Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

(1)

L A P O R A N P B L K

Pengelolaan Pelayanandan Asuhan Keperawatan JiwaPada PasiendenganHalusinasi Pendengarandi RuangSipiso-Piso

RumahSakitJiwaDaerah Provinsi Sumatera UtaraMedan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajaran Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Nova Winda Saragih, S.Kep 071101031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012


(2)

(3)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

Nova Winda Saragih, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRAK

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan agar mahasiswa mampu mensintesis ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan PBLK dilaksanakan di Ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan selama empat minggu yang dimulai dari tanggal 11 Juni 2012 s.d 7 Juli 2012. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data bahwa kasus terbanyak di Ruang Sipiso-Piso adalah halusinasi pendengaran (50%). Metodologi yang digunakan untuk mengatasi halusinasi pendengaran adalah penyebaran kuisioner, wawancara, manajemen ruangan berdasarkan pada pendekatan empat pilar MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional), pelaksanaan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok sebanyak 5 sesi secara bertahap dan berkesinambungan. Hasil dari pelaksanaan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok menunjukkan pasien dengan halusinasi pendengaran dapat mengontrol halusinasi pendengaran dengan baik. Oleh karena itu direkomendasikan kepada pihak ruangan Sipiso-Pisoagar menerapkan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok secara berkesinambungan.

Kata Kunci :


(4)

Management Services and Psychiatric Nursing Care for Client With Auditory Hallucination at Sipiso-Piso WardPsychiatric Institution of Sumatera Utara Medan

Nova Winda Saragih, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRACT

Intership program (PBLK) is a subjectwhich is provide students with knowledge to applied nursing process into a comprehensive approach. It aims to be part of the integrated care plan to the clients, family, and community. PBLK held in Sipiso-PisoWard of Psychiatric Institution for 4 weeks from 11th June 2012 to 7 July 2012. The assessment revealed that most of the cases are auditory hallucination (50%). The methodologyto explore the auditory hallucination by distributing questionnaires, interviews, management of room based on four pillars approach MPKP (Professional Nursing Practice Model), execution of strategy meetings and group activity therapy as much as 5 sessions gradually and continuously. Theimplementation result of the strategy meeting and group activity therapy showed that patient with auditory hallucination are well-managed for auditory hallucination. Therefore, it is recommended for the nurses in Sipiso-Piso do strategy meetings and group activity therapy.

Keyword :


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, hikmat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) dengan judul “Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan laporan ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, MNurs (MntlHlth) sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan PBLK ini.

3. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai koordinator profesi yang membantu jalannya kegiatan profesi Ners dan proses PBLK ini dan kepada seluruh dosen staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan USU yang memberikan bantuan dan kelancaran selama proses profesi berlangsung.


(6)

4. Ibu Sri, S.Kep, Ns sebagai kepala ruangan Sipiso-piso dan seluruh pegawai di ruangan Sipiso-piso yang telah membantu penulis dalam memberikan data dan berinteraksi bersama pasien di RSJD ProvSu Medan.

5. Teristimewa kepada orang tuaku tercinta Bapak T. Saragih dan Ibu M. Sinaga, S.Pd yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi, memberikan semangat, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakakku Lidya Veronita Saragih, S.Pd dan Abangku Chandra Thomas Saragih, S.T yang juga telah mendoakan dan mendukung penulis.

6. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khusunya stambuk 2007 (July, Lelo, Lina, Tiwi, Dewi Rahmadani) dan teman-temanku yang lain yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahan, menemani, menghibur, dan memberikan semangat kepada penulis.

7. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis baik dalam penyelesaian laporan ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan. Penulis sangat


(7)

mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Skema ... x

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 3

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 5

B. Analisis Ruang Rawat ... 7

1. Pengkajian ... 7

2. Analisa Situasi ... 12

3. Rumusan Masalah ... 14

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 16

5. Implementasi ... 17

6. Evaluasi ... 19

C. Pembahasan ... 22

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 25

B. Tinjauan Kasus ... 43

1. Pengkajian ... 43

2. Diagnosa Keperawatan ... 51

3. Intervensi Keperawatan ... 52

4. Implementasi dan Evaluasi ... 55

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(9)

2. Planning of Action (POA) di Ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan 3. Pre Planning Persentasi Hasil Pengkajian

4. Power Point Persentasi Hasil Pengkajian 5. Pre Planning Sosialisasi Case Conference 6. Power Point Persentasi Case Conference

7. Proposal Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sesi 1-5 8. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang Sipiso-Piso RSJD

Provsu Medan


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Bagan StrukturOrganisasi Ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penghitungan Indikator Mutu Ruang Sipiso-Piso RSJD

Provsu Medan ... 10

Tabel 2.Survei Masalah Keperawatan Ruang Sipiso-piso RSJD

Provsu Medan ... 11

Tabel 3.Self Evaluation Kinerja Perawat Ruang Sipiso-piso RSJD

Provsu Medan ... 11

Tabel 4.Strategi Pertemuan Pada Pasien dan Keluarga ... 39


(12)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

Nova Winda Saragih, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRAK

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan agar mahasiswa mampu mensintesis ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan profesional, baik kepada individu, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan PBLK dilaksanakan di Ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan selama empat minggu yang dimulai dari tanggal 11 Juni 2012 s.d 7 Juli 2012. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data bahwa kasus terbanyak di Ruang Sipiso-Piso adalah halusinasi pendengaran (50%). Metodologi yang digunakan untuk mengatasi halusinasi pendengaran adalah penyebaran kuisioner, wawancara, manajemen ruangan berdasarkan pada pendekatan empat pilar MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional), pelaksanaan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok sebanyak 5 sesi secara bertahap dan berkesinambungan. Hasil dari pelaksanaan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok menunjukkan pasien dengan halusinasi pendengaran dapat mengontrol halusinasi pendengaran dengan baik. Oleh karena itu direkomendasikan kepada pihak ruangan Sipiso-Pisoagar menerapkan strategi pertemuan dan terapi aktivitas kelompok secara berkesinambungan.

Kata Kunci :


(13)

Management Services and Psychiatric Nursing Care for Client With Auditory Hallucination at Sipiso-Piso WardPsychiatric Institution of Sumatera Utara Medan

Nova Winda Saragih, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRACT

Intership program (PBLK) is a subjectwhich is provide students with knowledge to applied nursing process into a comprehensive approach. It aims to be part of the integrated care plan to the clients, family, and community. PBLK held in Sipiso-PisoWard of Psychiatric Institution for 4 weeks from 11th June 2012 to 7 July 2012. The assessment revealed that most of the cases are auditory hallucination (50%). The methodologyto explore the auditory hallucination by distributing questionnaires, interviews, management of room based on four pillars approach MPKP (Professional Nursing Practice Model), execution of strategy meetings and group activity therapy as much as 5 sessions gradually and continuously. Theimplementation result of the strategy meeting and group activity therapy showed that patient with auditory hallucination are well-managed for auditory hallucination. Therefore, it is recommended for the nurses in Sipiso-Piso do strategy meetings and group activity therapy.

Keyword :


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan dipengaruhi oleh berbagai faktor serta ada suatu interaksi konstan diantara faktor tersebut. Dengan demikian, kesehatan jiwa seorang merupakan suatu keadaan yang dinamik atau selalu berubah (Videbeck, Sheila L. 2008).

Menurut Hawari (2001), kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis termotivasi memilih bidang keperawatan jiwa dalam rangka menyelesaikan tugas mata ajaran Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK). PBLK merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi realita kerja dengan memberikan kesemapatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah


(15)

diperoleh selama proses pendidikan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.

Pada akhir kegiatan PBLK ini diharapkan mahasiswa mampu mensintesis ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan professional, baik kepada individu, keluarga, maupun masyarakat. Selain pada pengelolaan manajemen asuhan keperawatan, juga mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

PBLK dilaksanakan di Ruang Sipiso-piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan. Kegiatan PBLK ini dilaksanakan selama empat minngu, yang dimulai pada tanggal 11 Juni-7 Juli 2012.

Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada bulan Juni 2012 terdapat 24 pasien yang dirawat di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan. Diagnosa keperawatan yang paling banyak di ruang tersebut adalah halusinasi pendengaran yaitu sebanyak 12 orang (50%). Salah satu intervensi asuhan keperawatan jiwa yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosa halusinasi pendengaran adalah dengan melakukan terapi aktivitas kelompok dan strategi pertemuan. Namun intervensi tersebut belum optimal dilakukan oleh tim kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan.


(16)

Berdasarkan hal di atas, maka mahasiswa Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) melakukan manajemen keperawatan dan melaksanakan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa khususnya pada klien dengan halusinasi pendengaran.

B. Tujuan

Tujuan akhir dari PBLK ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mensitesa ilmu pengetahuan, menerapkan proses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk pelayanan keperawatan professional, baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Selain itu juga dapat melakukan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan dan mampu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mahasiswa dalam menganalisa dan mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang telah diperoleh dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa yang komprehensif pada pasien, serta melatih mahasiswa mengelola manajemen manajemen keperawatan secara efektif dan efisien.


(17)

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan informasi yang berguna bagi institusi pendidikan pada aspek aplikatifnya dan menjadi referensi tersendiri untuk meningkatkan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup keperawatan jiwa khususnya pada pasien gangguan jiwa.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Jiwa

Sebagai masukan bagi institusi pelayanan kesehatan jiwa untuk menerapkan metode praktek keperawatan professional dan melaksanakan manajemen pelayanan prima sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada penderita gangguan jiwa.


(18)

BAB II

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan telah menerapkan pengelolaan pelayanan keperawatan dengan menggunakan sistem MPKP (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). MPKP adalah suatu model keperawatan professional yang secara keilmuannya bisa dipertanggungjawabkan sesuai kode etik keperawatan dan kaidah keperawatan yang meliputi biopsiko, sosial, dan spiritual. Sistem MPKP ini telah diterapkan di dua ruangan yaitu Sipiso-piso dan Cempaka. Ada tiga jenis modifikasi MPKP yang dilakukan, antara lain :

1. MPKP Transisi

MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya minimal dari D3 Keperawatan.

2. MPKP Pemula

MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan 3. MPKP Profesional, dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :

a. MPKP I

MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 Keperawatan tetapi kepala ruangan dan ketua tim mempunyai pendidikan minimal S1 Keperawatan.


(19)

b. MPKP II

MPKP Intermediate dengan tenaga perawat minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.

c. MPKP III

MPKP Advance yang semua tenaga perawat minimal Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doctor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.

Dari hasil penelitian menunjukkan tujuan diadakannya ruang atau bangsal MPKP yaitu diharapkan keperawatan professional bisa diterapkan sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai masalah keperawatan klien. Program-program MPKP yang telah dibuat dan direncanakan tersebut tentu saja terdapar di dalam asuhan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien agar asuhan keperawatan yang diberikan itu lebih fokus dan holistik.

MPKP merupakan suatu praktek keperawatan yang sesuai dengan kaidah ilmu manajemen modern dimana kaidah yang dianut dalam pengelolaan pelayanan keperawatan di ruang MPKP adalah pendekatan yang dimulai dengan perencanaan. Perencanaan di ruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh personil (perawat) ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim, dan anggota tim (perawat asosiet).


(20)

B. Analisis Ruang Rawat

1. Pengkajian

Pengkajian kegiatan praktik keperawatan jiwa professional di Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan berdasarkan pada pendekatan MPKP yang meliputi empat pilar nilai professional. Pendekatan manajemen (management approach) sebagai pilar praktik professional yang pertama, diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling). Selanjutnya pilar compensatory reward sebagai pilar kedua terkait dengan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi rekrutmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja, dan pengembangan staf. Pilar ketiga yaitu professional relationship meliputi rapat tim kesehatan, rapat tim keperawatan, konferensi kasus, visit dokter. Pilar keempat yaitu patient care delivery meliputi asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan berdasarkan survey masalah yang dilakukan RSJD Provsu Medan. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan instrument self evaluasi dan wawancara kepada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana didapatkan hasil sebagai berikut :

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan merupakan rumah sakit jiwa tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat. Ruang Sipiso-piso yang merupakan salah satu ruangan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan memliki visi, misi , motto, dan falsafah yang berbeda dari


(21)

ruangan-ruangan lain yang ada di RSJD Provsu Medan. Visi, misi, motto, dan falsafah tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan surat keputusan Dirut Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Adapun visi, misi, motto dan falsafah pelayanan keperawatan di ruang sipiso-piso adalah :

a. Visi

Menjadikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa optimal dan paripurna secara professional untuk kepuasan masyarakat.

b. Misi

Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang paripurna dan professional secara terpadu utnuk kesembuhan klien.

c. Motto A = arif S = sosial K = komunikatif E = efektif P = professional

d. Falsafah dan Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan  Pelayanan keperawatan jiwa dilakukan secara professional pada

ilmu perilaku dan ilmu keperawatan jiwa

 Pelayanan keperawatan jiwa diberikan sepnajang siklus kehidupan manusia dengan respon psikososial tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongna


(22)

 Perawatan menggunakan proses keperawatan untuk membantu dalam meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa dari klien

 Pelayanan keperawatan jiwa pada umumnya meliputi: perawatan fisik, mental dan sosial budaya yang pada prakteknya tidak dapat dipisahkan satu sama lain

 Praktek keperawatan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan peerundang-undangan yang berlaku

 Pendidikan keperawatan yang berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus untuk pengembangan staf dalam pelayanan keperawatan

 Asuhan keperawatan di rsjd provsu mempunyai peran sentral dalam pengembangan misi keperawatan terhadap klien dengan masalah kejiwaan di sumatera utara.

e. Ketenagaan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada bulan Juni 2012, ketenagaan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan antara lain : jumlah tenaga keparawatan sebanyak 8 orang dengan latar belakang pendidikan S1 Keperawatan (2 orang), sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan (2 orang), dan D3 Keperawatan (4 orang).Berikut bagan struktur organisasi di Ruang Sipiso-Piso tahun 2012 :


(23)

Skema 1. Bagan Struktur Organisasi Ruang Sipiso-Piso

f. Indikator Mutu

Adapun penghitungan indikator mutu yang dilakukan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan yaitu pengukuran Bed Occupancy Rate (BOR) dan angka pasien lari. Namun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012 didapatkan sebagai berikut :

Tabel 1. Penghitungan Indikator Mutu Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan

No. Aspek Yang Dinilai Nilai (100%)

1. BOR 100

2. Angka Lari -

3. Angka Skabies -

4. Angka Pengekangan 1

5. Angka Cedera -

Kepala Ruangan

Ketua Tim I

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Ketua Tim II

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana


(24)

g. Survey Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012, diperoleh empat masalah keperawatan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 2. Survei Masalah Keperawatan Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan

No. Aspek yang dinilai Jumlah Persentase (%)

1. Halusinasi 12 50%

2. Isolasi Sosial 7 29,16%

3. Perilaku Kekerasan 4 16,7%

4. Harga Diri Rendah 1 4,14%

5. Kurang Perawatan Diri - -

6. Waham - -

7. Risiko Bunuh Diri - -

h. Evaluasi Kinerja Perawat (Self Evaluation)

Kinerja perawat di ruang MPKP dapat dinilai, salah satunya dengan menggunakan kusioner self evaluation yang diberikan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Adapun kriteria kelulusan perawat berdasarkan jumlah nilai yang dihasilkan perawat dari kuesioner tersebut. Jika nilai perawat > 75 maka dinyatakan lulus. Berikut ini dipaparkan hasil dari kuesioner self evaluation :

Tabel 3. Self Evaluation Kinerja Perawat Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan

Jabatan Nilai Keterangan

Kepala Ruangan 86 Lulus

Ketua Tim 1 69,5 Tidak Lulus

Ketua Tim 2 69,5 Tidak Lulus

Perawat Pelaksana 1 57,5 Tidak Lulus Perawat Pelaksana 2 57,5 Tidak Lulus


(25)

Perawat Pelaksana 4 64 Tidak Lulus

Perawat Pelaksana 5 64 Tidak Lulus

2. Analisa Situasi (SWOT) a. Kekuatan (Strenght)

1. Adanya visi, misi, dan motto bidang keperawatan di ruang Sipiso-piso

2. Adanya struktur organisasi yang jelas dengan metode penugasan TIM

3. Adanya daftar dinas pegawai di ruangan

4. Adanya daftar nama pasien, nama dokter, dan nama perawat yang bertanggungjawab.

5. Adanya uraian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.

6. Adanya buku rawatan yang berisikan informasi tentang kondisi pasien.

7. Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepada ketua tim jika berhalangan hadir.

8. Adanya data indikator mutu BOR.

9. Adanya pencatatan angka lari, pasien masuk dan pulang.

10.Perawat yang bekerja di ruangan melalui proses rekrutment dan sesuai kriteria yang ditetapkan oleh RSJD Provsu Medan. 11.Adanya program orientasi keperawatan.


(26)

12.Adanya rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruangan dan rencana harian yang dibuat oleh kepala tim.

13.Kepala ruangan membuat jadwal supervisi dan melaksanakan supervisi secara rutin.

14.Case Conference dilakukan satu kali dalam seminggu. b. Kelemahan (Weakness)

1. Belum adanya jadwal petugas TAK

2. Belum adanya survey kepuasan pasien, keluarga pasien, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

3. Belum optimalnya sistem pengembangan staf dilihat dari belum semua perawat mengikuti pelatihan aspek khusus keperawatan

4. Pelaksanaan case conference tidak memiliki jadwal yang baku dan belum dilakukan secara terorganisir

5. Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift c. Kesempatan (Opportunity)

1. Pemilihan staf yang bekerja di ruang Sipiso-piso berdasarkan SK (Surat Keputusan)

2. Adanya buku-buku tentang Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Jiwa.

d. Ancaman (Threatened)

Adanya tutuntan masyarakat yang lebih untuk mendapatkan pelayanan yang profesioanal.


(27)

3. Rumusan Masalah

Gambaran hasil analisa situasi ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pilar I (Management Aproach) 1) Planning (Perencanaan)

Ruangan Sipiso-Piso telah memiliki visi, misi, dan filosofi tersendiri. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sudah tersedia di ruangan. Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan bahwa kepala ruangan selalu (100%) membuat rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, ketua tim selalu membuat rencana harian dan rencana bulanan, sedangkan perawat pelaksana selalu membuat rencana harian.

2) Organization (Pengorganisasian)

Adanya struktur organisasi, uraian tugas perawat dan jadwal dinas yang jelas di Ruangan Sipiso-Piso. Jadwal dinas dibuat berdasarkan keputusan kepala ruangan dengan proporsi jumlah perawat dinas pagi lebih banyak dari dinas sore dan malam. Perawat yang dinas pagi terdiri dari 1 kepala ruangan, 1 ketua tim, dan 3 perawat pelaksana. Dinas sore dan malam terdiri dari masing-masing 1 orang perawat, dan 1 orang perawat lagi libur. Ketua Tim I dan II tidak dinas secara bersamaan pada shift pagi, sehingga tidak memungkingkan adanya pembagian alokasi pasien kepada masing-masing perawat pelaksana.


(28)

3) Pengarahan

Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift. Operan biasanya melalui buku rawatan yang dioperkan perawat saat pergantian shift yaitu pada pukul 14.00 WIB, 20.00 WIB, dan 07.30 WIB. Di buku rawatan berisikan informasi pasien dengan perhatian khusus. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner ketua tim mengatakan kadang-kadang memimpin pre/post conference. Kegiatan supervisi dilaksanakan oleh Kepala Ruangan baik saat dinas pagi, sore maupun malam.

4) Pengawasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan dokumentasi penilaian indikator mutu BOR 100%. Sedangkan indikator mutu TOI, ALOS, angka cedera, angka pengikatan, dan angka scabies selalu dievaluasi oleh kepala ruangan. Berdasarkan hasil kuesioner dinyatakan bahwa survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat selalu dilakukan oleh Kepala Ruangan, namun pelaksanaannya belum optimal.

b. Pilar II (Compensatory Reward)

Dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa perawat yang bekerja melalui proses rekrutmen berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh RSJD Provsu Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi bahwa belum seluruh pegawai di ruangan Sipiso-Piso mendapatkan pelatihan aspek khusus


(29)

keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan keterangan bahwa kepala ruangan telah melaksanakan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, begitu juga dengan ketua tim telah melaksanakan penilaian kinerja perawat pelaksana.

c. Pilar III (Professional Relationship)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diperoleh informasi bahwa case conferencetelah dilakukan satu kali dalam seminggu berdasarkan kasus yang ada di Ruangan Sipiso-Piso. Case conference dihadiri oleh seluruh perawat.Namun, pelaksanaan case conference tidak memiliki jadwal yang baku dan ketua tim tidak menyiapkan kasus yang akan didiskusikan secara bersama-sama. Kepala ruangan dan Ketua tim telah melakukan kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian terapi pada pasien.

d. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Berdasarkan hasil observasi terhadap perawat ruangan, diperoleh data bahwa perawat ruangan belum optimal dalam melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) di Ruang Sipiso-Piso.

4. Rencana Penyelesaian Masalah a. Pilar I (Management Aproach)

Mengusulkan kepada kepala ruangan untuk membuat jadwal dinas dengan menempatkan ketua tim I dan II dinas pada shift pagi,


(30)

agar pembagian alokasi pasien kepada perawat pelaksana dapat terlaksana. Mahasiswa melaksanakan pre conference dan post conference dengan melakukan role play sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Menyusun kuesioner penilaian tingkat kepuasan pasien, keluarga, perawat dan petugas kesehatan lainnya. b. Pilar II (Compensatory Reward)

Menganjurkan kepada pihak rumah sakit untuk mengadakan pelatihan manajemen MPKP dan penerapan asuhan keperawatan dalam upaya pengembangan staf perawat.

c. Pilar III (Professional Relationship)

Melaksanakan case conference dengan mengambil satu kasus dari Ruangan Sipiso-Piso dan menganjurkan kepala tim untuk membuat jadwal baku pelaksanaan case conference minimal dua kali dalam sebulan.

d. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Melaksanakan Strategi Pertemuan (SP) pada semua pasien yang berada di Ruangan Sipiso-Piso sesuai dengan diagnosa klien dan melakukan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) secara terjadwal.

5. Implementasi

Setelah disepakati prioritas masalah dan rencana penyelesaian masalah, mahasiswa PBLK melakukan implementasi kegiatan. Implementasi kegiatan dilakukan mulai tanggal 25 Juni – 7 Juli 2012 di


(31)

ruang sipiso-piso RSJD Provsu Medan. Adapun implementasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa PBLK menggunakan pendekatan empat pilar manajemen MPKP, sebagai berikut :

a. Pilar I (Management Aproach)

Dari segi pengelolaan pelayanan keperawatan, mahasiswa telah mengusulkan kepada kepala ruangan untuk merevisi jadwal dinas yang melibatkan kedua kepala tim menjadi dinas pagi yang dilaksanakan pada minggu ketiga. Kepala ruangan menerima saran dari mahasiswa, namun pembuatan jadwal dinas diperlukan pertimbangan tertentu. Selain itu, mahasiswa telah melaksanakan role play mulai tanggal 21 Juni 2012 – 07 Juli 2012 di Ruangan Sipiso-Piso sebagai kepala ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana secara bergantian dan melaksanakan pre conference dan post conference.

b. Pilar II (Compensatory Reward)

Pada pilar kedua, mahasiswa hanya dapat memberikan saran kepada kepala ruangan untuk mengusulkan kepada pihak rumah sakit atau kepada kepala bidang keperawatan untuk mengadakan pelatihan manajemen MPKP dan asuhan keperawatan bagi perawat di ruangan dalam upaya pengembangan staf.

c. Pilar III (Professional Relationship)

Pada pilar ketiga, mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case conference dengan mengangkat salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK sekaligus merupakan kasus dengan diagnosa terbanyak di


(32)

Ruangan Sipiso-Piso yang dilaksanakan pada minggu ketiga. Diharapkan setelah dilaksanakan sosialisasi case conference di Ruangan Sipiso-Piso, kegiatan tersebut akan terus berlanjut minimal dua kali dalam satu bulan.

d. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Pada pilar keempat, mahasiswa PBLK telah melakukan asuhan keperawatan kepada seluruh pasien di ruangan tersebut sesuai dengan diagnosa masing-masing pasien. Untuk meningkatkan kognitif pasien mengenai SP (Strategi Pertemuan) yang telah diberikan, maka mahasiswa PBLK melakukan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) berdasarkan diagnosa keperawatan pasien terbanyak di Ruangan Sipiso-Piso. Adapun TAK yang dilakukan yaitu TAK Halusinasi mulai dari Sesi 1 – 5 dan TAK Isolasi Sosial mulai dari Sesi 1 - 7

6. Evaluasi

Waktu pelaksanaan PBLK di Ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan dilaksanakan lebih kurang selama 4 minggu. Berdasarkan hasil kesepakatan dengan perawat ruangan, maka terdapat 7 kegiatan yang telah dilaksanakan dari keempat pilar MPKP. Kegiatan lain yang dilakukan oleh mahasiswa PBLK secara individu adalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuia dengan kasus yang menjadi kelolaan.


(33)

Berdasarkan hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang sipiso-piso dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dievaluasi sebagai berikut :

a. Pilar I (Management Aproach)

Selama proses implementasi dapat dianalisa bahwa belum ada perubahan jadwal dinas yang menempatkan kedua ketua tim menjadi dinas pagi. Sedangkan kegiatan pre and post conference belum optimal dilaksanakan terutama dalam pelaksanaan pre conference.

b. Pilar II (Compensatory Reward)

Hasil observasi menunjukkan bahwa belum ada upaya pengembangan staf apapun yang dilaksanakan oleh pihak rumah sakit, hal ini tentunya memerlukan waktu yang lama agar usulan untuk mengadakan pelatihan dapat dilaksanakan. Namun kepala ruangan telah menyadari bahwa minimnya tenaga keperawatan di ruangannya yang telah mendapatkan pelatihan khususnya dalam bidang keperawatan.

c. Pilar III (Professional Relationship)

Hasil observasi menunjukkan bahwa kepala ruangan sudah mengarahkan ketua tim dan perawat pelaksana dalam meningkatkan kinerjanya. Metode konferensi kasus memang telah dilaksanakan namun hanya sekedar, tidak memiliki persiapan dan dokumentasi, padahal kegiatan konferensi kasus merupakan sarana yang tepat untuk saling berbagi pengetahuan antar teman sejawat. Melihat pentingnya


(34)

sarana ini, maka mahasiswa PBLK telah melaksanakan sosialisasi konferensi kasus yang seyogyanya dapat dijadwalkan secara rutin di ruangan. Kepala ruangan dapat membimbing ketua tim yang belum melakukan konferensi kasus, sedangkan ketua tim dapat membimbing perawat pelaksananya dalam pemaparan kasus yang sedang dibahas. Dengan demikian, semua perawat menjadi percaya diri dalam melakukan konferensi kasus.

d. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Pemberian asuhan keperawatan di Ruangan Sipiso-Piso diarahkan berfokus pada tindakan keperawatan tanpa mengabaikan tindakan kolaborasi. Metode penugasan yang digunakan adalah metode tim, tetapi masih sebagian menggunakan metode fungsional. Hal ini menyebabkan biasanya perawat berinteraksi dengan klien hanya jika ada tindakan tertentu yang ingin dilakukan misalnya memberikan suntikan atau memberikan obat. Dampak paling nyata yang dialami pasien yaitu kurang optimalnya asuhan keperawatan yang diberikan perawat. Bagi perawat sendiri akhirnya terkondisi pada suatu pola kerja yang rutinitas setiap kali dinas melakukan tindakan yang sama untuk seluruh pasien yang ada di ruangan.

Dalam hal mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan di ruangan, mahasisawa melaksanakan SP kepada seluruh pasien sesuai dengan diagnosa pasien dan TAK yang dilaksanakan berdasarkan dua kasus terbanyak di Ruangan Sipiso-Piso. Berdasarkan observasi,


(35)

tampak pasien lebih memahami mengenai SP dan lebih bersemangat melakukannya karena dibuat berkelompok.

C. Pembahasan

Adapun hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di raung sipiso-piso dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat dibahas sebagai berikut :

a. Pilar I (Management Aproach)

Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di Ruang MPKP seharusnya kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan setiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilih melalui test. Selama proses implementasi dapat dianalisa bahwa dalam hal pengorganisasian, perawat telah dibagi menjadi dua tim yang masing-masing di ketuai oleh seorang kepala tim, namun tidak terdapat adanya pembagian alokasi pasien kepada perawat pelaksana. Hal tersebut dikaren akan penjadwalan dinas yang masih kurang efektif dimana kedua ketua tim tidak di dinaskan secara bersamaan di pagi hari sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan alokasi pasien. Dalam hal ini mahasiswa telah memberi masukan kepada kepala ruangan dan kepala tim untuk merevisi jadwal dinas.

Mahasiswa juga melaksanakan metode role play agar perawat ruangan Sipiso-Piso dapat melihat adanya pre conference yang dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan dan post conference yang


(36)

dilaksanakan saat akan mengakhiri pekerjaan. Berdasarkan hasil observasi, perawat telah melaksanakan post conference, namun pelaksanaan pre conference belum terlaksana.

b. Pilar III (Professional Relationship)

Mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi konferensi kasus yang dikelola dan tindak lanjut dari kegiatan ini dapat dijadwalkan secara rutin. Mahasiswa PBLK juga melaksanakan konferensi kasus bersama perawat di Ruang Sipiso-Piso yaitu salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK sekaligus merupakan kasus dengan diagnosa terbanyak di ruangan tersebut. Menurut Keliat & Akemat (2009), konferensi kasus adalah diskusi kelompok tentang kasus asuhan keperawatan pasien atau keluarga yang dilakukan dua kali dalam sebulan, meliputi: kasus pasien terbaru, pasien yang tidak ada perkembangan, pasien pulang, pasien yang meninggal, dan pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.

c. Pilar IV (Patient Care Delivery)

Pada pilar IV, mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan pada seluruh pasien di ruangan sesuai dengan diagnosa pasien disamping melakukan tugas individu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kelolaan. Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dimulai dari pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Craven & Hirnle, 2000 dalam Keliat & Akemat, 2009).


(37)

Selain itu, mahasiswa juga melakukan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) berdasarkan dua kasus terbanyak di ruangan. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang ditujukan kepada kelompok klien dalam melakukan kegiatan untuk menyelesaikan masalah dan mengubah perilaku maladaptif/ destruktif menjadi adaptif/ konstruksi (Keliat, 2005).


(38)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

1. Defenisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan. Halusinasi merupakan salah satu respons maladaptif individu yang berada dalam rentang respons neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001).

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70% diantaranya mengalami halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu (Purba, Jenny M, dkk, 2009).

2. Klasifikasi Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :

a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien


(39)

mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan :karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penghidu :karakteristik ditandai dengan adanya

bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba :karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap :karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

f. Halusinasi sinestetik :karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.


(40)

3. Proses Terjadinya Halusinasi

Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati.

Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan sindroma otak organik.

4. Faktor-Faktor Penyebab Halusinasi a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari individu maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan, sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (Rasmun, 2001).


(41)

1) Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan yang berakhir dengan gangguan realitas.

2) Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan dan ditolak oleh lingkungan tempat individu dibesarkan.

3) Faktor Biokimia

Pada tubuh seseorang yang mengalami stress yang berlebihan akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).

4) Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.


(42)

5) Faktor Genetik

Belum diketahui gen yang berpengaruh dalam skizoprenia, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Rasmun, 2001).

c. Faktor Perilaku

Rawlins dan Heacock (1993 dalam Rasmun, 2001) mengatakan bahwa munculnya halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu antara lain sebagai berikut:


(43)

1) Dimensi Fisik

Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

2) Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Individu tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut individu berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3) Dimensi Intelektual

Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian individu dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku individu.


(44)

4) Dimensi Sosial

Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.

5) Dimensi Spiritual

Individu dengan masalah spiritual cenderung menyendiri hingga proses interaksi sosial tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

5. Tahapan Halusinasi, Karakteristik, dan Perilaku yang Ditampilkan

TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU PASIEN

Tahap I Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu

• Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

• Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas

• Pikiran dan

• Tersenyum, tertawa sendiri

• Menggerakkan bibir tanpa suara • Pergerakkan mata

yang cepat

• Respon verbal yang lambat


(45)

kesenangan. pengalaman sensori masih ada dalam kontol kesadaran, nonpsikotik.

• Diam dan berkonsentrasi Tahap II Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan perasaan antipasti

• Pengalaman sensori menakutkan

• Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

• Mulai merasa

kehilangan control • Menarik diri dari

orang lain • Non psikotik

• Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah

• Rentang perhatian menyempit • Konsentrasi dengan pengalaman sensori • Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita Tahap III Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi

• Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi) • Isi halusinasi menjadi

atraktif

• Kesepian bila

pengalaman sensori berakhir

• Psikotik

• Perintah halusinasi ditaati

• Sulit berhubungan dengan orang lain • Rentang perhatian

terhadap lingkungan

berkurang hanya beberapa

detik/menit

• Gejala sisa ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah Tahap IV Menguasai tingkat kecemasan, panic secara umum diatur dan dipengaruhi

• Pengalaman sensori menjadi ancaman

• Halusinasi dapat

berlangsung selama beberapa jam atau hari • Psikotik

• Perilaku panic

• Potensi tinggi

untuk bunuh diri atau membunuh • Tindakan

kekerasan, agitasi menarikdiri atau ketakutan


(46)

oleh waham • Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks

• Tidak mampu

berespon terhadap lebih dari satu orang

6. Penatalaksanaan Medis pada Pasien dengan Halusinasi

Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain, yaitu :

a. Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat-obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan dapat dilihat melalui tabel berikut:

KELAS KIMIA NAMA GENERIK

(DAGANG)

DOSIS HARIAN

Fenotiazin Asetofenazin (Tindal) Klorpromazin (Thorazine) Flufenazine (Prolixine, Permitil) Mesoridazin (Serentil) Perfenazin (Trilafon) Proklorperazin (Compazine) Promazin (Sparine) Tioridazin (Mellaril) Trifluoperazin (Stelazine) Trifluopromazin (Vesprin) 60-120 mg 30-800 mg 1-40 mg 30-400 mg 12-64 mg 15-150 mg 40-1200 mg 150-800mg 2-40 mg 60-150 mg Tioksanten Klorprotiksen (Taractan)

Tiotiksen (Navane)

75-600 mg 8-30 mg Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg


(47)

Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225

b. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT) c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

7. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Halusinasi Pendengaran a. Pengkajian

1) Faktor Predisposisi

a) Faktor perkembangan terlambat

• Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.

• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi

• Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

b) Faktor komunikasi dalam keluarga • Komunikasi peran ganda • Tidak ada komunikasi • Tidak ada kehangatan

• Komunikasi dengan emosi berlebihan • Komunikasi tertutup

• Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua


(48)

c) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

d) Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.

e) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

f) Faktor genetik

Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar monozigot.

2) Perilaku

Bibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk – angguk, seperti mendengar sesuatu, tiba – tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil atau


(49)

membuang sesuatu, tiba – tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.

3) Fisik a) ADL

Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi gerakan atau kegiatan ganjil.

b) Kebiasaan

Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat – obatan dan zat halusinogen dan tingkah laku merusak diri. c) Riwayat kesehatan

Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.

d) Riwayat skizofrenia dalam keluarga e) Fungsi sistem tubuh

• Perubahan berat badan, hipertermia (demam) • Neurologikal perubahan mood, disorientasi


(50)

4) Status Emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.

5) Status intelektual

Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.

6) Status Sosial

Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan.

b. Tindakan Keperawatan

Setelah menegakkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.

1) Tindakan Keperawatan Untuk Pasien

Adapun tujuan tindakan keperawatan untuk pasien adalah sebagai berikut :


(51)

b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sebagai berikut :

a) Membantu pasien mengenali halusinasi

b) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara : 1. Menghardik halusinasi

2. Bercakap-cakap dengan orang lain 3. Melakukan aktivitas yang terjadwal 4. Menggunakan obat secara teratur 2) Tindakan Keperawatan Pada Keluarga

Tujuan diberikannya tindakan keperawatan pada keluarga adalah agar keluarga dapat merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga yang dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu :

a) Tahap I : menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh pasien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung pasien b) Tahap II :melatih keluarga merawat pasien


(52)

c) Tahap III : melatih keluarga untuk merawat pasien secara langsung. Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi :

1. Pengertian halusinasi

2. Jenis halusinasi yang dialami pasien 3. Tanda dan gejala halusinasi

4. Proses terjadinya halusinasi 5. Cara merawat pasien halusinasi

6. Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau

c. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan diaplikasikan dengan menggunakan Strategi Pertemuan (SP) untuk pasien dan keluarga pasien, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4. Strategi Pertemuan Pada Pasien dan Keluarga

Strategi Pertemuan

(SP)

Kemampuan Pasien

SP 1 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusianasi 7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian


(53)

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Kemampuan Keluarga

SP 1 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien serta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP 2 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien denagn halusinasi

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi

SP 3 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) 2. Menjelaskan follow up pasien dan rujukan

d. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien dan keluarga pasien, yaitu sebagai berikut:


(54)

Pada Pasien

1) Pasien mempercayai perawat sebagai terapis, ditandai dengan : a) Pasien mau menerima dan menceritakan masalah yang ia

hadapi kepada perawat, bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain

b) Pasien mau bekerja sama denagn perawat dan menaati setiap program pengobatan

2) Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi, ditandai dengan :

a) Pasien mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya

b) Pasien menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialaminya

c) Pasien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi

d) Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi e) Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi

halusinasi yang dialaminya

3) Pasien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan:

a) Pasien mampy memperagakan empat cara mengontrol halusinasi


(55)

Pada Keluarga

1) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien

2) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah 3) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien 4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah pasien


(56)

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Ruang Rawat : Sipiso-Piso

Tanggal dirawat : 1 Juni 2012 a. Identitas Klien

Inisial : Tn. R

Tanggal pengkajian : 13 Juni 2012

Umur : 31 Tahun

RM : 03.08.78

b. Alasan masuk

Klien sering berbicara dan tertawa sendiri, telanjang, memukul orang, melempari seng rumah orang, dan menghancurkan barang. c. Faktor Predisposisi

Klien sebelumnya pernah dirawat di beberapa tempat seperti Rumah Sakit Jiwa Sembada, Bukit Doa, Klinik kasih, dan RSJD Provsu medan namun pengobatan kurang berhasil karena klien tidak meminum obat secara rutin sehingga klien dibawa kembali ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu medan pada tanggal 1 Juni 2012. Klien sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul orang dan melempari seng rumah orang. Klien juga mengkonsumsi sabu dan ganja sejak duduk di bangku SMP.


(57)

1) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan --- : Tinggal Serumah : Meninggal

Klien merupakan anak kelima dari lima bersaudara dan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Klien tinggal dengan ibunya. Dalam kesehariannya, klien adalah orang yang mudah bergaul dan mempunyai banyak teman.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

2) Pengalamamn masa lalu yang tidak menyenangkan : klien sudah mengkonsumsi sabu dan ganja sejak duduk di bangku SMP.

Masalah Keperawatan : Berduka fungsional d. Fisik

1) Tanda Vital :

TD : 100/70 mmHg, HR : 78x/i, RR : 22x/i, T : 36,8ºC

Ayah Ibu


(58)

2) Ukur : TB : 170 cm, BB : 58 kg

3) Keluhan Fisik : Kondisi fisik klien dalam keadaan normal Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

e. Psikososial 1) Konsep Diri

a. Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa dirinya biasa saja. Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya.

b. Identitas : Klien merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Klien hanya lulusan SMP dan dulu sempat bekerja sebagai kuli bangunan.

c. Peran : Klien merasa kurang puas dengan perannya sebagai anak, apalagi sejak klien mengalami gangguan jiwa.

d. Ideal diri : Klien berharap agar ia cepat sembuh dan dapat segera pulang berkumpul kembali dengan keluarganya. e. Harga diri : Klien tidak menyesal dengan keadaan yang

dialaminya sekarang. Klien mengatakan bahwa sekarang sedang menjalani pengobatan dan itu merupakan hal yang biasa baginya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 2) Hubungan Sosial


(59)

Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat dengannya adalah saudaranya laki-laki yang paling tua

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti kegiatan/organisasi di lingkungannya sejak ia sakit.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan bahwa ia tetap memiliki banyak teman dan menjalin hubungan yang baik dengan teman-temannya baik sebelum ia sakit maupun setelah ia sakit.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 3) Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan

Klien menganut agama Kristen Protestan. b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan bahwa dulu ia sering berdoa dan beribadah ke gereja namun sejak dirawat di Rumah Sakit Jiwa, klien sudah jarang berdoa dan sama sekali tidak pernah beribadah ke gereja.


(60)

f. Status mental 1) Penampilan

Klien berpakaian rapi dan sesuai, mandi pagi dan sore, rambut disisir, gigi cukup bersih, dan berkuku pendek.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 2) Pembicaraan

Klien mudah diajak berbicara dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat dengan baik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 3) Aktivitas Motorik

Klien tampak gelisah dan sering mondar-mandir. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4) Alam Perasaan

Klien merasa bosan berada di rumah sakit jiwa dan ingin segera cepat pulang

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 5) Afek


(61)

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 6) Interaksi selama wawancara

Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan kontak mata (+)

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 7) Persepsi

Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul orang dan melempari seng rumah orang. Suara-suara tersebut muncul saat klien sedang tidur, melamun dan tidak melakukan aktivitas apapun.

Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran, Perilaku Kekerasan

8) Proses Pikir

Klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat dengan baik, daya ingat klien masih bagus, baik ingatan di masa lampau maupun sekarang


(62)

9) Tingkat Kesadaran

Kesadaran klien baik dan tidak mengalami disorientasi orang, tempat dan waktu. Kontrol situasi juga cukup baik

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 10)Memori

Klien memiliki daya ingat yang masih bagus, baik jangka panjang maupun jangka pendek

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 11)Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

12)Daya Tilik Diri

Klien menyadari dan menerima penyakit yang sekarang dialaminya. Klien ingin cepat sembuh dan pulang berkumpul kembali dengan keluarganya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah g. Kebutuhan persiapan pulang


(63)

Klien mampu melakukan mandi, BAB/BAK, makan, berpakaian, dan berdandan secara mandiri.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 2) Nutrisi

Klien mengatakan bahwa ia memiliki nafsu makan yang baik dan merasa puas dengan makanan yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa. Klien mendapatkan makanan tiga kali sehari dengan makanan tambahan seperti roti dan kue yang diberikan setiap dua kali sehari.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 3) Tidur

Klien mengatakan bahwa ia tidak mengalami gangguan tidur dan istirahat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah h. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang dilakukan klien yaitu berbicara dengan orang lain, mengkonsumsi obat secara teratur, dan malakukan aktivitas terjadwal sesuai yang diajarkan oleh perawat.


(64)

i. Aspek medis

Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

Terapi Medis : - Tablet Haloperidol 2 x 1 5mg - Tablet THP 2 x 1 2 mg

- Tablet Chlorpromazine 1 x 1 1mg j. Daftar masalah

1) Halusinasi Pendengaran 2) Perilaku Kekerasan 2. Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan halusinasi pendengaran ditandai dengan klien mengatakan bahwa ia sering berbicara dan tertawa sendiri. Klien juga mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul orang dan melempar seng rumah orang.

2) Perilaku kekerasan Tabel 5. Analisa Data

No. Data Masalah

1. DS : Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul orang dan melempar seng rumah orang.

DO : Klien berbicara dan tertawa sendiri

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

2. DS : Klien mengatakan bahwa ia pernah memukul orang, menghancurkan barang, dan melempar seng rumah orang.


(65)

DO : Klien pernah marah-marah dan bertengkar dengan teman satu ruangannya

3. Intervensi Keperawatan No. Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Tujuan Intervensi 1. Gangguan

Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran 1. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya 2. Klien dapat

mengontrol halusinasinya 3. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal SP1 :

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi

2. Mengidentifikasi isi halusinasi

3. Mengidentifikasi waktu halusinasi

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7. Mengajarkan pasien

menghardik halusinasi 8. Menganjurkan pasien

memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP 2 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 3 :


(66)

kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

2. Perilaku Kekerasan

1. Klien dapat mengidentifi kasi

penyebab perilaku kekerasan 2. Klien dapat

mengidentifi kasi tanda-tanda

perilaku kekerasan 3. Klien dapat

menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya 4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya 5. Klien dapat

SP 1 :

1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan 3. Mengidentifikasi perilaku

kekerasan yang dilakukan 4. Mengidentifikasi akibat

perilaku kekerasan 5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

6. Membantu pasien

mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I

SP 2 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara fisik II

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


(67)

menyebutkan cara

mengontrol perilaku kekerasannya 6. Klien dapat

mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,

sosial, dan dengan terapi psikofarma

SP 3 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 4 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara spiritual

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian


(68)

4. Implementasi dan Evaluasi

No. Tanggal/Pukul Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. 13 Juni 2012/ 10.00 – 11.00 WIB

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran

SP 1 :

1. Membina hubungan saling percaya

2. Mengidentifikasi jenis halusinasi 3. Mengidentifikasi isi halusinasi 4. Mengidentifikasi waktu halusinasi 5. Mengidentifikasi frekuensi

halusinasi

6. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 7. Mengidentifikasi respon pasien

terhadap halusinasi

8. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

9. Menganjurkan pasien

memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

S :

- Nama saya Tn. R, saya suka dipanggil R

- Saya mendengar suara/bisikan-bisikan yang menyuruh saya untuk memukul orang, menghancurkan barang-barang, dan melempar seng rumah orang - Suara/bisikan-bisikan tersebut muncul

saat saya sedang tidur, melamun dan tidak melakukan aktivitas apapun. - Saya mengikuti perintah suara-suara

tersebut

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Tujuan 1 tercapai

- Klien dapat menyebutkan cara pertama mengontrol halusinasi


(69)

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 15 Juni 2012 pukul 10.00-11.00 WIB dengan topik SP 2

15 Juni 2012/10.00 – 11.00 WIB

SP 2 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S :

Klien menyebutkan cara kedua mengontrol halusinasi yaitu dengan bercakap-cakap dengan teman

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Tujuan 2 tercapai

- Klien dapat menyebutkan dan

mempraktekkan cara kedua mengontrol halusinasi

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 18 Juni 2012 pukul 10.30-11.30 WIB dengan topik SP 3

18 Juni 2012/ 10.30 – 11.30 WIB

SP 3 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

S :

Klien menyebutkan cara ketiga mengontrol halusinasi yaitu dengan menyapu,


(70)

2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

mengepel, dan mencuci piring

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Tujuan 2 tercapai

- Klien dapat menyebutkan dan

mempraktekkan cara kedua mengontrol halusinasi

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00-11.00 WIB dengan topik SP 4

19 Juni 2012/ 10.00 – 11.00 WIB

SP 4 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S :

Klien menyebutkan cara keempat mengontrol halusinasi yaitu dengan meminum obat

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.


(71)

A :

- Tujuan 3 tercapai

- Klien dapat menyebutkan dan

mempraktekkan cara ketiga mengontrol halusinasi

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 20 Juni 2012 pukul 10.30-11.30 WIB untuk terminasi pertemuan dan evaluasi pengetahuan klien

2. 14 Juni 2012/ 10.30 – 11.30 WIB

Perilaku Kekerasan SP 1 :

1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan 4. Mengidentifikasi akibat perilaku

kekerasan

5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I : Tarik nafas dalam

7. Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal harian

S :

- Klien mengatakan bahwa

suara/bisikan-bisikan yang ia dengar menyuruhnya untuk memukul orang - Klien marah jika keinginannya tidak

dipenuhi

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Klien mengungkapkan mengapa dirinya marah

- Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas


(72)

dalam yang telah dilatih oleh perawat

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 16 Juni 2012 pukul 10.30-11.30 WIB dengan topik SP 2

16 Juni 2012/ 10.30 – 11.30 WIB

SP 2 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S :

Klien mengatakan bahwa ia telah

mempraktekkan tarik nafas dalam jika ia ingin marah

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Klien dapat menyebutkan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara memukul bantal

- Klien mampu mempraktekkan

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam yang telah dilatih oleh perawat

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 20 Juni 2012 pukul 10.30-11.30 WIB dengan topik


(73)

SP 3 20 Juni 2012/

10.30 – 11.30 WIB

SP 3 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S :

Klien menyebutkan cara meminta sesuatu dengan kata-kata yang sopan dan lembut, mengungkapkan penolakan tanpa marah

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Klien dapat menyebutkan cara ketiga mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

- Klien mampu mempraktekkan

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal

P :

Pertemuan selanjutnya tanggal 22 Juni 2012 pukul 10.00-11.00 WIB dengan topik SP 4

22 Juni 2012/ 10.00 – 11.00 WIB

SP 4 :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

S :

Klien mengatakan bahwa ia akan lebih sering lagi berdoa


(74)

2. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

O :

Bicara dengan suara yang jelas, ekspresi wajah tenang, kooperatif, kontak mata (+), dan memperhatikan penjelasan perawat.

A :

- Klien dapat menyebutkan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual yaitu dengan berdoa dan mengikuti kebaktian

P :

Terminasi pertemuan dan evaluasi pengetahuan klien


(75)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kegiatan praktik PBLK mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners di ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan, sebagai berikut :

1. Pengelolan Manajemen Pelayanan Keperawatan

a. Teridentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen kasus berdasarkan pengkajian di ruang Sipiso-Piso yaitu belum optimalnya empat pilar MPKP di ruang Sipiso-Piso.

b. Telah dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang dapat mendukung asuhan keperawatan antara lain : sosialisasi case conference, melakukan role play, dan melakukan kegiatan TAK pada klien halusinasi pendengaran sebanyak lima sesi.

c. Kendala yang ditemukan selama menerapkan MPKP di ruang Sipiso-Piso adalah tingginya mobilitas pelayanan keperawat dan belum ada perawat di ruang Sipiso-Piso yang mengikuti pelatihan MPKP sehingga dapat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan MPKP.


(76)

2. Pengelolaan Manajemen Asuhan Keperawatan

a. Mahasiswa PBLK melakukan asuhan keperawatan pasien dengan kasus halusinasi pendengaran dalam bentuk Strategi Pertemuan (SP).

b. Mahasiswa PBLK melakukan TAK halusinasi pendengaran sesi 1–5 secara berkesinambungan sebagai inovasi untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan.

B. Saran

1. Lahan Praktik

a. Menindaklanjuti hasil yang sudah dicapai oleh ruang Sipiso-Piso tentang kemajuan aktivitas/kegiatan MPKP dengan langkah strategis yaitu memfasilitasi ruangan sesuai dengan kebutuhan. b. Diharapka kepala ruangan dapat meningkatkan bimbingan kepada

ketua tim dan perawat pelaksana dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, TAK, dan case conference.

c. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah tertulis dalam rencana harian berdasarkan standar asuhan keperawatan yang ada atau sesuai kebutuhan pasien.

2. Institusi Pendidikan

a. Laporan PBLK ini dapat menjadi masukkan bagi pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan kesehatan jiwa.


(77)

b. Laporan PBLK ini direkomendasiakan untuk pengelolaan manajemen asuhan keperawatan jiwa bagi amhasiswa PBLK berikutnya.


(78)

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat., Budi Anna. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, BA & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Purba, Jenny M, dkk, 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart & Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA : Mosby Company


(79)

(80)

SELF EVALUASI KEPALA RUANGAN Dalam melaksanakan MPKP

Nama : ... Ruangan : ... Tanggal : ... RS : ...

Jawab pertanyaan berikut sesuai dengan kegiatan MPKP yang telah saudaralakukan :

Petunjuk

1. Sl = selalu, jika kegiatan tersebut telah membudaya saudara lakukan

2. Sr = sering, jika kegiatan tersebut belum membudaya tetapi saudara sudah mampu melakukannya

3. Kd = kadang-kadang, jika kegiatan tersebut hanya sewaktu-waktu dilakukan 4. Tp = tidak pernah, jika kegiatan tidak pernah dilakukan

No. Pernyataan Sl

4 Sr 3 Kd 2 Tp 1

1. Apakah visi ruangan dikaitkan pada kegiatan yang dilakukan? 2. Apakah kegiatan ruangan berdasarkan pendekatan manajemen? 3. Apakah penetapan perawat di ruangan berdasarkan kemampuan

yang dimiliki?

4. Apakah hubungan kerja di ruangan ditata secara profesional? 5. Apakah asuhan keperawatan ditata berdasarkan standar? 6. Apakah saudara membuat rencana kerja harian?

7. Apakah saudara membuat rencana kerja dan kegiatan bulanan? 8. Apakah saudara membuat rencana kerja dan program kerja

tahunan?

9. Apakah struktur organisasi di ruangan saudara terdiri dari Karu, Katim dan PP (perawat pelaksana)?

10. Apakah setiap perawat mempunyai uraian tugas? 11. Apakah jadwal dinas dibuat berdasarkan tim?

12. Apakah proporsi jumlah perawat yang dinas pagi > sore > malam? 13. Apakah daftar pasien disertai dengan perawat yang merawatnya? 14. Apakah daftar perawat yang merawat pasien tersedia sebelum dinas

berjalan?

15. Apakah operan berjalan tepat waktu?

16. Apakah saudara memimpin operan malam ke pagi? 17. Apakah saudara memimpin operan pagi ke sore? 18. Apakah saudara mengikuti pre –conference TIM?


(81)

hadir?

20. Apakah saudara mengikuti post-conference?

21. Apakah saudara memimpin post-conference jika KATIM tidak hadir?

22. Apakah saudara memberikan pujian kepada perawat ruangan atas aspek positif yang dimiliki?

23. Apakah saudara memberikan semangat kepada perawat yang malas/putus asa/salah?

24. Apakah saudara mendelegasikan tugas kepada KATIM jika saudara tidak hadir?

25. Apakah saudara memeriksa hasil kerja yang saudara delegasikan? 26. Apakah saudara mempunyai jadwal supervisi KATIM?

27. Apakah saudara mendiskusikan hasil supervisi dengan perawat yang saudara supervisi?

28. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum BOR?

29. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum TOI?

30. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum AVLOS?

31. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum angka pengikatan?

32. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum angka lari?

33. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum angka cedera?

34. Apakah setiap akhir bulan saudara menilai indikator mutu umum angka skabies?

35. Apakah saudara melakukan audit dokumentasi keperawatan kepada pasien pulang?

36. Apakah saudara melakukan survey kepuasan pasien? 37. Apakah saudara melakukan survey kepuasan keluarga? 38. Apakah saudara melakukan survey kepuasan perawat? 39. Apakah saudara melakukan survey kepuasan TIM kesehatan? 40. Apakah saudara melakukan survey masalah kesehatan kepeawatan

pasien?

41. Apakah perawat yang bekerja di ruangan saudara melalui proses rekruitmen?

42. Apakah perawat yang bekerja di ruangan saudara sesuai kriteria yang ditetapkan?

43. Apakah perawat yang bekerja di ruangan saudara diseleksi melalui test tulis?

44. Apakah perawatn yang bekerja di ruangan saudara diseleksi? 45. Apakah pemilihan kepala ruangan melalui test presentasi program? 46. Apakah perawat mempunyai komitmen mengembangkan ruangan

dengan menandatangani kontrak kerja?

47. Apakah sebelum bekerja di suatu ruangan ada program orientasi? 48. Apakah program orientasi berupa pelatihan aspek umum RS? 49. Apakah program orientasi berupa pelatihan aspek khusus

keperawatan?


(1)

5. Evaluasi

a. Pasien dapat mengungkapkan perasaan tertekan, marah tanpa merusak alat, menyakiti orang lain maupun diri sendiri

b. Pasien dapat menggunakan energy marah yang konstruktif

c. Pasien dapat menyatakan alternatif cara mengatasi perasaan marah dan agresifnya


(2)

URAIAN TUGAS KEPALA RUANGAN

1. Mengatur pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan pasien

2. Mengatur penempatan tenaga keperawatan di ruangan

3. Mengatur penggunaan dan pemeliharaan logistic keperawatan agar selalu siap pakai

4. Memberi pengarahan dan motivasi kepada ketua tim/ grup agar melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, etis dan professional

5. Melaksanakan program orientasi pada: - Tenaga baru

- Siswa/ mahasiswa peserta didik - Pasien baru

6. Mendampingi dokter/ supervisor selama kunjungan visite

7. Mengelompokkan pasien, mengatur penempatannya di ruangan menurut tingkat kegawatan untuk mempermudah asuhan keperawatan

8. Menciptakan, memelihara suasana kerja yang baik antar petugas, pasien/ keluarga sehingga memberi ketenangan

9. Mengadakan pertemuan berkala tenaga keperawatan minimal dua kali perhari untuk membicarakan pelaksanaan kegiatan di ruangan

10. Memeriksakan dan meneliti:

- Pengisian daftar permintaan makanan - Pengisian sensus harian

- Pengisian buku register - Pengisian rekam medik

11. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 5 (lima) tahapan: - Pengkajian keperawatan

- Prognosa keperawatan - Perencanaan keperawatan - Pelaksanaan keperawatan


(3)

- Evaluasi keperawatan

12. Pertemuan secara rutin dengan pelaksana keperawatan 13. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan di ruangan


(4)

URAIAN TUGAS

KETUA TIM/GRUP KEPERAWATAN

1. Bersama anggota tim/ grup melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar 2. Bersama anggota tim/grup mengadakan serah terima tugas dengan tim/grup

lain (grup petugas ganti) mengenai : a. Kondisi pasien

b. Logistik keperawatan c. Administrasi rekam medis

d. Pelayanan pemeriksaan penunjang e. Kolaborasi program pengobatan

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup sebelumnya 4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya

5. Menyediakan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter

6. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter

7. Membantu melaksanakan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap pasien/keluarga baru mengenai : a. Tata tertib ruangan/rumah sakit

b. Perawat yang bertugas

9. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan 10.Memelihara kebersihan ruangan dengan :

a. Mengatur tugas cleaning service

b. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik, dan pengunjung ruangan

11.Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan

12.Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan


(5)

URAIAN TUGAS PERAWAT PELAKSANA

1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar

2. Mengadakan serah terima tugas dengan tim/ grup lain ( grup petugas pengganti) mengenai:

- Kondisi pasien - Logistik keperawatan - Administrasi rekam medis

- Pelayanan pemeriksaan penunjang - Kolaborasi program pengobatan

3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh grup sebelumnya

4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya 5. Menyediakan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter

6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter

7. Membantu melaksanakan rujukan

8. Melakukan orientasi terhadap pasien/keluarga baru mengenai: - Tata tertib ruangan/ rumah sakit

- Perawat yang bertugas

9. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan 10. Memelihara kebersihan ruangan dengan:

- Mengatur tugas cleaning service

- Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan

11. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan

12. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan

13. Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungannya 14. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga


(6)

Dokumen yang terkait

Manajemen Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Isolasi Sosial Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 62 149

Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

4 57 40

Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Diagnosa Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 48 53

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.S Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran di Ruang Srikandi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 4 6

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. S Dengan Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Di Ruang Sumbodro Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 5 6

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. S DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. S Dengan Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Di Ruang Sumbodro Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2 6 18

PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Halusinasi Pendengaran Di Ruang Sembadra Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 5

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 60

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Halusinasi Pendengaran di Ruang Sipiso-Piso Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan

0 0 20

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Halusinasi 1. Definisi Halusinasi - Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

0 0 26