusinasi muncul,
mampu
situasi dan respon Ny. L ketika
mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi
bercakap- cakap dengan orang lain.
muncul,
menjelaskan
cara- cara mengontrol halusinasi,
3. Strategi
mempraktekkan
Pelaksanaan
cara
3
(SP
dan mengajarkan Ny. L menghardik
3):mengajarkan
halusinasi. Respon Ny. L, Ny. L
halusinasi dengan cara membuat
dapat mengenal halusinasinya dan
jadwal harian. Ny. L mau mencoba
dapat
cara
membuat jadwal harian. Dengan
mengontrol halusinasi dengan cara
aktivitas yang sudah terjadwal, Ny.
menghardik halusinasi.
L tidak akan mengalami banyak
mempraktekkan
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2): Ada
cara
mengontrol
waktu luang sendiri.
perbedaan di strategi pelaksanaan
4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4):
kedua ini karena pada SP yang lama
mengajarkan mencegah halusinasi
adalah mengajarkan klien untuk
dengan minum obat teratur. Respon
bercakap- cakap dengan orang lain
Ny. L, Ny. L mampu menggunakan
sedangkan di SP yang terbaru SP
cara mengontrol halusinasi dengan
kedua adalah minum obat dengan
cara menghardik dan bercakap-
teratur, disini penulis melaksanakan
cakap dengan orang lain, dan mau
strategi pelaksanaan 2 yang lama
melaksanakan semua kegiatannya
yaitu melatih Ny. L mengontrol
yang sudah terjadwal.
halusinasi dengan cara bercakap-
Berdasarakan
evaluasi
data
cakap dengan orang lain, karena
subyektif dan data obyektif yang
pada
melakukan
diperoleh, penulis melakukan evaluasi
tindakan ini belum ada SP yang
pada strategi pelaksanaan 1 tanggal 11
paling
L
Maret 2014, antara Ny. L dan perawat
mencoba bercakap- cakap dengan
sudah dapat terbina hubungan saling
perawat. Menganjurkan Ny. L untuk
percaya, Ny. L
mampu mengenal
memasukkan
halusinasi
Ny.
saat
penulis
terbaru.
ke
Disini
dalam
Ny.
jadwal
dan
L
mampu
kegiatan harian. Ny. L mampu
mengontrol halusinasi dengan cara
menggunakan cara pertama dengan
menghardik, sehingga dapat dianalisa
menghardik halusinasi dan Ny. L
bahwa masalah teratasi.
9
Strategi
pelaksanaan
2
kali dan di RS di daerah Malang 4
pada
kali.
tanggal 12 Maret 2014, Ny. L mampu
2. Diagnosa
melakukan cara mengontrol halusinasi
keperawatan
adalah
dengan cara bercakap- cakap orang
penilaian atau kesimpulan yang
lain,
bahwa
diambil dari pengkajian. Sedangkan
strategi
diagnosa yang penulis angkat pada
pelaksanaan 3 dan 4 pada tanggal 13
kasus Ny. L adalah gangguan
Maret 2014, Ny. L mampu melakukan
persepsi
aktivitas sesuai jadwal yang telah
pendengaran.
sehingga
masalah
dianalisis
teratasi.
Pada
sensori:
halusinasi
3. Intervensi yang dilakukan pada Ny.
dibuat, dan mau minum obat sesuai
dengan dosis dan minum teratur,
L
dengan
gangguan
sehingga dianalisis bahwa masalah
sensori:
teratasi.
ditujukan untuk membina hubungan
SIMPULAN dan SARAN
saling
Berdasarkan uraian diatas mengenai
mengontrol
halusinasi dan pelaksanaan asuhan
melakukan aktivitas terjadwal dan
keperawatan terhadap klien, maka
dapat memanfaatkan obat dengan
dapat diambil beberapa kesimpulan
benar.
halusinasi
percaya,
persepsi
pendengaran
mengenal
dan
halusinasinya,
4. Implementasi adalah pengelolaan
sebagai berikut:
dan
1. Pada tahap pengkajian dalam kasus
perwujudan
dari
rencana
ini ditemukan data yang menjadi
penerapan yang telah disusun pada
fokus dalam gangguan persepsi
tahapan perencanaan. Pada diagnosa
sensori:
pola
gangguan
persepsi
sensori:
kognitif perseptual dengan keluhan
halusinasi
pendengaran
penulis
klien sering mendengar suara- suara
melakukan
yang
membuang
yang telah disusun, adapun tindakan
makanan dan jangan sholat. Faktor
yang telah dilakukan adalah SP 1 –
presipitasinya
SP 4 klien yaitu mengenal dan
halusinasi
adalah
menyuruhnya
klien
pernah
tindakankeperawatan
dan
mengontrol halusinasi, berbicara/
pernah dirawat di RSJD Surakarta 7
bercakap- cakap dengan orang lain
mengalami
gangguan
jiwa
saat halusinasi muncul, melakukan
10
aktivitas dan menganjurkan klien
informasi penyakit yang diderita,
untuk minum obat secara teratur.
khususnya pencegahan supaya tidak
5. Berdasarkan hasil evaluasi yang
terjadi kekambuhan dan rutinitas
dilakukan pada Ny. L diagnosa
dalam minum obat.
utama adalah gangguan persepsi
sensori:
halusinasi
3. Keluarga
pendengaran
Perlunya keterlibatan seluruh
yang dilakukan selama tiga hari
anggota
secara keseluruhan SP untuk klien
memperbaiki
yang ada di diagnosa utama tercapai
yang
dan SP untuk keluarga tidak dapat
sehingga pemecahan masalah yang
dilakukan karena penulis tidak dapat
dihadapi pasien dapat ditingkatkan.
bertemu dengan keluarga Ny. L.B.
keluarga
kesehatan
menderita
Hendaknya
Berdasarkan temuan dalam asuhan
maka
penulis
keluarga
gangguan
jiwa
4. Perawat
Saran
keperawatan
dalam
perawat
mampu
membina hubunngan saling percaya
dapat
dan
menggunakan
komunikasi
memberikan saran untuk:
terapeutik pada klien, dan lebih
1. Rumah Sakit
bersabar dalam menghadapi klien.
Hendaknya menyediakan dan
memfasilitasi apa yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
klien untuk penyembuhan. Selain
Anonim.
itu hendaknya pihak rumah sakit
Keperawatan Jiwa Terkini.
melibatkan keluarga dalam proses
Azizah,
perawatan klien dan meningkatkan
Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik
kualitas
Klinik. Yogyakarta: Graham Ilmu.
pelayanan
dalam
2014.
Lilik
Pelatihan
Ma’rifahtul.
Praktik
2011.
memberikan asuhan keperawatan
Dermawan,
pada klien dengan gangguan jiwa.
Rusdi.Keperawatan Jiwa: Kerangka
2. Pasien
dan
Hendaknya sering berlatih dan
bertahap.
Perlunya
Konsep
Keperawatan
melaksanakan interaksi sosial secara
Deden
Kerja
Jiwa .
Gosyen Publishing.
pengetahuan
bagi klien dan keluarga tentang
11
dan
Asuhan
Yogyakarta:
Direja, A.H.S. 2011.Buku Ajar Asuhan
Stuart, Gail Wiscarz. 2007. Buku Saku
Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Nuha
Keperawatan Jiwa , Edisi 5. Jakarta:
Medika.
EGC.
Keliat,
Budi.
2005.
Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku
Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Diagnosa
EGC.
Keperawatan
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono.
untuk
2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa .
Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Helena C. Daulima: editor, Monica
Mamnu’ah. 2010. Stres dan Strategi
Ester. Edisi 5. Jakarta: EGC
Koping Keluarga Merawat Anggota
Ulpa, Delia. 2013. Dukungan dengan
Keluarga yang Mengalami Halusinasi.
Beban Keluarga Mengikuti Regimen
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.
Terapeutik Anggota Keluarga yang
Yogyakarta:
Mengalami
Stikes
‘Aisyiyah
Yogyakarta.
Maramis.
Keperawatan
Psikiatri:
Catatan
Alih
Kedokteran Jiwa . Surabaya: Airlangga.
Rencana
bahasa,
Halusinasi.
Utara.Universitas
Ilmu
Pedoman
Pembuatan
Keperawatan
2004.
pada
Jiwa .
Novi
Jurnal
Sumatera
Sumatera
Utara.
Medan
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa ,
Edisi 1. Jakarta: Refika Aditama.
12
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan
Disusun oleh :
YENI RAHMAWATI
J200110005
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. L DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
(Yeni Rahmawati, 2014, 54 halaman)
ABSTRAK
Latar Belakang: Halusinasi pendengaran yang ditemukan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta dari dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan penyebab
adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, sering melamun dan
tidak mau bergaul dengan orang lain.
Tujuan: Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien halusinasi meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan
halusinasi pendengaran dapat terkontrol dengan cara menghardik, berbincangbincang dengan orang lain, membuat jadwal dan minum obat. Sedangkan yang
belum tercapai adalah dukungan dari keluarga, karena selama memberikan asuhan
keperawatan keluarga tidak datang.
Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien
sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi
terapeutik dapat mendorong klien lebih kooperatif, peran keluarga sangat penting
dalam merawat klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi.
Kata kunci: Halusinasi pendengaran, mendengar suara-suara, melamun, cara
mengontrol halusinasi.
1
NURSING CARE OF CLIENT Mrs. L
WITH SENSORY PERCEPTION DISORDER: AUDITORY
HALLUCINATIONS
IN THE MENTAL HOSPITAL DISTRICT SRIKANDI SURAKARTA
(Yeni Rahmawati, 2014, 54halaman)
ABSTRACT
Background : Auditory hallucinations are found at the Regional Psychiatric
Hospital Surakarta from year to year increasing to cause an unpleasant experience
from the past, often distracted and do not want to socialize with others.
Objectives: To determine the client’s nursing care hallucinations include
assessment, diagnosis, intervension, implementation and evaluation of nursing.
Results: After 3 x nursing care available 24 hours auditory hallucinations can be
controlled by way of rebuke, talk show, and taking medication. While not yet
achieved the support of family, as long as families do not provide nursing care to
come.
Conclusion: Cooperation between the health team and the client or the client’s
family is indispensable for the success of the client’s nursing care, therapeutic
communication can encourage a more cooperative client, the family is very
important role in treating clients interference with sensory perception:
hallucinations.
Key words: auditory hallucinations, hearing voices, daydreaming, way control
the hallunations.
2
3
Berdasarkan hasil laporan Rekam
PENDAHULUAN
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3
Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah
Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah
Surakarta, didapatkan data dari bulan
suatu keadaan yang memungkinkan
Januari sampai Februari 2014 tercatat
perkembangan
jumlah pasien rawat inap 403 orang.
emosional
seseorang
fisik,
secara
dan
intelektual,
optimal
perkembangan
dari
Sedangkan jumlah kasus yang ada pada
ini
semua pasien baik rawat inap maupun
rawat jalan kasus halusinasi mencapai
selaras dengan dengan orang lain.
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia,
5077 kasus, perilaku kekerasan 4074
sekitar 70% halusinasi yang dialami
kasus, isolasi sosial: menarik diri 1617
oleh pasien gangguan jiwa adalah
kasus, harga diri rendah 1087 kasus
halusinasi
dan defisit perawatan diri 1634 kasus.
pendengaran,
20%
Berdasarkan
halusinasi penglihatan, dan 10% adalah
latar
halusinasi penghidu, pengecapan dan
masalah
perabaan. Angka terjadinya halusinasi
merumuskan
cukup
hasil
penatalaksanaan asuhan keperawatan
pengkajian di Rumah Sakit Jiwa
pada Ny. L dengan masalah utama
Medan ditemukan 85% pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi
kasus halusinasi. Menurut perawat di
pendengaran di ruang Srikandi Rumah
Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Istimewa Yogyakarta khususnya di
TINJAUAN PUSTAKA
tinggi.Berdasarkan
Perubahan
ruang kelas III rata- rata angka
halusinasi
mencapai
46,7%
ketidakmampuan
setiap
bulannya (Mamnu’ah, 2010).
Halusinasi
pendengaran
tersebut
belakang
maka
penulis
bagaimana
persepsi
adalah
manusia
dalam
membedakan antara rangsangan yang
timbul dari sumber internal (pikiran,
adalah
klien mendengar suara-suara yang
perasaan)
tidak berhubungan dengan stimulasi
(Dermawan dan Rusdi, 2013).
nyata
yang
orang
lain
dan
Halusinasi
tidak
stimulus
adalah
manusia
eksternal
hilangnya
mendengarnya (Dermawan dan Rusdi,
kemampuan
dalam
2013)
membedakan rangsangan internal dan
rangsangan eksternal. Klien memberi
4
pendapat tentang lingkungan tanpa ada
dapat
objek atau rangsangan yang nyata,
terganggunya
misalnya klien mengatakan mendengar
seseorang,
suara padahal tidak ada orang yang
stimulus, individu merasa ada stimulus
berbicara (Kusumawati, 2010)
yang sebetulnya tidak ada, pasien
Terjadinya
gangguan
didefinisikan
sebagai
persepsi
dimana
sensori
tidak
terdapat
ini
merasa ada suara padahal tidak ada
dipengaruhi oleh faktor predisposisi
stimulus suara, bisa juga berupa suara-
dan
presipitasi.Menurut
suara bising dan mendengung, tetapi
Dermawan dan Rusdi (2013), faktor
paling sering berupa kata- kata yang
predisposisi
mempengaruhi
tersusun dalam bentuk kalimat yang
yaitu;
faktor
mempengaruhi tingkah laku klien,
psikologis,
faktor
sehingga klien menghasilkan respon
Stuart
tertentu seperti bicara sendiri. Suara
terjadinya
bisa berasal dari dalam diri individu
adalah faktor
atau dari luar dirinya. Isi suara tersebut
biologis, stress lingkungan, pemicu
dapat memerintahkan sesuatu pada
gejala dan sumber koping.
klien atau seringnya tentang perilaku
faktor
yang
masalah
halusinasi
biologis,
faktor
sosial
budaya.Menurut
(2007)faktor
presipitasi
gangguan halusinasi
Menurut Direja (2011) tanda dan
gejala
seseorang
halusinasi
yang
klien sendiri, klien merasa yakin
mengalami
pendengaran
bahwa suara itu dari Tuhan, sahabat
biasanya
dan musuh.
menunjukkan gejala yang khas yaitu
Pengelompokan
data
pada
bicara atau tertawa sendiri, marah-
pengkajian
marah
meliputi;identitas, keluhan utama dan
tanpa
sebab,
mengarahkan
kesehatan
jiwa
telinga ke arah tertentu dan menutup
alasan
telinga. Biasanya individu tersebut
faktor presipitasi, aspek fisik atau
mendengar
biologis,
suara
yang
mengajak
masuk,
faktor
aspek
psikososial,
bercakap- cakap dan mendengar suara
mental,
yang
pulang,mekanisme
menyuruh
untuk
melakukan
sesuatu yang berbahaya
Patofiologi
halusinasi
psikososial
yaitu
kebutuhan
5
status
persiapan
koping,masalah
dan
pengetahuan, aspek medik.
menurut Maramis (2004), halusinasi
predisposisi,
lingkungan,
Diagnosa
keperawatan
yang
TINJAUAN KASUS
mungkin muncul pada klien dengan
Pengkajian yang dilakukan pada
halusinasi pendengaran adalah:
tanggal 11-13 Maret 2014 didapatkan
a.
Resiko menciderai diri sendiri,
data namaklien: Ny. L, umur: 31 tahun,
orang
lingkungan
jenis kelamin: perempuan, alamat:
berhubungan dengan halusinasi
Ponorogo, agama: IslamPenanggung
pendengaran.
jawab Tn. A beliau adalah adik
b.
lain
dan
Gangguan
persepsi
halusinasi
sensori:
kandung dari klien berusia 24 tahun,
pendengaran
bertempat tinggal di Ponorogo Jawa
berhubungan dengan menarik diri.
Menurut
Azizah
rencana
tanggal 24 Januari 2014, alasan masuk
dengan
klien dibawa ke rumah sakit adalah
gangguan halusinasi adalah: Untuk
klien bicara terus, ngelantur, tidak jelas
klien, bina hubungan saling percaya,
dan sering marah- marah sendiri. 3 hari
bantu klien mengenal halusinasi, bantu
sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa
klien
pergi dari rumah dan ditemukan polisi,
tindakan
(2011)
Timur.Klien masuk rumah sakit pada
keperawatan
dengan
halusinasinya,
mengontrol
diskusikan
dengan
klien berjalan mondar- mandir.
keluarga (ketika keluarga berkunjung),
Diagnosa yang mucul pada kasus
beri program pengobatan kepada klien
ini adalah gangguan persepsi sensori:
secara optimal, dapat menyebutkan
halusinasi pendengaran, resiko perilaku
penyebab
kekerasan, gangguan isolasi sosial:
menarik
menyebutkan
diri,
dapat
keberuntungan
menarik
diri.Implementasi
berhubungan dengan orang lain, dapat
keperawatan pada Ny.L yaitu:
menyebabkan
tidak
1.
Membina hubungan saling percaya
berhubungan dengan orang lain, dapat
2.
Membantu
kerugian
melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap,
perasaannya
dapat
setelah
klien
mengenal
halusinasinya
mengungkapkan
3.
berhubungan
Membantu
klien
mengontrol
halusinasinya dengan menghardik
dengan orang lain.
4.
Membantu
halusinasi
klien
dengan
mengontrol
bercakap
cakap dengan orang lain
6
–
5.
Membantu
klien
mengontrol
jadwal harian, dan mengerti tentang
halusinasi dengan
melakukan
obat.
kegiatan terjadwal
A:
Evaluasi dari tindakan keperawatan
a. Klien mampu mengulang SP 1, 2, 3
pada Ny. L yaitu:
dan 4
S:
b. Klien belum mampu melaksanakan
SP 3 yaitu berkenalan dengan klien
1. Klien menjawab salam perawat dan
lain.
menyebutkan namanya yaitu Ny. L
suka
dipanggil
Ny.
L,
P:
klien
Intervensi dilanjutkan.
mengatakan mau diajak ngobrol.
2. Klien
mengatakan
mampu
PEMBAHASAN
menghardik
Menurut Dermawan dan Rusdi
yaitu tidak mau mendengar suara
(2013) salah satu faktor predisposisi
tersebut
yang menyebabkan halusinasi adalah
memperagakan
telinga
cara
dengan
dan
cara
menutup
mengatakan
faktor psikologis. Teori ini sesuai
pergi!
dengan apa yang dialami Ny. L karena
pergi!
3. Klien mengatakan sudah mencoba
sudah pernah 7 kali masuk di Rumah
cara 1,2 dan 3, klien mengatakan
Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan 4 kali
mengerti
di Rumah Sakit di daerah Malang
apa
yang
dijelaskan
dikarenakan pengobatan yang kurang
perawat tentang obat.
O:
berhasil, selain itu Ny. L pernah
1. klien terlihat mau bercerita, ada
mendapat penolakan dari laki- laki
mampu
yang disukainya dan pernah menjadi
mempraktekkan cara menghardik
pramuria, hal ini yang menyebabkan
halusinasi.
Ny. L mengalami gangguan psikologis.
kontak
2. 2.
mata,
klien
mempraktekkan
klien
tampak
kembali
Pada
mampu
faktor
presipitasi
diperoleh
halusinasi pada Ny. L dapat kambuh
cara
karena sering menyendiri, melamun
menghardik.
dan tidak mau bergaul dengan orang
3. 3. Klien mampu mempraktekkan
lain.
ulang cara 1 dan 2 dan telah
mengerti cara 3 yaitu membuat
7
Menurut
Keliat
dalam
dengan data subyektif yaitu Ny. L
pengkajian harus dijelaskan jenis dan
mengatakan sering mendengar suara-
isi
halusinasi, frekuensi, waktu dan
suara yang tidak ada wujudnya yang
situasi yang menyebabkan halusinasi
menyuruhnya membuang makanan dan
serta
hasil
jangan sholat, suara tersebut muncul
pengkajian didapatkan data Ny. L
setiap saat dalam sehari bisa sebanyak
mengalami
halusinasi
5 kali, biasanya suara tersebut muncul
pendengaran.Ny. L mengatakan sering
saat sendiri dan melamun, dan respon
mendengar suara- suara yang tidak ada
ketika ada suara tersebut Ny. L cuek.
wujudnya
Disini
respon
(2005)
klien.
Dari
gangguan
yang
menyuruhnya
penulis
membuang makanan dan jangan sholat,
diagnosa
suara tersebut muncul setiap saat dalam
pendengaran.
sehari bisa sebanyak 5 kali, biasanya
memprioritaskan
keperawatan
Penulis
tidak
halusinasi
menggunakan
suara tersebut muncul saat sendiri dan
Strategi
melamun, dan respon ketika ada suara
tahun 2014 karena rincian tindakan
tersebut Ny. L cuek.
keperawatan pada SP terbaru berbeda
Menurut Herdman (2011) batasan
karakteristik
halusinasi
dalam
Pelaksanaan
(SP)
pelaksanaanya,
yaitu
terbaru
harus
meliputi:
dibarengi dengan kegiatan, sedangkan
perubahan dalam perilaku, perubahan
kondisi klien belum memungkinkan
dalam
untuk melakukan kegiatan. Penulis
menyelesaikan
masalah,
perubahan dalam ketajaman sensori,
menggunakan
yang
denganpendekatan
termasuk
dalam
sensori
implementasi
Strategi
pendengaran yang ditandai dengan
Pelaksanaan (SP) yang ditulis oleh
pasien mendengar suara tanpa adanya
Direja (2011)
stimulus
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1):
dari
luar.
Berdasarkan
pengkajian pada Ny. L secara garis
membantu
besar ditemukan data subyektif dan
pada Ny. L dengan cara membina
data
menunjukkan
hubungan saling percaya dengan
gangguan
Ny. L, membantu klien mengenal
halusinasi
halusinasinya
obyektif
karakteristik
persepsi
yang
diagnosa
sensori:
pendengaran pada Ny. L yang ditandai
mengenal
mendiskusikan
8
halusinasi
dengan
isi
halusinasi,
frekuensi, waktu halusinasi muncul,
mampu
situasi dan respon Ny. L ketika
mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi
bercakap- cakap dengan orang lain.
muncul,
menjelaskan
cara- cara mengontrol halusinasi,
3. Strategi
mempraktekkan
Pelaksanaan
cara
3
(SP
dan mengajarkan Ny. L menghardik
3):mengajarkan
halusinasi. Respon Ny. L, Ny. L
halusinasi dengan cara membuat
dapat mengenal halusinasinya dan
jadwal harian. Ny. L mau mencoba
dapat
cara
membuat jadwal harian. Dengan
mengontrol halusinasi dengan cara
aktivitas yang sudah terjadwal, Ny.
menghardik halusinasi.
L tidak akan mengalami banyak
mempraktekkan
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2): Ada
cara
mengontrol
waktu luang sendiri.
perbedaan di strategi pelaksanaan
4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4):
kedua ini karena pada SP yang lama
mengajarkan mencegah halusinasi
adalah mengajarkan klien untuk
dengan minum obat teratur. Respon
bercakap- cakap dengan orang lain
Ny. L, Ny. L mampu menggunakan
sedangkan di SP yang terbaru SP
cara mengontrol halusinasi dengan
kedua adalah minum obat dengan
cara menghardik dan bercakap-
teratur, disini penulis melaksanakan
cakap dengan orang lain, dan mau
strategi pelaksanaan 2 yang lama
melaksanakan semua kegiatannya
yaitu melatih Ny. L mengontrol
yang sudah terjadwal.
halusinasi dengan cara bercakap-
Berdasarakan
evaluasi
data
cakap dengan orang lain, karena
subyektif dan data obyektif yang
pada
melakukan
diperoleh, penulis melakukan evaluasi
tindakan ini belum ada SP yang
pada strategi pelaksanaan 1 tanggal 11
paling
L
Maret 2014, antara Ny. L dan perawat
mencoba bercakap- cakap dengan
sudah dapat terbina hubungan saling
perawat. Menganjurkan Ny. L untuk
percaya, Ny. L
mampu mengenal
memasukkan
halusinasi
Ny.
saat
penulis
terbaru.
ke
Disini
dalam
Ny.
jadwal
dan
L
mampu
kegiatan harian. Ny. L mampu
mengontrol halusinasi dengan cara
menggunakan cara pertama dengan
menghardik, sehingga dapat dianalisa
menghardik halusinasi dan Ny. L
bahwa masalah teratasi.
9
Strategi
pelaksanaan
2
kali dan di RS di daerah Malang 4
pada
kali.
tanggal 12 Maret 2014, Ny. L mampu
2. Diagnosa
melakukan cara mengontrol halusinasi
keperawatan
adalah
dengan cara bercakap- cakap orang
penilaian atau kesimpulan yang
lain,
bahwa
diambil dari pengkajian. Sedangkan
strategi
diagnosa yang penulis angkat pada
pelaksanaan 3 dan 4 pada tanggal 13
kasus Ny. L adalah gangguan
Maret 2014, Ny. L mampu melakukan
persepsi
aktivitas sesuai jadwal yang telah
pendengaran.
sehingga
masalah
dianalisis
teratasi.
Pada
sensori:
halusinasi
3. Intervensi yang dilakukan pada Ny.
dibuat, dan mau minum obat sesuai
dengan dosis dan minum teratur,
L
dengan
gangguan
sehingga dianalisis bahwa masalah
sensori:
teratasi.
ditujukan untuk membina hubungan
SIMPULAN dan SARAN
saling
Berdasarkan uraian diatas mengenai
mengontrol
halusinasi dan pelaksanaan asuhan
melakukan aktivitas terjadwal dan
keperawatan terhadap klien, maka
dapat memanfaatkan obat dengan
dapat diambil beberapa kesimpulan
benar.
halusinasi
percaya,
persepsi
pendengaran
mengenal
dan
halusinasinya,
4. Implementasi adalah pengelolaan
sebagai berikut:
dan
1. Pada tahap pengkajian dalam kasus
perwujudan
dari
rencana
ini ditemukan data yang menjadi
penerapan yang telah disusun pada
fokus dalam gangguan persepsi
tahapan perencanaan. Pada diagnosa
sensori:
pola
gangguan
persepsi
sensori:
kognitif perseptual dengan keluhan
halusinasi
pendengaran
penulis
klien sering mendengar suara- suara
melakukan
yang
membuang
yang telah disusun, adapun tindakan
makanan dan jangan sholat. Faktor
yang telah dilakukan adalah SP 1 –
presipitasinya
SP 4 klien yaitu mengenal dan
halusinasi
adalah
menyuruhnya
klien
pernah
tindakankeperawatan
dan
mengontrol halusinasi, berbicara/
pernah dirawat di RSJD Surakarta 7
bercakap- cakap dengan orang lain
mengalami
gangguan
jiwa
saat halusinasi muncul, melakukan
10
aktivitas dan menganjurkan klien
informasi penyakit yang diderita,
untuk minum obat secara teratur.
khususnya pencegahan supaya tidak
5. Berdasarkan hasil evaluasi yang
terjadi kekambuhan dan rutinitas
dilakukan pada Ny. L diagnosa
dalam minum obat.
utama adalah gangguan persepsi
sensori:
halusinasi
3. Keluarga
pendengaran
Perlunya keterlibatan seluruh
yang dilakukan selama tiga hari
anggota
secara keseluruhan SP untuk klien
memperbaiki
yang ada di diagnosa utama tercapai
yang
dan SP untuk keluarga tidak dapat
sehingga pemecahan masalah yang
dilakukan karena penulis tidak dapat
dihadapi pasien dapat ditingkatkan.
bertemu dengan keluarga Ny. L.B.
keluarga
kesehatan
menderita
Hendaknya
Berdasarkan temuan dalam asuhan
maka
penulis
keluarga
gangguan
jiwa
4. Perawat
Saran
keperawatan
dalam
perawat
mampu
membina hubunngan saling percaya
dapat
dan
menggunakan
komunikasi
memberikan saran untuk:
terapeutik pada klien, dan lebih
1. Rumah Sakit
bersabar dalam menghadapi klien.
Hendaknya menyediakan dan
memfasilitasi apa yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
klien untuk penyembuhan. Selain
Anonim.
itu hendaknya pihak rumah sakit
Keperawatan Jiwa Terkini.
melibatkan keluarga dalam proses
Azizah,
perawatan klien dan meningkatkan
Keperawatan Jiwa Amplikasi Praktik
kualitas
Klinik. Yogyakarta: Graham Ilmu.
pelayanan
dalam
2014.
Lilik
Pelatihan
Ma’rifahtul.
Praktik
2011.
memberikan asuhan keperawatan
Dermawan,
pada klien dengan gangguan jiwa.
Rusdi.Keperawatan Jiwa: Kerangka
2. Pasien
dan
Hendaknya sering berlatih dan
bertahap.
Perlunya
Konsep
Keperawatan
melaksanakan interaksi sosial secara
Deden
Kerja
Jiwa .
Gosyen Publishing.
pengetahuan
bagi klien dan keluarga tentang
11
dan
Asuhan
Yogyakarta:
Direja, A.H.S. 2011.Buku Ajar Asuhan
Stuart, Gail Wiscarz. 2007. Buku Saku
Keperawatan Jiwa . Yogyakarta: Nuha
Keperawatan Jiwa , Edisi 5. Jakarta:
Medika.
EGC.
Keliat,
Budi.
2005.
Townsend, Mary C. 2006. Buku Saku
Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Diagnosa
EGC.
Keperawatan
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono.
untuk
2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa .
Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Helena C. Daulima: editor, Monica
Mamnu’ah. 2010. Stres dan Strategi
Ester. Edisi 5. Jakarta: EGC
Koping Keluarga Merawat Anggota
Ulpa, Delia. 2013. Dukungan dengan
Keluarga yang Mengalami Halusinasi.
Beban Keluarga Mengikuti Regimen
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan.
Terapeutik Anggota Keluarga yang
Yogyakarta:
Mengalami
Stikes
‘Aisyiyah
Yogyakarta.
Maramis.
Keperawatan
Psikiatri:
Catatan
Alih
Kedokteran Jiwa . Surabaya: Airlangga.
Rencana
bahasa,
Halusinasi.
Utara.Universitas
Ilmu
Pedoman
Pembuatan
Keperawatan
2004.
pada
Jiwa .
Novi
Jurnal
Sumatera
Sumatera
Utara.
Medan
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa ,
Edisi 1. Jakarta: Refika Aditama.
12