Menelisik pewarisan nasionalisme Israel.
No.40, Agustus 2010
ISSN 1410-895X
ARAH REFORMASI INDONESIA
B u d a y a , Sej a r a h , d a n B a h a sa
KRI SI S N EGARA KEBAN GSAAN
DAN KEBAN GKI TAN ETN ON ASI ON ALI SM E
J. B. Ha ri Kusta nto
M EN ELI SI K
PEW ARI SAN N ASI ON ALI SM E I SRAEL
H. Purw a nta
W ACAN A M ULTI KULTURALI SM E
DALAM N OVEL
DURGA UMAYI KARYA YB
M AN GUN W I JAYA
Yo se p h Ya p i Ta um
LEMBAGA PENELITIAN
DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ARAH REFORMASI
INDONESIA
Budaya, Sejarah, dan Bahasa
DEWAN REDAKSI
Pelindung:
Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J.
Rektor Universitas Sanata Dharma
Penasihat:
Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc.
Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma
Pemimpin Redaksi:
Dr. G. Budi Subanar, S.J. Licc. Miss.
Ketua LPPM Universitas Sanata Dharma
Sekretaris Redaksi:
Harris Hermansyah Setiajid, S.S., M.Hum.
Kepala Pusat Penerbitan dan Bookshop Universitas Sanata Dharma
Anggota Redaksi:
Dr. Vet. Asan Damanik, M.Si., Dr. Anton Haryono, M.Hum., Dewi S. M.Sc., Apt.,
Y. Heri Widodo, M.Psi., Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dr. Susento, M.S.,
Lucia Kurniawati, S.Pd., MSM., Gregorius Punto Aji, S.Pd., M.Hum.,
B. Soelistijanto, S.T., M.Sc., Drs. A. Kahu Lantum, M.S., Drs. S.R.L. Aji Sampurno, M.Hum.
Administrasi/Sirkulasi:
Agnes Sri Puji Wahyuni, Bsc.
Maria Imaculata Rini Hendriningsih, S.E.
Thomas A. Hermawan Martanto, Amd.
Alamat Redaksi:
LPPM SADHAR
Jl. Affandi (Gejayan) Mrican, Tromol Pos 29, Yogyakarta 55002
Telepon: (0274) 513301, 515352, ext. 1527
Fax: (0274) 562383.
E-mail: [email protected]
Redaksi terbuka untuk menerima tulisan dalam bidang budaya, sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan religi dari pembaca. Tulisan ditulis berdasarkan
disiplin ilmu masing-masing sehingga mempunyai landasan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tulisan diketik pada kertas kuarto
dengan dua spasi, antara 15 - 20 halaman, dan dikirim ke alamat redaksi.
KATA PENGANTAR
Topik utama yang memayungi beragam artikel dalam jurnal Arah
Reformasi Indonesia edisi kali ini adalah nasionalisme dan
multikulturalisme. Topik yang akhir-akhir ini menemukan relevansinya,
ketika kita melihat berbagai perselisihan, percekcokan, perebutan
kekuasaan, dan bahkan pertumpahan darah yang mengatasnamakan
nasionalisme. Inilah paradoks global: semakin pudar jarak antar
negara, semakin besar resistensi untuk mempertahankan batas
negara. Karena kita tidak mau kehilangan identitas. Tiga penulis
artikel, J.B. Hari Kustanto, H. Purwanta, dan Yoseph Yapi Taum,
mencoba mengeksplorasi nasionalisme dan multikulturalisme dari
beberapa sudut pandang.
J.B. Hari Kustanto dalam artikelnya “meneliti dialektika antar
enisitas dan nasionalisme dalam sejarah Indonesia, dan menawarkan
‘multikulturalisme’ sebagai langkah solusi untuk mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa Indonesia.” Penulis melihat Indonesia dengan begitu
banyak ragam budaya bisa menghadapi krisis kebangssaan jika
keragaman itu tidak dikelola dengan baik.
Sementara itu, H. Purwanta, mencoba mengamati nasionalisme
Israel. Dalam sejarah peradaban manusia, bangsa Israel selalu menyita
perhatian umat manusia di dunia. Dari zaman Musa hingga perebutan
wilayah dengan Palestina, Israel selalu menjadi sorotan. Oleh karena
itu, H. Purwanta mencoba “mengkaji fenomena pewarisan nasionalisme
di Israel” dengan alasan bahwa “posisi Israel sebagai negara bangsa
selalu mengundang kontroversi, sentimen anti, dan bahkan mendorong
berkembangnya tindak kekerasan dengan negara-negara tetangga.”
Dalam artikel terakhir, Yoseph Yapi Taum mencoba menelisik
wacana multikulturalisme dalam sebuah novel Indonesia. Menurutnya
“multikulturalisme adalah sebuah gejala kehidupan masyarakat yang
Arah Reformasi Indonesia
ditandai oleh kemampuan atau kebiasaan menghargai dan
menggunakan lebih dari satu kebudayaan.” Yoseph Yapi Taum
mengulik bagaimana novel yang diteliti ini bisa menjadikan Indonesia
sebagai “melting pot bertemunya berbagai ideologi dan kepentingan,
serta manajemen konflik yang dilakukan oleh masyarakat mau pun
negara.”
Selamat membaca.
Redaksi
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................
v
1. KRISIS NEGARA KEBANGSAAN DAN KEBANGKITAN
ETNONASIONALISME .............................................................. 1
1.1 Etnisitas dan Nasionalisme .................................................. 1
1.2 Format Masyarakat Multikultural sebagai Solusi ................ 7
Daftar Pustaka ............................................................................. 10
Lampiran ...................................................................................... 11
2. MENELISIK PEWARISAN NASIONALISME ISRAEL .............
2.1 Pendahuluan .........................................................................
2.2 Identitas Bangsa Israel .........................................................
2.3 Proyek Nation Building .......................................................
2.4 Penutup.................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................
Catatan Akhir ...............................................................................
13
13
15
17
22
24
25
3. WACANA MULTIKULTURALISME DALAM NOVEL
DURGA UMAYI KARYA YB MANGUNWIJAYA ....................
3.1 Pendahuluan .........................................................................
3.2 Wilayah dan Batas Multikulturalisme .................................
3.3 Durga Umayi dan Ideologi Multikultural ...........................
3.4 Problem-problem Multikulturalisme dalam Durga Umayi
3.5 Catatan Penutup ...................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................
Catatan Akhir ...............................................................................
29
29
30
32
34
44
47
47
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................... 50
MENELISIK
PEWARISAN NASIONALISME ISRAEL
H. Purwanta
2.1 Pendahuluan
Israel merupakan salah satu negara yang banyak memperoleh
per hatian masyarakat dunia. Perilaku politiknya, ter utama
kekejamannya terhadap masyarakat Palestina, sangat sering
menimbulkan kecaman, khususnya dari berbagai negara Timur
Tengah. Per tanyaannya adalah mengapa Israel, meski dibenci banyak
pihak, tetapi dapat bertahan sampai sekarang? Di antara kompleksitas
faktor-faktor yang melatarbelakangi, salah satu unsur yang akan
dibahas pada artikel ini adalah nasionalisme Israel.
Dalam sejarah umat manusia, nasionalisme menjadi salah satu
fenomena yang menarik untuk dicermati. Nasionalisme dipandang
tidak hanya sebagai kekuatan untuk melawan penjajahan, tetapi juga
dipahami sebagai kekuatan yang penting untuk mengembangkan diri
menjadi bangsa yang unggul. Di Amerika Serikat muncul gerakan
kaum nasionalis yang berusaha memper tahankan negaranya sebagai
pemimpin dan pusat peradaban dunia. Di Jepang setelah kekalahannya
dalam Perang Dunia II, nasionalisme menjadi unsur penting untuk
kebangkitan diri dan mengembangkan keunggulan ekonomi.
Berbagai kajian telah dilakukan untuk memahami seluk beluk
nasionalisme, dari aspek genetika historis, manifestasi atau ekspresi,
sampai dengan pengembangan dan pewarisannya. Ernest Renan
menekankan pada kehendak untuk bersatu dan bernegara sebagai
unsur terpenting dalam nasionalisme:
Arah Reformasi Indonesia
The modern nation is therefore an historical result brought about
by a series of phenomena converging in the same direction. Sometimes
unity has been brought about by a dynasty, as is the case with France;
sometimes by the direct will of the provinces, as is the case with
Holland, Switzerland, and Belgium; sometimes by a general sensibility,
belatedly conquering the caprices of feudalism, as is the case with
Italy and Germany. A profound raison d’être has governed these
formations. The principles in such cases come to light by the most
unexpected surprises. In our own day, we have seen Italy united by its
defeats, and Turkey demolished by its victories. Each defeat advanced
Italian affairs, while each victory ruined Turkey; for Italy is a nation,
and Turkey, outside Asia Minor, is not. It is France’s glory to have
proclaimed, through the French Revolution, that a nation exists by
itself. We should not take it badly that others imitate us. The principle
of nationhood is ours. (Stuart Wolf, ed., 1996: 51)
Sementara itu, Hans Kohn (1982: 9) menjelaskan nasionalisme
sebagai “State of mind, in which the supreme loyalty of the individual
is felt to be due the nation state”. Di lain pihak, pada waktu yang
lebih kemudian Benedict Anderson menengarai bahwa teknologi
percetakan dan ter utama luasnya konsumen komoditas barang
cetakan menjadi salah satu unsur penting yang melahirkan
nasionalisme. Titik tekan perhatian Anderson tentu bukan hanya pada
barang cetakan itu secara fisik, tetapi ter utama pada isi yang
terkandung di dalamnya.
These print-languages laid the bases for national consciousnesses
in three distinct ways. First and foremost, they created unified fields
of exchange and communication… These fellow-readers, to whom
they were connected through print, formed, in their secular,
particular, visible invisibility, the embryo of the nationally imagined
community. (Benedict Anderson, 1999: 44)
Wacana yang terkandung di dalam barang cetakan itulah yang terutama
mengembangkan dan mengarahkan pengetahuan dan pikiran
pembacanya.
Hasil refleksi terhadap saling silang wacana melalui printed
commodities menjadikan pembaca, dalam ar ti seluas-luasnya,
meminjam perspektif Hedeigger (1996), mencapai tahap kesadaran
sebagai diri (self) dan sebagai bangsa (nation). Kesadaran sebagai
14
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
bangsa semakin diperkuat oleh wacana tentang terdapatnya
kesamaan nasib, budaya dan cita-cita. Perkembangan kesadaran
itu (nasionalisme) pada tahap selanjutnya melahirkan negara bangsa.
Permasalahan nasionalisme menjadi semakin menarik untuk
dicermati ketika sampai pada tahap pewarisan. Berdirinya sebuah
negara bangsa akan dapat lestari apabila didukung oleh generasigenerasi baru yang memiliki nasionalisme kuat. Dari sudut pandang
ini, reproduksi nasionalisme untuk tujuan pewarisan mer upakan
sebuah kehar usan bagi negara bangsa. Biasanya pewarisan
nasionalisme dibungkus dengan label program atau proyek “nation
building” atau “character building”.
Pada kesempatan ini, akan dicoba untuk mengkaji fenomena
pewarisan nasionalisme di Israel. Pemilihan ini didasarkan
per timbangan bahwa posisi Israel sebagai negara bangsa selalu
mengundang kontroversi, sentimen anti, dan bahkan mendorong
berkembangnya tindak kekerasan dengan negara-negara tetangga.
Permasalahan yang diajukan dalam makalah ini adalah bangun
identitas diri bangsa Israel dan dijalankannya proyek “nation
building”.
2.2 Identitas Bangsa Israel
Paling tidak terdapat dua unsur yang sangat kuat dipahami sebagai
identitas bangsa Israel, yaitu sebagai bangsa terpilih dan bangsa
teraniaya. Identitas sebagai bangsa terpilih ternarasikan dalam bentuk
cerita ter tulis yang secara turun temurun disakralkan sebagai kitab
suci Torah atau yang di kalangan Kristen dikenal sebagai Perjanjian
Lama. Pada bagian Torah yang disebut Devarim (diterjemahkan
sebagai Kitab Ulangan/Bilangan) dikisahkan bahwa bani Israel
ditetapkan oleh Yahwe sebagai bangsa terpilih. Seper ti pada
masyarakat mitis lainnya, berbagai aturan dan ajaran terjalin rapi
dengan kepercayaan atau agama, sehingga ketaatannya bukan
didasarkan atas kebenaran faktual atau kajian moral, tetapi lebih
bernuansa religio-magis. Dalam kasus bangsa Israel, identitas sebagai
bangsa terpilih terikat kuat dengan agama Yahudi. Keduanya
bagaikan dua sisi dari satu keping mata uang: bangsa Israel
beragama Yahudi dan agama Yahudi untuk bangsa Israel.
15
Arah Reformasi Indonesia
Identitas kultural bangsa Israel sebagai bangsa terpilih semakin
kokoh oleh terdapatnya “dukungan” internasional. Tiga agama besar,
yaitu Kristen, Katolik dan Islam, menempatkan kebudayaan Israel
sebagai sumber eksistensi mereka. Ketiganya mengakui dan bahkan
meyakini bahwa bangsa Israel adalah produsen nabi-nabi. Meskipun
bersumber pada kebudayaan Israel, mereka telah meninggalkan
ekslusivitas agama Yahudi. Ketiganya tumbuh menjadi agama misi
atau dakwah yang siap melakukan jalan damai maupun kekerasan
untuk menyebarkan ajaran mereka.
Unsur identitas yang kedua adalah Israel sebagai bangsa yang
teraniaya. Keteraniayaan Israel memiliki dua narasi 1, yaitu tentang
holocaust dan kebiadaban negara-negara tetangga. Narasi tentang
holocaust berpuncak pada kekejaman Amalek (sebutan Nazi dalam
bahasa Ibrani) terhadap orang-orang Yahudi di Eropa. 2 Dikisahkan
bahwa pada masa Perang Dunia II, kurang lebih 6 juta orang Yahudi
meninggal di kamp-kamp tahanan. Mereka mer upakan korban
kekejaman tentara Nazi yang melakukan pembunuhan massal dengan
menggunakan gas beracun.
Narasi yang kedua adalah kebiadaban bangsa-bangsa lain di
wilayah sekitar yang dimaknai tidak bersedia menerima konsep hidup
berdampingan secara damai. Mereka dipandang sebagai pihak yang
selalu mengusik dan mengganggu ketenangan hidup bangsa Israel.
Mereka digambarkan bagaikan setan yang selalu merintangi bangsa
Israel, sehingga harus diperangi dan diusir sejauh mungkin. Salah
satu bangsa yang diberi label biadab itu adalah bangsa Filistin
(Palestina).3 Bangsa itu merupakan musuh bebuyutan Israel dan dalam
berbagai bagian kitab Perjanjian Lama disebut sebagai bangsa kafir,
tidak sunat, dan akan dihancurkan Yahwe. Sebagai gambaran konflik
Israel-Filistin, pada kitab Samuel Bab 17 dinarasikan Goliat menantang
bangsa Israel dan menyatakan bahwa bangsa Filistin bersedia
menjadi hamba apabila dia kalah. Akhirnya Goliat berhasil dikalahkan
Daud.
Identitas Israel sebagai bangsa terpilih yang teraniaya menjadikan
nasionalismenya termanifestasi dalam bentuk kesiapan menghadapi
tantangan dan ancaman kehidupan, sekalipun berupa kekerasan fisik.
Sebagai bangsa terpilih, secara religius mereka yakin bahwa Yahwe
16
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
akan melindungi dan menjaga bangsa Israel. Sebagai bangsa
teraniaya, mereka siap melawan setiap ancaman yang datang.
2.3 Proyek Nation Building
Nasionalisme Israel yang awalnya berkembang dalam bentuk
gerakan Zionisme (kembali ke gunung Zion sebagai ikon Israel) pada
akhir abad XIX,4 berpuncak pada pembentukan negara Israel pada
tanggal 14 Mei 1948. 5 Permasalahannya adalah bagaimana
mewariskan nasionalisme tersebut kepada generasi-generasi baru,
sehingga mereka selalu dapat memper tahankan bangsa dan
negaranya. Seper ti pada bangsa-bangsa lain, Israel menanamkan
dan mengembangkan nasionalisme kepada generasi muda melalui
berbagai cara.
Pendidikan mer upakan salah satu jalan yang secara umum
dipandang efektif untuk menanamkan nasionalisme. Ilan Gur-Ze’ev
(Studies in Philosophy and Education Journal, Volume 20, Number
3/May, 2001: 255) menjelaskan bahwa pendidikan di Israel cenderung
hegemonik:
Education in general, and education in nation-building projects
in particular, is the production of subjects who will essentially
function as agents and victims of the system. As such they are objects
for manipulation, committed to the destruction, exclusion,
marginalization, or “salvation” of the external and the internal Other
(of whom they too are part). As agents of the system, educators are
committed to abolish the otherness of the Other, her identity,
knowledge, collective memory, desires, rights, and interests - in short,
her counter-educational potential.
In the Israeli/Palestinian case this logic of hegemonic education
is dramatically manifested in the mutual refusal to acknowledge
the otherness of the Other. This refusal/inability is a manifestation
of what the Enlightenment thinkers understood as the immaturity
of human beings. Such immaturity also has positive dimensions: it
leads to the construction of a collective identity, to ethnocentrism, to
a general commitment to pay the cost of building and protecting
collective aspirations, and to the possibility of the struggle for their
realization at the cost of the very existence of the Other and the self’s
human dimensions and potentials.
17
Arah Reformasi Indonesia
Selain bersifat indoktrinatif, penanaman identitas kultural
bangsa Israel dilakukan juga dengan mengisolasi pengetahuan
sejarah siswa pada konteks Zionisme. Dari Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas, siswa hanya belajar sejarah dari
“kepulangan” orang-orang Yahudi pada zaman Utsmani yang dikenal
sebagai gerakan Zionisme sampai dengan proklamasi kemerdekaan
pada tahun 1948. Melalui pelajaran sejarah itu, siswa diharapkan
dapat menghayati penderitaan dan keteraniayaan para pendahulu
di Eropa serta keuletan mereka dalam memperjuangkan berdirinya
negara Israel merdeka. Bahan ajar sejarah tidak menyer takan
dinamika sejaman yang terjadi di wilayah-wilayah sekitar Israel
dan juga negara Israel pasca kemerdekaan. Akibatnya pemahaman
tentang negara-negara tetangga sama sekali tidak diperoleh, sehingga
wajar apabila siswa Israel tidak tahu apabila Inggris per nah
menguasai terusan Suez.
Meskipun memiliki aspek positif, penanaman identitas kultural
bangsa Israel yang bersifat indoktrinatif dan isolatif akan menjadikan
siswa merasa tidak puas dan memiliki pemahaman yang kabur tentang
perkembangan kontemporer tentang negaranya. Michal Haramati
(2009) mengisahkan pengalamannya tentang pelajaran sejarah dalam
sistem pendidikan Israel:
... in twelve years of school I remember no less than three occasions
when we learned about the Jewish settlement in Israel during the
Ottoman period and I can still remember intensive preparations for
high school tests which asked, in incredible detail, about the internal
conflicts of this or that politician who held the reins of power in the
royal courts of the Kingdom of Judea during the First Temple period.
It is unthinkable that someone could imagine that this is an
important area of study while the internal conflicts of countries that
share borders with Israel and have daily consequences for our country
are secondary.
The only conclusion that I can draw from this state of affairs is
that the people who determine educational policy fear that students
would lose their motivation to join combat units if they could imagine
that on the other side of these borders there are people whose existence
does not only revolve around their being a continual threat to Israel
(as was always the case; as is always the case).
18
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
The narrative of Jewish-Israeli victimhood has an important place
in shaping Israeli nationalism. But the educational system is creating
deep-seated and intentional ignorance about the history and politics
of the region by imposing a severe form of censorship on the many
narratives that have shaped it. Thus when a given high school
graduate finally encounters information about the power dynamics
which are relevant to shaping the history of his country and of which
he has hitherto known nothing about, he may begin to question the
credibility of the educational system. When the said graduate
contemplates the manner in which the subject of the establishment
of the state was taught to him, he may see the exaggerated focus on
Zionist and Jewish history as an attempt to conceal something. He
may think that this intentional cover-up is tantamount to
acknowledging that the injustices caused to the Palestinian people
with the establishment of the state of Israel do in fact contradict the
moral foundation of the state of Israel.
Isolasi tidak terbatas hanya pada bahan ajar, tetapi juga pada sistem
persekolahan secara keseluruhan. Sistem pendidikan Israel membagi
sekolah negeri menjadi empat kelompok: Yahudi-sekuler, Yahudireligius, Yahudi Ultra Ortodoks, dan Arab-Israel. Demarkasi ini tidak
hanya struktural dan tidak hanya menyiratkan berbagai tingkat akses
ke sumber daya materi, tapi yang paling penting adalah di antara
mereka mengarah pada perbedaan narasi identitas budaya dan
nasional yang bertentangan dengan satu sama lain. Pengelompokan
tersebut juga berpengar uh pada perbedaan kurikulum, kualitas
pengajaran, dan hasil lulusannya. Khaled Abu Asbah (2009)
mengkritik:
This separation and divergence within the educational system
create civic and public spaces which are cut off from one another
and encourage stereotypical perceptions which feed prejudice. A
segregated and fragmented education system is a recipe for a
segregated, fragmented, and alienated society.
Selain melalui pendidikan, pemerintah juga melakukan
penjagaan identitas kultural Israel dengan jalan memper tahankan
ekslusivisme. Pada tahun 2002 pemerintah Israel mulai membangun
benteng pemisah di antara warga pengikut Islam, Katolik, dan
Yahudi. Secara kultural, benteng sepanjang 450 mil itu menjadi
19
Arah Reformasi Indonesia
ikon bagi terjaganya kemurnian masing-masing identitas. Bahkan
bagi Israel, benteng secara turun temurun dipahami sebagai simbol
kebijaksanaan:
For the Jewish People, walls are more than stone and concrete
constructions. Walls are sources of wisdom with a grand political
and historical record, and they have essential religious significance:
The Torah demands that we build a ma’ake, a railing around
our rooftops to guarantee the safety of others as well as ourselves; It
is forbidden to put a micshol, or barrier, in front of the blind; The
rabbis instituted many siag l’torah, enclosures, or fences, around
the Torah to help Jews avoid incidental transgressions against the
law; To leave the norms of Judaism, then, is called lifrotz gader—to
break through the barrier.
And then there are chomot Yerushalayim, the walls of Jerusalem.
Ever since King David infiltrated the walls more than 3,000 years
ago, the walls of Jerusalem have demarcated the most beloved spot
on earth for the Jewish People. When Nehemia rebuilt Jerusalem’s
walls 2,500 years ago, there was a political firestorm of, literally,
Biblical proportions. But on those walls was established the Second
commonwealth of the Jewish People in the Land of Israel. The walls
of Jerusalem mark spheres of holiness in this world (Kelim 1: 6-8).
The walls of Jerusalem, therefore, must be built in particular
holiness. Jews recite a line from Psalm 51 whenever we prepare to
read from the Torah scroll, a prayer to God to “Do good in Your
favour unto Zion, Build the walls of Jerusalem.” Central to Jewish
religious life, then, is asking God to teach us through Torah how to
cleanse our souls, restore our uprightness, and purify our hearts (in
the spirit of Psalm 51) on the way to re-establish Jerusalem’s walls.
(Rabbi Michael Schwartz, 2007)
Selain itu, benteng juga dapat dipandang sebagai pengaman bagi
masing-masing komunitas penganut agama. Rabbi Tirzah Firestone
(2009) menuliskan catatannya tentang tembok Israel sebagai berikut:
This wall was prompted by cumulative terror, by possible
explosions at any bus stop or café, by the horror of people like you
and me, on their way to work or having dinner with their family,
being blown up. Yes, suicide bombings have significantly lessened
since this wall was built. Yet it seemed clear, as I went daily from the
20
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
territories into Israel, that many Israelis know little or nothing of the
humiliation, loss of morale, and loss of life that occurs behind the
wall. It is understandable that our brothers and sisters in Israel want
to get on with normal life, and they need security to do so.
Meskipun seandainya memiliki akar historis yang panjang dan
ber fungsi efektif untuk menjaga keamanan, langkah pemerintah
untuk mendirikan tembok Israel tidak tanpa kritik. Secara psikologis,
keberadaan tembok itu tidak hanya menimbulkan perasaan
terkungkung atau terbatasi, tetapi juga perasaan terpisahkan atau
terceraikan dari sesamanya di seberang. Seorang sejarawan, Dr. Eran
Lerman, menuliskan kritiknya sebagai berikut:
Is there a moral case for the Israeli “security barrier,” which
Israelis call “the Fence” and Palestinians “the Racist Wall?” Are
Israelis simply fencing themselves into luxury, while their neighbours
linger in misery? Is this a story about disdain for “the other,” or
much more simply, about survival?
To understand the Israeli Cabinet’s 2002 decision to erect a
physical obstacle between Palestinian territories and Israel, it is
necessary to examine its context, within which we’ll see a moral
dimension.
The evils of the barrier are obvious: It blights the lives and
livelihood of Palestinians; its route is controversial; it is ugly, even
more so amidst the beautiful curving hills around Jerusalem, and
the verdant edges of the coastal plain.
However, a simple, powerful case can be made for its existence: it
saves many lives—on both sides.
As late as February 2002, Prime Minister Ariel Sharon, in a
meeting with an AJC Solidarity Mission, adamantly resisted the
notion of a barrier. Sharon made this choice only after a long delay,
for which he was bitterly criticised by many Israelis; he made this
choice against the will of the Israeli far right, many of whom reject
any division of the land that tacitly accepts a two-state solution.
By March 2002, Sharon could no longer ignore the call of Israel’s
mainstream: some 120 men, women, and children were murdered
in that month alone. A barrier is indeed a painful eyesore and moral
outrage. But scraping human remains from the pavement, or amidst
the burned hulks of buses, is even uglier. (Eran Lerman, 2007)
21
Arah Reformasi Indonesia
Selain aspek moral dari keputusan pemerintah untuk membangun
tembok pemisah pemukiman, permasalahan yang tidak kalah penting
adalah akibat dari keputusan itu. Tembok menjadi simbol berakhirnya
rasa persaudaraan antarsesama manusia dan digantikan dengan
waksangka dan ketakutan. Masyarakat menjadi curiga dan takut
terhadap orang lain, termasuk kepada teman (Roi Ben-Yehuda, 2007).
Bahkan ketakutan itu telah menjadi sindrom. Mereka tidak hanya
dihantui ketakutan terhadap perang, tetapi juga ketakutan apabila
terjadi perdamaian. (Lucy Nusseibeh and Shelley Ostroff, 2007)
2.4 Penutup
Belajar dari penelisikan pewarisan nasionalisme Israel dapat
diperoleh suatu pemahaman bahwa media cetak terkait dengan bahasa
dan komunikasi mempunyai peran penting dalam usaha merintis dan
mengembangkan gagasan atau ide nasionalisme. Media cetak sebagai
hardware dan bahasa dengan makna yang dikandungnya sebagai
software sangat fungsional dalam menumbuhkan kesadaran kolektif
dalam rangka membangun identitas kultural dan bangsa.
Media cetak dan bahasa menciptakan ajang per tukaran dan
komunikasi ter unifikasi. Dengan media cetak dan bahasa mereka
menjadi lebih memahami apa kata orang lain. Melalui kedua instrumen
tersebut, sesama pembaca yang terhubung satu sama lain lantas
membentuk janin komunitas yang dibayangkan secara nasional.
Media cetak dan bahasa mempunyai peran penting sebagai
wahana yang mendesiminasikan gagasan subyektif tentang bangsa.
Buku tercetak memberi kepastian kepada bahasa, sehingga dalam
jangka panjang membantu membangun citra yang begitu penting bagi
ide subyektif tersebut. Buku tercetak akan memper tahankan
bentuknya semula secara permanen dan mampu direproduksi selamalamanya dalam dimensi waktu dan temporal mana pun. Buku cetak
dapat menjadi bahasa kekuasaan. Melalui buku cetak terjadi proses
transaksi emotif yang menumbuhkan suatu kesadaran terciptanya
komunitas yang dicitakan.
22
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Pada kasus Israel, pewarisan nasionalisme tidak hanya melalui
pemanfaatan secara optimal teknologi cetak, tetapi juga didukung
dengan pengembangan sistem pendidikan, ter utama kurikulum
pendidikan sejarah. Tanpa bermaksud menutup mata terhadap
berbagai sisi negatif, eksplorasi terhadap wacana identitas nasional
dalam mata pelajaran Sejarah yang dilakukan oleh Israel akan
menjadi alter natif yang menarik untuk diper timbangkan dalam
pengembangan pada masyarakat Indonesia yang sedang dalam krisis
identitas kebangsaan.
23
Arah Reformasi Indonesia
Daftar Pustaka
Aberbach, David. 2003. Major Turning Points in Jewish Intellectual
History. New York: Palgrave Macmillan.
Anderson, Benedict. 1999. Komunitas-Komunitas Imajiner: Renungan
tentang Asal-Usul Penyebaran Nasionalisme. Terjemahan Omi
Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asbah, Khaled Abu. 2009. “The Israeli education system and the
question of shared citizenship”. Dalam Jur nal Common
Ground News Service (CGNews). 01 Oktober 2009.
www.commongroundnews.org.
Firestone, Rabbi Tirzah. 2009. “In the shadow of Zion”. Dalam Jurnal
Common Ground News Service (CGNews). 13 Desember 2007.
www.commongroundnews.org.
Gur-Ze’ev, Ilan. 2001. “The production of self and the destruction of
the Other’s memor y and identity in Israeli/Palestinian
education on the Holocaust/Nakba”. Dalam Jurnal Studies
in Philosophy and Education. Volume 20, Nomor 3/Mei, 2001.
Haramati, Michal. 2009. “Memories of a graduate of the Israeli
mainstr eam school system”. Dalam Jur nal Common
G r o u n d News Service (CGNews), 01 Oktober 2009,
www.commongroundnews.org
Hedeigger, Martin. 1996. Being and Time. Diterjemahkan dari bahasa
Jerman ke dalam bahasa Inggris oleh Joan Stambaugh. New
York: SUNY.
http://senjatarohani.wordpress.com/2008/06/24/suku-filistin-dansuku-palestina-samakah/
http://en.wikipedia.org
Kohn, Hans. 1982. Nationalism: Its Meaning and History. Florida:
Robert E. Krieger Publishing Company.
Lerman, Eran. 2007. “A Tool Of Sur vival?”. Dalam Jurnal Common
Ground News Service (CGNews). 13 Desember 2007.
www.commongroundnews.org.
Nusseibeh, Lucy and Shelley Ostroff. 2007. “Fears of War and Fears
of Peace in the Palestinian Israeli relationship”. Dalam Jurnal
Common Ground News Service (CGNews). 13 Desember 2007.
www.commongroundnews.org.
24
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Renan, Ernest. 1996. “What Is A Nation”. Dalam Stuart Wolf, ed.,
1996, Nationalism in Europe, 1815 to The Present. New York:
Routledge.
Schwartz, Rabbi Michael. 2007. “Would that the Walls were Holy?”
dalam Jurnal Common Ground News Service (CGNews). 13
Desember 2007. www.commongroundnews.org.
Yehuda, Roi Ben. 2007. “Fear of the other, fear of the friend”. Dalam
Jur nal Common Gr ound News Ser vice (CGNews) . 13
Desember 2007. www.commongroundnews.org.
Zertal, Idith. 2005. Israel’s Holocaust and the Politics of Nationhood.
Diterjemahkan ke dalam bahasa Chaya Galai. Cambridge:
Cambridge University Press.
Catatan Akhir
1
Meski tidak difungsikan sebagai identitas kultural Israel dewasa ini, tetapi salah
satu akar historis yang dijadikan alasan atau landasan Zionisme adalah narasi
diaspora bangsa Yahudi keluar dari Israel dan menyebar ke berbagai benua.
Diaspora terjadi sejak abad 8 SM, ketika terjadi perang antar kerajaan-kerajaan
di Israel sendiri. Mereka mendirikan pemukiman di wilayah Iran sekarang.
Diaspora berlanjut ketika Kekaisaran menaklukkan Israel dan memaksa
penduduknya untuk keluar dari Yerusalem. Gelombang diaspora orang-orang
Yahudi pada periode ini terutama ke wilayah Eropa. Selama Abad Pertengahan
mereka tergabung dalam komunitas-komunitas Yahudi yang terutama bermata
pencaharian sebagai pedagang dan rentenir. Secara internasional komunitas
Yahudi terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu Ashkenazi untuk yang tinggal
di Eropa dan Sephardic untuk yang tinggal di Iberia, Afrika, dan Timur Tengah.
Penggunaan disapora sebagai landasan Zionisme dapat disimak antara lain pada
puisi Bialik di bawah:
And my heart weeps for my unhappy people ...
How burned, how blasted must our portion be,
If seed like this is withered in its soil. ...
Penjelasan lanjut dapat disimak pada http://en.wikipedia.org/wiki/
Jewish_diaspora
2
Secara historis, tekanan terhadap bangsa Yahudi di Eropa telah lama berlangsung
dalam bentuk gerakan anti-semit, misalnya pengusiran dari Inggris pada tahun
1290, dari Spanyol pada tahun 1492, dan dari Portugis pada tahun 1497. Gerakan
25
Arah Reformasi Indonesia
ini sering kali berupa kerusuhan rasial massal melawan orang Yahudi, yang dikenal
dalam sejarah Eropa dengan istilah progrom. Di Era modern, progrom awalnya
muncul di wilayah Kekaisaran Rusia karena orang Yahudi dipandang terlibat
dalam pembunuhan Tsar Alexander II pada tahun 1881. Lihat pada http://
en.wikipedia.org/wiki/Antisemitism.
3
Penyamaan Filistin dengan Palestina juga dilakukan oleh bangsa Palestina. Pada
tahun 1964 Yasser Arafat menyatakan bahwa bangsa Palestina merupakan
keturunan bangsa Filistin. Dewasa ini muncul narasi penolakan terhadap wacana
penyamaan Filistin dengan Palestina. Dijelaskan bahwa bangsa Palestina
merupakan campuran bangsa-bangsa Arab yang bermigrasi ke wilayah Israel.
Lihat pada http://senjatarohani.wordpress.com/2008/06/24/suku-filistin-dansuku-palestina-samakah/
4
Pada akhir abad XIX sebagian kecil dari jutaan orang Yahudi melarikan diri dari
Rusia menuju Palestina. Mereka mendirikan organisasi-organisasi gerakan
kebangsaan bagi berdirinya negara Israel merdeka. Mikveh Israel didirikan
pada 1870 oleh Aliansi Israel Universelle, diikuti oleh Petah Tikva (1878), Rishon
LeZion (1882), dan masyarakat pertanian lainnya yang didirikan oleh anggota
Bilu dan Hovevei Zion. Pada Kongres Zionis Pertama tahun 1897 mengambil
keputusan “untuk membangun rumah untuk orang-orang Yahudi di Palestina
yang dijamin di bawah hukum publik”. http://en.wikipedia.org/wiki/
History_of_Israel#1897.E2.80.931917:_The_Zionist_Revolution. Lihat juga
David Aberbach, 2003, Major Turning Points in Jewish Intellectual History.
New York: Palgrave Macmillan. Terutama bab 9. Kibbutz (kata Ibrani untuk
“permukiman komunal”) adalah masyarakat pedesaan yang unik; suatu
masyarakat yang ditujukan untuk saling membantu dan membangun keadilan
sosial, sebuah sistem sosial-ekonomi yang didasarkan pada prinsip kepemilikan
harta bersama, kesetaraan, dan kerja sama produksi, konsumsi, dan pendidikan;
pemenuhan ide “dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk
masing-masing sesuai dengan kebutuhannya”.
Pertama Kibbutz didirikan sekitar 40 tahun sebelum pendirian Negara Israel (1948).
Degania (dari bahasa Ibrani “Dagan,” yang berarti biji-bijian), terletak di sebelah
selatan Danau Kinneret, didirikan pada 1909 oleh sekelompok perintis atas tanah
yang diperoleh melalui Dana Nasional Yahudi. Pendirinya pemuda perintis Yahudi,
terutama dari Eropa Timur, yang datang bukan hanya untuk merebut kembali
tanah air kuno mereka, tetapi juga untuk membentuk cara hidup baru. Jalan
mereka tidaklah mudah: lingkungan yang tidak bersahabat, tidak berpengalaman
dengan pekerjaan fisik, kurangnya pengetahuan pertanian, tanah terlantar
diabaikan selama berabad-abad, kelangkaan air dan kekurangan dana adalah
26
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
beberapa di antara kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Selain mampu
mengatasi banyak kesulitan, mereka juga berhasil mengembangkan masyarakat
yang memainkan peran dominan dalam pembentukan dan pembangunan negara.
Hari ini terdapat 270 Kibbutz, dengan keanggotaan mulai dari 40 sampai lebih
dari 1.000, yang tersebar di seluruh negeri. Sebagian besar dari mereka memiliki
antara 300 dan 400 anggota dewasa, dan penduduk 500-600. Jumlah orang yang
tinggal di Kibbutz total sekitar 130,000, sekitar 2,5 persen dari populasi negara
itu. Kebanyakan Kibbutz milik salah satu dari tiga gerakan nasional Kibbutz,
masing-masing berafiliasi dengan ideologi tertentu. Lihat pada http://
www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Society_&_Culture/kibbutz.html
5
Pemberontakan melawan kekuasaan Inggris untuk mendirikan Israel merdeka
berpusat pada aktivitas organisasi pergerakan Haganah, Irgun, and Lehi yang
kemudian bersatu menjadi Tnu’at HaMeri HaIvri atau Gerakan Pemberontakan
Bangsa Yahudi pada tahun 1945/1946. Dinamika pemberontakan dijelaskan
dengan menarik pada Idith Zertal, 2005, Israel’s Holocaust and the Politics of
Nationhood. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Chaya Galai.
Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 33–36.
27
LE MBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi
Judul Jumal llmiah (Artikel)
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Penulis Jumal Ilmiah
Dr. Hieronymus Purwanta, M .A.
ldentitas Jumal Ilmiah :
o) Nama Jurnal
: Arah Reformasi
p) NomorNolume
: No. 40/Volume 0
q) Edisi (bulan/tahun)
: Agustus/20 I 0
r) Penerbit
: LPPM Universitas Sanata Dharma
s) Jumlah halaman
: 15 halaman
t) ISSN/ISBN
: ISSN 1410-895X
u) Uri
: htt12s://re12ositorv. usd.ac. id/5919/
Nilai Maksimal Jumal Ilmiah
\
Komponen yang
dinilai
Inter
nasional
Bereputasi
Inter
nasional
Nasional
Terakreditasi
Nasional
Tidak
Terakreditasi
Kelengkapan dan
kesesuaian isi Jurnal
l.00
(10%)
Ruang Lingkup dan
Kedalaman
3.00
Pembahasan (30%)
Kecukupan dan
Kemutakhiran Data/
3.00
Informasi dan
Metodologi (30%)
Kelengkapan Unsur
dan Kualitas Penerbit
3.00
(30%)
Total= 100%
10.00
Kontribusi Pengusul : Penulis Tunggal/ Penulis Pertama/ Penulis Anggota
Nasional
Terindeks
DOAJ
Nilai Akhir
Yang
diperoleh
0,8
2,4
2,4
2,4
8
Komentar Per Reviewer :
1.
Tentang Kelengkapan dan Kesesuaian Unsur
,1 ~
2.
1~
s
~
·~
-
Tentang Ruang Lingkup dan Kedalaman Pembahasan
3.
4.
Kelengkapan Unsur Kualitas Penerbit
~
5.
Indikasi Plagiasi
6.
Kesesuaian Bidang Ilmu
Surakarta, r
/
are! 2017
;_
. HERMANU JOEBAGIO M.PD.)
NPP/NIP
: 195603031986031001
Jabatan Akademik
: Guru Besar (IV-b)
Unit Kerja
: Pasca Sarjana UNS
LE MBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi
Judul Jumal Ilmiah (Artikel)
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Penulis Jumal Ilmiah
Dr. Hieronymus Purwanta, M.A.
Identitas Jumal Ilmiah :
o) NamaJumal
: Arah Reformasi
p) NomorNolume
: No. 40/Volume 0
q) Edisi (bulan/tahun) : Agustus/2010
r) Penerbit
: LPPM Universitas Sanata Dharma
s) Jumlah halaman
: 15 halaman
t) ISSN/ISBN
: ISSN 1410-895X
u) Uri
: httQs://regository.usd.ac.id/5919/
Nilai Maksimal Jumal Ilmiah
Komponen yang
dinilai
Inter
nasional
Bereputasi
Inter
nasional
Nasional
Terakreditasi
Nasional
Tidak
Terakreditasi
Kelengkapan dan
kesesuaian isi Jumal
1.00
(10%)
Ruang Lingkup dan
Kedalaman
3.00
Pembahasan (30%)
'I
Kecukupan dan
Kemutakhiran Data/
3.00
Informasi dan
Metodologi (30%)
Kelengkapan Unsur
dan Kualitas Penerbit
3.00
(30%)
Total=100%
10.00
Kontribusi Pengusul : Penulis Tunggal/ Penulis Pertama/ Penulis Anggota
Nasional
Terindeks
DOAJ
Nilai Akhir
Yang
diperoleh
I
2,5
2,5
.
2,5
8,5
Komentar Per Reviewer :
1.
Tentang Kelengkapan dan Kesesuaian Unsur
2.
Tentang Ruang Lingkup dan Kedalaman Pembahasan
t\c:rVlorru', ll.JWdem\1.< tent;llrg \)elq~aQn
alll'\ rela\-\f \'V) endo\.ClWI .
3.
Kecukupan dan Kemutakhiran data serta Metodl~i
ferMruCAlaVIC\n dt\n jCluttbGtVl
Sumber Mem~ct'
tU ~f@\Ccln
S~ro
oe~h
dA \Srael S:0¥Wt
bc«k
da"
MQl\ar(k
cf,,'J0\4JV)3
.
4.
Kelengkapan Unsur Kualitas Penerbit
5.
Indikasi Plagiasi
6.
Kesesuaian Bidang Ilmu
Surakarta, 08 Maret 2017
(PROF. DR. SARIYATUN M.PD., M.HUM.)
NPP/NIP
:96103181989032001
Jabatan Akademik : Guru Besar (IV-b)
Unit Kerja
: Pasca Sarjana UNS
JUDUL: Menelisik pewarisan
nasionalisme Israel
PENGARANG: H. Purwanta
67% Unique
Total 34194 chars, 5402 words, 157 unique sentence(s).
Custom Writing Services - Paper writing service you can trust. Your assignment is our priority! Papers ready in 3 hours!
Proficient writing: top academic writers at your service 24/7! Receive a premium level paper!
@charset "UTF-8"; html{height:100%;padding-bottom:1px;} small,.small{font-size:0.9em;} .cssTable { margin:0px;padding:0px; width:100%; box-shadow: 10px 10px 5px
#888888; border:1px solid #ffffff; -moz-border-radius-bottomleft:0px; -webkit-border-bottom-left-radius:0px; border-bottom-left-radius:0px; -moz-border-radius-bottomright:0px; webkit-border-bottom-right-radius:0px; border-bottom-right-radius:0px; -moz-border-radius-topright:0px; -webkit-border-top-right-radius:0px; border-top-right-radius:0px; -mozborder-radius-topleft:0px; -webkit-border-top-left-radius:0px; border-top-left-radius:0px; } .cssTable table { border-collapse: collapse; border-spacing: 0; width:100%; height:100%;
margin:0px;padding:0px; } .cssTable tr:last-child td:last-child { -moz-border-radius-bottomright:0px; -webkit-border-bottom-right-radius:0px; border-bottom-right-radius:0px; }
.cssTable table tr:first-child td:first-child { -moz-border-radius-topleft:0px; -webkit-border-top-left-radius:0px; border-top-left-radius:0px; } .cssTable table tr:first-child td:last-child
{ -moz-border-radius-topright:0px; -webkit-border-top-right-radius:0px; border-top-right-radius:0px; }.cssTable tr:last-child td:first-child{ -moz-border-radius-bottomleft:0px; webkit-border-bottom-left-radius:0px; border-bottom-left-radius:0px; } .cssTable tr:hover td{ background-color:#e5e5e5; } .cssTable td{ vertical-align:middle; backgroundcolor:#fcfcfc; border:1px solid #ffffff; border-width:0px 1px 1px 0px; text-align:left; padding:7px; font-size:12px; font-family:Arial; font-weight:normal; color:#000000; } .cssTable
tr:last-child td { border-width:0px 1px 0px 0px; } .cssTable tr td:last-child { border-width:0px 0px 1px 0px; } .cssTable tr:last-child td:last-child { border-width:0px 0px 0px 0px; }
.cssTable tr:first-child td { background:-o-linear-gradient(bottom, #cccccc 5%, #cccccc 100%); background:-webkit-gradient( linear, left top, left bottom, color-stop(0.05, #cccccc),
color-stop(1, #cccccc) ); background:-moz-linear-gradient( center top, #cccccc 5%, #cccccc 100% ); filter:progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr="#cccccc",
endColorstr="#cccccc"); background: -o-linear-gradient(top,#cccccc,cccccc); background-color:#cccccc; border:0px solid #ffffff; text-align:center; border-width:0px 0px 1px 1px;
font-size:14px; font-family:Arial; font-weight:bold; color:#000000; } .cssTable tr:first-child:hover td { background:-o-linear-gradient(bottom, #cccccc 5%, #cccccc 100%);
background:-webkit-gradient( linear, left top, left bottom, color-stop(0.05, #cccccc), color-stop(1, #cccccc) ); background:-moz-linear-gradient( center top, #cccccc 5%, #cccccc
100% ); filter:progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr="#cccccc", endColorstr="#cccccc"); background: -o-linear-gradient(top,#cccccc,cccccc); backgroundcolor:#cccccc; } .cssTable tr:first-child td:first-child { border-width:0px 0px 1px 0px; } .cssTable tr:first-child td:last-child { border-width:0px 0px 1px 1px; }
Results
Query
Domains (original links)
Unique
1 MENELISIK PEWARISAN NASIONALISME ISRAEL Oleh: Hieronymus Purwanta
-
Unique
Pendahuluan Dalam sejarah umat manusia, nasionalisme menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk
dicermati
-
Unique
Nasionalisme dipandang tidak hanya sebagai kekuatan untuk melawan penjajahan, tetapi juga dipahami sebagai
kekuatan yang penting untuk mengembangkan diri menjadi bangsa yang unggul
-
Unique
Di Amerika Serikat muncul gerakan kaum nasionalis yang berusaha mempertahankan negaranya sebagai
pemimpin dan pusat peradaban dunia
-
5 results
Di Jepang setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, nasionalisme menjadi unsur penting untuk kebangkitan diri
dan mengembangkan keunggulan ekonomi
kampekique.wordpress.com
rahmayantisitimaya.blogspot.com
sukmazaman.blogspot.com ainiuzu.blogspot.com
the-dailyjapan.com
Unique
Berbagai kajian telah dilakukan untuk memahami seluk beluk nasionalisme, dari aspek genetika historis,
manifestasi atau ekspresi, sampai dengan pengembangan dan pewarisannya
-
Unique
A profound raison d’être has governed these formations
-
Unique
The principles in such cases come to light by the most unexpected surprises
-
Unique
In our own day, we have seen Italy united by its defeats, and Turkey demolished by its victories
-
Unique
Each defeat advanced Italian affairs, while each victory ruined Turkey; for Italy is a nation, and Turkey, outside Asia
Minor, is not
-
Unique
It is France’s glory to have proclaimed, through the French Revolution, that a nation exists by itself
-
Unique
We should not take it badly that others imitate us
-
Unique
The principle of nationhood is ours
-
Unique
(Stuart Wolf, ed
-
Unique
Pada waktu yang lebih kemudian Benedict Anderson menengarai bahwa teknologi percetakan dan terutama
luasnya konsumen komoditas barang cetakan menjadi salah satu unsur penting yang melahirkan nasionalisme
-
Unique
Perlu diberi catatan bahwa titik tekan perhatian Anderson tentu bukan hanya pada barang cetakan itu secara fisik,
tetapi juga pada isi yang terkandung di dalamnya
-
Unique
Wacana yang terkandung di dalam barang Arah Reformasi no
-
Unique
40, August 2010 2 cetakan itulah yang terutama mengembangkan dan mengarahkan pengetahuan dan pikiran
pembacanya
-
Unique
Hasil refleksi terhadap saling silang wacana melalui printed commodities menjadikan pembaca, dalam arti seluasluasnya, meminjam perspektif fenomenologis, mencapai tahap kesadaran sebagai diri (self) dan sebagai bangsa
(nation)
-
1 result
Kesadaran sebagai bangsa semakin diperkuat oleh wacana tentang terdapatnya kesamaan nasib, budaya dan citacita
1 result
Perkembangan kesadaran itu (nasionalisme) pada tahap selanjutnya melahirkan negara bangsa
Free Download | Mozilla Firefox® Web Browser
www.mozilla.orgDownload Firefox - the faster,
smarter, easier way to browse the web and all of
Yahoo 1 result
Free Download | Mozilla Firefox® Web Browser
www.mozilla.orgDownload Firefox - the faster,
smarter, easier way to browse the web and all of
Yahoo Also Try bisnis apa yang coco k untuk
pemulakado apa yang coco k untuk
pernikahantrigu apa yang coco k untuk kue
bolubisnis apa yang coco k untuk anak sma1 result
1 result
Permasalahan nasionalisme menjadi semakin menarik untuk dicermati ketika sampai pada tahap pewarisan
Unique
Berdirinya sebuah negara bangsa akan dapat lestari apabila didukung oleh generasi-generasi baru yang memiliki
nasionalisme kuat
-
Unique
Dari sudut pandang ini, reproduksi nasionalisme untuk tujuan pewarisan merupakan sebuah keharusan bagi negara
bangsa
-
Unique
Biasanya pewarisan nasionalisme dibungkus dengan label program atau proyek “nation building” atau “character
building”
-
Unique
Pada kesempatan ini, akan dicoba untuk mengkaji fenomena pewarisan nasionalisme di Israel
-
Unique
Pemilihan ini didasarkan pertimbangan bahwa posisi Israel sebagai negara bangsa selalu mengundang kontroversi,
sentimen anti dan bahkan mendorong berkembangnya tindak kekerasan dengan negara-negara tetangga
-
Unique
Permasalahan yang diajukan dalam paper ini adalah:
-
Unique
Bagaimana identitas diri bangsa Israel
-
Unique
Bagaimana proyek “nation building” dijalankan oleh Israel
-
Unique
Kerangka teori apa yang cocok untuk mengkaji
-
Unique
Identitas Bangsa Israel Paling tidak terdapat dua unsur yang sangat kuat dipahami sebagai identitas bangsa Israel,
yaitu sebagai bangsa terpilih dan bangsa teraniaya
-
Unique
Identitas sebagai bangsa terpilih ternarasikan dalam bentuk cerita tertulis yang secara turun temurun disakralkan
sebagai kitab suci Torah atau yang di kalangan Kristen dikenal sebagai Perjanjian Lama
-
Unique
Pada bagian Torah yang disebut Devarim (diterjemahkan sebagai Kitab Ulangan/Bilangan) dikisahkan bahwa bani
Israel ditetapkan oleh Yahwe sebagai bangsa terpilih
-
Unique
Seperti pada masyarakat mitis lainnya, berbagai aturan dan ajaran terjalin rapi dengan kepercayaan atau agama,
sehingga ketaatannya bukan didasarkan atas kebenaran faktual atau kajian moral, tetapi lebih bernuansa religiomagis
-
Unique
Dalam Arah Reformasi no
-
Unique
40, August 2010 3 kasus bangsa Israel, identitas sebagai bangsa terpilih terikat kuat dengan Agama Yahudi
-
Unique
Keduanya bagaikan dua sisi dari satu keping mata uang: bangsa Israel beragama Yahudi dan Agama Yahudi hanya
untuk bangsa Israel
5 results
Identitas kultural bangsa Israel sebagai bangsa terpilih semakin kokoh oleh terdapatnya “dukungan” internasional
Unique
3 results
Tiga agama besar, yaitu Kristen, Katolik dan Islam, menempatkan kebudayaan Israel sebagai sumber eksistensi
mereka
Ketiganya mengakui dan bahkan meyakini bahwa bangsa Israel adalah produsen nabi-nabi
id.wikipedia.org id.wikipedia.org id.wikipedia.org
ushmm.org rudikdahlan.wordpress.com
answers.yahoo.com rizaldisiagian.wordpress.com
Unique
Meskipun bersumber pada kebudayaan Israel, mereka telah meninggalkan ekslusivitas agama Yahudi
-
Unique
Ketiganya tumbuh menjadi agama misi atau dakwah yang siap melakukan jalan damai maupun kekerasan untuk
menyebarkan ajaran mereka
-
Unique
Unsur identitas yang kedua adalah Israel sebagai bangsa yang teraniaya
-
Unique
Keteraniayaan Israel memiliki dua narasi 1 , yaitu tentang holocaust dan kebiadaban negara-negara tetangga
-
Unique
Narasi tentang holocaust berpuncak pada kekejaman Amalek (sebutan Nazi dalam bahasa Ibrani) terhadap orangorang Yahudi di Eropa
-
Unique
Diaspora terjadi sejak abad 8 SM, ketika terjadi perang antar kerajaan-kerajaan di Isreal sendiri
-
Unique
Mereka mendirikan pemukiman di wilayah Iran sekarang
-
Unique
Diaspora berlanjut ketika Kekaisaran menaklukkan Israel dan memaksa penduduknya untuk keluar dari Yerusalem
-
Unique
Gelombang diaspora orang-orang Yahudi pada periode ini terutama ke wilayah Eropa
-
Unique
Selama Abad Pertengahan mereka tergabung dalam komunitas-komunitas Yahudi yang terutama bermata
pencaharian sebagai pedagang dan rentenir
-
5 results
Secara internasional komunitas Yahudi terbagi ke d
ISSN 1410-895X
ARAH REFORMASI INDONESIA
B u d a y a , Sej a r a h , d a n B a h a sa
KRI SI S N EGARA KEBAN GSAAN
DAN KEBAN GKI TAN ETN ON ASI ON ALI SM E
J. B. Ha ri Kusta nto
M EN ELI SI K
PEW ARI SAN N ASI ON ALI SM E I SRAEL
H. Purw a nta
W ACAN A M ULTI KULTURALI SM E
DALAM N OVEL
DURGA UMAYI KARYA YB
M AN GUN W I JAYA
Yo se p h Ya p i Ta um
LEMBAGA PENELITIAN
DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ARAH REFORMASI
INDONESIA
Budaya, Sejarah, dan Bahasa
DEWAN REDAKSI
Pelindung:
Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J.
Rektor Universitas Sanata Dharma
Penasihat:
Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc.
Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma
Pemimpin Redaksi:
Dr. G. Budi Subanar, S.J. Licc. Miss.
Ketua LPPM Universitas Sanata Dharma
Sekretaris Redaksi:
Harris Hermansyah Setiajid, S.S., M.Hum.
Kepala Pusat Penerbitan dan Bookshop Universitas Sanata Dharma
Anggota Redaksi:
Dr. Vet. Asan Damanik, M.Si., Dr. Anton Haryono, M.Hum., Dewi S. M.Sc., Apt.,
Y. Heri Widodo, M.Psi., Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dr. Susento, M.S.,
Lucia Kurniawati, S.Pd., MSM., Gregorius Punto Aji, S.Pd., M.Hum.,
B. Soelistijanto, S.T., M.Sc., Drs. A. Kahu Lantum, M.S., Drs. S.R.L. Aji Sampurno, M.Hum.
Administrasi/Sirkulasi:
Agnes Sri Puji Wahyuni, Bsc.
Maria Imaculata Rini Hendriningsih, S.E.
Thomas A. Hermawan Martanto, Amd.
Alamat Redaksi:
LPPM SADHAR
Jl. Affandi (Gejayan) Mrican, Tromol Pos 29, Yogyakarta 55002
Telepon: (0274) 513301, 515352, ext. 1527
Fax: (0274) 562383.
E-mail: [email protected]
Redaksi terbuka untuk menerima tulisan dalam bidang budaya, sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan religi dari pembaca. Tulisan ditulis berdasarkan
disiplin ilmu masing-masing sehingga mempunyai landasan teori yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tulisan diketik pada kertas kuarto
dengan dua spasi, antara 15 - 20 halaman, dan dikirim ke alamat redaksi.
KATA PENGANTAR
Topik utama yang memayungi beragam artikel dalam jurnal Arah
Reformasi Indonesia edisi kali ini adalah nasionalisme dan
multikulturalisme. Topik yang akhir-akhir ini menemukan relevansinya,
ketika kita melihat berbagai perselisihan, percekcokan, perebutan
kekuasaan, dan bahkan pertumpahan darah yang mengatasnamakan
nasionalisme. Inilah paradoks global: semakin pudar jarak antar
negara, semakin besar resistensi untuk mempertahankan batas
negara. Karena kita tidak mau kehilangan identitas. Tiga penulis
artikel, J.B. Hari Kustanto, H. Purwanta, dan Yoseph Yapi Taum,
mencoba mengeksplorasi nasionalisme dan multikulturalisme dari
beberapa sudut pandang.
J.B. Hari Kustanto dalam artikelnya “meneliti dialektika antar
enisitas dan nasionalisme dalam sejarah Indonesia, dan menawarkan
‘multikulturalisme’ sebagai langkah solusi untuk mencegah terjadinya
disintegrasi bangsa Indonesia.” Penulis melihat Indonesia dengan begitu
banyak ragam budaya bisa menghadapi krisis kebangssaan jika
keragaman itu tidak dikelola dengan baik.
Sementara itu, H. Purwanta, mencoba mengamati nasionalisme
Israel. Dalam sejarah peradaban manusia, bangsa Israel selalu menyita
perhatian umat manusia di dunia. Dari zaman Musa hingga perebutan
wilayah dengan Palestina, Israel selalu menjadi sorotan. Oleh karena
itu, H. Purwanta mencoba “mengkaji fenomena pewarisan nasionalisme
di Israel” dengan alasan bahwa “posisi Israel sebagai negara bangsa
selalu mengundang kontroversi, sentimen anti, dan bahkan mendorong
berkembangnya tindak kekerasan dengan negara-negara tetangga.”
Dalam artikel terakhir, Yoseph Yapi Taum mencoba menelisik
wacana multikulturalisme dalam sebuah novel Indonesia. Menurutnya
“multikulturalisme adalah sebuah gejala kehidupan masyarakat yang
Arah Reformasi Indonesia
ditandai oleh kemampuan atau kebiasaan menghargai dan
menggunakan lebih dari satu kebudayaan.” Yoseph Yapi Taum
mengulik bagaimana novel yang diteliti ini bisa menjadikan Indonesia
sebagai “melting pot bertemunya berbagai ideologi dan kepentingan,
serta manajemen konflik yang dilakukan oleh masyarakat mau pun
negara.”
Selamat membaca.
Redaksi
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................
v
1. KRISIS NEGARA KEBANGSAAN DAN KEBANGKITAN
ETNONASIONALISME .............................................................. 1
1.1 Etnisitas dan Nasionalisme .................................................. 1
1.2 Format Masyarakat Multikultural sebagai Solusi ................ 7
Daftar Pustaka ............................................................................. 10
Lampiran ...................................................................................... 11
2. MENELISIK PEWARISAN NASIONALISME ISRAEL .............
2.1 Pendahuluan .........................................................................
2.2 Identitas Bangsa Israel .........................................................
2.3 Proyek Nation Building .......................................................
2.4 Penutup.................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................
Catatan Akhir ...............................................................................
13
13
15
17
22
24
25
3. WACANA MULTIKULTURALISME DALAM NOVEL
DURGA UMAYI KARYA YB MANGUNWIJAYA ....................
3.1 Pendahuluan .........................................................................
3.2 Wilayah dan Batas Multikulturalisme .................................
3.3 Durga Umayi dan Ideologi Multikultural ...........................
3.4 Problem-problem Multikulturalisme dalam Durga Umayi
3.5 Catatan Penutup ...................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................
Catatan Akhir ...............................................................................
29
29
30
32
34
44
47
47
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................... 50
MENELISIK
PEWARISAN NASIONALISME ISRAEL
H. Purwanta
2.1 Pendahuluan
Israel merupakan salah satu negara yang banyak memperoleh
per hatian masyarakat dunia. Perilaku politiknya, ter utama
kekejamannya terhadap masyarakat Palestina, sangat sering
menimbulkan kecaman, khususnya dari berbagai negara Timur
Tengah. Per tanyaannya adalah mengapa Israel, meski dibenci banyak
pihak, tetapi dapat bertahan sampai sekarang? Di antara kompleksitas
faktor-faktor yang melatarbelakangi, salah satu unsur yang akan
dibahas pada artikel ini adalah nasionalisme Israel.
Dalam sejarah umat manusia, nasionalisme menjadi salah satu
fenomena yang menarik untuk dicermati. Nasionalisme dipandang
tidak hanya sebagai kekuatan untuk melawan penjajahan, tetapi juga
dipahami sebagai kekuatan yang penting untuk mengembangkan diri
menjadi bangsa yang unggul. Di Amerika Serikat muncul gerakan
kaum nasionalis yang berusaha memper tahankan negaranya sebagai
pemimpin dan pusat peradaban dunia. Di Jepang setelah kekalahannya
dalam Perang Dunia II, nasionalisme menjadi unsur penting untuk
kebangkitan diri dan mengembangkan keunggulan ekonomi.
Berbagai kajian telah dilakukan untuk memahami seluk beluk
nasionalisme, dari aspek genetika historis, manifestasi atau ekspresi,
sampai dengan pengembangan dan pewarisannya. Ernest Renan
menekankan pada kehendak untuk bersatu dan bernegara sebagai
unsur terpenting dalam nasionalisme:
Arah Reformasi Indonesia
The modern nation is therefore an historical result brought about
by a series of phenomena converging in the same direction. Sometimes
unity has been brought about by a dynasty, as is the case with France;
sometimes by the direct will of the provinces, as is the case with
Holland, Switzerland, and Belgium; sometimes by a general sensibility,
belatedly conquering the caprices of feudalism, as is the case with
Italy and Germany. A profound raison d’être has governed these
formations. The principles in such cases come to light by the most
unexpected surprises. In our own day, we have seen Italy united by its
defeats, and Turkey demolished by its victories. Each defeat advanced
Italian affairs, while each victory ruined Turkey; for Italy is a nation,
and Turkey, outside Asia Minor, is not. It is France’s glory to have
proclaimed, through the French Revolution, that a nation exists by
itself. We should not take it badly that others imitate us. The principle
of nationhood is ours. (Stuart Wolf, ed., 1996: 51)
Sementara itu, Hans Kohn (1982: 9) menjelaskan nasionalisme
sebagai “State of mind, in which the supreme loyalty of the individual
is felt to be due the nation state”. Di lain pihak, pada waktu yang
lebih kemudian Benedict Anderson menengarai bahwa teknologi
percetakan dan ter utama luasnya konsumen komoditas barang
cetakan menjadi salah satu unsur penting yang melahirkan
nasionalisme. Titik tekan perhatian Anderson tentu bukan hanya pada
barang cetakan itu secara fisik, tetapi ter utama pada isi yang
terkandung di dalamnya.
These print-languages laid the bases for national consciousnesses
in three distinct ways. First and foremost, they created unified fields
of exchange and communication… These fellow-readers, to whom
they were connected through print, formed, in their secular,
particular, visible invisibility, the embryo of the nationally imagined
community. (Benedict Anderson, 1999: 44)
Wacana yang terkandung di dalam barang cetakan itulah yang terutama
mengembangkan dan mengarahkan pengetahuan dan pikiran
pembacanya.
Hasil refleksi terhadap saling silang wacana melalui printed
commodities menjadikan pembaca, dalam ar ti seluas-luasnya,
meminjam perspektif Hedeigger (1996), mencapai tahap kesadaran
sebagai diri (self) dan sebagai bangsa (nation). Kesadaran sebagai
14
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
bangsa semakin diperkuat oleh wacana tentang terdapatnya
kesamaan nasib, budaya dan cita-cita. Perkembangan kesadaran
itu (nasionalisme) pada tahap selanjutnya melahirkan negara bangsa.
Permasalahan nasionalisme menjadi semakin menarik untuk
dicermati ketika sampai pada tahap pewarisan. Berdirinya sebuah
negara bangsa akan dapat lestari apabila didukung oleh generasigenerasi baru yang memiliki nasionalisme kuat. Dari sudut pandang
ini, reproduksi nasionalisme untuk tujuan pewarisan mer upakan
sebuah kehar usan bagi negara bangsa. Biasanya pewarisan
nasionalisme dibungkus dengan label program atau proyek “nation
building” atau “character building”.
Pada kesempatan ini, akan dicoba untuk mengkaji fenomena
pewarisan nasionalisme di Israel. Pemilihan ini didasarkan
per timbangan bahwa posisi Israel sebagai negara bangsa selalu
mengundang kontroversi, sentimen anti, dan bahkan mendorong
berkembangnya tindak kekerasan dengan negara-negara tetangga.
Permasalahan yang diajukan dalam makalah ini adalah bangun
identitas diri bangsa Israel dan dijalankannya proyek “nation
building”.
2.2 Identitas Bangsa Israel
Paling tidak terdapat dua unsur yang sangat kuat dipahami sebagai
identitas bangsa Israel, yaitu sebagai bangsa terpilih dan bangsa
teraniaya. Identitas sebagai bangsa terpilih ternarasikan dalam bentuk
cerita ter tulis yang secara turun temurun disakralkan sebagai kitab
suci Torah atau yang di kalangan Kristen dikenal sebagai Perjanjian
Lama. Pada bagian Torah yang disebut Devarim (diterjemahkan
sebagai Kitab Ulangan/Bilangan) dikisahkan bahwa bani Israel
ditetapkan oleh Yahwe sebagai bangsa terpilih. Seper ti pada
masyarakat mitis lainnya, berbagai aturan dan ajaran terjalin rapi
dengan kepercayaan atau agama, sehingga ketaatannya bukan
didasarkan atas kebenaran faktual atau kajian moral, tetapi lebih
bernuansa religio-magis. Dalam kasus bangsa Israel, identitas sebagai
bangsa terpilih terikat kuat dengan agama Yahudi. Keduanya
bagaikan dua sisi dari satu keping mata uang: bangsa Israel
beragama Yahudi dan agama Yahudi untuk bangsa Israel.
15
Arah Reformasi Indonesia
Identitas kultural bangsa Israel sebagai bangsa terpilih semakin
kokoh oleh terdapatnya “dukungan” internasional. Tiga agama besar,
yaitu Kristen, Katolik dan Islam, menempatkan kebudayaan Israel
sebagai sumber eksistensi mereka. Ketiganya mengakui dan bahkan
meyakini bahwa bangsa Israel adalah produsen nabi-nabi. Meskipun
bersumber pada kebudayaan Israel, mereka telah meninggalkan
ekslusivitas agama Yahudi. Ketiganya tumbuh menjadi agama misi
atau dakwah yang siap melakukan jalan damai maupun kekerasan
untuk menyebarkan ajaran mereka.
Unsur identitas yang kedua adalah Israel sebagai bangsa yang
teraniaya. Keteraniayaan Israel memiliki dua narasi 1, yaitu tentang
holocaust dan kebiadaban negara-negara tetangga. Narasi tentang
holocaust berpuncak pada kekejaman Amalek (sebutan Nazi dalam
bahasa Ibrani) terhadap orang-orang Yahudi di Eropa. 2 Dikisahkan
bahwa pada masa Perang Dunia II, kurang lebih 6 juta orang Yahudi
meninggal di kamp-kamp tahanan. Mereka mer upakan korban
kekejaman tentara Nazi yang melakukan pembunuhan massal dengan
menggunakan gas beracun.
Narasi yang kedua adalah kebiadaban bangsa-bangsa lain di
wilayah sekitar yang dimaknai tidak bersedia menerima konsep hidup
berdampingan secara damai. Mereka dipandang sebagai pihak yang
selalu mengusik dan mengganggu ketenangan hidup bangsa Israel.
Mereka digambarkan bagaikan setan yang selalu merintangi bangsa
Israel, sehingga harus diperangi dan diusir sejauh mungkin. Salah
satu bangsa yang diberi label biadab itu adalah bangsa Filistin
(Palestina).3 Bangsa itu merupakan musuh bebuyutan Israel dan dalam
berbagai bagian kitab Perjanjian Lama disebut sebagai bangsa kafir,
tidak sunat, dan akan dihancurkan Yahwe. Sebagai gambaran konflik
Israel-Filistin, pada kitab Samuel Bab 17 dinarasikan Goliat menantang
bangsa Israel dan menyatakan bahwa bangsa Filistin bersedia
menjadi hamba apabila dia kalah. Akhirnya Goliat berhasil dikalahkan
Daud.
Identitas Israel sebagai bangsa terpilih yang teraniaya menjadikan
nasionalismenya termanifestasi dalam bentuk kesiapan menghadapi
tantangan dan ancaman kehidupan, sekalipun berupa kekerasan fisik.
Sebagai bangsa terpilih, secara religius mereka yakin bahwa Yahwe
16
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
akan melindungi dan menjaga bangsa Israel. Sebagai bangsa
teraniaya, mereka siap melawan setiap ancaman yang datang.
2.3 Proyek Nation Building
Nasionalisme Israel yang awalnya berkembang dalam bentuk
gerakan Zionisme (kembali ke gunung Zion sebagai ikon Israel) pada
akhir abad XIX,4 berpuncak pada pembentukan negara Israel pada
tanggal 14 Mei 1948. 5 Permasalahannya adalah bagaimana
mewariskan nasionalisme tersebut kepada generasi-generasi baru,
sehingga mereka selalu dapat memper tahankan bangsa dan
negaranya. Seper ti pada bangsa-bangsa lain, Israel menanamkan
dan mengembangkan nasionalisme kepada generasi muda melalui
berbagai cara.
Pendidikan mer upakan salah satu jalan yang secara umum
dipandang efektif untuk menanamkan nasionalisme. Ilan Gur-Ze’ev
(Studies in Philosophy and Education Journal, Volume 20, Number
3/May, 2001: 255) menjelaskan bahwa pendidikan di Israel cenderung
hegemonik:
Education in general, and education in nation-building projects
in particular, is the production of subjects who will essentially
function as agents and victims of the system. As such they are objects
for manipulation, committed to the destruction, exclusion,
marginalization, or “salvation” of the external and the internal Other
(of whom they too are part). As agents of the system, educators are
committed to abolish the otherness of the Other, her identity,
knowledge, collective memory, desires, rights, and interests - in short,
her counter-educational potential.
In the Israeli/Palestinian case this logic of hegemonic education
is dramatically manifested in the mutual refusal to acknowledge
the otherness of the Other. This refusal/inability is a manifestation
of what the Enlightenment thinkers understood as the immaturity
of human beings. Such immaturity also has positive dimensions: it
leads to the construction of a collective identity, to ethnocentrism, to
a general commitment to pay the cost of building and protecting
collective aspirations, and to the possibility of the struggle for their
realization at the cost of the very existence of the Other and the self’s
human dimensions and potentials.
17
Arah Reformasi Indonesia
Selain bersifat indoktrinatif, penanaman identitas kultural
bangsa Israel dilakukan juga dengan mengisolasi pengetahuan
sejarah siswa pada konteks Zionisme. Dari Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas, siswa hanya belajar sejarah dari
“kepulangan” orang-orang Yahudi pada zaman Utsmani yang dikenal
sebagai gerakan Zionisme sampai dengan proklamasi kemerdekaan
pada tahun 1948. Melalui pelajaran sejarah itu, siswa diharapkan
dapat menghayati penderitaan dan keteraniayaan para pendahulu
di Eropa serta keuletan mereka dalam memperjuangkan berdirinya
negara Israel merdeka. Bahan ajar sejarah tidak menyer takan
dinamika sejaman yang terjadi di wilayah-wilayah sekitar Israel
dan juga negara Israel pasca kemerdekaan. Akibatnya pemahaman
tentang negara-negara tetangga sama sekali tidak diperoleh, sehingga
wajar apabila siswa Israel tidak tahu apabila Inggris per nah
menguasai terusan Suez.
Meskipun memiliki aspek positif, penanaman identitas kultural
bangsa Israel yang bersifat indoktrinatif dan isolatif akan menjadikan
siswa merasa tidak puas dan memiliki pemahaman yang kabur tentang
perkembangan kontemporer tentang negaranya. Michal Haramati
(2009) mengisahkan pengalamannya tentang pelajaran sejarah dalam
sistem pendidikan Israel:
... in twelve years of school I remember no less than three occasions
when we learned about the Jewish settlement in Israel during the
Ottoman period and I can still remember intensive preparations for
high school tests which asked, in incredible detail, about the internal
conflicts of this or that politician who held the reins of power in the
royal courts of the Kingdom of Judea during the First Temple period.
It is unthinkable that someone could imagine that this is an
important area of study while the internal conflicts of countries that
share borders with Israel and have daily consequences for our country
are secondary.
The only conclusion that I can draw from this state of affairs is
that the people who determine educational policy fear that students
would lose their motivation to join combat units if they could imagine
that on the other side of these borders there are people whose existence
does not only revolve around their being a continual threat to Israel
(as was always the case; as is always the case).
18
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
The narrative of Jewish-Israeli victimhood has an important place
in shaping Israeli nationalism. But the educational system is creating
deep-seated and intentional ignorance about the history and politics
of the region by imposing a severe form of censorship on the many
narratives that have shaped it. Thus when a given high school
graduate finally encounters information about the power dynamics
which are relevant to shaping the history of his country and of which
he has hitherto known nothing about, he may begin to question the
credibility of the educational system. When the said graduate
contemplates the manner in which the subject of the establishment
of the state was taught to him, he may see the exaggerated focus on
Zionist and Jewish history as an attempt to conceal something. He
may think that this intentional cover-up is tantamount to
acknowledging that the injustices caused to the Palestinian people
with the establishment of the state of Israel do in fact contradict the
moral foundation of the state of Israel.
Isolasi tidak terbatas hanya pada bahan ajar, tetapi juga pada sistem
persekolahan secara keseluruhan. Sistem pendidikan Israel membagi
sekolah negeri menjadi empat kelompok: Yahudi-sekuler, Yahudireligius, Yahudi Ultra Ortodoks, dan Arab-Israel. Demarkasi ini tidak
hanya struktural dan tidak hanya menyiratkan berbagai tingkat akses
ke sumber daya materi, tapi yang paling penting adalah di antara
mereka mengarah pada perbedaan narasi identitas budaya dan
nasional yang bertentangan dengan satu sama lain. Pengelompokan
tersebut juga berpengar uh pada perbedaan kurikulum, kualitas
pengajaran, dan hasil lulusannya. Khaled Abu Asbah (2009)
mengkritik:
This separation and divergence within the educational system
create civic and public spaces which are cut off from one another
and encourage stereotypical perceptions which feed prejudice. A
segregated and fragmented education system is a recipe for a
segregated, fragmented, and alienated society.
Selain melalui pendidikan, pemerintah juga melakukan
penjagaan identitas kultural Israel dengan jalan memper tahankan
ekslusivisme. Pada tahun 2002 pemerintah Israel mulai membangun
benteng pemisah di antara warga pengikut Islam, Katolik, dan
Yahudi. Secara kultural, benteng sepanjang 450 mil itu menjadi
19
Arah Reformasi Indonesia
ikon bagi terjaganya kemurnian masing-masing identitas. Bahkan
bagi Israel, benteng secara turun temurun dipahami sebagai simbol
kebijaksanaan:
For the Jewish People, walls are more than stone and concrete
constructions. Walls are sources of wisdom with a grand political
and historical record, and they have essential religious significance:
The Torah demands that we build a ma’ake, a railing around
our rooftops to guarantee the safety of others as well as ourselves; It
is forbidden to put a micshol, or barrier, in front of the blind; The
rabbis instituted many siag l’torah, enclosures, or fences, around
the Torah to help Jews avoid incidental transgressions against the
law; To leave the norms of Judaism, then, is called lifrotz gader—to
break through the barrier.
And then there are chomot Yerushalayim, the walls of Jerusalem.
Ever since King David infiltrated the walls more than 3,000 years
ago, the walls of Jerusalem have demarcated the most beloved spot
on earth for the Jewish People. When Nehemia rebuilt Jerusalem’s
walls 2,500 years ago, there was a political firestorm of, literally,
Biblical proportions. But on those walls was established the Second
commonwealth of the Jewish People in the Land of Israel. The walls
of Jerusalem mark spheres of holiness in this world (Kelim 1: 6-8).
The walls of Jerusalem, therefore, must be built in particular
holiness. Jews recite a line from Psalm 51 whenever we prepare to
read from the Torah scroll, a prayer to God to “Do good in Your
favour unto Zion, Build the walls of Jerusalem.” Central to Jewish
religious life, then, is asking God to teach us through Torah how to
cleanse our souls, restore our uprightness, and purify our hearts (in
the spirit of Psalm 51) on the way to re-establish Jerusalem’s walls.
(Rabbi Michael Schwartz, 2007)
Selain itu, benteng juga dapat dipandang sebagai pengaman bagi
masing-masing komunitas penganut agama. Rabbi Tirzah Firestone
(2009) menuliskan catatannya tentang tembok Israel sebagai berikut:
This wall was prompted by cumulative terror, by possible
explosions at any bus stop or café, by the horror of people like you
and me, on their way to work or having dinner with their family,
being blown up. Yes, suicide bombings have significantly lessened
since this wall was built. Yet it seemed clear, as I went daily from the
20
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
territories into Israel, that many Israelis know little or nothing of the
humiliation, loss of morale, and loss of life that occurs behind the
wall. It is understandable that our brothers and sisters in Israel want
to get on with normal life, and they need security to do so.
Meskipun seandainya memiliki akar historis yang panjang dan
ber fungsi efektif untuk menjaga keamanan, langkah pemerintah
untuk mendirikan tembok Israel tidak tanpa kritik. Secara psikologis,
keberadaan tembok itu tidak hanya menimbulkan perasaan
terkungkung atau terbatasi, tetapi juga perasaan terpisahkan atau
terceraikan dari sesamanya di seberang. Seorang sejarawan, Dr. Eran
Lerman, menuliskan kritiknya sebagai berikut:
Is there a moral case for the Israeli “security barrier,” which
Israelis call “the Fence” and Palestinians “the Racist Wall?” Are
Israelis simply fencing themselves into luxury, while their neighbours
linger in misery? Is this a story about disdain for “the other,” or
much more simply, about survival?
To understand the Israeli Cabinet’s 2002 decision to erect a
physical obstacle between Palestinian territories and Israel, it is
necessary to examine its context, within which we’ll see a moral
dimension.
The evils of the barrier are obvious: It blights the lives and
livelihood of Palestinians; its route is controversial; it is ugly, even
more so amidst the beautiful curving hills around Jerusalem, and
the verdant edges of the coastal plain.
However, a simple, powerful case can be made for its existence: it
saves many lives—on both sides.
As late as February 2002, Prime Minister Ariel Sharon, in a
meeting with an AJC Solidarity Mission, adamantly resisted the
notion of a barrier. Sharon made this choice only after a long delay,
for which he was bitterly criticised by many Israelis; he made this
choice against the will of the Israeli far right, many of whom reject
any division of the land that tacitly accepts a two-state solution.
By March 2002, Sharon could no longer ignore the call of Israel’s
mainstream: some 120 men, women, and children were murdered
in that month alone. A barrier is indeed a painful eyesore and moral
outrage. But scraping human remains from the pavement, or amidst
the burned hulks of buses, is even uglier. (Eran Lerman, 2007)
21
Arah Reformasi Indonesia
Selain aspek moral dari keputusan pemerintah untuk membangun
tembok pemisah pemukiman, permasalahan yang tidak kalah penting
adalah akibat dari keputusan itu. Tembok menjadi simbol berakhirnya
rasa persaudaraan antarsesama manusia dan digantikan dengan
waksangka dan ketakutan. Masyarakat menjadi curiga dan takut
terhadap orang lain, termasuk kepada teman (Roi Ben-Yehuda, 2007).
Bahkan ketakutan itu telah menjadi sindrom. Mereka tidak hanya
dihantui ketakutan terhadap perang, tetapi juga ketakutan apabila
terjadi perdamaian. (Lucy Nusseibeh and Shelley Ostroff, 2007)
2.4 Penutup
Belajar dari penelisikan pewarisan nasionalisme Israel dapat
diperoleh suatu pemahaman bahwa media cetak terkait dengan bahasa
dan komunikasi mempunyai peran penting dalam usaha merintis dan
mengembangkan gagasan atau ide nasionalisme. Media cetak sebagai
hardware dan bahasa dengan makna yang dikandungnya sebagai
software sangat fungsional dalam menumbuhkan kesadaran kolektif
dalam rangka membangun identitas kultural dan bangsa.
Media cetak dan bahasa menciptakan ajang per tukaran dan
komunikasi ter unifikasi. Dengan media cetak dan bahasa mereka
menjadi lebih memahami apa kata orang lain. Melalui kedua instrumen
tersebut, sesama pembaca yang terhubung satu sama lain lantas
membentuk janin komunitas yang dibayangkan secara nasional.
Media cetak dan bahasa mempunyai peran penting sebagai
wahana yang mendesiminasikan gagasan subyektif tentang bangsa.
Buku tercetak memberi kepastian kepada bahasa, sehingga dalam
jangka panjang membantu membangun citra yang begitu penting bagi
ide subyektif tersebut. Buku tercetak akan memper tahankan
bentuknya semula secara permanen dan mampu direproduksi selamalamanya dalam dimensi waktu dan temporal mana pun. Buku cetak
dapat menjadi bahasa kekuasaan. Melalui buku cetak terjadi proses
transaksi emotif yang menumbuhkan suatu kesadaran terciptanya
komunitas yang dicitakan.
22
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Pada kasus Israel, pewarisan nasionalisme tidak hanya melalui
pemanfaatan secara optimal teknologi cetak, tetapi juga didukung
dengan pengembangan sistem pendidikan, ter utama kurikulum
pendidikan sejarah. Tanpa bermaksud menutup mata terhadap
berbagai sisi negatif, eksplorasi terhadap wacana identitas nasional
dalam mata pelajaran Sejarah yang dilakukan oleh Israel akan
menjadi alter natif yang menarik untuk diper timbangkan dalam
pengembangan pada masyarakat Indonesia yang sedang dalam krisis
identitas kebangsaan.
23
Arah Reformasi Indonesia
Daftar Pustaka
Aberbach, David. 2003. Major Turning Points in Jewish Intellectual
History. New York: Palgrave Macmillan.
Anderson, Benedict. 1999. Komunitas-Komunitas Imajiner: Renungan
tentang Asal-Usul Penyebaran Nasionalisme. Terjemahan Omi
Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asbah, Khaled Abu. 2009. “The Israeli education system and the
question of shared citizenship”. Dalam Jur nal Common
Ground News Service (CGNews). 01 Oktober 2009.
www.commongroundnews.org.
Firestone, Rabbi Tirzah. 2009. “In the shadow of Zion”. Dalam Jurnal
Common Ground News Service (CGNews). 13 Desember 2007.
www.commongroundnews.org.
Gur-Ze’ev, Ilan. 2001. “The production of self and the destruction of
the Other’s memor y and identity in Israeli/Palestinian
education on the Holocaust/Nakba”. Dalam Jurnal Studies
in Philosophy and Education. Volume 20, Nomor 3/Mei, 2001.
Haramati, Michal. 2009. “Memories of a graduate of the Israeli
mainstr eam school system”. Dalam Jur nal Common
G r o u n d News Service (CGNews), 01 Oktober 2009,
www.commongroundnews.org
Hedeigger, Martin. 1996. Being and Time. Diterjemahkan dari bahasa
Jerman ke dalam bahasa Inggris oleh Joan Stambaugh. New
York: SUNY.
http://senjatarohani.wordpress.com/2008/06/24/suku-filistin-dansuku-palestina-samakah/
http://en.wikipedia.org
Kohn, Hans. 1982. Nationalism: Its Meaning and History. Florida:
Robert E. Krieger Publishing Company.
Lerman, Eran. 2007. “A Tool Of Sur vival?”. Dalam Jurnal Common
Ground News Service (CGNews). 13 Desember 2007.
www.commongroundnews.org.
Nusseibeh, Lucy and Shelley Ostroff. 2007. “Fears of War and Fears
of Peace in the Palestinian Israeli relationship”. Dalam Jurnal
Common Ground News Service (CGNews). 13 Desember 2007.
www.commongroundnews.org.
24
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Renan, Ernest. 1996. “What Is A Nation”. Dalam Stuart Wolf, ed.,
1996, Nationalism in Europe, 1815 to The Present. New York:
Routledge.
Schwartz, Rabbi Michael. 2007. “Would that the Walls were Holy?”
dalam Jurnal Common Ground News Service (CGNews). 13
Desember 2007. www.commongroundnews.org.
Yehuda, Roi Ben. 2007. “Fear of the other, fear of the friend”. Dalam
Jur nal Common Gr ound News Ser vice (CGNews) . 13
Desember 2007. www.commongroundnews.org.
Zertal, Idith. 2005. Israel’s Holocaust and the Politics of Nationhood.
Diterjemahkan ke dalam bahasa Chaya Galai. Cambridge:
Cambridge University Press.
Catatan Akhir
1
Meski tidak difungsikan sebagai identitas kultural Israel dewasa ini, tetapi salah
satu akar historis yang dijadikan alasan atau landasan Zionisme adalah narasi
diaspora bangsa Yahudi keluar dari Israel dan menyebar ke berbagai benua.
Diaspora terjadi sejak abad 8 SM, ketika terjadi perang antar kerajaan-kerajaan
di Israel sendiri. Mereka mendirikan pemukiman di wilayah Iran sekarang.
Diaspora berlanjut ketika Kekaisaran menaklukkan Israel dan memaksa
penduduknya untuk keluar dari Yerusalem. Gelombang diaspora orang-orang
Yahudi pada periode ini terutama ke wilayah Eropa. Selama Abad Pertengahan
mereka tergabung dalam komunitas-komunitas Yahudi yang terutama bermata
pencaharian sebagai pedagang dan rentenir. Secara internasional komunitas
Yahudi terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu Ashkenazi untuk yang tinggal
di Eropa dan Sephardic untuk yang tinggal di Iberia, Afrika, dan Timur Tengah.
Penggunaan disapora sebagai landasan Zionisme dapat disimak antara lain pada
puisi Bialik di bawah:
And my heart weeps for my unhappy people ...
How burned, how blasted must our portion be,
If seed like this is withered in its soil. ...
Penjelasan lanjut dapat disimak pada http://en.wikipedia.org/wiki/
Jewish_diaspora
2
Secara historis, tekanan terhadap bangsa Yahudi di Eropa telah lama berlangsung
dalam bentuk gerakan anti-semit, misalnya pengusiran dari Inggris pada tahun
1290, dari Spanyol pada tahun 1492, dan dari Portugis pada tahun 1497. Gerakan
25
Arah Reformasi Indonesia
ini sering kali berupa kerusuhan rasial massal melawan orang Yahudi, yang dikenal
dalam sejarah Eropa dengan istilah progrom. Di Era modern, progrom awalnya
muncul di wilayah Kekaisaran Rusia karena orang Yahudi dipandang terlibat
dalam pembunuhan Tsar Alexander II pada tahun 1881. Lihat pada http://
en.wikipedia.org/wiki/Antisemitism.
3
Penyamaan Filistin dengan Palestina juga dilakukan oleh bangsa Palestina. Pada
tahun 1964 Yasser Arafat menyatakan bahwa bangsa Palestina merupakan
keturunan bangsa Filistin. Dewasa ini muncul narasi penolakan terhadap wacana
penyamaan Filistin dengan Palestina. Dijelaskan bahwa bangsa Palestina
merupakan campuran bangsa-bangsa Arab yang bermigrasi ke wilayah Israel.
Lihat pada http://senjatarohani.wordpress.com/2008/06/24/suku-filistin-dansuku-palestina-samakah/
4
Pada akhir abad XIX sebagian kecil dari jutaan orang Yahudi melarikan diri dari
Rusia menuju Palestina. Mereka mendirikan organisasi-organisasi gerakan
kebangsaan bagi berdirinya negara Israel merdeka. Mikveh Israel didirikan
pada 1870 oleh Aliansi Israel Universelle, diikuti oleh Petah Tikva (1878), Rishon
LeZion (1882), dan masyarakat pertanian lainnya yang didirikan oleh anggota
Bilu dan Hovevei Zion. Pada Kongres Zionis Pertama tahun 1897 mengambil
keputusan “untuk membangun rumah untuk orang-orang Yahudi di Palestina
yang dijamin di bawah hukum publik”. http://en.wikipedia.org/wiki/
History_of_Israel#1897.E2.80.931917:_The_Zionist_Revolution. Lihat juga
David Aberbach, 2003, Major Turning Points in Jewish Intellectual History.
New York: Palgrave Macmillan. Terutama bab 9. Kibbutz (kata Ibrani untuk
“permukiman komunal”) adalah masyarakat pedesaan yang unik; suatu
masyarakat yang ditujukan untuk saling membantu dan membangun keadilan
sosial, sebuah sistem sosial-ekonomi yang didasarkan pada prinsip kepemilikan
harta bersama, kesetaraan, dan kerja sama produksi, konsumsi, dan pendidikan;
pemenuhan ide “dari masing-masing sesuai dengan kemampuannya, untuk
masing-masing sesuai dengan kebutuhannya”.
Pertama Kibbutz didirikan sekitar 40 tahun sebelum pendirian Negara Israel (1948).
Degania (dari bahasa Ibrani “Dagan,” yang berarti biji-bijian), terletak di sebelah
selatan Danau Kinneret, didirikan pada 1909 oleh sekelompok perintis atas tanah
yang diperoleh melalui Dana Nasional Yahudi. Pendirinya pemuda perintis Yahudi,
terutama dari Eropa Timur, yang datang bukan hanya untuk merebut kembali
tanah air kuno mereka, tetapi juga untuk membentuk cara hidup baru. Jalan
mereka tidaklah mudah: lingkungan yang tidak bersahabat, tidak berpengalaman
dengan pekerjaan fisik, kurangnya pengetahuan pertanian, tanah terlantar
diabaikan selama berabad-abad, kelangkaan air dan kekurangan dana adalah
26
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
beberapa di antara kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Selain mampu
mengatasi banyak kesulitan, mereka juga berhasil mengembangkan masyarakat
yang memainkan peran dominan dalam pembentukan dan pembangunan negara.
Hari ini terdapat 270 Kibbutz, dengan keanggotaan mulai dari 40 sampai lebih
dari 1.000, yang tersebar di seluruh negeri. Sebagian besar dari mereka memiliki
antara 300 dan 400 anggota dewasa, dan penduduk 500-600. Jumlah orang yang
tinggal di Kibbutz total sekitar 130,000, sekitar 2,5 persen dari populasi negara
itu. Kebanyakan Kibbutz milik salah satu dari tiga gerakan nasional Kibbutz,
masing-masing berafiliasi dengan ideologi tertentu. Lihat pada http://
www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/Society_&_Culture/kibbutz.html
5
Pemberontakan melawan kekuasaan Inggris untuk mendirikan Israel merdeka
berpusat pada aktivitas organisasi pergerakan Haganah, Irgun, and Lehi yang
kemudian bersatu menjadi Tnu’at HaMeri HaIvri atau Gerakan Pemberontakan
Bangsa Yahudi pada tahun 1945/1946. Dinamika pemberontakan dijelaskan
dengan menarik pada Idith Zertal, 2005, Israel’s Holocaust and the Politics of
Nationhood. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Chaya Galai.
Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 33–36.
27
LE MBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi
Judul Jumal llmiah (Artikel)
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Penulis Jumal Ilmiah
Dr. Hieronymus Purwanta, M .A.
ldentitas Jumal Ilmiah :
o) Nama Jurnal
: Arah Reformasi
p) NomorNolume
: No. 40/Volume 0
q) Edisi (bulan/tahun)
: Agustus/20 I 0
r) Penerbit
: LPPM Universitas Sanata Dharma
s) Jumlah halaman
: 15 halaman
t) ISSN/ISBN
: ISSN 1410-895X
u) Uri
: htt12s://re12ositorv. usd.ac. id/5919/
Nilai Maksimal Jumal Ilmiah
\
Komponen yang
dinilai
Inter
nasional
Bereputasi
Inter
nasional
Nasional
Terakreditasi
Nasional
Tidak
Terakreditasi
Kelengkapan dan
kesesuaian isi Jurnal
l.00
(10%)
Ruang Lingkup dan
Kedalaman
3.00
Pembahasan (30%)
Kecukupan dan
Kemutakhiran Data/
3.00
Informasi dan
Metodologi (30%)
Kelengkapan Unsur
dan Kualitas Penerbit
3.00
(30%)
Total= 100%
10.00
Kontribusi Pengusul : Penulis Tunggal/ Penulis Pertama/ Penulis Anggota
Nasional
Terindeks
DOAJ
Nilai Akhir
Yang
diperoleh
0,8
2,4
2,4
2,4
8
Komentar Per Reviewer :
1.
Tentang Kelengkapan dan Kesesuaian Unsur
,1 ~
2.
1~
s
~
·~
-
Tentang Ruang Lingkup dan Kedalaman Pembahasan
3.
4.
Kelengkapan Unsur Kualitas Penerbit
~
5.
Indikasi Plagiasi
6.
Kesesuaian Bidang Ilmu
Surakarta, r
/
are! 2017
;_
. HERMANU JOEBAGIO M.PD.)
NPP/NIP
: 195603031986031001
Jabatan Akademik
: Guru Besar (IV-b)
Unit Kerja
: Pasca Sarjana UNS
LE MBAR
HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW
Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi
Judul Jumal Ilmiah (Artikel)
Menelisik Pewarisan Nasionalisme Israel
Penulis Jumal Ilmiah
Dr. Hieronymus Purwanta, M.A.
Identitas Jumal Ilmiah :
o) NamaJumal
: Arah Reformasi
p) NomorNolume
: No. 40/Volume 0
q) Edisi (bulan/tahun) : Agustus/2010
r) Penerbit
: LPPM Universitas Sanata Dharma
s) Jumlah halaman
: 15 halaman
t) ISSN/ISBN
: ISSN 1410-895X
u) Uri
: httQs://regository.usd.ac.id/5919/
Nilai Maksimal Jumal Ilmiah
Komponen yang
dinilai
Inter
nasional
Bereputasi
Inter
nasional
Nasional
Terakreditasi
Nasional
Tidak
Terakreditasi
Kelengkapan dan
kesesuaian isi Jumal
1.00
(10%)
Ruang Lingkup dan
Kedalaman
3.00
Pembahasan (30%)
'I
Kecukupan dan
Kemutakhiran Data/
3.00
Informasi dan
Metodologi (30%)
Kelengkapan Unsur
dan Kualitas Penerbit
3.00
(30%)
Total=100%
10.00
Kontribusi Pengusul : Penulis Tunggal/ Penulis Pertama/ Penulis Anggota
Nasional
Terindeks
DOAJ
Nilai Akhir
Yang
diperoleh
I
2,5
2,5
.
2,5
8,5
Komentar Per Reviewer :
1.
Tentang Kelengkapan dan Kesesuaian Unsur
2.
Tentang Ruang Lingkup dan Kedalaman Pembahasan
t\c:rVlorru', ll.JWdem\1.< tent;llrg \)elq~aQn
alll'\ rela\-\f \'V) endo\.ClWI .
3.
Kecukupan dan Kemutakhiran data serta Metodl~i
ferMruCAlaVIC\n dt\n jCluttbGtVl
Sumber Mem~ct'
tU ~f@\Ccln
S~ro
oe~h
dA \Srael S:0¥Wt
bc«k
da"
MQl\ar(k
cf,,'J0\4JV)3
.
4.
Kelengkapan Unsur Kualitas Penerbit
5.
Indikasi Plagiasi
6.
Kesesuaian Bidang Ilmu
Surakarta, 08 Maret 2017
(PROF. DR. SARIYATUN M.PD., M.HUM.)
NPP/NIP
:96103181989032001
Jabatan Akademik : Guru Besar (IV-b)
Unit Kerja
: Pasca Sarjana UNS
JUDUL: Menelisik pewarisan
nasionalisme Israel
PENGARANG: H. Purwanta
67% Unique
Total 34194 chars, 5402 words, 157 unique sentence(s).
Custom Writing Services - Paper writing service you can trust. Your assignment is our priority! Papers ready in 3 hours!
Proficient writing: top academic writers at your service 24/7! Receive a premium level paper!
@charset "UTF-8"; html{height:100%;padding-bottom:1px;} small,.small{font-size:0.9em;} .cssTable { margin:0px;padding:0px; width:100%; box-shadow: 10px 10px 5px
#888888; border:1px solid #ffffff; -moz-border-radius-bottomleft:0px; -webkit-border-bottom-left-radius:0px; border-bottom-left-radius:0px; -moz-border-radius-bottomright:0px; webkit-border-bottom-right-radius:0px; border-bottom-right-radius:0px; -moz-border-radius-topright:0px; -webkit-border-top-right-radius:0px; border-top-right-radius:0px; -mozborder-radius-topleft:0px; -webkit-border-top-left-radius:0px; border-top-left-radius:0px; } .cssTable table { border-collapse: collapse; border-spacing: 0; width:100%; height:100%;
margin:0px;padding:0px; } .cssTable tr:last-child td:last-child { -moz-border-radius-bottomright:0px; -webkit-border-bottom-right-radius:0px; border-bottom-right-radius:0px; }
.cssTable table tr:first-child td:first-child { -moz-border-radius-topleft:0px; -webkit-border-top-left-radius:0px; border-top-left-radius:0px; } .cssTable table tr:first-child td:last-child
{ -moz-border-radius-topright:0px; -webkit-border-top-right-radius:0px; border-top-right-radius:0px; }.cssTable tr:last-child td:first-child{ -moz-border-radius-bottomleft:0px; webkit-border-bottom-left-radius:0px; border-bottom-left-radius:0px; } .cssTable tr:hover td{ background-color:#e5e5e5; } .cssTable td{ vertical-align:middle; backgroundcolor:#fcfcfc; border:1px solid #ffffff; border-width:0px 1px 1px 0px; text-align:left; padding:7px; font-size:12px; font-family:Arial; font-weight:normal; color:#000000; } .cssTable
tr:last-child td { border-width:0px 1px 0px 0px; } .cssTable tr td:last-child { border-width:0px 0px 1px 0px; } .cssTable tr:last-child td:last-child { border-width:0px 0px 0px 0px; }
.cssTable tr:first-child td { background:-o-linear-gradient(bottom, #cccccc 5%, #cccccc 100%); background:-webkit-gradient( linear, left top, left bottom, color-stop(0.05, #cccccc),
color-stop(1, #cccccc) ); background:-moz-linear-gradient( center top, #cccccc 5%, #cccccc 100% ); filter:progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr="#cccccc",
endColorstr="#cccccc"); background: -o-linear-gradient(top,#cccccc,cccccc); background-color:#cccccc; border:0px solid #ffffff; text-align:center; border-width:0px 0px 1px 1px;
font-size:14px; font-family:Arial; font-weight:bold; color:#000000; } .cssTable tr:first-child:hover td { background:-o-linear-gradient(bottom, #cccccc 5%, #cccccc 100%);
background:-webkit-gradient( linear, left top, left bottom, color-stop(0.05, #cccccc), color-stop(1, #cccccc) ); background:-moz-linear-gradient( center top, #cccccc 5%, #cccccc
100% ); filter:progid:DXImageTransform.Microsoft.gradient(startColorstr="#cccccc", endColorstr="#cccccc"); background: -o-linear-gradient(top,#cccccc,cccccc); backgroundcolor:#cccccc; } .cssTable tr:first-child td:first-child { border-width:0px 0px 1px 0px; } .cssTable tr:first-child td:last-child { border-width:0px 0px 1px 1px; }
Results
Query
Domains (original links)
Unique
1 MENELISIK PEWARISAN NASIONALISME ISRAEL Oleh: Hieronymus Purwanta
-
Unique
Pendahuluan Dalam sejarah umat manusia, nasionalisme menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk
dicermati
-
Unique
Nasionalisme dipandang tidak hanya sebagai kekuatan untuk melawan penjajahan, tetapi juga dipahami sebagai
kekuatan yang penting untuk mengembangkan diri menjadi bangsa yang unggul
-
Unique
Di Amerika Serikat muncul gerakan kaum nasionalis yang berusaha mempertahankan negaranya sebagai
pemimpin dan pusat peradaban dunia
-
5 results
Di Jepang setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II, nasionalisme menjadi unsur penting untuk kebangkitan diri
dan mengembangkan keunggulan ekonomi
kampekique.wordpress.com
rahmayantisitimaya.blogspot.com
sukmazaman.blogspot.com ainiuzu.blogspot.com
the-dailyjapan.com
Unique
Berbagai kajian telah dilakukan untuk memahami seluk beluk nasionalisme, dari aspek genetika historis,
manifestasi atau ekspresi, sampai dengan pengembangan dan pewarisannya
-
Unique
A profound raison d’être has governed these formations
-
Unique
The principles in such cases come to light by the most unexpected surprises
-
Unique
In our own day, we have seen Italy united by its defeats, and Turkey demolished by its victories
-
Unique
Each defeat advanced Italian affairs, while each victory ruined Turkey; for Italy is a nation, and Turkey, outside Asia
Minor, is not
-
Unique
It is France’s glory to have proclaimed, through the French Revolution, that a nation exists by itself
-
Unique
We should not take it badly that others imitate us
-
Unique
The principle of nationhood is ours
-
Unique
(Stuart Wolf, ed
-
Unique
Pada waktu yang lebih kemudian Benedict Anderson menengarai bahwa teknologi percetakan dan terutama
luasnya konsumen komoditas barang cetakan menjadi salah satu unsur penting yang melahirkan nasionalisme
-
Unique
Perlu diberi catatan bahwa titik tekan perhatian Anderson tentu bukan hanya pada barang cetakan itu secara fisik,
tetapi juga pada isi yang terkandung di dalamnya
-
Unique
Wacana yang terkandung di dalam barang Arah Reformasi no
-
Unique
40, August 2010 2 cetakan itulah yang terutama mengembangkan dan mengarahkan pengetahuan dan pikiran
pembacanya
-
Unique
Hasil refleksi terhadap saling silang wacana melalui printed commodities menjadikan pembaca, dalam arti seluasluasnya, meminjam perspektif fenomenologis, mencapai tahap kesadaran sebagai diri (self) dan sebagai bangsa
(nation)
-
1 result
Kesadaran sebagai bangsa semakin diperkuat oleh wacana tentang terdapatnya kesamaan nasib, budaya dan citacita
1 result
Perkembangan kesadaran itu (nasionalisme) pada tahap selanjutnya melahirkan negara bangsa
Free Download | Mozilla Firefox® Web Browser
www.mozilla.orgDownload Firefox - the faster,
smarter, easier way to browse the web and all of
Yahoo 1 result
Free Download | Mozilla Firefox® Web Browser
www.mozilla.orgDownload Firefox - the faster,
smarter, easier way to browse the web and all of
Yahoo Also Try bisnis apa yang coco k untuk
pemulakado apa yang coco k untuk
pernikahantrigu apa yang coco k untuk kue
bolubisnis apa yang coco k untuk anak sma1 result
1 result
Permasalahan nasionalisme menjadi semakin menarik untuk dicermati ketika sampai pada tahap pewarisan
Unique
Berdirinya sebuah negara bangsa akan dapat lestari apabila didukung oleh generasi-generasi baru yang memiliki
nasionalisme kuat
-
Unique
Dari sudut pandang ini, reproduksi nasionalisme untuk tujuan pewarisan merupakan sebuah keharusan bagi negara
bangsa
-
Unique
Biasanya pewarisan nasionalisme dibungkus dengan label program atau proyek “nation building” atau “character
building”
-
Unique
Pada kesempatan ini, akan dicoba untuk mengkaji fenomena pewarisan nasionalisme di Israel
-
Unique
Pemilihan ini didasarkan pertimbangan bahwa posisi Israel sebagai negara bangsa selalu mengundang kontroversi,
sentimen anti dan bahkan mendorong berkembangnya tindak kekerasan dengan negara-negara tetangga
-
Unique
Permasalahan yang diajukan dalam paper ini adalah:
-
Unique
Bagaimana identitas diri bangsa Israel
-
Unique
Bagaimana proyek “nation building” dijalankan oleh Israel
-
Unique
Kerangka teori apa yang cocok untuk mengkaji
-
Unique
Identitas Bangsa Israel Paling tidak terdapat dua unsur yang sangat kuat dipahami sebagai identitas bangsa Israel,
yaitu sebagai bangsa terpilih dan bangsa teraniaya
-
Unique
Identitas sebagai bangsa terpilih ternarasikan dalam bentuk cerita tertulis yang secara turun temurun disakralkan
sebagai kitab suci Torah atau yang di kalangan Kristen dikenal sebagai Perjanjian Lama
-
Unique
Pada bagian Torah yang disebut Devarim (diterjemahkan sebagai Kitab Ulangan/Bilangan) dikisahkan bahwa bani
Israel ditetapkan oleh Yahwe sebagai bangsa terpilih
-
Unique
Seperti pada masyarakat mitis lainnya, berbagai aturan dan ajaran terjalin rapi dengan kepercayaan atau agama,
sehingga ketaatannya bukan didasarkan atas kebenaran faktual atau kajian moral, tetapi lebih bernuansa religiomagis
-
Unique
Dalam Arah Reformasi no
-
Unique
40, August 2010 3 kasus bangsa Israel, identitas sebagai bangsa terpilih terikat kuat dengan Agama Yahudi
-
Unique
Keduanya bagaikan dua sisi dari satu keping mata uang: bangsa Israel beragama Yahudi dan Agama Yahudi hanya
untuk bangsa Israel
5 results
Identitas kultural bangsa Israel sebagai bangsa terpilih semakin kokoh oleh terdapatnya “dukungan” internasional
Unique
3 results
Tiga agama besar, yaitu Kristen, Katolik dan Islam, menempatkan kebudayaan Israel sebagai sumber eksistensi
mereka
Ketiganya mengakui dan bahkan meyakini bahwa bangsa Israel adalah produsen nabi-nabi
id.wikipedia.org id.wikipedia.org id.wikipedia.org
ushmm.org rudikdahlan.wordpress.com
answers.yahoo.com rizaldisiagian.wordpress.com
Unique
Meskipun bersumber pada kebudayaan Israel, mereka telah meninggalkan ekslusivitas agama Yahudi
-
Unique
Ketiganya tumbuh menjadi agama misi atau dakwah yang siap melakukan jalan damai maupun kekerasan untuk
menyebarkan ajaran mereka
-
Unique
Unsur identitas yang kedua adalah Israel sebagai bangsa yang teraniaya
-
Unique
Keteraniayaan Israel memiliki dua narasi 1 , yaitu tentang holocaust dan kebiadaban negara-negara tetangga
-
Unique
Narasi tentang holocaust berpuncak pada kekejaman Amalek (sebutan Nazi dalam bahasa Ibrani) terhadap orangorang Yahudi di Eropa
-
Unique
Diaspora terjadi sejak abad 8 SM, ketika terjadi perang antar kerajaan-kerajaan di Isreal sendiri
-
Unique
Mereka mendirikan pemukiman di wilayah Iran sekarang
-
Unique
Diaspora berlanjut ketika Kekaisaran menaklukkan Israel dan memaksa penduduknya untuk keluar dari Yerusalem
-
Unique
Gelombang diaspora orang-orang Yahudi pada periode ini terutama ke wilayah Eropa
-
Unique
Selama Abad Pertengahan mereka tergabung dalam komunitas-komunitas Yahudi yang terutama bermata
pencaharian sebagai pedagang dan rentenir
-
5 results
Secara internasional komunitas Yahudi terbagi ke d